• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum KF 1 Kekentalan dan Te

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum KF 1 Kekentalan dan Te"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK

KEKENTALAN DAN TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN

Nama : Rizka Fithriani Safira Sukma NIM : 131810301049

Kelompok : 5

Asisten : Reksi Bayu M

LABORATORIUM KIMIA FISIK JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Tujuan percobaan ini adalah mengamati angka kekentalan relative suatu zat cair dengan cara menggunakan air sebagai pembanding, dan menentukan tenaga pengaktifan zat cair tertentu.

1.2 Latar Belakang

Setiap fluida, gas atau cairan, memiliki suatu sifat yang dikenal sebagai viskositas, yaitu tahanan yang dilakukan suatu lapisan fluida terhadap suatu lapisan lainnya. Contoh zat cair yang memiliki kekentalan yang besar antara lain sirup, minyak, dan oli. Kekentalan yang kecil dimiliki oleh air dan bahan bakar bensin.

Suatu zat cair memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang dimasukan kedalammya mendapat gaya tahanan yang diakibatkan peristiwa gesekan antara permukaan padatan tersebut dengan zat cair. Sebagai contoh, apabila kita memasukkan sebuah bola kecil kedalam zat cair, terlihatlah batu tersebut mula-mula turun dengan cepat kemudian melambat hingga akhirnya sampai didasar zat cair. Bola kecil tersebut pada saat tertentu akan mengalami sejumlah perlambatan hingga mencapai gerak lurus beraturan. Gerakan bola kecil menjelaskan bahwa adanya suatu kemampuan yang dimiliki zat cair. Kemampuan tersebut dinamakan sebagai kekentalan (viskositas). Akibat viskositas zat cair itulah yang menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup drastis terhadap kecepatan batu.

Artinya semakin besar kekentalan suatu zat cair maka akan semakin berkurang percepatannya sehingga jumlah perlambatannya hingga mencapai gerak lurus beraturan. Selain itu besarnya kekentalan zat cair suatu larutan akan menentukan kecepatan alir suatu larutan dalam medium tertentu. Percobaan ini dilakukan untuk membandingkan kekentalan masing-masing zat dengan cara membandingkannya dengan air.

1.3 Tinjauan Pustaka

1.3.1 Material Safety Data Sheet (MSDS) a. Akuades

(3)

berbau dan tidak berwarna serta tidak berasa. Air mempunyai titik didih 100oC dan merupakan senyawa yang stabil (Anonim, 2015).

b. Aseton

Aseton atau propanon (dimetil keton/metal keton/beta-ketopropana) yang memiliki rumus struktur CH3COCH3 merupakan senyawa keton paling

sederhana dan larut dalam berbagai perbandingan dengan air. Senyawa ini berupa liquid tidak berwarna dan baunya manis dan rasanya pahit. Aseton merupakan pelarut penting untuk membuat plastik, serat, obat-obatan, dan senyawa kimia lain. Aseton dapat ditemukan alami pada tubuh manusia dalam kandungan kecil. Aseton memiliki berat molekul 58 g/mol. Titik didih aseton adalah 82,5oC dan titik lelehnya adalah -88,5oC.

Aseton mudah larut dalam air dingin, air panas, metanol, oktanol, aseton, larut dalam garam, larut dalam benzena. Bentuk molekul dari aseton adalah trigonal planar pada C=O, momen dipolnya sebesar 2,9 Db. Dianjurkan menggunakan masker dan sarung tangan dalam pemakaiannya karena baunya yang menyengat dapat mengganggu pernapasan (Anonim, 2015).

c. Alkohol

Alkohol atau dikenal dengan etanol adalah senyawa liquid yang tidak berwarna, berbau seperti campuran aseton dan etanol, mudah menguap pada suhu rendah serta mudah terbakar pada suhu tinggi. Alkohol memiliki rumus C2H5OH. Kerapatan alkahol adalah 0,79 g/cm3 pH

1% dalam air . Titik didih alkohol yaitu pada suhu 78oC (351 K). Alkohol

dapat bercampur dengan air dan pelarut organik. Alkohol mudah larut dalam air, metanol, dietil eter, n-oktanol, aseton, larutan garam, dan benzena. . Dalam kimia, alkohol adalah istilah yang umum utntuk senyawa organic apapun yang memiliki gugus hidroksil ( -OH ) yang terikat pada atom karbon, dan gugus itu sendiri terikat pada atom hydrogen / karbon yang lain (Anonim, 2015).

1.3.2 Dasar Teori

(4)

Viskositas adalah indek hambatan alir cairan. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Viskositas ini juga di sebut sebagai kekentalan suatu zat. Jumlah volume cairan yang mengalir melalui pipa per satuan waktu :

Koefisien kekentalan zat cair adalah sifat daya tahan zat cair terhadap aliran cairan. Koefisien kekentalan zat cair dihitung dengan membandingkan waktu yang digunakan zat cair tersebut untuk mengalir dan massa jenis (kerapatan) zat cair tersebut dengan nilai koefisien kekentalan zat cair lain yang telah diketahui. Viskositas pada zat cair maupun gas, dan pada intinya merupakan gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang berisikan fluida pada waktu lapisan-lapisan tersebut bergerak satu melewati yang lainnya. Pada zat , viskositas terutama disebabkan oleh gaya kohesi antara molekul. Pada viskositas muncul dari tumbukan oleh molekul (Sukardjo, 2004).

Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Viskositas dispersi kolodial dipengaruhi oleh bentuk partikel dari fase dispers. Koloid-koloid berbentuk bola membentuk sistem dispersi dengan viskositas rendah, sedang sistem dispersi yang mengandung koloid-koloid linier viskositasnya lebih tinggi. Hubungan antara bentuk dan viskositas merupakan refleksi derajat solvasi dari partikel (Moechtar,1990).

Viskositas gas akan meningkat dengan naiknya temperatur, sebaliknya viskositas cairan justru akan menurun jika temperatur dinaikan. Fluiditas dari suatu cairan yang merupakan kebalikan dari viskositas akan meningkat dengan makin tingginya temperatur (Martin, 1993).

(5)

mengalir bebas dan waktu yang diperlukan untuk mengalir dari garis ke n diukur. Pada proses pengaliran melalui kapiler C, tekanan penggerak tidak tetap dan pada setiap saat sama dengan h.g.ρ, dengan h adalah beda tinggi permukaan cairan pada kedua reservoir alat, g adalah percepatan gravitasi dan ρ adalah rapat massa cairan (Tim Dosen Kimia Fisika, 2012).

Gambar Viskometer Ostwald

Viskositas dapat juga ditentukan dengan cara hoppler, berdasarkan hukum stokes. Hukum Stokes berdasarkan jatuhnya benda melalui medium zat cair. Benda bulat (bola) dengan jari-jari (r) dan massa jenis (i) yang jatuh karena gaya grafitasi melalui fluida dengan

massa jenis () fluida akan mempunyai gaya grafitasi sebesar:

6ηrv = (3/4) r3 (-i)g (Bird, 1993).

Dalam hal ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola logam untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena andanya gravitasi akan jatuh melaui medium yang berviskositas (seperti cairan misalnya), dengan kecepatan yang semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan maksimum akan tercapai bila gravitas sama dengan frictional resistance medium (Bird, 1993).

Hukum Hess merupakan dasar viskometer bola jatuh. Viskometer ini terdiri dari gelas silinder dengan cairan yang akan diteliti dan dimasukan dalam termosfat. Faktor- faktor yang mempengaruhi viskositas antara lain :

1. Ukuran molekul

Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi seta laju aliran lambat sehingga viskositas juga tinggi. Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak. 2. Gaya tarik intra molekul

Viskositas air naik dengan adanya ikatan hidrogen, viskositas CPO dengan gugus OH pada trigliseridanya naik pada keadaan yang sama.

(6)

Semakin tinngi suhu maka semakin rendah nilai viskositasnya. Hal ini disebabkan gaya-gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang menyebabkan berturunnya viskositas dari zat cair tersebut. Oleh karena itu semakin tinggi suhu maka cairan semakin encer, karena kerapatan komponen penyusun zat cair semakin renggang. Suatu viskositas akan menjadi lebih tinggi jika suhu mengalami penurunan karena pada saat suhu dinaikkan maka partikel-partikel penyusun zat tersebut bergerak secara acak sehingga kekentalan akan mengalami penurunan, dan jika suhu mengalami penurunan akan terjadi kenaikan viskositas karena partikel-partikel penyusun senyawa tersebut tidak mengalami gerakan sehingga gaya gesek yang bekerja juga semakin besar.

4. Tekanan

Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan. Salah satu faktor kekentalan (viskositas) suatu cairan adalah suhu. Menurut ‘teori lubang’, terdapat kekosongan dalam suatu cairan, dan molekul bergerak secara continue kedalam kekosongan ini. Sehingga kekosongan akan bergerak keliling. Proses ini menyebabkan aliran, tetapi memerlukan energi karena ada energi yang harus dimiliki suatu molekul agar dapat bergerak kedalam kekosongan itu. Energi pengaktifan lebih mungkin terdapat pada suhu yang tinggi, dan dengan demikian cairan lebih mudah mengalir pada suhu yang tinggi. Selain itu kerapatan zat cair semakin renggang dengan bertambahnya suhu, sehingga tingkat kekentalannya berkurang.

5. Waktu

S emakin besar nilai kekentalan suatu zat cair waktu yang dipakai untuk mengalir semakin lama artinya semakin rendah suhu suatu zat cair maka waktu yang dibutuhkan untuk mengalir semakin lama, begitu pula sebaliknya.

(7)

BAB 2. METODOLOGI PERCOBAAN 2.1 Alat dan Bahan

2.1.1 Alat

- Piknometer - Waterbath - Viskometer - Stopwatch - Neraca - Termometer - Gelas beaker 2.1.2 Bahan

- Akuades - Alkohol - Aseton

- Zat X (etanol)

2.2 Prosedur Kerja

2.2.1 Uji menggunakan Viskometer

- Dibersihkan viskometer dengan asam sampai benar-benar bersih.

- Diisi secukupnya, dinaikkan lebih tinggi dari tanda paling atas menggunakan ball pipet.

- stopwatch dihidupkan pada saat mencapai garis paling atas. Setelah sampai ditanda paling bawah stopwatch dimatikan, sehingga waktu dapat ditentukan.

- Diulangi 3 kali untuk zat lain yaitu : alcohol, aseton dan etanol.

2.2.2 Uji menggunakan Piknometer

- Dibersihkan piknometer sampai benar-benar bersih dan dikeringkan - Diisi sampai penuh

- Ditimbang dan dicatat hasil pengamatan.

- dilakukan kembali untuk zat cair lain : alkohol, aseton dan etanol. Air

Hasil

Hasil Alkohol

(8)

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Percobaan

3.1.1 Uji Kekentalan menggunakan Viskometer

Jenis Zat Pengulangan Suhu

27oC 30oC 35oC 40oC

Akuades

1 00.90 00.96 01.58 01.44

2 00.99 00.94 01.44 01.45

3 00.92 00.93 01.50 01.35

Alcohol

1 02.03 01.87 01.66 01.47

2 01.44 01.69 01.55 01.58

3 01.26 01.76 01.57 01.46

Aseton

1 02.28 00.78 00.66 00.65

2 02.38 00.82 00.61 00.67

3 01.76 00.78 00.68 00.71

Etanol

1 01.68 01.58 01.65 01.27

2 01.69 01.47 01.63 01.52

3 01.65 01.53 01.59 01.59

3.1.2 Hasil Perhitungan Kerapatan Menggunakan Piknometer

No Jenis zat Suhu

Massa Pikno (gram)

Massa Zat

(gram) V pikno(mL) Kerapatan(g/mL)

1. Akuades

3.1.3 Hasil Perhitungan Kekentalan dan Tenaga Pengaktifan

(9)

(kJ/mol.K)

1. Alcohol

27oC 1,145 0,135 0,00333

50,64 30oC 1,197 0,179 0,00330

35oC 0,605 -0,497 0,00325 40oC 0,554 -0,590 0,00319

2. Aseton

27oC 1,766 0,569 0,00333

100,40

30oC 0,600 -0,67 0,00330

35oC 0,278 -1,28 0,00325

40oC 0,275 -1,29 0,00319

3. Etanol

27oC 1,496 0,403 0,00333

52,76

30oC 1,267 0,236 0,00330

35oC 0,685 -0,378 0,00325

40oC 0,661 -0,414 0,00319

3.1.4 Kurva Energi Pengaktifan

Kurva Energi Pengaktifan Aliran Alkohol

(10)

0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kurva Energi Pengaktifan Aliran Aseton

ln η

Kurva Energi Pengaktifan Aliran Etanol

ln η dilakukan percobaan ketiga untuk mengamati angka kekentalan relatif suatu zat cair dengan cara menggunakan air sebagai pembanding dan menentukan tenaga pengaktifan zat cair tertentu. Percobaan yang dilakukan ada dua yaitu pertama menghitung kerapatan dengan menggunakan piknometer dan kedua dengan cara ostwald menghitung tenaga pengaktifan aliran dengan menggunakan viscometer. Piknometer dan viscometer merupakan alat yang digunakan untuk menentukan kekentalan dan energi pengaktifan aliran zat cair.

(11)

adalah alcohol, aseton, dan zat X yang berupa 20 mL etanol yang diencerkan dalam 100 mL akuades, serta akuades sebagai zat pembanding. Percobaan dilakukan dengan variasi suhu yaitu suhu kamar (27oC), 30oC, 35oC dan 40oC.

Prosedur yang dilakukan untuk viscometer adalah mengisi viscometer dengan zat masing-masing sampai terisi setengahnya, karena jika terisi terlalu banyak, larutan atau zat tadi tidak dapat tersedot oleh ball pipet. Jika zat yang dimasukkan terlalu banyak juga menyebabkan kecepatan alir zat semakin melambat karena zat semakin sulit untuk turun jika terisi terlalu penuh. Sedangkan untuk piknometer dilakukan dengan mengisi piknometer dengan zat sampai penuh, kemudian ditutup dan ditimbang dalam neraca. Penimbangan dilakukan dengan hati-hati agar cairan tidak tumpah pada neraca, karena akan mengakibatkan rusaknya neraca tersebut. Setiap percobaan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan yang kemudian dihitung rata-ratanya.

Secara umum kerapatan air semakin turun dengan kenaikan temperatur. Semakin tinggi temperaturnya semakin renggang gerakan partikel (kerapatannya). Hal ini karena jika temperatur dinaikkan maka pada saat itu energi kinetiknya bertambah. Bertambahnya energi kinetik menyebabkan gerakan partikelnya semakin cepat. Semakin cepat gerakan partikelnya maka jarak antara partikelnya semakin renggang sehingga volumenya semakin besar dan menyebabkan kerapatan semakin kecil. Semakin renggang kerapatannya maka kecepatan alirnya juga akan semakin cepat. Namun, pada praktikum ini terdapat beberapa hal yang tdak sesuai, pada suhu kamar, kerapatan air adalah 0,991 g/mL, dan naik pada suhu 30oC menjadi sebesar 0,9915 g/mL tetapi untuk selanjutnya yaitu suhu 35oC dan 40oC kerapatan turun berturut-turut 0,989 g/mL dan 0,987 g/mL. Kemungkinan hal ini terjadi kesalahan pada saat penimbangan disebabkan suhu telah berubah, karena hasil pemanasan menggunakan

waterbath tidak bertahan terlalu lama.

(12)

Kerapatan aseton dalam percobaan ini semakin turun setelah temperatur dinaikkan. Dalam hal ini berarti yang sangat berperan adalah pengaruh suhu. Semakin tinggi temperaturnya maka gerakan partikelnya semakin renggang. Hal ini karena jika temperatur dinaikkan maka saat itu energi kinetiknya juga bertambah. Pertambahan energi kinetik menyebabkan gerakan partikelnya semakin cepat sehingga jarak interaksi partikelnya semkin renggang. Semakin renggang jaraknya maka volume bertambah dan menyebabkan kerapatannya menurun.

Selanjutnya percobaan menggunakan viscometer. Viscometer dibersihkan sampai benar-benar bersih. Setelah itu diisi dengan air secukupnya dengan variasi temperatur yaitu 27oC, 30oC, 35oC dan 40oC , dinaikkan lebih tinggi dari tanda paling atas dan dihidupkan

stopwatch. Stopwatch dimatikan setelah melewati tanda batas paling bawah sehingga waktu

alir dapat ditentukan. Setelah dilakukan perhitungan, kekentalan alcohol dari suhu kamar adalah 1,145 poise, pada suhu 30oC kekentalannya menjadi 1,197 poise, semakin menurun pada suhu 35oC menjadi 0,605 poise dan pada suhu 40oC semakin turun menjadi 0,554 poise. Kekntalan aseton pada suhu kamar adalah 1,766 poise, aseton mengalami penurunan drastic pada suhu 30oC yaitu menjadi 0,600 poise, untuk suhu selanjutnya yaitu 35oC dan 40oC berturut-turut adalah 0,278 dan 0,275 poise. Etanol juga menghasilkan kekentalan yang hampir sama dengan alcohol dan aseton yaitu mengalami penurunan. Oada suhu 27oC atau suhu kamar, kekentalan etanol yaitu 1,496 poise, naik pada suhu 30oC kekentalan etanol menjadi 1,267 poise dan pada suhu 35oC kekentalannya menjadi 0,685 poise serta pada variasi suhu paling tinggi pada percobaan ini menghasilkan anga 0,661 poise.

(13)

Dari ketiga jenis zat dapat dilihat bahwa aseton yang memiliki kekentalan yang paling besar, berdasarkan data kekentalan dan dari waktu yang dibutuhkan untuk mengalir pada percobaan menggunakan viscometer. Gaya yang menyebabkan zat (aseton, alkohol dan etanol) mengalir adalah adanya gaya gesek antara lapisan material, sehingga kekentalan menunjukkan tingkat ketahanan cairan untuk mengalir. Semakin kental cairan maka semakin besar kekuatan yang diperlukan agar zat cair bisa mengalir dengan aliran tertentu. Energy pengaktifan yang paling besar adalah pada aseton seperti yang telah dibahas sebelumya. Aseton memiliki kekentalan yang relative lebih besar dibandingkan kedua zat yang lain, sehingga membutuhkan kekuatan yang lebih besar untuk mengalir, karena itu energy pengaktifan aseton adalah 1,274 kJ/mol.K. E atau energy pengaktifan pada alcohol adalah 0,589 kJ/mol.K, sedangkan untuk etanol energy pengaktifannya sebesar 0,635 kJ/mol.K. Harga kekentalan berbanding terbalik dengan suhu. Semakin tinggi suhu maka semakin kecil nilai kekentalannya sehingga gaya gesek antar materialnya semakin kecil. Semakin kecil gaya materialnya maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan suatu zat alir untuk mengalir.

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah mengetahui bahwa kekentalan air lebih kecil dibandingkan dengan aseton, alcohol dan etanol encer. Penurunan kekentalan disebabkan karena faktor suhu, dimna suhu berbanding terbalik dengan kekentalan. Oleh sebab itu, jika suhu dinaikkan maka kekentalan zat cair mengalami penurunan kerapatan. Penurunan kerapatan disebabkan bertambahnya energi dalam hal ini energi kinetik sehingga pergerakan partikelnya renggang. Tenaga pengaktifan zat cair yang lebih besar yaitu pada aseton karena aseton merupakan zat yang lebih kental dibandingkan yang lainnya sehingga semakin kental, energi yang dibutuhkan untuk mengalir juga besar.

4.2 Saran

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. MSDS Akuades. [serial online]. http://www.sciencelab.com/msds.php? msdsId=9927321. diakses 27 Maret 2015.

Anonim. 2015. MSDS Alkohol. [serial online]. http://www.sciencelab.com/msds.php? msdsId=992282. diakses 9 April 2015.

Anonim. 2015. MSDS Aseton. [serial online]. http://www.sciencelab.com/msds.php? msdsId=9927062. diakses 9 April 2015.

Atkins, P. W. 2006. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.

Bird, T. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Martin, A. 1993. Farmasi Fisik 2 edisi 3. Jakarta : UI Press.

Moechtar. 1990. Farmasi Fisika bagian Struktur Atom, Molekul Zat dan Mikrokinetika. Yogyakarta : UGM Press.

Sukardjo. 2004. Kimia Fisika. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Tim Dosen Kimia Fisika. 2012. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik.Semarang.

(15)

Lembar Perhitungan

1. Menghitung kerapatan menggunakan piknometer Volume piknometer : 10.469 mL

1. Air

a. Temperatur 27oC

Massa pikno : (31.131+31.1313+31.129)gram = 31.130 gram

Massa pikno + air : (41.505+41.502+41.500)gram

3 = 41.502 gram

Massa air : 41.502 – 31.130 = 10.372 gram

Kerapatan (p) : volume piknometermassa air = 10.37210.469grammL = 0.991 gram/mL

b. Temperatur 30 oC

Massa pikno : (31.131+31.131+31.129)gram

3 = 31.130 gram

Massa pikno + air : ¿ ¿ = 41.510 gram

Massa air : 41.510 – 31.130 = 10.380 gram

Kerapatan (p) : volume piknometermassa air = 10.38010.469grammL = 0.9915 gram/mL

c. Temperatur 35 oC

Massa pikno : (31.131+31.131+31.129)gram

3 = 31.130 gram

Massa pikno + air : (41.491+41.4913+41.492)gram = 41.491 gram Massa air : 41.491 – 31.130 = 10.361 gram

Kerapatan (p) : volume piknometermassa air = 10.36110.469grammL = 0.989 gram/mL

d. Temperatur 40 oC

Massa pikno : (31.131+31.1313+31.129)gram = 31.130 gram

Massa pikno + air : (41.451+41.467+41.470)gram

3 = 41.463 gram

Massa air : 41.463 – 31.130 = 10.333 gram

Kerapatan (p) : volume piknometermassa air = 10.33310.469grammL = 0.987 gram/mL Massa aseton : 39.314 – 31.130= 8.184 gram

Kerapatan (ρ) : volume piknometermassa air = 8.18410.469grammL = 0.782 gram/mL

b. Temperatur 30 oC

(16)

Massa pikno + aseton : (39.405+39.405+39.402)gram

3 = 39.404 gram

Massa aseton : 39.404 – 31.130= 8.274 gram

Kerapatan (p) : volume piknometermassa air = 8.27410.469grammL = 0.790 gram/mL

c. Temperatur 35 oC

Massa pikno : (31.131+31.131+31.129)gram

3 = 31.130 gram

Massa pikno + aseton : (39.406+39.4043+39.401)gram = 39.404 gram Massa aseton : 40.404 – 31.130 = 8.274 gram

Kerapatan (p) : volume piknometermassa air = 8.27410.469grammL = 0.790 gram/mL

d. Temperatur 40 oC

Massa pikno : (31.131+31.1313+31.129)gram = 31.130 gram

Massa pikno + aseton : (39.375+39.369+39.369)gram

3 = 39.371 gram

Massa aseton : 39.371 – 31.130 = 8.241gram

Kerapatan (p) : volume piknometermassa air = 8.24110.469grammL = 0.787 gram/mL Massa alkohol : 40.453 – 31.130 = 9.323 gram

Kerapatan (p) : volume piknometermassa air = 9.32310.469grammL = 0.890 gram/mL

b. Temperatur 30 oC

Massa pikno : (31.131+31.1313+31.129)gram = 31.130 gram

Massa pikno + alkohol : (40.428+40.427+40.426)gram

3 = 40.427 gram

Massa alkohol : 40.427 – 31.130 = 9.297 gram

Kerapatan (p) : volume piknometermassa air = 9.29710.469grammL = 0.888 gram/mL

c. Temperatur 35 oC

Massa pikno : (31.131+31.1313+31.129)gram = 31.130 gram

Massa pikno + alkohol : (40.488+40.482+40.288)gram

3 = 40.419 gram

Massa alkohol : 40.419 – 31.130 = 9.289 gram

Kerapatan (p) : volume piknometermassa air = 9.28910.469grammL = 0.887 gram/mL

(17)

Massa pikno : (31.131+31.131+31.129)gram

3 = 31.130 gram

Massa pikno + alkohol : (40.307+40.3003+40.297)gram = 40.301 gram Massa alkohol : 40.301 – 31.130 = 9.171 gram

Kerapatan (p) : volume piknometermassa air = 9.17110.469grammL = 0.876 gram/mL

(18)

Pada suhu 300C

ηAlkohol=

tAlkohol. ρAlkohol. ηair

tair. ρair =

1,77s .0,790mL.0,7978grampoise

0,94s .0,9915grammL =1,197poise

Pada suhu 350C

ηAlkohol=

tAlkohol. ρAlkohol. ηair

tair. ρair =

1,59s .0,790mL.0,7225grampoise

1,51s .0,989 grammL =0,608poise

Pada suhu 400C

ηAlkohol=

tAlkohol. ρAlkohol. ηair

tair. ρair =

1,50s .0,787mL.0,6531grampoise

1,41s .0,9870grammL =0,554poise

2.1.1 Hubungan viskositas dengan temperatur Pada suhu 270C

ln η=ln 1,145=0,135 1

T=3001 =0,00333

Pada suhu 300C

ln η=ln 1,197=0,179 1

T=3031 =0,00330

Pada suhu 350C

ln η=ln 0,608=−0,497 1

T=3081 =0,00325

Pada suhu 400C

ln η=ln 0,554=−0,590 1

T=3131 =0,00319

(19)

0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kurva Energi Pengaktifan Aliran Alkohol

ln η

Kurva energi pengaktifan aliran alkohol

2.1.3 Nilai E (tenaga pengaktivan aliran) pada alkohol

η=lna+ER .T1

2,14s .0,890mL.0,8545grampoise

(20)

ηaseton=

taseton. ρaseton. ηair

tair. ρair =

0,65s .0,887mL.0,7225grampoise

1,51s .0,989 grammL =0,278poise

Pada suhu 400C

ηaseton=

taseton. ρaseton. ηair

tair. ρair =

0,67s .0,876mL.0,6531grampoise

1,41s .0,9870 grammL =0,275poise

2.2.1 Hubungan viskositas dengan temperatur Pada suhu 270C

2.2.2 Grafik hubungan antara viskositas dengan temperatur

0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kurva Energi Pengaktifan Aliran Aseton

ln η

Linear (ln η)

1/T

ln

η

Kurva energi pengaktifan aliran aseton

(21)

η=lna+ER .T1

1,67s .0,966mL.0,8545grampoise

0,94s .0,991grammL =1,496poise

1,46s .0,965mL.0,6531grampoise

1,41s .0,9870grammL =0,661poise

2.3.1 Hubungan viskositas dengan temperatur

(22)

ln η=ln 1,496=0,403 1

2.3.2 Grafik hubungan antara viskositas dengan temperatur

0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kurva Energi Pengaktifan Aliran Etanol

ln η

Linear (ln η)

1/T

ln

η

Kurva energi pengaktifan aliran zat X

2.3.3 Nilai E (tenaga pengaktivan aliran) pada zat x

(23)

Gambar

Gambar Viskometer Ostwald

Referensi

Dokumen terkait

Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut akan meningkatkan viskositas larutan dan menyebabkan meningkatnya gaya kohesi antar molekul sirup sehingga gaya adhesi antara larutan dan

Menurut hokum Roult, besarnya penurunan tekanan uap larutan, kenaikan titik didih, dan penurunan titik bekularutan yang mengandung zat terlarut tidak mudah menguap dan tidak

Apabila titik didih zat yang ingin dipisahkan lebih rendah daripada zat pencampur, maka pada saat campuran dipanaskan antara suhu didih zat tersebut dan di bawah suhu didih

penurunan laju respirasi menghambat proses pematangan sehingga tomat yang disimpan pada suhu rendah mengalami susut bobot yang lebih kecil serta perubahan warna menjadi

Fluida non Newtonian adalah fluida yang akan mengalami perubahan viskositas jika terdapat gaya yang bekerja pada fluida. Fluida non newtonian juga disebut dengan

Jika zat padat yang diamati tidak murni, maka akan terjadi penyimpangan dari titik leleh senyawa murninya yang berupa penurunan titik leleh dan perluasan range titik

Suhu pada saat granula pati membengkak dengan cepat dan mengalami perubahan yang bersifat tidak dapat kembali disebut suhu gelatinisasi pati (Nining,2012).. Untuk

Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman