BAB 4
4.1 Gambaran Umum Kota Tanjungbalai
Pemahaman terhadap kondisi fisik dasar wilayah perencanaan yang akan dikemukakan adalah meliputi letak geografis dan batas administrasi, aspek topografi/kemiringan lahan, kondisi geologi/jenis tanah, klimatologi dan hidrologi. Aspek tersebut akan menentukan daya dukung lahan serta daya tampung ruang fisik lahan terhadap arah pengembangan wilayah pada masa mendatang.
4.1.1 Sejarah Kota Tanjungbalai
Sejarah Kerajaan Asahan dimulai dengan penobatan raja pertama Kerajaan tersebut yang berlangsung meriah disekitar kampung Tanjung. Peristiwa penabalan raja pertama Kerajaan Asahan tersebut terjadi tepatnya pada tanggal 27 Desember 1620, dan tanggal 27 Desember kemudian ditetapkan sebagai “hari jadi Tanjungbalai” dengan surat keputusan DPRD Tanjungbalai Nomor : 4/DPRD/TB/1986 Tanggal 25 November 1986.
Mengenai asal usul nama Kota “Tanjungbalai” menurut cerita rakyat yang ada di Tanjungbalai bermula dari sebuah kampung yang ada disekitar ujung tanjung di muara Sungai Silau dan aliran Sungai Asahan. Lama kelamaan balai yang dibangun semakin ramai disinggahi karena tempatnya yang strategis sebagai bandar kecil tempat melintas ataupun orang-orang yang ingin bepergian ke hulu Sungai Silau. Tempat itu kemudian dinamai “Kampung Tanjung” dan orang lazim menyebutnya balai “Di Tanjung”.
Ditemukannya kampung Tanjung kemudian menjadikan daerah itu menjadi semakin ramai dan berkembang menjadi sebuah negeri. Penabalan Sultan Abdul Jalil sebagai raja pertama Kerajaan Asahan di kampung Tanjung kemudian memulai sejarah pemerintahan Kerajaan Asahan pada tahun 1620. Dalam catatan sejarah, Kerajaan Asahan pernah diperintah oleh delapan orang raja yang sejak raja pertama Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah tahun 1933, yang kemudian mangkat pada tanggal 17 April 1980 di Medan dan di makamkan di kompleks Mesjid Raya Tanjungbalai.
perkebunan-perkebunan di daerah Sumatera Timur termasuk daerah Asahan seperti H.A.P.M., SIPEF, London Sumatera (Lonsum) dan lain-lain, maka Tanjungbalai sebagai kota pelabuhan dan pintu masuk ke daerah Asahan menjadi penting artinya bagi perkembangan perekonomian Belanda.
Dengan telah berfungsinya jembatan Kisaran dan dibangunnya jalan kereta api Medan-Tanjungbalai, maka hasil-hasil dari perkebunan dapat lebih lancar disalurkan atau di ekspor melalui kota pelabuhan Tanjungbalai. Untuk memperlancar kegiatan perkebunan, maskapai-maskapai Belanda membuka kantor dagangnya di Tanjungbalai antara lain: kantor K.P.M., Borsumeij dan lain-lain, maka pada abad XX mulailah penduduk bangsa Eropa tinggal menetap di Tanjungbalai. Assisten Resident van Asahan berkedudukan di Tanjungbalai dan karena jabatannya bertindak sebagai Wali Kota dan Ketua Dewan (Voorziter van den Gemeenteraad).
Sebagai kota pelabuhan dan tempat kedudukan Assisten Resident Tanjungbalai juga merupakan tempat kedudukan Sultan Kerajaan Asahan. Pada waktu Gementee Tanjungbalai didirikan atas Besluit G.G. tanggal 27 Juni 1917 No. 284, luas wilayah Gementee Tanjungbalai adalah 106 Ha. Atas persetujuan Bupati Asahan melalui maklumat tanggal 11 Januari 1958 No. 260 daerah-daerah yang dikeluarkan (menurut Stbl. 1917 No. 641) dikembalikan pada batas semula, sehingga menjadi seluas 200 Ha.
Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No. 9 Tahun 1956, Lembaran Negara 1956 No. 60 nama Hamintee Tanjungbalai diganti dengan kota kecil Tanjungbalai dan Jabatan Wali Kota terpisah dari Bupati Asahan berdasarkan surat Menteri Dalam Negeri tanggal 18 September 1956 No. U.P. 15/2/3. Selanjutnya dengan UU No. 1 Tahun 1957 nama kota kecil Tanjungbalai diganti menjadi Kotapraja Tanjungbalai.
Dari tahun ke tahun Tanjungbalai terus berkembang, para pendatang dari berbagai tempat dengan tujuan untuk berdagang, kemudian menetap di Tanjungbalai, sehingga kota ini telah menjadi kota yang berpenduduk padat. Sebelum Kota Tanjungbalai diperluas dari hanya 199 ha (2 Km2) menjadi 60.52 Km2, kota ini pernah menjadi kota terpadat di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk lebih kurang 40.000 orang dengan kepadatan penduduk lebih kurang 20.000 jiwa per Km2.
Akhirnya Kota Tanjungbalai diperluas menjadi ± 60 Km² dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1987, tentang perubahan batas wilayah Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan, saat itu Kota Tanjungbalai terdiri dari 5 Kecamatan.
Berdasarkan SK. Gubsu No.146.1/3372/SK/1993 28 Oktober 1993 desa dan kelurahan telah dimekarkan men- jadi bertambah 5 desa dan 7 kelurahan persiapan sehingga menjadi 19 desa dan 11 kelurahan di Kota Tanjungbalai. Berdasarkan Perda No. 23 Tahun 2001 seluruh desa
Dengan keluarnya Peraturan Daerah (Perda) Kota Tanjungbalai Nomor 4 Tahun 2005 tanggal 4 Agustus 2005 tentang pembentukan Kecamatan Datuk Bandar Timur dan Nomor 3 Tahun 2006 tanggal 22 Pebruari 2006 tentang Pembentukan Kelurahan Pantai Johor di Kecamatan Datuk Bandar, maka wilayah Kota Tanjungbalai menjadi 6 Kecamatan dan 31 Kelurahan. Kecamatan yang ada di Kota Tanjungbalai adalah:
1. Kecamatan Datuk Bandar.
Kota Tanjungbalai merupakan salah satu daerah yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kota Tanjungbalai berada pada 2º58’15” – 3º01’32” Lintang Utara dan 99º48’00” – 99º50’16” Bujur Timur, berada pada pertemuan 2 (dua) sungai besar yaitu Sungai Asahan dan Sungai Silau yang bermuara ke Selat Malaka. Kota Tanjungbalai secara administrasi berbatasan dengan Kabupaten Asahan, yakni :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tanjungbalai Kabupaten Asahan. - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan. - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan. - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sei Kepayang Kabupaten Asahan.
Kota Tanjungbalai memiliki luas wilayah sebesar 6.052 Ha atau 60,52 Km² (0,08% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara) dengan ketinggian 0–3 meter di atas permukaan laut dan senantiasa dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Tanjungbalai Tahun 2012
Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013
Gambar 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Tanjungbalai Tahun 2012
Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari 6 (enam) Kecamatan yang ada, Kecamatan Datuk Bandar memiliki wilayah terluas yakni 2.249 Ha sementara Kecamatan Tanjungbalai Utara memiliki wilayah yang terkecil yaitu 84 Ha. Orientasi Kota Tanjungbalai lingkup sumatera utara dapat dilihat pada Gambar 4.2, Sedangkan wilayah administrasi Kota Tanjungbalai dapat dilihat padaGambar 4.3berikut ini:
Kecamatan Luas (Ha) Ratio Terhadap Total (%)
Gambar 4.2 Peta Orientasi Wilayah Kota Tanjungbalai
Gambar 4.3 Peta Administrasi Kota Tanjungbalai
Wilayah administrasi pemerintahan Kota Tanjungbalai terdiri dari 6 Kecamatan, 31 Kelurahan dan 187 Lingkungan. Seluruh kelurahan yang ada di Kota Tanjungbalai termasuk dalam kategori kelurahan swasembada. Penyebaran jumlah kelurahan yang ada d kota Tanjungbalai perkecamatannya cukup merata, dimana tiap satu kecamatan terdiri dari 5 hingga 6 kelurahan. Kota Tanjungbalai dipimpin oleh seorang Walikota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padatabel 4.2.
Tabel 4.2 Banyaknya Kelurahan dan Lingkungan Menurut Kecamatan di Kota Tanjungbalai Tahun 2012
Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013
Tabel 4.3 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan dan Klasifikasi Kelurahan di Kota Tanjungbalai Tahun 2012
Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013
Luas wilayah dan jumlah penduduk Kota Tanjungbalai menurut Kecamatan pada tahun 2012 dapat di lihat padaTabel 4.4berikut ini:
Tabel 4.4 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kota Tanjungbalai Menurut Kecamatan Tahun 2012
Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013
Dari tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Tanjungbalai Utara memiliki tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi dengan luas wilayah yang lebih kecil dibandingkan dengan wilayah kecamatan lainnya.
Tabel 4.5 Jarak dari Ibukota Tanjungbalai ke Ibukota Kecamatan Tahun 2012
Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013
Datuk Bandar 22,29 37,16 34.394 21,88 1.529
Datuk Bandar Timur 14,57 24,07 27.417 17,44 1.882
Tanjungbalai Selatan 1,98 3,27 19.673 12,52 9.936
Tanjungbalai Utara 0,84 1,39 16.143 10,27 19.218
Sei Tualang Raso 8,09 13,37 23.113 14,71 2.857
Teluk Nibung 12,55 20,74 36.435 23,18 2.903
Jumlah 60,52 100,00 157.175 100,00 2.597
Kecamatan Ibukota Kecamatan Jarak (Km)
(1) (2) (3)
Datuk Bandar Pahang 0,5
Datuk Bandar Timur Selat Tanjung Medan 7,5
Tanjungbalai Selatan Pantai Burung 6,0
Tanjungbalai Utara Tanjungbalai Kota III 7,0
Sei Tualang Raso Sei Raja 6,0
4.1.3 Keadaan Iklim
Seperti daerah-daerah lain yang berada di kawasan Provinsi Sumatera Utara, Kota Tanjungbalai termasuk daerah beriklim tropis yang memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim.
Berdasarkan data Balai Informasi Penyuluhan Pertanian (BIPP), pada tahun 2012 terdapat 122 hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak 1.745 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu 265 mm dengan hari hujan sebanyak 14 hari. Sedangkan curah hujan terkecil terjadi pada bulan Januari sebesar 50 mm dengan hari hujan 7 hari.
Jika dilihat dari banyaknya curah hujan yang turun, musim hujan terjadi pada bulan Maret– April dan bulan Oktober–Desember, dimana puncaknya terjadi pada bulan Desember. Musim kemarau pada bulan Januari, Februari, Mei, Juni, Juli, Agustus, dan September dengan puncaknya pada bulan Januari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padaTabel 4.7berikut ini.
4.1.4 Penggunaan Lahan
Berdasarkan hasil interpretasi Citra Ikonos 2008, jenis penggunaan lahan yang terdapat di Kota Tanjungbalai terdiri dari penggunaan lahan terbangun sebesar 57,31 % dan lahan non terbangun 42,69 %. Jenis lahan terbangun yang terdapat di Kota Tanjungbalai terdiri dari bangunan perumahan, perkantoran, fasilitas umum dan sosial, industri dan lain-lain. Sedangkan jenis lahan non terbangunnya, antara lain persawahan, perkebunan rakyat, kebun campuran dan lain-lain.
Sampai dengan tahun 2008, jumlah penggunaan lahan tertinggi di Kota Tanjungbalai adalah untuk lahan perkebunan yaitu seluas 2.507,429 Ha sedangkan penggunaan lahan
terkecil adalah untuk sarana kesehatan yaitu 0,5 Ha. Untuk jelasnya penggunaan lahan di Kota Tanjungbalai dapat dilihat pada Tabel 4.8danGambar 4.4berikut ini:
Tabel 4.8 Jenis Penggunaan Lahan di Kota Tanjungbalai Tahun 2008
Gambar 4.4 Jenis Penggunaan Lahan Kota Tanjungbalai
4.2 Kondisi Fisik Dasar
4.2.1 Geologi
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, jenis batuan yang ada di wilayah Kota Tanjungbalai dapat digolongkan terhadap beberapa bagian, antara lain: Jenis batuan yang meliputi alluvium (alluvium muda dan alluvium tua). Jenis ini tersebar hampir di seluruh antara lain : Kecamatan Datuk Bandar (Kelurahan Sijambi).
3. Aneka Terobosan, jenis ini menyebar disebagian Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Sei Tualang Raso.
4.2.2 Kemiringan Lahan
Data kemiringan ini dapat diturunkan menjadi beberapa data yang bekaitan dengan bentuk bentang alam dan kemiringannya, antara lain; data morfologi dan kemiringan lereng. Ditinjau dari kondisinya, Kota Tanjungbalai memiliki kemiringan lahan 0-2 % dan kondisi morfologi yang relatif datar. Sedangkan kondisi wilayah di atas permukaan laut per kecamatan dapat dilihat padaTabel 4.9berikut:
4.2.3 Jenis Tanah
Jenis tanah yang terdapat di Kota Tanjungbalai meliputi : alluvial, hidromorfik kelabu dan podsolik merah kuning. Jenis alluvial ini tersebar hampir diseluruh wilayah Kota Tanjungbalai sedangkan jenis podsolik merah kuning dan hidromorfik kelabu tersebar di bagian selatan Kota Tanjungbalai.
4.3 Profil Demografi
4.3.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk di Kota Tanjungbalai tahun 2011-2012
sebesar 0.82% dimana jumlah penduduk tahun 2011 sebanyak 155.889 jiwa dan di tahun 2012 bertambah sebanyak 1.286 jiwa menjadi 157.175 jiwa. Jika dirinci per kecamatan, maka kecamatan dengan pertumbuhan penduduk paling tinggi adalah Kecamatan Teluk Nibung yaitu 0,99%. Jumlah penduduk di kecamatan ini pada tahun 2011 sebanyak 36.079 jiwa dan di tahun 2012 menjadi 36.435 jiwa (bertambah sebanyak 356 jiwa).
Kecamatan yang rata-rata tingkat pertumbuhan penduduknya paling rendah adalah Kecamatan Tanjungbalai Selatan yaitu 0,41%. Sedangkan jumlah penduduk yang paling rendah yaitu pada Kecamatan Tanjungbalai Utara. Pada tahun 2011 jumlah penduduk di kecamatan ini sebanyak 16.031 jiwa dan di tahun 2012 menjadi 16.143 jiwa atau bertambah 112 jiwa.
Untuk lebih jelasnya tren perkembangan jumlah penduduk mulai tahun 2011 sampai tahun 2012 per kecamatan di Kota Tanjungbalai dapat dilihat padaTabel 4.10.
Sedangkan Proyeksi penduduk dilakukan dengan menggunakan laju pertumbuhan historis berdasarkan data Hasil Sensus Penduduk tahun 2000 dan 2010 tersebut, dengan catatan diambil laju pertumbuhan penduduk minimal 0,3% per tahun untuk laju pertumbuhan penduduk yang negatif. Hasil proyeksi penduduk per kecamatan Kota Tanjungbalai dapat dilihat sebagaimana padaTabel 4.11berikut :
Tabel 4.11 Proyeksi Penduduk Kecamatan di Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2030
Sumber : RTRW Kota Tanjungbalai Tahun 2013 - 2033
Tabel 4.12 Banyaknya Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Tanjungbalai Tahun 2012
No Kecamatan
Tahun
2010 2015 2020 2025 2030 R%
1 Datuk Bandar 33.797 36.230 38.838 41.634 44.631 1,4
2 Datuk Bandar
Timur 26.942 27.349 27.761 28.180 28.605 0,3
3 Tanjungbalai
Selatan 19.330 19.622 19.918 20.218 20.523 0,3
4 Tanjungbalai
Utara 15.862 16.101 16.344 16.591 16.841 0,3
5 Sei Tualang
Raso 22.712 26.715 31.424 36.962 43.477 3,3
6 Teluk Nibung 35.802 40.705 46.279 52.616 59.821 2,6
Jumlah 154.445 166.721 180.564 196.202 213.900 1,54-1,74
Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah Rasio Jenis
Kelamin
Pria Wanita
(1) (2) (3) (4) (5)
Datuk Bandar 17.242 17.152 34.394 100,52
Datuk Bandar Timur 14.125 13.292 27.417 106,27
Tanjungbalai Selatan 9.573 10.100 19.673 94,78
Tanjungbalai Utara 8.089 8.054 16.143 100,43
Sei Tualang Raso 11.678 11.435 23.113 102,13
Teluk Nibung 18.495 17.940 36.435 103,09
Gambar 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Tanjungbalai Tahun 2012
Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013
Tabel 4.13 Penduduk Kota Tanjungbalai Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2012
Kelompok Umur
Penduduk Persentase
Terhadap Total Laki-Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5)
0-4 9.369 8.974 18.343 11,67
5-9 9.183 8.567 17.750 11,29
10-14 8.875 8.582 17.457 11,11
15-19 8.162 7.991 16.153 10,28
20-24 6.819 6.524 13.343 8,49
25-29 6.471 6.284 12.755 8,11
30-34 6.231 5.951 12.182 7,75
35-39 5.649 5.464 11.113 7,07
40-44 4.728 4.781 9.509 6,05
Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013
Gambar 4.6 Penduduk Kota Tanjungbalai Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2012
Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013
50-54 3.337 3.428 6.765 4,30
55-59 2.554 2.568 5.122 3,26
60-64 1.637 1.768 3.405 2,17
65-69 960 1.157 2.117 1,35
70-74 571 794 1.365 0,87
75+ 527 1.024 1.551 0,99
Tabel 4.14 Banyaknya Penduduk, Rumah Tangga, dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga di Kota Tanjungbalai Tahun 2012
Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013
4.3.2 Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/Tingkat Kesejahteraan
Jumlah penduduk yang bekerja pada usia 15 Tahun keatas pada tahun 2012 menurut jenis kelamin dan lapangan usaha, sektor yang paling dominan sebagai mata pencaharian penduduk adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran berjumlah 16.637 jiwa, sektor pertanian 13.122 jiwa, sektor jasa 12.470 jiwa, sektor angkutan dan komunikasi 5.431 jiwa, sektor industri 4.575, sektor konstruksi 2.272 jiwa, sektor keuangan 619 jiwa, sektor listrik, gas, air 215 jiwa, sektor pertambangan dan galian 116 jiwa. Jumlah penduduk yang bekerja pada usia 15 tahun keatas dapat dilihat pada tabel 4.15 dan gambar 4.7 berikut ini.
Tabel 4.15 Mata Pencaharian Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Lapangan Usaha 2012
Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013
Listrik, Gas dan Air 116 99 215
Konstruksi 2.272 0 2.272
Perdagangan, Hotel & Restoran 8.738 7.899 16.637
Angkutan dan Komunikasi 5.431 0 5.431
Keuangan 518 101 619
Jasa 4.919 7.551 12.470
Gambar 4.7 Mata Pencaharian Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Lapangan Usaha 2012
Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013
4.3.3 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Tanjungbalai
Penduduk yang berumur 15 Tahun keatas pada tahun 2012 menurut kelompok umur dan jenis kelamin terbagi dalam tiga kelompok umur. Kelompok umur 15-24 laki-laki berjumlah 6.678, perempuan berjumlah 3.434, usia 25-54 laki-laki berjumlah 27.239, perempuan berjumlah 12.188, usia 55 tahun keatas laki-laki berjumlah 3.736, perempuan berjumlah 2.182. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padaTabel 4.16berikut ini:
1
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000
Tabel 4.16 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang bekerja Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Tanjungbalai Tahun 2012
Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013
Tabel 4.17 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama di Kota Tanjungbalai Tahun 2010-2012
Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
15 - 24 6.678 3.434 10.112
25 - 54 27.239 12.188 39.427
55+ 3.736 2.182 5.918
Jumlah 37.653 17.804 55.457
Jenis Kegiatan
Tahun
2010 2011 2012
(1) (2) (3) (4)
A. Angkatan Kerja 6.678 66.772 65.055
1. Bekerja 27.239 59.509 55.457
2. Mencari Kerjaan 3.736 7.263 9.598
B. Bukan Angkatan Kerja 33.573 31.182 32.472
Tenaga Kerja (A+B) 96.317 97.954 97.527
Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (%) 65,14 68,17 66,70
Tingkat pengangguran
Tabel 4.18 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama di Kota Tanjungbalai Tahun 2010-2012
Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013
Tabel 4.19 Banyaknya Pencari Kerja Terdaftar dan Dapat Ditempatkan Menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan di Kota Tanjungbalai Tahun 2012
Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013
B. Bukan Angkatan Kerja 5118 27.354 32.472
Tenaga Kerja (A+B) 48.692 48.835 97.527
4.4 Profil Ekonomi
Pada hakekatnya pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota adalah merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, membuka peluang kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan perkapita.
Berdasarkan letak geografis yang sangat strategis, maka potensi Kota Tanjungbalai yang dapat dikembangkan antara lain :
1. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara bahwa Kota Tanjungbalai dikembangkan
sebagai Pusat Pelayanan Sekunder A sebagai Pusat Pembangunan Kawasan Sektor Unggulan meliputi : Perkebunan, Pertanian dan Industri terhadap wilayah hinterlandnya. 2. Sebagai jalur transit perdagangan internasional dari negara tetangga seperti Malaysia
dan Singapura dan Pelabuhan alternatif bagi daerah hinterland, seperti : Kabupaten Asahan, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Riau Kepulauan, Pesisir Provinsi Riau dan kota-kota besar lainnya di Sumatera Utara.
3. Mempunyai lahan yang cukup luas dan produktif untuk pengembangan sebagai kota industri, perdagangan, pelayanan jasa telekomunikasi yang didukung oleh Pelabuhan Teluk Nibung sebagai andalan keluar masuk barang (ekspor – impor) dan penumpang. 4. Dapat dilalui dengan sarana transportasi darat dan sungai.
5. Fasilitas andalan yang tersedia seperti : jaringan air minum, listrik, transportasi darat dan kereta api, sarana pendidikan, sarana kesehatan, serta sarana lainnya.
6. Sumber daya alam yang tersedia seperti : kandungan mineral, galian C Sungai Silau dan Sungai Asahan.
7. Mempunyai sumber daya alam yang dapat dikembangkan disektor perikanan khsususnya perikanan tangkap dan budidaya.
8. Sumber daya manusia yang dapat dikembangkan.
4.5 Profil Sosial Budaya
Penduduk Kota Tanjungbalai terdiri dari beraneka ragam suku bangsa yang berdasarkan persentasenya antara lain yaitu Suku Batak (Simalungun, Toba, Mandailing, Pak-pak dan Karo) sebanyak 42,56%, Jawa 17,06%, Melayu 15,41%,, Minang 3,58%, Aceh 1,11% dan lainnya 20,28%. Penduduk Kota Tanjungbalai sebahagian besar adalah beragama Islam yaitu sebanyak 81,99 % dan yang lainnya adalah pemeluk agama Budha 9.07 %, Kristen Protestan 7.78 %, Kristen Khatolik 1,06 %, Hindu 0,08 % dan lainnya 0,03 %.
1. Adanya kecenderungan (trend) masyarakat untuk bermukim (bertempat tinggal dan berusaha) didaerah bantaran sungai yang termasuk dalam kawasan rawan terhadap genangan air (Kecamatan Teluk Nibung, Tanjungbalai Utara dan Kecamatan Datuk Bandar Timur).
2. Adanya kecenderungan masyarakat untuk memanfaatkan tanah miliknya (yang dikuasainya) secara maksimal, sehingga mengabaikan ketentuan koefisien dasar bangunan (KOB) dan sempadan bangunan yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan.
3. Adanya pergeseran persepsi/konsepsi masyarakat mengenai penguasaan tanah, dimana
tanah tidak dipandang hanya sebagai alat produksi dan identitas kewarganegaraannya tetapi juga merupakan komoditi yang dapat diperjual belikan.
4. Masyarakat Kota Tanjungbalai berbudaya melayu yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu, Budha, Islam dan Belanda.
4.6 Kondisi Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya Kota Tanjungbalai
Infrastruktur untuk mendukung pergerakan masyarakat yang ada di Kota Tanjungbalai khusus nya bidang PU / Cipta Karya sebagian telah rusak (rusak ringan dan rusak berat ) karena sering terjadi genangan air karena curah hujan. Sehingga di perlukan perbaikan dan peningkatan pembangunan infrastruktur tersebut agar dapat di fungsikan kembali. Selain itu juga diperlukan pembangunan sarana dan prasarana dasar yang baru termasuk infrastruktur pendukungnya sebagai akibat pertambahan jumlah penduduk.
4.6.1 Bidang Air Minum
Syarat air minum adalah air yang tidak berwarna secara fisik, kimia dan bakteriologi. Secara fisik air minum adalah tak berwarna dan berbau, secara kimia tidak mengandung bahan kimia beracun yang berbahaya bagi tubuh dan secara bakteriologi adalah air yang tidak mengandung bakteri berbahaya terhadap tubuh manusia.
Penyediaan air minum pada prinsipnya merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah Kota Tanjungbalai sebagai regulator dan PDAM sebagai operator pelayanan air minum, namun dalam realisasinya penyediaan air minum oleh PDAM tersebut belum mampu menjangkau seluruh wilayah perkotaan apalagi perdesaan. Untuk saat ini sebagian daerah yang belum terjangkau oleh pelayanan PDAM, khususnya di daerah perdesaan, penyediaan air minumnya dilakukan oleh masyarakat sendiri. Dengan adanya pertumbuhan penduduk yang pesat dan perkembangan wilayah, maka akan diperlukan upaya percepatan pembangunan prasarana dan sarana air minum untuk meningkatkan tingkat pelayanan yang saat ini masih rendah.
mempengaruhi sistem penyediaan air bersih yang akan dikembangkan seperti penggunaan air baku untuk kegiatan lain.
Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum di Kota Tanjungbalai dikelola oleh PDAM “ Tirta Kualo “ khususnya di 6 wilayah pelayanan. Dalam penentuan prioritas rencana pengembangan sarana air bersih selain pertimbangan yang terdapat dalam RTRW hal-hal lain yang harus di perhatikan diantaranya :
1. Kebutuhan mendesak akan air bersih yang dapat di lihat dari jumlah penduduk dan fungsi dari daerah perencanaan.
2. Ketersediaan dari air baku.
3. Kemungkinan pengembangan sistem di masa yang akan datang.
4. Kriteria yang mendukung secara teknis pengembangan sistem penyediaan air minum.
Kondisi pelanggan PDAM Tirta Kualo volume air minum yang disalurkan dapat dilihat pada Tabel 4.20berikut ini:
Tabel 4.20 Banyaknya Pelanggan Air Minum dan Banyaknya Air Minum Disalurkan Tahun 2012
Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013
• Kecamatan Datuk Bandar
Pelayanan air minum dari PDAM di Kecamatan Datuk Bandar masih terbatas dan sebagian masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan air minum mengambil dari sungai, air tanah/ sumur gali yang ada di sekitar permukiman warga. Pada tabel 4.21 terlihat jelas untuk kecamatan Datuk Bandar , pihak PDAM Tirta Kuola telah menyalurkan air sebesar 1.620.271m² dengan jumlah pelanggan 5.291.
Selain itu disisi lain masih terdapat kawasan permukiman yang tidak memiliki sarana dan prasarana air minum sehingga masyarakat memperoleh air minum dari sumber mata air dan pembuatan sumur bor serta dari sungai yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air minum dan menggantungkan kebutuhan air minumnya.
Kecamatan Datuk Bandar memiliki luas 22,49 km2, mencakup 5 kelurahan dan 35 lingkungan. Kepadatan penduduk neto 133 jiwa/ha. Sebagai sub pusat pelayanan kota memiliki fungsi utama sebagai pusat pemerintahan dan permukiman serta sebagai kawasan peruntukan pertanian sawah irigasi, dan memiliki fungsi sebagai terminal utama kota disamping juga sebagai kawasan perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan, kawasan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah kota, kawasan lindung dan ruang terbuka hijau.
Tabel 4.21 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Datuk Bandar Tahun 2015-2030
Sumber: Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Tanjungbalai 2013-2030
• Kecamatan Datuk Bandar Timur
bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya. Maka dari itu masyarakat hanya dapat memanfaatkan air dari aliran sungai, sumur bor.
Kecamatan Datuk Bandar Timur memiliki luas 14,57 km2, mencakup 5 kelurahan dan 41 lingkungan. Kepadatan penduduk neto 186 jiwa/ha. Sebagai sub pusat pelayanan kota memiliki fungsi sebagai kawasan pariwisata dan permukiman selain sebagai kawasan perdagangan dan jasa, pendidikan, perikanan, kawasan lindung serta ruang terbuka hijau.
Tabel 4.22 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Datuk Bandar Timur Tahun 2015-2030
Sumber: Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Tanjungbalai 2013-2030
• Kecamatan Tanjungbalai Selatan
Tabel 4.23 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Tanjungbalai Selatan Tahun 2015-2030
Sumber: Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Tanjungbalai 2013-2030
• Kecamatan Tanjungbalai Utara
Tabel 4.24 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Tanjungbalai Utara Tahun 2015-2030
Sumber: Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Tanjungbalai 2013-2030
• Kecamatan Sei Tualang Raso
Tabel 4.25 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Sei Tualang Raso Tahun 2015-2030
Sumber: Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Tanjungbalai 2013-2030
• Kecamatan Teluk Nibung
Tabel 4.26 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Teluk Nibung Tahun 2015-2030
Sumber: Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Tanjungbalai 2013-2030
Secara keseluruhan Proyeksi Kebutuhan Air tahun 2015- 2030 dapat dilihat berikut ini:
Tabel 4.27 Proyeksi Kebutuhan Air Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2030
4.6.2 Sub Bidang Persampahan
Sampah merupakan limbah yang timbul dari aktivitas manusia baik di rumah, kantor, pasar, tempat umum, dan sebagainya. Besarnya timbulan sampah dipengaruhi oleh tingkat ekonomi masyarakatnya. Semakin tinggi kemampuan ekonomi akan membuat semakin tinggi tingkat konsumtivitas yang berdampak pada semakin besarnya timbulan sampah. Namun demikian di beberapa negara maju saat ini justru mulai terjadi penurunan laju timbulan sampah akibat meningkatnya kesadaran lingkungan di dalam masyarakatnya.
Sampah yang tidak dikelola akan berpotensi menyebabkan berbagai gangguan lingkungan baik yang ditimbulkan oleh berkembangnya binatang seperti lalat dan tikus yang merupakan
vector penyebaran berbagai penyakit menular; juga pencemaran udara, tanah, dan air oleh lindi, asap maupun bau. Pengelolaan sampah dimaksudkan untuk mengamankan sampah agar tidak menimbulkan berbagai gangguan seperti di atas sehingga kualitas pengelolaan yang dilakukan akan menentukan kualitas/derajat kesehatan lingkungan yang ada. Tata cara dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah menggambarkan kualitas budaya masyarakat setempat yang diantaranya dapat dilihat dari cara masyarakat membuang sampahnya.
Pengelolaan sampah yang baik akan meningkatkan kebersihan, kenyamanan, dan kesehatan lingkungan, sehingga akan mendapatkan penghargaan positif dari masyarakat yang pada gilirannya akan mempermudah pendekatan untuk menarik peran serta masyarakat ke dalamnya.
Pengelolaan persampahan di Kota Tanjungbalai dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu pengelolaan sampah terpusat dan pengelolaan sampah setempat. Pengelolaan sampah terpusat merupakan proses terkoordinasi dari rangkaian panjang pengumpulan sampah, pengangkutan dan selanjutnya pembuangan akhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Kondisi prasarana dan sarana yang terkait dengan pengelolaan persampahan adalah :
1. Prasarana pengangkut
Prasarana pengangkut yang ada saat ini adalah dump truck, amroll truck dan three cycle. Untuk meningkatkan pelayanan persampahan yang pada saat ini baru terangkat 60 % maka diperlukan beberapa alternatif untuk menanganinya.
2. Tempat pembuangan sampah
akan menimbulkan pencemaran lingkungan dan permasalahan pencemaran air tanah, air permukaan yang berkepanjangan.
• Kecamatan Datuk Bandar
Pada saat ini tempat pembuangan akhir sampah di Kota Tanjungbalai terletak di Kecamatan Datuk Bandar tepatnya di Desa Pahang. Lokasi ini dipilih sebagai tempat pembuangan akhir sampah di Kota Tanjungbalai mengingat kawasan ini sudah mulai berkembang dan tumbuh berbagai kegiatan, maka dimasa mendatang perlu di persiapkan tempat pembuangan akhir yang sesuai dengan standar teknis dan kesehatan.
Tempat Pembuangan Akhir adalah sarana fisik untuk kegiatan pembuangan sampah, TPA
harus dilengkapi dengan kolam pengolahan air lindi dan hasil proses derkomposisi sampah organik yang biasanya akan keluar dan area penimbunan pada waktu musim hujan, apabila pengelolaan sampah ini tidak ditangani dengan baik maka akan menimbulkan pencemaran lingkungan dan permasalahan pencemaran air tanah, air permukaan yang berkepanjangan.
• Kecamatan Datuk Bandar Timur
Sistem pembuangan sampah di Kecamatan Datuk Bandar Timur hanya berbentuk TPS ( Tempat Pembuangan Sementara) yang setiap hari nya di angkut oleh truck sampah menuju TPA ( Tempat Pembuangan Akhir). Selain sistem pembuangan sampah di Kecamatan Datuk Bandar Timur dilaksanakan secara swadaya masyarakat. Sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga rata–rata dibakar bahkan masyarakat membuang sampahnya ke sungai atau perkarangan rumah/lahan kosong.
4.6.3 Sub Bidang Air Limbah
Dalam penanganan sanitasi, tidak hanya faktor higienis yang harus diperhatikan tetapi juga masalah pencemaran terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh air limbah domestik itu sendiri. Tingkat pencemaran menunjukan angka yang signifikan pada badan air yang melalui perkotaan dimana terdapat kepadatan penduduk yang lebih tinggi.
Permasalahannya adalah bagaimana menurunkan tingkat pencemaran tersebut atau setidaknya mempertahankan kondisi perairan yang ada agar tidak tercemar lebih tinggi lagi dan yang lebih penting lagi mencegah penyebaran penyakit melalui air (waterborne desease) untuk melindungi masyarakat dari gangguan kesehatan.
Pengelolaan prasarana dan sarana sanitasi pada setiap daerah mempunyai karakteristik yang berbeda, baik tingkat pelayanan, jenis dan jumlah pelayanannya. Pengelolaan sanitasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu:
a. Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-site system); b. Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site system).
Pengertian sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) adalah sistem penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara individual/ komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan, yang pengelolaannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber, seperti: cubluk, tangki septik (septic tank) dan paket
pengolahan skala kecil.
Sedangkan sistem pengolahan air limbah terpusat (off-site system) adalah sistem penanganan air limbah domestik melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sistem ini adalah yang terbaik untuk memecahkan masalah sanitasi di daerah padat penduduk dalam jangka waktu lama, tetapi membutuhkan biaya investasi yang tinggi. Sistem ini dibangun berdasarkan standar kualitas yang cukup tinggi dan terdiri atas sambungan rumah, jaringan pipa pengumpul, pipa pembawa, stasiun pompa dan instalasi pengolahan air limbah yang dipusatkan pada satu atau beberapa lokasi saja untuk melayani permukiman di suatu kota. Sistem ini menganut metoda self cleansing sehingga membutuhkan kemiringan saluran yang cukup.
• Kecamatan Datuk Bandar
Sistem pengelolaan air limbah di Kecamatan Datuk Bandar diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber, seperti: cubluk, tangki septik (septic tank), beban limbah yang semakin tidak terkontrol yang terus bertambah seiring bertambahnya jumlah penduduk kelak dapat berubah menjadi kerawanan sosial, menurunkan kualitas lingkungan hidup dan menurunkan produktifitas masyarakat, sehingga perlu pembangunan dan pengelolaan air limbah terpadu khususnya dilingkungan permukiman padat dan kumuh. Secara umum produksi air limbah di Kecamatan Datuk Bandar dihasilkan dari limbah rumah tangga, karena masih sedikit industri di kawasan perencanaan yang beroperasi dengan memperhatikan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
• Kecamatan Datuk Bandar Timur
Sistem pengelolaan air limbah di Kecamatan Datuk Bandar masih banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal. Di sisi lain masih banyak warga masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya ke saluran atau sungai terutama permukiman di sekitar bantaran sungai.
pembangunan dan pengelolaan air limbah terpadu khususnya dilingkungan permukiman padat dan kumuh. Secara umum produksi air limbah di Datuk Bandar Timur dihasilkan dari limbah rumah tangga, karena masih sedikit industri di kawasan perencanaan yang beroperasi dengan memperhatikan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
4.6.4 Sub Bidang Drainase
Perkembangan kawasan di beberapa wilayah Kota Tanjungbalai beberapa tahun terakhir berkembang pesat. Perkembangan kawasan ini berdampak langsung pada kebutuhan infrastruktur pendukungnya. Dampak yang sangat jelas yaitu adanya genangan air di
beberapa lokasi, hal ini salah satunya akibat adanya perubahan peruntukan lahan yang tidak lagi menyediakan areal yang cukup untuk penyerapan air permukaan terutama yang berasal dari air hujan.
Drainase perkotaan adalah drainase di wilayah kota yang berfungsi untuk mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga tidak mengganggu masyarakat maupun pengguna jalan serta dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Untuk mengatasi limpahan air hujan dan mengatasi genangan air di Kota Tanjungbalai diperlukan suatu sistem drainase yang tertata baik dan mampu mengatasi permasalahan drainase kota.
• Kecamatan Datuk Bandar
Bila dilihat secara umum drainase di kawasan Datuk Bandar dan Datuk Bandar Timur sudah tertata dengan baik, namum perencanaan dimensi yang belum sesuai karena masih banyak air yang tergenang di saluran drainase tanpa tersalur ke sungai atau tempat pembuangan.
• Kecamatan Datuk Bandar Timur
Beberapa sistem drainase di Kecamatan Datuk Bandar Timur belum tertata dengan baik, masih ada riol yang tersumbat dikarenakan tumpukan sampah, Hal ini disebabkan lokasi daerah yang relatif datar dan saluran pembuangan yang belum dapat menampung sepenuhnya air yang dialirkan. Dari penelitian masih ada saluran pembuangan ke sugai yang tertutup ujungnya. Hal ini disebabkan ujung saluran banyak yang tertutup oleh lumpur, karena tidak di rawat, lumpur mengendap dan mengering sehingga menutup saluran drainase.
4.6.5 Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan
Rencana Investasi Penataan Bangunan dan Lingkungan harus mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tanjungbalai yang merupakan acuan bagi pengembangan wilayah yang diwujudkan dalam rencana struktur dan pemanfaatan ruang Kota Tanjungbalai sebagai wilayah perencanaan. Rencana Struktur Penataan Bangunan menggambarkan susunan unsur-unsur pembentuk bangunan dan lingkungan dalam struktur ruang kota.
Penataan Bangunan dan Lingkungan sangat diperlukan sebagai upaya pengendalian pemanfaatan ruang untuk mewujudkan lingkungan binaan khususnya fisik bangunan dan lingkungannya.
Undang-undang nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Saat ini RTRW Kota Tanjungbalai sudah selesai diperbaiki/ direvisi dan nantinya RTRW ini akan menjadi acuan bagi perencanaan tata ruang yang lebih detail/ rinci, seperti Rencana Detail Tata Ruang Kota/ Kawasan atau Rencana Teknis Ruang Kota/Kawasan.
Undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung merupakan acuan dalam setiap kegiatan pembangunan gedung yang perlu ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah (Perda). Saat ini Kota Tanjungbalai belum memiliki Perda Bangunan Gedung sebagai dasar dalam penataan bangunan tetapi menggunakan Perda IMB dalam setiap proses perizinan pembangunan gedung.
• Kecamatan Datuk Bandar
Penataan bangunan dan lingkungan di Kecamatan Datuk Bandar sudah cukup baik, khusus nya di permukiman masyarakat, selain itu dapat terlihat dari berdirinya beberapa fasilitas umum seperti : sekolah, puskesmas, rumah ibadah, namun jika ditinjau dari tingkat kelengkapan prasarana dan sarana pendukung nya, belum memadai.
• Kecamatan Datuk Bandar Timur
4.6.6 Bidang Pengembangan Permukiman (Bangkim)
Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat yang memiliki fungsi strategis sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya dan peningkatan kualitas generasi yang akan datang. Terwujudnya kesejahteraan masyarakat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak, antara lain melalui pemenuhan perumahan. Dengan demikian upaya menempatkan bidang perumahan dan permukiman sebagai salah satu prioritas dalam pembangunan di daerah adalah sangat strategis. Pertumbuhan penduduk telah menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan permukiman. Masih banyaknya masyarakat yang
tinggal di permukiman yang kurang layak huni.
Pembangunan perumahan dan permukiman merupakan kegiatan yang bersifat multi sektor, hasilnya langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Demikian pula Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengisyaratkan bahwa pembangunan perumahan dan permukiman akan menjadi salah satu urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. Demikian halnya dengan pembangunan perumahan dan permukiman di Kota Tanjungbalai, sesungguhnya tidak terlepas dari dinamika kehidupan masyarakat yang semakin komplek sehingga perlu pengaturan dan penanganan yang lebih terintegrasi sebagai satu kesatuan dengan sektor lainnya.
Kawasan kumuh di Kecamatan Datuk Bandar dan Datuk Bandar Timur (60,50 Ha), Kecamatan Tanjungbalai Selatan (2,00 Ha), Kecamatan Tanjungbalai Utara (5,00 Ha), Kecamatan Sei. Tualang Raso (40,50 Ha) dan Kecamtan Teluk Nibung (64,50 Ha). Berdasarkan hasil verifikasi NUSSP tahun 2005 dapat dijelaskan bahwa tingkat kekumuhan yang terdapat di Kota Tanjungbalai meliputi : kumuh ringan (Sei. Tualang Raso), dan sangat kumuh (Teluk Nibung dan Datuk Bandar Timur). Sementara bila ditinjau dari tingkat kepadatan penduduk pada kawasan kumuh tersebut, maka di Kecamatan Datuk Bandar (kekumuhan dengan kepadatan rendah), Teluk Nibung (kekumuhan dengan kepadatan sedang) dan Tanjungbalai Utara (kekumuhan dengan kepadatan tinggi). Menurut data diatas terlihat jelas kalau presentase tertinggi untuk tingkat kawasan kumuh di Kota Tanjungbalai terletak di Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Datuk Bandar Timur. Pengembangan Permukiman di Kota Tanjungbalai pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi yang layak huni, aman, nyaman berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat setempat.
• Kecamatan Datuk Bandar
terutama bagi warga yang menempati lingkungan yang tidak sehat dan tidak layak huni serta kawasan kumuh dengan tanpa memperhatikan ekosistem lingkungan.
• Kecamatan Datuk Bandar Timur
Pemerintah Kota Tanjungbalai selama ini telah melakukan penanganan perbaikan lingkungan permukiman untuk mewujudkan lingkungan permukiman yang sehat dan layak huni. Selain itu juga memberikan pendampingan dan bantuan teknis kepada masyarakat/kelompok masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungannya.
Bantuan dalam bentuk program/kegiatan dari Pemerintah sifatnya pendorongan (stimulan) untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat masih sangat
dibutuhkan. Wujud program/kegiatan yang bersifat stimulatif, pendampingan terhadap masyarakat bahkan dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) keciptakaryaan.
4.6.6.1 Potensi Bencana Alam
Bencana alam pada dasarnya adalah gejala atau proses yang terjadi akibat upaya alam mengembalikan keseimbangan ekosistem yang terganggu, baik proses alam itu sendiri maupun oleh manusia. Jenis bencana alam yang berpotensi terjadi di Kota Tanjungbalai hanya kerawanan terhadap genangan-genangan air baik yang disebabkan oleh hujan maupun pengaruh pasang surut air sungai.
A. Rawan Genangan
Potensi rawan genangan di Kota Tanjungbalai diakibatkan oleh kiriman air dari hulu Sungai Asahan di Kabupaten Asahan dan Kabupaten Toba Samosir yang diakibatkan oleh dibukanya pintu air di bendungan Sigura-gura. Proses dibukanya pintu air ini dilakukan dalam kondisi terlalu besarnya debit air Sungai Asahan di kedua wilayah tersebut sehingga air meluap ke Kota Tanjungbalai.
Adapun daerah-daerah tersebut umumnya di sekitar aliran sungai yaitu di Kelurahan Pahang dan Kelurahan Gading (Kecamatan Datuk Bandar), Kelurahan Bunga Tanjung, Selat Lancang, Selat Tanjung Medan, Semula Jadi dan Kelurahan Pulau Simardan (Kecamatan Datuk Bandar Timur).
B. Rawan Banjir
Potensi rawan banjir di Kota Tanjungbalai pernah terjadi yang diakibatkan oleh bencana alam jebolnya tembok (benteng jalan) sepanjang aliran Sungai Silau, hal ini diakibatkan oleh tingginya debit air sungai yang mempengaruhi secara langsung terhadap ketahanan benteng itu sendiri.
Sijambi, Kelurahan Pantai Johor, Kelurahan Gading, Kelurahan Pahang dan Kelurahan Sirantau.
Untuk lebih jelasnya melihat potensi rawan bencana baik itu rawan genangan maupun rawan banjir dapat dilihat pada Gambar 4.8 berikut ini.
Gambar 4.8 Peta Kawasan Rawan Bencana Banjir di Kota Tanjungbalai
4.6.6.2 Potensi Sumber Daya Alam