• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR ACARA V (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR ACARA V (1)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR

ACARA VI

URIN KUALITATIF

Disusun oleh : Kelompok XXIV

Laksa Ersa Anugratama PT / 07146

Azizah PT/ 07201

Alvina Martha Tilova PT/ 07202 Naporeza Malik Haq PT / 07280

Asisten : Dani Hardiansyah

LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISI

DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

(2)

ACARA VI URIN KUALITATIF

Tujuan Praktikum

Praktikum urin kuantitatif bertujuan untuk mengetahui adanya ikatan peptida, ureum dalam urin, garam urat (senyawa mereduksi), asam urat dalam urin, daya mereduksi asam urat, kreatinin dalam urin, garam amonium dalam urin, khlor dalam urin, kalsium dan fosfat dalam urin, sulfat dalam urin, gula mereduksi dalam urin abnormal, albumin dalam urin abnormal, pigmen darah dalam urin abnormal, pigmen empedu dalam urin abnormal, garam klorat dalam urin abnormal, indikan dalam urin abnormal.

Tinjauan Pustaka

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme seperti urea, garamterlarut, dan materi organik. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Ginjal mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrolos molaritas cairan ekstrasel dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkopensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Kebutuhan cairan yang ade kuat penting bagi ginjal. Ginjal merupakan organ vital karenan mepunyai fungsi multiple yang tidak dapat digantikan oleh organ lain. Fungsinya antara lain: ekskresi produk sisa metabolic dan bahan asing, pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit, pengaturan osmolitas cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit, pengaturan tekanan arteri, pengaturan keseimbangan asam basa, sekresi-metabolisme-sekresi hormone, gluconeogenesis (Guyton and Hall, 2006 dalam Wahyuni et al.,2009).

(3)

mencakup garam anorganik, glukosa, urea dan sejumlah kecil albumin, kemudian ketika urin asli pergi melalui tubulus ginjal, zat yang berguna bagi tubuh manusia, seperti semua glukosa dan albumin, sebagian besar air dan garam anorganik diserap dan kemudian urin terbentuk (Chenet al., 2016). Unsur-unsur abnormal dalam urin terdapar protein, glukosa, gula lain seperti fruktosuria, galaktosuria, pentosuria, benda-benda keton, bilirubin, darah, dan porifirin (Harper et al., 1979).

Filtrasi terjadi pada glomelurus, rata rata filtrasi pada glomelurus tergantung pada keseimbangan tekanan hidrostatik dan osmotik. Filtrasi pada hewan efektif terjadi saat tekanan 30mm Hg dan pada manusia adalah 19.6 mm Hg (Moffat., 1975). Tekanan ini sangat berpengaruh karena tekanan tersebut mendorong cairan dari darah dalam glomelurus ke dalam lumen kapsula bowman. Kapiler yang berpori pori dan sel kapsula yang terspesialisasi bersifat permeabel terhadap air dan zat zat terlarut kecil, namun tidak terhadap darah dan molekul besar. Maka filtrat dalam kapsula Bowman mengandung garam, glukosa, asam amino, vitamin, zat buangan bernitrogen, dan molekul molekul kecil lainnya. Filtrasi molekul kecil tdak selektif, oleh karena itu campuran tersebut menyerupai konsentrasi zat zat ini dalam plasma darah. (Campbell et al., 2008).

Kandungan tidak normal dalam urine (misalnya darah, albumin, glukosa, aseton, mikroba) dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, tubular nefritis. Penyebab abnormal yang terkandung dalam urine yaitu glukosa, protein, darah, dan pigmen-pigmen. Protein tidak boleh lebih dari 200 mg/hari. Ekskresi naik berarti terjadi proteinuria, darah dalam urine berarti hematuria sedangkan glukosa bila dengan Benedict positif berarti glikosuria (Winarno, 2002).

(4)

mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa darah (Saktiyono,1998).

Materi dan Metode

(5)

Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum urin kualitatif antara lain tabung reaksi, gelas ukur, rak tabung, corong, pengaduk, lampu spritus, penjepit tabung, pipet tetes, cawan porselin, obyek, dek glas, kertas saring dan penangas.

Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum urin kualitatif adalah Kristal ureum, NaOH 10%, larutan CuSO4 0,5%, urin sapi abnormal, urin sapi

normal, akuades, kristal Na2CO3 , Indikator phenol red, asam asetat 2%, air,

tepung kedelai, reagen benedict, larutan Na2CO3 2%, larutan HNO3 pekat,

asam urat padat, NH4OH, larutan Na2CO3, larutan AgNO3, asam pikrat jenuh,

indikator pp, larutan ammonium molibdat, larutan kalium oksalat, larutan HCl encer, larutan BaCl2 10%, benzidin, larutan H2O2, dan serbuk belerang.

Metode

Senyawa Organik dalam Ureum

Uji Biuret terhadap ureum. Tabung reaksi diisi dengan 2 sendok Kristal ureum, 1 ml NaOH 10% dan 1 ml CuSO4 0,5%, kemudian dicatat

perubahan warna yang terjadi.

Uji enzimatik terhadap ureum. Tabung reaksi 1 diisi dengan 2 ml urin dan Tabung 2 diisi dengar 2 ml aquades, kemudian kedua tabung tersebut ditambahkan 3 tetes phenol red, 1 ml larutan Na2CO3 2%, dan 1 ml asam

asetat 2%. Larutan dipanaskan 60 derajat celcius menggunakan waterbath

selama 5 menit, kemudian ditambahkan tepung kedelai pada kedua tabung dan digojok. Perbedaan warna yang timbul pada kedua tabung diamati.

Uji Benedict terhadap garam urat. Tabung reaksi diisi dengan 2 ml urin, 3-5 tetes reagen benedict, dan 1 sendok kristal Na2CO3, kemudian

dicatat warna yang timbul.

Uji murexida. Cawan porselen diisi dengan 3 tetes HNO3 pekat dan

(6)

kering. Setelah kering, ditambahkan 3 tetes NH4OH dan dicatat warna yang

terjadi.

Uji daya mereduksi asam urat. Asam urat dilarutkan dengan 1 ml larutan Na2CO3 (L.1). Kertas saring dibasahi dengan larutan AgNO3, lalu L.1

diteteskan ke atas kertas saring dan dicatat warna yang timbul pada bekas tetesan di kertas saring.

Uji Pikrat. Tabung reaksi diisi 1 ml asam pikrat jenuh dan 0,5 ml NaOH 10%, kemudian isi tabung dibagi menjadi dua. Tabung 1 diisi dengan 3 ml air, sedangkan tabung 2 diisi dengan 3 ml urin. Kedua tabung dicatat dan dibandingkan warna yang timbul.

Uji terhadap Garam Ammonium. Tabung reaksi diisi dengan 2 ml urin, 5 tetes indikator fenolftalein, dan sedikit larutan Na2CO3 2% sampai

berwarna merah, lalu dipanaskan. Uap dari larutan yang telah dipanaskan Ditampung disepotong kaca yang telah dibasahi fenoftaleina.

Zat-zat anorganik dalam urin.

Uji khlorida. Tabung reaksi diisi dengan 1 ml urin, 3-5 tetes HNO3 dan

1 ml AgNO3. Larutan dicatat warna yang timbul (L.2). (L.2) ditambahkan

larutan NH4OH berlebihan, kemudian dicatat perubahan yang terjadi.

Uji fosfat dan kalsium. Tabung reaksi diisi dengan 10 ml urin dan 3-5 tetes larutan NH4OH, kemudian didihkan. Larutan didinginkan, maka terdapat

endapan, kemudian disaring. Endapan tersebut dicuci dengan air, lalu ditambahkan 1 ml asam asetat 2%, dipanaskan dan dibagi ke dalam 2 tabung. Tabung 1 diberi 1 tetes HNO3 pekat dan 3 tetes larutan ammonium

molibdat lalu dipanaskan. Tabung 2 diberi 3 tetes kalium oksalat. Kedua tabung tersebut dicatat endapan dan warna yang timbul.

(7)

Keadaan Abnormal dalam Urine.

Uji Benedict terhadap urin abnormal. Tabung reaksi 1 diisi dengan urin abnormal sebanyak 0,5 ml dan 3 ml reagen benedict. Lalu, dipanaskan, didinginkan, dan diamati perubahan yang terjadi. Tabung reaksi 2 diisi dengan urin normal sebanyak 0,5 ml dan 3 ml reagen benedict. Lalu, dipanaskan, didinginkan, dan dibandingkan perubahan yang terjadi pada kedua tabung.

Uji Heller. Tabung reaksi 1 diisi dengan 1 ml urin abnormal dan 1 ml HNO3 pekat yang dialirkan melalui dinding tabung. Tabung reaksi 2 diisi

dengan 1 ml urin normal dan 1 ml HNO3 pekat yang dialirkan melalui dinding

tabung. Terdapat 2 lapisan, diamati dan dicatat perbedaan kedua tabung. Uji Benzidin terhadap pigmen darah. Benzidin sebanyak 1 ml dicampur dengan 1 ml H2O2, lalu larutan tersebut dibagi menjadi 2 tabung.

Tabung 1 ditambah dengan 1 ml urin abnormal, kemudian dicatat warna yang timbul. Tabung 2 ditambah dengan 1 ml urin normal, kemudian dicatat warna yang timbul. Setelah itu, diamati dan dibandingkan warna yang timbul.

Uji Gmelin terhadap pigmen empedu. Tabung reaksi 1 diisi dengan 1 ml urin abnormal dan ditambah 3 ml HNO3 pekat. Tabung reaksi 2 diisi

dengan 1 ml urin normal dan ditambah 3 ml HNO3 pekat. Kedua larutan

tersebut diamati perubahan warnanya dan dicatat perbedaan yang terjadi pada kedua tabung tersebut.

Uji Hay terhadap garam kholat. Tabung 1 diisi dengan 1 ml urin abnormal, lalu ditaburkan serbuk belerang di atas permukaannya (jangan digojok). Tabung 2 diisi dengan 1 ml urin normal, lalu ditaburkan serbuk belerang di atas permukaannya (jangan digojok). Tabung 3 diisi dengan 1 ml air, lalu ditaburkan serbuk belerang di atas permukaannya dan diamati perubahan yang terjadi diantara ketiga tabung tersebut.

(8)

tersebut digojok, kemudian dibiarkan dan diamati warna yang terjadi. Tabung reaksi 2 diisi dengan 4 ml urin normal, 5 ml pereaksi Obermeyer, dan 2 ml khloroform. Larutan tersebut digojok, kemudian dibiarkan dan diamati warna yang terjadi.

Hasil dan Pembahasan

(9)

Uji Biuret terhadap ureum. Tujuan uji Biuret terhadap ureum untuk mengetahui adanya ikatan pepida. Berdasarkan uji yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa 2 sendok kristal ureum ditambahkan 1ml NaOH 10% dengan 1ml CuSO4 menghasilkan larutan yang berwarna ungu. Warna ungu

terbentuk karena adanya ikatan CuN antara ion Cu2+ dari CuSO

4 dengan N

dari ureum. Warna ungu menandakan positif adanya ikatan peptida pada ureum. Fungsi penambahan larutan CuSO4 sebagai indikator adanya ikatan

peptida pada ureum ditandai dengan warna ungu dan NaOH berfungsi untuk melepas ikatan N pada ureum.

Tabel 1. Hasil uji biuret terhadap ureum

Tabung Perlakuan Hasil

Berdasarkan data di atas, larutan berubah warna menjadi berwarna biru keunguan. Hal tersebut sesuai dengan Sumarlin et al. (2007) yang menjelaskan bahwa urin mengandung komposisi 96% air, natrium, pigmen empedu, 1,5% garam, kalium, toksin, 2,5% urea, kalsium, bikarbonat, sulfat.

Uji Enzimatik terhadap Ureum. Tujuan uji enzimatik terhadap ureum untuk mengetahui adanya ureum dalam urin. Prinsip kerja uji enzimatik terhadap ureum adalah indikator phenol red akan berwarna merah dalam kondisi basa dan suhu 60oC adalah optimum enzim urease bekerja. Urea akan dihidrolisis oleh enzim urease menjadi NH3 dan CO2. Hasil percobaan

pada tabung 1 yang berisi urin menunjukkan terjadinya warna merah saat penambahan phenol red dan Na2CO3 2%. Phenol red berfungsi sebagai

(10)

terdapat endapan.

Tabel 2. Hasil uji enzimatik terhadap ureum

Tabung Perlakuan Hasil Berdasarkan data di atas, larutan berubah warna menjadi berwarna merah mudah (pink) keunguan dan endapan pada tabung 1 menunjukkan bahwa di dalam urin terdapat urea. Hal ini dikarenakan tepung kedelai yang mengandung enzim urease bereaksi dengan urea yang terdapat pada urin. Sehingga terjadi reaksi enzimatik, yaitu hidrolisis urea dalam urin oleh urease yang terdapat pada tepung kedelai. Joshi dan Sarawat (2002) menyatakan bahwa warna yang terbentuk karena adanya amonia hasil reaksi urea dengan enzim urease.

Urease Urea NH3

H2O

Gambar 1. Reaksi urea dengan enzim urease

Joshi dan Sarawat (2002) Tabung 2 yang berisi air, warna larutan berubah menjadi warna merah muda ketika ditambahkan phenol merah dan Na2CO3 2%, setelah

(11)

tepung kedelai dengan air.

Uji Benedict terhadap garam urat. Tujuan uji Benedict terhadap garam urat untuk mengetahui adanya garam urat (senyawa mereduksi) dalam urin. Prinsip kerja uji benedict terhadap garam urat adalah endapan merah bata terbentuk karena senyawa CuO pada reagen benedict direduksi oleh garam urat dalam urin menjadi Cu2O yang berwarna merah bata.

Tabel 3. Hasil uji benedict terhadap garam urat

Tabung Perlakuan Hasil

Berdasarkan uji yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa 2ml urin normal yang ditambahkan dengan 3-5 tetes reagen Benedict, 1sendok kristal Na2CO3 kemudian dipanaskan dengan Bunsen selama 10 menit

menghasilkan larutan yang berwarna biru. Warna biru yang dihasilkan menandakan tidak ada garam urat pada urin normal. Pemanasan dilakukan untuk menghidolisis larutan sehingga terdapat gugus reduksi bebas. Fungsi penambahan Na2CO3 berperan sebagai alkali yang mengubah gugus karbonil

bebas dari gula menjadi bentuk enol yang reaktif. Sunarya dan Setabudi (2004) menjelaskan bahwa fungsi penambahan reagen Benedict sebagai pembentuk endapan merah bata (Cu2O),karena reagen benedict

mengandung Cu2+ yang dapat direduksi oleh gugus reduksi menjadi Cu+.

Gout (2007) menjelaskan bahwa kelarutan garam urat dan asam urat yang amat penting dalam pembentukan kristal. Garam urat lebih mudah larut di plama, cairan sendi dan urin.

Uji Murexida. Tujuan uji Murexida untuk mengetahui adanya asam urat dalam urin. Prinsip kerja uji murexida adalah asam urat direduksi oleh HNO3

(12)

direduksi menjadi amonium purpurat (murexida) yang berwarna ungu.

Berdasarkan uji murexida yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa 3 tetes HNO3 pekat yang ditambahkan dengan asam urat padat kemudian

dipanaskan dengan Bunsen sampai kering berwarna merah dengan penambahan 3 tetes NH4OH warna berubah menjadi ungu kemudian cawan

porselen II 3 tetes HNO3 pekat ditambahkan 3 tetes urin lalu dipanaskan

dengan Bunsen sampai kering kemudian ditambahkan 3 tetes NH4OH. Uji

yang dilakukan menunjukkan hasil positif, ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi ungu.Joshi dan Saraswati (2002) menyatakan bahwa dialurat dan alloxan akan berkondensasi membentuk alloxantin dan bereaksi dengan ammoniumhidroksida yang akan membentuk asam purpurat. Alur yang terjadi dapat dilihat pada gambar 2.

Condensation+NH4OH

Urin acid + O  Dialuric acid + Alloxan  Allxantin Purpuric acid  Amonium purpurate or Murexide Gambar 2. Alur asam urat menjadi murexida

Uji Daya Mereduksi Asam Urat.Tujuan dari uji ini untuk mengetahui daya mereduksi asam urat. Prinsip kerja uji daya mereduksi asam urat adalah noda hitam menunjukkan bahwa Ag+ dari AgNO

3 telah direduksi oleh

asam urat menjadi Ag, asam urat sangat sukar larut dalam air tetapi larut membentuk garam-garam yang larut dalam alkali, sehingga pada urin apabila dibiarkan asam urat akan mengendap. Fungsi penambahan Na2CO3 untuk

(13)

penambahan AgNO3 pada kertas saring untuk mengetahui daya reduksi larutan tersebut, agar mengetahui kandungan asam urat pada larutan tersebut.

Tabel 5. Hasil uji daya mereduksi asam urat

Tabung Perlakuan Hasil hitam pada kertas. Noda noda hitam tersebut merupakan hasil reduksi asam urat. Tabung reaksi diisi asam urat dan dilarutkan pada larutan Na2CO3 2%.

Kertas saring yang telah di basahi dengan larutan AgNO3. Larutan pada

tabung reaksi menimbulkan noda-noda hitam pada kertas saring, hal ini di sebabkan karena Ag+ dari AgNO

3 direduksi oleh asam urat menjadi Ag.

Pemberian asam AgNO3 di gunakan untuk membantu asam urat mengendap.

Sedangkan urin tidak terdapat asam urat. Asam urat sangat sukar larut dalam air tetapi membentuk garam-garam yang larut dalam alkali. Sehingga pada urin asam apabila di biarkan akan mengendap.Kertas saring terbentuk endapan berwarna hitam berbentuk noda – noda.Sumarlin et al. (2007) menjelaskan bahwa urin mengandung asam urat fosfat anorganik, animo N, sufat, amonia N danhormon.

(14)

urin untuk mengetahui adanya kandungan kreatinin pada urin. kreatinin merupakan unsur pokok yang terdapat pada urin, memilki jumlah yang banyak, dan relatif bebas pada protein. Tetapi, dapat berkurang banyak pada kondisi patologi.

(15)

kaca) sehingga membentuk warna merah. Praktikum uji garam amonium ditambahkan indikator phenol ptalin sebagai indikator jika dalam keadaan basa akan membentuk warna merah, kemudian penambahan Na2CO3 2%

berfungsi untuk membuat suasana basa dalam urin.

Tabel 7. Hasil uji terhadap garam ammonium

Tabung Perlakuan Hasil

Uji Khlorida. Uji khlorida bertujuan untuk mengetahui adanya khlor dalam urin. Prinsip kerja uji khlorida adalah NaCl yang ditambahkan dengan HNO3 dan AgNO3 akan membentuk endapan putih yang menandakan adanya

AgCl pada larutan tersebut. AgCl merupakan hasil reaksi pada urin dengan AgNO3, lalu NH4OH yang ditambahkan menyebabkan endapan AgCl akan

larut.Fungsi penambahan HNO3 untuk mengubah warna larutan menjadi

putih. Fungsi penambahan AgNO3 0,171 N untuk Ag dari AgNO3 dapat

bereaksi dan membentuk endapan AgCl. Fungsi penambahan NH4OH secara

berlebihan untuk melarutkan endapan AgCl.

Tabel 8. Hasil uji khlorida

(16)

1 + 3 tetes HNO1 ml AgNO3 3

+ NH4OH berlebihan

Terdapat endapan Endapannya larutan dan larutan berubah menjadi warna kuning Berdasarkan hasil praktikum yang sudah dilakukan, urin yang ditambahkan dengan HNO3 pekat dan AgNO3 akan menghasilkan larutan

berwarna merah muda kekuningan dan terdapat endapan, karena Cl dari urin dan Ag dari AgNO3 bereaksi menjadi endapan AgCl. Soedarmo (1988)

menyatakan bahwa, endapan putih tersebut menunjukkan adanya khlorida pada larutan tersebut. Tahap selanjutnya, larutan ditambahkan dengan NH4OH secara berlebihan maka endapan yang sudah terbentuk sebelumnya

akan larut, warna menjadi bening, karena penambahan NH4OH secara

berlebihan mengakibatkan endapan AgCl akan larut.

Uji Fosfat dan Kalsium. Uji fosfat dan kalsium bertujuan untuk mengetahui adanya kalsium dan fosfat dalam urin. Prinsip kerja uji fosfat dan kalsium jika larutan bereaksi dengan amonium molibdat akan membentuk endapan kuning maka urin menunjukkan bahwa mengandung fosfat, sedangkan jika urin bereaksi dengan kalium oksalat sehingga terbentuk endapan putih, maka urin tersebut mengandung kalsium. Praktikum uji fosfat dan kalsium dilakukan penambahan NH4OH berfungsi untuk mengendapkan

zat-zat anorganik dalam urin kemudian pemanasan endapan dengan ditambahkan dengan asam asetat berfungsi memecah zat-zat anorganik menjadi molekul-molekul, lalu dengan penambahan HNO3 dengan

pemanasan berfungsi membentuk (HPO4)-kemudian akan bereaksi dengan

amonium molibdat membentuk endapan amonium fosfomolibdat. Tabel 9. Hasil uji fosfat dan kalsium

(17)

1 + 1 tetes HNO3 pekat+ 3 tetes ammonium

2 menjadi berwarna putihLarutan berubah warna pekat

Berdasarkan dari data di atas uji fosfat dan kalsium menghasilkan terbentuk larutan yang berwarna kuning ketika ditambahkan dengan amonium molibdat, sedangkan urin yang ditambahkan dengan kalium oksalat menunjukkan warna bening. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kandungan fosfat dan klasium negatif hal tersebut dapat diakibatkan karena kandungan fosfat dan kalsium yang sedikit dalam urin. Sumarlin et al. (2007) menjelaskan bahwa urin mengandung komposisi 96% air, natrium, pigmen empedu, 1,5% garam, kalium, toksin, 2,5% urea, kalsium, bikarbonat, dansulfat.

Uji Sulfat. Uji sulfat bertujuan untuk mengetahui adannya sulfat dalam urin. Prinsip kerja uji sulfat yaitu endapan berwarna putih yaitu endapan BaSO4 yang dihasilkan karena penambahan BaCl2, ion Ba2+ dari BaCl2 akan

bereaksi dengan SO42- dari urin tersebut sehingga terbentuk endapan

BaSO4. Penambahan HCl untuk memberikan suasan asam, dan

penambahan BaCL2 berperan sebagau pemberi ion Ba2+.

(18)

kofaktor molybdenum. Kofaktor ini juga penting bagi fungsi dua enzim lain pada manusia, xaritin dehydrogenase (yang mengoksidasi xantin dan hipoxantin menjadi asam urat) dan aldehid oksidase. Kebanyakan penderita yang pada mulanya diagnosis mempunyai defisiensi sulfit oksidase telah terbukti mempunyai defisiensi kofaktor molybdenum. Kondisi ini diwariskan sebagai sifat resesif autosom.

Keabnormalan Urin

Uji Benedict terhadap urin abnormal. Uji Benedict terhadap urin abnormal bertujuan untuk mengetahui adanya gula mereduksi dalam urin abnormal. Prinsip kerja uji Benedict adalah adanya endapan dalam urin abnormal menunujukkan bahwa adanya glukosa yag mampu mereduksi Cu2+

menjadi Cu+. Penamabahan reagen Benedict berfunsi sebagai indikator

adanya gula mereduksi pada urin abnormal.

Tabel 11. Hasil uji benedict terhadap urin abnormal

Tabung Perilaku Hasil

1 + 3 ml reagen benedict+ urin abnormal Terdapat endapan merah bata 2 + 3 ml reagen benedict+ urin normal Tidak terdapat endapanmerah bata Berdasarkan hasil di atas menghasilkan endapan berwarna coklat kemerahan dikarenakan kandungan gugus pereduksi dalam urin abnormal dapat mereduksi Cu2+ membentuk endapan coklat kemerahan sedangkan

(19)

Uji Heller. Uji Heller bertujuan unutk mengetahui adanya albumin dalam urin abnormal. Prinsip kerja uji heller adalah cincin putih keruh berasal dari koagulasi albumin karena penambahan asam nitrat pekat.

Tabel 12. Hasil uji heller

Tabung Perilaku Hasil

1

+ urin abnormal + 1 ml HNO3 pekat

Di permukaaan atas larutan terdapat cincin

putih keruh

2 + 1 ml HNO+ urin normal

3 pekat

Tidak terdapat cincin putih keruh

Berdasarkan dari praktikum yang dilakukan terbentuk cincin putih keruh pada permukaan larutan. Cincin tersebut menunjukan bahwa dalam urin abnormal terdapat albumin, sedangkan urin normal tidak terdapat albumin Urin abnormal ditambahkan dengan 1 ml HNO3 pekat melalui dinding

tabung. Secara perlahan terbentuklah cincin puitih keruh. Cincin tersebut merupakan koagulasi albumin karena penambahan asam nitrat pekat HNO3.

Albumin akan mengalami denaturasi ketika ditambahkan HNO3. Marks et al.

(2000) menjelaskan bahwa protein makanan dicerna menjadi asam amino yang kemudian dioksidasi untuk menghasilkan energi, dan nitrogen diubah menjadi urea dan produk ekskretorik lain yang mengandung nitrogen.

Uji Benzidin terhadap pigmen darah. Uji benzidin terhadap pigmen darah bertujuan untuk mengetahui pigmen darah (Hb) dalam urin abnormal. Prinsip kerjanya H2O2 yang ditambahkan dalam urin yang memiliki pigmen

darah mengalami dekomposisi menjadi 2H2O dan O2. Oksigen (O2) yang

bebas mengoksidasi benzidin menjadi derivatnya berwarna biru.

Tabel 13. Hasil uji benzidin terhadap pigmen darah

(20)

1

Hasil percobaan menunjukkan hasil positif pada tabung 1 dan tabung 2. Tabung 1 yang berisi Benzidin dan H2O2 ditambahkan urin normal, tidak

timbul warna dan tabung 2 yang berisi Benzidin dan H2O2 ditambahkan urin

abnormal, warna larutan berubah menjadi ungu pekat. Hasil postitif sudah sesuai dengan teori Marks et al. (2000) yang menjelaskan bahwa hidrogen peroksida mengalami dekomposisi menjadi air (H2O) dan oksigen yang

menjadi mampu mengoksidasi benzidin oleh katalase dan glutation peroksidase.

Uji Gmelin terhadap pigmen empedu. Uji Gmelin terhadap pigmen empedu bertujuan untuk mengetahui adanya pigmen empedu dalam urin abnormal. Prinsip kerjanya HNO3 mengkondensasi pigmen empedu dalam

urin sehingga membentuk warna hijau, biru, ungu, merah, dan kuning kemerahan.

Tabel 14. Hasil uji benzidin terhadap pigmen darah

Tabung Perilaku Hasil ditambahkan HNO3 berubah warna cincin merah. Warna tersebut mnujukan

adanya pigmen-pigmen empedu seperti bilirubin, biliverdin, urobilin, atau urobilinogen. Penambahan HNO3 bertujuan untuk mengkondensasi pigmen

(21)

menjelaskan bahwa urin mengandung komposisi 96% air, natrium, pigmen empedu, 1,5% garam, kalium, toksin, 2,5% urea(ureum), kalsium, bikarbonat, sulfat.Hasil positif menurut Marks et al. (2000) menyatakan bahwa senyawa berkondensasi dengan mengeliminasi air,uji gmelin urin dikondensasi oleh HNO3 membentuk larutan berwarna hijau, biru, ungu, merah dan kuning

kemerahan.

Uji Hay terhadap garam kholat. Uji Hay bertujuan untuk mengetahui adanya garam kholat dalam urin abnormal. Prinsip kerja dari uji Hay adalah pengendapan atau tenggelamnya serbuk belerang dalam urin yang menunjukkan dalam urin terdapat kholat yang menurunkan tegangan permukaan serbuk belerang (Yusiati,2016). Uji Hay ini digunakan 3 buah tabung reaksi. Pada tabung pertama dimasukkan 1 ml urin abnormal dan 1 sendok serbuk belerang, sedangkan pada tabung kedua diisikan 1 ml urin normal dan 1 sendok serbuk belerang serta tabung ketiga yang diisi dengan 1 ml air dan 1 sendok serbuk belerang.

Tabel 15. Hasil uji hay terhadap garam kholat

Tabung Perlakuan Hasil

1

+ 1 ml urin abnormal

+ serbuk belerang Serbuk belerang turun kedasar permukaan larutan

2

+ 1 ml urin normal

+ serbuk belerang ke dasar permukaan larutanSerbuk belerang tidak turun

3 + serbuk belerang+ 1 ml urin air ke dasar permukaan larutanSerbuk belerang tidak turun Pada tabung kedua dan tabung ketiga serbuk belerang tidak turun, namun serbuk belerang pada tabung kedua sedikit mengendap daripada serbuk belerang pada tabung pertama. Tabung pertama serbuk belerang turun ke permukaan larutan dan terjadi banyak pengendapan.

(22)

yang terdapat dalam urin yang berasal dari penguraian triptophan bereaksi dengan obermeyer menjadikan indikan berubah warna menjadi indigo biru yang larut dalam khloroform.

Tabel 15. Hasil uji obemeyer terhadap indikan

Tabung Perilaku Hasil

1

+ 4 ml urin abnormal + 5 ml pereaksi obemeyer

+ 2 ml khloroform

larutan berubah warna menjadi hijau kebiruan dan terdapat endapan

2

+ 4 ml urin normal + 5 ml pereaksi obemeyer

+ 2 ml chloroform

Terdapat busa putih dibagian bawah dan larutan berubah warna

menjadi kuning Hasil percobaan menunjukkan hasil positif. Hasil positif Rubenstein (2007) menjelaskan bahwa triptophan terpecah menghasilkan indikan dalam urin menjadikan larutan berwarna indigo biru.

(23)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa didalam urin terdapat senyawa organik, yaitu protein, urea, asam urat, garam amonium, dan garam urat, sedangkan senyawa anorganik, yaitu fosfat, sulfat, kalsium, kalium, dan klorida. Adanya ikatan peptida dalam urine dibuktikan dengan uji biuret terhadap ureum,adanya kandungan ureum dalam urine dibuktikan dengan uji enzimatik terhadap ureum, adanya kandungan garam urat dalam urine dibuktikan dengan uji Benedict, adanya asam urat dalam urin dibuktikan dengan uji murexida dan untuk mengetahui daya mereduksi asam urat dibuktikan dengan uji daya mereduksi asam urat.Pengujian tehadap urine abnormal dapat diketahui bahwa didalam urin abnormal terdapat pigmen, glukosa, protein, dan darah. Adanya gula mereduksi dalam urine dibuktikan dengan uji Benedict terhadap urine abnormal, adanya albumin dalam urine abnormal dibuktikan dengan uji Heller, adanya pigmen darah (Hb) dalam urine abnormal dibuktikan dengan uji Benzidin, adanya pigmen empedu dalam urine abnormal dibuktikan dengan uji Gmelin, adanya garam kholat dalam urine abnormal dibuktikan dengan uji Hay, adanya indikan dalam urine abnormal dibuktikan dengan uji Obermeyer.

(24)

Campbell, N.A., Reece, J.B.,Urry, L. A., Cain, M. L.,Wasserman, S.A .,Minorsky, P. V., Jackson, R. B. 2008. Biology. San Francisco:Pearson Education Inc.

Chen, Yuzhi., Yongqin Yu., Xuejin Li., Huasheng Zhou., Xueming Hong., Youfu Geng.2016. Fiber-optic Urine Specific Gravity Sensor Based on Surface Plasmon Resonance. Sensors and Actuators B: Chemical. 226 : 412-418.

Harper, Harold A., Victor W. Rodwell., Peter A. Mayes.1979. Review of Phsycological Chemistry. California: Lange Medical Publication.

Joshi dan Sarawat (2002)

Marks, D. B., Marks, A. D., & Smith, C. M. Biokimia kedokteran dasar : sebuah pendekatan klinis (1 ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2000

Moffat, D.B. 1975. The Mamalian Kidney. London: Cambridge University Press.

Murray RK, Granner DK, Mayesh PA, Rodwell VW. Biokimia Harper. Jakarta: EGC;1995.h.401-11

Saktiyono, Drs. 1998. Biologi. PT Intan Pariwara, Jakarta.

Wahyuni, Dina., A. Kusumaningrum, S. Maryatun, dan D. Handayani. 2009. Identifikasi Fungsi Ginjal dan Upaya Peningkatan Kesadaran untuk Pemenuhan Kebutuhan Cairan Tubuh pada Sopir-Kondektur Bus Mahasiswa UNSRI. Jurnal Pengabdian Sriwijaya. Universitas Sriwijaya Winarno. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)

Gambar

Tabel 6. Hasil uji pikrat

Referensi

Dokumen terkait

Pada sampel susu skim tidak menghasilkan warna ungu bening yang berarti hasil uji negatif (-), pada susu skim seharusnya mengandung ikatan peptida

Pada pengamatan uji dengan pereaksi biuret, tabung berkode 1 setelah di tambah larutan tembaga sulfat 0,5 % dan NaOH 10% terjadi perubahan warna dari kuning mejadi ungu

Sampel ditambah reagen seliwanorr (resorsinol dalam HCl 3N) akan menghasilkan warna orange/merah, dari adanya warna merah tersebut menunjukkan bahwa ketosa mengalami dehidrasi

Hal ini membuktikan bahwa pada tanah basa dengan kandungan bahan organic rendah, menyebabkan derajat kerut yang ditimbulkan besar.. Tanah yang memiliki derajat kerut pada

Selanjutnya pada uji koagulasi, larutan kuning telur, putih telur dan ikan giling ditambahkan larutan asam asetat yang kemudian dipanaskan sehingga dapat menghasilkan

Dalam uji denaturasi protein, tabung 1 tidak terdapat endapan, tabung 2 dan tabung 3 terdapat endapan, ini merupakan protein yang terkoagulasi, akibat adanya pemanasan

Pada Uji Xantoprotein yang kami lakukan didapatkan hasil bahwa sampel yang mengandung asam amino terosin tidak ada karena semua sampel yang kami uji menunjukkan tidak adanya perubahan

Prinsip pelaksanaan penentuan berat 1000 biji adalah 1000 butir benih hasil uji kemurnian benih ditimbang dengan tingkat kepekaan penimbangan pada uji kemurnian benih Tim Pengampu, 2013