• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014 TESIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014 TESIS."

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DI DINAS KESEHATAN

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014

TESIS

Oleh SRI WAHYUNI 127032117/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2014

(2)

ANALISIS PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DI DINAS KESEHATAN

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh SRI WAHYUNI 127032117/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2014

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014 Nama Mahasiswa : Sri Wahyuni

Nomor Induk Mahasiswa : 127032117

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Drs. Muslich Lufti, M.B.A, I.D.S) (Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes

Ketua Anggota

)

Dekan,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS)

Tanggal Lulus : 29 Agustus 2014

(4)

Telah di Uji

Pada Tanggal : 29 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. Muslich Lufti, M.B.A, I.D.S Anggota : 1. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes

2. Dr. Juanita, S.E, M.Kes 3. Drs. Amru Nasution, M.Kes

(5)

PERNYATAAN

ANALISIS PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DI DINAS KESEHATAN

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, September 2014

Sri Wahyuni 127032117/IKM

(6)

ABSTRAK

Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu agenda penting dalam Millenium Development Goals (MDGs) yaitu pada tujuan keempat dan kelima. Program KIA secara nasional merupakan salah satu prioritas program dalam pembangunan kesehatan di Indonesia, demikian juga di Kabupaten Deli Serdang.

Adanya fenomena fluktuasi masalah KIA yang disinergiskan dengan terbatasnya porsi anggaran, serta masih lemahnya proses perencanaan dan penganggaran program KIA di Kabupaten Deli Serdang

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif bertujuan menganalisis perencanaan dan penganggaran program KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Informan dalam penelitian ini adalah seluruh unsur yang terlibat dalam proses perencanaan dan penganggaran program KIA terdiri dari: (1) unsur pemerintah desa/kelurahan, (2) pemerintah kecamatan, (3) Tim Anggaran Pemerintah Daerah (Bappeda, Dinas Pengelolaan Keuangan dan Badan Administrasi Pembangunan) (4) DPRD Kabupaten Deli Serdang Komisi D, (5) Kepala Puskesmas dan (6) Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan teknik analisa Spradley

Hasil penelitian menunjukkan proses perencanaan dan penganggaran program KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang belum menggunakan pedoman P2KT bidang kesehatan dan belum sepenuhnya menerapkan perencanaan dan anggaran berbasis kinerja. Analisa situasi, perumusan masalah dan penetapan tujuan program belum menggunakan metode yang dapat mengakomodir kebutuhan sebenarnya, dan alokasi anggaran program KIA masih belum prioritas dibandingkan bidang lain

Disarankan agar sepenuhnya menerapkan perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja, peningkatan peran aktif kader dan desa siaga aktif, analisa situasi dan perumusan masalah menggunakan metode yang dapat mengakomodir kebutuhan yang sebenarnya, dan perlu ada pendidikan dan pelatihan teknis penyusunan program KIA serta perlunya peran aktif pengelola program KIA dalam mempertahankan usulan program.

Kata Kunci : Perencanaan, Penganggaran, Program KIA

(7)

ABSTRACT

The improvement in KIA (Health of Maternal and Child) is one of the important agendas in the Millenium Development Goals (MGDs); that is, the fourth and the fifth goals. Nationally, KIA program is one of the program priorities in developing health in Indonesia, as it is in Deli Serdang District. The phenomena of the fluctuation in KIA problem is synergized by the limitation of budget and the weakness in the planning and budgeting process of KIA program in Deli Serdang District.

The research used qualitative method which was aimed to analyze the planning and budgeting of KIA program at the Health Service of Deli Serdang District. The informants were all personnel that were involved in the planning and budgeting process of KIA program. They consisted of I) Members of Village Administration, 2) Subdistrict Administration, 3) Budget Team of Local Administration (Bappeda, Financial Management Service, and Development Administrative Board, 4) DPRD Commission D of Deli Serdang District, 5) Heads of Puskesmas, 6) and the Health Service of Deli Serdang District. The data were analyzed qualitatively with Spradley analysis technique.

The result of the research showed that the planning and budgeting process of KIA program in the Health Service of Deli Serdang District did not use the guidelines recomended by P2KT in health field. Situation analysis, problem formulation, and determination of the objective of the program in the planning process of KIA program was not done in scientific approach and was not based on people 's need.

Besides that, objective data and budget allocation for KIA program was not proportional with budget allocation for other fields because of the budget limit allocated by the Health Service of Deli Serdang District.

It recomended that could be all apllying the planning and budgetting for performance's based, increasing the active participation of cadres and active standbyvillage, situation analysis and problem formulation of KIA program should be based on scientific and objective formulas by using the method which can accommodate the real need for KIA program. Education and technical traning in organizing KIA program for KIA and need for an active role the KM Programs Managers, and could be maintaining the proposed program.

Keyword: Planning, Budgeting, KM Program

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji kepada Allah SWT dan bersyukur atas segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan penyusunan proposal tesis dengan judul “Analisis Proses Perencanaan dan Penganggaran Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014”. Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Proses penulisan tesis dapat terwujud berkat dukungan, bimbingan, arahan dan bantuan moral maupun material dari banyak pihak. Untuk itu izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

(9)

4. Dr. Drs. Muslich Lufti, M.B.A, I.D.S dan Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes selaku komisi pembimbing. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih atas arahan dan bimbingan.

5. Dr. Juanita, SE, M.Kes dan Drs. Amru Nasution, M.Kes selaku komisi penguji yang telah memberikan arahan dan bimbingan demi kesempurnaan penyusunan proposal tesis ini.

6. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan seluruh staf Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang yang telah memberikan masukan, dukungan materil dan moril serta bantuan lainnya selama penulis dalam proses pendidikan.

7. Terima kasih tak terhingga, kepada yang teramat disayang dan dihormati kedua orang tua penulis Muhammad Yakub dan Mugiani, dan yang sangat dicintai suami Muhammad Surya Desa, S.K.M, M.Kes dan ananda Najla Khansa yang senantiasa menjadi sumber inspirasi, memberi doa, dan dukungan. Terima kasih juga untuk semua pihak yang telah membantu kegiatan penelitian awal, atas perhatian dan bantuan yang telah diberikan hingga tersusunnya tesis ini dengan sempurna.

Penulis menyadari bahwa tesis ini ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu kiritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, September 2014 Penulis,

Sri Wahyuni 127032117/IKM

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Sri Wahyuni yang dilahirkan di Melati II Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai pada tanggal 17 April tahun 1983. Penulis beragama Islam dan merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, penulis juga sudah menikah dengan Muhammad Surya Desa, SKM, M.Kes.

Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Melati II Perbaungan tahun 1995, tahun 1998 menamatkan pendidikan SLTP Negeri 1 Perbaungan, tahun 2001 menamatkan pendidikan di SMA Negeri I Perbaungan, kemudian tahun 2005 menamatkan Sarjana Kesehatan Masyarakat di FKM Universitas Sumatera Utara, dan sejak tahun 2012 sampai tahun 2014 Tugas Belajar di Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis memulai karir sebagai CPNS tahun 2006 di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan bertugas di bagian keuangan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang sampai sekarang

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 15

1.3. Tujuan Penelitian ... 15

1.4. Manfaat Penelitian ... 16

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 17

2.1. Program Kesehatan Ibu dan Anak ... 17

2.2. Perencanaan ... 27

2.2.1. Jenis-jenis Perencanaan ... 28

2.2.2. Langkah-langkah Perencanaan ... 29

2.2.3. Model-model Perencanaan ... 32

2.3. Penganggaran ... 34

2.4. Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT)... 39

2.5. Dinas Kesehatan ... 52

2.6. Landasan Teori ... 56

2.7. Kerangka Pikir Penelitian ... 58

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 59

3.1. Jenis Penelitian ... 59

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 59

3.3. Informan ... 60

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 60

3.5. Fokus Penelitian ... 61

3.6. Variabel Penelitian dan Daftar Istilah ... 61

3.6.1. Variabel Penelitian ... 61

3.6.2. Daftar Istilah ... 62

3.7. Metode Analisis Data ... 63

(12)

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 65

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 65

4.2. Deskripsi Karakteristik Informan ... 70

4.3. Hasil Wawancara Mendalam ... 71

4.3.1. Analisis Situasi, Perumusan Masalah dan Penentuan Tujuan Program ... 71

4.3.2. Identifikasi Program/Kegiatan dan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran ... 78

4.3.3. Integritas Perencanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak ... 88

4.3.4. Input dalam Proses Perencanaan dan Penganggaran Program KIA ... 94

BAB 5. PEMBAHASAN ... 96

5.1. Proses Perencanaan dan Penganggaran Program KIA ... 96

5.1.1. Analisis Situasi, Perumusan Masalah dan Penentuan Tujuan Program ... 97

5.1.2. Identifikasi Program/Kegiatan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran KIA ... 111

5.1.3. Integritas Perencanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak ... 116

5.2. Analisis Kebutuhan Anggaran Program KIA ... 120

5.3. Keterbatasan Penelitian ... 124

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 125

6.1. Kesimpulan ... 125

6.2. Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127

LAMPIRAN ... 133

(13)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1. Jumlah Kematian Ibu, Bayi dan Balita di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008-2012 ... 9 1.2. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Program KIA Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2013 ... 10 1.3. Distribusi Alokasi Anggaran Bersumber Dana APBD Bidang

Kesehatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012-2014 ... 12 1.4. Distribusi Alokasi Anggaran Program KIA Bersumber APBD di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012-2014 ... 13 4.1. Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi Pencapaian Tujuan dan Sasaran

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 ... 66 4.2. Karakteristik Informan ... 71 4.3. Jawaban Informan Berkaitan dengan Apa Saja yang Dibahas dalam

Rapat Musrenbang Desa ... 72 4.4. Hasil Wawancara dengan Informan Berkaitan dengan Cara Melakukan

Analisa Situasi dalam Menyusun Suatu Perencanaan Program Kesehatan Khususnya Program KIA ... 72 4.5. Hasil Wawancara dengan Informan tentang Membuat Prioritas Masalah

Kesehatan yang Ada di Wilayah Kerjanya Masing-masing ... 74 4.6. Hasil Wawancara dengan Informan tentang Permasalahan Kesehatan

yang Berkaitan dengan KIA di Wilayah Kerja Masing-masing ... 75 4.7. Hasil Wawancara dengan Informan Berkaitan dengan Keikutsertaan

Informan dalam Kegiatan Musrenbang Kecamatan ... 76 4.8. Hasil Wawancara dengan Informan Berkaitan dengan Pengakomodiran

Usulan Permasalahan atau Program Kesehatan Khususnya Masalah Kesehatan Ibu dan Anak dalam Musrenbang Kecamatan ... 77

(14)

4.9. Hasil Wawancara dengan Informan Berkaitan Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Memformulasikan Rencana Kegiatan/Program KIA ... 79 4.10. Hasil Wawancara dengan Informan Berkaitan Cara Penentuan Prioritas

Program KIA Usulan Kecamatan dan Puskesmas ... 80 4.11. Hasil Wawancara dengan Informan Berkaitan dengan Pertimbangan

dalam Memprioritaskan Program KIA untuk Diusulkan sebagai Salah Satu Program Kesehatan dari SKPD Dinas Kesehatan ... 81 4.12. Hasil Wawancara dengan Informan Berkaitan dengan Cara Membuat

Kebutuhan Biaya Setiap Program yang Diusulkan ... 82 4.13. Hasil Wawancara dengan Informan Berkaitan dengan Cara Menyusun

Indikator, Sasaran dan Tolok Ukur Program KIA ... 82 4.14. Hasil Wawancara dengan Informan Berkaitan dengan Hal yang Perlu

Dilakukan Setelah Usulan Program KIA Tersusun ... 83 4.15. Hasil Wawancara dengan Informan Berkaitan dengan Pertimbangan

yang Perlu Diperhatikan Dalam Memformulasi Anggaran Program KIA 84 4.16. Hasil Wawancara dengan Informan Berkaitan dengan Sinkronisasi

Program KIA dengan Usulan Program Lainnya Berkaitan dengan Alokasi Anggaran dan Koordinasi Lintas Program ... 85 4.17. Hasil Wawancara dengan Informan Berkaitan dengan Pembahasan

dalam Forum SKPD Dinas Kesehatan ... 86 4.18. Hasil Wawancara dengan Informan Berkaitan Kesesuaian Usulan

Program pada Musrenbang Kabupaten dengan Alokasi Anggaran pada RKA SKPD yang Telah Disahkan ... 87 4.19. Hasil Wawancara dengan Informan Berkaitan dengan Kebijakan Umum

yang Dipedomani SKPD ... 88 4.20. Hasil Wawancara dengan Informan tentang Mekanisme Pengambilan

Keputusan terhadap Alokasi Anggaran Bidang Kesehatan Khususnya Program KIA ... 90 4.21. Hasil Wawancara dengan Informan tentang Pertimbangan dalam

Pengambilan Keputusan Alokasi Anggaran Khususnya Program KIA .... 91

(15)

4.22. Hasil Wawancara dengan Informan tentang Mekanisme Penganggaran Program KIA Bersumber Dana APBN ... 93 4.23. Hasil Wawancara dengan Informan Berkaitan dengan Kontribusi

Anggaran Bersumber APBN dalam Program KIA di Kabupaten Deli Serdang ... 94 4.24. Hasil Wawancara tentang Input dalam Perencanaan dan Penganggaran

Program KIA ... 95 5.1. Analisa SWOT Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Masalah

Kesehatan Ibu dan Anak di Kabupaten Deli Serdang ... 106 5.2. Matriks SWOT Program Kesehatan Ibu dan Anak di Kabupaten Deli

Serdang ... 108 5.3. Formulasi Program KIA di Kabupaten Deli Serdang ... 109

(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1.1. Siklus Perencanaan dan Penganggaran Tahunan ... 5 2.1. Analisis Sistem Perencanaan dan Pengganggaran Program KIA ... 57 2.2. Kerangka Pikir Penelitian ... 58

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Pedoman Wawancara ... 133 2. Hasil Rekapitulasi Kegiatan dan Anggaran Program Kesehatan Ibu dan

Anak (KIA) di Dinas Kesehatan Tahun 2012-2014 ... 139 3. Matriks Evaluasi Faktor Internal Permasalahan KIA di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 ... 141 4. Surat Izin Penelitian ... 143 5. Surat Selesai Penelitian ... 144

(18)

ABSTRAK

Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu agenda penting dalam Millenium Development Goals (MDGs) yaitu pada tujuan keempat dan kelima. Program KIA secara nasional merupakan salah satu prioritas program dalam pembangunan kesehatan di Indonesia, demikian juga di Kabupaten Deli Serdang.

Adanya fenomena fluktuasi masalah KIA yang disinergiskan dengan terbatasnya porsi anggaran, serta masih lemahnya proses perencanaan dan penganggaran program KIA di Kabupaten Deli Serdang

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif bertujuan menganalisis perencanaan dan penganggaran program KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Informan dalam penelitian ini adalah seluruh unsur yang terlibat dalam proses perencanaan dan penganggaran program KIA terdiri dari: (1) unsur pemerintah desa/kelurahan, (2) pemerintah kecamatan, (3) Tim Anggaran Pemerintah Daerah (Bappeda, Dinas Pengelolaan Keuangan dan Badan Administrasi Pembangunan) (4) DPRD Kabupaten Deli Serdang Komisi D, (5) Kepala Puskesmas dan (6) Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan teknik analisa Spradley

Hasil penelitian menunjukkan proses perencanaan dan penganggaran program KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang belum menggunakan pedoman P2KT bidang kesehatan dan belum sepenuhnya menerapkan perencanaan dan anggaran berbasis kinerja. Analisa situasi, perumusan masalah dan penetapan tujuan program belum menggunakan metode yang dapat mengakomodir kebutuhan sebenarnya, dan alokasi anggaran program KIA masih belum prioritas dibandingkan bidang lain

Disarankan agar sepenuhnya menerapkan perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja, peningkatan peran aktif kader dan desa siaga aktif, analisa situasi dan perumusan masalah menggunakan metode yang dapat mengakomodir kebutuhan yang sebenarnya, dan perlu ada pendidikan dan pelatihan teknis penyusunan program KIA serta perlunya peran aktif pengelola program KIA dalam mempertahankan usulan program.

Kata Kunci : Perencanaan, Penganggaran, Program KIA

(19)

ABSTRACT

The improvement in KIA (Health of Maternal and Child) is one of the important agendas in the Millenium Development Goals (MGDs); that is, the fourth and the fifth goals. Nationally, KIA program is one of the program priorities in developing health in Indonesia, as it is in Deli Serdang District. The phenomena of the fluctuation in KIA problem is synergized by the limitation of budget and the weakness in the planning and budgeting process of KIA program in Deli Serdang District.

The research used qualitative method which was aimed to analyze the planning and budgeting of KIA program at the Health Service of Deli Serdang District. The informants were all personnel that were involved in the planning and budgeting process of KIA program. They consisted of I) Members of Village Administration, 2) Subdistrict Administration, 3) Budget Team of Local Administration (Bappeda, Financial Management Service, and Development Administrative Board, 4) DPRD Commission D of Deli Serdang District, 5) Heads of Puskesmas, 6) and the Health Service of Deli Serdang District. The data were analyzed qualitatively with Spradley analysis technique.

The result of the research showed that the planning and budgeting process of KIA program in the Health Service of Deli Serdang District did not use the guidelines recomended by P2KT in health field. Situation analysis, problem formulation, and determination of the objective of the program in the planning process of KIA program was not done in scientific approach and was not based on people 's need.

Besides that, objective data and budget allocation for KIA program was not proportional with budget allocation for other fields because of the budget limit allocated by the Health Service of Deli Serdang District.

It recomended that could be all apllying the planning and budgetting for performance's based, increasing the active participation of cadres and active standbyvillage, situation analysis and problem formulation of KIA program should be based on scientific and objective formulas by using the method which can accommodate the real need for KIA program. Education and technical traning in organizing KIA program for KIA and need for an active role the KM Programs Managers, and could be maintaining the proposed program.

Keyword: Planning, Budgeting, KM Program

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) yang terintegrasi dalam upaya peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu agenda penting dalam Millenium Development Goals (MDGs) yaitu pada tujuan keempat dan kelima.

Program KIA secara nasional merupakan salah satu prioritas program dalam pembangunan kesehatan di Indonesia (Kemenkes RI, 2010).

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2008), indikator pelaksanaan program KIA dilihat dari Kunjungan Ibu Hamil Kala Keempat (K4), persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan atau bidan, persentase ibu hamil refsiko tinggi yang dirujuk, persentase kunjungan neonatus, persentase kunjungan bayi dan persentase kunjungan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang ditangani. Hal ini sejalan dengan target-target yang direkomendasikan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan.

Program KIA terfokus pada 3 (tiga) pesan kunci Making Pregnancy Safer (MPS) atau Gerakan Nasional Kehamilan yang Aman, antara lain (1) setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, (2) setiap komplikasi obstetri dan neonatal memperoleh pelayanan yang adekuat, dan (3) setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan

(21)

komplikasi keguguran (Kemenkes RI, 2010). Keseluruhan pesan tersebut terjabarkan dalam program KIA yang dimaksudkan untuk menurunkan AKI dan bayi baru lahir, dan meningkatkan KIA.

Sampai tahun 2013, masalah KIA di Indonesia masih menjadi permasalahan kesehatan dan masih menjadi kontribusi permasalahan kesehatan dalam mencapai target MDGs. Secara terus-menerus Indonesia berkomitmen untuk mencapai tujuan MDGs tersebut di tahun 2015 melalui upaya penurunan AKI dari 359 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB dari 32 menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup, dan kematian balita dari 40 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup.

Hasil analisis Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan bahwa lebih dari tiga perempat dari semua kematian balita terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian bayi terjadi pada periode neonatus. Menurut data World Health Organization (WHO) 2003, AKB di Indonesia sebagian besar terkait dengan faktor nutrisi yaitu sebesar 53%, beberapa penyakit yang timbul akibat malnutrisi antara lain pneumonia (20%), diare (15%), dan perinatal (23%) (Kemenkes RI, 2013).

Berbagai penyebab terjadinya kematian ibu di Indonesia, antara lain penyebab langsung yaitu pendarahan, hipertensi/eklamsia dan infeksi, serta penyebab tidak langsung yaitu terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan darurat. Kematian ibu didominasi 90%

pada saat persalinan dan segera setelah persalinan yaitu perdarahan (28%), eklamsia

(22)

(24%), infeksi (11%), komplikasi puerperium (8%), abortus (5%), trauma obstetrik (5%), emboli (5%), partus lama/macet (5%), dan lain-lain (11%) termasuk didalamnya penyebab penyakit non obstetrik (Kemenkes RI, 2011c).

Kondisi objektif permasalahan kematian ibu, bayi dan balita di Indonesia berimplikasi terhadap pencapaian program KIA secara keseluruhan. Program KIA menjadi salah satu program wajib di tingkat pelayanan dasar di puskesmas serta program utama dalam pelayanan rujukan di tingkat rumah sakit. Otorisasi pelaksanaan program KIA secara umum dilakukan oleh Dinas Kesehatan sebagai organisasi pemerintah yang memiliki kewenangan di bidang kesehatan. Implementasi program KIA akan berjalan dengan baik jika pada level perencanaan benar-benar dilakukan berdasarkan analisa kebutuhan yang objektif dan terukur.

Permasalahan yang lazim terjadi terhadap pencapaian program kesehatan pada umumnya adalah adanya disparitas antara perencanaan dengan penganggaran, artinya kuantitas anggaran dialokasikan tidak sesuai dengan kebutuhan anggaran yang efektif untuk implementasi program kesehatan yang telah direncanakan. Permasalahan lain, masih tingginya alokasi anggaran untuk keperluan fisik, dibandingkan pelaksanaan program-program kesehatan berbasis masyarakat seperti program pemberdayaan masyarakat dan program peningkatan KIA. Untuk itu perencanaan yang tepat memegang peranan penting. Menurut Gani (2004), perencanaan yang tepat diperlukan agar tidak terjadi alokasi anggaran yang salah sasaran.

Secara umum diketahui bahwa alokasi anggaran bidang kesehatan sesuai Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan adalah 10% dari total anggaran,

(23)

dan pemerintah daerah wajib mengalokasikan anggaran tersebut di luar gaji. Namun secara aktual persentase anggaran bidang kesehatan di beberapa daerah di Indonesia masih di bawah 10%. Demikian halnya dengan provinsi Sumatera Utara, sebagian besar masih berkisar antara 5-9%, apalagi alokasi anggaran untuk program-program kesehatan berbasis masyarakat juga masih sangat rendah. Hal ini tentunya berkaitan dengan perencanaan program kesehatan yang dirumuskan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota.

Perencanaan sebagai suatu proses berkesinambungan yang mencakup pengambilan keputusan atau pilihan mengenai bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada semaksimal mungkin guna mencapai tujuan-tujuan tertentu atau kenyataan-kenyataan yang ada dimasa datang. Perencanaan program yang baik seharusnya berbasis bukti/data (evidence based). Pada kenyataanya, perencanaan program kesehatan banyak yang belum dijalankan dengan baik, dan bentuk kegiatan yang direncanakan hanya menyesuaikan atas program dan kegiatan pada tahun sebelumnya (Arsyad, 2002).

Proses penyusunan anggaran dimulai dari analisis situasi yang mencakup review kinerja tahun lalu dan analisis situasi dan kebijakan kesehatan. Langkah selanjutnya adalah dilakukan rapat kerja perencanaan tahap pertama, musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) desa/kelurahan, unit-unit di Dinas Kesehatan menyusun perencanaan dan penganggaran terpadu, kemudian dilanjutkan dengan musrenbang kecamatan, rapat kerja perencanaan tahap kedua, dan dilakukan pemaparan dalam forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan dihadiri oleh

(24)

1. Analisis Situasi 2. Raker Perencanaan I

3. Musrenbang Desa/Kelurahan 4. Puskesmas dan Unit-unit di Dinas

Kesehatan menyusun PKT 5. Musrenbang Kecamatan

6. Raker Perencanaan II 7. Forum SKPD

8. Musrenbang Kabupaten

9. Kebijakan Umum & Anggaran

10. Asistensi Anggaran 11. Keputusan Anggaran

unsur Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), selanjutnya dilakukan musrenbang kabupaten. Langkah berikutnya adalah kebijakan umum anggaran dan asistensi anggaran serta keputusan angggaran yang melibatkan Dinas Kesehatan, Bappeda dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Anggaran yang telah disahkan berupa Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD menjadi dasar bagi eksekutif untuk melaksanakan aktivitasnya dalam pemberian pelayanan publik dan acuan bagi legislatif untuk melaksanakan fungsi pengawasan dan penilaian kinerja eksekutif dalam hal pertanggungjawaban kepala daerah. Secara skematis dapat dilihat pada Gambar 1.1. berikut ini (Depkes RI, 2007).

Keterangan :

PKT = Perencanaan Kerja Tahunan Raker = Rapat kerja

Gambar 1.1. Siklus Perencanaan dan Penganggaran Tahunan

(25)

Menurut WHO (2009), ada variasi alokasi anggaran untuk peningkatan KIA.

Alokasi anggaran untuk KIA di negara-negara di Asia Selatan seperti Bangladesh, India, Nepal dan Pakistan rata-rata sebesar US$1,21-2,97 per kapita pertahun.

Alokasi anggaran program KIA untuk wilayah Asia Tenggara seperti China, India, Myanmar, Papua Nugini dan Timor Leste rata-rata berkisar antara US$0,61-0,83 per kapita pertahun. Artinya bahwa investasi anggaran untuk program KIA seperti di Indonesia cenderung sangat sedikit untuk menanggulangi permasalahan- permasalahan KIA.

Penelitian Vincente, et all., (2013) menjelaskan bahwa keberhasilan program KIA di Philipina sangat didukung oleh proporsi anggaran yang disediakan dengan program kesehatan lainnya. Pendekatan perencanaan berbasis bukti dan alokasi anggaran secara proporsional dapat menurunkan permasalahan KIA di Philipina.

Pendekatan analisa perencanaan berbasis bukti adalah dengan mengidentifikasi data dan informasi yang objektif tentang keadaan kesehatan ibu dan anak di semua wilayah seperti data proporsi jumlah fasilitas kesehatan dengan jumlah penduduk, dan jumlah kemampuan ekonomi daerah.

Komitmen pemerintah di bidang kesehatan, khususnya KIA, dapat dinilai dengan melihat kecenderungan alokasi anggaran untuk kesehatan secara umum.

Selama periode 2006-2013, kecenderungan keseluruhan alokasi anggaran pemerintah Indonesia untuk sektor kesehatan mengalami peningkatan secara nominal. Namun, meskipun kecenderungan peningkatan nilai nominal, nilai faktual sebenarnya mengalami penurunan. Artinya ada kesenjangan antara alokasi anggaran yang real

(26)

dibutuhkan untuk menjalankan program-program kesehatan dibandingkan dengan besaran alokasi anggaran yang telah ditetapkan, dan tidak disesuaikan dengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Dengan kata lain bahwa pemerintah Indonesia berada pada posisi di luar komitmen dalam upayanya untuk memenuhi komitmen kesehatan ibu sebagaimana terindikasi bahwa pemerintah gagal mempertahankan kecenderungan peningkatan nilai riil alokasi anggaran kesehatan (Dwicaksono dan Donny, 2013).

Penelitian Faulia, dkk., (2009) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menemukan bahwa porsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk program KIA selama kurun waktu 2007-2008 cenderung menurun dari 0,7% menjadi 0,6%, dan di tahun 2009 menurun menjadi 0,4% dari alokasi belanja langsung, dan dari sejumlah anggaran tersebut salah satu alokasi anggaran terendah justru pada kegiatan dan upaya penurunan kasus kematian ibu dan anak. Hal ini disebabkan karena alokasi anggaran untuk program KIA cenderung lebih didukung oleh sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) seperti dana dekonsentrasi dan dana bersumber dari bantuan lembaga donor seperti United Nation International Children’s Emergency Fund (UNICEF) dan United States Agency for International Development (USAID).

Penelitian Iswarno, dkk., (2013), menunjukkan bahwa komitmen pemerintah di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu terhadap program KIA masih rendah.

Hal ini terbukti dengan minimnya alokasi anggaran program KIA pada tahun 2008 yang hanya 2 % dari total anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang.

(27)

Penelitian Erpan, dkk., (2012) di Kabupaten Lombok Tengah, mendeskripsikan bahwa alokasi anggaran program KIA tahun 2010 sebesar 4,2% dari belanja langsung Dinas Kesehatan, dan dari sejumlah anggaran KIA tersebut 81,9% diperuntukkan untuk jaminan persalinan gratis, namun pada tahun 2011 menurun drastis menjadi 0,8% dari belanja langsung Dinas Kesehatan. Hal ini disebabkan adanya sharing dana dari APBN berupa program Jampersal.

Kondisi disparitas proporsi anggaran KIA juga terjadi di Kabupaten Sabu Raijua Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hasil penelitian Dodo, dkk., (2012), bahwa alokasi anggaran KIA tahun 2010 hanya 0,8% dari belanja langsung yang bersumber APBD Dinas Kesehatan, sedangkan alokasi anggaran KIA dari APBD Propinsi NTT sebesar 11,9%, dan bersumber dari pemerintah pusat berupa dana BOK, dan Jampersal sebesar 45,93%. Permasalahan yang dihadapi dalam perencanaan program KIA adalah adanya porsi anggaran yang lebih besar dari pemerintah pusat, sehingga alokasi anggaran diarahkan kepada pemenuhan sarana dan prasarana.

Fenomena perencanaan kesehatan di Provinsi Sumatera Utara juga masih menjadi permasalahan awal terhadap pencapaian seluruh indikator program-program kesehatan, termasuk program KIA. Data profil kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2012 menunjukkan bahwa capaian K4 secara umum sudah mencapai 85,92%, namun masih dibawah 95%, cakupan kunjungan neonatus 89,97% dan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan masih mencapai 88,78%, masing- masing mendekati target sebesar 90%. Hal ini karena semakin membaiknya kondisi distribusi tenaga bidan diseluruh daerah di Provinsi Sumatera Utara dengan adanya

(28)

program bidan Pegawai Tidak Tetap (PTT). Namun kondisi objektif tersebut jika dilihat secara parsial masih ada beberapa daerah yang memiliki permasalahan KIA baik dilihat dari AKI, AKB, AKABA dan masalah KIA lainnya seperti balita dengan gizi buruk.

Salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang masih memiliki permasalahan KIA adalah Kabupaten Deli Serdang. Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang (2012) menunjukkan bahwa kematian ibu, bayi dan balita mengalami penurunan sepanjang tahun 2008 sampai 2012. Namun masih adanya kasus kematian menunjukkan permasalahan KIA masih menjadi masalah program kesehatan, dan perlu ada peningkatan upaya strategis guna mencapai indikator program KIA sebagaimana diharapkan. Adapun jumlah kematian ibu, bayi dan balita di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat di tabel 1.1.

Tabel 1.1. Jumlah Kematian Ibu, Bayi dan Balita di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008-2012

No. Indikator Jumlah Kematian

2008 2009 2010 2011 2012

1. Ibu 32 21 20 20 15

2. Bayi 126 134 98 97 74

3. Balita 151 171 135 133 96

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2014

Pencapaian SPM untuk program KIA di Kabupaten Deli Serdang selama kurun waktu 2009-2013 cenderung bervariatif setiap tahunnya. Secara aktual, persentase secara keseluruhan pencapaian program KIA sudah memenuhi target yang diharapkan. Namun dilihat secara komprehensif, dampak dari pencapaian program KIA tersebut masih belum mampu mereduksi masalah KIA seperti kematian ibu,

(29)

bayi, balita, balita dengan status gizi buruk, dan masih ada ibu melahirkan dengan komplikasi. Hal ini disebabkan karena masih ada sebagian ibu melahirkan yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara terus-menerus sampai empat kali. Data tahun 2013 menunjukkan terdapat 42.423 sasaran ibu hamil, namun yang melakukan kunjungan K4 sebanyak 40.969 ibu hamil, artinya masih terdapat 1.454 ibu hamil tidak mendapatkan pemeriksaan kehamilan sampai dengan selesai, sehingga dapat menyebabkan tidak dapat dimonitoring perkembangan dan keadaan kehamilan ibu menjelang waktu melahirkan, dan keadaan ini dapat juga menyebabkan kematian bayi saat dilahirkan. Adapun hasil pencapaian program KIA dapat dilihat pada tabel 1.2.

berikut ini:

Tabel 1.2. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Program KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2013

No. Kegiatan Pencapaian SPM (%) Target

2009 2010 2011 2012 2013 (%)

1. Cakupan kunjungan ibu hamil (K4) 93,13 96,01 96,06 95,91 96,2 95 2. Cakupan komplikasi kebidanan

yang Ditangani 100 100 100 100 100 80

3. Cakupan pertolongan persalinan oleh nakes yang memiliki kompetensi kebidanan

99,72 99,54 95,29 98,41 96,65 90 4. Cakupan pelayanan nifas 97,5 99,7 93,45 95,38 93,43 90 5. Cakupan neonatus dengan

komplikasi yang ditangani 100 100 95,35 100 90,1 80 6. Cakupan kunjungan bayi 98,18 94,64 94,76 94,39 90,83 90 7. Cakupan desa/kelurahan Universal

Child Immunization (UCI) 89,85 96,95 82,99 96,45 96,7 100 8. Cakupan pelayanan anak 89,95 96,95 82,99 96,45 85,59 90 9. Cakupan pemberian makanan

pendamping ASI anak usia 6 - 24 bulan

85,02 76,56 84,76 84,96 100 100 10. Cakupan balita gizi buruk

mendapat perawatan 100 100 100 100 100 100 Sumber: Dinas Kesehatan Deli Serdang, 2014

(30)

Data tahun 2013 menunjukkan di Kabupaten Deli Serdang terdapat 8.486 ibu hamil komplikasi yang ditangani tenaga terlatih (bidan), dan masih ada 7 (tujuh) balita dengan gizi buruk, demikian juga dengan kuantitas neonatus yang komplikasi ada sebanyak 5.786 kasus. Hal ini menunjukkan peran puskesmas dalam upaya menurunkan kematian ibu, bayi dan balita belum maksimal yang diindikasikan dari rendahnya jumlah puskesmas yang melakukan PONED yaitu 21 puskesmas dari 34 puskesmas yang ada, dan dari 21 puskesmas yang dinyatakan PONED hanya 16 puskesmas saja (76,2%) efektif melaksanakannya.

Berbagai upaya telah dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dalam menurunkan kematian ibu dan anak yaitu melalui penguatan program KIA seperti pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) bagi bidan desa, distribusi tenaga bidan keseluruhan wilayah di Kabupaten Deli Serdang, pembangunan poskesdes, dan peningkatan jumlah puskesmas rawatan, serta penetapan Puskesmas Penanganan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED). Hal ini berkontribusi terhadap pencapaian program yang dapat dilihat dalam SPM.

Berdasarkan alokasi anggaran APBD Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang diketahui bahwa proporsi anggaran bidang kesehatan (Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, dan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan) berfluktuasi selama tahun 2012-2014. Tahun 2012 dan 2013 proporsi anggaran kesehatan di Kabupaten Deli Serdang belum memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah. Tahun 2012 masih sebesar 7,66 % dan tahun 2013 menurun menjadi 6,05%. Namun tahun 2014 sudah memenuhi ketentuan dengan proporsi

(31)

sebesar 14,67%. Deskripsi alokasi anggaran di Kabupaten Deli Serdang secara umum dapat dilihat pada tabel 1.3.

Tabel 1.3. Distribusi Alokasi Anggaran Bersumber Dana APBD Bidang Kesehatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012-2014

Alokasi Anggaran

Tahun Anggaran

2012 2013 2014

Rp dan % Rp dan % Rp dan %

APBD Kabupaten Belanja Tidak Langsung

996.070.906.671 (49,33%)

1.112.719.894.437 (49,73%)

1.408.323.516.820 (49,97%) Belanja Langsung 1.023.034.033.947

(50,67%)

1.124.731.745.137 (50,27%)

1.409.948.532.807 (50,03%) Total 2.019.104.940.618

(100%)

2.237.451.639.574 (100%)

2.818.272.049.627 (100%) APBD Bidang Kesehatan

Belanja Tidak Langsung

124.370.331.227 (61,23%)

132.211.031.253 (66,03%)

138.973.196.057 (40,19%) Belanja Langsung 78.733.359.400

(38,77%)

68.030.565.300 (33,97%)

206.811.401.750 (59,81%)

Total 203.103.690.627

(100%)

200.241.596.553 (100%)

345.784.597.807 (100%)

Persentase anggaran* 7,66% 6,05% 14,67%

*) Persentase belanja langsung APBD bidang kesehatan dibandingkan dengan belanja langsung APBD kabupaten

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang,2014

Alokasi anggaran untuk Dinas Kesehatan tahun 2012-2014 menunjukkan lebih dominan untuk belanja tidak langsung, dan dari sejumlah belanja langsung hanya 9,73% di tahun 2012 berkontribusi terhadap peningkatan program KIA. Tahun 2013 menurun menjadi 3,72 % dan 3,73 % di tahun 2014. Anggaran untuk program KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang selain bersumber dari APBD Pemerintah Kabupaten Deli Serdang juga bersumber dari dana APBN berupa

(32)

Jampersal, BOK dan JKN. Adapun distribusi alokasi anggaran untuk program KIA dapat dilihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4. Distribusi Alokasi Anggaran Program KIA Bersumber APBD di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012-2014

Alokasi Anggaran

Tahun Anggaran

2012 2013 2014

Rp dan % Rp dan % Rp dan %

APBD Dinas Kesehatan

Belanja Tidak Langsung 97.098.701.290 (71,38%)

103.039.036.954 (76,46%)

108.395.886.308 (51,15%) Belanja Langsung 38.930.050.000

(28,62%)

31.727.214.000 (23,54%)

103.536.121.550 (48,85%)

Total 136.028.751.290

(100%)

134.766.250.954 (100%)

211.932.007.858 (100%) Program KIA* 3.789.662.000

(9,73%)

1.180.704.500 (3,72%)

3.858.345.500 (3,73%) APBN Program KIA

Jampersal 6.835.340.000 2.490.268.000 0

BOK 2.871.920.000 2.905.000.000 3.193.150.000

JKN 0 0 22.500.000.000

Total 9.707.260.000 5.395.268.000 25.693.150.000

*) Persentase program KIA dibandingkan dengan belanja langsung APBD Dinas Kesehatan

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2014

Tabel 1.4 juga menunjukkan bahwa secara kuantitatif total anggaran Jampersal, BOK dan JKN tahun 2012-2014 lebih besar (2-7 kali) dibandingkan program KIA bersumber dana APBD Kabupaten Deli Serdang. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah pusat memiliki keseriusan dan perhatian yang lebih dalam program KIA dibandingkan pemerintah daerah. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa daerah memiliki komitmen yang kurang terhadap program KIA.

Hasil penelitian Trisnantoro, dkk., (2012) di 4 (empat) kabupaten/kota (Merauke, Sikka, Tasikmalaya, dan Pontianak), menjelaskan bahwa dalam 5 (lima)

(33)

tahun terakhir ini, ada indikasi bahwa pendanaan program KIA mengalami penurunan, yang disebabkan oleh adanya realokasi dana bagi penjaminan kesehatan masyarakat miskin melalui skema Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

Hasil analisa bahwa kontribusi pembiayaan KIA yang terbesar di tingkat daerah, masih bersumber dari pembiayaan pemerintah pusat seperti Dana Kementrian Kesehatan (DKK), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Dekonsentrasi (Dekon).

Secara rata-rata, untuk sumber pembiayaan, APBN pusat mempunyai kontribusi sebesar 57%, ditambahkan dana pusat yang didaerahkan (DAK dan dekonsentrasi) sebesar 13%. Kontribusi lokal melalui APBD sebagai dana pendamping hanya 7%, dan alokasi APBD untuk program inisiatif KIA di daerah sebesar 14%, selain itu juga ada beberapa daerah yang menerima donor dari luar untuk kegiatan program 9%.

Apabila dibandingkan dengan pembiayaan kesehatan lokal (total APBD kesehatan), proporsi untuk kegiatan KIA hanya sekitar 2% dari APBD kesehatan atau sekitar 18% jika termasuk gaji dan pembiayaan rutin terkait dengan program KIA.

Kondisi ini diasumsikan karena proses perencanaan anggaran program KIA maupun program kesehatan lainnya belum didasarkan pada kebutuhan yang objektif dan belum didasarkan pada data yang real, dan masih pada pemenuhan pagu anggaran saja. Perencanaan juga diasumsikan belum optimal dalam melibatkan sektor pelayanan dasar seperti puskesmas dan stakeholder bidang kesehatan lainnya, sehingga berimplikasi terhadap implementasi program KIA guna mencapai indikator program KIA.

(34)

Berdasarkan hasil wawancara singkat dengan Kepala Bidang Kesehatan Keluarga pada tanggal 04 Januari 2014 menjelaskan bahwa anggaran untuk KIA sangat kecil dibandingkan dengan bidang lain, karena program KIA masih dianggap belum prioritas dibandingkan dengan upaya percepatan pembangunan fisik, selain itu juga karena adanya pembatasan anggaran, sehingga sulit memilah prioritas program yang bisa diajukan dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA).

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti proses perencanaan dan penganggaran program KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun 2014.

1.2. Permasalahan

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana proses perencanaan dan penganggaran program KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proses perencanaan dan penganggaran program KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun 2014.

(35)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dalam merumuskan rencana kegiatan dan anggaran dalam rangka peningkatan pelayanan KIA di wilayah kerjanya.

2. Menjadi masukan bagi Puskesmas di seluruh Kabupaten Deli Serdang dalam merumuskan jenis kegiatan yang terintegrasi dalam program KIA berdasarkan analisa kebutuhan yang sesuai.

3. Menjadi masukan untuk pengembangan pengetahuan dan rujukan penelitian berikutnya.

(36)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Program Kesehatan Ibu dan Anak

Program pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu program pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan KIA menjadi tolok ukur dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan dan memiliki 10 (sepuluh) indikator kinerja, antara lain (Depkes RI, 2008c) :

1. Persentase cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan target 95%;

2. Persentase cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dengan target 80%;

3. Persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan dengan target 90%;

4. Persentase cakupan pelayanan nifas dengan target 90%

5. Persentase cakupan neonatus komplikasi yang ditangani dengan target 80%;

6. Persentase cakupan kunjungan bayi dengan target 90%;

7. Persentase cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) dengan target 100%;

8. Persentase cakupan pelayanan anak balita dengan target 90%;

9. Persentase cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan pada keluarga miskin dengan target 100%;

10. Persentase cakupan bayi BBLR yang ditangani dengan target 100%

(37)

Strategi sektor kesehatan yang ditujukan untuk mengatasi masalah kesehatan akibat kematian ibu dan anak adalah Making Pregnancy Safer/MPS (Gerakan Nasional Kehamilan yang aman) yang terfokus pada 3 (tiga) pesan kunci yaitu (Depkes RI, 2001):

a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

b. Setiap komplikasi obsetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.

c. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran

Tujuan MPS adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia. Untuk mencapai hal tersebut di atas dilakukan melalui 4 (empat) strategi utama yaitu :

1. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas yang cost-effective dan berdasarkan bukti-bukti.

2. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas sektor dan mitra lainnya untuk melakukan advokasi guna memaksimalkan sumber daya yang tersedia serta meningkatkan koordinasi perencanaan dan kegiatan MPS.

3. Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan untuk menjamin perilaku sehat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

(38)

Ada beberapa program/kegiatan di Dinas Kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak antara lain:

1. Pelatihan Tata Laksana Gizi Buruk

Gizi buruk terjadi akibat dari kekurangan gizi tingkat berat, yang bila tidak ditangani secara cepat, tepat dan komprehensif dapat mengakibatkan kematian.

Pelatihan tata laksana gizi buruk meliputi penjaringan balita Kurang Energi Protein (KEP) bertujuan untuk melihat status gizinya. Setelah itu dilanjutkan dengan penanganan balita KEP meliputi program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk mencukupi kebutuhan zat gizi balita sehingga meningkat status gizinya sampai mencapai gizi baik, pemeriksaan dan pengobatan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit penyerta guna diobati seperlunya sehingga balita KEP tidak semakin berat kondisinya (Depkes RI, 2006). Sasaran kegiatan ini adalah petugas gizi dan bidan desa

2. Monitoring dan Evaluasi Kinerja Petugas Program Gizi

Sasaran kegiatan ini adalah petugas gizi puskesmas. Kegiatan ini dapat mengetahui pelaksanaan dan pencapaian tujuan program gizi di puskesmas sehingga didapatkan informasi secara sistematis dan kontiniu sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi dan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja petugas.

3. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN)

APN merupakan kegiatan yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan bidan dalam menangani persalinan normal, BBLR dan asfiksia.

(39)

4. Kualifikasi Pasca Pelatihan APN

Kualifikasi pasca pelatihan APN merupakan kegiatan lanjutan pelatihan APN.

Sasaran kegiatan kualifikasi pasca APN yaitu bidan yang sudah melakukan APN.

5. Pelatihan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Balita (SDIDTKB)

SDDTKB merupakan tindakan skrining atau deteksi secara dini (terutama sebelum berumur 3 tahun) atas adanya penyimpangan termasuk tindak lanjut terhadap keluhan orang tua terkait masalah pertumbuhan dan perkembangan balita, kemudian penemuan dini serta intervensi dini terhadap penyimpangan kasus tumbuh kembang sehingga memberikan hasil yang lebih baik. Pelatihan SDIDTKB dengan sasaran bidan desa, diharapkan meningkatkan kemampuan bidan desa dalam melakukan stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang balita.

6. Pelacakan Kasus Gizi Buruk

Pelacakan kasus gizi buruk merupakan kegiatan dengan sasaran balita. Kegiatan ini bertujuan agar terlacaknya bailta gizi buruk sehingga segera dapat dilakukan upaya penanggulangannya.

7. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi Balita Gizi Kurang

Balita merupakan kelompok entan terhadap gangguan tumbuh kembang yang menyebabkan balita gizi kurang dan gizi buruk. Salah satu upaya penanggulangan balita gizi kurang adalah PMT (Kemenkes RI, 2011c).

(40)

8. Pemberian PMT ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK)

Menurut Depkes RI (1996), ibu KEK merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) sehingga mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bila Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5 cm. Ibu hamil KEK cenderung untuk melahirkan BBLR, mempunyai resiko kesakitan dan gangguan proses persalinan.

9. Pelatihan Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetrik dan Neonatus (PPGDON)

Kegawatdaruratan obstetrik dan neonatus adalah kasus obstetrik dan neonatus yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya.

Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu dan bayi baru lahir (Syaifuddin, 2002). Bidan yang mendapatkan pelatihan PPGDON diharapkan mampu menangani kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi.

10. Monitoring dan evaluasi kinerja bidan koordinator puskesmas

Monitoring dan evaluasi kinerja bidan koordinator puskesmas dapat dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan dan pencapaian tujuan program gizi di puskesmas. Sasaran kegiatan ini adalah bidan koordinator seluruh puskesmas.

(41)

11. Pembinaan desa siaga dalam Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

P4K adalah suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil termasuk perencanaan dan penggunaan alat kontrasepsi pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir (Kemenkes RI, 2010). Sasaran kegitan ini adalah bidan penanggungjawab poskesdes.

12. Pertemuan Audit Maternal Perinatal (AMP)

Audit Maternal Perinatal merupakan kegiatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan melalui kegiatan menganalisa kasus kesakitan, kematian ibu dan perinatal yang bertujuan untuk mencari alternatif solusinya sehingga dapat dijadikan pembelajaran agar tidak terjadi lagi kasus sama dimasa yang akan datang (Kemenkes RI, 2010). Pertemuan ini dihadiri oleh seluruh kepala puskesmas, bidan puskesmas, bidan penolong persalinan dan tim AMP kabupaten.

13. Supervisi fasilitatif pasca pelatihan APN

Sasaran kegiatan yaitu bidan yang telah dilatih APN, untuk melihat sejauhmana kelengkapan fasilitatif pasca dilatih APN.

(42)

14. Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

MTBS merupakan suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasi dalam tata laksana balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi, maupun penanganan balita sakit dan konseling yang diberikan Pelatihan MTBS bertujuan untuk meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam menerapkan MTBS. Pelatihan ini dilakukan dengan sasaran bidan desa.

15. Pelayanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Balita (SDIDTKB)

Sasaran kegiatan ini yaitu anak balita dan anak prasekolah. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan anak balita dan anak prasekolah.

16. Monitoring dan evaluasi kinerja program anak

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan anak dengan diperolehnya data/informasi program anak yang telah dilaksanakan, dengan sasaran petugas program anak puskesmas.

17. Seminar tentang pola asuh anak

Seminar pola asuh anak bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dan ibu balita dalam pola asuh anak sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian anak. Sasaran kegiatan ini adalah petugas anak, bidan desa dan ibu balita.

(43)

18. Pelatihan supervisi fasilitatif bagi dokter, bidan dan petugas anak

Sasaran kegiatan ini adalah dokter, bidan dan petugas anak. Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja peserta dalam meningkatkan kesehatan dan mencegah kematian ibu dan anak.

19. Pelayanan kesehatan akibat gizi buruk pada balita keluarga miskin (gakin)

Petugas kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang tepat pada balita gizi buruk sehingga dapat menurunkan angka gizi buruk/kurang pada balita gakin.

20. Pelatihan pemantauan pertumbuhan balita

Pemantauan pertumbuhan balita bermanfaat untuk keperluan pencegahan terhadap kesehatan balita. Penurunan berat badan balita yang terpantau menjadi indikasi perlunya dilakukan intervensi. Sasaran dalam kegiatan pelatihan ini adalah petugas gizi dan bidan desa.

21. Pelatihan Penanganan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED)

Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan untuk menangani dan merujuk hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, eklamsi), tindakan pertolongan distosia bahu dan ekstraksi vakum pada pertolongan persalinan;

perdarahan post partum; infeksi nifas; BBLR dan hipotermi, hipoglikemi, ikterus, hiperbilirubinemia, masalah pemberian minum pada bayi; asfiksia pada bayi;

gangguan nafas pada bayi, kejang pada bayi baru lahir; infeksi neonatal. (Depkes RI, 2008c). Sasaran dalam pelatihan ini yaitu petugas anak, dokter, dan bidan desa.

(44)

22. Pelatihan kelas ibu hamil bagi petugas kesehatan

Sasaran pelatihan kelas ibu hamil yaitu petugas kesehatan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam kelas ibu hamil.

23. Pengadaan format MTBS

Pengadaan format MTBS bertujuan untuk meningkatkan pencacatan dan pelaporan MTBS.

24. Pemantapan pencatatan dan pelaporan pemantauan wilayah setempat (PWS) bayi dan balita

Kegiatan pemantapan pencatatan dan pelaporan PWS balita bertujuan agar data dan informasi tersedia dengan akurat dan valid tentang PWS anak, dengan sasaran kegiatan petugas anak puskesmas.

25. Pelatihan Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan asfiksia

Bayi dengan berat lahir rendah dan asfiksia mempunyai resiko kematian yang tinggi sehingga dibutuhkan upaya penanganan dengan baik. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bidan desa dalam menerapkan manajemen BBLR.

26. Pertemuan peningkatan pelaksanaan kelas ibu hamil

Kelas ibu hamil bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu selama hamil.

Petugas yang dilatih dalam pertemuan ini yaitu bidan penanggung jawab ibu hamil diharapkan mampu melaksanakan kelas ibu hamil sehingga kematian ibu dan bayi baru lahir dapat direduksi.

(45)

27. Pembinaan puskesmas pasca pelatihan PONED

Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas dan bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa, puskesmas dan melakukan rujukan ke Rumah Sakit Penanganan Obstetri Neonatal Emergency Komplikasi (PONEK) pada kasus yang tidak mampu ditangani. (Depkes RI, 2008c). Pembinaan puskesmas pasca pelatihan PONED dilakukan dengan sasaran dokter, bidan, dan petugas anak Puskesmas PONED.

28. Pelatihan konseling menyusui

Pelatihan konseling menyusui dengan sasaran petugas puskesmas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dalam konseling menyusui sehingga program pemerintah untuk ASI eksklusif dapat tercapai.

29. Pembinaan gizi bagi WUS dan ibu hamil

Kegiatan dengan sasaran WUS dan ibu hamil ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi WUS dan ibu hamil. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja dan daya tahan tubuh sehingga berakibat meningkatnya angka kesakitan dan kematian.

(46)

30. Pemantauan pemberian PMT

Pemantauan pemberian PMT dilakukan tidak hanya ketika memberikan PMT kepada ibu hamil KEK dan balita gizi kurang tetapi juga setelah pemberian PMT untuk melihat perkembangan status gizi baik balita maupun ibu hamil.

2.2. Perencanaan

Perencanaan merupakan salah satu fungsi dari manajemen baik organisasi swasta maupun organisasi pemerintah yang bertujuan mencari keuntungan maupun nirlaba. Tanpa perencanaan yang baik, suatu organisasi tidak akan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan efektif dan efisien. Ada beberapa pengertian perencanaan antara lain:

a. Menurut Arsyad (2002) yang mengutip pendapat Conyers dan Hills (1991), perencanaan adalah proses yang kontiniu, terdiri dari keputusan atau pilihan dari berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada, dengan sasaran untuk mencapai tujuan tertentu di masa mendatang.

b. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pada pasal 1 dinyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

c. Menurut Azwar (2008), perencanaan adalah suatu proses kerja yang terus menerus yang meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang akan dilaksanakan secara sistimatik, melakukan perkiraan-perkiraan dengan

(47)

mempergunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan, mengorganisir secara sistimatik segala upaya yang dipandang perlu untuk melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur keberhasilan dari pelaksanaan keputusan tersebut dengan membandingkan hasil yang dicapai terhadap target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan balik yang diterima dan yang telah disusun secara teratur dan baik.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan strategi dan tindakan yang akan dilakukan di masa datang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki.

2.2.1. Jenis-jenis Perencanaan

Perencanaan ditinjau dari jangka waktu berlakunya rencana dibagi menjadi tiga yaitu (Azwar, 2008):

a. Perencanaan jangka panjang (long-range planning), jika masa berlakunya rencana antara 12 sampai 20 tahun.

b. Perencanaan jangka menengah (medium-range planning), jika masa berlakunya rencana antara 5 sampai 7 tahun.

c. Perencanaan jangka pendek (short-range planning), jika masa berlakunya rencana selama 1 tahun.

(48)

Adapun perencanaan ditinjau dari tingkatan rencana terdiri dari (Azwar,2008):

a. Perencanaan induk (master planning)

Rencana yang dihasilkan lebih menitikberatkan pada aspek kebijakan, mempunyai ruang lingkup yang amat luas serta berlaku untuk jangka waktu yang panjang.

b. Perencanaan operasional (operational planning)

Rencana yang dihasilkan lebih menitikberatkan pada aspek pedoman pelaksanaan yang akan dipakai sebagai petunjuk pada pelaksanaan kegiatan.

d. Perencanaan harian (day to day planning)

e. Rencana yang dihasilkan telah disusun rinci, biasanya disusun untuk program yang telah bersifat rutin.

2.2.2. Langkah-langkah Perencanaan

Penyusunan perencanaan yang baik harus memperhatikan ciri-ciri yaitu (Azwar, 2008):

a. Menempatkan perencanaan yang disusun sebagai bagian dari sistem administrasi secara keseluruhan.

b. Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan

Perencanaan dibuat untuk dilaksanakan, apabila hasilnya telah dinilai dilanjutkan lagi dengan perencanaan, demikian seterusnya sehingga terbentuk suatu spiral yang tidak mengenal titik akhir.

c. Berorientasi pada masa depan

(49)

Artinya hasil pelaksanaan perencanaan tersebut akan mendatangkan berbagai kebaikan tidak hanya pada saat ini, tetapi juga pada masa yang akan datang.

d. Mampu menyelesaikan masalah

Penyelesaian masalah dilakukan secara bertahap, yang harus tercermin pada pentahapan perencanaan yang akan datang.

e. Mempunyai tujuan

Perencanaan harus mempunyai tujuan yang dicantumkan secara jelas. Tujuan biasanya dibedakan menjadi dua yakni tujuan umum yang berisikan uraian secara garis besar dan tujuan khusus yang berisikan uraian lebih spesifik.

f. Bersifat mampu kelola

Artinya bersifat wajar, logis objektif, jelas runtun fleksibel serta telah disesuaikan dengan sumber daya.

Penyusunan perencanaan disusun dengan mengikuti tahapan atau siklus tertentu. Tahapan tersebut biasanya berbeda-beda tergantung pada jenis perencanaan, tujuan perencanaan dan konteks perencanaan. Secara garis besar perencanaan dapat dirumuskan menjadi lima tahapan yang meliputi (Azwar, 2008):

a. Identifikasi masalah

Identifikasi masalah sangat erat kaitannya dengan asesmen kebutuhan (need assesment). Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai kekurangan yang mendorong masyarakat untuk mengatasinya. Pengkajian kebutuhan dapat diartikan sebagai penentuan besarnya atau luasnya suatu kondisi dalam suatu populasi yang ingin diperbaiki atau penentuan kekurangan dalam kondisi yang ingin direalisasikan.

(50)

b. Penentuan Tujuan

Tujuan adalah suatu kondisi di masa depan yang ingin dicapai. Penentuan tujuan dimaksudkan untuk membimbing program kearah pemecahan masalah. Ada dua jenis atau tingkat tujuan yaitu tujuan umum (goal) dan tujuan khusus (objective).

Tujuan umum dirumuskan secara luas sehingga pencapaian tidak dapat diukur sedangkan tujuan khusus merupakan pernyataan yang spesifik dan terukur. Rumusan tujuan khusus yang baik memiliki beberapa ciri yaitu berorientasi pada keluaran (output) bukan pada proses atau masukan (input); dinyatakan dalam istilah yang terukur; tidak hanya menunjukkan arah perubahan (misalnya meningkatkan) tetapi juga tingkat perubahan yang diharapkan (misalnya persen); menunjukkan jumlah populasi secara terbatas; realistis dalam arti dapat dicapai dan menunjukkan usaha untuk mencapainya; dan relevan dengan kebutuhan dan tujuan umum.

c. Penyusunan dan pengembangan rencana program

Rencana biasanya dikembangkan dalam suatu pola yang sistematis dan pragmatis dimana bentuk-bentuk kegiatan dijadwalkan dengan jelas. Program dapat dirumuskan sebagai suatu perangkat kegiatan yang saling tergantung dan diarahkan pada pencapaian satu atau beberapa tujuan khusus. Penyusunan program dalam proses perencanaan mencakup keputusan tentang apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam proses perumusan program yaitu identifikasi program alternative, penentuan hasil program, penentuan biaya, dan kriteria pemilihan program.

Gambar

Gambar 1.1. Siklus Perencanaan dan Penganggaran Tahunan
Gambar 2.1. Analisis Sistem Perencanaan dan Penganggaran Program KIA Proses
Gambar 2.2. Kerangka Pikir Penelitian  Dokumen Perencanaan dan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memenuhi kebutuhan sampai dengan tahun 2024, diperlukan tambahan kapasitas pembangkit sekitar 961 MW dengan perincian seperti ditampilkan pada Tabel A10.6.

Skor jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1 yang menunjukan bahwa kemampuan dan kinerja masuk masuk dalam kategori sangat tinggi.. Uji Validitas dan Reliabilitas

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini sebatas pada politik identitas masyarakat etnis Tionghoa di kota Medan dan bagaimana pembentukan identitas politik tersebut..

Ketidak-berdayaaan warga masyarakat sukubangsa setempat dalam melawan pemerintah atau sistem nasional, kecuali di Aceh, mungkin dikarenakan bahwa:

Kuliah Kerja Nyata Bersama Melawan Covid-19 telah terlaksana Desa Karangsuwung sejak 9 juli hingga 22 Agustus 2020. Dalam kurun waktu tersebut, peserta KKN BMC telah melewati

Berdasarkan analisis tabel 27 di atas, maka untuk setiap indikator atau aspek maupun rekapitulasi dari pernyataan responden mengenai komitmen kepala sekolah

Proses karbonisasi yang dilakukan untuk memproduksi kokas dalam penelitian ini adalah dengan cara memasukkan bongkahan batubara muda dengan ukurannya panjang sekitar 54 mm dan

- Bahwa Terdakwa memperoleh limbah B3 ( bahan berbahaya beracun ) jenis baterai bekas tersebut dari bengkel-bengkel yang melakukan service terhadap mesin kendaraannya dan