• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PERUSAHAAN TEMPE TAHU CAP MALANG DESA PETIGA TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PERUSAHAAN TEMPE TAHU CAP MALANG DESA PETIGA TAHUN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA

PERUSAHAAN TEMPE TAHU CAP MALANG DESA PETIGA TAHUN

2011-2012

Ni Wayan Praptika Suwandi1, Made Ary Meitriana2, Lulup Endah Tripalupi3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Ekonomi

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {

[email protected]

,

[email protected]

,

[email protected]

}

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) sistem pengendalian persediaan bahan baku perusahaan Tempe Tahu Cap Malang di Desa Petiga, (2) kendala yang dihadapi perusahaan dalam mengendalikan persediaan bahan baku, dan (3) upaya yang dilakukan perusahaan dalam mengatasi kendala pengendalian persediaan bahan baku. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan wawancara, dianalisis menggunakan analisis selisih biaya bahan baku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) sistem pengendalian yang dilakukan perusahaan bersifat sederhana yaitu melaksanakan persediaan berdasarkan pengalaman pemilik perusahaan, (2) kendala yang dihadapi berupa keterbatasan jumlah modal, keterlambatan pengiriman bahan dari supplier, tidak adanya kepastian permintaan dari konsumen, dan perusahaan tidak memiliki jadwal produksi yang pasti, dan (3) upaya yang dilakukan berupa sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab, pengawasan terhadap pengeluaran bahan atau barang, pencatatan keluar masuk bahan atau barang di gudang, pemeriksaan fisik bahan atau barang secara langsung dan pengecekan menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin.

Kata Kunci:sistem pengendalian, persediaan bahan baku, kendala pengendalian, upaya pengendalian Abstract

This research that aims to determine (1) the control system of raw matterials and inventory “Tempe Tahu Cap Malang” company in Petiga village, (2) the constraints problem that faced by the company in controlling raw matterials inventory, (3) the efforts made by the company in controlling raw matterials contrains. The data is collected by interviewing and documenting, analysis by raw materials cost varians analysis. The result showed that (1) the control system of the company is simple implement the companys stock based on owner experiences, (2) obstacles encountered a limitation amount capital, delay in delivery of raw matterials from suppliers, the lack of certainty of orders from customers, and the company does not have definitely production schedule, (3) the efforts to overcome is centralisation of power and responsibility, monitoring expenditure of materials, materials and records out of the goods in the warehouse, a physical inspection of materials directly and can ensure effective cheking routine. Keywords:system control, raw material inventory, constraint control, control efforts

PENDAHULUAN

Dalam perkembangan ekonomi

dewasa ini dunia usaha tumbuh dengan pesat di Indonesia. Hal ini menimbulkan

persaingan yang ketat diantara para

pengusaha. Keadaan ini menuntut

pengusaha untuk bekerja lebih efisien demi

menjaga kelangsungan perusahaan.

Kelangsungan proses produksi di dalam

perusahaan dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti modal, teknologi, persediaan bahan baku, persediaan barang jadi dan tenaga kerja.

Faktor persediaan memiliki peranan penting dalam proses produksi. Persediaan

dalam perusahaan dapat menjamin

efektifitas kegiatan pemasaran. Apabila barang tidak tersedia maka perusahaan

(2)

kehilangan kesempatan merebut pasar dan

perusahaan tidak dapat memasarkan

barang pada tingkat optimal. Dengan

adanya kondisi tersebut perusahaan

dituntut untuk menyediakan bahan baku yang optimal untuk proses produksi setiap periodenya. Penanaman persediaan bahan

baku yang terlalu besar dibandingkan

dengan kebutuhan akan menyebabkan

keuntungan yang diperoleh perusahaan menurun. Hal ini disebabkan adanya biaya

penyusutan, biaya penyimpanan dan

kualitas bahan baku yang menurun, tetapi persediaan bahan baku yang terlalu kecil juga akan menekan keuntungan karena perusahaan tidak dapat bekerja dengan tingkat produktifitas yang optimal.

Perusahaan bertujuan untuk

mencapai tingkat produksi dengan hasil yang optimal dalam satu perioda. Oleh karena itu diperlukan adanya pelaksanaan

produksi yang disertai dengan

pengendaliaan produksi. Pengendalian

produksi bertujuan agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar, sehingga tidak akan kehabisan bahan baku pada saat dibutuhkan karena telah tersedia dan

tersimpan dengan baik di gudang.

Perusahaan juga dituntut menyesuaikan

dalam hal menggunakan faktor-faktor

produksi yang dimiliki secara lebih efisien untuk mencapai keseimbangan antara hasil produksi dengan faktor-faktor produksi yang tersedia. Ketidaktepatan dalam pengadaan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh

perusahaan akan menimbulkan adanya

pemborosan yang mengakibatkan kerugian finansial.

Perusahaan tempe tahu cap Malang

di desa Petiga, Kecamatan Marga,

Kabupaten Tabanan berdiri sejak tahun 2009. Perusahaan tersebut memproduksi

tempe tahu setiap hari dengan

menggunakan bahan baku kedelai yang dibeli dari distributor di daerah Tabanan. Pemesanan kembali bahan baku kedelai

mengunakan model persediaan sistem

kotak yaitu persediaan bahan baku akan langsung terlihat di dalam gudang yang dipergunakan sebagai tempat penyimpanan bahan baku. Dengan cara ini pembelian bahan baku akan dilakukan bila jumlah bahan baku di dalam kotak/gudang yang

dipergunakan sebagai tempat persediaan bahan baku telah mencapai batas tertentu.

Perusahaan tempe tahu Cap

Malang biasanya dalam sekali memesan bahan baku kedelai sejumlah dua ton, yang dipergunakan kurang lebih selama tiga minggu. Dalam sekali produksi biasanya perusahaan menggunakan kurang lebih

100 kg kedelai yang nantinya diolah

menjadi tahu dan tempe. Persediaan bahan baku tersebut ada kalanya tidak dapat

mencukupi kebutuhan pelanggan yang

terus meningkat sehingga perusahaan

melakukan pemesanan kembali yang

menimbulkan adanya biaya tambahan,

sebaliknya pada saat tertentu perusahaan

tahu tempe Cap Malang mengalami

kelebihan stok bahan baku, hal ini

disebabkan berkurangnya permintaan

terhadap tahu dan tempe dari konsumen. Selain itu keterlambatan persediaan bahan baku di distributor juga menghambat proses produksi tempe tahu Cap Malang.

Persediaan merupakan hal penting bagi suatu perusahaan dalam menjaga

keberlangsungan proses produksi.

Persediaan (Inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasi pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumber daya ini dapat berupa internal maupun eksternal.

Permintaan internal dapat berupa

permintaan akan tenaga kerja, modal,

persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan-bahan pembantu atau pelengkap

dan komponen-komponen lain yang

menjadi bagian keluaran produk

perusahaan, sedangkan permintaan

eksternal dapat berupa permintaan dari pasar atau konsumen yang permintaannya tidak dapat diprediksi. Menurut Kusuma (2004:131) “persediaan adalah barang yang

disimpan/digunakan atau dijual pada

periode mendatang, dapat berupa bahan

baku yang disimpan untuk diproses,

komponen yang diproses, barang dalam proses pada proses manufaktur dan barang jadi yang disimpan untuk dijual”. Menurut Pardede (2002:412) “persediaan adalah sejumlah bahan atau barang yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu pada masa

(3)

menyatakan “persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau

persediaan barang-barang yang masih

dalam proses/pengerjaan produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu gunanya dalam suatu proses produksi”. Menurut pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi proses produksi. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, bahan dalam proses ataupun barang jadi.

Persediaan bahan baku dalam

perusahaan bertujuan untuk menjamin

keberlangsungan proses produksi

perusahaan. Menurut Sumayang (2003),

ada tiga alasan mengapa persediaan

diperlukan, yaitu (1) menghilangkan

pengaruh ketidakpastian dimana dalam

menghadapi ketidakpastian tersebut, maka perusahaan menetapkan yang namanya persediaan darurat atau safety stock, (2) memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian, dan (3) untuk

antisipasi perubahan pada demand dan

supplay artinya demand dan suplay yang

dilakukan oleh penjual dan pembeli selalu berubah setiap waktu.

Rangkuti (2000) menyatakan bahwa,

tujuan adanya persediaan yaitu, (1)

menghilangkan resiko keterlambatan

datangnya barang atau bahan-bahan yang

dibutuhkan oleh perusahaan; (2)

menghilangkan resiko dari materi yang dipesan berkualitas tidak baik sehingga

harus dikembalikan; (3) untuk

mengantisipasi bahan-bahan yang

dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran; (4) mempertahankan stabilitas

operasi perusahaan atau menjamin

kelancaran proses produksi; (5) mencapai

penggunaan mesin yang optimal; (6)

memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya dimana keinginan

langganan pada suatu waktu dapat

dipenuhi dengan memberikan jaminan tetap

tersedianya barang jadi tersebut; (7)

membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya.

Persediaan memiliki berbagai jenis, karakteristik, dan cara pengelolaan yang

berbeda. Menurut Handoko (2000)

persediaan dapat dibedakan menurut posisi

barang sebagai; (1) persediaan bahan

mentah (raw materialis), yaitu persediaan

barang-barang yang belum mengalami

pemrosesan atau masih mentah, (2)

persediaan komponen-komponen rakitan

(purchased paris), yaitu persediaan

barang-barang yang terdiri dari

komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi produk, (3) persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses

lebih lanjut menjadi barang jadi, (4)

persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, akan tetapi tidak merupakan bagian atau

komponen barang jadi, (5) persediaan

barang jadi (finished goods), yaitu

persediaan barang-barang yang telah

selesai diproses atau diolah dalam bentuk produk dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.

Rangkuti (2000) menyatakan jenis persediaan menurut fungsinya yaitu (1) fungsi Decoupling adalah persediaan yang

memungkinkan perusahaan dapat

memenuhi permintaan langganan tanpa

tergantung pada supplier; (2) fungsi

Economic Lot Sizing mempertimbangkan

penghematan-penghematan atau potongan pembelian; (3) fungsi Antisipasi apabila

perusahaan menghadapi fluktuasi

permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data masa lalu, yaitu permintaan musiman.

Setiap perusahaan perlu melakukan

pengendalian untuk menjamin aktivitas

produksi yang sedang berjalan agar dapat sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Menurut Hansen (1995: 915) “pengendalian adalah proses penetapan standar dengan

menerima umpan balik berupa kinerja

sesungguhnya dan mengambil tindakan yang diperlukan jika kinerja sesungguhnya berbeda secara signifikan dengan apa yang

(4)

Sementara George R. Tery (2008) menyatakan bahwa pengendalian sebagai

mendeterminasi apa yang telah

dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi

prestasi kerja dan apabila perlu,

menerapkan tindakan-tindakan korektif

sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan.

Pengendalian yang efektif dapat

memberikan keuntungan bagi perusahaan

serta membantu tercapainya tingkat

efisiensi penggunaan modal dalam

perusahaan. Salah satu penggunaan modal dalam perusahaan adalah untuk melakukan pembelian persediaan bahan baku. Dalam menggunakan persediaan tersebut juga

diperlukan pengendalian yang efektif.

Menurut Assauri (2000:176),

“pengendalian persediaan adalah suatu

kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan, bahan baku dan

barang hasil atau produk, sehingga

perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta

kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan

dengan efektif dan efisien”.

Pelaksanaan pengendalian

persediaan yang efektif berkaitan dengan tujuan perusahaan agar penjualan dapat

maksimal dengan penggunaan sumber

daya yang optimal. Pengendalian

persediaan akan menjadi faktor utama keberhasilan perusahaan dalam mencapai

jumlah produksi yang diinginkan oleh

perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen. Assauri (2000:177) menyatakan , Pengendalian persediaan bertujuan untuk (1) menjaga jangan sampai perusahaan

kehabisan persediaan sehingga dapat

mengakibatkan terhentinya proses

produksi; (2) menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul akibat persediaan bahan baku tidak terlalu besar; (3) Menjaga agar

pembelian secara kecil-kecilan dapat

dihindari, karena hal ini akan

mengakibatkan biaya pemesanan menjadi besar.

Dalam pelaksanaan pengendalian yang dilakukan sudah tentu menemui kendala-kendala yang mengakibatkan pengendalian yang dilakukan perusahaan tidak dapat

berjalan dengan efektif. Aisyah (2010)

menyatakan kendala perusahaan dalam mengendalikan persediaan bahan baku, yaitu (1) kurangnya komunikasi antara manajemen produksi dengan manajemen

persediaan mengenai informasi jumlah

persediaan yang tersedia dan yang

diperlukan. Persediaan yang telah

disiapkan sebelumnya untuk

mengantisipasi kekurangan bahan baku, terkadang masih mengalami kekurangan dalam pemenuhan proses produksi. Hal ini dikarenakan kurangnya komunikasi antara manajemen persediaan mengenai jumlah barang yang masih tersedia di gudang

dengan manajemen produksi mengenai

jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam

setiap kali berproduksi. Komunikasi

diantara kedua manajemen ini harus terus terjalin untuk memastikan persediaan dan jumlah yang diperlukan seimbang, (2) tidak adanya jadwal produksi yang pasti dari

perusahaan. Persediaan yang telah

ditetapkan oleh perusahaan, terkadang

menjadi tidak terkontrol jumlahnya

dikarenakan tidak adanya jadwal produksi yang pasti dalam perusahaan baik waktu, jumlah dan kuantitas produksi. Hal ini dapat

menyebabkan persediaan yang telah

disediakan menjadi tidak efektif

penggunaanya, (3) tidak adanya kepastian

persediaan bahan baku dari supplier.

Perusahaan selalu berusaha untuk

memenuhi permintaan konsumen.

Terkadang permintaan konsumen yang

meningkat tidak diimbangi dengan jumlah

persediaan di pasar atau dari

distributor/supplier. Ketidakpastian jumlah

bahan baku yang diperlukan oleh

perusahaan, akan merusak jadwal produksi yang telah ditetapkan oleh perusahaan, (4) keterlambatan pengiriman bahan baku dari

supplier. Persediaan yang terkadang telah

dipesan jauh-jauh hari dari

distributor/supplier mengalami

keterlambatan dikarenakan faktor cuaca, persediaan dari produsen bahan baku yang

terlambat/masa panen yang terlambat

untuk bahan pangan atau dikarenakan jumlah bahan baku yang memang terbatas.

Keterlambatan ini akan mengakibatkan

berhentinya kegiatan produksi perusahaan apabila persediaan diperusahaan sudah menipis, dan (5) tidak adanya kepastian pesanan dari konsumen. Persediaan yang

(5)

telah dipersiapkan oleh perusahaan, baik dalam bentuk bahan baku, bahan setengah jadi ataupun bahan yang telah siap dijual akan menunggu kepastian dari konsumen. Hal ini dikarenakan ketidakpastian pesanan dari konsumen akan sangat mempengaruhi keberadaan bahan-bahan tersebut.

Bahan-bahan yang telah dipersiapkan oleh

perusahaan, merupakan sumber modal

yang menganggur sehingga perusahaan

tidak dapat memutar modal tersebut

sebelum adanya pesanan dari konsumen. Ketidakpastian pesanan ini akan sangat

mempengaruhi kegiatan produksi

perusahaan yang juga akan tidak pasti jadwal produksinya.

Untuk melaksanakan pengendalian

persediaan yang efektif, maka harus

memenuhi persyaratan-persyaratan

menurut Assauri (2004) adalah (1)

terdapatnya gudang yang cukup luas dan teratur dengan pengaturan tempat bahan atau barang yang tetap dan identifikasi bahan atau barang tertentu, (2) sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang dapat dipercaya terutama penjaga gudang, (3) suatu sistem pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan atau

barang, (4) pengawasan mutlak atas

pengeluaran bahan atau barang, (5)

pencatatan yang cukup teliti yang

menunjukan jumlah yang dipesan yang

dibagikan atau dikeluarkan dan yang

tersedia dalam gudang, (6) pemeriksaan fisik bahan atau barang yang ada dalam

persediaan secara langsung, (7)

perencanaan untuk menggantikan barang yang telah dikeluarkan atau barang-barang yang telah lama dalam gudang dan

barang-barang yang sudah usang dan

ketinggalan zaman, (8) pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin.

Dalam setiap perusahaan, selalu

muncul yang namanya biaya. Biaya-biaya

tersebut merupakan pengeluaran yang

dilakukan perusahaan untuk mencapai

tujuan perusahaan. Menurut Sutrisno

(2001:3) ”biaya produksi adalah biaya yang dikorbankan untuk mengolah bahan baku menjadi produk selesai”. Ahmad (2007:34)

mengemukakan bahwa ”biaya produksi

adalah biaya yang dikorbankan untuk

menghasilkan suatu barang”. Menurut

pendapat para ahli di atas dapat

disimpulkan biaya produksi adalah biaya dari semua pengorbanan yang dilakukan

oleh perusahaan untuk mendapatkan

faktor-faktor produksi dan bahan baku yang akan digunakan untuk menghasilkan suatu produk. Hariadi (2002:47) mengemukakan

jenis-jenis biaya produksi dapat

diklasifikasikan menjadi 3, yaitu (1) biaya bahan baku, merupakan bagian penting dalam proses pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi, (2) biaya tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja dalam pabrik yang terlibat langsung dalam proses pengolahan bahan

baku menjadi barang jadi, (3) biaya

overhead pabrik merupakan biaya yang

terjadi di pabrik dan berkaitan dengan proses produksi, diluar biaya bahan dan tenaga kerja langsung.

METODE

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

dokumentasi dan wawancara. Metode

dokumentasi yang dimaksud dilakukan

guna pengumpulan data berupa data

persediaan bahan baku perusahaan, data penggunaan bahan serta harga bahan baku

perusahaan tempe tahu Cap Malang.

Sedangkan wawancara dilakukan terhadap pemilik dan karyawan guna mencari data

berupa kendala yang dihadapi dalam

mengendalikan persediaan bahan baku

serta upaya yang bisa dilakukan

perusahaan dalam mengatasi kendala

pengendalian persediaan bahan baku.

Subyek dalam penelitian ini adalah

Perusahaan Tempe Tahu Cap Malang di

Desa Petiga, Kecamatan Marga,

Kabupaten Tabanan, sedangkan yang

menjadi obyek penelitian adalah sistem

pengendalian persediaan bahan baku. Data primer dalam penelitian ini berupa data mengenai kendala-kendala yang dihadapi

perusahaan dalam mengendalikan

persediaan bahan baku serta upaya yang

dapat dilakukan perusahaan dalam

mengatasi kendala pengendalian

persediaan bahan baku, sementara data sekunder dalam penelitian ini berupa data jumlah persediaan bahan baku perusahaan, data penggunaan bahan baku serta data harga bahan baku perusahaan. Analisis

(6)

yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis data yaitu analisis selisih biaya bahan baku, dimana analisis selisih

biaya bahan baku digunakan untuk

menggambarkan selisih kuantitas bahan baku yang digunakan dan yang disediakan oleh perusahaan, sehingga nantinya akan diketahui jumlah kelebihan dan kekurangan

persediaan bahan baku perusahaan.

Kekurangan bahan baku tersebut dapat merugikan perusahaan karena perusahaan

tidak dapat melaksanakan kegiatan

produksi sesuai dengan kebutuhan

konsumen, sementara kelebihan bahan

baku menguntungkan perusahaan

dikarenakan kelebihan bahan baku tersebut dapat digunakan untuk kegiatan produksi periode berikutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Pengendalian merupakan suatu cara untuk mengevaluasi prestasi kerja dan

apabila perlu, menerapkan

tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan

sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan. Pengendalian persediaan dapat

menentukan prosedur optimal dalam

penentuan jumlah bahan baku yang harus disimpan untuk memenuhi kebutuhan yang

akan datang. Dengan melakukan

pengendalian terhadap persediaan bahan baku maka dapat meminimalisir terjadinya kelebihan ataupun kekurangan persediaan bahan baku yang dapat mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian ataupun

keuntungan. Data kuantitas pesanan

bahan baku tempe tahu Cap Malang

dari tahun 2011 dan 2012 nampak pada tabel 01.

Sesuai dengan tabel 0.1

menerangkan bahwa perusahaan

melakukan pesanan persediaan bahan

baku kedelai setiap bulannya dengan

kuantitas pesanan yang berbeda dan

harga bahan baku standar perusahaan

yang telah ditetapkan. Pesanan bahan

baku yang mengalami fluktuasi setiap

bulannya dikarenakan keterbatasan jumlah

modal yang dimiliki perusahaan dan

berdasarkan prediksi serta pengalaman yang dimiliki pemilik perusahaan terkait jumlah permintaan konsumen yang akan datang.

Data kuantitas pemakaian bahan

baku tempe tahu Cap Malang dari tahun 2011 dan 2012 nampak pada tabel 02 Tabel 01. Data Kuantitas Pesanan Bahan Baku Tahun 2011 dan 2012

Bulan Jumlah Pesanan Bahan Baku tahun 2011 (kg) Jumlah Pesanan Bahan Baku tahun 2012 (kg) Harga Standar (Rp) Januari 2340 2423 7.600 Februari 2780 2790 7.600 Maret 2540 2786 7.600 April 2960 3100 7.600 Mei 3115 2580 7.600 Juni 2110 2975 7.600 Juli 2435 2907 7.600 Agustus 2580 2515 7.600 September 2458 2747 7.600 Oktober 2715 2570 7.600 November 2764 2980 7.600 Desember 3540 2759 7.600

(7)

Sesuai dengan tabel 0.2 bahwa

perusahaan menggunakan persediaan

bahan baku kedelai untuk proses produksi

dengan jumlah yang berbeda setiap

bulannya. Perbedaan penggunaan bahan baku kedelai untuk proses produksi hanya berdasarkan prediksi permintaan tempe

tahu di pasar yang dilakukan pemilik

perusahaan serta ketersediaan kuantitas bahan baku di gudang.

Berdasarkan kuantitas pesanan bahan baku dan kuantitas pemakaian bahan baku yang dilakukan perusahaan untuk kegiatan produksi, maka berdasarkan hasil analisis selisih biaya bahan baku tahun 2011 dan 2012 diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel 03 dan 04.

Tabel 02. Data Kuantitas Pemakaian

Bahan Baku Tahun 2011 dan 2012

Bulan Jumlah Pemakaian Bahan Baku tahun 2011 (kg) Jumlah Pemakaian Bahan Baku tahun 2012 (kg) Januari 2580 2670 Februari 2980 2950 Maret 2384 2850 April 3000 3140 Mei 3250 2760 Juni 2005 2987 Juli 2571 2480 Agustus 2614 2124 September 2800 2860 Oktober 2675 2500 November 2900 2260 Desember 2760 3480

Sumber: Catatan Perusahaan Cap Malang

Tabel 03 Rincian Akibat Selisih Kuantitas Bahan Baku Tahun 2011

Tahun 2011 Jumlah pesanan (kg) Kuantitas pemakaian (kg) Selisih Kuantitas (kg) Harga standar (Rp) Jumlah (Rp) (1) (2) (3) (4) = (2) - (3) (5) (6) = (4) * (5) Januari 2340 2580 -240 Rp 7.600 -1.824.000 Februari 2780 2980 -200 Rp 7.600 -1.520.000 Maret 2540 2384 156 Rp 7.600 1.185.600 April 2960 3000 -40 Rp 7.600 -304.000 Mei 3115 3250 -135 Rp 7.600 -1.026.000 Juni 2110 2005 105 Rp 7.600 798.000 Juli 2435 2571 -136 Rp 7.600 -1.033.600 Agustus 2580 2614 -34 Rp 7.600 -258.400 September 2458 2800 -342 Rp 7.600 -2.599.200 Oktober 2715 2675 40 Rp 7.600 304.000 November 2764 2900 -136 Rp 7.600 -1.033.600 Desember 3540 2760 780 Rp 7.600 5.928.000

(8)

Berdasarkan tabel 03 dan 04 menjelaskan selisih yang menguntungkan dan yang merugikan perusahaan. Selisih

yang menguntungkan dikarenakan

kelebihan persediaan bahan baku

perusahaan dapat digunakan pada perioda

berikutnya dan selisih yang merugikan

dikarenakan perusahaan mengalami

kekurangan bahan baku yang

menyebabkan perusahaan tidak dapat

melakukan kegiatan produksi sesuai

dengan jumlah yang diinginkan.

Berdasarkan hasil wawancara

dengan pemilik dan juga karyawan

perusahaan tempe tahu Cap Malang di

Desa Petiga, Kecamatan Marga,

Kabupaten Tabanan kendala-kendala

pengendalian persediaan bahan baku

tersebut adalah (1) perusahaan hanya

dapat memesan bahan baku sejumlah

modal yang ada di dalam perusahaan. (2) keterlambatan pengiriman bahan baku dari

supplier. Apabila keterlambatan tersebut

terjadi, maka perusahaan tidak dapat

melakukan produksi sesuai jumlah yang seharusnya diproduksi, (3) tidak adanya

kepastian permintaan dari konsumen/

pasar, (4) ketidakpastian ketersediaan

bahan baku dari supplier. Ketidakpastian

ini menyebabkan perusahaan harus

melakukan pemesanan ulang dengan

supplier lainnya dengan waktu pengiriman

yang berbeda yang berdampak pada

kegiatan produksi perusahaan berhenti

sementara. Selain daripada itu pemesanan

dengan supplier lainnya dapat menambah

biaya produksi perusahaan yang

seharusnya tidak perlu untuk dikeluarkan, (5) perusahaan tempe tahu Cap Malang tidak memiliki jadwal produksi yang pasti,

terutama dari segi kuantitas jumlah

produksi. Perusahaan melakukan proses produksi dengan kuantitas bahan baku yang berubah-ubah setiap harinya. Perubahan kuantitas bahan baku atau ketidakpastian

jumlah produksi setiap harinya

menyebabkan bagian gudang yang

melakukan persediaan juga mengalami

ketidakpastian dalam hal pengadaan jumlah bahan baku yang pasti.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik perusahaan tempe tahu Cap Malang diungkapkan upaya-upaya yang dilakukan yaitu sebagai berikut, (1) menyediakan gudang yang cukup luas untuk tempat persediaan bahan baku. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kelangkaan bahan baku di pasar, (2) melakukan pencatatan yang menunjukan jumlah pesanan, jumlah yang digunakan dan yang tersedia dalam

gudang. Hal ini dilakukan untuk

mengifisienkan jumlah yang harus dipesan dengan jumlah yang akan digunakan untuk

kegiatan produksi, (3) melakukan

penggantian terhadap persediaan yang

telah lama tersimpan di gudang dengan bahan baku yang baru. Hal ini untuk Tabel 04 Rincian Akibat Selisih Kuantitas Bahan Baku Tahun 2012

Tahun 2012 Jumlah pesanan (kg) Kuantitas pemakaian (kg) Selisih Kuantitas (kg) Harga standar (Rp) Jumlah (Rp) (1) (2) (3) (4) = (2) - (3) (5) (6) = (4) * (5) Januari 2423 2670 -247 Rp 7.600 -1.877.200 Februari 2790 2950 -160 Rp 7.600 -1.216.000 Maret 2786 2850 -64 Rp 7.600 -486.400 April 3100 3140 -40 Rp 7.600 -304.000 Mei 2580 2760 -180 Rp 7.600 -1.368.000 Juni 2975 2987 -12 Rp 7.600 -91.200 Juli 2907 2480 427 Rp 7.600 3.245.200 Agustus 2515 2124 391 Rp 7.600 2.971.600 September 2747 2860 -113 Rp 7.600 -858.800 Oktober 2570 2500 70 Rp 7.600 532.000 November 2980 2260 720 Rp 7.600 5.472.000 Desember 2759 3480 -721 Rp 7.600 -5.479.600

(9)

mempertahankan kualitas dari barang hasil produksi guna memuaskan konsumen., (4) memesan bahan baku dari distributor lain dengan jumlah pesanan yang relatif lebih sedikit untuk mengantisipasi keterlambatan pesanan dari pemasok utama.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian

menerangkan bahwa sistem pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan tempe tahu Cap Malang masih

bersifat sederhana yaitu melaksanakan

persediaan bahan baku berdasarkan

pengalaman pemilik perusahaan. Oleh

karena itu sistem pengendalian yang

dilakukan belum optimal sehingga

persediaan bahan baku perusahaan sering mengalami kekurangan ataupun kelebihan bahan baku. Handoko (2000) menyatakan jumlah penggunaan serta jumlah pembelian

bahan baku perlu mendapat perhatian

khusus perusahaan dalam melaksanakan

sistem pengendalian bahan baku

perusahaan yang optimal.

Belum optimalnya pengendalian

persediaan bahan baku yang dilakukan

perusahaan menemui kendala dalam

mengendalikan persediaan bahan baku. Kendala-kendala yang dialami perusahaan

sejalan dengan teori yang dinyatakan

Aisyah (2010) yaitu (1) kurangnya

komunikasi antara manajemen produksi dengan manajemen persediaan mengenai informasi jumlah persediaan yang tersedia dan yang diperlukan, (2) tidak adanya jadwal produksi yang pasti dari perusahaan,

(3) tidak adanya kepastian persediaan

bahan baku darisupplier, (4) keterlambatan pengiriman bahan baku dari supplier dan (5) tidak adanya kepastian pesanan dari konsumen. Jadi kendala-kendala tersebut muncul tidak hanya dari intern perusahaan

namun juga dari ekstern perusahaan.

Sehingga perusahaan harus bisa

mengantisapasi kendala-kendala tersebut. Upaya yang dilakukan perusahaan

untuk mengatasi kendala yang dialami

dalam mengendalikan persediaan bahan

baku masih kurang efektif sehingga

perusahaan masih sering mengalami

kekurangan persediaan bahan baku. Upaya

yang bisa dilakukan perusahaan guna

mengatasi kendala-kendala pengendalian

bahan baku menurut Assauri (2004) yaitu (1) sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang dapat dipercaya terutama penjaga gudang, (2) pengawasan

mutlak atas pengeluaran bahan atau

barang, (3) pencatatan yang cukup teliti yang menunjukan jumlah yang dipesan,

digunakan atau dikeluarkan dan yang

tersedia dalam gudang, (4) menerapkan suatu sistem pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan atau barang, (5) pemeriksaan fisik bahan atau barang yang ada dalam persediaan secara langsung, dan (6) pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin. Jadi upaya yang dilakukan perusahaan dalam mengatasi kendala pengendalian persediaan bahan baku lebih pada upaya yang dilakukan dari intern perusahaan agar nantinya dapat melaksanakan pengendalian secara lebih

baik guna menghindari kerugian yang

ditimbulkan akibat belum optimalnya sistem pengendalian terhadap persediaan bahan baku perusahaan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan pada penelitian ini dapat

disimpulkan sebagai berikut. (1) Sistem pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan tempe tahu Cap Malang tahun 2011-2012 masih bersifat sederhana, yaitu melaksanakan persediaan

bahan baku berdasarkan pengalaman

pemilik perusahaan. Apabila jumlah tempe

tahu yang terjual lebih banyak maka

perusahaan akan melakukan persediaan lebih banyak, begitu pula sebaliknya apabila jumlah tempe tahu yang terjual sedikit maka

kuantitas pesanan bahan baku akan

dikurangi, (2) Kendala yang dihadapi

perusahaan dalam mengendalikan bahan baku berupa keterbatasan jumlah modal yang dimiliki perusahaan, keterlambatan pengiriman bahan baku dari supplier, tidak

adanya kepastian permintaan dari

konsumen, ketidakpastian ketersediaan

bahan baku dari supplier, dan perusahaan tidak memiliki jadwal produksi yang pasti,

terutama dari segi kuantitas jumlah

produksi, dan (3) Untuk mengatasi kendala pengendalian persediaan bahan baku tahun 2011-2012 perusahaan melakukan upaya

(10)

tanggung jawab terutama penjaga gudang, pengawasan atas pengeluaran bahan atau barang, catatan yang menunjukkan keluar masuk bahan atau barang di gudang,

pemeriksaan fisik bahan atau barang

secara langsung, dan pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin. SARAN

Berdasarkan simpulan hasil penelitian

dapat diajukan saran yang sekiranya dapat digunakan oleh pihak perusahaan dalam

menetapkan kebijakan terutama dalam

pengendalian persediaan bahan baku di masa yang akan datang. (1) Sebaiknya perusahaan menetapkan jadwal produksi yang pasti sehingga perusahaan dapat memperkirakan jumlah bahan baku yang akan dipakai dan yang harus disediakan. (2) Komunikasi antara penanggung jawab gudang dengan bagian produksi harus ditingkatkan guna menghindari kekurangan

ataupun kelebihan bahan baku yang

digunakan dalam kegiatan produksi

perusahaan. (3) Perusahaan sebaiknya

meningkatkan komunikasi dengan pihak

supplierbahan baku agar bahan baku yang

diperlukan selalu dapat terpenuhi tepat waktu dan tepat jumlah.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kamaruddin. 2007. Akuntansi

Manajemen Dasar-Dasar Konsep

Biaya Dan Pengambilan Keputusan.

Edisi Revisi Kelima. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Assauri, S. 2000.Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia.

---. 2004. Manajemen Produksi dan

Operasi. Edisi Revisi. Jakarta:

Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia

Baroto, T. 2002. Perencanaan dan

Pengendalian Produksi. Jakarta:

Ghalia Indonesia.

Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian

Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Handoko, T. H. 2000. Dasar-Dasar

Manajemen Produksi dan Operasi.

Yogyakarta: BPFE.

Hansen, Don. R dan Mowen Maryanne.

1995. Akuntansi Manajemen.

Terjemahan Ancella A Hermawan.

Management Accounting. Jakarta:

Erlangga.

Hariadi, Bambang. 2002. Akuntansi

Manajemen. Edisi Pertama,

Cetakan Pertama, Yogyakarta:

BPFE.

Harnanto dan Zulkifli. 2003. Manajemen

Biaya. Edisi Pertama, Cetakan

Pertama. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Kusuma, H. 2004. Manajemen Produksi.

Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Edisi ke 5, Cetakan Ketujuh. Yogyakarta: Unit

Penerbit dan Percetakan (UPP)

AMP YKPN.

Pardede, P.M. 2002. Manajemen Operasi

dan Produksi. Yogyakarta: Andi

Yogyakarta.

Prawironegoro, Darsono. 2006. Manajemen

Keuangan. Cetakan Ke-1. Jakarta:

Diadit Media.

Rangkuti, F. 2000. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Cetakan ke-4. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Render, B dan J.Heizer. 2005. Manajemen

Operasi (Terjemahan). Jakarta:

Salemba Empat.

Sumayang, L. 2003. Dasar-Dasar

Manajemen Produksi dan Operasi.

Gambar

Tabel 02. Data Kuantitas Pemakaian Bahan Baku Tahun 2011 dan 2012

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui metode pengendalian persediaan bahan baku yang sebaiknya dilaksanakan oleh perusahaan agar dapat meminimumkan biaya persediaan... Universitas

Pengendalian persediaan bahan baku kopi pada Daerah Perkebunan Kabupaten Jember terdiri dari dua sistem yaitu pengendalian administratif yang

Pengendalian persediaan yang selama ini dilakukan oleh CV.X adalah berdasarkan perkiraan dari pemilik semata, sehingga sering terjadi kekurangan bahan baku

Pengendalian persediaan yang selama ini dilakukan oleh perusahaan adalah berdasarkan data-data penjualan pada periode sebelumnya untuk memperkirakan penjualan di masa

Berdasarkan hasil penelitian dan setelah dilakukannya pengujian alpha dan betha terhadap sistem informasi pengendalian dan perencanaan persediaan bahan baku di Maika-Etnik,

H1 : Diduga sistem pengendalian persediaan bahan baku pada Perusahaan Batik CV Cempaka belum optimal. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan tentang bahwa menggunakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian persediaan bahan baku produk benang sutera pada kelompok tani batu tungke’e di Kecamatan Donri-Donri Kabupaten Soppeng telah berjalan

Sebaiknya kebijaksanaan pengendalian persediaan bahan baku perusahaan memakai metode Material Requiremant Planning MR P , } aitu suatu sistem perencanaan dan penjadw:ilan kebutulian