• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II BAB II

ANALISIS SITUASI ANALISIS SITUASI

A. Keadaan Wilayah dan Status Geografis Puskesmas Benu-Benua A. Keadaan Wilayah dan Status Geografis Puskesmas Benu-Benua

Puskesmas Benu-Benua terletak di Kelurahan Punggaloba Puskesmas Benu-Benua terletak di Kelurahan Punggaloba Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari, secara geografis terletak di Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari, secara geografis terletak di bagian selatan garis

bagian selatan garis khatulistiwa,khatulistiwa,   tepatnya  tepatnya berada di antara 3º54’30”berada di antara 3º54’30” --4º3’11”

4º3’11” Lintang SelatanLintang Selatan dan 122º23’dan 122º23’ -- 122º39’122º39’ Bujur Timur.Bujur Timur.

Puskesmas Benu-Benua merupakan sebuah Puskesmas induk non Puskesmas Benu-Benua merupakan sebuah Puskesmas induk non perawatan yang definitife sejak tahun 1991. Wilayah kerja meliputi tiga perawatan yang definitife sejak tahun 1991. Wilayah kerja meliputi tiga kelurahan yaitu Kelurahan Tipulu, Kelurahan Puunggaloba dan Kelurahan kelurahan yaitu Kelurahan Tipulu, Kelurahan Puunggaloba dan Kelurahan Benu-Benua. Pada bulan April 2003 wilayah kerja puskesmas Benu-Benua Benu-Benua. Pada bulan April 2003 wilayah kerja puskesmas Benu-Benua bertambah

bertambah tiga tiga kelurahan ykelurahan yaitu: Kelurahan aitu: Kelurahan Sodoha, Sodoha, Kelurahan Kelurahan Sanua,Sanua, Kelurahan Dapu-Dapura yang merupakan bagian dari Kecamatan Kendari Kelurahan Dapu-Dapura yang merupakan bagian dari Kecamatan Kendari Barat.

Barat.

Gambar 1.

(2)

Luas wilayah kerja Puskesmas Benu-benua ± 11,28 Km², yang terdiri Luas wilayah kerja Puskesmas Benu-benua ± 11,28 Km², yang terdiri dari Kel. Tipulu : 3,350 Km², Kel. Punggaloba: 2,693 Km², dari Kel. Tipulu : 3,350 Km², Kel. Punggaloba: 2,693 Km², Kel.Benu-Benua:1,378 Km², Kel. Sodohoa:1,824 Km², Kel. Sanua:1,835 Km²Kel. Benua:1,378 Km², Kel. Sodohoa:1,824 Km², Kel. Sanua:1,835 Km²Kel. Dapu-Dapura: 0,200 Km². Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Dapu-Dapura: 0,200 Km². Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Benu-Benua sebagai berikut :

Puskesmas Benu-Benua sebagai berikut :

1.

1. Sebelah utara berbatasan dengan Sebelah utara berbatasan dengan Gunung Nipa-NipaGunung Nipa-Nipa 2.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Gunung JatiKelurahan Gunung Jati 3.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk KendariTeluk Kendari 4.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Watu-Watu KemarayaKelurahan Watu-Watu Kemaraya

B. K

B. Keadaan Peeadaan Penduduknduduk

Jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua pada Jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua pada Tahun 2016 sebanyak 27.650 jiwa yang terhimpun dalam 5.503 KK, yang Tahun 2016 sebanyak 27.650 jiwa yang terhimpun dalam 5.503 KK, yang tersebar di 6 kelurahan dengan jumlah penduduk terbesar yakni 5.674 jiwa tersebar di 6 kelurahan dengan jumlah penduduk terbesar yakni 5.674 jiwa (21%) berada di Kelurahan Tipulu, dan terendah terdapat di Kelurahan (21%) berada di Kelurahan Tipulu, dan terendah terdapat di Kelurahan Benu-benua 3.315 Jiwa (12%).

Benu-benua 3.315 Jiwa (12%). Tabel.1

Tabel.1 Jumlah Jumlah Penduduk Penduduk Berdasarkan KBerdasarkan Kelurahan elurahan Di Di Wilayah Wilayah KerjaKerja Puskesmas Benu-Benua Tahun 2016

Puskesmas Benu-Benua Tahun 2016

No Kelurahan No Kelurahan ∑ Penduduk ∑ Penduduk ∑∑ Pddk/Kelura Pddk/Kelura han han ∑ ∑ Berdasarkan Berdasarkan KK KK Lk Pr Lk Pr 1 1 2 2 3 3 4 4 5=( 5=( 3+4) 3+4) 66 1. 1. Tipulu Tipulu 2.852 2.852 2.822 2.822 5.674 5.674 857857 2. 2. Punggaloba Punggaloba 2.557 2.557 2.496 2.496 5.053 5.053 11481148 3. 3. Benu-Benua Benu-Benua 1.653 1.653 1.662 1.662 3.315 3.315 609609 4. 4. Sodohoa Sodohoa 2.208 2.208 2.141 2.141 4.349 4.349 905905 5. 5. Sanua Sanua 2.590 2.590 2.558 2.558 5.148 5.148 12431243 6. Dapu-6. Dapu-Dapura Dapura 2.065 2.046 2.065 2.046 4.111 4.111 741 741 Jumlah 13.92 Jumlah 13.92 5 5 13.72 13.72 5 27.650 5 27.650 5.503 5.503 Sumber data :

(3)

C. Jumlah Sarana Sosial

Jumlah sarana social di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua terdapat 20 Sekolah yang terdiri dari 16 Sekolah Dasar (SD), 3 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan 1 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) serta 1 Panti Asuhan.

D. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua di antaranya puskesmas, rumah sakit, sarana produksi dan distribusi farmasi dan alat kesehatan, sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Uraian sarana Kesehatan tersebut disajikan dalam tabel berikut :

Tabel.2 Jenis Sarana Kesehatan Puskesmas Benu-Benua Tahun 2016

NO JENIS SARANA KESEHATAN JUMLAH

1. Sarana Kesehatan Pemerintah Puskesmas Induk

1

2 . Rumah sakit swasta 1

3. Distrbusi Farmasi dan alkes (apotek) 4 4. Sarana kesehatan bersumber daya

masyarakat

0

- Posyandu 18

- SD dengan dokter kecil 16

- Pos UKK 2

- Dokter Praktek Swasta 7

1. Posyandu Lansia 6

2. Puskel 2

3. PAUD 3

4. Rumah Pemulihan GIZI 1

5. Rumah Siaga 1

6. Posbindu 6

(4)

E. Tenaga Kesehatan

Jumlah jenis tenaga kesehatan dan tupoksi masing-masing tenaga kesehatan Puskesmas Benu-Benua pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel.3 Jumlah Jenis Tenaga Kesehatan Puskesmas Benu-Benua Tahun 2016

No. Jenis Tenaga Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Dokter Umum Dokter Gigi S 1 Kesehatan Masyarakat S 1 Keperawatan S1 Keperawatan + Ners S 1 Non Kesehatan  Apoteker / S 1 Farmasi D 3 Keperawatan D 3 Kebidanan S1 Kebidanan+S2 Kebidanan S2 Kebidanan D 3 Gizi D 3 Kesling D 3 Farmasi D3 Perawat Gigi D3 Analis kesehatan D1 Kebidanan Tenaga Kontrak Tenaga Sukarela 2 1 4 3 1 3 0 3 5 1 1 4 1 1 2 1 3 5 31 Jumlah 71

(5)

F. Struktur Organisasi

(6)

G. Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2017

1. Program Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta KB a. Kegiatan Program KIA dan KB

1) Pelayanan ANC dan Penjaringan Bumil Risti di Posyandu, Pustu, Polindes, dan Puskesmas

2) Sweeping Bumil

3) Pelayanan PNC dan Penjaringan Bufas Risti

b. Upaya Pelayanan Kesehatan Bayi, Balita, APRAS Dan Anak Sekolah 1) Kunjungan Neonatal

2) Deteksi Dini Tumbuh Kembang Bayi, Balita, dan Apras 3) Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah

4) Sweeping/kunjungan rumah Bayi dan Balita Risti untuk tindak lanjut

c. Upaya Pendampingan Bumil 1) Kelas Ibu Hamil

2) Kunjungan Rumah untuk pendampingan

d. Peningkatan Kinerja Tenaga Penolong Persalinan 1) Audit Maternal Perinatal

2) Supervisi dan pembinaan bidan desa oleh Bikor e. Keluarga Berencana

1) Penyuluhan KB untuk pembinaan Akseptor Lama dan Penjaringan  Akseptor Baru

2) Kunjungan rumah untu PUS yang tidak berKB atau drop out 

Program KIA dapat dinilai dengan menggunakan beberapa parameter/indikator, yaitu: K1, K4, Persalinan oleh Nakes dan KN (output ), kemudian ditambah dengan anemia gizi dan BBLR serta AKI dan AKB.

(7)

Tabel 2. Distribusi Hasil Cakupan KIA Puskesmas Benu-benua tahun 2017

No Jenis Kegiatan Sasara Target Cakupan

 Absolut % Ket 1 K1 679 100 639 94,10 2 K4 679 95 597 87,92 3 Bumil Risti 135 100 117 86,7 4 PKO 135 80 102 75,55 5 Persalinan Normal 647 90 553 85,47 6 Bulin Risti 80 102 75,55 7 Bulin Nakes 647 90 553 85,47 8 KN 1 (0-7 hari) 617 90 553 89,62 9 KN 2 (8-28 hari) 617 90 553 89,62 10 Neonatus Risti 93 80 74 74,56 11 Bufas 647 90 553 85,47 12 Bufas Risti 135 90 102 75,55 13 Bayi Risti 93 90 74 74,56 14 Yankes Bayi 617 90 538 67,19 15 Anak Balita 2467 90 2072 83,98 16 Apras 1066 60/90 721 90

2. Perbaikan Gizi Masyarakat

Program Perbaikan Gzi Masyarakat di puskesmas Benu-benua dilaksanakan oleh tim puskesmas yang terdiri dari Koordinator dan petugas penanggungjawab kelurahan. Tiap kelurahan dipegang oleh satu orang petugas gizi kompeten dibidangnya.

(8)

Visi dari program perbaikan gizi di puskesmas Benu-benua adalah “ KECAMATAN BENU-BENUA BEBAS DARI GIZI BURUK DAN GIZI KURANG PADA TAHUN 2017” Adapun misinya yaitu melakukan berbagai upaya perbaikan gizi masyarakat khususnya untuk Bayi dan Balita serta Ibu hamil dan menyusui.

 Adapun kegiatan kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Penjaringan Kasus Gizi Kurang dan Gizi Buruk

1) Penimbangan dan Pemantauan Pertumbuhan Balita di Posyandu 2) Kunjungan rumah untuk sweeping balita

b. Pemberian Makanan Tambahan 1) PMT lokal dan PMT Pemulihan

c. Penanggulangan Kep, Anemia Gizi Fe, Gaky Dan Gaky 1) Pemberian Vitamin A

2) Sweeping vitmin A

3) Sweeping tablet Fe Bumil

4) Pemantauan Penggunaan Garam beryodium Rumah tangga 5) Pendampingan kasus gizi kurang dan gizi buruk

6) Pendampingan bumil KEK

d. Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pencapaian Keluarga Sadar Gizi 1) Penyuluhan tentang Gizi seimbang

2) Penyuluhan ASI Exclusif 3) Lomba Balita Sehat

4) Pembinaan Taman Gizi Masyarakat

Dari berbagai proses kegiatan yang dilakukan dihasilkan sejumlah out put yang merupakan indikator-indikator dalam upaya perbaikan gizi msyarkat.

(9)

3. Kegiatan Immunisasi

a. Pelayanan Immunisasi dasar di Posyandu dan Puskesmas b. Sweeping Immunisasi

c. Penanganan kasus KIPI d. BIAS

e. Pengambilan Vaksin

4. Upaya Promosi Kesehatan

Komponen perilaku dan lingkungan sehat merupakan garapan utama promosikesehatan. Promosi kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat agar dapatmemelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (WHO). Pelaksanaan kegiatanpromosi kesehatan bukanlah pekerjaan yang mudah, karena menyangkut aspek perilakuyang erat kaitannya dengan sikap, kebiasaan, kemampuan, potensi dan faktor budaya padaumumnya. Selanjutnya perilaku kesehatan adalah hal-hal yang dilakukan oleh manusia yangdidasari oleh pengetahuan, sikap dan kemampuan yang dapat berdampak positif ataunegatif terhadap kesehatan.Keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan digambarkan melalui indikator-indikator persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat, persentase Posyandu Purnama dan Mandiri.

a. Rumah Tangga ber PHBS

Sepuluh indikator tunggal Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terdiri dari 6 indikator individu dan 4 indikator rumah tangga. Indikator individu meliputi: 1. pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, 2. bayi 0-6 mendapat ASI eksklusif, 3. Keluarga yang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 4. Rumah tangga yang yang memberantas jentik di rumah, 5. Keluarga tidak merokok didalam rumah, 6. Keluarga yang melakukan aktifitas fisik setiap hari.

(10)

Indikator Rumah Tangga meliputi : Rumah tangga yang menimbang balita setiap tahun, 2. Rumah tangga memiliki akses terhadap air bersih, 3. Rumah tangga memiliki akses jamban sehat, 4. Rumah tangga cukup mengkonsumsi sayur dan buah.

PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

b. Posyandu Purnama dan Mandiri

Peran serta masyarakat di bidang kesehatan sangat besar. Wujud nyata bentuk peran serta masyarakat antara lain muncul dan berkembangnya Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), misalnya Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat dengan dukungan tehnis dari petugas kesehatan.

Sebagai indikator peran aktif masyarakat melalui pengembangan UKBM digunakan persentase desa yang memiliki Posyandu. Posyandu merupakan wahana kesehatan bersumberdaya masyarakat yang memberikan layanan 5 kegiatan uatama (KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan P2 Diare) dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat.

Di Puskesmas Benu-Benua, jumlah posyandu yang tercatat untuk tahun 2005-2014 sebanyak 18 buah posyandu dengan rasio posyandu/desa sebesar 3,0 sedangkan untuk tahun 2013, Jumlah posyandu masih tetap yaitu 18 Posyandu dengan rasio posyandu/desa masih sama yaitu sebesar 3,0. Pada tahun 2011 untuk Program UKBM terdiri dari Posyandu Lansia sebanyak 5 buah serta Pusling sebanyak 2 buah, dan pada tahun 2012 Posyandu

(11)

lansia bertambah 2 sehingga menjadi 6 posyandu dan untuk pusling menjadi 3 tempat yaitu : Pusling kampung Baru, Pelelangan, dan Pasar Higienis.Sedangkan pada tahun 2013 untuk Pusling mengalami pengurangan menjadi 2 tempat yaitu : Pusling Kampung Baru dan Pelelangan, hal ini disebabkan karena di Pasar Higenis tidak memungkinkan lagi untuk diadakan Pelayanan Kesehatan Keliling. Jadi di tahun 2013 terdapat 18 Posyandu Balita, 6 Posyandu Lansia dan 2 Pusling. Sedangkan di Tahun 2014 masih sama di tahun 2013 untuk Pusling berjumlah 2 tempat yaitu: Pusling Kampung Baru dan Palelangan.

Pada tahun 2015 Jumlah Posyandu Balita tetap 18, 6 Posyandu Lansia, dan Posyandu Keliling menjadi 3 tempat yaitu Pusling Kampung Baru, Pelelangan dan Pasar Sentral.

Pada tahun yang sama di adakan Posyandu Bimbingan Terpadu untuk yang merupakan pelayanan pengobatan secara umum untuk segala usia. Adapun tempat pelayanan Posbindu : 2 di Kelurahan Tipulu, 2 di Kelurahan Puunggaloba, 1 di Kelurahan Sodohoa dan 1 di Kelurahan Dapu-dapura.

Jumlah Posyandu Purnama untuk tahun 2007-2009 mencapai 16 Posyandu (89%) dan untuk Posyandu Mandiri mencapai 2 Posyandu (11,2%), pada tahun 2011, Posyandu Purnama menjadi 14 dan Posyandu Mandiri meningkat menjadi 4 Posyandu dan pada tahun 2013 masih sama keadaannya dengan tahun 2012. Sedangkan di tahun 2014 jumlah Posyandu Mandiri berjumlah 3 Posyandu dan Posyandu Purnama Berjumlah 15 Posyandu. Tahun 2015 jumlah posyandu mandiri dan posyandu purnama belum mengalami perubahan.

(12)

5. Upaya Penyehatan Lingkungan

Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator yang merupakan hasil dari upaya sektor kesehatan dan hasil dari upaya sektor-sektor lain yang sangat terkait. Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat.

Salah satu sasaran dari lingkungan sehat adalah tercapainya permukiman dan lingkungan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan di perdesaan dan perkotaan, termasuk penanganan daerah kumuh, serta terpenuhinya persyaratan kesehatan di tempat-tempat umum, termasuk sarana dan cara pengelolaannya.

Indikator-indikator tersebut adalah persentase rumah sehat, persentase tempat-tempat umum sehat, persentase penduduk dengan akses air minum, serta persentase sarana pembuangan air besar dan tempat penampungan akhir kotoran/tinja pada rumah tangga.

a. Rumah Sehat

Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian, namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah yang sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar namun rumah yang sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

(13)

Di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua, berdasarkan laporan Program Kesehatan Lingkungan Tahun2013 presentase rumah Sehat mencapai 76% yang memenuhi syarat kesehatan dan 24% tidak memenuhi syarat sedangkan ditahun 2014 mengalami penurunan yaitu 60% dan 40% tidak memenuhi syarat. Angka pencapaian ini masih belum mencapai target nasional yaitu 80% oleh karenanya perlu adanya upaya-upaya peningkatan yang mengarah kepada peningkatan pencapaian rumah sehat. Rumah sehat pada tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 85,6% dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 14,4%. Pencapaian ini sesuai dengan target nasional. Sedangkan tahun 2016 sebanyak 75 %.

b. Tempat-tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TUPM)  Aspek penting dalam penyelanggaraan Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU) yaitu aspek teknis/ hukum yaitu peraturan dan perundang-undangan sanitasi, aspek sosial, yang meliputi pengetahuan tentang : kebiasaan hidup, adat istiadat, kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan, komunikasi, dll dan aspek administrasi dan management, yang meliputi penguasaan pengetahuan tentang cara pengelolaan STTU yang meliputi : Man, Money, Method, Material dan Machine. Berdasarkan data yang diperoleh dari Program Kesling Puskesmas Benu-Benua tahun 2014 dan 2015, didapatkan bahwa persentase rata-rata tempat-tempat umum yang sehat baru mencapai 85,4%.

(14)

c. Akses Terhadap Air Minum

 Air merupakan kebutuhan essensial bagi mahluk hidup. Tanpa air tidak akan ada kehidupan di bumi ini. Sekitar 71% komposisi bumi terdiri dari air. Rumus kimia air adalah H2O (tersusun atas dua atom hidrogen dan satu atom oksigen). Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari.

Ketersediaan dalam jumlah yang cukup terutama untuk keperluan minum dan masak merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih yang terus menerus diupayakan pemerintah. Oleh karena itu, salah satu indikator penting untuk mengukur derajat kesehatan adalah ketersediaan sumber air minum rumah tangga.

Statistik Kesejahteraan Rakyat tahun 2007 yang diterbitkan oleh BPS mengkategorikan sumber air minum yang digunakan rumah tangga menjadi 2 kelompok besar, yaitu air minum terlindung dan tidak terlindung. Sumber air minum terlindung terdiri dari air kemasan, ledeng, pompa, mata air terlindung, sumur terlindung, dan air hujan. Sedangkan sumber air minum tak terlindung terdiri dari sumur tak terlindung, mata air tak terlindung, air sungai dan lainnya.

Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut air kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, sumur tidak terlindung, mata air terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai, air hujan dan lainnya.

Data dari Statistik Kesejahteraan Rakyat (BPS, 2003) menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia yang menggunakan air minum dari air kemasan sebesar 1,83%, ledeng 17,03%, pompa 14,51%, sumur terlindung 35,57%, sumur tidak terlindung 12,09%, mata air terlindung 7,88%, mata air tidak terlindung 4,93%, air sungai 3,10%, air hujan 2,66% dan sumber lainnya 0,39%.

(15)

Sulawesi Tenggara berdasarkan Peta Kesehatan Indonesia tahun 2007, persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum Terlindung mencapai 73,99%, sedangkan untuk Kota Kendari Tahun 2006 persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum Terlindung mencapai 30% dan untuk Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua tahun 2014 persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum terlindung dan memenuhi syarat mencapai 90% dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 10%. Sedangkan di Tahun 2015 persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum terlindung dan memenuhi syarat mencapai 100%. Sumber air bersih yang diperiksa pada tahun 2016 sebanyak 24.999 dari 25.090 sumber namun yang memenuhi syarat sebanyak 98% atau 24.578 dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 2% atau 421.

6. Upaya Pengobatan

Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya tersebut dimaksudkan untuk

a) Menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat,

b) Mempromosikan penggunaan obat yang rasional dan obat yang generik,

c) Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di farmasi komunitas dan farmasi klinik serta pelayanan kesehatan dasar, serta

d) Melindungi masyarakat dari penggunaan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan, mutu dan keamanan.

(16)

H. Pembiyaan Kesehatan

Dengan perubahan Visi, Misi dan Strategi Pembangunan Kesehatan, maka beban kerja Dinas Kesehatan cukup berat, luas dan kompleks. Selain itu, kita juga diperhadapkan dengan permasalahan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan gizi masyarakat, meningkatkan kelembagaan serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, pembiayaan pembangunan kesehatan diarahkan agar dapat mendukung berbagai program antara lain penerapan paradigma sehat, pelaksanaandesentralisasi, mengatasi berbagai kedaruratan, peningkatan profesionalisme tenaga kesehatan.

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai upaya melalui upaya pelayanan kesehatan dasar yang menitikberatkan pada upaya pencegahan dan penyuluhan kesehatan. Dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan tersebut diperlukan pembiayaan, baik yang bersumber dari pemerintah maupun masyarakat, termasuk swasta. Sejak dilaksanakannya kebijakan desentralisasi pada tahun 2001, biaya untuk pelaksanaan upaya kesehatan dari pemerintah diharapkan sebagian besar berasal dari Pemerintah Daerah.

1. Anggaran Bantuan Operasional Kesehatan ( BOK )

BOK adalah bantuan dana dari pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dalam membatu Pemerintah Daerah kabupaten/Kota dalam melaksanakan Pelayanan Kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Menuju Millineum Development Goal ’  s  (MDG’s) Bidang Kesehatan tahun 2015 melalui peningkatan

Kinerja Puskesmas dan Jaringannya serta poskeskel dan Posyandu.  Anggaran BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) dalam penggunaanya dititik beratkan pada Upaya Promotif dan Preventif. Untuk anggaran BOK alokasi di Puskesmas Benu-Benua tahun 2015

(17)

sebesar Rp. 95.000.000, - dengan realisasi Rp. 95.000.000,- (100%), sedangkan pada tahun 2016 sebesar Rp. 235.000.000,- terealisasi 100%.

2. Anggaran Dari Dana Kapitasi JKN

Dengan diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada bulan Januari 2014. Diharapkan akan terjadi perubahan pada sistem pembiayaan Puskesmas. Melalui SJSN pemerintah hanya akan bertanggung jawab untuk pemenuhan pembiayaan upaya kesehatan masyarakat (UKM) sementara upaya kesehatan perorangan (UKP) di biayai oleh SJSN sebagai trust fund . Dalam konteks tersebut maka pembiayaan Puskesmas untuk UKP akan didukung oleh dana kapitasi dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Artinya, Puskesmas harus siap dan mampu mengelola dana tersebut demi pemenuhan SJSN sekaligus sebagai masukan manfaat bagi Puskesmas.

Dana kapitasi adalah besaran pembayaran per bulan yang dibayarkan dimuka kepada FKTP oleh BPJS berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. Tahun 2016 jumlah dana kapitasi JKN sebesar Rp. 973.568.000,- yang diperuntukkan 60% jasa tenaga kesehatan dan 40% operasional kesehatan berupa :

1. Dana untuk kegiatan upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi lainnya (kegiatan puskel). 2. Dana kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan perorangan. 3. Dana operasional untuk mobil puskesmas keliling.

4. Dana untuk bahan cetak dapat dibelanjakan pengadaan bahan cetak. 5. Dana untuk alat tulis kantor.

(18)

3. Anggaran Pembangunan Daerah

Tahun 2016 anggaran kesehatan dari APBD yang dialokasikan dipuskesmas Benu-Benua berupa anggaran rutin yang diperuntukan sebagai dana Operasional Puskesmas. Alokasi Anggaran APBD untuk Puskesmas Benu-Benua sebanyak Rp. 140.770.000,- (100%) dengan realisasi sebesar Rp.140.364.375.- (99%).

I. Derajat kesehatan

Gambaran derajat kesehatan Puskesmas Benu-Benua, berikut ini disajikan dalam situasi Angka Kelahiran, Mortalitas (Kematian), Morbiditas (Kesakitan), dan Status Gizi Masyarakat.

1. Angka Kelahiran

Kelahiran merupakan salah satu faktor yang dapat menambah  jumlah penduduk indonesia. Meningkatkan angka kelahiran dapat

mendorong pertumbuhan penduduk. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat kesehatan Ibu hamil (ibu yang sehat akan meningkatkankeselamatan bayi yang lahir), sarana dan tenaga kesehatan yang memadai (meningkatnya jumlah tenaga kesehatan seperti dokter atau bidan hingga desa-desa terpencil membantu menurunkan tingkat kematian bayi), kesejahteraan masyarakat (semakin sejahtera kehidupan suatu keluarga mendorong untuk penambahan keturunan), dan Perkawinan (hampir setiap orang memandang perkawinan sebagai bagian dari fase hidup mereka dan bertujuan untuk melahirkan keturunan mereka).

(19)

Perkembangan jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat. Berdasarkan sensus yang dilakukan pada 2010, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat penduduk Indonesia 2.376 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk 1,49%. Sementara pada 2013, penduduk Indonesia sudah mencapai 250 juta  jiwa. Di tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia bertambah menjadi 247.424.598 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1,49% per tahunnya sedangkan pada tahun 2015 berjumlah 25.859 jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1,49%.

Perkembangan Jumlah penduduk di Kota Kendari khususnya di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua ditahun 2015 sebesar 25.859  jiwa dengan tingkat kelahiran sebesar 0,02 % pertahunnya. Sedangkan

di tahun2016 sebesar 27.650 jiwa.

2. Mortalitas (Angka Kematian)

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadiankematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian jugadapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan danprogram pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitungdengan melakukan berbagai survei dan penelitian.

Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir dari berbagaipenyebab kematian langsung maupun tidak langsung. Secara umum kejadian kematianpada manusia berhubungan erat dengan permasalahan kesehatan sebagai akibat darigangguan penyakit atau akibat dari proses interaksi berbagai faktor yang secara sendirisendiriatau bersama-sama mengakibatkan kematian dalam masyarakat.

(20)

Salah satu alat untuk menilai keberhasilan program pembangunan kesehatan yangtelah dilaksanakan selama ini adalah dengan melihat perkembangan angka kematian daritahun ke tahun. Besarnya tingkat kematian dan penyakit penyebab utama kematian yangterjadi pada periode terakhir dapat dilihat dari berbagai uraian berikut.

a. Angka Kematian Bayi (AKB)

Infant Mortality Rate atau Angka kematian bayi adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Indikator ini terkait langsung dengan terget kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-anak termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB cenderung lebih menggambarkan kesehatan reproduksi. Angka Kematian Bayi (AKB) relevan dipakai untuk memonitor pencapaian terget program karena mewakili komponen penting pada kematian balita.

Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/Susenas, dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).

Beberapa tahun terakhir menurut Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2007 Estimasi AKB Tahun 2007 telah banyak mengalami penurunan yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup dibanding tahun 2005 sebesar 36 per 1.000 Kelahiran Hidup.

(21)

Sedangkan di Sulawesi Tenggara menurut Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2007 Estimasi AKB Tahun 2007 masih cukup tinggi yakni sebesar 41 per 1.000 Kelahiran Hidup. Untuk Kota Kendari menurut Profil Kesehatan Kota Kendari tahun 2006 AKB sebesar 3 per 1000 Kelahiran Hidup, dan angka ini sudah cukup baik karena dibawah angka rata-rata nasional sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup. di Puskesmas Benu-Benua sendiri AKB tahun 2011 sebanyak 5 per 1.000 Kelahiran Hidup dan tahun 2012 sebanyak 0 per 1000 Kelahiran Hidup, tahun 2014Angka Kematian Bayi sebanyak 0 per 1000 Kelahiran Hidup sedangkan pada tahun 2015Angka Kematian Bayi sebanyak 3 per 1000 Kelahiran Hidup (0,01%), dan pada tahun 2016 tidak terdapat kematian bayi.

 Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling dominan dan faktor yang kurang dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat  AKB. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam Profil Kesehatan Indonesia penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah disebabkan karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir).

(22)

b. Angka Kematian Balita (AKABA)

 Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1.000 Kelahiran Hidup.  AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan

faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan, indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial, dalam arti besar dan tingkat kemiskinan penduduk, sehingga kerap dipakai untuk mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk. Adapun nilai normatif AKABA yakni lebih besar dari 140 tergolong sangat tinggi, antara 71-140 sedang dan kurang dari 71 rendah.

 Angka Kematian Balita di Kota Kendari (menurut Profil kesehatan Kota kendari tahun 2006) sebanyak 14 kasus kematian dari 25.066 balita angka ini naik 3 kasus dibanding tahun 2005. Sedangkan di Puskesmas Benu-Benua AKABA Tahun 2010 sebanyak 1 kasus dari 2.260 Balita. Pada tahun 2012, 2013, 2014, 2015 DAN 2016 AKABA sebanyak 0 kasus.

c. Angka Kematian Ibu (AKI)

 AKI adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) per 100.000 Kelahiran Hidup.

 Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas.

(23)

Untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan-terobosan dengan mengurangi peran dukun dan meningkatkan peran Bidan. Harapan kita agar bidan di desa benar-benar sebagai ujung tombak dalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR).

3. Morbiditas (Angka Kesakitan)

 Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui survei, dan hasil pengumpulan data dari sarana pelayanan kesehatan ( facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.

Tabel.4 Jumlah Kunjungan Pasien Berdasarkan Kunjungan Baru Dan Lama Tahun 2016

No. NAMA KUNJUNGAN JUMLAH KUNJUNGAN % DARI JUMLAH KUNJUNGAN 1. Kunjungan Baru 425 1,8 2. Kunjungan Lama 22.824 98,2 Jumlah Kunjungan 23.249 100 Sumber: SP2TP PuskesmasBenu-Benua 2016

Tabel.5 Jumlah Kunjungan Dan Rujukan Pasien Berdasarkan Jaminan Kesehatan Tahun 2016

No . Nama Kunjungan Jumlah Kunjungan % Dari Jumlah Kunjungan Jumlah Rujukan % Dari Masing2 Kunjungan 1. Kunjungan Bpjs 15323 66,9 3131 20,4 2. Kunjungan Gratis/Umum 7926 34,1 12 0,2 Jumlah Kunjungan 23.249 100 3,143 Sumber: SP2TP PuskesmasBenu-BenUa 2016

(24)

Untuk angka kesakitan di Puskesmas Benu-Benua dapat dilihat dalam Tabel 20 besar penyakit dapat dilihat tabel dibawah ini:

Tabel.6 20 Besar Penyakit Puskesmas Benu-Benua Tahun 2016

No. NAMA PENYAKIT JUMLAH

1. Ispa 4315

2. Comond Cold 1745

3. Hipertensi 1707

4.  Artritis 1372

5. Penyakit Pulpa/Jaringan Perafikal 1363

6. Dispepsia 1082

7. Penyakit Jantung Pembuluh Darah 898

8. Penyakit Pada Susunan Saraf 888

9. Dermatitis Kontak Alergi 885

10. Diabetes Militus 723

11. Kll Dan Ruda Paksa 625

12. Diare 584 13. Penyakit Mata 388 14. Suspek Tb 364 15. Infeksi Kulit 352 16. Otitis Media 338 17. Pnemonia 317 18. Penyakit Jiwa 229 19.  Asma Bronitial 201

20. Infeksi Saluran Kencing 158

(25)

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa angka kesakitan tertinggi pada tahun 2016 adalah penyakit ISPA yang mencapai 4.315 kasus. 4. Status Gizi

Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan secara umum, karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi secara langsung  juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individual. Bahkan status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusu sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil atau ibu menyusui. Berikut ini akan disajikan gambaran mengenai indikator-indikator status gizi masyarakat antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi wanita usia subur, Kurang Energi Kronis (KEK), Anemia Gizi Besi (AGB) pada ibu dan pekerja wanita dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) sebagaimana diuraikan berikut ini :

a. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena prematur (usia kandungan < 37 minggu) atau BBLR karena Intra Uterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang, banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.

(26)

Di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua di tahun 2013 jumlah bayi yang lahir sebanyak 516 bayi, dengan BBLR sebanyak 11 bayi dan ditahun 2014 jumlah bayi yang lahir sebanyak 466 orang dengan BBLR 4 bayi. Sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 539 orang dengan jumlah BBLR 8 bayi (4 laki-laki dan 4 perempuan). Sedangkan di Tahun 2016 jumlah kasus BBLR sebanyak 21 kasus b. Status Gizi Balita

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi pada Balita adalah dengan anthropometri yang diukur melalui indeks Berat Badan menurut umur (BB/U) atau berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Kategori yang digunakan adalah: gizi lebih (zscore>+ 2 SD); gizi baik (z-score-2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score<-2 SD sampai -3 SD) dan gizi buruk (z-score<-3 SD). Sejak tahun 1992 untuk mengukur keadaan gizi anak balita digunakan standar WHO-NCHS untuk index berat badan menurut umur. Namun dari beberapa studi/survei yang melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan (BB/TB), pada umumnya, pengukuran BB/TB menunjukkan keadaan gizi kurang yang lebih  jelas, dan sensitif/peka dibandingkan prevalensi berdasarkan pengukuran berat badan menurut umur seperti hasil dari pengukuran prevalensi gizi kurang menurut BB/TB( wasting )sesudah tahun1992 berkisar antara 10-14%.

Di Puskesmas Benu-Benua status gizi balita masih merupakan masalah yang perlu penanganan yang serius, ini disebabkan masih banyaknya kasus gizi buruk yang terjadi diWilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua.

(27)

Profil Kesehatan Puskesmas Benu-Benua Tahun 2007 kasus gizi buruk yang di tangani sebanyak 27 kasus, pada tahun 2008 sebanyak 37 kasus, pada tahun 2009 sebanyak 40 kasus Gizi buruk, dan pada tahun 2010 sebanyak 14 kasus Gizi Buruk, pada tahun 2011 sebanyak 18 kasus gizi buruk dan pada tahun 2012 jumlah gizi buruk sebanyak 15 kasus yang ditangani namun pada akhir tahun sisa 6 kasus yang belum berubah status gizinya. Di tahun 2013  jumlah gizi buruk sebanyak 18 kasus, 8 kasus diantaranya sudah berubah status gizinya menjadi baik, sedangkan 10 kasusnya lagi masih dalam pemantauan dan penanganan oleh petugas Gizi di Puskesmas. Sedangkan di awal tahun 2014 jumlah kasus gizi buruk sebanyak10 kasus, 8 kasus diantaranya sudah berubah status gizinya menjadi baik sedangkan 2 kasus lagi masih dalam pemantauan dan penanganan.Sedangkan pada tahun 2015 Baduta (0-23 bulan) yang ditimbang sebanyak 1.508 Baduta, sedangkan Baduta yang berada dibawah garis merah (BGM) sebanyak 16 Baduta. Kasus Gizi buruk yang ditemukan pada tahun 2015 sebanyak 4 kasus dan telah mendapatkan perawatan. Di tahun 2016  jumlah Bayi Garis Merah (BGM) sebanyak 28 kasus.

c. Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Kronik (KEK)

Salah satu cara untuk mengetahui status gizi wanita usia subur (WUS) umur 15-49 tahun adalah dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Hasil pengukuran ini bisa digunakan sebagai salah satu cara dalam mengidentifikasikan seberapa besar seorang wanita mempunyai risiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Indikator Kurang Energi Kronik (KEK) menggunakan standar lingkar lengan atas (LILA) <23,5cm.

(28)

Di Puskesmas Benu-Benua tahun 2007 kasus bumil KEK mencapai 71 (10,6%), pada tahun 2008 turun menjadi 68 Kasus (11,7%), pada tahun 2009 turun menjadi 62 kasus(10,8%), pada tahun 2010 turun menjadi 51 kasus (10,2%), pada tahun 2011 sebanyak 32 kasus (7,07%) dan pada tahun 2012 meningkat sebanyak 42 Kasus. Sedangkan di tahun 2013 jumlah Bumil KEK mengalami penurunan yaitu sebanyak 21 kasus (1,3%), begitupun di tahun 2014 jumlah bumil KEK menurun menjadi 14 kasus (2,5%).Tahun 2015 pada kasus bumil KEK menurun menjadi 12 kasus (1,9%). Sedangkan di Tahun 2016 sebanyak 16 Kasus.

Gambar

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua.  Peta Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua.
Gambar 2. Struktur Organisasi Puskesmas Benu-Benua
Tabel 2.  Distribusi Hasil Cakupan KIA Puskesmas Benu-benua  tahun 2017

Referensi

Dokumen terkait

Tim administrator nasional (otoritas lengkap) Manajer data kesehatan di provinsi. Petugas informasi di kabupaten Koordinator

Petugas pelaksana program, pelayanan di Puskesmas melakukan Petugas pelaksana program, pelayanan di Puskesmas melakukan Tindak lanjut terhadap hasil evaluasi akses

pelaksanaan disetiap kelurahan untuk dapat mencakup keseluruhan kader, kerjasama lintas sektoral ditingkatkan Tahun 2017 TW 2, Puskesmas Kecamatan Gambir, Penanggungjawab

Posyandu adalah bentuk peran serta masyarakat yang digerakan oleh PKK dan lembaga swadaya masyarakat lainya dengan bantuan teknis dari petugas Puskesmas dan Keluarga Berencana

PENELAAH USULAN PROGRAM KEGIATAN MASYARAKAT Program yang dilaksanakan SKPD Kecamatan Cibiru Tahun 2015 adalah Program Peningkatan Peran Kecamatan dan Kelurahan, dengan

Fungsi puskesmas tersebut dapat dilaksanakan dengan cara merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri,

Hasil penelitian ini dapat sebagai sumber informasi kepada petugas Puskesmas dan keperawatan komunitas Kelurahan Pangkalan Masyhur diwilayah petugas Puskesmas Medan

%ilakukan penyesuaian rencana kegiatan oleh Kepala Puskesmas, Penanggungjawab Upaya Puskesmas, lintas program dan lintas sektor terkait berdasarkan hasil monitoring, dan jika