• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH PERENCANAAN STRATEGIS (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH PERENCANAAN STRATEGIS (1)"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PERENCANAAN STRATEGIS PENGUATAN DAYA SAING UMKM DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI

ASEAN (MEA) 2015

Diajukan Dalam Rangka Mengikuti ESCOTER

Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

Diusulkan oleh :

YAENAL ARIFIN7111411063/ 2011

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SEMARANG

2013

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul “PERENCANAAN STRATEGIS PENGUATAN DAYA SAING UMKM DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015”.

Harapan kami, karya tulis ini dapat menjadi salah satu bahan ajar untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa ekonomi bagaimana sumber daya geothermal dapat menjadi solusi untuk kemandirian dan ketahan energi nasional.

Penulis menyajikan karya tulis ini dengan bahasa yang sederhana dan lugas dengan menekan pada aspek perencanaan strategis penguatan daya saing UMKM. Penyusunan karya tulis ini dimaksudkan untuk memperkenalkan dan menjelaskan bahwa potensi sector UMKM yang masih perlu dibenahi untuk mengahadapi Masyaraka Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

Semoga karya tulis ini dapat memenuhi harapan segenap civitas akademika untuk dapat memberikan semangat dalam mempelajari pentingnya sector UMKM sebagai salah satu pilar ekonomi di Indonesia. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Kritik dan saran dari civitas akademia kami nantikan demi kemajuan dan kesempurnaan karya tulis ilmiah kami yang akan datang.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PENGESAHAN...

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... vi

RINGKASAN... vii

BAB I PENDAHULUAN... Latar Belakang... Rumusan Masalah... Tujuan... Manfaat Penulisan... BAB II LANDASAN TEORI... BAB III METODOLOGI PENULISAN... BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 1

BAB V PENUTUP... 2

Kesimpulan... 2

Saran... 2

DAFTAR PUSTAKA... 32

(4)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1.1 P...

(5)

DAFTAR TABEL

TABEL 4.1 Potensi Panas Bumi Dunia ... 11

TABEL 4.2 Potensi Panas Bumi di Indonesia dan Cadangannya... 1

(6)
(7)
(8)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Implemetasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan diberlakukan dua tahun lagi, yaitu pada tahun 2015. MEA terwujud dari keinginan negara-negara ASEAN untuk mewujudkan ASEAN menjadi kawasan perekonomian yang solid dan diperhitungkan dalam percaturan perekonomian Internasional. Para Pemimpin ASEAN telah sepakat untuk mewujudkan MEA pada tahun 2015 dengan 4 pilar, yaitu (1) pasar tunggal dan basis produksi, (2) kawasan ekonomi berdaya saing tinggi, (3) kawasan dengan pembangunan ekonomi yang setara, dan (4) kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global. Dengan adanya MEA, tujuan yang ingin dicapai adalah adanya aliran bebas barang, jasa, dan tenaga kerja terlatih (skilled labour), serta aliran investasi yang lebih bebas. Dalam penerapannya MEA akan menerapkan 12 sektor prioritas, yaitu perikanan, e-travel, e-ASEAN, automotif, logistik, industri berbasis kayu, industri berbasis karet, furnitur, makanan dan minuman, tekstil, serta kesehatan.

(9)

UMKM di Indonesia telah terbukti mampu bertahan dari goncangan ekonomi dan menjadi penyelamat bagi perekonomian pada krisis keuangan tahun 1997 dan krisis global 2008. Jumlah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia saat ini sekitar 55 juta, dan menyerap 97% tenaga kerja Indonesia. Meski secara kuantitas sangat besar dan menyerap banyak tenaga kerja, pangsa dalam pendapatan nasional masih sekitar 57%.

Di Indonesia, UMKM hingga saat ini masih menghadapi berbagai permasalahan baik yang bersifat klasik atau intermediate atau advanced. Permasalahan tersebut bisa berbeda di satu daerah dengan daerah lain atau antar sektor atau perusahaan pada sektor yang sama. Namun ada sejumlah permasalahan yang umum dihadapi oleh semua UMKM. Walaupun perkembangan UMKM yang meningkat dari segi kuantitas tersebut belum diimbangi oleh meratanya peningkatan kualitas UMKM. Permasalahan klasik yang dihadapi yaitu rendahnya produktivitas. Keadaan ini disebabkan oleh masalah internal yang dihadapi UMKM yaitu: rendahnya kualitas SDM UMKM dalam manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran, lemahnya kewirausahaan dari para pelaku UMKM, dan terbatasnya akses UMKM terhadap permodalan, informasi, teknologi dan pasar, serta faktor produksi lainnya. Sedangkan masalah eksternal yang dihadapi oleh UMKM diantaranya adalah besarnya biaya transaksi akibat iklim usaha yang kurang mendukung dan kelangkaan bahan baku. Juga yang menyangkut perolehan legalitas formal yang hingga saat ini masih merupakan persoalan mendasar bagi UMKM di Indonesia

(10)

perlu dilakukan kajian mendalam guna menjabarkan bagaimana peran penting UMKM dan daya dukung pemerintah dalam membangun sector UMKM untuk persiapan mengahadapi MEA 2015 secara menyeluruh.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan karya tulis ini adalah :

1. Bagaimana kondisi UMKM di Indonesia?

2. Bagaimana peranan dan permasalahan UMKM di Indonesia?

3. Bagaimana peran pemerintah dalam membangun sektor UMKM?

4. Bagaimana strategi dan kebijakan yang harus dipersiapkan pemerintah terhadap sektor UMKM dalam menghadapi MEA 2015?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana kondisi UMKM di Indonesia saat ini.

2. Mengetahui bagaimana peranan dan permasalah UMKM di Indonesia?

3. Mengetahui bagaimana peranan pemerintah dalam membangun sektor UMKM?

4. Mengetahui strategi dan kebijakan yang harus dipesiapkan pemerintah terhadap sector UMKM dalam menghadapi MEA 2015.

(11)

Pembuatan karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak- pihak yang terkait yaitu masyarakat Indonesia pada umumnya dan khususnya bagi para pelaku ekonomi di Indonesia. a. Secara teoritis, manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah

untuk menambah pengetahuan mengenai kondisi UMKM di indo nesia dalam menghadpi MEA 2015.

b. Manfaat praktis dari karya tulis ilmiah ini adalah sebagai bahan masukan dalam persiapan dan strategi yang tepat untuk sektok UMKM dalam menghadapi MEA 2015.

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Strategies

Perencanaan strategis diperlukan oleh suatu perusahaan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan di proses awal. Konsep-konsep seperti perencanaan jangka panjang, penyusunan program, penyusunan anggaran

2.2 Daya Saing

(12)

merujuk kepada komitmen terhadap persaingan pasar dalam kasus perusahaan-perusahaan dan keberhasilan dalam persaingan internasional dalam kasus negara-negara.

Dalam dua dekade terakhir, seiring dengan semakin mengglobalnya perekonomian dunia dan persaingan bebas, daya saing telah menjadi satu dari konsep-konsep kunci bagi perusahaan-perusahaan termasuk UKM, negara-negara, dan wilayah-wilayah untuk berhasil dalam partisipasinya di dalam globalisasi dan perdagangan bebas dunia.

Dengan memakai konsep daya saing, dapat dibuat suatu model konseptual yang menghubungkan karakteristik-karakteristik pemilik UKM dan kinerja jangka panjang perusahaan. Model konseptual untuk daya saing UKM tersebut terdiri dari 4 (empat) unsur yaitu : (1) ruang lingkup daya saing perusahaan; (2) kapabilitas organisasi dari perusahaan; (3) kompetensi pengusaha/pemilik usaha; (4) dan kinerja. Hubungan antara kompetensi pengusaha/pemilik usaha dan tiga unsur lainnya merupakan inti dari model tersebut, dimana hubungan tersebut merupakan 3 (tiga) tugas prinsip pengusaha: (a) membentuk ruang lingkup daya saing; (b) menciptakan kapabilitas organisasi; (c) menetapkan tujuan-tujuan dan cara mencapainya.

Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Tambunan (2004), ada 3 (tiga) aspek penting yang mempengaruhi daya saing UKM, yakni (1) faktor-faktor internal perusahaan; (2) lingkungan eksternal; dan (3) pengaruh dari pengusaha/ pemilik usaha. Selanjutnya, di dalam penelitian ini, pengaruh dari pengusaha tersebut di tangani dengan pendekatan kompetensi dari sebuah proses atau perspektif perilaku.

(13)

Di Indonesia, terdapat beberapa definisi yang berbeda-beda tentang Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Pendefinisian ini antara lain oleh Badan Pusat Statistik, Kementerian Koperasi dan UKM, Bank Indonesia, Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Kesehatan. Definisi UKM menurut lembaga-lembaga tersebut diatas adalah sebagai berikut (Hubeis 2009) :

1. Badan Pusat Statistik (BPS) : UMKM adalah perusahaan atau industri dengan pekerja antara 5 – 19 orang.

2. Bank Indonesia (BI) : UMKM adalah perusahaan atau industri dengan karakteristik berupa;

(a) modal kurang dari 20 juta rupiah;

(b) untuk satu putaran usahanya hanya membutuhkan dana 5 juta rupiah;

(c) memiliki asset maksimal 600 juta rupiah di luar tanah dan bangunan;

(d) omzet tahunan ≥ 1 miliar rupiah.

3. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Undang-Undang No. 9 Tahun 1995) : UMKM adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional, dengan kekayaan bersih 50 juta – 200 juta rupiah (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dan omzet tahunan ≥ 1 miliar rupiah; dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2008 dengan kekayaaan bersih 50 juta – 500 juta rupiah dan penjualan bersih tahunan 300 juta – 2,5 miliar rupiah.

4. Kementerian Perindustrian :

a. Perusahaan memiliki aset maksimum 600 juta rupiah di luar tanah dan bangunan.

(14)
(15)

6. Kementerian Kesehatan : perusahaan yang memiliki penandaan standar mutu berupa Sertifikat Penyuluhan (SP), Merk Dalam Negeri (MD), dan Merk Luar Negeri (ML).

Adanya berbagai macam penetapan definisi mengenai UKM di atas membawa berbagai konsekuensi yang strategis. Definisi merupakan konsensus terhadap entitas UMKM sebagai dasar formulasi kebijakan yang akan diambil, sehingga paling tidak, ada 2 (dua) tujuan adanya definisi yang jelas mengenai UMKM, yaitu pertama, untuk tujuan administratif dan pengaturan; serta kedua, tujuan yang berkaitan dengan pembinaan (Adiningsih 2000).

Tujuan pertama berkaitan dengan ketentuan yang mengharuskan suatu perusahaan memenuhi kewajibannya, seperti membayar pajak, melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, serta mematuhi ketentuan ketenagekerjaan seperti keamanan dan hak pekerja lainnya. Sementara tujuan kedua lebih pada pembuatan kebijakan yang terarah seperti upaya pembinaan, peningkatan kemampuan teknis, serta kebijakan pembiayaan untuk UKM.

(16)

2.4 MEA 2015

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Pendekatan Penulisan

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif kualitatif berdasarkan kajian kepustakaan. Dalam pemilihan pendekatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara cermat mengenai keadaan atau gejala tertentu pada objek kajian. Dalam hal ini penulis berusaha membuat gambaran mengenai konsep Perencanaan Strategis Penguatan Daya Saing UMKM Dalam Persiapan Menghadapi MEA 2015.

3.2 Data dan Sumber Data

Data dalam penulisan karya tulis ini ada dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer meliputi buku-buku yang relevan dengan topic penulisan, karya tulis ilmiah, dan artikel dari internet. Adapun data sekunder bersumber dari situs internet. Sumber kajian ini diharapkan dapat memperkuat dan mempertajam pembahasan.

3.3 Metode Pengumpulan Data

(17)

Adapun pengumpulan data sekunder melalui situs –situs internet (Kemenkop, AEC Council) mengenai UMKM dan MEA 2015.

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 KARAKTERISTIK MEA 2015

Sejak KTT di Bali tahun 1967, Negara-negara ASEAN mengangkat masalah ekonomi menjadi bagian yang harus diperhatikan lebih serius. Untuk itu, negara-negara anggota perlu memperkokoh kerjasama ekonomi ASEAN dengan menentukan strategi agar perkembangan ekonomi intra-ASEAN semakin berkembang. Berbagai bentuk kerjasama pun dilaksanakan oleh Negara-negara ASEAN untuk mencapai tujuan ekonomi kawasannya.

(18)

(Mutual Recognation Arrangement) juga merupakan bagian dari agenda ASEAN untuk mencapai MEA 2015.

Cetak biru MEA diharapkan akan memberikan arah bagi perwujudan ASEAN sebagai sebuah kawasan basis produksi dan pasar tunggal. Sebuah pasar tunggal dan basis produksi pada dasarnya adalah sebuah kawasan yang secara keseluruhan dilihat oleh negara anggota ASEAN. Khusus dalam kerangka ASEAN, maka UMKM di Negara-negara ASEAN akan menghadapi era baru liberalisasi ,termasuk liberalisasi pasar keuangan, yang dicanangkan sebagai salah satu tujuan dalam ASEAN Economic Comumunity (AEC) atau masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015. Dengan MEA 2015 maka diharapkan ASEAN akan memiliki 4 karakteristik utama yaitu :

1. Pasar Tunggal dan Basis Produksi

Sebagai pasar tunggal dan basis produksi, ASEAN memiliki lima elemen utama, yaitu: (i) aliran bebas barang, (ii) aliran bebas jasa, (iii) aliran bebas investasi, (iv) aliran modal yang lebih bebas, serta (v) aliran bebas tenaga kerja terampil. Di samping itu, pasar tunggal dan basis produksi juga mencakup dua komponen penting lainnya, yaitu Priority Integration Sectors dan kerjasama di bidang pangan, pertanian dan kehutanan.

2. Kawasan Ekonomi yang Berdaya Saing Tinggi

(19)

Thailand, dan Viet-Nam. Malaysia belum memiliki undang-undang mengenai persaingan usaha, tetapi mengacu pada peraturan di tingkat sektoral untuk menjamin dan menegakkan persaingan usaha. Pada saat ini belum terdapat badan resmi ASEAN untuk kerjasama CPL (Competition Policy Law) yang berfungsi sebagai jaringan untuk badan-badan persaingan usaha atau badan terkait untuk tukar-menukar pengalaman dan norma-norma institusional mengenai CPL.

3. Kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Setara

Pembangunan ekonomi yang setara menjadi salah satu pilar dari MEA. Untuk mewujudkan hal ini, beberapa elemen yang perlu mendapatkan perhatian yaitu: (i) pengembangan UKM, dan (ii) inisiatif integrasi ASEAN (Initiative for ASEAN Integration/IAI).

4. Kawasan yang Terintegrasi dengan Ekonomi Global

(20)

Pencapaian MEA melalui penciptaan pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, bertujuan sebagai perluasan melalui integrasi regional untuk mencapai skala ekonomi yang optimal. Langkah-langkah intergrasi tersebut diharapkan mampu menjadi strategi penguatan daya saing yang tangguh dan sisi lain mampu membeerikan kontribusi yang positih bagi masyarakat ASEAN secara keseluruhan maupun individual Negara anggota. Pembentukan MEA juga menjadikan posisi ASEAN semakin kuta dalam menghadapi negosiasi internasional, baik merespons meningkatnya kecenderungan kerja sama regional,maupun posisi tawar ASEAN dengan mitra dialog seperti China, Korea, Jepang, Australia-Selandia Baru, dan India. Bahkan diharapkan terintegrasinya kawasan ekonomi ASEAN mampu meningkatkan posisi tawarnya dengan kawasan ekonomi lain di dunia.

Berikut adalah gambar peta rencana hubungan perdagangan ASEAN dengan kawasan ekonomi di dunia:

Gambar 1. Road Map hubungan perdgangan ASEAN dengan dunia

(21)

Posisi Indonesia

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia kira-kira terdapat 242 juta jiwa lebih penduduk di Indonesia, dengan jumlah penduduk yang sangat besar, Indonesia memliki potensi SDM yang sangat besar dari segi kuantitas. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 242,3 juta jiwa atau setara dengan dua perlima penduduk total ASEAN pada tahun 2011, membuat posisi Indonesia mau tidak mau harus menjadi perhatian bagi Negara-negara ASEAN.

Gambar 2. Jumlah penduduk ASEAN (dalam ribu orang)

Sumber : Supriadi, Agust dan Girsang, Erna S.U. 2011. Ekonomi ASEAN Layak Naik Kelas. Koran Bisnis Indonesia 5 Juli 2011

(22)

banyak negara yang “tumbang” diterpa pelemahan perekonomian global, perekonomian Indonesia masih dapat terjaga untuk tumbuh positif.

2.2 KONDISI UMKM SEBAGAI PILAR EKONOMI DI INDONESIA

Dari perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memainkan suatu peran vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju. Diakui secara luas bahwa UMKM sangat penting karena karakteristik-karakteristik utama mereka yang membedakan mereka dari usaha besar, terutama karena UMKM adalah usaha-usaha padat karya, terdapat di semua lokasi terutama di perdesaan, lebih tergantung pada bahan-bahan baku lokal, dan penyedia utama barang-barang dan jasa kebutuhan pokok masyarakat berpendapatan rendah atau miskin.(Sri Susilo,2007) Dengan menyadari betapa pentingnya UMKM tersebut, tidak heran kenapa pemerintah-pemerintah di hampir semua NSB mempunyai berbagai macam program, dengan skim-skim kredit bersubsidi sebagai komponen terpenting, untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan UMKM. Lembaga-lembaga internasional seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Organisasi Dunia untuk Industri dan Pembangunan (UNIDO) dan banyak negara-negara donor melalui kerjasama-kerjasama bilateral juga sangat aktif selama ini dalam upaya-upaya pengembangan (atau capacity building) UMKM di NSB.

(23)

kerja yang mampu diserap oleh usaha skala kecil, menengah, dan besar (Sri Susilo, 2007). Dari sisi jumlah unit usaha dan tenaga kerja yang mampu diserap maka UMKM jauh lebih besar dari usaha besar. Di sisi lain, dalam hal penciptaan nilai tambah bagi Produk Domestik Bruto (PDB) maka usaha besar (UB) jauh lebih besar daripada UMKM.

Gambar 3. Nilai Ekspor UMI, UK, UM, UB dan Total, 2008 (miliar rupiah)

Sumber : Kementrian Koperasi dan UMKM (www.depkop.go.id), diolah

Sebagian besar dari ekspor UMKM Indonesia berasal dari industri manufaktur, namun kontribusinya jauh lebih kecil dibandingkan pangsa ekspor UB di dalam total ekspor manufaktur Indonesia. Selain itu, pada umumnya UMKM industri manufaktur lebih berorientasi pada domestik dibandingkan ke luar negeri.

Masih kecilnya peran UMKM Indonesia di dalam ekspor non-migas mencerminkan dua hal yakni kapasitas produksi terbatas hingga tidak selalu mampu memenuhi permintaan ekspor dan daya saing yang rendah dari produk-produk yang dihasilkan kelompok usaha tersebut.

(24)

UMKM APEC terhadap 13 ekonomi anggota APEC pada tahun 2006 (APEC, 2006), yang hasilnya diperlihatkan pada Gambar .4

Gambar 4. Daya Saing UMKM di Sejumlah Negara/Ekonomi APEC

Sumber : APEC (2006)

2.3 PERANAN DAN PERMASALAHAN UMKM

(25)

2.4 PERANAN PEMERINTAH DI DALAM MEMBANGUN SEKTOR UMKM

Di Indonesia, sejak awal periode Orde Baru (1966-1998) hingga sekarang ini sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan UMKM di dalam negeri dalam berbagai macam program dan kebijakan/peraturan, termasuk menerbitkan Undang-undang (UU) UMKM Nomor 20 tahun 2008. Program-program yang telah/masih dilakukan antara lain dari berbagai skim kredit bersubsidi mulai dari KIK (Kredit Investasi Kecil) dan KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen) pada dekade 1970-an hingga KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang diperkenalkan oleh Presiden SBY.

Selain itu peranan pemerintah dalam mengembangkan UMKM baik dari segi finasial dan non finasial adalah sebagai berikut :

2.4.1 Penciptaan Iklim Usaha

Pemerintah pusat dan daerah menggagas untuk perizinan dan lembaga setara dinas dipersiapkan untuk mengelolanya pada tahun 2008. Dengan adanya dinas perizinan diharapkan mampu menyederhanakan perizinan baik dari sisi administrasinya maupun waktu pengurusan melalui satu pintu yaitu Dinas Perizinan. Selain itu, dengan disahkannya UU NO 31 tahun 2000 tentang desain industri hal ini menunjukkan bahwa pemerintah bersungguh-sungguh dalam upaya dalam memberikan perlindungan hukum terhadap desain industri yang sebelumnya belum mendapatkan pengaturan hukum sebelumnya.

(26)

Pembangunan infrastruktur baik fisik (seperti jalan raya, lstrik, dan fasilitas komunikasi serta pelabuhan ) maupun nonfisik (seprti lembaga pendanaan, pusat informasi, lembaga pendidikan/pelatihan, penelitian dan pengembangan/ laboratorium, mulai ditingkat desa, kecamatan, kabupaten, hingga tingkat provinsi. Pembangunan infrastruktur di daerah menjadi prioritas utama dalam APBD untuk melancarkan dan mengefisienkan keterkaitan bisnis antara UMKM di suatu daerah dengan pusat-pusat kegiatan ekonomi di kota-kota besar seperti DKI Jakarta, Surabaya,Semarang,Makasar dan Medan. Pembangunan dan modernisasi infrastruktur pendukung, termasuk logistik pelabuhan-pelabuhan laut sangat diperlukan agar ekspor dari UMKM daerah bisa menjadi efisien.

2.3.3 Permodalan

(27)

nasional. Peningkatan kontribusi pembiayaan perbankan kepada UMKM memerlukan sinergi yang terarah antara bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR) dengan mengoptimalkan sumber daya masing-masing pihak. Sejak awal, keberadaan BPR di tengah masyarakat adalah mengemban amanat untuk mengutamakan pembiayaan UMKM. Dalam perkembangannya UMKM memberikan daya tarik bagi bank umum, sehingga mulai mengarahkan strategi bisnisnya pada pembiayaan retail khususnya UMKM.

2.4 STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEBANGUN UMKM UNTUK MENGHADAPI MEA 2015

ASEAN Policy Blueprint for SME Development (APBSD) 2004– 2014 telah menetapkan bahwa pengembangan UMKM dilakukan dalam rangka menuju pertumbuhan ekonomi masyarakat ASEAN. Dalam APBSD tersebut telah mencantumkan bahwa pengembangan UMKM dilaksanakan melalui lima program, yaitu : (1) program pengembangan kewirausahaan; (2) peningkatan kemampuan pemasaran; (3) akses kepada keuangan; (4) akses kepada teknologi; dan (5) menciptakan kebijakan yang kondusif.(Sri Susilo,2007)

Dalam rangka menuju MEA tahun 2015, terdapat peluang yang besar bagi UKM untuk meraih potensi pasar dan peluang investasi harus dapat dimanfaatkan dengan baik. Guna memanfaatkan peluang tersebut, maka tantangan yang terbesar bagi UMKM menghadapi MEA adalah bagaimana mampu menentukan strategi yang jitu guna memenangkan persaingan.

(28)

cenderung membentuk jejaring (network); (2) tingkat industri yang pengorganisasian produksinya fleksibel dengan pertumbuhan yang didorong oleh inovasi/pengetahuan; didukung teknologi digital; sumber kompetisi pada inovasi, kualitas, waktu, dan biaya; mengutamakan research and development; serta mengembangkan aliansi dan kolaborasi dengan bisnis lainnya. (Tambunan,200)

Oleh karena itulah, mulai saat ini UKM harus mulai berbenah guna menghadapi perilaku pasar yang semakin terbuka di masa mendatang. Para pelaku UMKM tidak boleh lagi harus mengandalkan buruh murah dalam pengembangan bisnisnya. Kreativitas dan inovasi melalui dukungan penelitian dan pengembangan menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Kerjasama dan pembentukan jejaring bisnis, baik di dalam dan di luar negeri sesama UKM maupun dengan pelaku usaha besar harus dikembangkan.

Peranan pemerintah tentu menjadi penting terutama untuk mengantarkan mereka agar mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya dalam memanfaatkan MEA pada tahun 2015. Beberapa upaya yang perlu dilakukan pemerintah untuk memberdayakan UMKM adalah:

1. Meningkatkan kualitas dan standar produk

(29)

2. Meningkatkan akses finansial

Isu finansial dalam pengembangan bisnis UKM sangatlah klasik. Selama ini, belum banyak UKM yang bisa memanfaatkan skema pembiayaan yang diberikan oleh perbankan. Hasil survey Regional Development Institute (REDI, 2002) menyebutkan bahwa ada 3 gap yang dihadapi berkaitan dengan akses finansial bagi UKM, (1) aspek formalitas, karena banyak UKM yang tidak memiliki legal status; (2) aspek skala usaha, dimana sering sekali skema kredit yang disiapkan perbankan tidak sejalan dengan skala usaha UKM; dan (3) aspek informasi, dimana perbankan tidak tahu UKM mana yang harus dibiayai, sementara itu UKM juga tidak tahu skema pembiayaan apa yang tersedia di perbankan. Oleh karena itu, maka ketiga gap ini harus diatasi, diantaranya dengan peningkatan kemampuan bagi SDM yang dimiliki UKM, perbankan, serta pendamping UKM. Pada sisi lain, harus juga diberikan informasi yang luas tentang skema-skema pembiayaan yang dimiliki perbankan.

(30)

2 Februari 2011 lalu harus ditindaklanjuti dengan langkah kongkrit, seperti penyusunan grand strategy pengembangan kewirausahaan dan pelaksanaan dilapangan yang dilakukan dalam kaitannya dan bertanggung jawab. Hal penting yang juga perlu diperhatikan adalah perlunya dukungan modal awal terutama bagi wirausaha pemula.

4. Memperkuat dan meningkatkan akses dan transfer teknologi bagi UKM untuk pengembangan UKM inovatif

Akses dan transfer teknologi untuk UKM masih merupakan tantangan yang dihadapi di Indonesia. Peranan inkubator, lembaga riset, dan kerjasama antara lembaga riset dan perguruan tinggi serta dunia usaha untuk alih teknologi perlu digalakkan. Kerjasama atau kemitraan antara perusahaan besar, baik dari dalam dan luar negeri dengan UKM harus didorong untuk alih teknologi dari perusahaan besar kepada UKM. Praktek seperti ini sudah banyak berjalan di beberapa Negara maju, seperti USA, Jerman, Inggris, Korea, Jepang dan Taiwan. Model-model pengembangan klaster juga harus dikembangkan, karena melalui model tersebut akan terjadi alih teknologi kepada dan antar UKM.

5. Memfasilitasi UKM berkaitan akses informasi dan promosi di luar negeri

(31)
(32)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

Pemerintah

UMKM

 Membangun Kemitraan dengan pemerintah dibidang sains dan  Masyarakat

(33)
(34)

CURICULUM VITAE

Nama Lengkap : Yaenal Arifin

Prodi/Angkatan : Ekonomi Pembangunan S1/2011

Fakultas : Ekonomi

Universitas : Universitas Negeri Semarang Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 20 november 1991

Agama : Islam

Alamat : Jalan Srikaton Barat III Rt. 02/ Rw.VI Purwoyoso, Semarang

CP : 085741419699

Gambar

Gambar 1. Road Map hubungan perdgangan ASEAN dengan dunia
Gambar 2. Jumlah penduduk ASEAN (dalam ribu orang)
Gambar 3. Nilai Ekspor UMI, UK, UM, UB dan Total, 2008
Gambar 4. Daya Saing UMKM di Sejumlah Negara/Ekonomi APEC

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh leverage, ukuran perusahaan (Size), umur perusahaan (Firm Age), CSR, dan kinerja lingkungan terhadap earning response

Bagaimana menerapkan aplikasi penyandian data di dalam database MySQL menggunakan metode vernam cipher dan gronsfeld cipher di

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yang bersifat eksploratif, bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena serta menggali

c. Anak menirukan ustadzahnya, bilamana ada yang sudah benar tidak perlu diulang, tapi jika ada yang keliru maka diulang sampai anak bisa menirukan ustadzah. Kalau sudah

Dari hasil wawancara dan pembahasan hal-hal apa saja yang menjadi kendala dan bagaimana solusinya dalam pengelolaan dana zakat, infaq dan shodaqoh secara

Dari sejumlah hasil riset, sebagian besar sasaran utama iklan adalah remaja karena karakteristik remaja yang masih labil menyebabkan mereka mudah dipengaruhi untuk

UMKM memiliki peran yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia karena UMKM merupakan penggerak utama ekonomi Indonesia, pada tahun 2018 diketahui bahwa UMKM

Penulis melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan data dan pengetahuan dari berbagai buku, jurnal dan dari diktat pelatihan petugas kredit yang dibutuhkan