REFERAT
REFERAT
MATA NYERI
MATA NYERI
Oleh : Oleh : Alisya N. Wijaya Alisya N. Wijaya Fahreza Lazuardi Fahreza LazuardiHana Nur Aini Hana Nur Aini Shinta Friliningsih Shinta Friliningsih Pembimbing : Pembimbing : dr. Awan Buana., Sp.M dr. Awan Buana., Sp.M
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Pada penyakit mata dengan gejala mata nyeri dapat
Pada penyakit mata dengan gejala mata nyeri dapat disebabkan olehdisebabkan oleh bagian-bagian m
bagian-bagian mata, diantaranya:ata, diantaranya: -
- Palpebra Palpebra : : Hordeolum, Hordeolum, TrikhiasisTrikhiasis -
- Kornea Kornea : : Keratitis, Keratitis, Ulkus Ulkus korneakornea -
- LakLakrimrimasi asi : : DakDakrioriosistsistitiitis, s, KerKeratoatokonkonjunjungtigtiva va sicsicca ca (dr(dryy eyes)
eyes) -
- Sklera Sklera : : SkleritisSkleritis
-- AqueouAqueous Humor : Glaukoma sudut tes Humor : Glaukoma sudut tertutuprtutup -
- Uvea Uvea : : UveitisUveitis -
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Pada penyakit mata dengan gejala mata nyeri dapat
Pada penyakit mata dengan gejala mata nyeri dapat disebabkan olehdisebabkan oleh bagian-bagian m
bagian-bagian mata, diantaranya:ata, diantaranya: -
- Palpebra Palpebra : : Hordeolum, Hordeolum, TrikhiasisTrikhiasis -
- Kornea Kornea : : Keratitis, Keratitis, Ulkus Ulkus korneakornea -
- LakLakrimrimasi asi : : DakDakrioriosistsistitiitis, s, KerKeratoatokonkonjunjungtigtiva va sicsicca ca (dr(dryy eyes)
eyes) -
- Sklera Sklera : : SkleritisSkleritis
-- AqueouAqueous Humor : Glaukoma sudut tes Humor : Glaukoma sudut tertutuprtutup -
- Uvea Uvea : : UveitisUveitis -
BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Palpebra terdiri atas kulit, otot, dan jaringan fibrosa, yang berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan.
Lapisan palpebra lapisan kulit, otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa
(konjungtiva palpebra).
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.
Kelenjar kelopak mata terdiri atas kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar zeiss pada pangkal rambut yang berhubungan dengan folikel rambut dan menghasilkan sebum.
Kelainan pada palpebral yang menimbulkan keluhan nyeri mata adalah hordeolum
Hordeolum
Merupakan infeksi lokal atau inflamasi tepi kelopak mata yang melibatkan glandula Zeiss atau Moll (hordeolum eksterna) dan glandula meibom (hordeolum internal).
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus
Faktor risiko: penyakit kronik, kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk, diabetes, hiperlipidemia, hiperkolesterolemia, penyakit hordeolum
sebelumnya, higiene buruk, dan kelainan kondisi kulit.
Stadium: stadium infiltrate, kelopak mata bengkak, kemerahan, nyeri tekan, dan keluar sedikit kotoran. Stadium supuratif, benjolan yang berisis pus.
Penatalaksanaan. Nonfarmakologi: kompres hangat, jaga kebersihan diri dan lingkungan. Farmakologi: antibiotic topical (gentamycin zalf), Insisi abses.
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina
Terdiri dari 5 lapisan: lapisan epitel, lapisan Bowman, Stroma, membran Descement, lapisan endotel.
Inervasi: saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus
Kelainan yang dapat terjadi pada kornea sehingga menimbulkan keluhan mata nyeri adalah ulkus kornea dan keratitis.
Ulkus Kornea
Merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.
Penyebab infeksi:
Bakteri : Pseudomonas aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella merupakan penyebab paling sering.
Jamur: Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.
Virus: Herpes simplex
Protozoa: Acanthamoeba
ULKUS KORNEA BAKTERIALIS ULKUS KORNEA ACANTHAMOEBA
ULKUS KORNEA FUNGI ULKUS KORNEA HERPETIK
Keratitis
Merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea
yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.
Tanda klinis keratitis jamur :tampilan epitel yang intak dengan infiltrat
stroma yang dalam.
Faktor Risiko: trauma ocular, kortikosteroid topikal dan antibiotik,
penggunaan lensa kontak, kegagalan graft, dan defek epitel persisten, imunodepresan.
Keratitis bacterial. Tanda klinis: infiltrasi epitel atau stroma yang
terlokalisir ataupun difus, abses stroma di bawah epitel yang intak
Faktor Risiko: penggunaan lensa kontak, trauma, riwayat operasi kornea,
kelainan permukaan bola mata, penyakit sistemik dan imunosupresi.
Sistem lakrimalis:
◦
Produksi atau sekresi: kelenjar pembentuk air
mata
kelenjar lakrimal
Bagian orbita Bagian palpebra kelenjar aksesorius
glandula krausea Glandula wolfring◦
Drainase atau ekskresi air mata
Kanalikuli
saccus lakrimalis
Aliran air mata
Air mata
isapan kapiler, gravitasi,
kedipan palpebra
menyebar merata
di atas kornea
medial palpebra
punctum superior dan inferior
kanalikuli ke saccus lakrimalis
ductus nasolakrimalis
meatus
inferior rongga hidung
Film Air Mata
Fungsi:
◦
membuat kornea menjadi permukaan optik yang licin
◦
meniadakan ketidakteraturan minimal di permukaan epitel
◦membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan
konjungtiva
◦
menghambat pertumbuhan mikroorganisme (pembilasan mekanik
dan efek antimikroba)
◦
menyediakan kornea berbagai substansi nutrien yang di perlukan.
7
Protein mata:
◦
60% albumin
◦
40% sisanya yaitu globulin dan lisozim
IgA, IgG, dan IgE
Lisozim air mata bekerja secara sinergis dengan gamma globulin dan
faktor antibakteri non lisozim lain dalam membentuk mekanisme pertahanan terhadap infeksi
Lapisan film air mata:
◦
Lapisan superfisial (film lipid monomolekuler
yang berasal dari kelenjar meibom)
Fungsi: menghambat penguapan dan membentuk
sawar kedap air saat palpebra ditutup
◦
Lapisan aquous tengah
dihasilkan oleh kelenjar lakrimal, mengandung
substansi yang larut dalam air seperti garam dan
protein
◦
Lapisan musinosa
terdiri atas glikoprotein yang melapisi sel-sel epitel
kornea dan konjungtiva. Membran sel epitel terdiri
atas lipoprotein sehingga relatif hidrofobik
DAKRIOADENITIS
Radang pada kelenjar lakrimal
Etiologi:
◦ infeksi virus: Epstein-Barr, campak, influenza, herpes zoster, sitomegali, dan
pada anak biasanya merupakan komplikasi dari parotitis
◦ Infeksi bakteri: Staphylococcus aureus, dan pada orang dewasa dapat
berhubungan dengan gonore
◦ Infeksi jamur ◦ Sarkoid
◦ Idiopatik:
Jaringan orbita dapat dipengaruhi oleh adanya IgG4 berpengaruh terhadap penyakit
fibroinflammatory yang terjadi pada seluruh bagian tubuh adanya fibrosis pada organ yang terkena.
Gejala klinik:
◦ nyeri hebat di daerah glandula lakrimal yaitu dibagian temporal atas rongga orbita ◦ pembengkakan kelopak mata
◦ pelebaran pembuluh darah di temporal palpebra superior yang sering menampakkan kurva berbentuk
Pengobatan:
◦ kompres hangat
◦ bila penyebabnya bakteri maka diberi anibiotik sistemik ◦ Insisi bila terdapat abses.
DAKRIOSISTITIS
Dakriosistitis merupakan peradangan sakus lakrimal
Etiologi biasanya didahului adanya obstruksi pada
duktus nasolakrimal
◦
Pada anak: tidak terbukanya membran nasolakrimal
Lipatan naso-optik yang berasal dari ektoderm akan tertanam dalam bagian maksilaris dan nasal lateralis kanalisasi dan pembukaan ke dalam forniks konjungtiva dan lubang hidung
=> pembukaan pada rongga hidung tidak komplit terjadi ketika lahir -> oklusi pada duktus nasolakrimal kongenital
◦
Pada orang dewasa: tertekan salurannya akibat terdapat
polip hidung
◦
Bakteri yang dapat menimbulkan peradangan diantaranya
Gejala klinik:
◦ epifora (pengeluaran air mata berlebih) ◦ pengeluaran sekret berlebih
◦ sakit di daerah kantung mata ◦ biasanya disertai dengan demam ◦ Pada pemeriksaan fisik mata:
pembengkakan pada kantung air mata kemerahan di daerah sakus lakrimalis nyeri tekan daerah sakus lakrimalis
sekret mukopurulen yang memancar bila sakus lakrimalis ditekan (meyakinkan terbukanya
sistem kanalikuli)
Pengobatan
◦ melakukan pengurutan daerah sakus sehingga pus bersih dari dalam sakus ◦ diberikan juga antibiotik lokal dan sistemik
◦ Insisi dilakukan apabila terlihat adanya tanda abses
◦ Setelah sakus lakrimalis tenang dan bersih, selanjutnya dilakukan pelebaran ductus nasolakrimalis
◦ Apabila sakus tetap meradang disertai adanya obstruksi duktus nasolakrimal, maka dilakukan tindakan pembedahan dakriosistorinostomi atau operasi Toti
Dakriosistorinostomi: pembentukan anastomosis permanen antara sakus lakrimalis dan
KERATOKONJUNGTIVA
SICCA
Penyebab:
◦
defisiensi komponen film air mata (aquous,
musinosa, dan lipid)
◦
kelainan permukaan palpebra
◦kelaian pada epitel.
Penyebab-penyebab tersebut
memengaruhi komponen film air mata
perubahan permukaan mata
film air
mata menjadi tidak stabil
Gejala sindrom mata kering:
◦
sensasi tergores (
stratchy
) atau berpasir (benda asing)
◦Gatal
◦
sekresi mukus berlebihan
◦
ketidakmampuan menghasilkan air mata
◦sensasi terbakar
◦
Fotosensitivitas
◦Kemerahan
◦
Sakit
◦
sulit menggerakan palpebra
Pemeriksaan mata: secara kasar akan tampak normal
Pemeriksaan
slitlamp:
◦
tidak adanya meniskus air mata di tepian palpebra inferior
◦benang-benang mukus kental kekuningan yang terkadang
terlihat pada fornix konjungtiva inferior
◦
pada kongjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal
Uji schirmer
◦ Cara: mengeringkan film air mata dan memasukkan strip Schirmer
(kertas saring Whatman No. 41) ke dalam cul-de-sac konjungtiva inferior Bagian basah yang terpajan diukur 5 menit setelah
dimasukkan
◦ Interpretasi: Panjang bagian basah kurang dari 10 mili meter tanpa
anestesi dianggap abnormal
Tear film break up time
◦ Fungsi: memperkirakan kandungan musin dalam air mata.
◦ Prinsip: Kekurangan musin pada mata timbulnya bintik kering
epitel kornea atau konjungtiva akan terpajan ke dunia luar dapat dipulas fluoresens
◦ Cara: meletakan secarik kertas berfluoresens lembab pada
konjungtiva bulbaris pasien berkedip film air mata kemudian
diperiksa dengan filter cobalt pada
slitlamp◦ Interpretasi: Waktu sampai munculnya bintik kering yang pertama
pada lapisan fluoresens kornea adalah tear film break up time. Biasanya 15 detik. Waktu akan lebih pendek pada mata dengan defisiensi air dan selalu lebih singkat pada mata dengan defisiensi musin
Pada pemeriksaan histopatologis:
◦
timbulnya bintik-bintik kering pada epitel kornea
dan konjungtiva
◦
pembentukan filamen
◦
hilangnya sel goblet konjungtiva
◦
pembesaran abnormal sel epitel non goblet
◦peningkatan stratifikasi sel
◦
eningkatan keratinisasi
Penatalaksanaan:
◦
air mata buatan
◦
Salep (pelumas jangka panjang terutama saat tidur)
◦Vitamin A topikal (memulihkan metaplasia
Sklera: pembungkus fibrosa pelindung
mata di bagian luar yang hampir
seluruhnya terdiri atas kolagen
Batasan:
◦
Anterior: kornea
◦
Posterior: durameter nervus optikus
Pada daerah sekitar nervus opticus,
sklera ditembus oleh arteri siliaris
posterior dan nervus siliaris.
SKLERITIS
Skleritis adalah suatu peradangan sklera
Skleritis dapat terjadi pada bagian anterior dan
posterior
Etiologi:
◦
Imunologis
Reaksi hipersensitifitas autoantigen
reaksi hipersensitifitas tipe
III (diperantarai oleh kompleks imun) dan tipe IV (diperantarai oleh
sel)
mikroangiopati inflamasi
oklusi
iskemia
nekrosis
jaringan
degradasi dari proteoglikan dan kolagen serangan
imunologi
menyerang jaringan dan pembuluh darah pada sklera
◦
Infeksi
Patogenesis kerusakan jaringan disebabkan invasi langsung oleh
agen infeksi
Invasi oleh agen infeksi
respon inflamasi
terjadi kerusakan
jaringan.
Gejala klinik:
◦
nyeri yang menyebar ke dahi, alis, dan dagu. Sifat
nyeri yang biasanya terasa berat, konstan, dan
tumpul hingga membuat pasien terbangun di
malam hari
◦
Bola mata sering terasa nyeri
◦
Ketajaman penglihatan biasanya sedikit berkurang
◦Tekanan intraokular bola mata dapat sedikit
meningkat
◦
mata merah berair dan fotofobia.
9
Pada pemeriksaan mata:
◦
bola mata berwarna ungu gelap (dilatasi pleksus
Aqueous Humor
Aqoueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Setelah memasuki bilik mata belakang, aqoueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan,
Komposisi :
Komposisi aqueous humor serupa dengan plasma, kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi; protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah.
Pembentukan dan Aliran Aqueous Humor :
Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan oleh fungsi sawar dan prosesus sekretorius epitel siliaris.
Setelah masuk ke bilik mata depan, aqueous humor mengalir melalui pupil ke bilik mata depan lalu ke anyaman trabekular di sudut bilik mata depan. Selama itu, terjadi pertukaran diferensial komponen-komponen aqueous dengan darah di iris.
Aliran keluar aqueous humor:
Aliran aqueous humor ke dalam kanal Schlemm bergantung pada pembentukan saluran-saluran transelular siklik di lapisan endotel. Saluran eferen dari kanal Schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena aqueous) menyalurkan cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil aqueous humor keluar dari mata antara berkas otot siliaris ke ruang suprakoroid dan ke dalam sistem vena corpus ciliare, koroid, dan sklera (aliran uveoskleral).
Definisi :
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh pencekungan (cupping ) diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang; biasanya disertai peningkatan tekanan intraokular.
Klasifikasi berdasarkan etiologi :
1. Glaukoma primer :
- Glaukoma sudut terbuka
-Glaukoma sudut tertutup
2. Glaukoma kongenital :
- Glaukoma kongenital primer - Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan mata lain - Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembagan ekstraokular
3. Glaukoma sekunder - Glaukoma pigmentasi
-Sindrom eksfoliasi
- Akibat kelainan lensa (fakogenik) - Akiat kelainan traktus uvea
- Sindrom iridokorneoendotelial (ICE)
- Trauma
- Pascaoperasi
- Glaukoma neovaskular
- Peningkatan tekanan vena episklera
-Akibat steroid
Klasifikasi berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular:
1. Glaukoma sudut terbuka - Membran pratrabekular - Kelainan trabekular
-Kelainan pascatrabekular
2. Glaukoma sudut tertutup - Sumbatan pupil
- Pergeseran lensa ke anterior - Pendesakan sudut
Glaukoma Sudut Tertutup Akut
Tanda dan gejala
Glaukoma sudut tertutup akut ditandai oleh munculnya: - kekaburan penglihatan mendadak yang disertai nyeri hebat - halo
- mual dan muntah
- peningkatan tekanan intraokular - bilik mata depan dangkal,
- kornea berkabut
- pupil berdilatasi sedang yang terfiksasi - injeksi siliar.
Pemeriksaan Penunjang - Tonometri
- Gonioskopi
- Penilaian Diskus Optikus
- Asetazolamid intravena dan oral bersama obat topikal, seperti penyekat
beta dan apraclonidine, dan, jika perlu obat hiperosmotik biasanya akan menurunkan tekanan intraokular.
- Steroid topikal dapat juga digunakan untuk menurunkan peradangan
intraokular sekunder.
- Setelah tekanan intraokular dapat dikontrol, harus dilakukan iridotomi
perifer untuk membentuk hubungan permanen antara bilik mata depan dan belakanh sehingga kekambuhan iris bombe dapat dicegah.
Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
- Iris
- Badan siliar - Koroid
Uveitis
Definisi
Uveitis adalah inflamasi di uvea yaitu iris, badan siliar dan koroid yang dapat menimbulkan kebutaan.
Uveitis dapat disebabkan oleh kelainan di mata saja atau merupakan bagian dari kelainan sistemik, trauma, iatrogenik dan infeksi, namun sebanyak
20-30% kasus uveitis adalah idiopatik. Klasifikasi
Anatomi : uveitis dibagi menjadi uveitis anterior, uveitis intermediet,
uveitis posterior, dan panuveitis.
Etiologi: uveitis dibagi menjadi infeksi (bakteri, virus, jamur, dan parasit),
non-infeksi, dan idiopatik.
Perjalanan penyakit: uveitis dibagi menjadi akut (onset mendadak dan
durasi kurang dari empat minggu), rekuren (episode uveitis berulang), kronik (uveitis persisten atau kambuh sebelum tiga bulan setelah pengobatan dihentikan), dan remisi (tidak ada gejala uveitis selama tiga bulan atau lebih).
1. Uveitis Anterior
Uveitis anterior adalah inflamasi di iris dan badan siliar.
Gejala uveitis anterior umumnya ringan-sedang dan dapat sembuh
sendiri, namun pada uveitis berat, tajam penglihatan dapat menurun. Gejala klinis dapat berupa mata merah, nyeri, fotofobia, dan penurunan tajam penglihatan.
Tanda uveitis anterior akut adalah injeksi siliar akibat vasodilatasi arteri
siliaris posterior longus dan arteri siliaris anterior yang memperdarahi iris serta badan siliar. Di bilik mata depan terdapat pelepasan sel radang, pengeluaran protein (cells and flare) dan endapan sel radang di endotel
2. Uveitis Intermediet 2. Uveitis Intermediet
UveitiUveitis s inteintermedrmediet adalah peradiet adalah peradangan di angan di pars plana yang sering diikutipars plana yang sering diikuti vitritis dan uveitis
vitritis dan uveitis posteriorposterior..
G Gejejalala a uvuveieititis s inintetermrmededieiet t bibiasasananya ya riringngan an yayaititu u pepenunururunanan n tatajajamm penglihatan
penglihatan tanpa tanpa disertai disertai nyeri nyeri dan dan mata mata merah, merah, namun namun jika jika terjaditerjadi edema makula dan agregasi sel di vitreus (
edema makula dan agregasi sel di vitreus ( snowballs snowballs) penurunan tajam) penurunan tajam penglihatan dapat le
penglihatan dapat lebih buruk.bih buruk. 3. Uveitis Posterior
3. Uveitis Posterior
UvUveieititis s popoststeeririor or adadalalah ah peperaradadangngan an lalapipisasan n kokororoid id yayang ng seseriringng melibatkan jaringan sekitar seperti vitreus, retina, dan nervus optik.
melibatkan jaringan sekitar seperti vitreus, retina, dan nervus optik.
Uveitis posterior timbul perlaUveitis posterior timbul perlahan namun dapat terjadi secarhan namun dapat terjadi secara akut. Pasiena akut. Pasien mengeluh penglihatan kabur yang tidak disertai nyeri, mata merah, dan mengeluh penglihatan kabur yang tidak disertai nyeri, mata merah, dan fotofobia.
Pemeriksaan Penunjang
Slit-lamp: Digunakan untuk menilai segmen anterior karena dapat
memperlihatkan injeksi siliar dan episklera, skleritis, edema kornea, presipitat keratik, bentuk dan jumlah sel di bilik mata, hipopion serta kekeruhan lensa.
Pemeriksaan laboratorium: Bermanfaat pada kelainan sistemik misalnya
darah perifer lengkap, laju endap darah, serologi, urinalisis, dan antinuclear antibody. Pemeriksaan laboratorium tidak bermanfaat pada kondisi tertentu misalnya uveitis ringan dan trauma.
Penatalaksanaan
Kortikosteroid topikal merupakan terapi pilihan untuk mengurangi
inflamasi yaitu prednisolon 0,5%, prednisolon asetat 1%, betametason 1%, deksametason 0,1%, dan fluorometolon 0,1%.
NSAID digunakan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi sedangkan
siklopegik diberikan untuk mencegah sinekia posterior. Obat yang diberikan adalah siklopentolat 0,5-2% dan homatropin.
Terapi bedah diindikasikan untuk memperbaiki penglihatan. Operasi
dilakukan pada kasus uveitis yang telah tenang (teratasi) tetapi mengalami perubahan permanen akibat komplikasi seperti katarak, glaukoma sekunder, dan ablasio retina. Kortikosteroid diberikan 1-2 hari sebelum operasi dan steroid intraokular atau periokular dapat diberikan pasca-operasi.
Nervus Optikus adalah saraf yang membawa rangsang dari retina menuju otak, saraf optikus ini seperti sebuah wayar listrik dimana setiap wayar membawa informasi penglihatan menuju otak. Nervus Optikus bercabang menjadi 3 bagian yaitu :
1. Bagian Intraokular, merupakan kepala dari nervus optikus.
2. Bagian Rongga Mata (orbita), yang meluas dari bola mata menuju foramen optikus.
3. Bagian Intrakranial, yang terletak antara foramen optikus dengan chiasma optikus
Retina
Retina terdiri dari dua lapisan utama, yaitu lapisan retina neural dan lapisan pigmen luar. Retina neural memiliki tiga lapisan neuron utama:
pertama suatu lapisan luar yaitu sel kerucut dan sel batang
lapisan pertengahan yaitu neuron bipolar yang menghubungkan sel kerucut
dan batang
ketiga lapisan internal yaitu sel ganglion yang bersinaps dengan sel bipolar
melalui dendritnya dan mengirimkan aksn yang bergabung membentuk nervus opticus yang meninggalkan mata menuju otak.
Sel-sel batang sangat peka terhadap cahaya, yang memungkinkan sensasi penglihatan bahkan dengan tingkat pencahayaan yang rendah seperti saat senja atau larut malam.
Area posterior retina tempat nervus opsticus meninggalkan retina tidak memiliki fotoreseptor dan dikenal sebagai bintik buta retina, atau discus opticus.
Pada sisi temporal discus opticus, di kutub posterior aksis optik, terdapat area khusus retina yang disebut fovea centralis.
Fovea adalah suatu cekungan dangkal yang hanya memiliki sel kerucut ditengahnya, dengan sel bipolar dan ganglion yang berada hanya ditepi.
Definisi
Neuritis optik adalah penyakit inflamasi akut atau suatu proses demielinisasi yang mempengaruhi saraf optik akibat berbagai macam penyakit.
Klasifikasi
a.Neuritis retrobulbar
Merupakan suatu peradangan di nervus saraf optik yang terletak pada bagian belakang bola mata, sehingga tidak tampak kelainan diskus optik
dengan oftalmoskop, tetapi terjadi penurunan tajam penglihatan. b. Papilitis
Papilitis adalah pembengkakan diskus yang disebabkan oleh peradangan lokal di nervus saraf optik intraokular dan dapat terlihat dengan pemeriksaan funduskopi. Ditandai dengan hiperemia dan edema pada diskus yang berkaitan dengan perdarahan berbentuk api (flame-shaped) didaerah peripapil.
Etiopatologi
Demielinisasi dan infeksi dari saraf optik. Patologi yang terjadi sama dengan yang terjadi pada multipel sklerosis (MS) akut:
- Adanya plak di otak dengan perivascular cuffing edema pada selubung saraf yang bermielin Inflamasi pada endotel pembuluh darah retina terlihat sebagai retinal vein sheathing.
- Dipercaya bahwa demielinisasi yang terjadi pada neuritis optik diperantarai oleh imun, tetapi mekanisme spesifik dan antigen targetnya belum diketahui.
- Aktivasi sistemik sel T menyebabkan pelepasan sitokin dan agen-agen inflamasi yang lain.
- Aktivasi sel B melawan protein dasar mielin tidak terlihat di darah perifer namun dapat terlihat di cairan serebrospinal pasien dengan
neuritis optik.
- Neuritis optik juga berkaitan dengan kerentanan genetik, sama seperti MS. Terdapat ekspresi tipe HLA tertentu diantara pasien neuritis optik.
Manifestasi klinis
monokular
neuritis optik bilateral terjadi lebih sering pada anak lebih muda dari usia
12-15 tahun dan berasal dari Asia dan Afrika selatan
defisit visual dalam ketajaman penglihatan, sensitivitas kontras,
penglihatan warna, dan lapang pandang pada mata kontralateral
Pemeriksaan Penunjang
Terdapat beberapa stadium perubahan pada neuritis optik disertai kelainan pada bfunduskopi yaitu:
a. Perubahan awal
Diskus optikus normal dalam 44% kasus. Pucatnya bagian temporal menunjukkan adanya lesi optik neuritis yang berat pada mata yang sama. Papilitis tahap awal di karakteristikkan dengan adanya batas diskus yang mengabur dan sedikit hiperemis.
b. Papilitis yang mencapai perkembangan yang lengkap
Adanya pembengkakan, hilangnya fisiologis cup, hiperemis dan perdarahan yang terpisah.
c. Perubahan lanjut
Papilitis yang berlanjut kadang-kadang didapati gambaran optik atropi sekunder. Pada keadaan ini batas diskus dapat mengabur, mungkin terdapat jaringan glial pada diskus, dan pucatnya diskus bagian stadium akhir optik neuritis.