• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi remaja perempuan Tionghoa totok tentang keterlibatan ayah dalam pengasuhan di keluarga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Persepsi remaja perempuan Tionghoa totok tentang keterlibatan ayah dalam pengasuhan di keluarga"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEPSI REMAJA PEREMPUAN TIONGHOA TOTOK TENTANG KETERLIBATAN AYAH DALAM PENGASUHAN DI KELUARGA HALAMAN JUDUL Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi. Disusun Oleh: Lenny Lawren 129114008. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN MOTTO. “Every unfair situation, every delay and closed door are not setbacks; they are setups for God to get you to where He wants you to be”. "Trust in the Lord with all your heart, and lean not on your own understanding; in all your ways acknowledge Him, and He will make your paths straight" (Proverbs 3:5-6). iv.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Untuk kalian yang tanpa henti terus memberikan dukungan yang dibutuhkan Rasa sayang kala merasa tak berarti Amarah ketika mulai lupa diri Perhatian ketika jatuh Tawa ketika kesepian Uluran tangan ketika mulai menjauh Kepercayaan kala tak percaya diri. Terima kasih. v.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEPSI REMAJA PEREMPUAN TIONGHOA TOTOK TENTANG KETERLIBATAN AYAH DALAM PENGASUHAN DI KELUARGA Lenny Lawren ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi persepsi remaja perempuan keturunan Tionghoa Totok terkait keterlibatan ayah dalam pengasuhan, khususnya dari segi penilaian.Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode Analisis Isi Kualitatif terarah. Informan yang dilibatkan adalah tiga orang remaja perempuan keturunan Tionghoa Totok dengan rentang usia 20-22 tahun. Informan didapatkan dengan memilih orang-orang tertentu yang sesuai dengan kriteria penelitian (purposeful).Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara semi terstruktur perorangan.Hasil dari penelitian ini adalah penilaian para informan terhadap keterlibatan ayah dalam pengasuhan ada yang positif dan negatif, namun penilaian yang muncul lebih cenderung positif (2 dari 3 informan).Kesimpulan dari penelitian ini adalah persepsi yang diberikan remaja perempuan Tionghoa Totok terkait keterlibatan ayah dalam pengasuhan dipengaruhi oleh kedekatan emosional yang dimiliki dengan ayah.Selain itu, perkembangan zaman juga mempengaruhi pelaksanaan nilai-nilai Tionghoa Totok pada keterlibatan ayah pula yang kemudian mempengaruhi persepsi yang diberikan remaja perempuan. Kata kunci: persepsi, keterlibatan ayah, remaja perempuan, tionghoa totok. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. CHINESE TOTOK FEMALE ADOLESCENT PERCEPTIONS’ ABOUT FATHER INVOLVEMENT IN PARENTING Lenny Lawren ABSTRACT The purpose of the current study was to explore the perception of Chinese Totok female adolescence girls about their father involvement in parenting, especially how they evaluate it. This research was qualitative research with direct Qualitative Content Analysis method. The informants involved were three Chinese Totok adolescent with age between 20-22 years old. Informants were selected purposely based on certain pre-determined criteria. Data retrieval was performed with semi-structured individual interviews. The results of this study show that the informants' evaluation of the father involvement in parenting is both positive and negative, but the overall evaluation that appears is more likely to be positive (2 out of 3 informants). The conclusion of this study is the perception given by Chinese female adolescents regarding father involvement in parenting is influenced by the emotional closeness between female adolescents with their father. Besides, globalization also influenced the implementation of Chinese values on father's involvement, which also influenced the perception given by female adolescents. Keywords: perception, father involvement, female adolescents, chinese. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat, rahmat dan penyertaan-Nya yang sungguh berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Skripsi yang berjudul "Persepsi Remaja Perempuan Tionghoa Totok Tentang Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan di Keluarga" ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa selama pembuatan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dalam berbagai macam hal dan juga dukungan kepada penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus yang telah memberikan berkat yang melimpah kepada penulis. Atas berkat dan kuasa-Nya, penulis diberikan kekuatan untuk melawan diri sendiri dan menghadapi setiap rintangan dan hambatan selama proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih ya Tuhan atas cinta dan kasih-Mu yang berlimpah dan atas segala bantuan-Mu yang dikirimkan melalui orang-orang disekitarku hingga skripsi ini bisa selesai. 2. Jajaran Fakultas Psikologi dan Universitas Sanata Dharma yang telah menerima dan mewadahi penulis selama menempuh pendidikan Strata 1. 3. Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar membimbing penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir, yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan batas waktu yang. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ada, yang terus memberikan masukan dan nasihat yang memotivasi, serta dorongan untuk terus menulis dan tidak menyerah. Terima kasih karena sudah tidak menyerah pada saya, Pak. 4. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum, M.Psych., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma, Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Penguji Skripsi penulis di masa akhir studi penulis. Terima kasih atas segala dukungan dan motivasinya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si., selaku dosen penguji 3 yang telah memberikan revisi serta berbagai masukan, sehingga skripsi ini menjadi lebih baik dan lebih layak. 6. Staf pengajar / Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan ilmu pengetahuan tentang Psikologi. 7. Seluruh informan yang telah dengan suka rela bersedia terlibat dalam penelitian ini, serta bersedia meluangkan waktu dan direpotkan dengan segala prosedur pengambilan data. Tanpa kesediaan para informan, penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan. 8. Papa dan Mama yang selalu menjadi rumah untuk pulang, yang tak hentihentinya memberikan dukungan kepada penulis lewat perhatian, pengertian, kesabaran dan omelan dalam porsi yang sesuai sehingga penulis dapat terus memacu diri untuk menyelesaikan skripsi ini meskipun dalam keadaan sulit. Terima kasih Pa, Ma, untuk cinta tanpa batasnya. Skripsi ini aku persembahkan untuk Papa dan Mama.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. Ahia dan Ace yang sudah memberikan dukungan lewat doa, semangat, pertanyaan tanpa henti dan usaha untuk memahami skripsi ini agar dapat memberikan masukan kepada penulis. Terima kasih karena sudah menjadi saudara terbaik yang ada selama proses penulisan yang panjang ini sehingga penulis semakin termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Prasetyo Handy Kurniawan sosok sahabat, kakak dan sumber dukungan emosional terbesar bagi penulis. Sosok yang selalu menemani penulis dalam setiap kondisi dan selalu menjadi pendengar yang baik. Sosok yang rela menjadi. tempat. curahan. pertama. setiap. kali. penulis. menghadapi. permasalahan dan selalu tak lupa memberikan penguatan. Terima kasih karena sudah menerima penulis apa adanya dan tidak menyerah selama proses panjang ini. 11. Mbak Thia dan Suster Dewi, terimakasih karena sudah berkenan untuk selalu mengulurkan tangan dan memberikan pelukan hangat, mendengarkan cerita penulis dan selalu mendukung penulis bahkan ketika penulis menarik diri. Terima kasih karena sudah selalu percaya bahkan ketika penulis sendiri merasa tidak percaya diri. Terima kasih karena sudah mengajarkan penulis sebuah kasih tanpa syarat. 12. Sahabat yang tak henti-hentinya membantu, memotivasi, menemani, mencintai, membahagiakan, menyemangati dan mampu mengingatkan dengan keras ketika dibutuhkan. Cia dan Kak AP, duo kura-kuraku yang sudah ada sejak awal perjalanan perkuliahan ini, terimakasih karena sudah menemani penulis untuk terus berproses hingga hari ini, mengajarkan bahwa. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. kasih itu tanpa batasdan cinta itu luar biasa. Terima kasih karena selalu bisa menjadi paket komplit dalam berbagai hal, sosok sahabat, kakak, guru dalam kehidupan yang paling mengerti isi hati penulis tanpa perlu diungkapkan dan juga tentunya karena selalu mendukung dan mendorong penulis untuk menjadi lebih baik lagi.Ivie, sahabat recehku, yang sudah membagikan tawa dan keceriaan di penghujung penulisan skripsi ini. Terima kasih karena sudah berusaha menarikku keluar dari zona nyaman dan selalu ada pada masa-masa sulit ini. Rikjan, terimakasih karena sudah mau mengulurkan tangan terlebih dahulu ketika penulis mulai terlarut dan lupa diri. Terima kasih juga karena sudah menjadi sosok yang selalu ada kapanpun dimanapun ketika dibutuhkan, dari hal-hal berat hingga hal-hal remeh sekalipun. 13. Seluruh teman-teman P2TKP, grup Non Provite Present, Mari Jajan, Anakanak Professor, Om Suharjono dan Tante Hartini, Ci Nana, Ferry, Henry, Om Suhartoyo dan Tante Eming, Lauren, Juju, serta sosok-sosok lainnya yang sudah menemani perjalanan ini, terima kasih untuk dukungan dan motivasi yang terus diberikan. 14. Untuk orang-orang disekitar yang terus mendukung ketika penulis berusaha menyelesaikan tugas akhir ini dalam batas waktu yang tersedia. Remen, tempat penulis pertama menemukan kenyamanan dan mulai berproses. Ethikopia dan seluruh staff yang sudah seperti rumah kedua bagi penulis selama proses penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk kopi, tawa dan motivasi kalian sehingga penulis pada akhirnya mampu menyelesaikan skripsi ini.. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT........................................................................................................... viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ................. ix KATA PENGANTAR ............................................................................................ x DAFTAR ISI......................................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii DAFTAR TABEL................................................................................................ xix DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xx BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A.. Latar Belakang ............................................................................................ 1. B.. Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 12. C.. Tujuan Penelitian....................................................................................... 12. D.. Manfaat Penelitian..................................................................................... 13. 1.. Manfaat Teoretis..................................................................................... 13. 2.. Manfaat Praktis....................................................................................... 13. BAB II. LANDASAN TEORI .............................................................................. 14 A.. Remaja Perempuan dalam Budaya Tionghoa Totok................................. 14. B.. Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan di Budaya Tionghoa Totok .......... 17. C.. Persepsi terhadap Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan.......................... 25. D.. Kerangka Konseptual ................................................................................ 28. BAB III. METODE PENELITIAN....................................................................... 32 A.. Jenis dan Desain Penelitian ....................................................................... 32. B.. Fokus Penelitian ........................................................................................ 34. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. C.. Informan .................................................................................................... 35. D.. Peran Peneliti............................................................................................. 37. E.. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 39 1.. Protokol Wawancara .............................................................................. 40 a.. Protokol Wawancara Latar Belakang................................................. 40. b.. Protokol Wawancara Terkait Topik Penelitian .................................. 41. F.. Penegakan Kredibilitas dan Dependabilitas Penelitian ............................. 43. G.. Analisis dan Interpretasi Data ................................................................... 45. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 48 A.. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 48. B.. Latar Belakang Informan dan Dinamika Proses Wawancara.................... 48. C.. Hasil Penelitian ......................................................................................... 57 1.. Komponen Positive Engagement Activities ........................................... 59 a.. Penilaian Positif ................................................................................ 59. b.. Penilaian Negatif............................................................................... 62. 2.. Komponen Warmth-Responsiveness ...................................................... 63 a.. Penilaian Positif ................................................................................ 63. b.. Penilaian Negatif............................................................................... 65. 3.. Komponen Control................................................................................. 66 a.. Penilaian Positif ................................................................................ 66. b.. Penilaian Negatif............................................................................... 68. 4.. Komponen MaterialIndirect Care.......................................................... 71 a.. Penilaian Positif ................................................................................ 71. b.. Penilaian Negatif............................................................................... 72. 5.. Komponen SocialIndirect Care.............................................................. 72 a.. Penilaian Positif ................................................................................ 72. b.. Penilaian Negatif............................................................................... 74. 6.. D.. Komponen Process Responsibility ......................................................... 75 a.. Penilaian Positif ................................................................................ 75. b.. Penilaian Negatif............................................................................... 77. Pembahasan ............................................................................................... 78. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB V PENUTUP................................................................................................ 84 A.. Kesimpulan................................................................................................ 84. B.. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 85. C.. Saran.......................................................................................................... 86. DAFTAR ACUAN ............................................................................................... 88 LAMPIRAN.......................................................................................................... 93. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Proses Persepsi .................................................................................... 26 Gambar 2. Kerangka Konseptual .......................................................................... 31. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL Tabel 1. Data Informan ......................................................................................... 37 Tabel 2. Kerangka Analisis Persepsi terhadap Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan............................................................................................................ 46 Tabel 3. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Wawancara........................................... 48 Tabel 4. Hasil Penelitian ....................................................................................... 58. xix.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Contoh Lembar Persetujuan Partisipasi/ Informed Consent............. 93. xx.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejak tahun 2006, masyarakat Indonesia memperingati Hari Ayah Nasional pada tanggal 12 November.Selama beberapa tahun terakhir, peran ayah sebagai pemimpin keluarga di Indonesia dirasa semakin luntur dengan padatnya kegiatan untuk mencari nafkah. Rita Pranawati, Wakil Ketua KPAI dan komisioner bidang pengasuhan menyatakan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan di Indonesia secara keseluruhan masih sangat kurang dan hanya sedikit lebih baik dalam hal pengajaran terkait media digital karena seringkali ayah lebih baik dibandingkan ibu dalam bidang tersebut(Setyawan, 2017). Dalam kultur patriarki khususnya, ayah umumnya mendapatkan peran sebagai pencari nafkah dan tugas domestik seperti pengasuhan lebih sering ditempatkan kepada ibu. Salah satu suku yang menganut kultur patriarki yaitu suku Tionghoa yang sudah memiliki sejarah panjang di Indonesia. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, warga negara yang mengaku keturunan Tionghoa hanya sebesar 2.832.510 orang atau hanya berjumlah 1,20% dari total penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2010), sehingga etnis Tionghoa masih tergolong etnis minoritas di Indonesia. Kelompok orang Tionghoa di Indonesia dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu “Peranakan” dan “Totok”.Mackie dan Coppel (1976, dalam Lan, 2016) menjelaskan bahwa “peranakan” merupakan kelompok orang Tionghoa yang. 1.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. sudah berimigrasi dan bermukim di salah satu daerah di Indonesia jauh lebih lama yang sudah menggunakan bahasa daerah setempat untuk berkomunikasi seharihari serta rangkaian ciri-ciri budaya yang khas yang tidak sepenuhnya budaya Cina namun tidak sepenuhnya budaya Indonesia pula. Sedangkan “totok” atau secara harafiah berarti “darah murni” (belum melakukan perkawinan beda suku/etnis) adalah orang Tionghoa yang berimigrasi belum terlalu lama, masih berbicara menggunakan bahasa Cina dan budaya yang diterapkan masih berorientasi pada budaya Cina. Etnis Tionghoa umumnya memegang ajaran dan nilai-nilai Konfusianisme sebagai dasar pedoman, khususnya kelompok Tionghoa Totok yang masih memegang erat ajaran-ajaran budaya Tionghoa.Menurut ajaran Konfusius, ayah merupakan kepala keluarga utama yang memiliki peran penting dalam keluarga.Terdapat pepatah Cina lama yang berbunyi “Zi bu jiao, fu zhi guo” yang berarti “kesalahan seorang ayah apabila anak tidak diajari dengan baik” yang menekankan tanggung jawab ayah untuk mendidik anak laki-laki dan bukan anak perempuan (Xu & Yeung, 2012).Hal ini khususnya menimbulkan keprihatinan tersendiri bagi peneliti sebab peneliti sendiri tumbuh besar di lingkungan Tionghoa Totok dan banyak menyaksikan kurangnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak, khususnya pada anak perempuan yang menimbulkan dampak negatif yang cukup signifikan pada para anak perempuan di kemudian hari. Masa perkembangan remaja khususnya menjadi menarik karena pada masa perkembangan ini anak-anak mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa (Santrock, 2007).Dalam tahap perkembangan remaja,.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. pembentukan kebebasan dan kemandirian merupakan tugas perkembangan yang sangat penting.Kebutuhan remaja untuk mengekspresikan kebebasan biasanya memicu perubahan dalam relasi antara orang tua dengan remaja (Bukatko, 2008).Kebutuhan pada masa perkembangan ini kemudian bertentangan dengan tuntutan yang diberikan pada anak perempuan di lingkungan Tionghoa Totok. Secara umum, posisi perempuan pada budaya Tionghoa tradisional, diharapkan untuk menjadi individu yang lebih submisif dan patuh pada laki-laki dalam budaya Tionghoa(Xu, 2012).Salah satu ajaran Konfusius yaitu terkait tiga kepatuhan perempuan yaitu, “sebagai perempuan yang belum menikah, ia harus mematuhi ayahnya; sebagai perempuan yang sudah menikah, ia harus mematuhi suaminya; dan sebagai perempuan berstatus janda, ia harus mematuhi anak lakilakinya yang sudah dewasa” secara jelas menggambarkan status perempuan Tionghoa yang dipandang lebih inferior dalam lingkungan patriarkal orang Tionghoa(Zang, 2003, p.295, dalam Xu, 2012). Anak perempuan dalam keluarga Tionghoa seringkali dianggap berkedudukan lebih rendah dibandingkan anak lakilaki karena tidak dapat melanjutkan marga (she) dan pada akhirnya akan menikah dan menjadi bagian dari keluarga suaminya (Alfarabi, 2012; Lynn, 1974, dalam Xu, 2012). Hal ini kemudian juga berpengaruh pada pembagian hak dan kewajiban antara anak perempuan dan anak laki-laki. Biasanya anak laki-laki sebagai penerus marga (she) akan diberikan tanggung jawab untuk melanjutkan usaha keluarga dan lebih diutamakan dalam hal warisan, sedangkan anak perempuan akan ditugaskan untuk mengurus rumah tangga dan juga mendapatkan hak warisan yang lebih sedikit..

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. Padahal keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak perempuan memiliki banyak dampak positif bagi perkembangan anak perempuan di kemudian hari. Ketika anak-anak tumbuh dalam lingkungan dimana mereka dapat merasa dekat dengan ayah pada masa remaja, anak akan cenderung untuk membangun hubungan pernikahan yang sehat dan memuaskan di kemudian hari. Keterlibatan ayah pada remaja perempuan khususnya menjadi penting karena remaja perempuan belajar bagaimana cara untuk berinteraksi dengan lawan jenis di kemudian hari melalui relasi dengan ayah (Flouri & Buchanan, 2004). Rasa aman pada anak perempuan juga menjadi hal yang vital dalam proses perkembangannya (Griffin, 1998, dalam Zia, Malik & Ali, 2015), dan apabila rasa aman dan perlindungan ini diperoleh dari sosok ayah, hal ini dapat mendorong anak perempuan berkembang dengan relatif aman di kemudian hari dan cenderung lebih dapat berkembang menjadi orang dewasa yang sehat (Ellium & Ellium, 1994, dalam Zia, Malik & Ali, 2015). Sebaliknya, ketidakhadiran ayah pada anak perempuan dapat menyebabkan relasi yang bermasalah dengan lawan jenis di kemudian hari, munculnya gejala-gejala depresif, serta tingkat kepercayaan diri (self-esteem) yang rendah (Flouri & Buchanan, 2004). Selain itu, Assa (2016) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa remaja perempuan perokok di Indonesia menilai keterlibatan ayah cukup rendah dalam hidup mereka sehingga mereka menjadi lebih mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitar untuk terlibat dalam perilaku-perilaku menyimpang seperti merokok.Hal ini disebabkan kurangnya kontrol yang tepat sehingga mereka cenderung lebih bebas dalam pergaulan dan melakukan tindakan-tindakan yang membuat mereka.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. nyaman. Menurut (Alleyne-Green, Grinnell-Davis, Clark, Quinn & Cryer-Coupet, 2014), remaja perempuan yang merasakan hubungan yang positif dengan ayah kandung, seperti merasa dekat dengan ayah mereka, berkomunikasi dengan ayah mereka, dan terlibat dengan kegiatan bersama dengan ayah mereka, akan cenderung lebih terhindar dari perilaku seksual berbahaya. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan umumnya dikenal dengan istilah paternal involvement atau father involvement.Pleck (dalam Lamb, 2010) menjelaskan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan merupakan keikutsertaan positif ayah dalam kegiatan yang berupa interaksi langsung dengan anak-anaknya, memberikan kehangatan, melakukan pemantauan dan kontrol terhadap aktivitas anak,. serta. bertanggungjawab. terhadap. keperluan. dan. kebutuhan. anak.Keterlibatan ayah dalam pengasuhan secara umum dipercaya mampu memberikan banyak dampak positif dengan memberikan warna tersendiri dalam pembentukan karakter anak, perkembangan kognitif, emosional dan well-being, perkembangan sosial dan kesehatan fisik (Allen & Daly, 2007).Pleck (dalam Lamb, 2010) membagi keterlibatan ayah menjadi 5 komponen yang terdiri dari: a) positive engagement activities, b) warmth-responsiveness, c) control, d) indirect care, dan e) process responsibility. Komponen aktivitas keterlibatan secara positif (positive engagement activities) merupakan interaksi yang lebih intensif dengan anak dan cenderung mendukung perkembangan anak.Sedangkan kehangatan dan responsifitas (warmth-responsiveness) merupakan perilaku yang menunjukan kehangatan dan.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. responsif pada anak, dan kontrol (control) berfokus pada peran ayah untuk mengawasi anak dan keterlibatan dalam pembuatan keputusan terkait anak. Konsep indirect care mengacu pada aktivitas yang dilakukan untuk anak yang tidak melibatkan interaksi langsung antara ayah dengan anak (dukungan finansial tidak termasuk). Indirect care mengacu pada aktivitas yang dilakukan untuk anak yang tidak melibatkan interaksi langsung antara ayah dengan anak (dukungan finansial tidak termasuk).Indirect care dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu material indirect care dan social indirect care.Material indirect care terdiri dari aktivitas membeli dan mengatur kebutuhan dan keperluan anak, sedangkan social indirect care terdiri dari aktivitas mendukung koneksi atau jaringan anak dalam lingkungan masyarakat. Process responsibility mengacu pada kemampuan ayah untuk menyadari kebutuhan anak, dan bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan anak serta mengawasi terpenuhinya kebutuhan anak akan keempat komponen keterlibatan ayah sebelumnya. Selain itu, Parke (1996, dalam Parke, 2000) juga menjabarkan komponen-komponen dari determinan budaya dalam keterlibatan ayah, yaitu: budaya terkait anak laki-laki dan perempuan pada masa kanak-kanak sang ayah, sikap tentang peran gender ayah atau ibu, dan etnisitas (terkait nilai-nilai dan kepercayaan yang dimiliki keluarga) (Turiano, 2001, dalam Carrillo, Bermúdez, Suárez, Gutiérrez, Delgado, 2016). Interaksi yang terbentuk antara ayah dan remaja perempuan melalui keterlibatan ayah dalam pengasuhan tentu akan menimbulkan kesan tersendiri baik pada ayah maupun pada remaja. Persepsi terbentuk melalui interaksi antara.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. individu dengan objek tertentu. Dalam Kamus Lengkap Psikologi (Chaplin, 2011), persepsi adalah proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. Titchener (dalam Chaplin, 2011) menjelaskan persepsi sebagai satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti dari pengalaman di masa lalu. Persepsi bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar, keadaan jiwa atau suasana hati, perangkat serta faktor-faktor motivasional (Chaplin, 2011). Persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman terkait figur atau objek yang dipersepsikan, serta akan mempengaruhi pembentukan sikap dan perilaku seseorang terhadap figur atau orang tersebut (Sobur, 2003). Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa sosok ayah secara umum memiliki peran yang penting dalam perkembangan remaja, baik remaja laki-laki maupun perempuan.Namun, hal ini bertentangan dengan praktik dan tradisi dalam keluarga Tionghoa. Walaupun ayah dalam keluarga Tionghoa memiliki peran yang penting dalam berbagai aspek kehidupan keluarga seperti kepala keluarga, pencari nafkah, dan lainnya, namun dalam keluarga Tionghoa Totok khususnya, tanggung jawab pengasuhan anak oleh ayah hanya ditekankan pada pengasuhan anak laki-laki saja dan tidak pada anak perempuan. Padahal, ketidakhadiran sosok ayah dapat menimbulkan dampak-dampak negatif yang meresahkan di kemudian haribagi anak perempuan.Pengalaman pribadi peneliti yang menyaksikan sendiri dimana masih banyaknya ayah dalam keluarga Tionghoa Totok yang kurang terlibat dalam pengasuhan anak perempuan sehingga berdampak buruk bagi perkembangan anak di kemudian hari, ditambah posisi remaja perempuan dalam.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. keluarga Tionghoa Totok yang lebih dinomorduakandibandingkan laki-laki dalam budayanya, memunculkan ketertarikan sendiri bagi peneliti. Maka dari itu peneliti merasa penting untuk mengetahui bagaimana persepsi atau pandangan remaja perempuan terkait keterlibatan ayahnya dalam pengasuhan di keluarga yang berlatarkan budaya Tionghoa, khususnya Tionghoa Totok dengan asumsi penanaman nilai-nilai budaya Tionghoa yang masih kental termasuk pembedaan perlakuan antara anak laki-laki dan perempuan. Hal ini dilakukan agar dapat lebih memahami dinamika keterlibatan ayah dalam budaya Tionghoa Totok di Indonesia melalui sudut pandang anak perempuan.Selain itu, penelitian terkait keterlibatan ayah dalam budaya Tionghoa Totok berdasarkan sudut pandang remaja perempuan ini juga belum pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia. Penelitian-penelitian terkait keterlibatan ayah dalam keluarga Tionghoa sebelumnya banyak dilakukan dalam konteks negara Amerika serta Cina dan sekitarnya, dimana penelitian-penelitian tersebut melibatkan ayah sebagai subjek utama dan mengaitkan dengan variabel-variabel tertentu seperti perkembangan sosio-emosional anak (Wu, 2009), dan pencapaian akademis anak (Lau, 2016; Wu, An & An, 2013). Selain itu, penelitian di luar juga kerapkali mengukur bagaimana keterlibatan ayah keluarga Tionghoa pada remaja secara umum dari berbagai latar belakang negara, misal orang Tionghoa di Cina, Tionghoa di Kanada (Chuang & Zhu, 2018), Amerika (Wu, 2009), Hongkong (Lau, 2016), sedangkan yang berfokus keterlibatan ayah pada remaja perempuan Tionghoa diantaranya sudah.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. dilakukan di Shanghai (Xu, 2012; Xu & Yeung, 2012).Pada penelitian yang dilakukan Xu & Yeung (2012), ditemukan bahwa para ayah memiliki hubungan yang hangat dan terlibat secara aktif dalam banyak aspek kehidupan anak perempuan mereka.Keterlibatan ayah Tionghoa di Shanghai dalam pengasuhan anak perempuan yang terbentuk ini sedikit banyak dipengaruhi oleh perubahan sistem menjadi negara komunis dan juga peraturan yang hanya memperbolehkan setiap keluarga untuk memiliki satu anak saja. Hal ini kemudian mengurangi bias gender dalam keterlibatan ayah dalam pengasuhan di Shanghai. Perbedaan domisili tiap-tiap kelompok orang Tionghoa pada penelitian sebelumnya tentu memberikan pengaruh yang berbeda pula pada keterlibatan ayah yang terbentuk karena adanya budaya dan aturan setempat yang mempengaruhi, begitu pula asumsi peneliti dengan kelompok orang Tionghoa yang berdomisili di Indonesia. Penelitian-penelitian sebelumnya yang memilih subjek atau responden dari etnis Tionghoa di Indonesia sejauh ini belum ada yang berkaitan dengan keterlibatan ayah.Penelitian yang memilih subjek etnis Tionghoa seringkali berasal dari cabang ilmu lain, misalnya ilmu sosial dan politik (Alfarabi, 2012), ilmu komunikasi (Sulistio, 2016), sastra Tionghoa (Jap & Christiana, 2013), ilmu pengetahuan budaya (Wibowo, 2012) dan banyak lainnya.Sedangkan penelitian di bidang Psikologi yang menggunakan subjek remaja Tionghoa di Indonesia lebih banyak dilakukan secara kuantitatif dan dengan topik-topik yang berbeda pula, diantaranya hubungan kecerdasan emosional dengan penyesuaian sosial pada remaja Tionghoa (Putri,2017), peran self-awareness dan ego support terhadap kepuasan hidup remaja Tionghoa (Dariyo, 2016), dan beberapa lainnya..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. Penelitian-penelitian sebelumnya terkait keterlibatan ayah menurut remaja di Indonesia seringkali dilakukan secara kuantitatif dengan cara penyebaran kuesioner dan skala dikaitkan dengan variabel tertentu, misal self-esteem (Zahra & Handayani, 2014), kenakalan remaja (Zuhairah & Tatar, 2017), kematangan emosi (Syarifah, Widodo & Kristiana, 2012), intensi perilaku seksual pranikah pada remaja (Handayani & Kustanti, 2018), kecenderungan agresivitas (Putri & Siswati, 2017), gambaran keterlibatan ayah dalam pengasuhan remaja (Partasari, Lentari & Priadi, 2017), dan penelitian secara kualitatif (Assa, 2016; Sari, 2013). Dalam hal teknik analisis data, metode yang digunakan untuk meneliti keterlibatan ayah juga beragam, mulai dari analisa hubungan (Zahra & Handayani, 2014; Zuhairah & Tatar, 2017; Syarifah, Widodo & Kristiana, 2012), metode deskriptif kualitatif (Assa, 2016), hingga metode analisis campuran dengan menghubungkan data kuantitatif yang diperoleh dari survei serta data kualitatif yang diperoleh dari pertanyaan terbuka dari survei, focus group, dan wawancara mendalam (Xu & Yeung, 2012). Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, ditemukan defisiensi dari segi subjek dimana penelitian terdahulu yang melibatkan remaja Tionghoa khususnya remaja perempuan di Indonesia baru dilakukan di bidang ilmu lain. Penelitian-penelitian terkait keterlibatan ayah di Indonesia sebelumnya masih dilakukan pada subjek remaja secara umum (remaja perempuan dan laki-laki) (Partasari, Lentari & Priadi, 2017; Zahra & Handayani, 2014; Zuhairah & Tatar, 2017; Syarifah, Widodo & Kristiana, 2012),sedangkan penelitian tentang keterlibatan ayah dengan remaja perempuan sebelumnya memiliki kondisi yang spesifik, yaitu.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. remaja perempuan perokok tanpa memandang latar belakang budaya subjek (Assa, 2016).Terakhir, penelitian yang dilakukan Sari (2013) hanya menggunakan remaja dengan latar belakang budaya Jawa. Penelitian terkait keterlibatan ayah dengan subjek remaja perempuan berlatar budaya Tionghoa di Indonesia masih belum pernah dilakukan dan dapat diteliti lebih jauh berdasarkan persepsi remaja, karena budaya setempat juga dapat mempengaruhi keterlibatan ayah dalam suatu keluarga (Turiano, 2001, dalam Carrillo et al., 2016). Berdasarkan defisiensi tersebut, peneliti hendak melakukan penelitian yang mengungkap persepsi remaja perempuan Tionghoa di Indonesia terkait keterlibatan ayah mereka dalam pengasuhan. Persepsi mengenai keterlibatan ayah ini akan mencakup lima komponen utama dari keterlibatan ayah menurut Pleck (dalam Lamb, 2010), yaitu a) positive engagement activities, b) warmthresponsiveness, c) control, d) indirect care, dan e) process responsibility. Penelitian ini akan melibatkan informan remaja perempuan keturunan Tionghoa Totok yang berusia 18-22 tahun dan masih memiliki orang tua terutama ayah. Pemilihan remaja dengan rentang usia 18-22 tahun karena pada masa perkembangan ini, remaja sedang mengalami pembentukan kebebasan dan kemandirian yang dapat memicu perubahan relasi dengan orang tua. Remaja perempuan keturunan Tionghoa Totok dipilih dengan asumsi penanaman nilai dan budaya Tionghoa yang masih lebih kental dibandingkan kelompok Tionghoa Peranakan yang sudah mulai bercampur dengan budaya Indonesia tempat mereka berdomisili. Metode yang akan digunakan adalah metode kualitatif dengan wawancara semi terstruktur secara perseorangan sebagai metode pengambilan.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. datanya. Wawancara yang semi terstruktur bersifat luwes dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi informan, sehingga proses wawancara berjalan sesuai konteks dan terbuka. Hal tersebut membantu kedua belah pihak dalam memperoleh informasi, keterangan, dan data yang lebih kaya (Almanshur & Ghony, 2014). Sebelum melakukan wawancara terkait topik, peneliti akan mewawancarai informan terkait latar belakang keluarga informan secara umum terutama terkait relasi dan interaksi dalam keluarga untuk mengetahui gambaran umum dinamika di dalam keluarga tersebut. Analisis Isi Kualitatif (AIK) akan dipilih sebagai metode analisis, yaitu analisis isi terarah atau deduktif.. B. Pertanyaan Penelitian Bagaimana. persepsi. remaja. perempuan. Tionghoa. Totok. terhadap. keterlibatan ayah dalam pengasuhan di keluarga Tionghoa?. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi persepsi remaja perempuan terkait keterlibatan ayah di dalam keluarga Tionghoa Totok.Melalui wawancara mendalam, para remaja diharapkan dapat mengungkapkan bagaimana persepsi mereka terkait peran dan keterlibatan ayah dalam keluarga, khususnya dalam pengasuhan di keluarga Tionghoa Totok..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan di bidang psikologi, khususnya psikologi perkembangan remaja dan psikologi keluarga. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi ayah dalam keluarga Tionghoa Totok, mengenai bagaimana sosok ayah dan keterlibatannya dalam pengasuhan penting dalam hidup anak remaja perempuan mereka, yang diperoleh melalui sudut pandang remaja perempuan itu sendiri..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI. A. Remaja Perempuan dalam Budaya Tionghoa Totok Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanakkanak dengan masa dewasa. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa (Larson dkk., 2002, dalam Santrock 2007). Masa remaja dibagi menjadi dua yaitu, masa remaja awal dan masa remaja akhir, dengan rentang usia remaja akhir 18-22 tahun. Masa remaja akhir memiliki minat karir, pacaran, dan ekplorasi identitas yang seringkali lebih menonjol dibandingkan masa remaja awal (Santrock, 2007). Dalam. tahap perkembangan. remaja,. pembentukan kebebasan dan. kemandirian merupakan tugas perkembangan yang sangat penting.Kebutuhan remaja untuk mengekspresikan kebebasan biasanya memicu perubahan dalam relasi antara orang tua dengan remaja (Bukatko, 2008).Keluarga dan orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan remaja, termasuk dalam keluarga Tionghoa. Kelompok orang Tionghoa di Indonesia dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu “Totok” dan “Peranakan”. Mackie dan Coppel (1976, dalam Lan, 2016) menjelaskan bahwa “totok” atau secara harafiah berarti “darah murni” (belum melakukan perkawinan beda suku/etnis) adalah orang Tionghoa yang berimigrasi ke Indonesia belum terlalu lama, masih berbicara menggunakan bahasa Cina dan budaya yang diterapkan masih berorientasi pada budaya Cina. Seiring dengan. 14.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. berkembangnya waktu, sudah sangat jarang ditemukan orang Tionghoa Totok yang benar-benar baru saja bermigrasi ke Indonesia yang berada dalam rentangusia remaja. Akan tetapi di beberapa kota di Indonesia masih terdapat kelompok remaja Tionghoa yang merupakan keturunan orang Tionghoa Totok yang masih memiliki tiga ciri Tionghoa Totok lainnya diantaranya, merupakan keturunan murni Tionghoa, masih berbicara menggunakan bahasa Cina dan budaya yang diterapkan masih berorientasi pada budaya Cina.Sedangkan “peranakan” merupakan kelompok orang Tionghoa yang sudah berimigrasi dan bermukim di salah satu daerah di Indonesia jauh lebih lama yang sudah menggunakan bahasa daerah setempat untuk berkomunikasi sehari-hari serta rangkaian ciri-ciri budaya yang khas yang tidak sepenuhnya budaya Cina namun tidak sepenuhnya budaya Indonesia pula. Etnis Tionghoa memegang ajaran dan nilai-nilai Konfusianisme sebagai dasar, khususnya kelompok Tionghoa Totok yang masih memegang erat ajaranajaran budaya Tionghoa. Konsep utama Konfusianisme menekankan pada: pentingnya pendidikan, usaha bersama, ikatan kekeluargaan dan bakti pada tetua, yang keseluruhannya memainkan peran yang penting dalam hidup orang Tionghoa (Salili, Zhou and Hoosain, 2003, dalam Xu, 2012). Secara tradisional, dalam budaya Tionghoa perempuan diharapkan untuk menjadi lebih submisif dan patuh pada laki-laki (Xu, 2012). Salah satu ajaran Konfusius yaitu terkait tiga kepatuhan perempuan yaitu, “sebagai perempuan yang belum menikah, ia harus mematuhi ayahnya; sebagai perempuan yang sudah menikah, ia harus mematuhi suaminya; dan sebagai perempuan berstatus janda, ia harus mematuhi anak laki-.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. lakinya yang sudah dewasa” secara jelas menggambarkan status perempuan Tionghoa yang dipandang lebih inferior dalam lingkungan patriarkal orang Tionghoa (Zang, 2003, p.295, dalam Xu, 2012). Anak perempuan dalam keluarga Tionghoa seringkali dianggap berkedudukan lebih rendah dibandingkan anak lakilaki karena tidak dapat melanjutkan marga (she) dan pada akhirnya akan menikah dan menjadi bagian dari keluarga suaminya (Alfarabi, 2012; Xu, 2012). Hal ini kemudian juga berpengaruh pada pembagian hak dan kewajiban antara anak perempuan dan anak laki-laki. Biasanya anak laki-laki sebagai penerus marga (she) akan diberikan tanggung jawab untuk melanjutkan usaha keluarga dan lebih diutamakan dalam hal warisan, sedangkan anak perempuan akan ditugaskan untuk mengurus rumah tangga dan juga mendapatkan hak warisan yang lebih sedikit. Posisi ini juga membuat remaja perempuan Tionghoa lebih sulit untuk menentukan pilihan karena pilihan hidupnya sudah disiapkan oleh keluarga (Alfarabi, 2012). Selain itu, perbedaan perlakuan juga terjadi dalam proses pemilihan pasangan hidup anak perempuan. Anak perempuan Tionghoa tidak diberikan keleluasaan untuk memilih pasangan yang berasal dari luar etnis karena tidak mempunyai hak untuk meneruskan marga keluarga, sehingga mereka akan kehilangan status keanggotaan sebagai etnis Tionghoa apabila menikah dengan orang di luar etnis Tionghoa. Bentuk pencegahan dini biasanya dilakukan saat remaja perempuan mulai mengenal laki-laki sebagai pacar (Alfarabi, 2012). Penelitian yang dilakukan Xu (2012), juga menunjukkan dilema remaja perempuan Tionghoa. dalam mempersepsikan diri menurut konsep “anak.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. perempuan yang baik” secara tradisional yang submisif, patuh dan feminin sedangkan di lain sisi mereka juga memendam pemikiran dan perasaan yang bertentangan dengan konsep tersebut. Meskipun demikian, mereka tetap memiliki pandangan bahwa “anak perempuan yang baik” adalah mereka yang menuruti harapan orang tua.Apabila dikaitkan dengan tugas perkembangan masa remaja yaitu pembentukan kebebasan dan kemandirian, hal ini tentu menjadi masalah tersendiri karena adanya pertentangan antara tuntutan untuk menjadi submisif dari budaya Tionghoa dan juga tugas perkembangan untuk membentuk kebebasan dan kemandirian. Selain itu, dalam perkembangan remaja perempuan Tionghoa khususnya, sosok ayah menjadi menarik karena adanya nilai-nilai dalam budaya Tionghoa yang menekankan pada tanggung jawab ayah dalam pengasuhan anak laki-laki namun tidak pada anak perempuan, karena anak laki-laki lah yang kemudian yang akan meneruskan garis keturunan marga (she) (Xu & Yeung, 2012)yang menambah alasan posisi remaja perempuan dalam keluarga Tionghoa Totok menjadi lebih inferior dibandingkan anak laki-laki.. B. Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan di Budaya Tionghoa Totok Keterlibatan ayah dalam pengasuhan umumnya dikenal dengan istilah paternal involvement atau father involvement.Lamb (2010) menjelaskan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan merupakan keikutsertaan positif ayah dalam kegiatan yang berupa interaksi langsung dengan anak-anaknya, memberikan kehangatan, melakukan pemantauan dan kontrol terhadap aktivitas anak, serta.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. bertanggungjawab terhadap keperluan dan kebutuhan anak.Keterlibatan ayah dalam pengasuhan secara umum dipercaya mampu memberikan banyak dampak positif dengan memberikan warna tersendiri dalam pembentukan karakter anak, perkembangan kognitif, emosional dan well-being, perkembangan sosial dan kesehatan fisik (Allen & Daly, 2007). Konsep keterlibatan ayah yang paling berpengaruh dikemukakan oleh Lamb dan kolega-koleganya (Lamb, 1987; Lamb, Pleck, & Levine, 1985, dalam Parke, 2000) yang mengidentifikasikan tiga komponen utama dari keterlibatan ayah, yaitu interaksi (interaction), ketersediaan (availability) dan tanggung jawab (responsibility). Konsep interaksi (interaction) mengacu pada kontak langsung antara ayah dan anak dengan cara mengasuh dan berbagi aktivitas. Sedangkan ketersediaan (availability) merupakan konsep terkait ketersediaan potensi ayah untuk melakukan interaksi, berdasarkan kehadiran atau apakah ayah dapat diakses atau tidak oleh anak, baik interaksi terjadi secara langsung atau tidak.Terakhir, konsep tanggung jawab (responsibility) mengacu pada peran yang ayah ambil dalam memastikan bahwa anak sudah dirawat dengan baik dan mengatur kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh anak (Lamb, Pleck, Charnov & Levine, 1987, dalam Parke, 2000). Pleck (dalam Lamb, 2010) kemudian menawarkan versi revisi teori keterlibatan ayah dengan mempertimbangkan perkembangan penelitian terkait keterlibatan ayah seiring berjalannya waktu. Pleck (dalam Lamb, 2010) membagi keterlibatan ayah menjadi 5 komponen yang terdiri dari:.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. 1. Positive Engagement Activities Aktivitas keterlibatan secara positif. (positive engagement activities). merupakan interaksi yang lebih intensif dengan anak dan cenderung mendukung perkembangan anak.Positive engagement activities merupakan pengembangan dari komponen interaction yang digagas oleh Lamb, Pleck & Levine (1985, dalam Parke , 2000) dan kemudian di tahun 1987 direvisi Lamb menjadi engagement. Positive engagement activities merupakan komponen yang paling banyak diteliti selama ini dibandingkan komponen-komponen lainnya. Apabila komponen interaction pada awalnya diukur berdasarkan jumlah waktu yang dihabiskan bersama anak (tanpa memandang aktivitas apa yang dilakukan bersama), positive engagement activities lebih berfokus pada waktu berkualitas yang dihabiskan bersama anak sembari terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang dapat mendukung perkembangan anak, misalnya bermain bersama, membacakan buku cerita, olahraga bersama, menonton TV, berdiskusi bersama dan banyak aktivitas lainnya. 2. Warmth-Responsiveness Kehangatan dan responsivitas (warmth-responsiveness) mengacu pada perilaku yang menunjukkan kehangatan dan responsif pada anak, misalnya memeluk, menunjukkan afeksi, memberikan apresiasi atas apa yang telah dilakukan oleh anak, dan memberikan dukungan emosional kepada anak..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. 3. Control Kontrol (control) berfokus pada peran ayah untuk mengawasi anak, misal keterlibatan dalam pembuatan keputusan terkait anak, mengetahui keberadaan dan kondisi anak, membuat batasan-batasan untuk anak, dan pendisiplinan. 4. Indirect care Indirect care mengacu pada aktivitas yang dilakukan untuk anak dan bukan terlibat secara langsung dalam aktivitas bersama dengan anak (dukungan finansial tidak termasuk). Jadi keterlibatan ayah dalam komponen ini dilihat ketika ayah terlibat secara tidak langsung dalam pengasuhan anak, misalnyamemastikan bahwa kebutuhan anak terpenuhi, serta mengatur dan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh anak. Indirect care dan process responsibility merupakan pengembangan komponen tanggung jawab (responsibility) dari gagasan Lamb, Pleck & Levine (1985, dalam Parke, 2000) terkait keterlibatan ayah. Indirect care kemudian dibagi lagi menjadi 2 jenis, yaitu: a. Material Indirect Care Material indirect care terdiri dari aktivitas membeli dan mengatur kebutuhan dan keperluan anak, misalnya memilih tempat kursus, membuat asuransi untuk anak, membuat rencana untuk pendidikan anak, dan lain sebagainya. b. Social Indirect Care Social indirect care terdiri dari aktivitas mendukung koneksi atau jaringan anak dalam lingkungan masyarakat, misalnya membantu perkembangan.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. relasi anak dengan teman sebayanya, terlibat dalam perkumpulan orang tua dalam komunitas yang diikuti anak, membangun koneksi dalam komunitas anak, dan lain sebagainya. 5. Process Responsibility Process responsibility meliputiperilaku mengambil inisiatif dan memonitori apa yang dibutuhkan oleh anak. Coltrane (1996, dalam Pleck, 2010) mengilustrasikan bahwa dalam sebagian besar keluarga, ayah cenderung kurang menyadari apa yang perlu dilakukan, dan menunggu untuk diminta melakukan berbagai hal beserta dengan instruksi yang jelas untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Hal ini kemudian membuat kontribusi ayah dalam pengasuhan anak menjadi hanya sebatas “membantu tugas istri”. Maka, process responsibility lebih mengacu kemampuan ayah untuk melihat atau menyadari kebutuhan anak, dan bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan anak. Selain itu, komponen ini juga meliputi peran ayah dalam mengawasi. terpenuhinya. kebutuhan. anak. akan. keempat. komponen. keterlibatan ayah sebelumnya, terlepas dari terpenuhinya kebutuhankebutuhan tersebut oleh sang ayah itu sendiri. Jadi, komponen ini dapat lebih terlihat melalui sudut pandang pihak lain, misal istri/ibu dan anak yang mengalami sendiri, terkait apakah sudah terpenuhi atau belum keempat komponen lainnya dan bukan semata hanya berdasarkan sudut pandang ayah saja. Dalam tradisi keluarga Tionghoa, terutama Tionghoa Totok yang masih menjalankan budaya berorientasi pada budaya Cina, terdapat pepatah Cina lama.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. yang berbunyi “Nan zhu wai, nü zhu nei” yang berarti seorang laki-laki bertugas untuk mengurus permasalahan di luar rumah, sedangkan perempuan bertugas mengurus permasalahan yang ada di dalam rumah (Shek, 2006, dalam Xu, 2012). Permasalahan di luar rumah di sini mengacu pada hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat dan sebagai pencari nafkah. Sedangkan permasalahan yang ada di dalam rumah mengacu pada hal-hal yang berkaitan dengan urusan rumah tangga seperti pekerjaan rumah dan pengasuhan anak. Namun, terlepas dari hal itu, ayah juga memiliki peran penting dalam hidup anak di budaya Tionghoa, khususnya terhadap anak laki-laki. Terdapat ungkapan “Zi bu jiao, fu zhi guo” yang berarti “kesalahan seorang ayah apabila anak tidak diajari dengan baik” (Xu, 2012). Ungkapan tersebut menekankan pada otoritas atau kuasa ayah dalam keluarga dan tugas mereka terhadap anak-anak mereka, terutama dalam mendidik anak laki-laki karena anak laki-lakilah yang kemudian dapat meneruskan garis keturunan keluarga (marga / she) dan bukan anak perempuan. Maka dari itu relasi antara ayah dan anak laki-laki dianggap menjadi relasi yang paling penting dalam budaya Tionghoa, karena tugas ayah adalah membesarkan anak laki-lakinya sehingga suatu hari anak laki-lakinya dapat mengambil alih kekuatan dan tanggung jawab sang ayah. Anak perempuan yang akan menikah suatu hari nanti, akan menjadi bagian darikeluarga lain sehingga menjadi lebih tidak penting dibandingkan anak laki-laki dalam budaya Tionghoa (Lynn, 1974, dalam Xu, 2012). Padahal, kurangnya keterlibatan ayah pada anak perempuan dapat berdampak negatif bagi perkembangan anak perempuan di kemudian hari. Assa.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. (2016) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa remaja perempuan perokok di Indonesia menilai keterlibatan ayah cukup rendah dalam hidup mereka sehingga mereka menjadi lebih mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitar untuk terlibat dalam perilaku-perilaku menyimpang seperti merokok. Hal ini disebabkan kurangnya kontrol yang tepat sehingga mereka cenderung lebih bebas dalam pergaulan dan melakukan tindakan-tindakan yang membuat mereka nyaman. Selain itu, ketidakhadiran ayah pada pengasuhan anak perempuan juga dapat menyebabkan relasi yang bermasalah dengan lawan jenis di kemudian hari, munculnya gejala-gejala depresif, serta tingkat kepercayaan diri (self-esteem) yang rendah. Apabila anak perempuan dapat tumbuh dalam lingkungan dimana ia merasa dekat dengan ayahnya pada masa remaja, maka kecederungan mereka untuk memiliki relasi romantis yang sehat dan memuaskan akan lebih besar (Flouri & Buchanan, 2004). Keterlibatan ayah yang kurang juga dapat mengarah pada kecenderungan untuk memiliki relasi romantis yang bermasalah dan tidak stabil di kemudian hari (Harvey & Fine, 2010, dalam Zia & Ali, 2018). Sebaliknya, keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak perempuan dapat memberikan manfaat-manfaat positif, diantaranya anak perempuan akan tumbuh menjadi sosok kompeten dalam lingkungan sosial, lebih aman, dapat menyuarakan pendapatnya, dan dapat memberikan potensi terbaiknya bagi lingkungan sekitarnya. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, diketahui bahwa ayah memiliki peranan yang penting dalam perkembangan anak yang baik, khususnya keterlibatan ayah diketahui memiliki serangkaian dampak positif bagi perkembangan anak (Flouri, 2005; Caberra et al., 2007; Sarkadi et al., 2008,.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. dalam Lau, 2016). Anak dengan keterlibatan ayah yang tinggi menunjukkan kompetensi kognitif dan pencapaian akademik yang lebih baik (Flouri & Buchanan, 2004; McBride et al., 2005, dalam Lau, 2016), self-esteem lebih tinggi (Deutsch et al., 2001, dalam Lau, 2016), lebih sedikit permasalahan perilaku (Flouri & Buchanan, 2003, dalam Lau, 2016) dan kompetensi sosial yang lebih baik (Parke et al., 2002, dalam Lau, 2016). Berdasarkan penelitian Marsiglio et al. (2000, dalam Lau, 2016), ditemukan bahwa manfaat keterlibatan ayah dalam pengasuhan tetaplah signifikan bahkan setelah variabel keterlibatan ibu dalam pengasuhan dikontrol. Pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan dalam kaitannya dengan perkembangan remaja perempuan dan juga latar budaya Tionghoa terkait posisi perempuan yang lebih inferior dapat menimbulkan dinamika tersendiri bagi perkembangan remaja perempuan Tionghoa. Su, Kubricht dan Miller (2017) menyatakan bahwa keterlibatan ayah lebih berpengaruh pada perilaku internalisasi pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki sehingga remaja perempuan akan cenderung lebih menunjukkan kesulitan secara psikologis dan emosional. Terlepas dari tradisi dan nilai-nilai Konfusianisme yang banyak diterapkan dalam banyak aspek kehidupan orang Tionghoa Totok, termasuk dalam hal pengasuhan anak, keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak di budaya Tionghoa Totok masih dapat dikaitkan dengan konsep keterlibatan ayah secara umum. Chuang (2018) dalam penelitiannya terkait keterlibatan ayah pada keluarga Tionghoa di Kanada dan Cina daratan masih menggunakan komponen keterlibatan ayah umumnya, yaitu engagement dan accessibility. Selain itu,.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. penelitian Lau (2016) melihat keterlibatan ayah berdasarkan beberapa bagian yaitu, kedekatan emosional, pengawasan, waktu yang dihabiskan untuk terlibat secara langsung dengan anak, kehangatan, komunikasi serta bimbingan dan pendampingan pada anak. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa penelitian-penelitian sebelumnya terkait keterlibatan ayah dalam pengasuhan pada keluarga Tionghoa umumnya masih banyak mengacu pada teori dasar keterlibatan ayah yang sering digunakan di latar budaya lain, misal di negara-negara Barat. Hal yang membedakan dengan keterlibatan ayah pada budaya Barat adalah nilai-nilai budaya yang dipegang dalam keluarga Tionghoa Totok karena budaya dan nilai-nilai yang dianut, serta bagaimana cara dan budaya tempat ayah dibesarkan juga dapat mempengaruhi keterlibatan ayah dalam suatu keluarga (Turiano, 2001, dalam Carrillo et al., 2016).. C. Persepsi terhadap Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Persepsi terbentuk melalui interaksi antara individu dengan objek tertentu. Persepsi dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Leavitt, 1978, dalam Sobur 2003). Dalam Kamus Lengkap Psikologi (Chaplin, 2011), persepsi adalah proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. Titchener (dalam Chaplin, 2011) menjelaskan persepsi sebagai satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti dari pengalaman di masa lalu. Persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman terkait figur atau objek yang dipersepsikan, serta akan mempengaruhi pembentukan sikap dan perilaku seseorang terhadap.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. figur atau orang tersebut (Sobur, 2003). Hal inimembuat persepsi terhadap keterlibatan ayah dalam pengasuhan menjadi penting untuk dilihat apabila ingin memahami bagaimana remaja perempuan Tionghoa memandang keterlibatan ayah mereka dalam pengasuhan di tengah nilai-nilai terkait pengasuhan yang ada dalam budaya Tionghoa (pengasuhan anak secara umum merupakan tanggung jawab ibu dan juga tanggung jawab ayah yang lebih besar dalam pengasuhan anak laki-laki dibanding anak perempuan).. Terjadinya stimulasi alat indera. Stimulasi alat indera diatur. Stimulasi alat indera ditafsirkan dievaluasi. Gambar 1. Proses Persepsi (De Vito, 1997, dalam Sobur, 2003). Berdasarkan Gambar 1. dapat dilihat bahwa De Vito (dalam Sobur, 2003) mengilustrasikan proses persepsi yang terdiri dari penerimaan rangsangan, pengaturan rangsangan yang diterima hingga mengevaluasi dan menafsirkan rangsangan tersebut. Berdasarkan bagan proses persepsi dan definisi persepsi di atas, dapat dilihat bahwa hasil akhir persepsi dapat diperoleh setelah melewati tahap terakhir yaitu penafsiran dan evaluasi rangsangan yang diperoleh. Evaluasi merupakan suatu penilaian (kbbi.web.id), sehingga dapat diartikan bahwa dalam proses evaluasi, terdapat penilaian seseorang terkait suatu hal. Penilaian yang dimaksud di sini memuat komponen kognitif, emosi dan psikomotor (Sobur, 2003). Berdasarkan penjelasan di atas, persepsi seseorang dapat diketahui melalui penilaian seseorang terkait suatu hal. Dalam penelitian ini, persepsi remaja.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. perempuan Tionghoa yang dibesarkan pada latar budaya Tionghoa Totok terkait keterlibatan ayah dalam pengasuhan merupakan penilaian keterlibatan ayah mereka dalam pengasuhan selama ini, serta emosi dan tanggapan seperti apa yang muncul berkaitan dengan hal tersebut. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan yang akan dilihat akan mengacu pada konsep yang diajukan oleh Pleck (dalam Lamb, 2010) yang terdiri dari 5 komponen keterlibatan ayah yaitu positive engagement activities,. warmth-responsiveness,. control,. indirect. care,. dan. process. responsibility, sehingga persepsi yang akan dilihat akan terkait kelima komponen tersebut. Penilaian seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh rangsangan luar saja, namun juga dipengaruhi faktor internal, seperti pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang yang seharusnya, emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada dalam diri. Hal ini juga yang mempengaruhi cara seseorang dalam mempersepsi sesuatu dapat berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Sistem nilai dalam hidup seseorang biasanya didapatkan pertama kali dari keluarga. Dalam keluarga Tionghoa khususnya, ayah memiliki peran yang penting dalam menanamkan nilai-nilai (Xu, 2012). Persepsi remaja perempuan keturunan Tionghoa Totok terkait keterlibatan ayah ini menjadi penting untuk dilihat karena apabila anak memiliki persepsi yang positif tentang orangtuanya, anak tersebut akan memiliki penyesuaian diri yang baik di lingkungan sosial. Sebaliknya jika anak memiliki persepsi yang negatif tentang orangtuanya, anak tersebut akan cenderung memiliki masalah emosi dan masalah perilaku, khususnya agresivitas, serta hubungan sosial yang buruk dan.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. kebutuhan yang tinggi untuk mencari perhatian dari orang lain (Wade & Tavris, 2007). Secara khusus bagi anak perempuan, persepsi tentang ayah membantunya untuk mencari model positif mengenai laki-laki dewasa (Kimani & Kombo, 2010). Cara seseorang dalam mempersepsi sesuatu dapat berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Meski demikian, umumnya semakin meningkat usia anak, maka persepsinya akan semakin realistis dan lebih akurat menggambarkan karakteristik objektif dari seseorang. Selain itu, persepsi anak perempuan terhadap orang lain umumnya lebih positif dibanding persepsi anak laki-laki (Dubin & Dubin, 1965).. D. Kerangka Konseptual Pada tahap perkembangan remaja akhir, yaitu pada usia 18-22 tahun, remaja mengalami ekplorasi identitas yang seringkali lebih menonjol dibandingkan masa remaja awal (Santrock, 2007). Selain itu, pada masa ini remaja juga memiliki tugas perkembangan yaitu pembentukan kebebasan dan kemandirian. Pada proses pencarian identitas, pembentukan kebebasan dan kemandirian ini biasanya dapat memicu perubahan dalam relasi antara remaja dan orang tua mereka (Bukatko, 2008). Pendampingan orangtua dalam proses perkembangan ini menjadi salah satu faktor. penting untuk menentukan. apakah remaja. dapat. berhasil. melaksanakannya tugas perkembangannya atau tidak. Dalam keluarga Tionghoa, khususnya Tionghoa Totok, meskipun pengasuhan secara umum merupakan tugas utama ibu dan ayah lebih bertugas sebagai pencari nafkah, namun ayah tetap memiliki peran penting di dalam.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. keluarga, termasuk dalam pengasuhan.Terdapat ungkapan “Zi bu jiao, fu zhi guo” yang berarti “kesalahan seorang ayah apabila anak tidak diajari dengan baik” yang menekankan tanggung jawab ayah untuk mendidik anak laki-laki dan bukan anak perempuan (Xu, 2012). Relasi antara ayah dan anak laki-laki dalam keluarga Tionghoa khususnya dianggap sangat penting karena anak laki-lakilah yang kemudian dapat meneruskan garis keturunan keluarga (marga / she). Tugas ayah adalah membesarkan anak laki-lakinya sehingga suatu hari anak laki-lakinya dapat mengambil alih kekuatan dan tanggung jawab sang ayah. Anak perempuan sebaliknya dipandang lebih tidak penting karena suatu hari nanti akan menikah dan menjadi bagian dari keluarga lain (keluarga suami nantinya) (Lynn, 1974, dalam Xu, 2012). Padahal keterlibatan ayah pada remaja perempuan khususnya menjadi penting karena remaja perempuan belajar bagaimana cara untuk berinteraksi dengan lawan jenis di kemudian hari dan juga cenderung untuk membangun hubungan yang sehat dan memuaskan di kemudian hari melalui relasi yang dekat dengan ayah (Flouri & Buchanan, 2004). Rasa aman pada anak perempuan juga menjadi hal yang vital dalam proses perkembangannya (Griffin, 1998, dalam Zia, Malik & Ali, 2015), dan apabila rasa aman dan perlindungan ini diperoleh dari sosok ayah, hal ini dapat mendorong anak perempuan berkembang dengan relatif aman di kemudian hari dan cenderung lebih dapat berkembang menjadi orang dewasa yang sehat (Ellium & Ellium, 1994, dalam Zia, Malik & Ali, 2015). Sebaliknya, ketidakhadiran ayah pada anak perempuan dapat menyebabkan relasi yang bermasalah dengan lawan jenis di kemudian hari, munculnya gejala-gejala.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. depresif, serta tingkat kepercayaan diri (self-esteem) yang rendah (Flouri & Buchanan, 2004). Selain itu, Assa (2016) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa remaja perempuan perokok di Indonesia menilai keterlibatan ayah cukup rendah dalam hidup mereka sehingga mereka menjadi lebih mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitar untuk terlibat dalam perilaku-perilaku menyimpang seperti merokok. Berdasarkan uraian di atas terkait posisi remaja perempuan dalam budaya Tionghoa Totok dan juga pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan remaja perempuan secara umum, maka penting untuk mengetahui bagaimana persepsi remaja perempuan Tionghoa Totok terkait keterlibatan ayah dalam pengasuhan dalam keluarga Tionghoa. Persepsi terkait keterlibatan ayah dapat dilihat dari bagaimana remaja perempuan Tionghoa Totok menilai interaksi atau relasi yang terbentuk antara dirinya dan ayahnya yang mencakup lima komponen keterlibatan ayah menurut Pleck (2010, dalam Lamb, 2010) yaitu positive engagement activities,. warmth-responsiveness,. responsibilitys.. control,. indirect. care,. dan. process.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan kurang. Posisi anak perempuan lebih inferior dibandingkan anak laki-laki. Dapat berdampak negatif pada perkembangan remaja perempuan. Relasi atau interaksi antara remaja perempuan dan ayah. Persepsi remaja perempuan terkait keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Penilaian. Komponen Keterlibatan Ayah : 1) Positive Engagement Activities 2) Warmth-Responsiveness 3) Control. Budaya Tionghoa Totok. 4) Indirect Care 5) Process Responsibility. Gambar 2. Kerangka Konseptual. 31.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang merupakan jenis penelitian ilmiah yang bertujuan mengungkap subjektivitas yang mencakup cara seseorang atau suatu kelompok dalam memaknai pengalaman hidupnya terkait fenomena tertentu dalam situasi konkret tertentu (Willig, 2012, dalam Supratiknya, 2018). Penelitian kualitatif mencoba untuk mencari gambaran menyeluruh dari isu yang diteliti, sehingga bisa saja pelaksanaan penelitian ini lebih luas dari rencana penelitian yang telah disusun sebelumnya (Creswell, 2009, dalam Supratiknya, 2015). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang menganut paradigma relativis. Hal ini terlihat dari cara peneliti menganalisis dan memperlakukan data (Supratiknya, 2018). Pada penelitian ini, data berupa ungkapan atau penuturan para informan terkait fenomena atau konsep pokok yang menjadi fokus penelitian (Supratiknya, 2015). Data dalam penelitian ini dipandang sebagai cara informan penelitian mengkonstruksi makna dalam kehidupan mereka. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan kisah yang kaya dan rinci sehingga memungkinkan peneliti untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang cara informan membuat atau menciptakan aneka makna. Hasil analisis data dalam penelitian kualitatif interpretatif mencerminkan atau mengungkapkan baik cara informan menciptakan makna maupun cara. 32.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. penelitimenciptakan makna atas makna yang diciptakan oleh para informan penelitian; dalam penelitian kualitatif interpretatif peneliti berusaha memberikan makna terhadap pengalaman para informan melampaui apa yang mampu atau mau diakui oleh informan itu sendiri (Willig, 2012, dalam Supratiknya, 2018). Desain penelitian ini menggunakan analisis isi kualitatif (AIK), yaitu penafsiran secara subjektif dari isi data berupa teks melalui proses klasifikasi sistematik berupa coding atau pengodean dan pengidentifikasian berbagai tema atau pola (Hsieh & Shannon, 2005, dalam Supratiknya, 2015). Penelitian menggunakan AIK ini bertujuan untuk mengungkap isi atau makna dari sebuah teks menurut atau sesuai konteksnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis isi deduktif atau analisis isi terarah yang bertujuan untuk memvalidasi atau menguji kembali teori dalam konteks dan kelompok subjek yang baru. Selain itu, teori atau hasil penelitian sebelumnya juga dipakai untuk membantu merumuskan pertanyaan penelitian, atau membantu menemukan skema awal pengodean (Hsieh & Shannon, 2005, dalam Supratiknya, 2015). Kerangka analisis juga dibuat sebagai acuan dalam proses coding. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan memahami persepsi remaja perempuan Tionghoa Totok terkait keterlibatan ayah dalam pengasuhan di dalam keluarga. Penelitian ini menggunakan metode wawancara semi-terstruktur untuk mengumpulkan data, dengan beberapa pertanyaan yang bersifat terbuka sehingga informan dapat lebih bebas mengungkapkan apapun terkait topik penelitian ini..

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. B. Fokus Penelitian Fokus dari penelitian ini adalah persepsi remaja perempuan Tionghoa Totok terkait keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Remaja perempuan di sini merupakan perempuan dengan rentang usia 18-22 tahun, yang berada tahap perkembangan remaja akhir (Santrock, 2007) yang masih merupakan keturunan Tionghoa Totok. Persepsi terhadap keterlibatan ayah dalam pengasuhan yang hendak dieksplorasi dalam penelitian ini merupakan penilaian positif dan negatif terkait keterlibatan ayah dalam pengasuhan, dapat mengacu pada pandangan, emosi serta tanggapan informan terkait keterlibatan ayah dalam pengasuhan mereka. Penilaian informan terkait komponen-komponen keterlibatan ayah dalam pengasuhan dapat diperoleh dari penjelasan, deskripsi dan maupun pendapat informan terkait hal tersebut. Sedangkan keterlibatan ayah yang hendak digali terdiri dari 5 komponen yang diajukan oleh Pleck (dalam Lamb, 2010), yaitu (1) positive engagement activities, mencakup interaksi atau aktivitas yang dilakukan bersama dengan anak dan cenderung mendukung perkembangan anak secara positif, seperti bermain bersama, membacakan buku cerita, olahraga bersama, menonton TV, berdiskusi bersama dan banyak aktivitas lainnya; (2) warmth-responsiveness, mengacu pada perilaku yang menunjukkan kehangatan dan responsif pada anak, misalnya memeluk, menunjukkan afeksi, memberikan apresiasi atas apa yang telah dilakukan oleh anak, dan memberikan dukungan emosional kepada anak; (3) control, mencakup peran ayah dalam mengawasi anak serta terlibat dalam pembuatan keputusan terkait anak, misalnya keterlibatan dalam pembuatan.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 35. keputusan terkait anak, mengetahui keberadaan dan kondisi anak, membuat batasan-batasan untuk anak, dan pendisiplinan; (4) indirect care, mengacu pada aktivitas yang dilakukan untuk anak tanpa melibatkan interaksi langsung antara ayah dan anak (tidak termasuk dukungan finansial), yang kemudian dibagi lagi menjadi 2 yaitu (a) material indirect care, merupakan aktivitas membeli dan mengatur kebutuhan serta keperluan anak, misalnya memilih tempat kursus, menyiapkan asuransi untuk anak, membuat rencana pendidikan untuk anak, dan lain sebagainya dan (b) social indirect care, merupakan aktivitas ayah yang mendukung koneksi atau jaringan anak dalam lingkungan sosialnya, misalnya membantu perkembangan relasi anak dengan teman sebayanya, terlibat dalam perkumpulan orang tua dalam komunitas yang diikuti anak, membangun koneksi dalam komunitas anak, dan lain sebagainya; (5) process responsibility, mengacu pada perilaku mengambil inisiatif dan memonitori apa yang dibutuhkan oleh anak dan mengawasi terpenuhinya kebutuhan anak akan keempat komponen sebelumnya.. C. Informan Dalam penelitian kualitatif, pengambilan sampel selalu dilakukan dengan tujuan tertentu (purposeful) yaitu sengaja memilih informan yang dipandang mampu memberikan data yang paling kaya informasi. Selain itu, pengambilan sampel juga selalu criterion-based atau berdasarkan kriteria tertentu. Pemilihan informan dilakukan dengan teknik snowball atau chain sampling yang sering dipandang efektif untuk memperoleh sampel yang memenuhi tujuan dan kriteria.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 36. seperti yang diinginkan (Morrow, 2005, dalam Supratiknya 2018). Penelitian ini membahas persepsi keterlibatan ayah dalam pengasuhan menurut remaja perempuan Tionghoa Totok dengan rentang usia 18-22 tahun yang sedang berada pada masa perkembangan remaja akhir, berasal dari keluarga keturunan Tionghoa Totok yang masih menjalankan praktek budaya-budaya Tionghoa tradisional dalam keluarganya serta masih berbahasa Cina. Dalam penelitian ini, informan yang terlibat adalah 3 (tiga) orang remaja perempuan yang masih merupakan keturunan Tionghoa Totok. Jumlah partisipan sebanyak 3 (tiga) orang ini dirasa peneliti sudah memenuhi kriteria kejenuhan data (redudansi). Artinya, peneliti merasa tidak akan mendapatkan informasi baru lagi dengan menambah data pada partisipan berikutnya karena data dari ketiga partisipan sudah beragam (Patton, 1990, dalam Marrow, 2005, dalam Supratiknya, 2018). Rentang usia informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah 20-22 tahun dengan latar belakang pendidikan yang sama yaitu sedang menempuh pendidikan S1. Rentang usia dan kesamaan latar belakang pendidikan informan yang terlibat dipengaruhi oleh status peneliti yang juga merupakan mahasiswa S1. Para informan yang dilibatkan merupakan kenalan dari kenalan peneliti sehingga dapat mengurangi bias yang mungkin terjadi. Ada pula rincian informan yang terlibat adalah sebagai berikut:.

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 37. Tabel 1. Data Informan No. Inisial 1.. P1. Usia Informan 20 tahun. Usia Ayah 47 tahun. Pendidikan Terakhir Ayah S1. Suku Tionghoa Ayah Tiociu. 2.. P2. 22 tahun. 65 tahun. SMP. Khek / Hakka. 3.. P3. 20 tahun. 67 tahun. SMP. Konghu. D. Peran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrumen kunci dikarenakan peneliti turun langsung ke lokasi penelitian untuk mengumpulkan data (Supratiknya, 2015). Penelitian ini membahas persepsi remaja perempuan keturunan Tionghoa Totok yang berusia 18-22 tahun terkait keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Para informan yang terlibat peneliti dapatkan melalui rekomendasi teman peneliti dan juga snowball dari informan pertama. Setelah mendapatkan informan yang sesuai dengan kriteria, peneliti melakukan pendekatan dan meminta persetujuan untuk terlibat dalam penelitian, kemudian barulah proses pengambilan data dapat dilakukan. Pengumpulan data dilakukan dengan membuat janji dengan informan dan kemudian melakukan wawancara semi-terstruktur. Sedangkan tempat penelitian dilakukan di Yogyakarta karena kondisi peneliti dan juga informan yang saat ini tengah menempuh studi di Yogyakarta. Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti terlebih dahulu meminta persetujuan keterlibatan secara lisan maupun tertulis. Informan diminta untuk menandatangani informed consent atau.

Gambar

Gambar 1. Proses Persepsi ...................................................................................
Tabel 1. Data Informan ........................................................................................
figur  atau  orang  tersebut  (Sobur,  2003). Hal  inimembuat  persepsi  terhadap keterlibatan  ayah  dalam  pengasuhan  menjadi  penting  untuk  dilihat  apabila  ingin memahami bagaimana remaja perempuan Tionghoa memandang keterlibatan ayah mereka dalam
Gambar 2. Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Adapun kuesioner ini berkaitan dengan penelitian yang sedang saya lakukan mengenai “Pengaruh Lingkungan Kerja, Disiplin Kerja dan Turnover Intention Terhadap Kinerja

PEMERINTAH KABUP ATEN BENGKULU SELATAN SEKRETARIAT DAERAH.. UNI T LAYANAN PENGADAAN

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa faktor situasional (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah asal, lingkungan sosial masyarakat), maupun faktor psikologis

Baja stainless steel AISI 201, termasuk dalam deretan baja paduan yang memiliki sifat unggul yaitu tahan terhadap karat, ulet dan mampu las yang sangat baik, akan tetapi

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Ketahanan terhadap Hawar Daun Bakteri dan Keragaan Produktivitas Padi Sawah yang Ditanam Tunggal dan Campuran adalah karya saya

Apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya telah melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan zat gizi (Air, Abu, Karbohidrat, Protein, Lemak, Betakaroten, dan Zat Besi ( Fe) ) serta uji organoleptik pada muffin

PC, kertas, alat tulis dan Referensi terkait 15 Menit Kepastian informasi 6 Menyampaikan pemberita- huan tertulis kepada Petugas Informasi, dalam hal permohonan