• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

A. Kajian Pustaka

1. Manajemen Pemasaran a. Definisi Pemasaran

Definisi pemasaran menurut Kotler dan Keller (2012:27) adalah salah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Menurut Sulyus Natoradjo (2011:98) pemasaran (marketing) adalah sebuah kegiatan yang bertujuan menawarkan produk atau jasa tersebut diterima dan disukai konsumen.

Menurut Canan, Perreault dan McCharty (2008:8) pemasaran (marketing) adalah suatu aktivitas yang bertujuan mencapai sasaran perusahaan, dilakukan dengan cara mengantisipasi kebutuhan pelanggan atau klien serta mengarahkan aliran barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan atau klien dari produsen. Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan pihak lain, untuk definisi manajerial, pemasaran sering digambarkan sebagai seni mejual produk. Kotler (2007:10)

(2)

Menurut Keegen (2007:2) pemasaran adalah suatu proses mengkonsentrasikan berbagai sumber daya dan sasaran dari sebuah organisasi terhadap kesempatan dan kebutuhan lingkungan. Pemasaran dapat didefenisikan dalam tiga cara berikut :

1. Filosofi bisnis, yaitu melihat bisnis melalui mata pelanggan dan menjamin keuntungan dengan cara memberikan kepuasan nilai bagi mereka.

2. Fungsi bisnis, fungsi manajemen total yang mengkoordinasikan pendekatan diatas, mengantisipasi permintaan pelanggan dan mengenali serta memuaskan keperluan mereka dengan memberikan produk yang tepat atau layanan pada waktu yang tepat, baik tempat maupun harganya.

3. Serangkaian teknik yang memungkinkan proses itu dan terlibat dalam kelancaran termasuk periklanan, penelitian pasar, pemberian harga, dan lain lain (‘pemasaran’ adalah istilah payungnya).

Dari beberapa definisi menurut beberapa ahli diatas dapat disimpulkan jika Pemasaran adalah sebuah aktivitas yang dilakukan oleh sebuah organisasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan baik itu barang atau jasa dan megarahkan aliran barang atau jasa. Agar produk yang diberikan di sukai dan diterima oleh konsumen sehingga tercipta kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan.

(3)

b. Defenisi Manajemen Pemasaran

Menurut Kotler (2009:5) Manajemen Pemasaran (Marketing Management) adalah seni dan ilmu memilih sasaran pasar untuk meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan konsumen dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai konsumen.

Manajemen Pemasaran dapat didefenisikan sebagai proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan individu dan organisasi, Suyanto (2007:7).

Dari beberapa definisi menurut beberapa ahli diatas dapat disimpukan bahwa Manajemen Pemasaran adalah proses sebuah perencanaan yang dilakukan sebuah organisasi atau perusahaan untuk mengolah sebuah pemasaran yang bertujuan untuk menciptakan kepuasan dan loyalitas pelanggan.

2. Pariwisata

Banyak para pakar dan ahli pariwisata serta organisasi pariwisata yang memberikan batasan atau pengertian dari pariwisata tetapi untuk menyatukan pengertian, maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan pengertian pariwisata menurut Undang – Undang No. 10 Tahun 2009 Pasal 1 butir 3 dimana yang dimaksud dengan Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

(4)

Sementara itu pengertian kepariwisatan menurut Undang – Undang No. 10 tahun 2009 pasal 1 angka 4 adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara, serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha.

Dari beberapa definisi menurut beberapa ahli diatas dapat disimpukan bahwa Pariwisata adalah kegiatan atau fasilitas yang disediakan oleh masyarakat atau pemerintah dalam memenuhi kebutuhan wisatawan baik dari domestik maupun mancanegara.

3. Pemasaran Wisata

Menurut Krippendorf, pemasaran pariwisata sebagai berikut “Pemasaran pariwisata harus dipahami sebagai pelaksanaan kebijakan yang sistematik dan terkoordinasi dengan usaha wisata baik swasta maupun milik negara di tingkat lokal, regional, nasional dan internasional untuk mencapai kepuasan yang optimal sesuai kebutuhan kelompok konsumen yang diidentifikasi dan dalam melakukannya untuk mencapai laba yang tepat.” Pemasaran Pariwisata adalah suatu sistem dan koordinasi yang harus dilakukan sebagai kebijaksanaan bagi perusahaan-perusahaan kelompok industri pariwisata, baik milik swasta maupun pemerintah, dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional, atau internasional untuk mencapai kepuasan wisatawan dengan memperoleh keuntungan yang wajar.

(5)

Menurut Wahab, Crampon dan Rothfield merumuskan pengertian pemasaran pariwisata sebagai berikut: Pemasaran Pariwista adalah suatu proses manajemen yang dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional atau perusahaan-perusahaan termasuk dalam kelompok industri pariwisata untuk melakukan identifikasi terhadap wisatawan yang sudah punya keinginan untuk melakukan perjalanan wisata dan wisatawan yang mempunyai potensi akan melakukan perjalanan wisata dengan jalan melakukan komunikasi dengan mereka, mempengaruhi keinginan, kebutuhan, dan memotivasinya, terhadap apa yang disukai dan tidak disukainya, pada tingkat daerah-daerah lokal, regional, nasional mapun internasional dengan menyediakan obyek dan atraksi wisata agar wisatawan memperoleh kepuasan optimal.

Dari beberapa pengertian menurut para ahli diatas dapat disimpulkan jika Pemasaran Pariwisata adalah suatu proses manajemen yang digunakan unutk melakukan komunikasi, mempengaruhi keinginan dan kebutuhan dan memotivasi calon wisatawan untuk berkunjung ke suatu tempat wisata. 4. Pengalaman Konsumen

a. Definisi Pengalaman Konsumen

Menurut Walter et al (2010:238) Pengalaman konsumen atau customer experience adalah tindakan atau perbuatan yang didapatkan oleh konsumen baik itu secara langsung maupun tidak langsung mengenai proses pelayanan, perusahaan dan fasilias - fasilitas dan bagaimana cara seorang konsumen berinteraksi dengan perusahaan dan

(6)

dengan konsumen lainnya. Hal ini pada gilirannya akan membuat kognitif dan perlaku konsumen dan meninggalkan pengalaman konsumen saat dan setelah mengunjungi destinasi tersebut. Sedangkan menurut Mayer dan Schwager (2007) dalam Raegh et al (2013:126) Pengalaman konsumen adalah sebagai respon internal dan eksternal dari konsumen yang memerlukan kontak dengan perusahaan , baik kontak secara langsung maupun tidak langsung. Kontak langsung secara umum terjadi dalam bagian pembelian, pemakaian dan pelaanan dan biasanya dimulai oleh konsumen, Sebaliknya, kontak tidak langsung melibatkan pertemuan tidak terencana dengan perwakilan produk, layanan atau merek perusahaan dan menerima bentuk dari rekomendasi word-of-mouth atau kritik , iklan, laporan berita dan tinjauan.

Dari beberapa definisi menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengalaman konsumen adalah bagaimana seorang wisatawan berkunjung ke suatu tempat dan perlakuan yang di dapatkan wisatawan yang diukur dari pada saat dia berwisata sampai dia selesai berkunjung. Pengalaman konsumen bisa dilihat bagaiamana perasaanya sesudah wisatawan tersebut selesai mengunjungi suatu destinasi wisata. Perasaan tersebut bisa berbentuk positif maupun negatif sesuai pengalaman yang didapatkan.

b. Dimensi Pengalaman Konsumen

Dalam jurnal yang berjudul “using netnography research method to reveal the underlying dimensions of the customer or tourist

(7)

experience”, Raegh et al (2013:136) menyatakan bahwa ada delapan dimensi dari customer experience yaitu antara lain:

1. Comfort (Kenyamanan)

Studi kualitatif menindikasikan bahwa keputusan konsumen dalam menentukan destinasi untuk berwisata sangat berkaitan dengan keinginan untuk mendapatkan relaksasi. Konsumen mengarah kepada basic aminities yang DTW sediakan untuk memastikan kenyamanan dan juga menciptakan relaksasi. Penemuan tersebut seusai dengan teori yang disampaikan oleh Crompton, Shoemaker, dan Otto and Ritchie dalam Raegh et al.,2013:136).

2. Educational (Edukasi)

Pengalaman edukasi atau belajar sambil bermain, seperti yang diutarakan oleh Parker (2006) dalam Raegh et al. (2013:137) merupakan campuran dari penjelajahan, eksplorasi, stimulsi mental dan semangat. Hal tersebut juga di karakteristikan oleh sifat sukarela ketika pembelajar sendiri memiliki pilihan nyata mengenai apa, dimana, kapan, bagaimana dan dengan siapa mereka belajar, dan hasil tersebut distimulasikan oleh kebutuhan dan ketertarikan dari orang tersebut (Parker, 2006 dalam Raegh et al., 2013:137) telah terindikasi bahwa terdapat bukti kuat yang menyarankan bahwa pengalaman edukasi yang konsumen cari telah tersedia dalam industri pariwisata.

(8)

3. Hedonis (Hedonis)

Dimensi hedonis melambangkan semangat, kenikmatan dan mudah dikenang (Otto dan Ritchie dalam Raegh et al. 2013:138). 4. Recognition (Pengakuan)

Pengakuan mengacu pada perasaan penting (Otto dan Ritchie Raegh et al. 2013:139). Dari komentar pelanggan, jelas bahwa staff menunjukkan jenis perilaku tertentu yang membuat mereka merasa penting. Contoh “Anak saya diperlakukan seperti princess”. Pelanggan merasa seperti di rumah bersama staff, karena staff merasa senang melihat mereka, dan senyuman selalu ada di wajah mereka. Ucapan selamat datang yang hangat untuk para pengunjung, dan memanggil dengan nama mereka.

5. Safety (Keamanan)

Dalam literatur kepariwisataan, terdapat kesepakatan dimana terdapat hubungan antara tindak kejahatan dengan pariwisata, dan nyatanya tingkat kejahatan tersebut lebih tinggi pada daerah wisatawan. (Fuji dan Mark, Walmsley et al; Pizam; Pizam dan Mansfeld dalam Raegh et al. 2013:140).

6. Novelty (Hal Baru)

Kebutuhan akan hal baru mengarah kepada keinginan untuk pergi dari tempat yang dikenal ke tempat yang asing, atau untuk mencari pengalaman baru, sensasi dan petualangan, dan studi tersebut mengidentifikasi empat dimensi dari paradigma novelty yakni change

(9)

from routine, thrill, boredmalleviation dan surprise. (Lee and Crompton dalam Raegh et al. 2013:139).

7. Sense of beauty (Keindahan)

Keindahan adalah “sebuah aspek dari idealisasi pengalaman dimana suatu objek dan konsep dipercaya untuk memiliki kualitas dari kesempurnaan formal” (Hagman dalam raegh et al., 2013 : 141). 8. Relational (Relasional)

Penelitian netnography menangkap komponen lain yang penting dari pengalaman relsional yang melibatkan banyak orang, konsumsi atau penggunaan produk dengan orang lain (Gentile et al, 2007).

5. Daya Tarik Wisata

a. Definisi Daya Tarik Wisata

Ismayanti (2009:147) memaparkan bahwa daya tarik wisata merupakan faktor utama penggerak pariwisata di sebuah destinasi. Daya tarik wisata sebagai penggerak utama yang memotivasi wisatawawan untuk mengunjungi suatu tempat.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009, Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.

(10)

Dari beberapa definisi menurut beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa daya tarik wisata adalah suatu keindahan atau kekayaan alam, hasil buatan manusia yang dapat menarik perhatian wisatawan untuk mengunjungi wisata tersebut.

b. Unsur Daya Tarik Wisata

Taskia dan Hayati (2012) menyebutkan bahwa ada lima unsur daya tarik wisata yaitu : (1) attraction atau hal-hal yang menarik perhatian wisatawan; (2) facilities atau fasilitas-fasilitas yang diperlukan; (3) infrastructure atau infrastruktur dari objek wisata; (4) transportation atau jasa - jasa pengangkutan; (5) Hospitality atau keramahtamahan, kesediaan untuk menrima tamu.

c. Jenis-jenis Daya Tarik

Daya tarik wisata menurut Direktoral Jendral Pemerintahan di bagi menjadi tiga macam, yaitu :

a) Daya Tarik Wisata Alam

Daya Tarik Wisata Alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budi daya.

Potensi wisata alam dapat dibagi menjadi 4 kawasan yaitu : 1. Flora fauna

2. Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya eksistem pantai dan ekosistem hutan bakau

(11)

3. Gejala alam,misalnya kawah, sumber air panas, air terjun dan danau

4. Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan, peternakan, usaha perikanan dan lain-lain.

b) Daya Tarik Wisata Sosial Budaya

Daya Tarik Wisata Sosial Budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni pertunjukan dan kerajinan. c) Daya Tarik Wisata Minat Khusus

Daya Tarik Wisata Minat Khusus merupakan jenis wisata yang baru dikembangkan di Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang mempunyai motivasi khusus. Dengan demikian, biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian. Contohnya: berburu mendaki gunung, arung jeram, tujuan pengobatan, agrowisata, dll.

Perencanaan dan pengelolaan Daya tarik wisata alam, sosial budaya maupun objek wisata minat khusus harus berdasarkan pada kebijakan rencana pembangunan nasional maupun regional. Jika kedua kebijakan rencana tersebut belum tersusun, tim perencana pengembangan daya tarik wisata harus mampu mengasumskan rencana kebijakan yang sesuai dengan area yang bersangkutan.

(12)

6. Intensi Berkunjung kembali

a. Definisi Intensi berkunjung kembali

Menurut Chen & Tsai (2007:39) menyatakan bahwa perilaku turis ialah termasuk pilihan berkunjung, evaluasi berikutnya, dan niat masa depan perilaku pengunjung. Evaluasi berikutnya adalah pengalaman perjalanan atau nilai dan kepuasan yang di terima pengunjung secara keseluruhan, sedangkan niat perilaku masa depan mengacu pada judgement pengunjung tentang bersesuaian untuk kembali ke tujuan yang sama dan kesediaan untuk merekomendasikan hal ini kepada orang lain. Konsep niat pembelian kembali berasal dari niat perilaku. Baker dan Crompton dalam Chung-Hslen Lin (2012) menjelaskan bahwa Revisit intention adalah kemungkinan wisatwan untuk mengulangi aktifitas atau berkunjung ulang ke suatu destinasi.

b. Dimensi Intensi berkunjung kembali

Songshan (Sam) Huang dan Cathy H.C. Hsu (2009) dalam Jurnalnya “Effects of Travel Motivation, Past Experience, Perceived Constraint, and Attitude on Revisit Intention”, mengemukakan terdapat empat dampak yang dapat menimbulkan niat berkunjung ulang, yaitu: 1. Travel Motivation

Menyelidiki dampak dari berbagai faktor motivasi pada sikap wisatawan selama berkunjung ulang suatu destinasi dan dalam niat ingin berkunjung ulang.

(13)

2. Past Experience

Untuk menguji pengaruh pengalaman wisata masa lalu pada sikap wisatawan selama berkunjung ulang suatu destinasi dan dalam niat ingin berkunjung ulang.

3. Perceived Contstrait

Untuk menyelidiki pengaruh atau kendala yang dirasakan pada niat wisatawan untuk berkunjung ulang.

4. Attitude

Untuk mengukur sejauh mana sikap wisatawan dalam memediasi dampak dari faktor-faktor tertentu pada niat untuk berkunjung ulang.

Dari pengertian menurut beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan jika intensi berkunjung kembali adalah keputusan wisatawan untuk berkunjung kembali ke tempat wisata dengan melihat dari beberapa faktor yaitu, travel motivation, past experience, perceived constrait, dan attitude.

B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian 1 Stephany Q.W. Lapian, Silvya Mendey, Sjendry Loindong. Pengaruh advertising dan daya tarik wisata terhadap keputusan wisatawan mengunjungi objek wisata Daya tarik wisata dan keputusan berkunjung.

Suatu objek wisata akan semakin ramai dikunjungi oleh wisatawan apabila mempunyai suatu atraksi wisata sebagai daya tarik wisata.

(14)

pantai Firdaus di Kabupaten Minahasa Utara. (2015) 2 Alffatory Rheza syahrul Pengaruh daya tarik, fasilitas dan aksebilitas terhadap keputusan wisatawan asing berkunjung kembali ke Aloita Resort di Kab. Kep. Mentawai (2015) Daya tarik, fasilitas, dan keputusan berkunjung. Daya tarik berpengaruh signifikan terhadap keputusan wisatawan asing berkunjung ke Aloita Resort. Wisatawan merasakan manfaat dari daya tarik wisata yang tersedia sehingga memberikan kesan yang positif dan membuat wisatawan berkeinginan untk berkunjung kembali. 3 Ika Pratama Kusumawa ti Analisis pengaruh customer experience terhadap minat beli ulang. (2013) Pengalaman pengunjung dan minat beli ulang. Perusahaan melakukan pendekatan kepada konsumen agar minat membeli ulang dengan 5 indikator yaitu : (sense, feel, think, act, relate) 4 Basiya R dan Hasan Abdul Rozak. Kualitas daya tarik wisata, kepuasan dan niat kunjungan kembali wisatawan mancanegara di Jawa tengah. (2012) Daya tarik, kepuasan, niat berkunjung ulang.

Daya tarik wisata alam, bangunan, budaya dan sosial berpengaruh positif terhadap niat berkunjung kembali. 5 Yeni Yuniawati. Ajeng Dewi Indriyani Finardi Pengaruh customer experience terhadap revisit intention Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Pengalaman pengunjung dan intensi berkunjung kembali. Kesimpulannya adalah keinginan untuk berkunjung kembali ke tempat wisata terdapat 6 dimensi yaitu : comfort(kenyamanan), educational(edukasi), hedonic(hedonis),

(15)

Sumber : Berbagai jurnal C. Hubungan Antar variabel

a. Pengaruh pengalaman pengunjung terhadap intensi berkunjung kembali. Hasil penelitian Yeni Yuniawati dan Ajeng Dewi Indriyani Finardi (2016) menyatakan bahwa adanya keinginan untuk berkunjung kembali ke tempat wisata karena keindahan alam wisata tersebut. Dan hasil penelitian dari Ika Pratama Kusumawati, SE. Menunjukkan jika pendekatan yang oleh konsumen agar minat membeli ulang dengan 6 dimensi yaitu : (Comfort , Education, Hedonic, Safety , Novelty dan Beauty).

H1 = Pengalaman pengunjung berpengaruh signifikan terhadap intensi berkunjung kembali.

b. Pengaruh pengalaman pengunjung terhadap intensi berkunjung kembali. Hasil penelitian dari Alffatory Rheza syahrul (2015) bahwa Daya tarik berpengaruh signifikan terhadap keputusan wisatawan asing safety(keamanan) dan beauty(keindahan). Sementara poin tertinggi ada di beauty(keindahan) dan terendah pada novelty(hal baru). 6 A nenography study on branded customer experience: Evidence from the red sea. (2010)

Pengalaman pengunjung.

Penelitian dalam artikel ini ini memperluas

pemahaman tentang membangun

pengalaman pelanggan.

(16)

berkunjung ke Aloita Resort. Wisatawan merasakan manfaat dari daya tarik wisata yang tersedia sehingga memberikan kesan yang positif dan membuat wisatawan berkeinginan untuk berkunjung kembali.

H2 = Daya tarik wisata berpengaruh signifikan terhadap intensi berkunjung kembali.

D. Rerangka pemikiran

Dari hubungan antar variabel dan hipotesis yang telah dipaparkan maka, dapat digambarkan model rerangka pemikiran penelitian pada Gambar 2.1 berikut:

H1

H2

GAMBAR 2.1

MODEL RERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN Daya tarik wisata (X2)

1. Atraksi-atraksi 2. Fasilitas 3. Infrastruktur 4. Transportasi 5. Keramah-tamahan Intensi berkunjung kembali (Y) 1. Travel motivation 2. Past experience 3. Perceived constraint 4. Attitude Pengalaman pengunjung (X1) 1. Kenyamanan 2. Edukasi 3. Hedonis 4. Pengakuan 5. Keamanan 6. Hal baru 7. Keindahan 8. Relasi

(17)

E. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi. Hipotesis merupakan pernyataan penelitian tentang pengaruh-pengaruh variabel dalam penelitian serta merupakan pernyataan paling spesifik. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Hipotesis 1 = Diduga terdapat pengaruh customer experience terhadap intensi berkunjung kembali.

Hipotesis 2 = Diduga terdapat pengaruh daya tarik wisata terhadap intensi berkunjung kembali.

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya tujuan akhir dari perusahaan adalah menciptakan kepuasan pelanggan.pelanggan yang merasa puas dengan pelayanan atau produk merupakan modal dasar bagi

Swasta dan Irawan (2008) menyatakan “Pembelian ulang merupakan pembelian yang pernah dilakukan oleh pembeli terhadap suatu produk yang sama dan akan membeli

Atau dengan kata lain jumlah dan jenis komponen dampak penting yang ditelaah dalam dokumen ANDAL lebih banyak dari yang digariskan dalam KA (berdasarkan hasil pengumpulan

Seandainya diketahui bahwa laporan kerja praktek ini ternyata merupakan hasil karya orang lain, maka saya sadar dan menerima konsekuensi bahwa laporan kerja praktek

Jumlah kasus penyimpangan pelaksanaan kegiatan pembangunan yang dilaporkan masyarakat atau lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan kepada Kepala Desa/Lurah.

Tanggapan responden mengenai bauran pemasaran yang telah diterapkan oleh Cari Rasa pada umumnya sudah cukup baik yang didasarkan pada rata-rata jawaban dari keempat variabel

(1) Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas mengumpulkan dan mengkoordinasikan bahan penyusunan program kerja, evaluasi dan pelaporan

Hasil analisis ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata antar genotipe pada karakter diameter batang, panjang daun, lebar daun, umur