• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan kecenderungan berselingkuh pada wanita menikah yang bekerja dan yang tidak bekerja di Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan kecenderungan berselingkuh pada wanita menikah yang bekerja dan yang tidak bekerja di Yogyakarta."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengungkap perbedaan kecenderungan untuk melakukan perselingkuhan antara wanita menikah bekerja dan yang tidak bekerja. Kecenderungan perselingkuhan merupakan suatu keinginan atau dorongan seseorang yang diam-diam melibatkan orang ketiga di luar pasangan sah dalam perkawinan untuk melakukan hubungan emosional yang dapat mencapai hubungan seksual.

Penelitian ini dilakukan pada wanita menikah bekerja dan yang tidak bekerja di Yogyakarta Subyek penelitian ini adalah 56 wanita menikah bekerja dan 53 wanita menikah tidak bekerja. Penelitian dilakukan dengan menggunakan skala kecenderungan perselingkuhan model Likert yang memiliki koefisien reliabilitas 0,973.

(2)

ABSTRACT

This research was aimed to examined the tendency distinction of extramarital between working house wifes and non working. The tendency of extramarital was an impulse and desire in one person to have an extramarital relationship outside the legal marriage which involved emotional relation and sexual activities.

This research subjected to working and non working house wifes. The research was applied to 56 working house wifes and 53 non working house wifes, which used the tendency of extramarital scale of Likert model, with reliability of coeficiency 0,973.

(3)

PERBEDAAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA

WANITA MENIKAH YANG BEKERJA DAN YANG TIDAK

BEKERJA DI YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Nama : Cristina Sri Utami

NIM : 029114081

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)

(6)

Skripsi ini kupersembahkan

untuk keluargaku dan

(7)

When God Prepares

To do Something Wonderful,

He begins with a difficulty.

When He Plans

To do Something Very Wonderful,

He Begins with an impossibility.

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,

bahkan ia memberikan kekekalan kepada hati mereka.

(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Juni 2007

Penulis

(9)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengungkap perbedaan kecenderungan untuk melakukan perselingkuhan antara wanita menikah bekerja dan yang tidak bekerja. Kecenderungan perselingkuhan merupakan suatu keinginan atau dorongan seseorang yang diam-diam melibatkan orang ketiga di luar pasangan sah dalam perkawinan untuk melakukan hubungan emosional yang dapat mencapai hubungan seksual.

Penelitian ini dilakukan pada wanita menikah bekerja dan yang tidak bekerja di Yogyakarta Subyek penelitian ini adalah 56 wanita menikah bekerja dan 53 wanita menikah tidak bekerja. Penelitian dilakukan dengan menggunakan skala kecenderungan perselingkuhan model Likert yang memiliki koefisien reliabilitas 0,973.

(10)

ABSTRACT

This research was aimed to examined the tendency distinction of extramarital between working house wifes and non working. The tendency of extramarital was an impulse and desire in one person to have an extramarital relationship outside the legal marriage which involved emotional relation and sexual activities.

This research subjected to working and non working house wifes. The research was applied to 56 working house wifes and 53 non working house wifes, which used the tendency of extramarital scale of Likert model, with reliability of coeficiency 0,973.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah atas terwujudnya karya penelitian ini. Karya ini merupakan penelitian mengenai kecenderungan perselingkuhan yang dialami wanita yang bekerja dan tidak bekerja di Yogyakarta. Semoga karya ini mampu memberikan sumbangan perkembangan psikologi wanita dan psikologi sosial dewasa ini.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. P. Eddy Suhartanto, M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Agnes Indar Etikawati, S.Psi., M.Si., Psi. selaku dosen pembimbing skripsi selama ini.

3. Drs. H. Wahyudi, M.Si. dan Y. Heri Widodo, S.Psi selaku dosen penguji. 4. Para dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta,

yang telah banyak menyumbangkan ilmunya kepada penulis.

5. Bung Monty Satiadarma, terima kasih untuk bimbingan jarak jauh dan saran-saran dalam penulisan skripsi saya.

6. Ibu-ibu baik yang bekerja maupun tidak bekerja, yang telah menyediakan waktunya untuk mau mengisi angket penelitian ini.

(12)

8. Rahmat Dwi Atmoko, terima kasih untuk dukungan, perhatian, semangat, kasih sayang, doa, dan yang telah memberikan banyak warna kehidupan selama ini.

9. Sahabatku, Pras, Yudha, Hoho yang telah banyak memberikan banyak perhatian, dukungan dan semangat.

10.Kak Donda dan Ari, terimakasih ya untuk segala masukan dan doa selama ini.

11.Teman-temanku dan sahabat-sahabatku seperjuangan, Cahya, Mitha, Eu, There. Eh inget lo kita punya kode etik, he he he.

12.Teman-teman KTB ku Kak Fona, Venti, Reni, terima kasih untuk segala dukungan dan semangatnya

13.Ade-ade KTB ku Wini, Heni, Betha, Lita, hai terima kasih untuk keceriaan dan persahabatan kita. Ok.

14.Teman-temanku Sutri, Winda, terima kasih telah menjadi tempat untuk berdiskusi ya.

15.Teman-teman gerejaku, mas Sekum, Anof, Deni, Tery, Didik, terima kasih ya sudah membantu aku selama ini.

16.Terimakasih untuk adek-adeku, Chris, Yoga, ari, belajar yang rajin ya biar cepet jadi sarjana, he he he.

(13)

Karya ini tentunya tidak sempurna tanpa masukan dan saran dari para pembaca. Mohon maaf bila terdapat kesalahan baik dalam penulisan maupun penjelasan.

Yogyakarta, Juni 2007 Penulis

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………...ii

HALAMAN PENGESAHAN ………...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………...iv

HALAMAN MOTTO ………...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………...vi

ABSTRAK ………...vii

ABSTRACT ………...viii

KATA PENGANTAR ………...ix

DAFTAR ISI ………...xi

DAFTAR TABEL ………...xv

DAFTAR LAMPIRAN ………...xvi

BAB 1. PENDAHULUAN………...1

A. Latar Belakang Permasalahan………...1

B. Rumusan Masalah………...7

C. Tujuan Penelitian………...7

D. Manfaat Penelitian………...7

BAB II. LANDASAN TEORI………...9

A. Perselingkuhan dalam Pernikahan………...9

1. Pernikahan………...9

2. Pengertian Kecenderungan Berselingkuh...………...10

(15)

4. Penyebab Perselingkuhan Wanita………...14

5. Faktor-Faktor Terjadinya Perselingkuhan Wanita...20

B. Status Pekerjaan………...22

1. Wanita Menikah Yang Bekerja ………...22

2. Wanita Menikah Yang Tidak Bekerja………...26

C. Perbedaan Kecenderungan Berselingkuh Pada Wanita Menikah Yang Bekerja Dan Wanita Menikah yang Tidak Bekerja…...…...28

D. Hipotesis Penelitian………...32

E. Skema Kecenderungan Perselingkuhan...33

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……….…...34

A. Jenis Penelitian……….…………...34

B. Identifikasi Variabel Penelitian…………...………...34

1. Variabel Tergantung……….…………...34

2. Variabel Bebas………..………....……...34

C. Definisi Operasional Penelitian………..………...34

1. Kecenderungan Berselingkuh...………... 34

2. Wanita Bekerja dan Wanita yang Tidak Bekerja….…...35

D. Subyek Penelitian………...36

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data………...36

F. Validitas, Reliabilitas dan Seleksi Item………...39

1. Validitas………...39

(16)

3. Seleksi Item………...40

G. Prosedur Penelitian………...42

H. Teknik Analisi Data……….……...42

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……..……... 43

A. Pelaksanaan Penelitian………..………...43

B. Deskripsi Subyek Penelitian……….….………...44

C. Analisis Data Penelitian………..…………...44

D. Pembahasan……….….………...49

BAB V. PENUTUP……….…...……...55

A. Kesimpulan……….…..………...55

B. Saran………...………...55

DAFTAR PUSTAKA……….…..………...56

(17)

DAFTAR TABEL

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Penelitian………...60

Lampiran 2. Data Penelitian………...62

Lampiran 3. Reliabilitas………...74

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang yang menikah sudah tentu mendambakan dan mencita-citakan dapat menempuh kehidupan pernikahan yang harmonis. Namun bagaimanapun juga sebuah pernikahan pada dasarnya terdiri dari dua orang yang mempunyai kepribadian, sifat, latar belakang keluarga, dan masalah yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kehidupan pernikahan pada kenyataan selanjutnya tidak seindah dan seromantis harapan pasangan tersebut. Persoalan demi persoalan dihadapi setiap hari, ditambah dengan keunikan masing-masing individunya, sering menjadikan kehidupan pernikahan menjadi sulit dan hambar. Hal ini membuka peluang bagi timbulnya ketidakharmonisan hubungan suami istri yang dapat berujung pada perselingkuhan.

(20)

muncul akibat cedera yang dialami pada kesatuan lembaga perkawinannya, atau pada kesatuan hubungan interpersonal yang selama ini diyakininya sebagai selubung rasa aman dalam kehidupannya (Hedva, dalam Satiadarma, 2001).

Widyawati (dalam Kompas, 2003), seorang psikolog, mengemukakan bahwa pasangan yang menghadapi masalah perselingkuhan akan mengalami kondisi depresi yang lebih berat daripada pasangan yang sedang mengalami permasalahan lainnya. Jika salah satu pihak dari pasangan tidak tahan dengan beban mental yang harus ditanggung, akibat yang terjadi adalah memutuskan untuk bunuh diri atau pun membunuh pasangannya. Reaksi negatif yang diberikan itu memang sangat ekstrim, tetapi kondisi ini sering terjadi di Indonesia.

Sebuah jajak pendapat yang diadakan NBC Wall Street Journal

(21)

Data menunjukkan bahwa perselingkuhan wanita justru meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut terlihat dari data yang diperoleh di masyarakat barat.

1. Pada tahun 1953 di Amerika Serikat, Kinsey melakukan penelitian terhadap 5000 laki-laki dan 6000 perempuan. Data menunjukkan 50 % laki-laki dan 26 % perempuan mengemukakan bahwa mereka pernah melakukan hubungan seksual di luar pernikahan. Pada tahun 1987, penelitian yang dilakukan oleh Hite pada 7000 laki-laki dan 4500 perempuan, menghasilkan data 72 % laki-laki dan 70 % perempuan telah melakukan hubungan seksual di luar pernikahan (Satiadarma, 2001). 2. Pada tahun 1998, penelitian lain menyebutkan 30 % hingga 60 %

perempuan pernah atau tengah melakukan hubungan gelap di luar pernikahan (Debi Then, 1998).

3. Vaughan (2003) menyatakan 60 persen % dan 40 % perempuan memiliki hubungan di luar pernikahannya.

(22)

wanita menikah di Jakarta, diketahui bahwa 55 % responden wanita, mengaku pernah melakukan hubungan seksual di luar pernikahan.

Dari data diatas terlihat bahwa akhir-akhir ini jumlah perselingkuhan wanita semakin meningkat, peningkatan jumlah perselingkuhan pada wanita lebih banyak terjadi pada wanita yang bekerja. Dari hasil penelitian Travis dan Sad yang dilakukan pada wanita menikah yang berusia di bawah 40 tahun menyebutkan bahwa 27 % wanita yang tidak bekerja atau bekerja paruh waktu melakukan perselingkuhan sedangkan 47 % wanita bekerja melakukan perselingkuhan. Data mengenai jumlah perselingkuhan wanita tersebut semakin dipertegas dengan hasil survei majalah New Women yang menunjukkan bahwa 57 persen wanita bekerja menemukan pasangan perselingkuhan mereka di tempat kerja dan selebihnya adalah dari luar tempat kerja (dalam Satiadarma, 2001).

(23)

tersebut akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi para wanita untuk membina hubungan interpersonal yang lebih akrab dengan orang lain disamping suaminya sendiri (Satiadarma, 2001).

Putranto (dalam majalah Male Emporium, 2006) seorang psikolog mengutarakan bahwa wanita modern saat ini lebih menginginkan hubungan tanpa komitmen dan tidak menginginkan suatu keterikatan. Kemandirian ekonomi dan stabilitas intelektual menjadi salah satu penyebab wanita untuk berselingkuh. Seorang wanita yang bekerja lebih mandiri dari segi penghasilannya dan berwawasan lebih luas. Situasi tersebut menjadikannya tidak terlalu bergantung dengan suaminya sehingga tidak menutup kemungkinan dirinya tidak takut mencari pria idaman lain ketika tidak mendapatkan kepuasan dari suaminya.

(24)

sedikit ketimbang dengan wanita bekerja yang sehari-harinya berada di kantor bertemu dengan rekan-rekan kerjanya atau pun orang-orang baru di lingkungan pekerjaannya. Dengan melihat berbagai fakta di atas terlihat bahwa peluang bagi wanita yang tidak bekerja untuk berselingkuh lebih sempit karena kesempatan dan “ power” yang dimilikinya tidak terlalu besar.

Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti kecenderungan perselingkuhan pada wanita yang menikah dengan menekankan pada faktor status pekerjaan. Faktor status pekerjaan wanita menikah yang bekerja dan yang tidak bekerja memiliki peranan penting dalam mendorong terjadinya perselingkuhan.

(25)

setiap tindakan agar tidak mendapat sanksi sosial dari masyarakat. Oleh karena itu di dalam masyarakat Jawa perselingkuhan menjadi suatu hal sensitif untuk diungkap mengingat norma dan aturan yang ada di dalam masyarakat. Selanjutnya dengan mempertimbangkan hal tersebut peneliti bermaksud membuktikan apakah wanita menikah yang bekerja di Yogyakarta memiliki kecenderungan perselingkuhan yang lebih tinggi daripada wanita menikah yang tidak bekerja di Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah : Apakah wanita menikah yang bekerja di Yogyakarta memiliki kecenderungan berselingkuh yang lebih tinggi daripada wanita menikah yang tidak bekerja di Yogyakarta?

C. Tujuan

Berdasarkan batasan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kecenderungan berselingkuh yang lebih tinggi pada wanita menikah yang bekerja di Yogyakarta daripada wanita menikah yang tidak bekerja di Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

(26)

2. Manfaat praktis

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perselingkuhan dalam Pernikahan

1. Pernikahan

Pernikahan adalah sebuah fase kehidupan yang akan dialami oleh sebagian besar orang. Menurut Undang–undang pernikahan no 1 tahun 1974 (dalam Walgito, 2004), yang dimaksud dengan pernikahan adalah ikatan lahir batin seorang pria dan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia kekal berdasarkan Tuhan YME.

Hawari (2004) menyebutkan bahwa pernikahan adalah ikatan antara pria dan wanita sebagai suami-istri berdasarkan hukum (undang-undang), hukum agama atau adat istiadat yang berlaku. Diciptakan pria dan wanita, antara keduanya saling tertarik dan kemudian kawin, proses ini mempunyai dua aspek, yaitu aspek biologis agar manusia berketurunan dan aspek afeksional agar manusia merasa tenang dan tentram berdasarkan kasih sayang (security feeling). Hornby (dalam Walgito, 2004) menyebutkan bahwa pernikahan adalah bersatunya dua orang sebagai suami isteri dalam ikatan hukum.

(28)

memuaskan kebutuhan. Adapun kebutuhan dalam suatu pernikahan adalah kebersamaan, seks, pertumbuhan, kedewasaan, privacy, kebebasan dan pembagian yang adil dalam pendapatan (Hastuti & dkk, 2004).

Dari beberapa pengertian pernikahan diatas, dapat disimpulkan bahwa pernikahan adalah bersatunya pria dan wanita sebagai suami istri dalam suatu ikatan hukum.

2. Pengertian Kecenderungan Berselingkuh

Kartono (1992) menjelaskan bahwa kecenderungan adalah hasrat atau kesiapan reaktif yang tertuju pada objek konkrit dan selalu muncul berulang kali dan merupakan sesuatu yang memungkinkan timbulnya tingkah laku. Badudu dan Zain (1996) menjelaskan bahwa kecenderungan berarti kecondongan atau keinginan, berasal dari kata dasar cenderung yang mempunyai arti condong, miring lebih banyak ke arah atau mempunyai keinginan.

(29)

sah. Hubungan tersebut dapat berpengaruh pada emosi, tingkat keintiman dan keseimbangan yang menyeluruh dalam sebuah pernikahan.

Adimoelyo (dalam Yulianto, 2000) berpendapat bahwa perselingkuhan adalah suatu hubungan seksual di luar perkawinan yang disebut juga dengan extramarital sex. Hubungan itu dapat singkat atau lama, dengan tingkat keterlibatan emosional yang rendah atau tinggi. Sejalan dengan pendapat Torsina ( dalam Hastuti & dkk, 2001) menyebut perilaku seksual extramarital dengan istilah perserongan yaitu sebagai suatu tindakan diam-diam membagi cinta atau seks yang dilakukan dengan pasangan barunya yang bukan pasangan sahnya, dengan mencurahkan cinta dan mendapatkan cinta atau seks, termasuk meninggalkan pasangannya yang sah dengan alasan- alasan yang tidak jujur.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perselingkuhan adalah suatu tindakan diam-diam yang melibatkan orang ketiga di luar pasangan sah dalam perkawinan untuk melakukan hubungan emosional yang dapat mencapai hubungan seksual.

Dengan demikian kecenderungan berselingkuh adalah suatu keinginan atau dorongan seseorang yang diam-diam melibatkan orang ketiga di luar pasangan sah dalam perkawinan untuk melakukan hubungan emosional yang dapat mencapai hubungan seksual.

3. Indikator Perilaku Perselingkuhan

(30)

a. Perilaku non seksual

Bentuk kecenderungan perilaku non seksual dalam perselingkuhan adalah berupa keinginan untuk memberi perhatian, keinginan untuk diberi perhatian, keinginan untuk menjalin hubungan interpersonal dengan lawan jenis di luar pernikahan, dan keinginan untuk berbagi rasa.

(31)

emosional sehingga orang lain dijadikan tempat untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya (Ginting, dalam Kompas, 2001)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk perilaku non seksual dalam perselingkuhan adalah berupa keinginan untuk memberi perhatian, keinginan untuk diberi perhatian, keinginan untuk menjalin hubungan interpersonal dengan lawan jenis di luar pernikahan, dan keinginan untuk berbagi rasa.

b. Perilaku seksual.

Bentuk perilaku seksual dalam perselingkuhan adalah berupa sentuhan, ciuman, percumbuan, persetubuhan.

Master dan Johnson (1986) menambahkan bahwa seksualitas mencakup pengertian yang lebih luas dari hanya sekedar seks yaitu seksual mengacu kepada semua kehidupan seksual, oleh karena itu pembicaraan mengenai seksualitas dapat dibedakan kedalam aktivitas seks (misal : masturbasi, ciuman atau sexual intercourse) dan perilaku seksual meliputi tidak hanya aktivitas seks secara spesifik tetapi termasuk didalamnya adalah perilaku menggoda dan berkencan.

(32)

4. Penyebab Terjadinya Perselingkuhan Wanita

Suatu tindakan perselingkuhan terjadi pastilah terdapat beberapa hal yang menjadi pendorong atau penyebabnya. Moore (2005) menyatakan bahwa pada masa kini situasi cukup berbeda dengan 30 tahun yang lalu, wanita masa kini adalah wanita yang lebih mandiri, hal tersebut terjadi karena pada masa kini banyak wanita yang dapat mencari penghasilan sendiri dengan bekerja. Kondisi tersebut menjadikan wanita memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki baik dari segi penghasilan maupun dalam bersosialisasi dengan orang lain. Wanita sekarang lebih emosional dan lebih kuat bersosialisasi dibanding dengan sebelumnya, para wanita kini menyadari jika pernikahan mereka berantakan, mereka punya uang yang diperlukan untuk bertahan hidup. Penyebab perselingkuhan pada wanita saat ini juga tidak terlepas dengan adanya alat kontrasepsi. Pemakainan kontrasepsi menjadikan wanita memiliki kebebasan seksual dengan pria lain.

(33)

Rose (dalamYulianto, 2000) mengatakan bahwa munculnya pria idaman lain adalah karena:

1. Terjadinya perselingkuhan wanita tidak seperti masa silam yaitu akibat perempuan kesepian dan tidak mendapat kepuasan seksual. Kini pria lain muncul karena aktivitas perempuan yang ikut dalam percaturan politik, sosial dan budaya, sehingga menyebabkan alasan munculnya lelaki lain dalam kehidupan seorang isteri makin beragam.

2. Masalah ekonomi. Biasanya berkaitan dengan penampilan seorang perempuan yang terus dipacu agar dapat seiring dengan prototype

seorang perempuan masa kini. Tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut membuka peluang munculnya pria idaman lain

3. Pertengkaran suami isteri. Apabila pertengkaran antara suami dan isteri terjadi terus menerus, akan menyebabkan wanita tidak tenang dan ingin mendapatkan ketenangan dari pria lain.

4. Persamaan dalam minat dan profesi. Di kantor, perempuan mempunyai sederetan kegiatan, sedangkan di rumah dengan suami sendiri kegiatannya terbatas, sehingga pembicaraannya hanya itu-itu saja. Hal tersebut dapat menyebabkan kebosanan sehingga memunculkan pria lain.

(34)

apabila ia berjumpa dengan seseorang yang dapat membuatnya bangga pada dirinya sendiri, ia pun akan mempunyai pria lain.

6. Masalah seksual, yaitu perempuan yang tidak mendapatkan kepuasan seksual.

7. Sebagai kebanggaan. Ada juga wanita yang bangga apabila memiliki teman berselingkuh.

8. Balas dendam. Biasanya hal ini dilakukan terhadap suami yang pernah memiliki wanita idaman lain.

9. Kebiasaan. Seringnya berjumpa di kantor, atau tugas bersama di luar kota menjadi suatu kebiasaan yang rutin. Kebiasaan ini terus berkembang dan akhirnya saling mencari untuk melepas rindu, terlebih apabila di rumah tangga masing-masing terjadi pertengkaran.

Ellis (dalam Hastuti & dkk, 2001) mengemukakan bahwa beberapa penyebab perilaku perselingkuhan adalah :

1. Keinginan untuk bervariasi dalam aktivitas seks

2. Pemenuhan hasrat avonturir. Kehidupan manusia seringkali dihinggapi oleh rutinitas dan kebosanan bisa diatasi dengan berbagai cara, misalnya rekreasi, olahraga, bahkan melakukan affair.

(35)

4. Peningkatan cinta romantis. Adanya keinginan untuk memperoleh cinta romantis menyebabkan terjadinya hubungan seksual di luar nikah.

5. Rasa benci pasangan. Pasangan yang merasa rumah tanggaanya penuh ketidak bahagiaan akan lebih mudah tergoda untuk terlibat

affair dengan wanita atau pria lain yang bukan pasangan resminya. Kebencian dengan pasangan bisa bersumber dari beberapa sebab antara lain dasar kepribadian orang yang suka membenci, kurang toleransi, menyalahkan orang lain, sifat pemberang dan terlalu menuntut.

6. Perasaan kesepian. Suami atau isteri yang sering bepergian sendiri-sendiri mudah mengalami kesepian, baik yang ditinggal di rumah maupun yang berpergian merasa kesepian. Hal ini akhirnya membuka peluang dan alasan seseorang untuk melakukan affair.

7. Gangguan seksual. Hubungan suami isteri yang penuh konflik dan ketegangan emosional tidak jarang mengakibatkan impotensi dan frigiditas.

8. Rangsangan erotis. Sering dijumpai rangsangan erotis melaui film, majalah, cara berpakaian atau media massa lainnya. Yang bercerita tentang affair suami isteri. Hal ini menyebabkan masyarakat menjadi mudah permisif terhadap affair.

(36)

partisipasi wanita di berbagai bidang kehidupan dan hal ini memungkinkan terjadinya perilaku perselingkuhan.

Normant (1998) berpendapat bahwa beberapa hal yang menyebabkan wanita berselingkuh adalah :

1. Sebagai pendorong kepercayaan diri

Karena berbagai alasan, wanita membutuhkan kedekatan emosi yang lebih. Para wanita mencari kebutuhan seksual di luar pernikahan untuk memastikan bahwa mereka cantik, menggairahkan, dan patut diingini. Mereka juga tidak ingin dianggap sebagai tukang memasak, tukang membersihkan rumah, dan merawat anak.

2. Emosi yang terabaikan

Masyarakat sekarang lebih menitikberatkan pada pemenuhan berbagai barang berharga seperti mobil mewah, rumah indah, perhiasan, alat elektronik, dan sebagainya, oleh karena itu pada masa kini orang-orang bekerja keras bahkan terkadang mengabaikan emosi mereka. Ketika seseorang pulang ke rumah setelah bekerja, energi mereka habis untuk membangun kehidupan rumah tangga yang berkualitas, padahal bagi seorang wanita membutuhkan suatu kedekatan emosi dan sebuah relasi suami isteri yang lebih mendalam. 3. Balas dendam

(37)

Para wanita berselingkuh karena ingin mencari sebuah ketegangan, ingin merasakan seksual yang bervariasi, mereka juga lelah hidup dalam sebuah perkawinan yang monoton.

5. Rayuan dan romantisme

Banyak wanita menginginkan hidup yang bergairah dan sesuatu hal yang romantis seperti, makan malam berdua, mendapatkan suatu sanjungan, perhatian, orang yang mau mendengarkannya, dan mau berbicara serta yang lebih bisa mengerti dirinya. Ketika kebutuhan tersebut tidak didapatkan dari suaminya, maka hal tersebut membuat dirinya mencari di luar.

6. Keinginan mendapatkan kepuasan materi

Penyebab wanita berselingkuh hanya ingin mendapatkan kekayaan, perhiasan uang, posisi atau jabatan

7. Tidak mendapatkan kepuasan dalam kebutuhan seksual

Seorang wanita yang terlibat dalam suatu perselingkuhan hanya untuk seks karena ia tidak merasa puas dengan suaminya.

8. Sindrom wanita kecil

(38)

seorang suami hanya komplain dengan rasa lelahnya. Situasi tersebut mendorong para wanita untuk berselingkuh karena mereka kurang mendapatkan dukungan dari suaminya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak sekali pendorong yang mendasari seorang wanita untuk berselingkuh, kendati demikian penyebab perselingkuhan tersebut terjadi karena adanya dorongan dalam dirinya sendiri serta faktor dari luar dirinya yang timbul karena kebutuhan seksual serta kebutuhan emosional yang belum terpenuhi.

5. Faktor –Faktor Terjadinya Perselingkuhan Wanita

Berdasarkan teori penyebab terjadinya perselingkuhan yang diungkapkan dari berbagai sumber di atas, maka dapat ditarik kesimpulan faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan perselingkuhan adalah sebagai berikut :

a. Peluang atau kesempatan

(39)

b. Kebutuhan kasih sayang

Seorang wanita biasanya ingin mendapatkan perhatian dan kasih sayang. Mereka juga ingin mendapatkan dukungan, perlindungan, peningkatan cinta romantis, serta penghargaan dari suaminya. Terkadang, seiring berjalannya waktu dengan bertambahnya usia pernikahan, wanita menikah sering merasa terabaikan dalam kebutuhan emosionalnya.

c. Kepuasan seksual

Ketidakpuasan seksual dalam pernikahan, rutinitas dan kejenuhan dalam berhubungan seksual, keinginan bervariasi dalam berhubungan seksual merupakan salah satu faktor dalam suatu perselingkuhan.

d. Kepuasan pemenuhan kebutuhan materi

Keinginan untuk memuaskan kebutuhan materi menjadi salah satu faktor suatu tindakan perselingkuhan. Seorang wanita yang tidak puas dengan keadaan dirinya dan berusaha untuk tampil lebih, ingin mendapat kepuasan materi, kekayaan, perhiasan, jabatan, posisi dan uang mengakibatkan dirinya mencari jalan pintas dalam memenuhi setiap kebutuhannya tersebut dengan mencari pria lain.

e. Relasi suami istri

(40)

pasangannya telah berkhianat dan juga rasa benci pasangan karena tidak bahagia dalam kehidupan pernikahannya.

f. Pengakuan diri

Seorang wanita bangga jika ada seorang yang mengatakan dirinya cantik dan menarik sehingga seringkali perselingkuhan terjadi karena faktor kebanggaan atau pengakuan terhadap dirinya bahwa dengan ia berselingkuh menunjukkan bahwa dirinya masih menarik dan diingini oleh pria lain.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi suatu perselingkuhan adalah peluang atau kesempatan, kebutuhan kasih sayang, kepuasan seksual, kepuasan pemenuhan kebutuhan materi, relasi suami istri dan pengakuan diri.

B. Status Pekerjaan

Didalam masyarakat modern, tuntutan kehidupan semakin bertambah terutama di bidang materi (sosial ekonomi). Di pihak lain modernisasi menuntut perubahan sosial kehidupan keluarga. Pada masa kini, peran wanita tidak lagi hanya sebagai ibu rumah tangga saja, melainkan dituntut peranannya dalam berbagai kehidupan sosial kemasyarakatan, antara lain turut bekerja disamping suami dan tidak jarang kemudian menjadi wanita karir (Hawari, 2004).

1. Wanita Menikah yang Bekerja

(41)

Van Vuuren (dalam Dwijanti, 1999) mengatakan seorang wanita disebut bekerja bila ia mendapat gaji dari seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yaitu menjadi pekerja atau karyawati dalam suatu instansi tertentu, mempunyai jadwal tertentu, jarang di rumah sehingga waktunya terbatas untuk bertemu anak-anaknya.

Dewayani (2000) mengungkapkan wanita yang bekerja adalah wanita yang memiliki pekerjaan di luar rumah tangganya, yang mana dengan bekerja di luar rumah, seorang wanita (istri) akan mendapatkan uang sebagai penghasilan tetap yang bisa menumbuhkan perasaan mandiri baginya tanpa harus bergantung kepada suami. Gunarsa (2004) menambahkan bahwa dengan bekerja membuat wanita memiliki suatu kepuasan diri karena dapat mengamalkan kemampuan atau ketrampilan yang dimilikinya dalam masyarakat.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa seorang wanita menikah yang bekerja adalah wanita yang melakukan pekerjaan secara formal, dalam suatu instansi tertentu dan teratur serta mempunyai jangka waktu tertentu dan mendapatkan penghasilan.

b. Kondisi Wanita Menikah yang Bekerja

(42)

yang baik dalam lingkungan pekerjaan dan keluarga. Santrock (2002) menambahkan bahwa wanita yang berfokus pada pekerjaannya biasanya memiliki resiko ketidakharmonisan dalam kehidupan rumah tangganya. Ketidakharmonisan tersebut tampak dalam perkembangan anak yang kurang diperhatikan, kurangnya komunikasi dan keterbukaan dalam keluarga, dan kemungkinan timbulnya persaingan karir antara suami dan istri yang akan menyebabkan kesulitan terciptanya suasana hangat dalam keluarga.

Seorang wanita menikah yang bekerja memiliki kepuasan baik secara fisik maupun psikis. Secara psikis dia mampu untuk mengaktualisasi diri dalam pekerjaan, sedangkan secara fisik ia memiliki penghasilan sendiri (Rinto, 2004). Bagi seorang wanita yang bekerja, penghasilan dapat menumbuhkan perasaan mandiri (Dewayani, 2000). Dengan demikian seorang wanita yang bekerja tidak terlalu bergantung dalam hal finansial ataupun emosional

(43)

c. Faktor Persoalan Wanita Menikah yang Bekerja

Menurut Rini (2002) ada beberapa hal yang menjadi persoalan para wanita menikah yang bekerja yaitu :

1) Faktor Internal

yang dimaksud dengan faktor internal adalah persoalan yang timbul dari dalam diri pribadi sang isteri tersebut, yaitu karena keadaan yang menuntutnya untuk bekerja, untuk menyokong keuangan keluarga. Kondisi tersebut mudah menimbulkan stres karena bekerja bukanlah timbul dari keinginan diri namun seolah tidak punya pilihan lain demi membantu ekonomi keluarga.

2) Faktor Eksternal

Dukungan suami dapat diterjemahkan sebagai sikap-sikap penuh pengertian yang ditunjukkan dalam bentuk kerjasama yang positif, ikut membantu pekerjaan rumah tangga, serta memberikan dukungan moral dan emosional terhadap karir atau pekerjaan istrinya. Di Indonesia, iklim paternalistik dan otoritarian yang sangat kuat turut menjadi faktor yang membebani peran ibu, pekerjaan bisa menjadi sumber ketegangan dan stres yang besar bagi para ibu bekerja.

3) Faktor Relasional

(44)

terhadap pekerjaan rumah tangga bisa diselesaikan dengan disediakannya pengasuh serta pembantu rumah tangga. Namun demikian, ada hal-hal yang sulit dicari subtitusinya, seperti masalah kebersamaan dengan suami dan anak-anak. Padahal kebersamaan suami dalam suasana rileks, santai dan hangat merupakan kegiatan penting yang tidak bisa diabaikan untuk membina, mempertahankan dan menjaga kedekatan relasi serta keterbukaan komunikasi yang satu dengan yang lain.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seorang isteri mengalami persoalan dalam pekerjaan, diantaranya adalah faktor yang berasal dari dirinya sendiri, faktor yang berasal di luar dirinya yaitu dari lingkungan sekitar.

2. Wanita Menikah yang Tidak Bekerja

a. Pengertian Wanita Menikah yang Tidak Bekerja

(45)

Menurut Hawari (2004) wanita menikah yang tidak bekerja adalah wanita yang tugas pokoknya bukan mencari nafkah, melainkan hanya sebagai ibu yang tugas pokoknya adalah merawat rumah, suami, mengasuh dan membesarkan anak-anaknya saja. Susanto (1997) juga memaparkan hal yang serupa, bahwa pada dasarnya seorang wanita menjadi seorang ibu dan istri. Sebagai seorang istri dia bertugas mendampingi dan melayani semua kebutuhan suami, sedangkan sebagai seorang ibu ia bertanggung jawab untuk membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Semua perhatian, kasih sayang dan waktu yang dimiliki dilimpahkan pada suami dan anak-anak, jadi seorang isteri yang tidak bekerja, tidak mencari mata pencaharian tertentu di luar rumah, dan waktunya lebih banyak dicurahkan dalam urusan rumah tangga.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wanita menikah yang tidak bekerja adalah seseorang yang memiliki tugas utama untuk mengatur seluruh kehidupan dan kelancaran rumah tangga dan tidak mempunyai mata pencaharian tertentu di luar rumah, waktunya hanya dicurahkan dalam urusan rumah tangga b. Kondisi Wanita Menikah yang Tidak Bekerja

(46)

suatu dampak positif dalam kehidupan rumah tangganya, dimana ia lebih intensif dengan anak-anak dan suaminya sehingga keadaan rumah tangga dapat terjaga dengan baik.

Kondisi tidak bekerja membuat seorang wanita yang tidak bekerja tidak memiliki penghasilan sendiri dan sangat tergantung secara finansial kepada suaminya. Dilain pihak, seorang ibu rumah tangga juga memiliki ruang lingkup pergaulan yang terbatas karena setiap hari ia disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga yang secara rutin dan terus menerus (Hastuti & dkk, 2004).

Kesimpulan dari penjelasan tersebut adalah seorang wanita menikah yang tidak bekerja memiliki peran tunggal sebagai ibu rumah tangga sehingga ia mampu mengendalikan kondisi rumah tangga, meskipun demikian ia memiliki pergaulan atau wawasan yang terbatas serta ketergantungan penuh secara finansial kepada suaminya.

C. Perbedaan Kecenderungan Berselingkuh Pada Wanita Menikah yang

Bekerja dan yang Tidak Bekerja di Yogyakarta.

(47)

pernikahan timbul ketika salah satu pihak tidak dapat memperoleh kebutuhan sesuai dengan yang diharapkan. Masalah seringkali timbul karena kesenjangan komunikasi, gaya hidup sampai dengan kesenjangan seksual (Hastuti & dkk, 2001). Dari kesenjangan-kesenjangan itu pada akhirnya dapat memunculkan suatu ketidakpuasan baik dari suami maupun isteri sehingga dapat menimbulkan terjadinya perselingkuhan.

Penyebab suatu perselingkuhan dapat dipengaruhi oleh masalah seks, komunikasi yang kurang baik, pertengkaran suami isteri, masalah ekonomi, isteri yang memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam pekerjaan sehingga ikatan suami isteri dalam pernikahan menjadi kurang kuat karena ketergantungan diantara mereka menjadi rendah ( Rose, dalam Yulianto 2000).

(48)

wanita hanya tinggal di rumah saja (Satiadarma, 2001). Dari ulasan tersebut terlihat bahwa status wanita yang bekerja mengisyaratkan suatu pribadi yang lebih bebas dan mandiri, kondisi yang demikian mengakibatkan ketergantungannya dengan suami menjadi berkurang.

Seorang wanita bekerja juga memiliki penghasilan sendiri baginya, hal tersebut secara tidak langsung menjadi suatu kekuatan bagi dirinya, karena ia dapat hidup mandiri dan menghidupi dirinya sendiri sehingga perasaan takut untuk ditinggal suaminya menjadi berkurang (Moore, 2005). Uraian tersebut semakin dipertegas dengan adanya sebuah penelitian yang dilakukan Universitas di Washington, yang menyatakan bahwa seorang wanita yang memiliki gaji cukup tinggi memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan suatu perselingkuhan daripada seorang yang memiliki gaji yang lebih rendah (Laura, 2004).

(49)

dirinya, dan terkadang dia mulai mencurahkan isi hatinya kepada teman seprofesi yang setiap hari bertemu dengannya. Makin lama kondisi tersebut menimbulkan rasa empati dan berlanjut pada kasih sayang yang pada akhirnya dapat mencapai perselingkuhan (Hawari, 2002).

Kondisi yang demikian cukup berbeda dengan wanita menikah yang tidak bekerja. Setiap hari dengan tidak adanya kesibukan di luar rumah membuat diri menjadi lebih intensif bersama keluarganya, tanggung jawabnya untuk merawat suami dan anak menjadi lebih terfokus. Seorang wanita menikah yang berada di rumah dapat mencurahkan seluruh perhatian kepada keluarganya, sehingga komunikasi dengan keluarga menjadi lebih terbuka (Susanto, 1997). Kondisi yang demikian dapat mencegah terjadinya konflik di dalam keluarga.

Dalam hubungannya dengan lingkungan luar, seorang wanita menikah yang tidak bekerja lebih terbatas dalam bersosialisasi. Berbeda dengan ibu rumah tangga bekerja yang setiap harinya bertemu dengan rekan-rekan kerjanya. Seorang wanita menikah yang tidak bekerja tidak memiliki penghasilan bagi dirinya. Kondisi yang demikian membuatnya menjadi seorang yang lebih bergantung kepada suami (Hastuti & dkk, 2004). sehingga dalam tindakannya otomatis lebih berhati-hati agar tidak menyakiti suami.

(50)

faktor–faktor pendukung yang memungkinkannya melakukan suatu perselingkuhan. Peluang dan kesempatan wanita bekerja lebih besar karena setiap hari ia dapat bertemu dengan orang lain di lingkungan pekerjaannya sehingga ketika mereka merasakan ketidakpuasan ataupun kebosanan dengan suami, mereka dapat mencari kompensasi dengan teman lelaki lain. Faktor pendukung yang menyertai seorang wanita bekerja untuk tidak takut melakukan perselingkuhan adalah dengan adanya penghasilan yang dimilikinya sehingga dengan atau tanpa suaminya mereka tetap bisa mandiri.

D. Hipotesis Penelitian

(51)
(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif. Jenis penelitian komparatif adalah jenis penelitian yang berbentuk perbandingan dari dua sampel atau lebih (Winarsunu, 2004).

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah

1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Berselingkuh

2. Variabel bebas : Status Kerja (wanita menikah yang bekerja dan wanita menikah yang tidak bekerja)

C. Definisi Operasional

Berikut ini adalah definisi operasional dari masing-masing variabel, agar diperoleh batasan dan pengertian yang jelas mengenai penelitian ini. 1. Kecenderungan Berselingkuh

Definisi operasional dari kecenderungan berselingkuh adalah suatu keinginan atau dorongan seseorang yang diam-diam melibatkan orang ketiga di luar pasangan sah dalam perkawinan untuk melakukan hubungan emosional yang dapat mencapai hubungan seksual.

(53)

perselingkuhan Hastuti & dkk (2001). Semakin tinggi skor yang diperoleh oleh subyek, semakin tinggi kecenderungan perselingkuhan.

Indikator perilaku perselingkuhan adalah sebagai berikut. : a. Perilaku non seksual

Bentuk kecenderungan perilaku non seksual dalam perselingkuhan adalah keinginan untuk memberi perhatian, keinginan untuk diberi perhatian, keinginan untuk menjalin hubungan interpersonal dengan lawan jenis di luar pernikahan, dan keinginan untuk berbagi rasa.

b. Perilaku seksual.

Bentuk perilaku seksual dalam perselingkuhan adalah berupa sentuhan, ciuman, percumbuan, persetubuhan.

2. Wanita Menikah yang Bekerja dan Wanita Menikah yang Tidak Bekerja

a. Wanita menikah yang bekerja adalah wanita yang melakukan pekerjaan secara formal dalam suatu intansi tertentu, dan teratur serta mempunyai jangka waktu tertentu dan mendapatkan penghasilan.

(54)

Status kerja diungkap dengan pengisian pada angket identitas subyek.

D. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah wanita bekerja dan tidak bekerja. Subjek dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling merupakan salah satu metode non probability sampling yang dilakukan dengan mengambil orang-orang tertentu menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu (Winarsunu, 2004). Beberapa karakteristik subjek yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Kriteria usia 31-45 tahun. Alasan pembatasan pada rentang usia tersebut karena pada periode ini terjadi penurunan ikatan emosional antara suami isteri, akibatnya pada periode ini seringkali muncul aktivitas ekstramarital seksual (Sadarjoen, 2001).

2. Bertempat tinggal di Yogyakarta minimal 5 tahun. Alasan pembatasan lama tinggal di Yogyakarta selama 5 tahun adalah sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meneliti kecenderungan perselingkuhan wanita menikah yang tinggal di Yogyakarta.

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

(55)

rating yang dijumlahkan (summated rating), yaitu metode skala yang menggunakan distribusi respon subyek sebagai dasar penentuan nilai skala (Azwar, 1999).

Untuk skala kecenderungan perselingkuhan ini, peneliti menggunakan 4 kategori respon sebagai jawaban subyek yaitu: SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tidak Sesuai).

Skala kecenderungan perselingkuhan ini terdiri dari dua pernyataan yaitu pernyataan favorabel dan pernyataan unfavorabel. Pernyataan

favorabel berisi pernyataan yang mendukung atau menunjukkan ciri atribut yang akan diukur. Pernyataan unfavorabel adalah pernyataan yang isinya tidak mendukung atau tidak menunjukkan ciri atribut yang akan diukur. Pernyataan favorabel memiliki skor mulai dari 4 sampai 1. Jawaban SS bernilai 4, S bernilai 3, TS bernilai, STS bernilai 1. Untuk pernyataan

unfavorabel memiliki skor mulai dari 1 hingga 4. Jawaban SS bernilai 1, S bernilai 2, TS bernilai 3, STS bernilai 4.

Jenis skala yang digunakan adalah skala model Likert, yang didasarkan pada indikator bentuk kecenderungan perselingkuhan menurut teori Hastuti (2001). Berikut ini disajikan Blue print dan distribusi item skala kecenderungan perselingkuhan.

Tabel III. 1

Blue Print Skala Kecenderungan Berselingkuh

Nomor Aitem Jumlah persen No Komponen

(56)

Perilaku

(57)

F. Validitas, Reliabilitas, dan Seleksi Item

1. Validitas

Validitas adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukur. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat tersebut mampu menberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 1999). Pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian tes dengan analisis rasional atau profesional judgement. Pengujian tersebut diperlukan untuk melihat sejauh mana isi tes mencerminkan atribut yang hendak diukur sehingga alat tes tersebut relevan dan tidak keluar batasan tujuan ukur (Azwar, 1999).

Pada penelitian ini item-item yang akan dipergunakan untuk pengukuran telah diuji validitasnya oleh profesional judgement dari ahli yang dianggap berkompeten, yaitu dosen pembimbing.

2. Reliabilitas

(58)

1,00. Semakin mendekati angka 1,00 koefisien reliabilitasnya semakin tinggi, sebaliknya semakin mendekati angka 0 berarti koefisien reliabilitasnya semakin rendah (Azwar,1999).

Berdasarkan hasil uji coba skala dan setelah item-item yang tidak sah digugurkan, diperoleh reliabilitas 0,974, yang menunjukan skala ini tergolong baik sehingga dipercaya untuk mengukur perbedaan kecenderungan perselingkuhan pada wanita bekerja dan yang tidak bekerja.

3. Seleksi Item

Agar terwujud suatu alat ukur yang baik maka diperlukan juga seleksi item. Seleksi item ini dilakukan untuk mengoreksi apakah item-item yang telah ditulis dengan cara yang benar tersebut pada kenyataannnya memang sudah berfungsi dengan baik untuk mengukur suatu atribut tertentu (Azwar,1999). Cara yang dilakukan adalah dengan mengukur daya diskriminasi atau daya beda dari tiap itemnya, yang dinyatakan dengan koefisien korelasi item total (rix). rix

memperlihatkan adanya kesesuaian fungsi item dengan fungsi skala dalam mengungkap perbedaan individu. Dengan demikian maka koefisien korelasi item total dapat mendasari seleksi item. Kriteria seleksi item berdasarkan korelasi aitem total digunakan dengan batasan rix ≥ 0,30. jadi aitem yang memiliki koefisien korelasi minimal 0,30

(59)

Berdasarkan dari hasil seleksi item, dari 68 item skala kecenderungan perselingkuhan menghasilkan 4 item yang gugur dan 64 item yang sahih. 4 item yang gugur ini terdiri dari 2 item dari indikator perselingkuhan yang berupa keinginan untuk memberi perhatian, dan 2 item adalah dari indikator perselingkuhan berupa keinginan untuk berbagi rasa. Jumlah Item setelah uji coba dapat dilihat pada tabel III. 2.

Tabel III. 2

Tabel Jumlah Item Skala Sebelum dan Setelah Uji coba

No Indikator Jumlah Item

Sebelum

1 Keinginan untuk memberi perhatian

10 8

2 Keinginan untuk diberi Perhatian

10 10

3 Keinginan untuk menjalin hubungan interpersonal

10 8

(60)

G. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

1. Menyusun alat ukur kecenderungan perselingkuhan, yaitu skala kecenderungan perselingkuhan.

2. Menentukan subyek penelitian yang sesuai dengan kriteria. 3. Melakukan pengambilan data ( 10 Januari-8 Maret 2007).

4. Melakukan analisis statistik terhadap hasil pengambilan data, untuk mengetahui reliabilitas, validitas, dan sekaligus melakukan seleksi item. 5. Melakukan analisis statistik terhadap data yang tidak gugur, untuk

melihat asumsi penelitian dan kebenaran hipotesis. 6. menarik kesimpulan berdasarkan analisis data.

H. Teknik Analisis Data

(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal 10 Januari-8 Maret 2007. Data diperoleh di tempat-tempat umum seperti di Fitness Center Universitas Negeri Yogyakarta, terminal bus Giwangan, halte bus jalan Magelang dan Jalan Jendral Sudirman, Galeria mall, di sekolah-sekolah seperti TK SD Kanisius, TK Pusara Rini, TK SD Tarakanita Bumijo ketika ibu-ibu sedang menunggui anaknya, dan beberapa adalah mahasiswa S2 yang juga bekerja di suatu instansi.

Alasan penelitian ini dilakukan di tempat umum adalah untuk menghindari pengelabuan jawaban oleh subyek penelitian. Pada penelitian ini, subyek penelitian juga tidak mengenal peneliti sehingga tempat tinggal maupun instansi pekerjaan mereka tidak diketahui oleh peneleliti. Sebelum skala dibagikan, peneliti terlebih dahulu melakukan pendekatan dan meyakinkan subyek bahwa identitas mereka dapat disamarkan sehingga subyek penelitian merasa aman untuk menjawab.

(62)

kepada wanita menikah yang tidak bekerja terdapat 7 skala yang gugur. Skala yang gugur tersebut terjadi karena terdapat beberapa subyek yang tidak masuk dalam kriteria penelitian, yaitu tidak memenuhi kriteria batasan umur yang ditentukan. Disamping itu terdapat beberapa subyek yang tidak memberi jawaban secara lengkap.

B. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini terbagi atas 2 kelompok subyek yaitu wanita menikah bekerja dan yang tidak bekerja dengan jumlah 109 orang dengan memiliki rentang usia 31-45. Subyek wanita menikah yang bekerja berjumlah 56 orang dan subyek wanita menikah tidak bekerja berjumlah 53 orang.

C. Analisis Data Penelitian

Setelah didapatkan hasil perhitungan validitas, reliabilitas, dan seleksi item, maka selanjutnya dilakukan uji asumsi dan uji hipotesis.

1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas

(63)

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa probabilitas data sebesar 0,946. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor data penelitian ini normal.

b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas ini dilakukan untuk melihat apakah sampel-sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang memiliki

varian yang sama (Azwar, 1999). Data dinyatakan homogen apabila p > 0,05, sebaliknya apabila p < 0,05 maka data dinyatakan tidak homogen.

Hasil uji homogenitas menunjukkan p = 0,400 sehingga dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh homogen.

2. Deskripsi Statistik hasil Penelitian

Untuk mengetahui tingkat kecenderungan perselingkuhan dari kelompok subyek penelitian dilakukan dengan cara melihat perbedaan antara mean teoritis dan mean empiris.

Dari hasil data penelitian diperoleh data sebagai berikut:

Tabel IV. 1

Ringkasan Mean Empiris dan Teoritis Subyek Wanita Menikah

yang Bekerja dan yang Tidak Bekerja

Status Mean Teoritis Mean Empiris Wanita bekerja 160 145,80

Wanita tidak bekerja 160 124, 26

(64)

Kesimpulan dari hasil perbandingan antara mean empiris dan mean teoritis tersebut didukung juga oleh hasil kategorisasi. Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan subyek kedalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut kontinum

berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2003). Berikut ini adalah tabel hasil kategorisasi kecenderungan perselingkuhan pada wanita bekerja dan yang tidak bekerja.

Tabel IV. 2

Kategori Kecenderungan Perselingkuhan pada Wanita Menikah

Bekerja dan yang Tidak Bekerja.

Jumlah Subyek Rentang Nilai kategori

Wanita Bekerja Wanita tidak

Bekerja

X ≤ 112 Sangat rendah 12 17 112 < X ≤ 144 Rendah 14 24 144 < X ≤ 176 Sedang 19 8 176 < X ≤ 208 Tinggi 9 2 208 < X Sangat Tinggi 2 2

Jumlah 56 53

(65)

rendah. Pada subyek wanita menikah tidak bekerja, mayoritas subyek masuk dalam kategori rendah dan sangat rendah.

Dari respon para subyek dapat dilihat bahwa bentuk-bentuk kecenderungan perselingkuhan yang tergolong pada kategori sangat rendah adalah keinginan untuk berbagi rasa, yaitu untuk menikmati pembicaraan yang hangat dengan lawan jenis, keinginan untuk memberi perhatian, bentuknya adalah ingin pergi makan malam, dan yang terakhir adalah keinginan untuk diberi perhatian seperti ingin mendapat dukungan dari orang lain.

Bentuk kecenderungan perselingkuhan pada kategori rendah adalah keinginan untuk berbagi rasa, keinginan untuk diberi perhatian, keinginan untuk memberi perhatian, dan keinginan untuk menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain. Bentuk –bentuk perilakunya adalah senang ketika diperhatikan orang lain, keinginan untuk mendapat dukungan, keinginan untuk memberikan perhatian dengan memberikan hadiah-hadiah kecil, keinginan untuk menikmati pembicaraan yang hangat dengan orang lain serta keinginan untuk berkenalan dengan lawa jenis yang menarik hatinya.

(66)

berkencan dengan orang lain, keinginan untuk membantu secara materi, keinginan untuk berciuman dan mendapatkan belaian sayang.

Pada kategori tinggi bentuk-bentuk kecenderungan perselingkuhan pada aspek perilaku seksual adalah adanya keinginan untuk bercumbu, bersentuhan dan keinginan untuk bervariasi dalam hubungan seksual. Bentuk kecenderungan perselingkuhan pada aspek perilaku non seksual adalah keinginan untuk memberi perhatian dan diberi perrhatian, keinginan untuk berbagi rasa dan menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain. Bentuk perilakunya adalah keinginan mendapatkan dukungan ketika sedih, ingin mendapat pujian dengan penampilannya serta bangga ketika dikatakan cantik, ingin pergi makan malam dan berkencan,serta memberikan hadiah-hadiah kecil.

(67)

lain dan menjalin hubungan yang khusus serta keinginan untuk saling berbagi rasa.

3. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas, maka dilakukan Uji Hipotesis dengan menggunakan Independent Sample T-Test.

Tabel IV.4

Hasil Analisa Data Uji t

F Sig t df Sig Mean

Difference

Std. Error

Difference

F* ,715 ,400 3,183 107 ,002 21,539 6,768 T

test

3,185 106,893 ,002 21,539 6,763

Berdasarkan hasil uji perbedaan diperoleh harga t sebesar 3.183 dengan (p < 0,01), yang menunjukkan bahwa terdapat perbedan kecenderungan perselingkuhan yang sangat signifikan antara wanita menikah yang bekerja dan tidak bekerja. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi “ Kecenderungan berselingkuh pada wanita menikah yang bekerja di Yogyakarta lebih tinggi daripada wanita menikah yang tidak bekerja di Yogyakarta” diterima.

D. Pembahasan

(68)

dengan ( t = 3,183, p = 0,002). Dari perbedaan tersebut diperoleh hasil bahwa tingkat perselingkuhan pada wanita menikah yang bekerja lebih tinggi daripada wanita menikah yang tidak bekerja.

Perbedaan kecenderungan berselingkuh pada wanita menikah yang bekerja lebih tinggi daripada wanita yang tidak bekerja, hal tersebut tampak dari perbedaan mean antara wanita menikah yang bekerja dan yang tidak bekerja. Dari penelitian ini didapatkan bahwa mean wanita bekerja adalah 145,80 sedangkan mean wanita tidak bekerja adalah 124,26. Berdasarkan hasil kategorisasi diperolah data bahwa mayoritas kecenderungan berselingkuh subyek pada wanita menikah yang bekerja tergolong pada kategori sedang dan rendah. Pada subyek wanita menikah yang tidak bekerja, mayoritas subyek masuk dalam kategori rendah dan sangat rendah.

(69)

Kecenderungan berselingkuh yang lebih tinggi pada wanita bekerja dapat disebabkan karena seorang wanita menikah yang bekerja memiliki peluang dan kesempatan yang lebih besar, mereka memiliki kesempatan untuk bersosialisasi dengan orang lain. Setiap harinya mereka bertemu dengan rekan kerja yang memiliki minat dan profesi yang sama (Rose, dalam Yulianto, 2000). Kondisi yang demikian memberikan kesempatan yang lebih besar bagi para wanita untuk membina hubungan interpersonal yang lebih akrab dengan orang lain (Satiadarma, 2001).

Kecenderungan berselingkuh yang lebih tinggi pada wanita menikah yang bekerja juga dapat disebabkan karena pada masa kini wanita lebih mandiri. Kemandirian tersebut disebabkan karena wanita menikah yang bekerja memiliki penghasilan sendiri sehingga dari penghasilannya tersebut dapat mengurangi ketergantungan baik secara emosional maupun finansial dengan suaminya sehingga ketika timbul permasalahan dalam keluarga, mereka memiliki penghasilan sendiri untuk bertahan hidup (Moore, 2005).

(70)

demikian mengakibatkan waktu bersama keluarga menjadi terbagi, sehingga kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga menjadi berkurang padahal kebersamaan antara suami dan anak-anak secara rileks, dan hangat merupakan kegiatan penting yang tidak bisa diabaikan untuk membina dan mempertahankan kedekatan keluarga (Rini, 2002). Hal ini tentu saja mempengaruhi hubungan antara suami isteri maupun dengan anak-anak, sebagaimana dikatakan Shaevitz (1999) wanita yang bekerja terkadang kurang peduli dan kekurangan waktu untuk berkumpul bersama keluarga sehingga tidak sempat untuk sekedar mengungkapkan perasaan dan masalah rumah tangga kepada suami. Kondisi yang demikian mengakibatkan seorang wanita merasa kurang dimengerti sehingga mencari dukungan dari orang lain sehingga hal tersebut menjadi suatu peluang untuk melakukan perselingkuhan (Chapman, dalam Normant 1998). Seorang psikolog dari Colombia juga menambahkan bahwa pasangan-pasangan yang terancam perceraian terjadi karena kurangnya kebersamaan dengan suami (Shaevitz, 1999).

(71)

bisa terselesaikan dengan baik. Intensitas pertemuan juga cukup karena waktu isteri hanya dicurahkan lebih banyak untuk urusan rumah tangga sehingga komunikasi dan keterbukaan pasangan suami isteri bisa dilakukan pada setiap saat. Kondisi yang demikian dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga sehingga tidak menciptakan konflik dalam rumah tangga yang dapat mengakibatkan timbulnya alasan suatu tindakan perselingkuhan.

Pemenuhan kebutuhan sehari-hari seorang wanita tidak bekerja dipenuhi oleh suaminya. Dengan demikian seorang wanita yang tidak bekerja menjadi tergantung secara finansial dan emosional pada pasangannya sehingga wanita tidak bekerja hanya bergelut dalam kehidupan rumah tangga dan tidak memiliki usaha untuk mengembangkan kehidupannya secara mandiri (Hastuti & Murniati, 2004; 1992). Hal tersebut mengakibatkan ketergantungan dengan suami baik seacara emosional dan finansial menjadi tinggi sehingga seorang wanita yang tidak bekerja akan lebih menghargai suaminya.

(72)
(73)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh harga t = 3,183 dengan p = 0,002. Dapat disimpulkan bahwa kecenderungan perselingkuhan pada wanita menikah yang bekerja lebih tinggi secara sangat signifikan daripada yang tidak bekerja.

B. Saran

Hasil kesimpulan menunjukkan bahwa kecenderungan perselingkuhan pada wanita bekerja lebih tinggi secara sangat signifikan daripada wanita yang tidak bekerja. Berdasarkan hasil tersebut peneliti menyarankan:

1. Bagi wanita menikah yang bekerja

Sebagai wanita bekerja diharapkan lebih memperhatikan hal-hal yang membuka peluang bagi timbulnya suatu perselingkuhan, seperti lebih menjaga diri ketika bergaul dengan lawan jenis terutama di lingkungan pekerjaannya, dan menjaga komunikasi yang baik dengan suami

2. Peneliti selanjutnya.

(74)

DAFTAR PUSTAKA

Ariani,C, dkk. (2002). Tata Krama Suku Bangsa jawa di Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta: Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta.

Azwar, Syaifuddin. (2003). Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, Syaifudin. (1999). Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badudu, J.S. dan Zain,S. M. (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cetakan

Ke-2. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Boyke. (2004). Kreasi, hindarkan Perselingkuhan Hubungan Seks. Kompas, 8 Januari 2004.

Debie Then. (2002). Jika Suami Anda Berselingkuh. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Dewayani,K. (2000). Bunga Rampai Psikologi: Peran Ganda Wanita.Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Dwijanti, Judith. (1999). Perbedaan Motif Antara Ibu Rumah Tangga Yang Bekerja dan Tidak Bekerja dalam Mengikuti Sekolah Pengembangan Pribadi di John Robert Powers, Surabaya. Anima, Vol. 14- No55, April-Juni 1999.

Ginanjar, Andriana. (2003). Kejenuhan dalam Perkawinan. Kompas. Senin, 12 Januari 2003

Ginting, H. (2001). Selingkuh masyarakat Kelas Bawah.Kompas, 9 Juli 2001 Gunarsa, Y.S. (2002). Asas-Asas Psikologi : Keluarga Idaman. Jakarta : PT BPK

Gunung Mulia.

Hastuti, Y,D, M.A, & Ellyawati, R. (2001). “Perbedaan Kecenderungan Untuk Melakukan Perilakuy Ekstramarital Antara Pria Dewasa yang Bekerja di Darat dan di Laut”. Fenomena ,Volume VI, No. 01, 1 Agustus 2001. Hawari, D. 2002. Love Affair (perselingkuhan). Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. Hawari, D. (2004). Al Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.

Yogyakarta: PT. Dhana Bhakti Prima Yasa.

(75)

Kholil,A. (1999). Penyelamat Kehidupan: Gerakan Sayang Ibu di Indonesia. Jakarta: Kantor Menteri Negara Peranan Wanita RI.

Laura. . (2004).Her Lies Laid Bare, September 2004, Vol 19, issues 7.

Master, W.H, Johnson,V.E, & Kolodny,R.C.(1986). On Sex & Human Loving. Canada: Little Brown & Company. (Canada).

Moore, Julia Hartley. (2005). Selingkuh dan Fakta-Fakta Tersembuni Dibaliknya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mubayidh, M. (2005). Saling Memahami dalam Bahtera Rumah Tangga. Jakarta : Penerbit Pustaka Al-kautsar.

Murniati,A.P. N. P. 2004. Getar Gender (Perempuan Indonesia dalam Perspektif Agama, Budaya dan Keluarga. Buku kedua. Magelang : Indonesiatera. Normant. 1998. Infidelity. Ebony, December 1998, Volume. 54.

Putranto, Kasandro. (2006). Why Do women Sex Adventures. Male Emporium, Senin, September 2006.

Rini, J.F. 2002. Wanita Bekerja.

http://www.e_psikologi.com/keluarga/280502.htm. 13 Februari 2006.

Rinto, Theopila Niken Natalia. (2004). Perbedaan Tingkat Somatisasi Pada Ibu Rumah Tangga Yang Berstatus Bekerja Dengan Yang Berstatus Tidak Bekerja. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Tidak Diterbitkan.

Sadarjoen, Supardi S. (2001). Seksualitas Perempuan, Suatu Pendekatan Psikoanalitik, Jurnal Psikologi. Vol 17, No1, Maret 2001.

Satiadarma, M.P. (2001). Menyikapi Perselingkuhan. Jakarta : Pustaka Populer Obor.

Santrock, Jhn.W. (2002). Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup

Jilid 2. eds %. Jakarta : Erlangga.

Sarlito.(2003). Kejenuhan dalam Perkawinan. Sriwijaya Post, 12 januari 2003. Schneider, Jeniffer P. (1999). Disclosure of Extramarital Sexual Activities by

(76)

Selingkuh Menjangkiti Wanita. (1998). Majalah Femina, Oktober 1998. Shaevitz, M.H. (1999). Wanita Super. Yogyakarta. Kanisius.

Susanto, A.B. 1997. Wanita Masa Kini: pribadi Mempesona Penunjang Kesuksesan. Jakarta: PERUM.

Vaughan, P. (2003). Articles about Affairs: Paggy’s Overview of Affairs.http://www.dearpaggy.com?results.html.

Walgito, B. (2000) Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta. Penerbit Andi Yogyakarta.

Widyawati, Parmugari.(2003). Madu Racun Romansa kantor. Kompas, 31 Oktober 2003.

Winarsunu, Tulus. (2004). Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan.

Malang: UMM Press

(77)
(78)
(79)

SKALA KECENDERUNGAN EXTRAMARITAL SEXUAL

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(80)

Kepada Yth

Responden Penelitian

Fenomena hidup suami berpoligami menjadi semakin marak akhir-akhir ini, oleh karena itu kami ingin mensurvey wanita di Yogyakarta apakah juga memiliki kebutuhan yang sama.

Tuliskan identitas anda pada lembar petunjuk pengisian Nama (boleh samaran) :

Usia :

Lama tinggal di Yogyakarta :

Pekerjaan :

Berikut ini akan disajikan beberapa pernyataan. Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri anda, dengan cara memberi tanda silang (X) pada alternative jawaban yang tersedia, yaitu :

SS : Sangat sesuai S : Sesuai TS : Tidak sesuai STS : Sangat tidak sesuai

Setiap orang dapat mempunyai jawaban yang berbeda dan tidak ada jawaban yang dianggap salah, oleh karena itu pilihlah jawaban yang sesuai dengan diri anda.

(81)

No Pernyataan SS S TS STS 1 Saya ingin mendapatkan pujian dari teman

lelaki saya, bahwa penampilan saya menarik.

2 Saya tertarik pergi makan malam dengan teman lelaki saya.

3 Saya menikmati pembicaraan yang hangat dengan teman lelaki saya

4 Saya ingin memiliki teman kencan yang menyenangkan.

5 Agak berlebihan jika saya pergi makan malam dengan teman lelaki saya

6 Saya merasa tidak nyaman jika ada pria lain memuji penampilan saya

7 Saya tergoda untuk berkenalan dengan pria, yang menarik buat saya

8 Saya mau berciuman dengan teman lelaki saya

9 Ketika saya sedih, saya ingin mendapatkan dukungan dari teman lelaki saya

10 Hal yang tidak pantas, jika saya bercumbu dengan teman lelaki saya

11 Tidak wajar jika saya memberikan perhatian khusus kepada teman lelaki saya 12 Saya rasa tidak adasalahnya, jika saya

berpelukan dengan teman lelaki saya

13 Saya senang memberikan hadiah-hadiah kecil, kepada teman lelaki saya

14 Saya tertarik bercumbu dengan teman lelaki saya

15 Saya akan selalu menjaga pernikahan, dengan tidak melirik kepada lelaki yang menarik

16 Tidak masalah jika saya berciuman dengan teman lelaki saya

17 Saya ingin mendapatkan perhatian dari teman lelaki saya

18 Saya senang membicarakan kehidupan pribadi, dengan teman lelaki saya

19 Saya berfantasi,bercumbu dengan pria lain 20 Tidak wajar jika saya memiliki teman

kencan

21 Saya merasa kurang nyaman,jika ada seorang pria memperhatikan saya

(82)

teman lelaki saya

23 Saya biasa menggandeng tangan, teman lelaki saya

24 Saya ingin melakukan variasi berhubungan seksual, dengan teman lelaki saya

25 Saya terbiasa curhat dengan teman lelaki saya, ketika sayaada masalah dengan suami 26 Saya akan menggunakan kesempatan yang

ada, untuk menjalin hubungan dengan teman lelaki saya

27 Saya tidak pernah menceritakan keluh kesah pribadi, kepada teman lelaki saya 28 Saya tidak tertarik berciuman dengan

teman lelaki saya

29 Saya senang jika teman lelaki saya mengatakan bahwa saya cantik

30 Hal yang lunrah, jika saya memegang tangan teman lelaki saya

31 Saya terbiasa menceritakan keluh kesah pribadi, kepada teman lelaki saya

32 Saya tidak berniat untuk melakukan hubungan seksual, dengan teman lelaki saya

33 Saya berniat menjalin hubungan khusus dengan teman lelaki saya

34 Tidak wajar jika saya ingin mendapatkan belaian sayang dari teman lelaki saya 35 Hal yang berlebihan jika saya membantu

secara materi, kepada teman lelaki saya

36 Saya malas untuk membicarakan kehidupan pribadi, dengan teman lelaki saya

37 Saya tidak akan bercumbu dengan pria lain 38 Ketika saya sedang sedih, saya tidak ingin

mendapatkan dukungan dari teman lelaki saya

39 Saya tertarik berciuman dengan teman lelaki saaya

40 Puas rasanya ketika saya bisamengungkapkan isi hati, kepadateman lelaki saya

41 Saya tertarik melakukan hubungan seksual dengan teman lelaki saya

(83)

43 Hal yang menyenangkan jika saya dapat bercumbu dengan teman lelaki saya

44 Saya senang berbagi rasa dengan suami saya

45 Hal yang kurang pantas, jika saya berpelukan dengan teman lelaki saya

46 Saya bangga ketika disanjung oleh teman lelaki saya

47 Sesuatu yang kurang pantas, jika saya menggandeng tangan teman lelaki saya 48 Saya ingin menjalin hubungan dengan

teman lelaki saya, yang lebih bisamengerti saya

49 Saya berfantasi, berciuman dengan teman lelaki saya

50 Sesuatu hal yang kurang pantas jika saya menyukai teman lelaki saya

51 Hal yang tidak wajar menceritakan masalah keluarga kepada teman lelaki saya 52 Saya tidak akan berciuman dengan teman

lelaki saya

53 Saya senang memberikan pujian kepada teman lelaki saya

54 Saya tidak pernah berfantasi, melakukan hubungan intim dengan teman lelaki saya 55 Saya mau bercumbu hanya dengan suami

saya

56 Hati saya senang ketika teman lelaki saya memperhatikan saya

57 Saya berfantasi melakukan hubungan intim dengan teman lelaki saya

58 Saya enggan memberikan hadiah-hadiah kecil kepada teman lelaki saya

59 Saya senang menelphon teman lelaki saya, untuk saling berbagi rasa

60 Saya berniat untuk bercumbu dengan teman lelaki yang menarik buat saya

61 saya berniat untuk melakukan hubungan seksual dengan teman lelaki saya

62 Sebagai isteri, saya akan membatasi pergaulan dengan teman lelaki saya

63 Saya tidak mempunyai niat untuk berciuman dengan teman lelaki saya

(84)

65 Saya tidak ingin mencari variasi dalam berhubungan seksual dengan pria lain 66 Saya berniat memberikan perhatian khusus

kepada eman lelaki saya

67 Saya ingin menikmati belaian sayang dari teman lelaki saya

(85)
(86)

Gambar

Tabel IV. 2 Kategori Kecenderungan Berselingkuh Pada Wanita yang Bekerja dan
Tabel III. 1
Tabel III. 2
Tabel IV. 1
+3

Referensi

Dokumen terkait

· Daging tetelan, dagig yang banyak mengandung jaringan ikat dan atau lemak Salah satu hasil pengolahan setengah jadi daging adalah dendeng, macam-macam hasil olahan daging

bahwa dalam rangka menindaklanjuti Pasal 8 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/jasa Pemerintah dan pelaksanaan Anggaran Pendapatan

Included observations: 9 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend Series: KEMISKINAN UN. Lags interval (in first differences): 1

Pemasangan drain dengan cairan drainage berupa darah sekitar 100 ml sebagai upaya untuk mengembalikan darah yang banyak hilang saat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan ada pengaruh konsumsi teh hitam kemasan cup terhadap kadar hemoglobin pada mahasiswa semester

Dari sekian banyak langkah yang telah ditempuh seperti, perbaikan infrastruktur jalan, perbaikan fasilitas (kendaraan umum), merperketat pemberian izin (Surat Izin Mengemudi), serta

Negeri Negeri Principal (Penagih) di Surabaya Principal (Penagih) di Surabaya Bank NSC Surabaya (Remitting Bank) Bank NSC Surabaya (Remitting Bank) Bank NSC Kantor Pusat

upaya yang dilakukan guru, dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Sehingga nantinya guru diharapkan lebih banyak berdiskusi dengan