• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI... ABSTRACT... RINGKASAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI... ABSTRACT... RINGKASAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN..."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

i DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH MAHASISWA ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

RINGKASAN ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Teori Legitimasi ... 10 2.2 Teori Sinyal ... 12 2.3 Kinerja Keuangan... 15 2.4 Return on Asset ... 17 2.5. Return Saham ... 18 2.6 Kinerja Lingkungan ... 20

2.7 Corporate Social Responsibility ... 22

2.8 Pengungkapan Corporate Social Responsibility ... 25

2.9 Kepemilikan Modal ... 26

2.10 Penelitian Terdahulu ... 28

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 30

3.1 Kerangka Berpikir ... 30

(2)

ii

3.3 Hipotesis Penelitian ... 31

3.3.1 Pengaruh Kinerja Lingkungan pada Kinerja Keuangan... 31

3.3.2 Pengaruh Kinerja Lingkungan pada Corporate Social Responsibility. ... 33

3.3.3 Pengaruh Corporate Social Responsibility pada Kinerja Keuangan... 34

3.3.4 Pengaruh Kinerja Lingkungan pada Kinerja Keuangan dengan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Intervening... 35

BAB IV METODE PENELITIAN ... 37

4.1 Rancangan Penelitian ... 37

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

4.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 40

4.4 Penentuan Sumber Data ... 40

4.5 Variabel Penelitian ... 41 4.5.1 Variabel Independen ... 41 4.5.2 Variabel Dependen. ... 42 4.5.3 Variabel Intervening ... 43 4.5.4 Variabel Kontrol... 44 4.6 Analisis Data ... 44

4.6.1 Analisis Jalur (Path Analysis) ... 45

4.6.2 Uji Sobel ... 49

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

5.1 Hasil Penelitian ... 51

5.1.1 Statistik Deskriptif ... 51

5.1.2 Uji Asumsi Klasik. ... 53

5.1.3 Hasil Analisis Jalur ... 56

5.1.4 Pengujian Hipotesis ... 59

5.2 Pembahasan ... 61

5.2.1 Pengaruh Kinerja Lingkungan pada Kinerja Keuangan ... 61

5.2.2 Pengaruh Kinerja Lingkungan pada Corporate Social Responsibility. ... 62

5.2.3 5.2.3Pengaruh Corporate Social Responsibility pada Kinerja Keuangan... 63

(3)

iii

5.2.4 Pengaruh Kinerja Lingkungan pada Kinerja Keuangan dengan Corporate Social Responsibility

sebagai Variabel Intervening... 64

5.2.5 Pengaruh Kepemilikan Modal sebagai Variabel Kontrol ... 65

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 67

6.1 Simpulan ... 67

6.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(4)

iv ABSTRAK

PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN PADA KINERJA KEUANGAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI

VARIABEL INTERVENING

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kinerja lingkungan pada kinerja keuangan dengan corporate social responsibility sebagai variabel intervening dan menggunakan kepemilikan modal sebagai variabel kontrol. Teori yang digunakan adalah teori legitimasi dan teori sinyal.

Studi empiris dilakukan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015 dengan jumlah sampel sebanyak 95 perusahaan yang diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur dengan alat bantu aplikasi stastical product and service solutions versi 17 dan uji Sobel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kinerja lingkungan berpengaruh positif pada kinerja keuangan, (2) kinerja lingkungan berpengaruh positif pada corporate social responsibility, (3) corporate social responsibility berpengaruh positif pada kinerja keuangan, (4) corporate social responsibility sebagai variabel

intervening pengaruh kinerja lingkungan pada kinerja keuangan, dan (5) kepemilikan modal dapat berfungsi sebagai variabel kontrol hanya dalam

pengaruh kinerja lingkungan, corporate social responsibility dan return saham, sedangkan pada return on asset tidak.

Kata kunci: kinerja lingkungan, return on asset, return saham, corporate social responsibility, kepemilikan modal

(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia bisnis saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat disebabkan oleh perkembangan teknologi yang semakin canggih. Hal ini memicu persaingan yang sangat kompetitif antar perusahaan untuk menjalankan usahanya dalam rangka meraih tujuannya. Tujuan perusahaan secara umum adalah mencari laba, kontinuitas usaha, pertumbuhan, serta legitimasi dari masyarakat. Laba merupakan tolok ukur dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan mencerminkan prestasi kerja yang telah dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Pada perusahaan go public, kinerja keuangan yang baik akan menarik investor untuk menanamkan modalnya pada perdagangan saham di Bursa Efek. Kinerja keuangan yang baik juga akan menambah kepercayaan kreditor untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan.

Menurut Al-Tuwaijri et al. (2004), kinerja keuangan perusahaan secara umum dapat dilihat dari dua ukuran yaitu market-based measure dan accounting-based measure. Pengukuran berdasarkan akuntansi hanya fokus dengan reaksi pendapatan perusahaan terhadap perubahan kebijakan yang diambil oleh manajemen. Pengukuran ini hanya berdasarkan kondisi finansial perusahaan tanpa memperhatikan faktor eksternal. Pengukuran berdasarkan pasar menggambarkan evaluasi investor tentang kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan masa

(6)

2

depan dibandingkan masa lalu. Namun pengukuran berdasarkan pasar juga memiliki kelemahan, yaitu hanya mewakili perhitungan dari sudut pandang investor.

Pengukuran berdasarkan akuntansi yang sering digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah rasio profitabilitas. Return on asset yang selanjutnya disebut ROA merupakan rasio terpenting diantara rasio profitabilitas yang ada (Ang, 2007: 29). ROA memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam operasi perusahaan, sedangkan return on equity yang selanjutnya disebut ROE hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut (Mawardi, 2005). Pengukuran berdasarkan pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham karena pengukuran ini lebih objektif. Penelitian ini menggunakan kedua ukuran tersebut, yaitu ROA dan return saham agar dapat melihat dari dua persepektif yang berbeda.

Prinsip maksimalisasi laba justru banyak dilanggar perusahaan, seperti praktik industri dengan menggunakan teknologi dan bahan kimia berbahaya dan beracun secara tidak bertanggung jawab yang akan berdampak pada permasalahan lingkungan hidup (Angela dan Yudianti, 2015). Selama ini perusahaan dianggap memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat dengan melihat teori akuntansi tradisional bahwa perusahaan harus memaksimalkan labanya agar dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat. Namun seiring berjalannya waktu masyarakat menyadari banyak dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan untuk mencapai laba maksimal.

(7)

3

Di Indonesia banyak kasus terkait dengan permasalahan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan. Sebagai contoh Sungai Citarum yang pada 2010 silam, sempat mendapatkan gelar “Sungai Paling Tercemar di Dunia” oleh situs online terbesar di Amerika Serikat, yaitu huffingtonpost.com. Blacksmith Institute dan Green Cross Swiss (2013) yang memasukkan Sungai Citarum dalam “Top Ten Toxic Threats in 2013”. Kasus lumpur lapindo yang terjadi di daerah Sidoarjo dinobatkan sebagai perusahaan tidak bertanggung jawab dan kasus pencemaran oleh PT. Freeport Indonesia yang dinilai tidak memenuhi batas air limbah dan telah mencemari biota laut (Arifin dkk, 2012). Beberapa kasus tersebut memberikan gambaran bahwa perusahaan tidak memperhatikan dampak sosial dan lingkungan akibat aktivitasnya. Masyarakat menuntut agar perusahaan memperhatikan dan mengatasi dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan oleh suatu perusahaan.

Tuntutan-tuntutan tersebut kemudian muncul konsep akuntansi baru menggantikan konsep akuntansi tradisional, dimana perusahaan tidak hanya memusatkan perhatian kepada shareholder tetapi juga kepada stakeholder. Keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan stakeholder (Ghozali dan Chairiri, 2007: 32). Semakin kuat stakeholder, maka perusahaan harus beradaptasi dengan stakeholder.

Pengambilan keputusan ekonomi hanya dengan melihat laba suatu perusahaan saat ini sudah tidak relevan lagi. Hal ini disebabkan oleh aktivitas perusahaan yang tidak terkendali terhadap berbagai sumber daya untuk meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga berdampak pada permasalahan

(8)

4

lingkungan hidup. Oleh karena itu masyarakat menuntut terwujudnya kondisi good economic performance yaitu tidak hanya menuntut terciptanya kinerja ekonomi yang hanya memfokuskan pada terciptanya keuntungan yang besar bagi perusahaan, tetapi juga perlu disertai dengan perilaku kinerja ekonomi yang bersifat etis. Tuntutan economic performance yang etis berimplikasi pada perwujudan aktivitas industri sebagai interaksi harmonis antara stakeholder dengan shareholder (Wulandari dan Hidayah, 2013). Tujuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan harus didukung dengan kegiatan operasional yang cukup dalam menjalankan perusahaan.

Kinerja lingkungan adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik (Suratno dkk., 2006). Aktivis tanggung jawab lingkungan berpendapat bahwa kinerja lingkungan yang baik dapat menarik lebih banyak investor institusional, mengurangi biaya lingkungan dan biaya politik, kemudian meningkatkan kinerja keuangan perusahaan (Montabon et al., 2007). Teori legitimasi kaitannya dengan kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan adalah apabila terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat (legitimacy gap), maka perusahaan dapat kehilangan legitimasinya yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan (Rahmawati dan Achmad, 2012).

Isu permasalahan lingkungan di Indonesia telah menjadi perhatian Kementerian Lingkungan Hidup bersama Bank Indonesia yang sepakat menggunakan program peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Program tersebut merupakan salah satu usaha Kementerian

(9)

5

Lingkungan Hidup dalam menilai kelayakan kredit (Almilia dan Wijayanto, 2007). Program penilaian peringkat kinerja perusahaan yang selanjutnya disebut PROPER sudah dimulai sejak tahun 1996, sempat dihentikan karena krisis ekonomi pada tahun 1997-2001 dan tahun 2002 dihidupkan kembali.

Tren global yang terjadi saat ini adalah mulai dimasukkannya pertimbangan perusahaan dalam melaksanakan corporate social responsibility yang selanjutnya disebut CSR dalam aktivitas pasar modal (Solihin, 2008: 35). Salah satu tujuan perusahaan dalam mengungkapkan kinerja lingkungan, sosial dan keuangan di dalam laporan tahunan atau laporan terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas, responsibilitas dan transparansi korporat kepada investor dan stakeholder lainnya. Pengungkapan tersebut bertujuan untuk menjalin komunikasi yang baik dan efektif antara perusahaan dengan publik dan stakeholder lainnya tentang bagaimana perusahaan telah mengintegrasikan CSR dan lingkungan sosial dalam setiap aspek kegiatan operasinya (Darwin, 2007).

Hubungan antara CSR dengan kinerja keuangan dijelakan oleh teori sinyal yang memberikan informasi dari hasil kerja perusahaan kepada masyarakat. Banyak penelitian terdahulu menemukan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh positif pada kinerja keuangan dan CSR dalam perspektif yang berbeda. Namun hasil penelitian belum menemukan adanya kekonsistenan antara kinerja lingkungan, CSR, dan kinerja keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Nakao et al. (2005), Restuningdiah (2010), Titisari dan Alviana (2012), dan Angelia dan Suryaningsih (2015) membuktikan kinerja lingkungan berpengaruh positif pada kinerja keuangan (ROA). Sedangkan Muliati dkk. (2014) dan Rokhmawati et al.

(10)

6

(2015) tidak menemukan pengaruh kinerja lingkungan pada kinerja keuangan (ROA).

Penelitian mengenai pengaruh kinerja lingkungan pada kinerja keuangan juga dilakukan oleh Al-Tuwaijri et al. (2004), Suratno dkk. (2006), dan Rakhiemah dan Agustia (2009) membuktikan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh positif pada kinerja keuangan (return saham). Penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian Almilia dan Wijayanto (2007), Rahmawati dan Achmad (2012), dan Wulandari dan Hidayah (2013) yang tidak menemukan pengaruh kinerja lingkungan pada kinerja keuangan (return saham).

Hubungan antara kinerja lingkungan dan CSR telah dibuktikan secara empiris oleh Al-Tuwaijri et al. (2004), Rakhiemah dan Agustia (2009), dan Rahmawati dan Achmad (2012) membuktikan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh positif pada CSR. Penelitian Suratno dkk. (2006) menunjukkan ada pengaruh positif kinerja lingkungan pada CSR dan kinerja keuangan. Selain itu penelitian yang dilakukan Yu-Shu et al. (2015) menemukan bahwa CSR pertama memiliki dampak positif pada modal sosial dan modal sosial kemudian menghasilkan efek positif pada kinerja keuangan. Temuan tersebut tidak konsisten dengan temuan Sarumpaet (2005) dan Rakhiemah dan Agustia (2009) yang tidak menemukan pengaruh antara pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan.

Ketidakkonsistenan hasil penelitian yang dilakukan mengenai kinerja lingkungan, kinerja keuangan dan CSR memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian kembali. Peneliti menduga hasil penelitian yang tidak konsisten tersebut disebabkan adanya variabel lain yang memediasi hubungan kinerja

(11)

7

lingkungan dengan kinerja keuangan yaitu CSR. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Rakhiemah dan Agustia (2009) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung kinerja lingkungan pada kinerja keuangan melalui CSR. Terbukti dari nilai koefisien beta kinerja lingkungan pada kinerja keuangan melalui CSR lebih besar dibandingkan dengan koefisien beta kinerja lingkungan pada kinerja keuangan.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penelitian ini akan melanjutkan penelitian Rakhiemah dan Agustia (2009) dan mengkonfirmasi apakah CSR dapat berfungsi sebagai variabel intervening antara kinerja lingkungan dengan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya, yaitu: (1) Penelitan ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2015. (2) Penelitian ini juga menguji pengaruh langsung dan tidak langsung kinerja lingkungan pada kinerja keuangan dengan menggunakan ukuran berdasarkan akuntansi dan pasar melalui CSR sebagai variabel intervening. (3) Penelitian ini menggunakan GRI versi 4 untuk mengukur CSR. (4) Penelitian ini menggunakan variabel kontrol, yaitu kepemilikan modal yang terdiri dari penanaman modal asing (PMA), penanaman modal dalam negeri (PDMN), dan badan usaha milik Negara (BUMN). Perusahaan dengan kategori investasi penanaman modal asing diduga lebih memperhatikan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan hidup sekitar dibandingkan dengan perusahaan dengan kategori investasi penanaman modal dalam negeri (Almilia dan Wijayanto, 2007).

(12)

8 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1) Apakah kinerja lingkungan berpengaruh pada kinerja keuangan? 2) Apakah kinerja lingkungan berpengaruh pada CSR?

3) Apakah CSR berpengaruh pada kinerja keuangan?

4) Apakah CSR sebagai variabel intervening pengaruh kinerja lingkungan pada kinerja keuangan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kinerja lingkungan pada kinerja keuangan.

2) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kinerja lingkungan pada CSR. 3) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh CSR pada kinerja keuangan. 4) Untuk mendapatkan bukti empiris CSR sebagai variabel intervening

pengaruh kinerja lingkungan pada kinerja keuangan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak sebagai berikut:

(13)

9 1) Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam pengembangan ilmu akuntansi, khususnya tentang implikasi dari teori legitimasi yaitu untuk meyakinkan bahwa aktivitas perusahaan dapat diterima oleh masyarakat yang nantinya dapat meningkatkan kinerja perusahaan sehingga perusahaan dapat going concern. Perusahaan menggunakan laporan tahunan untuk menggambarkan tanggung jawab sosial dan lingkungan, sehingga mereka diterima oleh masyarakat. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian-penelitian sejenis yang akan dilakukan berikutnya.

2) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi pada suatu perusahaan. Investor dapat mempertimbangkan peringkat PROPER yang diperoleh perusahaan dan kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan ketika akan berinvestasi. Selain itu bagi perusahaan penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam mengelola perusahaan sehingga dapat menarik minat investor untuk berinvestasi.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian kadar air dan kadar abu dapat dilihat dari Tabel 1 yang menunjukkan bahwa madu hitam pahit memiliki kadar air sebanyak 18,64% dan madu kuning manis

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Dewan Keamanan PBB berperan dalam penegakan perdamaian bagi negara-negara, terutama yang terlibat perang serta dalam hal penggunaan

Tujuan dari pembuatan framework Codeigniter ini menurut user manualnya adalah untuk menghasilkan framework yang akan dapat digunakan untuk pengembangan proyek

Merupakan sistem pengelolaan aduan masyarakat , bisa secara manual atau fasilitas yang berbasis IT yang digunakan untuk merespon segala saran ,keluhan &informasi

Memasuki abad ke-21 ini dunia pendidikan menghapi tantangan yang tidak ringan, terutama di bidang IPTEK yang sangat pesat.Perubahan masyarakat dunia maupun masyarakat kita

Dalam skripsi menjelaskan tentang Mahkamah Konstitusi yang tidak mengadili perkara secara konkrit dan hanya menilai muatan materi norma yang terkandung dalam Undang-Undang

 MJO pada bulan April berada pada fase 1 hingga 8 dengan sifat lemah hingga kuat. Dimana MJO melewati wilayah Indonesia dengan sifat kuat sehingga pada bulan April MJO

Juga menurut Bromley pasar tradisional di negara-negara Asia berlokasi di pedesaan dan area urban (Bromley, 1987). Dalam Permendagri 2007 dinyatakan bahwa pasar tradisional