AL-QURAN PADA SISWA SMPN 1 MEURAH DUA PIDIE JAYA
SKRIPSI
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH 2022 M / 1444 H
AYU AMALIA NIM. 180201021
Mahasiswi Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
v Nama : Ayu Amalia
NIM : 180201021
Fakultas/Prodi: Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam
Judul : Pelaksanaan Program Tahfidz dalam Pembelajaran Al-Quran pada siswa SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya
Tebal Skripsi : 102 Halaman
Pembimbing I : Dr. Jailani, S Ag, M.Ag Pembimbing II: Mahdi, S Pd.I, M.Ag
Kata Kunci : Pelaksanaan, program tahfidz, pembelajaran Al-Quran
Pada era modern ini banyak umat islam yang kemampuan membaca Al-Qurannya sangat minim, untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah kabupaten Pidie Jaya mengeluarkan satu program pembelajaran Al-Quran yang disebut dengan Tahfidz, yang tertuang dalam Peraturan Bupati Pidie Jaya Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pendidikan Berkarakter Islami (PBI) dengan target siswa mampu menghafal 2 Juz Al-Quran untuk tingkat SMP dan 1 Juz Al-Quran untuk tingkat SD. Salah satu sekolah yang melaksanakan program ini adalah SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya. Namun dalam pelaksanaan program tahfidz belum ada satupun siswa SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya yang telah mampu menyelesaikan target dari program ini. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1.
Bagaimana pelaksanaan program tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya? 2.
Bagaimana metode yang digunakan dalam pelaksanaan program tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya? 3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya. Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah Pelaksanaan program tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya dilaksanakan 2 jam pelajaran dalam seminggu dan diwajibkan bagi seluruh siswa, pembelajaran tahfidz dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelas VII hanya mempelajari tentang dasar-dasar ilmu tajwid, dan kelas VIII dan kelas IX sudah mulai menghafal dan masih tetap diajarkan tentang ilmu tajwid, metode yang digunakan dalam pembelajaran tahfidz ini metode wahdah dan metode khitabah, evaluasi dilaksanakan dengan ujian lisan berupa hafalan dari segi kelengkapan, makharijul huruf, hukum bacaan dan mad dan tulisan berupa tes pengetahuan tentag ilmu tajwid. Faktor pendukung berupa penyediaan fasilitas yang memadai dalam pelaksanaan program tahfidz seperti ruang kelas, musalla, perpustakaan dan Al-Quran sedangkan faktor penghambatnya berupa kurangnya waktu pembelajaran, kurangnya kemampuan dasar membaca Al-Quran siswa, rasa malas pada siswa, dan proses pembelajaran yang membosankan.
vi
Puji syuku kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat merampungkan skripsi dengan judul Pelaksanaan Program Tahfidz dalam Pembelajaran Al-Quran pada Siswa SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya. Dan shalawat dan salam tidak lupa penulis kirimkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat beliau sekalian.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi serta dalam rangka memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Dalam penyusunan skripsi ini penulis merasakan banyak sekali kesulitan maupun hambatan, namun dengan berkat pertolongan dari Allah SWT. serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, oleh karena itu penulis mengucapkan beribu terimakasih dan penghargaan kepada yang terhormat:
1. Terimakasih kepada Kepala Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan bapak Safrul Muluk, MA, M.Ed, Ph.D baik secara langsung atau tidak langsung telah membantu proses penyusunan skripsi ini.
2. Terimakasih kepada ketua prodi Pendidikan Agama Islam bapak Dr.
membantu proses penyusunan skripsi ini.
Marzuki, S.Pd.I, M.S.I baik secara langsung atau tidak langsung telah
vii
Jailani, S.Ag, M.Ag selaku pembimbing I dan bapak Mahdi, S.Pd.I, M.Ag selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk senantiasa membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
4. Terimakasih kepada bapak Dr. Muji Mulia, S.Ag, M. Ag selaku penasehat akademik, yang telah banyak memberikan masukan serta nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan studi ini.
5. Ucapan terimakasih penulis kepada seluruh Bapak/Ibu staf pengajar Program Studi Pendidikan Agama Islam, yang telah senantiasa membimbing penulis.
6. Terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Ayahanda tercinta Syafruddin W dan Ibunda tercinta Nilawati MT yang senantiasa mencurahkan segenap cinta dan kasih sayang serta dukungan moril maupun materil kepada penulis
7. Terimakasih kepada seluruh keluarga besar terutama Abang Muliadi dan Istri, Abang Ali Akbar dan Istri, Abang Mawardi, Cek Ida, dan keponakan-keponakan tercinta yang telah banyak membantu penulis baik dari segi moril maupun materil.
8. Terimakasih kepada sahabat tercinta Dewi Wahyuni yang telah menemani penulis dalam suka dan duka selama menyelesaikan skripsi ini.
viii
Islam terutama dari Unit 01 yang tidak mungkin penulis sebutkan satu- satu.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin...
Darussalam, November 2022 Penulis
ix HALAMAN SAMPUL JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN SIDANG
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Definisi Operasional ... 7
F. Kajian Terdahulu ... 13
G. Sistematika Pembahasan ... 16
BAB II: LANDASAN TEORI A. Tahfidz Al-Quran ... 18
1. Pengertian dan Keutamaan Tahfidz Al-Quran... 18
2. Syarat-syarat Tahfidz Al-Quran ... 22
3. Metode dan Strategi Pencapaian Tahfidz Al-Quran ... 24
4. Evaluasi Program Tahfidz Al-Quran ... 33
B. Pembelajaran Al-Quran ... 36
1. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Al-Quran ... 36
x
4. Evaluasi Pembelajaran Al-Quran ... 52
BAB III: METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 56
B. Kehadiran Peneliti di Lapangan ... 56
C. Lokasi Penelitian ... 57
D. Subyek Penelitian ... 57
E. Instrumen Penelitian ... 59
F. Teknik Pengumpulan Data ... 59
G. Teknik Analisis Data ... 61
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 64
1. Profil Sekolah ... 64
2. Profil Program Tahfidz ... 71
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 79
1. Pelaksanaan Program Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya ... 79
2. Metode Pelaksanaan Program Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya ... 83
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Program Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya ... 87
C. Analisis Data Hasil Penelitian ... 90
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 94
B. Saran ... 95
DAFTAR PUSTAKA ... 97 LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi
Tabel 4.1 : Fasilitas sekolah SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya ... 66
Tabel 4.2 : Nama-nama guru di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya ... 66
Tabel 4.3 : Jumlah siswa SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya ... 70
Tabel 4.4 :Praktik Pelaksanaan Pembelajaran Tahfidz ... 72
Tabel 4.5 : Data guru PAI yang mengajar Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya ... 74
Tabel 4.6 : Jumlah siswa program Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya. ... 75
Tabel 4.7 : Daftar nilai siswa program Tahfidz kelas VII ... 76
Tabel 4.8 : Daftar nilai siswa program Tahfidz kelas VIII B ... 77
Tabel 4.9 : Daftar nilai siswa program Tahfidz kelas IX B ... 78
xii
Jaya ... 103
Gambar 5.2 : Wawancara dengan Guru Tahfidz Bapak Munawar ... 103
Gambar 5.3 : Wawancara dengan Guru Tahfidz Ibu Surhayati ... 104
Gambar 5.4 : Wawancara dengan Siswa Akbar ... 104
Gambar 5.5 : Wawancara dengan Siswa Muhammad Lutfi ... 105
Gambar 5.6 : Wawancara dengan Siswa Muhammad Nadil ... 105
Gambar 5.7 : Wawancara dengan Siswa Khairul Hafiz Siregar ... 106
Gambar 5.8 : Proses Belajar Tahfidz ... 106
Gambar 5.9 : Proses Belajar Tahfidz ... 107
Gambar 5.10 : Proses Belajar Tahfidz ... 107
xiii
Lampiran 1 : SK Pembimbing ... 108
Lampiran 2 : Surat Permohonan Penelitian ... 109
Lampiran 3 : Surat Balasan setelah melaksanakan penelitian ... 110
Lampiran 4 : Lembar daftar wawancara ... 111
1 A. Latar Belakang Masalah
Program tahfidz atau menghafal Al-Quran adalah suatu kegiatan untuk memelihara, menjaga dan melestarikan keaslian Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW diluar kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta untuk menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan maupun sebagian. Program pendidikan menghafal Al-Quran adalah program menghafal Al-Quran dengan mutqin (hafalan yang kuat) terhadap lafadz-lafadz Al-Quran dan menghafal makna-maknanya dengan kuat yang memudahkan untuk menghindarkannya setiap menghadapi berbagai masalah kehidupan, yang mana Al-Quran senantiasa ada dan hidup di dalam hati sepanjang waktu sehingga memudahkan untuk menerapkan dan mengamalkannya dalam kehidupan.1
Kegiatan menghafal Al-Quran juga merupakan sebuah proses, mengingat seluruh materi ayat (rincian bagian-bagiannya, seperti foneik, waqaf, dan lain-lain) harus dihafal dan diingat secara sempurna. Sehingga seluruh proses pengingatan terhadap ayat dan bagian-bagiannya dimulai dari proses awal, hingga pengingatan kembali (recalling) harus tepat. Apabila salah dalam memasukkan suatu materi atau menyimpan materi, maka akan salah pula dalam mengingat kembali materi tersebut. Bahkan, materi tersebut sulit untuk ditemukan kembali dalam memori atau ingatan manusia.2
1Sucipto, Tahfidz Al-Quran Melejitkan Prestasi, (Sidoarjo: Guepedia, 2020), h. 14-15.
2Wiwi Alawiyah, Panduan Menghafal Al-Quran Super Kilat, (Yogyakarta: Diva Press, 2015), h. 14-15.
Menghafal Al-Quran bukan sesuatu yang sangat susah, namun membutuhkan kesabaran ekstra. Pada dasarnya, menghafal Al-Quran tidak hanya sekedar menghafal, melainkan juga harus menjaganya dan melewati berbagai rintangan atau cobaan selama menghafal. Menjaga Al-Quran tidak semudah ketika menghafal Al-Quran. Bisa jadi, dalam proses menghafal merasakan cepat dalam menghafal ayat Al-Quran, namun juga cepat hilangnya. Hal demikian sangat wajar dan pernah dirasakan oleh orang-orang yang menghafal Al-Quran.
Oleh karena itu, menjaga hafalan harus benar-benar dijaga agar tidak cepat hilang.3
Proses menghafal Al-Quran tentunya harus diawali dengan kemampuan membacanya terlebih dahulu dengan baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid.
Melihat realita saat ini masih banyak dijumpai muslimin yang belum mampu dalam memba ayat-ayat Al-Quran dengan baik dan benar, bahkan banyak dijumpai umat muslim yang tidak mampu membaca Al-Quran sama sekali. Oleh karena itu proses pembelajaran Al-Quran sangat diperlukan.
Kemampuan dalam membaca kitab suci Al-Quran merupakan suatu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang yang beragama Islam, karena kunci utama dalam pelaksanaan ibadah dari setiap jiwa muslim adalah mampu dalam membaca dan melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran, karena hal tersebut maka seorang muslim dan muslimah haruslah mampu untuk membaca dan menghafalkan kitab suci Al-Quran dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid, dan ketika seorang muslim tidak mampu untuk
3 Wiwi Alawiyah, Panduan Menghafal..., h. 125-126.
membaca Al-Quran maka itu akan menghambatnya dalam melaksanakan ibadah, seperti shalat-shalat wajib maupun shalat sunnah.4 Sesungguhnya orang yang paling mulia ibadahnya dan besar pahalanya ketika mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah dengan membaca Al-Quran.
Membaca Al-Quran merupakan sebuah ibadah dan akan mendapatkan pahala. Inilah salah satu karakteristik sekaligus keistimewaan yang dimiliki oleh Al-Quran. Bahkan, Rasulullah SAW dalam sabdanya mengatakan bahwa orang yang membaca satu huruf dari ayat Al-Quran akan diberikan balasan oleh Allah 10 kali lipat. Seperti hadis Rasulullah SAW sebagai berikut:
َنَسَح ِهِب ُهَلَف ِ هاللَّ ِباَتِك ْنِم اًف ْرَح َأ َرَق ْنَم َو ٌة
َحْلا َعِب ُةَنَس َثْمَأ ِرْش
َلا اَهِلا َأ
ُلوُق
ْنِكَل َو ٌف ْرح ملا َح ٌميِم َو ٌف ْرَح ٌمَلا َو ٌف ْرَح ٌفِلَأ
ٌف ْر
Artinya: Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (Al-Quran) maka ia mendapatkan satu kebaikan, dan dari satu kebaikan itu berlipat menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan alif lam mim sebagai satu huruf. Akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf. (HR. Tirmidzi)5.
Mempelajari Al-Quran hukumnya adalah fardhu kifayah, namun untuk membacanya memakai ilmu tajwid secara baik dan benar merupakan fardhu ‘ain, jika terjadi kesalahan dalam membaca Al-Quran maka termasuk dosa. Untuk menghindari diri dari dosa tersebut, maka umat muslim dituntut untuk selalu belajar Al-Quran pada ahlinya.6 Dengan mempelajari cara membaca Al-Quran sesuai ilmu tajwid diharapkan tidak sekedar tau cara membaca Al-Quran namun
4Rama Joni, Abdul Rahman dan Eka Yuniarti, Strategi Guru Agama Desa dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Quran Warga Desa, Vol.3 No.1, Juni 2020, Diakses 21 Juni 2021.
5Amirulloh Syarbini dan Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca…, h. 5.
6Otong Surasman, Metode Insani: Kunci Praktis Membaca Al-Quran Baik dan Benar, (Jakarta: Gema Insani, 2002), h. 19.
mampu memahami makna yang terkandung dalam Al-Quran dan akhirnya dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam sebuah hadis diterangkan:
َع َو َنآ ْرُقلْا َمهلَعَت ْنَم ْمُك ُرْيَخ ُهَمهل
Artinya : Sebaik-baiknya dari kamu sekalian ialah orang yang mempelajari(belajar) Al-Quran dan mau mengajarkannya.(HR Bukhari).7
Pada era modern ini banyak umat Islam yang kemampuan membaca Al- Qurannya sangat minim, keadaan ini tidak hanya berlaku bagi umat islam yang awam namun berlaku juga bagi pelajar, intelektual bahkan tokoh agama sekalipun, hal ini cukup memprihatinkan karena melihat Al-Quran merupakan kitab suci umat islam dan mereka merupakan generasi penerus agama. Dengan demikian Al-Quran sangat berperan penting dalam membimbing dan mengarahkan kehidupan manusia, sehingga mempelajari cara membaca, memahami dan menghayati kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pedoman hidup bagi setiap umat islam sangat diperlukan.
Pemerintah kabupaten Pidie Jaya telah mengeluarkan satu kegiatan pembelajaran Al-Quran yang disebut dengan Tahfidz, Kegiatan tersebut merupakan program pemerintah kabupaten Pidie Jaya yang tertuang dalam satu peraturan berupa Peraturan Bupati Pidie Jaya Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pendidikan Berkarakter Islami (PBI) pada seluruh satuan pendidikan formal dan nonformal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Pidie Jaya dengan target dari program ini adalah siswa mampu menghafal 2 Juz Al-Quran untuk
7 Otong Surasman, Metode Insani: Kunci Praktis…, h. 20.
tingkat SMP dan 1 Juz Al-Quran untuk tingkat SD. Salah satu sekolah yang melaksanakan program ini adalah SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya.
Berdasakan hasil observasi awal penulis di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya ternyata belum ada satupun siswa SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya yang telah mampu menyelesaikan target dari program ini. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang proses pelaksanaan program tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya dan apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program tahfidz, sehingga penulis dapat menjadikan judul skripsi ini adalah Pelaksanaan Program Tahfidz Dalam Pembelajaran Al-Quran Pada Siswa SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat mendiskusikan beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan program Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya ?
2. Bagaimana metode yang digunakan dalam pelaksanaan program Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya ?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis menyimpulkan tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan program Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya.
2. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pelaksanaan program Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program Tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya.
D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis
Menambah ilmu pengetahuan tentang pendidikan khususnya pendidikan Al-Quran untuk menciptakan generasi islam yang ulul albab.
2. Secara Praktis a. Bagi Pendidik
Diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan dalam memberikan pengetahuan tentang pelaksanaan program tahfidz.
b. Bagi Siswa
Diharapkan bisa meningkatkan ketertarikan untuk melatih diri serta menggerakkan peserta didik supaya makin semangat dalam mempelajari Al-Quran.
c. Bagi Sekolah
Sebagai masukan bagi SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya dalam memberikan gambaran-gambaran terkait pelaksanaan pembelajaran program tahfidz, sekaligus memperbaiki dan mengembangkan program kegiatan, terutama program tahfidz.
d. Bagi Peneliti yang akan datang
Untuk memperluas pengalaman dan pengetahuan peneliti dalam bidang pendidikan Al-Quran.
E. Definisi Operasional
Adapun istilah-istilah dalam judul skripsi ini yang kiranya perlu untuk didefinisikan yaitu:
1. Pelaksanaan
Pelaksanaan berasal dari kata dasar laksana, menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata pelaksanaan adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dan sebagainya).8 Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari suatu rencana yang sudah tersusun dengan matang dan terperinci, penerapannya dilakukan setelah perencanaan dianggap sudah benar-benar siap. Secara singkat pelaksanaan dapat diartikan sebagai penerapan.9
Westra mengemukakan bahwa pelaksanaan adalah sebagai usaha- usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan
8Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 291.
9Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 70.
yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan dan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya dan kapan waktu dimulainya. Menurut Tjokroadmudjoyo pelaksanaan adalah keseluruhan proses pemberian motivasi bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa pada mereka mau bekerja secara ikhlas agar tercapai organisasi dengan efisien dan ekonomis.10
Menurut penulis pelaksanaan adalah proses penerapan suatu kegiatan yang telah disusun secara matang dan terarah yang dilakukan oleh individu maupun kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Adapun pelaksanaan dalam penelitian ini adalah proses penerapan program tahfidz di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya. Dimana program ini telah disusun secara sistematis dan terarah oleh pemerintah kabupaten Pidie Jaya
2. Program
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI)arti kata program adalah rancangan mengenai asas serta usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian dan sebagainya) yang akan dijalankan.11 Secara umum program dapat didefinisikan sebagai rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan. Sedangkan definisi program secara khusus adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan perwujudan atau penerapan dari suatu kebijakan, berlansung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.
10Siti Hertanti dkk., Pelaksanaan Program Karang Taruna dalam Upaya Meningkatkan Pembangunan di Desa Cintaratu Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran, Vol. 5, No. 3, Agustus 2019, Diakses pada tanggal 21 Juni 2022.
11Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 291.
Program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan, maka program adalah sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan.12 Program menurut Halim dan Supomo adalah kegiatan satu organisasi dalam jangka panjang dan taksiran jumlah sumber yang akan dialokasikan untuk setiap program, yang umumnya disusun sesuai dengan jenis atau kelompok produk yang dihasilkan.13
Menurut penulis program merupakan suatu rencana atau rancangan suatu kegiatan yang akan dilaksanakan oleh individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Adapun program dalam penelitian ini adalah rancangan pemerintah Pidie jaya berupa sebuah kegiatan Tahfidz yang dilaksanakan di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya.
3. Al-Quran
Secara etimologi Al-Quran berasal dari kata qara’a-yaqra’u yang berarti membaca. Sedangkan Al-Quran sendiri adalah bentuk mashdar dari qara’a yang artinya bacaan. Qara’a juga berarti mengumpulkan atau menghimpun. Sesuai namanya, Al-Quran juga berarti himpunan huruf-huruf dan kata-kata dalam suatu ucapan yang rapi.14 Pengertian Al-Quran menurut istilah adalah kitab yang diturunkan kepada Rasulullah SAW yang ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan. Dan Al- Quran yaitu bacaan/kumpulan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
12Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 2- 3.
13Siti Hertanti dkk., Pelaksanaan Program Karang Taruna dalam Upaya Meningkatkan Pembangunan di Desa Cintaratu Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran, Vol. 5, No. 3, Agustus 2019, Diakses pada tanggal 21 Juni 2022.
14Zaki Zamani, Syukron Maksum, Metode Cepat Menghafal Al-Quran, (Yogyakarta: Al- Barokah, 2014), h. 13.
Muhammad melalui Malaikat Jibril sebagai petunjuk manusia hidup di dunia.15
Secara istilah, Muhammad dalam kitabnya, Kaifa Tahafadhul Quran, seperti dikutip oleh Achmad Yaman Syamsuddin, mendefinisikan Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril, yang diawali dengan surah Al-Fatihah dan di akhiri surah An- Nas.16 Al-Quran didefinisikan sebagai kalam Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan atau diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, ditulis dalam sebuah mushaf, dan diriwayatkan secara mutawatir yaitu dari Allah melalui Malaikat Jibril, serta membacanya merupakan suatu ibadah.17
Secara khusus Al-Quran menjadi nama bagi sebuah kitab yang diturunkan kepada Muhammad SAW. Maka, jadilah ia sebagai sebuah identitas diri. Sebutan Al-Quran tidak terbatas pada sebuah kitab dengan seluruh kandungannya, tapi juga bagian daripada ayat-ayatnya juga dinisbahkan kepadanya. Maka, jika anda mendengar satu ayat Al-Quran dibaca misalnya, anda dibenarkan mengatakan bahwa si pembaca tersebut membaca Al-Quran.18
Menurut penulis Al-Quran adalah kitab suci umat islam yang berasal dari Allah diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai mukjizat melalui perantara Malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia sebagai pedoman dan petunjuk hidup.
15Sucipto, Tahfidz Al-Quran Melejitkan Prestasi, (Sidoarjo: Guepedia, 2020), h. 14.
16Zaki Zamani, Syukron Maksum, Metode Cepat…, h. 20.
17Abdul Chaer, Perkenalan Awal dengan Al-Quran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h. 1.
18Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, (Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar, 2015), h. 16-17.
4. Tahfidz Al-Quran
Tahfidz berasal dari kata
َظهفَح– ُظِِّفَحُي– اًظْيِفْحَت
yang berarti menghafal.19 Kata tahfidz berasal dari bahasa Arab yang berarti memelihara, menjaga dan menghafal.20 Tahfidz secara etimologi merupakan lawan dari kata lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa hafal berarti telah masuk ke dalam ingatan (tentang pelajaran). Dan dapat diucapkan kembali diluar kepala (tanpa melihat teks). Menghafal berarti berusa meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat.21Menghafal Al-Quran adalah suatu proses untuk menjaga dan memelihara Al-Quran diluar kepala (mengingat) dengan baik dan benar sesuai syarat dan tata cara yang sudah ditentukan. Menghafal Al-Quran adalah langkah awal untuk memahami kandungan ilmu-ilmu Al-Quran yang dilakukan setelah proses membaca dengan baik dan benar.22 Menurut Abdul Aziz Abdul Rauf, menghafal Al-Quran adalah proses mengulang sesuatu baik dengan membaca maupun dengan mendengar. Pekerjaan apapun jika sering diulang maka akan terhafal. Dengan demikian, menghafal Al-Quran adalah meresapkan huruf-huruf, ayat-ayat, dan surat-surat dalam Al-Quran ke dalam pikiran dengan cara mengulang-ulang baik dengan membaca atau mendengar yang tujuannya agar selalu ingat.23 Menurut penulis tahfidz Al-Quran adalah
19Eko Aristanto, Syarif Hidayatullah, Ike Kusdyah Rachmawati, Taud Tabungan Akhirat, (Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), h. 10.
20Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2005, h. 105.
21Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 291.
22Tika Kartika, ”Manajemen Pembelajaran Tahfidz Al-Quran Berbasis Metode Talaqqi”.
Jurnal Islamic Education Manajemen, 2019, 245-256. DOI: 10.15575/isema. V4i2.5988.
23Abu Maskur, “Pembelajaran Tahfidz Al-Quran pada Anak Usia Dini”. Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 02 2018, h. 189.
kegiatan atau proses mengingat dan menghafal ayat-ayat Al-Quran untuk menjaga keasliannya dan mengindari kepalsuan agar tidak hilang dari ingatan yang dilakukan dengan cara membaca atau mendengar secara berulang-ulang
Adapun Tahfidz Al-Quran dalam penelitian ini berarti sebuah kegiatan atau program dari Perbup Pidie Jaya nomor 6 tahun 2018 tentang Pendidikan Berkarakter Islami(PBI) yang dilaksanakan oleh siswa di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran.
5. Pembelajaran
Secara etimologis, pembelajaran sering disebut dengan instruction (bahasa Inggris) dan ta’alum (bahasa Arab), yang berarti sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.24 Pembelajaran adalah upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar, sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang di harapkan, atau upaya untuk membelajarkan siswa.25 Menurut Corey, pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi- kondisi khusus, atau menghasilkan respon dalam kondisi tertentu.
Pembelajaran adalah bagian terpenting dari pendidikan.26 Menurut Dimyati dan Mudjiono, pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam
24Ahmad Zayadi dan Abdul Majid, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berdasarkan Pendekatan Kontekstual (Jakarta: Rajawali Press, 2013), h. 8.
25Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 4.
26Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 61.
memberi pengetahuan, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.27
Mohamad Surya mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.28 Menurut penulis pembelajaran adalah proses pendidikan berupa upaya memberikan bantuan dan pengarahan oleh guru untuk siswa agar mendapat ilmu dan pengetahuan dan membantu siswa agar dapat belajar dengan baik dan maksimal. Adapun pembelajaran dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengarahkan peserta didik ke dalam proses belajar membaca Al-Quran.
F. Kajian Terdahulu
Penelitian ini ditunjang oleh beberapa penelitian terdahulu , yaitu untuk dijadikan tolak ukur dan perbandingan untuk membedakan dengan apa yang akan ditulis oleh peneliti dengan penelitian terdahulu. Adapun kajian terdahulu yang relevan adalah sebagai berikut:
1. Skripsi Dedi Indra Setiawan dengan judul “Pelaksanaan Kegiatan Tahsin Al-Qur’an dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran Mahasiswa di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang”. Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif, dan metode pengumpulan datanya adalah observasi,
27Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h. 29.
28Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2014), h. 7.
wawancara, dan dokumentasi, sedangkan untuk analisisnya skripsi ini menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini adalah Tahsin Al- Qur’an itu bertujuan untuk memperdalam teori Al-Quran yang berhubungan dengan tajwid, sifatul huruf, makhorijul huruf, gharaibul Al- Quran, dan juga pembelajaran lagu untuk melantunkan bacaan Al-Quran, menambah kecintaan mahasantri terhadap kalam illahi yaitu Al-Quran.
Kemudian metode yang diterapkan dalam pembelajaran Tahsin Al-Quran adalah metode drill, metode ceramah dan metode klasikal baca simak.
Adapun kendala-kendala dalam pembelajaran tahsin Al-Quran meliputi kurangnya alat bantu peraga, ketika hari jumat kegiatan tidak kondusif, kurangnya pemahaman tentang tujuan tahsin, jumlah mahasantri yang banyak, kehadiran muhassin, tidak adanya silabus dan buku pedoman.
Dari penelitian tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu sama-sama difokuskan pada kajian Al-Quran.
hanya saja yang membedakan disini adalah penelitian yang dilakukan oleh Dedi Indra Setiawan pada tahun 2015 ini meneliti tentang kegiatan Tahsin Al-Quran di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah tentang pelaksanaan program tahfidz dalam pembelajaran Al-Quran di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya.
2. Skripsi Zainuddin dengan judul “Efektifitas pelaksanaan Program Halaqah dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa membaca Al-Qur’an di SMAS Fajar Hidayah Aceh” pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini
adalah pendekatan deskriptif kualitatif,dengan jenis penelitian lapangan.
Hasil penelitian ini diperoleh bahwa program halaqah dibagi menjadi tiga jenjang, yaitu jenjang pertama, jenjang kedua dan jenjang ketiga.
Pengajaran halaqah di SMAS Fajar Hidayah menggunakan beberapa metode pembelajaran, diantaranya adalah metode ceramah, metode demonstrasi, dan metode penugasan. Hasil kemampuan membaca Al- Quran siswa secara umum meningkat menjadi lebih baik.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Zainuddin dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti pada saat ini adalah sama-sama difokuskan pada kajian Al-Quran. yang membedakan disini adalah penelitian yang dilakukan oleh Zainuddin meneliti tentang program Halaqah dan seberapa efektif program halaqah tersebut dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran siswa di SMAS Fajar Hidayah sedangkan penelitian yang akan dilakukan pada saat ini adalah meneliti tentang bagaimana pelaksanaan program Tahfidz dalam pembelajaran Al-Quran pada siswa di SMPN 1 Meurah Dua Pidie Jaya.
3. Skripsi Muhammad Hafidz dengan judul “Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Quran di Pondok Pesantren Ar-Riyadh 13 Ulu Palembang” skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan hasil penelitian ditemukan bahwa program tahfidz Al-Quran di Pesantren Ar-Riyadh merupakan program ekstrakulikuler dan kegiatan tersebut berjalan dengan cukup baik, namun pada proses muraja’ah perlu diwajibkan pada seluruh santri dan perlu tambahan pembimbing dalam pelaksanaan tahfidz Al-Quran, kemudian faktor pendukung program tahfidz di Pesantren Ar-Riyadh
berupa fisik dan psikis yang baik, dukungan penuh dari pesantren, reward atau piagam, serta fasilitas seperti Al-Quran, kartu menghafal, dan ruangan khusu santri tahfidz, sedangkan faktor penghambatnya berupa rasa malas pada santri, dan kurangnya waktu untuk menghafal dan muraja’ah.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Hafidz dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti pada saat ini adalah sama-sama difokuskan pada kajian Al-Quran. yang membedakan disini adalah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Hafidz meneliti tentang program Tahfidz yang dilaksanakan di Pesantren Ar-Riyadh yang siswanya sudah mampu dan lancar dalam membaca Al-Quran sedangkan penelitian yang akan dilakukan pada saat ini adalah meneliti tentang pelaksanaan program tahfidz di sekolah umum yang siswanya masih belum mampu dan lancar dalam membaca Al-Quran.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dimaksudkan untuk memudahkan dalam memahami permasalahan dan pembahasan.29 Maka penulisan penelitian ini menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB 1 Pendahuluan, adapun dalam bab ini terdiri dari 7 sub bab yaitu:
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, penelitian sebelumnya yang relevan dan sistematika pembahasan.
29 Ridwan, Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 164.
BAB II Landasan Teori, adapun dalam bab ini peneliti mencoba mengungkapkan tentang tahfidz Al-Quran dan pembelajaran Al-Quran.
BAB III Metodologi Penelitian, memuat tentang Pendekatan dan Metode Penelitian, Kehadiran Peneliti di Lapangan, Lokasi Penelitian, Subyek Penelitian, Instrumen Pengumpulan Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data.
BAB IV Hasil Penelitian, memuat tentang gambaran umum lokasi penelitian dan hasil penelitian berupa pelaksanaan kegiatan tahfidz Al-Quran, dan kendala-kendala dalam kegiatan tahfidz Al-Quran.
BAB V Penutup, adapun dalam bab ini terdiri dari dua bagian yaitu kesimpulan dan saran.
18 LANDASAN TEORI
A. Tahfidz Al-Quran
1. Pengertian dan Keutamaan Tahfidz Al-Quran
Secara bahasa, tahfidz Al-Quran terdiri dari dua kata yaitu tahfidz dan Al-Quran yang keduanya memiliki arti yang berbeda. Kata tahfidz artinya menghafal dan memiliki kata dasar hafal yang berasal dari bahasa Arab hafidza-yahfadzu-hifdzan yaitu lawan dari lupa atau selalu ingat. Kata menghafal berasal dari kata hafal yang memiliki dua makna yaitu telah masuk dalam ingatan (tentang pelajaran), dan dapat mengucapkan di luar kepala (tanpa melihat catatan). Adapun arti menghafal adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat.30
Menurut bahasa, Al-Quran berasal dari bahasa Arab dari kata qara-a yang artinya membaca. Beberapa ulama berbeda pendapat mengenai definisi Al-Quran. Menurut Imam Syafi’i, lafadz Al-Quran itu bukan musytaq yaitu bukan pecahan dari akar kata manapun dan bukan pula berhamzah yaitu tanpa ada tambahan huruf hamzah di tengahnya, sehingga membaca lafadz Al- Quran dengan tidak membunyikan kata “a”. Maka dari itu menurut Imam Syafi’i lafadz tersebut sudah lazim digunakan dalam pengertian kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad melalui malaikat Jibril.
Menurut pendapat Imam Syafi’i, lafadz Al-Quran bukan berasal dari akar kata qara-a yang artinya membaca. Karena jika akar katanya berasal dari
30Sakinah Assegaf, Meraih Prestasi Belajar dengan Tahfidz Al-Quran, (Penerbit A- Empat, 2020), h. 78.
kata qara-a yang artinya membaca maka setiap sesuatu yang dibaca dapat dinamakan sebagai Al-Quran, sedangkan menurut Caesar E. Farah bahwa Al- Quran in a literal sesnse means “ recication, reading” yang artinya adalah bahwa Al-Quran dalam sebuah ungkapan literal berarti ucapan, bacaan.31 Menurut Mana’ Kahlil al-Qattan, bahwa lafadz Al-Quran berasal dari kata qara-a yang artinya mengumpulkan dan menghimpun. Berarti qira’ah yaitu menghimpun huruf-huruf dan kata-kata yang satu dengan yang lainnya ke dalam suatu ucapan yang tersusun dengan rapi sehingga Al-Quran adalah bentuk masdar dari kata qara-a yang artinya dibaca.
Pengertian Al-Quran menurut istilah adalah kitab yang diturunkan kepada Rasulullah SAW yang ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan. Dan Al-Quran yaitu bacaan/kumpulan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril sebagai petunjuk manusia hidup di dunia.32 Setelah melihat definisi tahfidz dan Al-Quran di atas dapat disimpulkan bahwa tahfidz Al-Quran adalah proses untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian Al-Quran yang diturunkan kepada Rasulullah SAW diluar kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian. Berarti dapat disimpulkan bahwa menghafal Al-Quran ialah berusaha meresapkan bacaan/kumpulan firman Allah ke dalam pikiran agar selalu ingat.33
31Sucipto, Tahfidz Al-Quran Melejitkan Prestasi, (Sidoarjo: Guepedia, 2020), h. 13.
32Sucipto, Tahfidz Al-Quran..., h. 14.
33Sucipto, Tahfidz Al-Quran..., h. 13-14.
Menurut peneliti tahfidz Al-Quran adalah kegiatan atau proses mengingat dan meresapkan ke dalam pikiran ayat-ayat Al-Quran untuk menjaga keasliannya dan menghindari kepalsuan agar tidak hilang dari ingatan. Menurut Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi dalam bukunya yang berjudul Revolusi Menghafal Al-Quran mengatakan bahwa ada beberapa keutamaan yang diperoleh oleh para hafidz Quran, antara lain adalah sebagai berikut:34
a. Allah SWT mencintai para penghafal Al-Quran Rasulullah SAW bersabda:
: َلاَق ؟ِ هاللَّ َلوُس َر اَي ْمُه ْنَم : اوُلاَق ِساهنلا َنِم َنيِلْهَأ ِ ه ِلِلّ هنِإ ِّصاَخ َو ِ هاللَّ ُلْهَأ ْمُه ِنآ ْرُقْلا ُلْهَأ
Artinya: “Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah? ”Rasul menjawab, “Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan hamba pilihan-Nya”(HR. Ahmad)
Para ahli Allah adalah golongan manusia yang paling dicintai oleh Allah SWT. Allah mencintai mereka karena mereka mencintai kalam- Nya, senantiasa menyertai dan membacanya pada siang dan malam hari serta mereka menghafalkannya dalam dada mereka.
b. Allah SWT menolong para penghafal Al-Quran
Sesungguhnya Allah SWT bersama para penghafal Al-Quran. Dia senantiasa mengulurkan bantuan dan pertolongannya kepada mereka.
34Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Quran, (Surakarta: Insan Kamil, 2011), h. 31-39
c. Al-Quran memacu semangat dan membuat lebih giat beraktivitas Al-Quran merupakan kitab yang indah. Setiap kali seorang muslim membacanya, niscaya akan bertambah semangat dan keaktifannya. Ketika shalat, dia termasuk diantara orang-orang yang paling dulu sampai ke masjid.
d. Allah SWT memberkahi para penghafal Al-Quran
Sesungguhnya Allah SWT memberkahi setiap waktu dan keperluan para penghafal Al-Quran. Ketika mereka sibuk dengan Al- Quran pada siang dan malam hari mereka, Allah SWT akan memberkahi waktu demi waktu yang mereka lalui, meskipun mereka sibuk dengan menghafal, membaca, dan murajaah (mengulang) Al-Quran.
e. Selalu menemani Al-Quran merupakan salah satu sebab mendapat pemahaman yang benar
Sesungguhnya Al-Quran adalah kitab Allah SWT. Setiap kali seorang muslim membacanya, mencintai dan menghafalkannya maka Allah SWT akan mengaruniakan kepadanya pemahaman yang benar.
Pemahaman yang benar adalah nikmat dari Allah SWT.
f. Doa ahli Al-Quran ( Hafidz Quran) tidak tertolak
Seorang yang banyak berdzikir kepada Allah SWT tidak tertolak, sedang orang-orang yang hafal Al-Quran, mereka adalah orang yang paling banyak berdzikir kepada Allah.
g. Orang yang hafal Al-Quran adalah orang yang memiliki perkataan yang baik
Perkataan Rasulullah SAW memiliki pengaruh yang besar dalam hati, perkataan yang menggugah semangat (motivasi), indah dan menarik.
Itu semua karena akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Quran.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa ada beberapa keutamaan yang diperoleh oleh para penghafal Al-Quran diantaranya yaitu dicintai oleh Allah SWT, akan selalu diberi pertolongan oleh Allah ketika berada dalam kesulitan, memacu semangat dan lebih aktif dalam beribadah, diberi keberkahan hidup oleh Allah SWT, mendapat pemahaman yang benar, doa penghafal Al-Quran akan di makbul oleh Allah SWT, dan penghafal Al-Quran memiliki perkataan yang baik.
2. Syarat-syarat Tahfidz Al-Quran
Menghafal Al-Quran adalah kegiatan yang mulia, tetapi menghafal Al- Quran tidak semudah membalikkan telapak tangan, oleh sebab itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan sebelum menghafal Al-Quran agar tidak terlalu berat. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi sebelum seseorang memasuki periode menghafal Al-Quran yaitu:35
a. Mampu mengosongkan pikiran dari hal-hal yang menggagnggu proses menghafal
Mengosongkan pikiran dari hal-hal yang akan mengganggu proses menhafal merupakan hal yang penting. Dengan kondisi seperti ini akan
35 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, Mencintai Al-Quran, (Jakarta:
Gema Insani, 2006), h. 41.
mempermudah dalam proses menghafal Al-Quran karena pikiran akan benar-benar fokus pada hafalan Al-Quran
b. Niat yang ikhlas
Niat adalah syarat yang paling penting dan paling utama dalam masalah hafalan Al-Quran. Karena, apabila seseorang melakukan sebuah perbuatan tanpa dasar mencari keridhaan Allah SWT semata, maka amalannya hanya akan sia-sia belaka.
c. Izin dari orang tua
Semua anak yang hendak mencari ilmu atau menghafal Al-Quran , sebaiknya terlebih dahulu meminta izin kepada kedua orang tua dan kepada suami (bagi wanita yang sudah menikah). Karena, hal tersebut akan menentukan dan membantu keberhasilan dalam meraih cita-cita untuk mengahafal Al-Quran.
d. Sabar
Keteguhan dan kesabaran merupakan faktor-faktor yang sangat penting bagi orang yang sedang dalam proses menghafal Al-Quran. Hal tersebut dikarenakan dalam proses menghafal Al-Quran akan banyak sekali ditemukan berbagai macam kendala.
e. Istiqamah
Yang dimaksud dengan istiqamah adalah konsisten, yaitu tetap menjaga keteguhan dalam menghafal Al-Quran. Dengan kata lain penghafal harus senantiasa menjaga terus menerus dan tepat terhadap waktu untuk menghafal Al-Quran
f. Menjauhkan diri dari maksiat dan perbuatan tercela
Perbuatan maksiat dan tercela adalah suatu perbuatan yang harus dijauhi bukan saja oleh orang yang sedang menghafal Al-Quran namun oleh semua umat muslim umumnya. Karena keduanya mempengaruhi terhadap perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati, sehingga akan menghancurkan istiqamah dan konsentrasi yang telah terbina dan terlatih sedemikian bagus.
g. Mampu membaca dengan baik
Sebelum penghafal Al-Quran memulai hafalannya, hendaknya penghafal mampu membaca Al-Quran dengan baik dan benar, baik dalam tajwid maupun dalam makharijalhurufnya.
3. Metode dan Strategi Pencapaian Tahfidz Al-Quran
Secara Bahasa metode berasal dari bahasa Yunani metodos yang berasal daridua suku kata yaitu: metha yang bermakna melalui atau melewati dan hodos yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.36 Metode adalah seperangkat langkah yang harus dilaksanakan yang tersusun secara sistematis dan logis.37 Jadi metode adalah cara atau jalan yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Menghafal Al-Quran memiliki tahapan atau langkah yang harus dilaksanakan secara sistematis. Ada empat langkah yang harus dilaksanakan dalam menggunakan metode tahfidz Al-Quran yaitu:
36Abu Ahmad dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 23.
37Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa, (Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 176.
a. Merefleksi, yaitu mengamati materi yang sedang dipelajari, dari segi tulisan, tanda baca dan syakalnya
b. Mengulang, yaitu membaca atau mengikuti secara berulang-ulang apa yang di ajarkan oleh pengajar
c. Meresitasi, yaitu mengulang secara mandiri untuk menunjukkan perolehan dari hasil belajar yang telah dipelajari
d. Retensi, yaitu ingatan yang telah dimiliki mengenai apa yang telah dipelajari yang bersifat permanen.38
Menurut Achsin al-hafidz mengatakan ada beberapa metode yang digunakan dalam menghafal Al-Quran antara lain:
a. Metode Wahdah
Metode wahdah yaitu metode menghafal satu persatu ayat yang akan dihafalkan untuk mencapai hafalan awal setiap ayat akan dibaca secara berulang-ulang sebanyak sepuluh kali atau lebih sehingga proses ini akan membentuk pola dalam ingatannya. Setelah benar-benar terhafal baru kemudian dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan proses yang sama.
b. Metode Khitabah
Khitabah mempunyai arti menulis. Metode khitabah yaitu metode menghafal dengan cara menuliskan terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkan, kemudian ayat tersebut dibaca hingga benar dan lancar bacaannya, lalu dihafalkan. Metode ini cukup praktis dan baik, karena
38Zuhairinidan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: UM PRESS, 2004), h. 76
selain dibaca dengan lisan, aspek visual menulis juga akan membantu mempercepat terbentuknya pola dalam ingatan.
c. Metode Sima’i
Metode sima’i yaitu metode menghafal dengan mendengarkan suatu bacaan kemudian dihafalkan. Metode ini sangat efektif bagi penghafal yang memiliki daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra atau anak-anak yang masih dibawah umur yang belum mengenal baca tulis Al- Quran. Metode ini dapat dilaksanakan dengan dua alternative berikut:
1) Mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi penghafal tunanetra atau anak-anak. Dalam hal ini guru lebih berperan aktif, sabar, dan teliti dalam mebacakan ayat-ayat yang akan dihafalkan, sehingga penghafal mampu menghafal secara sempurna.
2) Merekam ayat-ayat yang akan dihafalkan terlebih dahulu kedalam pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan penghafal.
Kemudian rekaman tersebut diputar untuk didengarkan secara berulang-ulang.
d. Metode Gabungan
Metode ini adalah gabungan antara metode wahdah dan khitabah.
Hanya saja metode khitabah lebih memiliki fungsional terhadap uji coba terhadap ayat yang dihafalkan. Maka dalam hal ini, setelah penghafal selesai menghafalkan ayat, ia akan menuliskan ayat tersebut dengan baik,
sehingga mencapai nilai hafalan yang valid. Metode ini memiliki kelebihan yaitu untuk memantapkan hafalan dengan memberikan kesan visual yang baik bagi penghafal.
e. Metode Jama’
Metode jama’ adalah metode menghafal Al-Quran yang dilaksanakan secara kolektif, yaitu ayat-ayat dihafalkan secara kolektif dan dipimpin oleh seorang pembimbing. Selanjutnya pembimbing membimbingnya dengan cara mengulang ayat-ayat tersebut. Setelah ayat tersebut dibaca dengan baik dan benar, selanjutnya mereka akan mengikuti bacaan pembimbing dengan sedikit demi sedikit melepaskan mushaf Al-Quran. metode ini adalah metode yang baik untuk dikembangkan, karena dapat menghilangkan kejenuhan dan juga menghidupkan daya ingat terhadap ayat-ayat yang dihafalkannya.39
f. Metode Talaqqi
Talaqqi adalah belajar secara lansung kepada seorang yang ahli dalam membaca Al-Quran. Metode ini lebih sering dipakai orang untuk menghafal Al-Quran, karena metode ini mencakup 2 faktor yang sangat menentukan yaitu adanya kerjasama yang maksimal antara guru dan murid. Metode talaqqi lebih bersifat privat atau dapat dilakukan tanpa adanya lembaga sebagai media belajar. Uji kemampuan menghafal secara otomatis menyatu dengan kegiatan pembelajaran.
39Eko Aristanto, Syarif Hidayatullah dan Ike Rusdyah Rachmawati, Tabungan Akhirat Perspektif Kuttab Rumah Quran, (Surabaya: Uwais Inspirasi Indonesia, 2009), h. 11-14.
g. Metode Jibril
Istilah metode jibril dilator belakangi perintah Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw untuk mengikuti bacaan Al-Quran yang dibacakan oleh Malaikat Jibril sebagai penyampai wahyu. Metode ini diambil dari makna surat Al-Qiyamah ayat 18, yang intinya teknik taqlid-taqlid (menirukan), yaitu penghafal menirukan bacaan pembimbing. Pada metode ini juga diikuti dengan pemahaman terhadap isi kandungan ayat yang diilhami oleh peristiwa turunnya wahyu secara bertahap yang memberikan kemudahan kepada para sahabat untuk menghafalnya dan memaknai makna-makna yang terkandung didalamnya.
h. Metode Isyarat
Metode isyarat yaitu sebuah metode dimana seorang pembimbing memberikan gambaran terhadap ayat-ayat Al-Quran. Setiap kata dalam ayat-ayat Al-Quran memiliki suatu isyarat. Makna ayat dipindahkan melalui gerakan-gerakan tangan yang sangat sederhana. Dengan cara ini anak dengan mudah memahami setiap ayat Al-Quran dan bahkan dengan mudah menggunakan ayat-ayat tersebut dalam percakapan sehari-hari.
i. Metode Takrir
Metode ini diambil dari istilah takrir yang artinya mengulang- ulang. Prinsip dari memori ini adalah dengan bahwa dengan mengulang- ngulang maka informasi yang masuk kedalam pikiran lansung masuk ke memori jangka panjang. Metode ini didasarkan pada kenyataan bahwa di dalam penyimpanan informasi di dalam gudang memori ada yang
memiliki daya ingat teguh, sehingga menyimpan informasi dalam waktu lama, meskipun tidak atau jarang diulang, sementara yang lain memerlukan pengulangan secara berkala bahkan terus-menerus.
Pengulangan materi pada metode ini dapat dibimbing oleh guru secara klasikal.40
j. Metode Sorogan
Metode sorogan berasal dari kata sorog (jawa) yang berarti menyodorkan kitab ke depan kyai atau asistennya.41 Metode sorogan adalah sebuah sistem belajar dimana santri maju satu persatu untuk membaca dan menguraikan isi kitab atau al quran dihadapan seorang guru maupun kyai.42 Sebagai adalah cara mengajar satu per kepala, yaitu setiap santri mendapat kesempatan tersendiri untuk memperoleh secara lansung dari kyai.43
Ada beberapa strategi yang bisa diterapkan bagi lembaga pendidikan islam yang mengelola program tahfidz Al-Quran yaitu:
a. Memperbaiki dan menyempurnakan manajemen tahfidz Al-Quran.
Mengaktifkan dan memperkuat peran instruktur tahfidz dalam membimbing dan memotivasi siswa penghafal Al-Quran.
40Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal al quran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 20.
41Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2001), h. 108.
42Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 150.
43 Hasbulla, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintasan Sejarah Pertumbuhan Perkembangannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 145.
b. Menyempurnakan mekanisme dan metode yang diterapkan oleh guru Tahfidz.
Masing-masing metode memiliki kelemahan dan kelebihan, sehingga penggunaan metode yang bervariasi bisa saling melengkapi dan menghilangkan kebosanan. Selain itu, penggunaan beberapa metode berpeluang memperkuat hafalan. Dalam penggunaan metode secara bergantian, sebaiknya dilakukan secara berurutan dan terencana dengan baik.
Misalnya untuk materi harian sebelum siswa menyetorkan hafalan ayat yang baru kepada guru secara face to face, terlebih dahulu harus mengulang (takrir) yang disimak secara lansung oleh guru. Hal ini harus dilakukan secara istiqamah, terencana, dan terjadwal. Ada beberapa strategi yang diberikan oleh beberapa orang dalam menghafal Al-Quran antara lain dengan menggunakan 10 jurus hebat hafal Al-Quran yang didalamnya termuat isi sebagai berikut:
a. Tiga puluh menit menghafal setiap hari b. Mulai menghafal dengan juz yang mudah c. Ulangi membaca 25 kali, pasti terhafal d. Setorkan hafalan pada guru/teman
e. Gunakan satu mushaf saja ketika menghafal f. Selalu membawa Al-Quran untuk menghafal g. Menjaga shalat berjamaah
h. Lancarkan dulu hafalan sebelumnya, baru menambah hafalan baru i. Perhatikan ayat-ayat yang mirip
j. Ikuti Musabaqah Hifzil Quran44
Adapun kiat menjaga hafalan Al-Quran adalah dengan mengulang- ulangi hafalan yang pernah dihafalkan. Oleh karena itu setelah menghafal maka yang perlu mendapat perhatian dari seorang penghafal Al-Quran adalah mempertahankan hafalan. Untuk mempertahankan hafalan, ada cara yang disebut muraja’ah atau takrir (mengulang-ulang hafalan). Pada prinsipnya orang yang hafal Al-Quran tidak boleh lupa dan melupakan hafalannya. Kalau itu terjadi maka sia-sialah proses menghafal yang ia lakukan. Namun begitulah yang terjadi, ada orang yang dulunya hafal Al-Quran dengan lancar, kini tidak lagi, atau banyak dari hafalannya yang hilang karena tidak rajin melakukan muraja’ah.
Berikut metode muraja’ah dalam proses menghafal maupun setelah menghafal sebagaimana yang disampaikan oleh K.H Muhaimin Zen:
a. Muraja’ah sambil menghafal
1) Muraja’ah sendiri, semakin banyak hafalan maka harus semakin banyak pula waktu yang digunakan untuk mengulang hafalan.
2) Muraja’ah di dalam shalat 3) Muraja’ah bersama
4) Muraja’ah kepada guru atau muhaffizh b. Muraja’ah setelah menghafal
1) Metode Fami Bi Syauqin’ secara harfiyah berarti lisanku selalu dalam kerinduan
44 Umar al-Faruq, 10 Jurus Dahsyat Hafal Al-Quran, (Surakarta: Ziyad Books, 2014), h. 129.
2) Muraja’ah dalam shalat
3) Muraja’ah dengan cara penyimakan 4) Muraja’ah dengan mengkaji
5) Muraja’ah dengan menulis 6) Muraja’ah dengan alat bantu45
Menurut peneliti untuk menjaga hafalan Al-Quran agar tidak hilang dari ingatan diperlukan kegiatan muraja’ah yaitu mengulang-ulang hafalan, muraja’ah adalah kegiatan yang sangat penting dalam proses menjadi penghafal Al-Quran. muraja’ah hafalan Al-Quran dilakukan dalam proses menghafal maupun setelah menghafal. muraja’ah bisa dilakukan sendiri, bersama, di dalam shalat, dengan menulis maupun muraja’ah kepada guru.
Dalam menghafal Al-Quran cara yang paling ampuh dalam menjaga hafalan adalah dengan melakukan Muraja’ah atau pengulangan-pengulangan hafalan yang sudah disetorkan kepada guru/ustadz atau teman.
Ada 3 klasifikasi kriteria penghafal Al-Quran antara lain sebagai berikut:
a. Penghafal yang Zhalim
Ini adalah penghafal yang sangat dicela, tidak mampu menjadikan ayat Al-Quran yang telah dihafal sebagai petunjuk hidupnya. Golongan ini disebut dalam Al-Quran sebagai golongan yang paling rugi. “dan kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
45Umar Al-Faruq, 10 Jurus Dahsyat Hafal Al-Quran, (Surakarta: Ziyad Books, 2014), h.
134-141.
orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”
b. Penghafal Muqtashid
Penghafal yang belum mampu beramal sempurna berdasar ayat yang telah dihafal, baru sekedarmengulang dan menerapkan untuk pribadi. Adapula yang memahami golongan ini sebagai “pertengahan amal” yang sebanding antara shaleh dan salahnya.
c. Penghafal yang mampu berbagi (shabiqun bil khairat)
Ini adalah golongan terbaik dari golongan ahli Al-Quran. Selain hafal, golongan ini juga mampu berbagi dan mengamalkan ayat-ayat yang telah dihafal, dengan izin Allah SWT.46
4. Evaluasi Program Tahfidz Al-Quran
Evaluasi program adalah upaya mengumpulkan informasi mengenai suatu program, kegiatan, atau proyek. Informasi tersebut dapat berguna dalam mengambil suatu keputusan, di antaranya untuk memperbaiki program, menyempurnakan kegiatan program lanjutan, maupun menghentikan suatu program atau kegiatan tersebut.47 Evaluasi program merupakan upaya untuk mengetahui efektivitas suatu komponen program yang mendukung ketercapaian tujuan program.48
46Adi Hidayat, Muslim Zaman Now 30 Hari Hafal Al-Quran Metode At-Taisir, (Bekasi Selatan: Institut Quantum Akhyar, 2018), h. 32-33.
47Sudjana, Djudju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 39.
48Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan, Pedoman Teoritis Praktis bagi Praktisi Pendidikan. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h. 17.
Dengan adanya evaluasi yang dilakukan, maka dapat diketahui faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dapat mendukung berjalannya suatu program tersebut. Sebagaimana yang disampaikan oleh Widoyoko, Evaluasi program adalah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan secara cermat untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan atau keberhasilan suatu program dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya, baik terhadap program yang sedang berjalan maupun program yang telah berlalu.49
Dengan demikian, evaluasi program tidak hanya usaha mengumpulkan informasi dan membandingkan suatu kegiatan yang ada dengan suatu standar tertentu akan tetapi juga memutuskan keberlanjutan dari suatu kegiatan untuk merubah, menambahkan atau menghentikannya dengan melihat tingkat efektivitas yang mendukung tujuan suatu program.
Adapun tujuan evaluasi program adalah:50
a. Memberi masukan untuk perencanaan program. Hasil evaluasi ini dapat membantu pengelola program tahfidz dalam melakukan perencanaan kembali program tahfidzul Quran dari hasil tindak lanjut pada pelaksanaan program tahfidzul Quran sebelumnya.
b. Memberi masukan untuk modifikasi program. Hasil evaluasi ini dapat membantu pengelola tahfidz mengetahui hambatan apa saja yang selama ini dialami dan apa yang menjadi pendukung program tahfidz dengan melakukan modifikasi atau perbaikan yang mendalam untuk
49Widokoyo, Eko Putro, Evaluasi Program Pembelajaran, Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h. 9-10.
50Sudjana, Djudju, Evaluasi Program..., h. 36-37.
keberhasilan pencapaian tujuan program tahfidz dan menindaklanjut i hasil evaluasi dari program tersebut.
c. Memperoleh informasi tentang faktor pendukung dan penghambat program. Dengan adanya informasi tersebut dapat membantu program tahfidz dalam melaksanakan kegiatan yang membantu pelaksanaan program menjadi lebih baik serta dapat mengurangi hambatan- hambatan yang terjadi sebelumnya.
d. Memberi masukan untuk motivasi, pembinaan pengelola dan pelaksanaan program yang bertujuan untuk menemukan dan menyajikan data yang berkaitan dengan pengawasan, supervisi, dan monitoring kegiatan dalam pengelolaan dan pelaksanaan program.
Hasil evaluasi ini dapat membantu program tahfidz untuk melakukan pembinaan kepada pengelola tahfidz dan melaksanakan program tahfidz yang lebih baik daripada sebelumnya.
Dari beberapa tujuan tersebut, Suharsimi dan Cepi Safruddin membagi tujuan evaluasi program menjadi dua komponen yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.51 Tujuan umum dari evaluasi program diketahui dari seberapa efektifnya suatu program yang dilaksanakan. Adapun tujuan khusus dari evaluasi program adalah ingin mengetahui seberapa tinggi kinerja masing- masing komponen sebagai faktor penting yang mendukung kelancaran proses dan pencapaian tujuan. Dengan adanya tujuan dalam evaluasi, dapat ditemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta
51Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan, Pedoman Teoritis Praktis bagi Praktisi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h. 19.
didik dalam mengikuti program tahfidz yang terlaksana sehingga pengelola tahfidz dapat menemukan cara-cara perbaikannya dalam melaksanakan program tahfidz tersebut.52
B. Pembelajaran Al-Quran
1. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Al-Quran
Pembelajaran secara bahasa berarti proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran secara istilah berarti upaya pendidik atau guru untuk membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.53 Pembelajaran merupakan proses perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar adalah sesuatu yang dihasilkan dari pengalaman dengan lingkungan, yang di dalamnya terjadi hubungan anrata stimulus dan respon. Hasil dari belajar tersebut adalah berupa penambahan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap.
Proses belajar merupakan proses yang melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid yang mendorong motivasi yang kontinu. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
52Rusdiana dan Yeti Heryati, Pendidikan Profesi Keguruan (Menjadi Guru Inspiratif dan Inovatif), (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), h. 259.
53Halid Hanafi, La Adu dan Zainuddin, Ilmu Pendidikan Islam, (Deepublish: 2018), h.
469.