No.x, JSSN: 1978-1520
n 51
51
Pengaruh Debt to Equity, Current Ratio dan Perputaran
Modal Kerja Terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan
Industri Konsumsi Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
Mipo Universitas IBBI e-mail: [email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah debt to equity ratio, current ratio dan perputaran modal kerja berpengaruh terhadap earning per share pada perusahaan industri konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Alat uji penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan uji F simultan, Debt to Equity Ratio, Current Ratio dan perputaran modal kerja berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Earning Per Share pada perusahaan industri konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uji t parsial, Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share pada perusahaan industri konsumsi di Bursa Efek Indonesia sedangkan Current Ratio dan perputaran modal kerja berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share pada perusahaan industri konsumsi di Bursa Efek Indonesia.
Kata Kunci: Debt to Equity Ratio, Current Ratio, Perputaran Modal Kerja, Earning Per Share.
1. PENDAHULUAN
Investor tertarik untuk berinvestasi di pasar modal karena adanya keterbukaan informasi. Salah satu informasi yang diperlukan di pasar modal adalah laporan keuangan perusahaan, yang didalamnya terdapat laba bersih perusahaan. Pada dasarnya laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang digunakan oleh investor dalam menilai kinerja perusahaan. Setiap perusahaan pada dasarnya memiliki berbagai tujuan berbeda-beda, seperti kesinambungan keuntungan, meningkatkan efisiensi, meningkatkan kepuasan dan pembinaan karyawan, meningkatkan mutu produk atau layanan bagi konsumen dan pelanggan, menjadi pemimpin pasar atau menjadi pelopor pasar dengan penemuan baru, pengendalian aktiva, pelayanan masyarakat, dan sebagainya.
Di samping itu ada juga perusahaan yang berusaha untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan peningkatan nilai sahamnya di pasar modal. Untuk memaksimalkan nilai sahamnya perusahaan yang bersangkutan harus senantiasa melakukan berbagai usaha baik yang bersifat jangka pendek maupun yang bersifat jangka panjang dan menentukan strategi yang tepat untuk mendukung serta memperlancar usaha-usaha pencapaian tujuan tersebut, termasuk memperkuat atau mengoptimalkan fungsi-fungsi perusahaannya. Tujuan pendirian sebuah perusahaan adalah untuk memperoleh laba sehingga perusahaan akan semakin fleksibel dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Perubahan laba yang terus meningkat atau dengan kata lain perubahan laba yang tinggi dapat berdampak pada aktivitas operasional perusahaan karena mampu memperkuat modal
Pada umumnya dalam menanamkan modalnya investor mengharapkan manfaat yang akan dihasilkan dalam bentuk laba per lembar saham (EPS). Sedangkan jumlah laba per lembar saham (EPS) yang didistribusikan kepada para investor tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran deviden. Laba per lembar saham (EPS) dapat menunjukan tingkat kesejahteraan perusahaan, jadi apabila laba per lembar saham (EPS) yang dibagikan kepada para investor tinggi maka menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham, sedangkan laba per lembar saham (EPS) yang dibagikan rendah maka menandakan bahwa perusahaan tersebut gagal memberikan kemanfaatan sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham.Secara singkat dapat peneliti simpulkan bahwa semakin tinggi nilai EPS tentu saja akan menyenangkan pemegang saham, karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi earning per share seperti Debt to Equity, Current Ratio dan perputaran modal kerja.
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang. Peningkatan hutang pada giliriannya akan mempengaruhi besar
kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen. Current Ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa menghadapi kesulitan. Semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio perputaran modal kerja ditujukan untuk mengukur keefektifan pendayagunaan modal kerja untuk melaksanakan kegiatan perusahaan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.
2. METODE
2.1. Metode yang Digunakan
Penelitian ini dilaksanakan pada Bursa Efek Indonesia mulai dari bulan Januari 2015 hingga Juli 2015. Populasi adalah 35 perusahaan konsumsi yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2010 sampai dengan 2013 dan ditarik sampel penelitian berdasarkan kriteria tertentu sebanyak 32 perusahaan. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis regresi berganda setelah memenuhi asumsi klasik menyangkut normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Penarikan kesimpulan atas hipotesis dilakukan dengan cara uji t dan uji F pada level signifikansi 5%. Keseluruhan tabulasi dan pengelolaan data menggunakan software SPSS versi 18.
2.2. Kerangka Konseptual
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Debt to Equity Ratio
(X1)
Perputaran Modal Kerja (X3)
Earning Per Share (Y) Current Ratio (X2)
Gambar 1. Kerangka Konseptual
Apabila perusahaan memiliki Debt to Equity Ratio yang tinggi berarti perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi dengan beban tetap yang tinggi, sehingga akan mengurangi beban pajak dan menyebabkan keuntungan bagi perusahaan. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi laba bersih bagi pemegang saham biasa termasuk dividen, di lain pihak meningkatkan risiko karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan. Debt to Equity Ratio yang tinggi akan menyebabkan penurunan pada Earning Per Share.
Current ratio yang tinggi menunjukkan kelebihan aktiva lancar (likuiditas tinggi dan risiko rendah), tetapi mempunyai pengaruh yang baik terhadap profitabilitas perusahaan. Besarnya hasil perhitungan current ratio menunjukkan besarnya aktiva lancar yang dapat menjamin kewajiban lancar. Semakin besar current ratio, maka likuiditas perusahaan semakin tinggi. Peningkatan current ratio akan mampu meningkatkan Earning per Share pada perusahaan
Perputaran modal kerja menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan modal kerja di dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Semakin tinggi perputaran modal kerja berarti semakin efisien penggunaan modal kerja di dalam menghasilkan penjualan. Perputaran modal kerja ini penting bagi kreditur dan pemilik perusahaan, tetapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan modal kerja di dalam perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas. Oleh karena itu peningkatan perputaran modal kerja akan mampu meningkatkan earning per share.
Pengaruh Debt to Equity, Current Ratio dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Industri Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standart deviasi dari variabel independen dan variabel dependen.
1. Variabel Debt to Equity Ratio memiliki nilai minimum sebesar 0,14 yaitu pada PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. tahun 2011, nilai maksimum sebesar 70,83 yaitu PT Merck Tbk. tahun 2013 dan nilai mean (nilai rata-rata) sebesar 1,9684, dan nilai Standard Deviation (simpangan baku) sebesar 6,81560.
2. Variabel Current Ratio memiliki nilai minimum sebesar 0,45 yaitu pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk. tahun 2010, nilai maksimum sebesar 7,61 yaitu PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. tahun 2011 dan nilai mean (nilai rata-rata) sebesar 2,4982, dan nilai Standard Deviation (simpangan baku) sebesar 1,72214.
3. Variabel perputaran modal kerja memiliki nilai minimum sebesar 0,56 yaitu pada PT. Davomas Abadi Tbk. tahun 2010, nilai maksimum sebesar 51,46 yaitu PT Mayora lndah Tbk. tahun 2010 dan nilai mean (nilai rata-rata) sebesar 6,6699, dan nilai Standard Deviation (simpangan baku) sebesar 7,90089.
4. Variabel Earning Per Share memiliki nilai minimum sebesar 0,78 yaitu pada PT. Indofarma Tbk. tahun 2010, nilai maksimum sebesar 55.772,81 yaitu PT Kedaung Setia Industrial Tbk. tahun 2011 dan nilai mean (nilai rata-rata) sebesar 2.356,2970, dan nilai Standard Deviation (simpangan baku) sebesar 6.667,02845.
3.2. Hasil Uji t
Uji t untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Dari hasil uji t menunjukkan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut :
1. Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share pada perusahaan industri konsumsi di Bursa Efek Indonesia karena memiliki thitung = -1,031 dengan nilai signifikan
variabel Debt to Equity Ratio sebesar 0,000. Dengan nilai -thitung(-1,031) > -ttabel(-1,97) maka
hipotesis Ha diterima yang berarti Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap
Earning Per Share pada perusahaan industri konsumsi di Bursa Efek Indonesia.
2. Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share pada perusahaan industri konsumsi di Bursa Efek Indonesia karena memiliki thitung = 2,311 dengan nilai signifikan variabel
Current Ratio sebesar 0,022. Dengan nilai thitung (2,311) > ttabel(1,97) maka hipotesis Ha diterima yang
berarti Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share pada perusahaan industri konsumsi di Bursa Efek Indonesia.
3. Perputaran modal kerja berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share pada perusahaan industri konsumsi di Bursa Efek Indonesia karena memiliki thitung = 2,030 dengan nilai signifikan variabel
perputaran modal kerja sebesar 0,044. Dengan nilai thitung (2,030) > ttabel (1,97) maka hipotesis Ha
diterima yang berarti perputaran modal kerja berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share pada perusahaan industri konsumsi di Bursa Efek Indonesia.
3.3. Hasil Uji F
Uji F ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. Berdasarkan hasil uji F, hasil regresi menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,006 atau lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu Debt to Equity Ratio, Current Ratio dan Perputaran Modal Kerja mempunyai pengaruh terhadap Earning Per Share secara simultan pada perusahaan industri konsumsi di Bursa Efek Indonesia.
3.4. Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi ditujukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Karena penelitian ini menggunakan lebih dari dua variabel, maka besarnya koefisien determinasi dilihat pada nilai Adjusted R Square (R2) sebesar 0,075 berarti pengaruh Debt to
Equity Ratio, Current Ratio dan perputaran modal kerja terhadap Earning Per Share adalah sebesar 7,5% sedangkan 92,5% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi dalam penelitian ini.
3.5. Pembahasan
Berdasarkan pada hasil uji yang dilakukan maka dapat diambil dari analisa tersebut adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan uji t parsial, variabel Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share pada perusahaan industri konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Hal ini terlihat dari
-thitung (-1,031) > -ttabel (-1,97). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sibarani (2010) bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Earning Per Share. Apabila perusahaan memiliki Debt to Equity Ratio yang tinggi berarti perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi dengan beban tetap yang tinggi, sehingga akan mengurangi keuntungan bagi perusahaan. Beban usaha perusahaan terdiri dari banyak jenis beban usaha seperti harga pokok penjualan, biaya pemasaran, biaya administrasi dan beban bunga. Namun beban bunga merupakan pos beban di luar usaha (extraordinary item) yang jumlahnya tidak signifikan dibandingkan biaya operasional utama perusahaan lainnya seperti harga pokok penjualan sehingga perubahan jumlah beban bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap besarnya laba perusahaan. Sesuai dengan signaling theory and agency theory, perusahaan dapat melakukan manajemen laba untuk meningkatkan laba perusahaan sebagai sinyal yang baik kepada investor meskipun struktur modal perusahaan menunjukkan penggunaan hutang yang tinggi. Meksipun perusahaan memiliki hutang yang tinggi dengan jumlah beban bunga yang tinggi, perusahaan dapat melakukan manajemen laba untuk tetap meningkatkan profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share.
2. Berdasarkan uji t parsial, variabel Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share pada perusahaan industri konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Hal ini terlihat dari thitung (2,311) > ttabel
(1,97). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Munthe (2012) bahwa Current Ratio berpengaruh terhadap Earning Per Share. Current ratio yang tinggi menunjukkan kelebihan aktiva lancar mempunyai pengaruh yang baik terhadap profitabilitas perusahaan karena perusahaan mempunyai dana yang cukup untuk mendanai kegiatan usaha perusahaan. Semakin besar current ratio, maka likuiditas perusahaan semakin tinggi sehingga kegiatan perusahaan dapat dilaksanakan berlancar yang akhirnya akan mampu meningkatkan laba. Peningkatan current ratio akan mampu meningkatkan Earning per Share pada perusahaan
3. Berdasarkan uji t parsial, variabel perputaran modal kerja berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share pada perusahaan industri konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Hal ini terlihat dari thitung
(2,030) > ttabel (1,97). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lailatul
(2009) bahwa perputaran modal kerja berpengaruh terhadap Earning Per Share. Perputaran modal kerja menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan modal kerja di dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Semakin tinggi perputaran modal kerja berarti semakin efisien penggunaan modal kerja di dalam menghasilkan penjualan. Perputaran modal kerja ini penting bagi kreditur dan pemilik perusahaan, tetapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan modal kerja di dalam perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas. Oleh karena itu peningkatan perputaran modal kerja akan mampu meningkatkan earning per share.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yang diteliti oleh penulis, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan uji F simultan, Debt to Equity Ratio, Current Ratio dan perputaran modal kerja berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Earning Per Share pada perusahaan industri konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Hal ini terlihat dari Fhitung (4,412) > Ftabel (2,68).
2. Berdasarkan uji t parsial, variabel Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share pada perusahaan industri konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Hal ini terlihat dari -thitung (-1,031) > -ttabel (-1,97).
3. Berdasarkan uji t parsial, variabel Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share pada perusahaan industri konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Hal ini terlihat dari thitung (2,311) > ttabel
(1,97).
4. Berdasarkan uji t parsial, variabel perputaran modal kerja berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share pada perusahaan industri konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Hal ini terlihat dari t
Pengaruh Debt to Equity, Current Ratio dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Industri Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia DAFTAR PUSTAKA
[1] Brigham, Eugene dan Joel F. Houston. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.
[2] Darmadji, Tjiptono. 2012. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat.
[3] Horne, James C Van. 2012. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba Empat. [4] Lailatul, Fitria. 2009. Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap EPS pada Perusahaan
Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI. Malang : Universitas Negeri Malang. [5] Mardiyanto, Hardono. 2008. Inti Sari Manajemen Keuangan. Jakarta : Grasindo. [6] Margaretha, Farah. 2010. Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan. Jakarta : Grasindo.
[7] Munthe, Inge Lengga Sari. 2012. Pengaruh Current Ratio, Cash Ratio, Equity To Total Asset dan Operating Margin Ratio Terhadap Earning Per Share Perusahaan Otomotif. Tanjung Pinang : Universitas Maritim Raja Ali Haji.
[8] Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
[9] Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
[10] Sibarani, T. Putri 2010. Analisis Pengaruh Debt to Total Asset Ratio dan Debt to Equity Ratio Terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Sektor Properti dan Sektor Manufaktur Yang Go Public di BEI. Medan : Universitas Sumatera Utara.
[11] Subramanyam, K.R dan John J. Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Salemba Empat. [12] Walsh, Claran. 2009. Key Management Ratios. Jakarta : Erlangga.