• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP INTEGRASI TASAWUF DALAM SAINS (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP INTEGRASI TASAWUF DALAM SAINS (1)"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

NAMA : WINI ALLIKA FITRIANI MATA KULIAH : AKHLAK TASAWUF

NIM : 0702173196

PROSI/SEMESTER : SISTEM INFORMASI-5/1

KONSEP INTEGRASI TASAWUF DALAM SAINS

A. Integrasi dalam Sejarah Islam

Para pemikir dari mazhab Peripatetik muslim yang berhasil mengintegrasikan filsafat Yunani dengan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits, lantaran tema-tema filsafat Yunani diislamisasikan dan disesuaikan dengan paradigma Islam. Tidak sebatas integrasi belaka, mereka malah mampu men

guasai berbagai berbagai disiplin ilmu yang terdiri atas ilmu-ilmu kewahyuan, sehingga integrasi menjadi sangat mudah dilakukan. Seperti Al-Kindi mampu menguasai bidang metafisika, etika, psikologi, kedokteran,farmakologi, matematika, astrologi, optik, zoologi, dan meteorologi. Ghazali merupakan seorang teolog, filsuf dan sufi. Al-Biruni merupakan matematikawan, astronom, fisikawan, filsuf, sejarawan, ahli farmasi, dan dokter. Ikhwan al-Shafa’ merupakan seorang kelompok filsuf yang menguasai filsafat, psikologi, biologi, dan fisika. Ibn Rusyd adalah seorang pakar kedokteran, hukum islam, matematika, dan filsafat. Ibn Sina merupakan seorang yang menguasai bidang kedokteran dijuluki sebagai bapak kedokteran, seorang ahli filsafat, astronomi, kimia, geografi, geologi, psikologi, logika, matematika, fisika dan puisi. Dan masih banyak lagi.

Di antara prestasi besar mereka sebagai ilmuwan Muslim adalah kemampuan mereka menguasai dan mengintegrasikan ilmu-ilmu rasional, ilmu-ilmu empirik, dan ilmu-ilmu kewahyuan. Secara keilmuan mereka banyak disiplin ilmu, dan secara personel mereka berperan sebagai seorang saintis Muslim yang berpola hidup religius dan sufistik.

Kemampuan mereka menguasai ilmu religius adalah karena mereka memahami itu merupakan fardhu ain, dan mempelajari ilmu-ilmu empirik merupakan fardhu kifayah.

(2)

merupakan pakar dalam bidang astronomi, biologi, kimia, matematika, kedokteran, fisika, musik, filsafat, dan tasawuf. Mulia Shadra merupakan seorang pakar teologi, hukum islam, tafsir, dan hadis, selain menguasai filsafat juga menguasai tasawuf.

B. Integrasi dalam Ranah Ontologi

Ontologi adalah ilmu tentang teori keberadaan, dan istilah ontologi ditujukan kepada pembahasan tentang objek kajian ilmu. Ontologi berhubungan dengan kajian filsafat yang membahas hakikat dari objek yang ditelaah dan hubungan objek ilmu dengan manusia sebagai pencari ilmu.

Ibn Sina dari mazhab Masysya’iyah , Suhrawardi yang mendirikan mazhab Isyraqi, dan Mulia Shadra dari mazhab Hikmah al-Muta’aliyah memberikan penjelasan bahwa alam material (mineral, tumbuhan, hewan, manusia) adalah akibat dari dunia spiritual memiliki jiwa (al-nafs) masing-masing. Dari perspektif Ibn Arabi, alam merupakan manifestasi sifat-sifat Allah dan cermin bagi-Nya. Saintis Muslim sebagai peneliti alam empirik (terutama dunia mineral, tumbuhan, binatang dan manusia) harus menyadari bahwa alam diharapkan dapat ciptaan dan manifestasi Allah SWT; dan ajaran Islam mengajarkan bahwa alam merupakan tanda-tanda keberadaan dan kekuasaan-Nya, sehingga penelitian terhadap alam diharapkan dapat menumbuhkan dan memperkokoh keimanan terhadap-Nya, bukan menjauhkan manusia dari-Nya sebagaimana ditemukan dalam banyak teori ilmuwan-ilmuwan Barat-sekuler.

C. Integrasi dalam Ranah Epistemologi

Istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani, episteme yang bermakna pengetahuan, dan logos yang bermakna ilmu atau eksplanasi, sehingga epistemologi berarti teori pengetahuan. Yang demikian diartikan, epistemologi bermakna ilmu tentang cara mendapatkan ilmu.

(3)

pemilik dan pemberi ilmu kepada manusia, dan harapan terhadap kasih sayang-Nya agar diberikan pemahaman terhadap berbagai persoalan rumit yang dihadapi dalam kegiatan akademiknya. Dari aspek ini, saintis Muslim, meskipun lebih banyak mengedepankan metode tajribi dalam mengembangkan ilmu-ilmu alam, tetap perlu mengambil metode tasawuf dalam menemukan ilmu dan kebenaran, dimana kaum sufi mengutamakan metode tazkiyatun nafs dengan melaksanakan ritual ibadah. Dari perspektif Islam, kesucian jiwa manusia menjadi syarat utama untuk memperoleh ilmu secara langsung dari sumbernya, yaitu Allah SWT.

D. Integrasi dalam Ranah Aksiologi

Istilah aksiologi bermakna teori nilai, investigasi terhadap asal, kriteria, dan status metafisik dari nilai tersebut. Kajian aksiologi lebih ditujukan kepada pembahasan manfaat dan kegunaan ilmu, dan etika akademik keilmuwan.

Referensi

Dokumen terkait

Suriasumantri menyimpulkan bahwa epitemologi sebagai bagian dari kajian filsafat ilmu membahas tentang proes dan prosedur menggali ilmu, metode untuk meraih ilmu yang benar, makna

Dapat disimpulkan bahwa para ilmuan Muslim klasik tidak hanya mengembangkan ilmu- ilmu rasional dan empiric seperti fisika, puisi, matematika, musik,, astronomi, arsitektur,

bidang ilmu kealaman juga seorang sufi yang mumpuni dalam bidang tasawuf. Sebagian sufi memanfaatkan metode ‘irfani unuk mendapatk an pemahaman mendalam mengenai dunia

bidang ilmua-ilmu kealaman ,para pemikir muslim klasik menempuh pola hidup sufistik,dan kajian kajian ilmiah mereka diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan

tasawuf juga memiliki jangkauan dan hubungan dengan ilmu lainnya.. Ilmu tasawuf juga memiliki hubungan dengan ilmu

disebut dalam epistemologi Islam sebagai metode tajribi, sedangkan kajian tasawuf. 2 Ja’far, Gerbang Tasawuf (Medan : Perdana Publishing,

Sedangkan kemampuan mereka menguasai ilmu-ilmu rasional dan empiric adalah bahwa semua ilmu tersebut dikategorikan sebagai ilmu fardh al-kifayah yang diwajibkan sebagian

Dapat ditegaskan bahwa para ulama menempatkan tasawuf sebagai bagian dari ilmu-ilmu agama, meskipun sebagian ahli menyebutkan bahwa tasawuf dalam bentuk tasawuf falsafi