iv ABSTRAK
GAMBARAN DISTRIBUSI PENDERITA TONSILEKTOMI YANG DIRAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE TAHUN 2009
Rikha , 2010 Pembimbing I : dr. Freddy Tumewu A., MS Pembimbing II : dr. Evi Yuniawati, MKM
Tonsil adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh yang akan membesar sebagai reaksi pertahanan bila ada infeksi. Penatalaksanaan tonsilitis sendiri adalah dengan antibiotik ataupun dengan tonsilektomi. Tonsilektomi didefinisikan sebagai operasi pengangkatan seluruh tonsil palatina dan sudah sejak lama dikenal yaitu sekitar 2000 tahun yang lalu. Tonsilektomi diperkenalkan pertama kali oleh Cornelius Celcus seorang penulis dan peneliti Romawi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi tonsilektomi yang dirawat inap dengan karakteristik distribusi menurut usia, jenis operasi, gejala klinis, lamanya rawat inap, akut atau kronis, komplikasi yang terjadi dan penanganannya serta penggunaan antibiotik pasca tonsilektomi di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode tahun 2009.
Metode penelitian dilakukan secara deskriptif observasional dengan rancangan penelitian retrospektif terhadap data rekam medis pasien tonsilektomi yang dirawat inap di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode tahun 2009.
Hasil yang diperoleh menunjukkan pada periode tahun 2009, terdapat 41 kasus tonsilektomi yang dirawat inap di Rumah Sakit Immanuel Bandung dengan keseluruhan penderita didiagnosis tonsilitis kronis.
Kesimpulan didapatkan gejala klinis tersering berupa odinofagia 85,4%, antibiotik pasca tonsilektomi yang paling banyak dipakai adalah golongan penicillin yaitu 39,1%, 63,4% merupakan pasien dewasa dan 9,8% pasien dengan komplikasi perdarahan.
v
ABSTRACT
DESCRIPTION OF DISTRIBUTION INPATIENT TONSILLECTOMY AT IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG
PERIOD YEAR 2009
Rikha , 2010 Tutor I : dr. Freddy Tumewu A, MS Tutor II : dr. Evi Yuniawati, MKM
Tonsils are part of the body’s defense system that will grow as a defense reactions when there is infection. Tonsillitis treatment is with antibiotics or with tonsillectomy. Tonsillectomy is defined as surgical removal of the palatine tonsils and has long been known that around 2000 years ago. It was first introduced by Cornelius Celcus, a Roman writer and researcher.
The aim of this study is to determine the prevalence of inpatient tonsillectomy on distribution characteristics, based on age, type of operation, symptoms, length of hospitalization, acute or chronic, complication and the treatment, and the use of post tonsillectomy antibiotic at Immanuel Hospital Bandung , for period year 2009.
The research method is a observasional descriptive with retrospective design of the medical record of inpatients with tonsillectomy at Immanuel Hospital Bandung, for period year 2009.
The results showed that in period year 2009, there were 41 cases of inpatients tonsillectomy at Immanuel Hospital Bandung which overall patient were diagnosted as chronic tonsillitis.
The conclusion obtained that 85,4% of odinophagia as the most common symptom, 39,1% of penicillin as the most common used antibiotic post tonsillectomy, 63.4% are adult patients and 9,8% patients with bleeding complication.
viii DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2
1.3.1 Maksud Penelitian ... 2
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3
1.4.1 Manfaat Praktis ... 3
1.4.2 Manfaat Akademis ... 3
1.5 Metodologi ... 3
1.6 Waktu dan Tempat Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Tonsil ... 4
2.1.1 Embriologi dan Perkembangan Tonsil ... 4
2.1.2 Anatomi Tonsil ... 5
2.1.3 Histologi Tonsil ... 6
ix
2.1.5 Tonsil Faringeal (adenoid) ... 7
2.1.6 Fosa Tonsil ... 8
2.1.7 Kapsul tonsi ... 8
2.1.8 Plika Triangularis ... 8
2.1.9 Vaskularisasi ... 9
2.1.10 Sistem Limfatik ... 9
2.1.11 Persarafan ... 9
2.1.12 Imunologi Tonsil ... 10
2.2 Tonsilitis ... 10
2.2.1 Definisi ... 10
2.2.2 Etiologi ... 10
2.2.3 Predisposisi ... 11
2.2.4 Patofisiologi ... 12
2.2.5 Manifestasi Klinis ... 12
2.2.6 Komplikasi ... 13
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang ... 13
2.2.8 Diagnosa Banding ... 13
2.2.9 Penatalaksanaan... 13
2.3 Tonsilektomi ... . 14
2.3.1 Definisi ... 14
2.3.2 Epidemiologi ... 14
2.3.3 Indikasi ... 15
2.3.4 Kontraindikasi Tonsilektomi ... 16
2.3.5 Teknik Operasi Tonsilektomi ... 17
2.3.5.1 Guillotine ... 17
2.3.5.2 Diseksi ... 18
2.3.5.2.1 Elektrokauter ... 18
2.3.5.2.2 Radiofrekuensi... 18
2.3.5.2.3 Skapel Harmonik... 19
2.3.5.2.4 Coblation ... 20
x
2.3.5.2.6 Laser (CO2-KTP) ... 21
2.3.6 Persiapan Praoperasi ... 21
2.3.6.1 Penilaian Praoperasi ... 21
2.3.6.2 Penilaian Praanestesia ... 24
2.3.7 Observasi Pasca Operasi di Ruang Pemulihan ... 24
2.3.8 Komplikasi ... 26
2.3.8.1 Komplikasi Anastesi ... 26
2.3.8.2 Komplikasi Bedah ... 26
2.3.8.2.1 Perdarahan ... 26
2.3.8.2.2 Nyeri ... 27
2.3.8.2.2 Komplikasi lain ... 28
2.3.8 Penyulit ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30
3.1 Metode Penelitian ... 30
3.2 Rancangan Penelitian ... 30
3.3 Teknik Pengambilan Data ... 30
3.4 Instrumen Penelitian ... 30
3.5 Sampel Penelitian ... 31
3.6 Kriteria Sampel Penelitian ... 31
3.7 Definisi Operasional ... 31
3.8 Alur Penelitian ... 32
3.9 Teknik Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32
4.1 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan Umur ... 32
4.2 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan Akut atau kronis ... 33
4.3 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan Besarnya Tonsil ... 34
xi
Pasien ... 34
4.5 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan Lamanya Rawat Inap ... 35
4.6 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan Jenis Operasi ... 36
4.7 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan Komplikasi ... 37
4.8 Distribusi Pasien Tonsilektomi Berdasarkan Jenis Antibiotik Pasca Tonsilektomi ... 38
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 40
5.1 Simpulan ... 40
5.2 Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41
LAMPIRAN ... 43
RIWAYAT PENULIS ... 49
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Jangka waktu Puasa Persiapan Rutin Prabedah Elektif ... 23
Tabel 4.1 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan
Umur ... ... 32
Tabel 4.2 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan Akut
atau Kronis ... 33
Tabel 4.3 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan
Besarnya Tonsil ... 34
Tabel 4.4 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan
Gejala Klinis Pasien ... 34
Tabel 4.5 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan
Lamanya Rawat Inap ... 35
Tabel 4.6 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan Jenis
Operasi ... 36
Tabel 4.7 Distribusi Pasien Tonsilektomi di RSI Berdasarkan
Komplikasi ... 37
Tabel 4.8 Distribusi Pasien Tonsilektomi Berdasarkan Jenis
Antibiotik Pasca Tonsilektomi ... 38
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Anatomi tonsil palatina dan jaringan sekitarnya ... 5
Gambar 2.2. Histologi Tonsil dengan pewarnaan H&E ... 6
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I. Data Rekam Medis Penderita Tonsilektomi Yang
Dirawat Inap di Rumah Sakit Immanuel Bandung
43 Lampiran I : Data Rekam Medis Penderita Tonsilektomi Yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Tahun 2009
NO UMUR SEX AKUT/ KRONIS
BESAR TONSIL
LAMA MENGINAP
(HARI)
GEJALA KLINIK JENIS OP
KOMPLIKASI DAN TINDAKANNYA
ANTIBIOTIK
1 23 P Kronis T2 - T2 2 odinofagia berulang,
sesak nafas TE Sefalosporin I
2 30 P Kronis T2 - T2 1 odinofagia, dysphagia,
febris TE Makrolid
3 12 L Kronis T2 - T2 1 odinofagia, dysphagia
2-4 x/bln TA Penicillin
4 20 P Kronis T2 - T2 1 odinofagia, febris TE kuinolon
5 21 P Kronis T2 - T2 6 odinofagia, dysphagia TE Makrolid
6 28 P Kronis T2 - T2 2 dyspnoe malam 2
minggu TE Makrolid
7 9 L Kronis T2 - T2 1
odinofagia, ngorok, sleep apnea, febris, mouth breathing
44
8 11 P Kronis T2 - T2 1 odinofagia, febris TE Sefalosporin III
9 9 P Kronis T3 - T3 1
odinofagia 3 hari, dysphagia, batuk,mengorok, kurang konsentrasi
TA Penicillin
10 11 L Kronis T2 - T2 4 odinofagia, febris TE Makrolid
11 6 L Kronis T2 - T2 3 odinofagia TA Penicillin
12 14 L Kronis T2 - T2 2 odinofagia, febris,
ngorok, sleep apnea TA Makrolid
13 10 L Kronis T2 - T2 2 odinofagia TA Makrolid
14 8 P Kronis T2 - T2 1 odinofagia, dyspnoe TA Penicillin
15 31 L Kronis T2 - T2 2 odinofagia, febris
berulang TE Penicillin
16 27 P Kronis T2 - T2 1 odinofagia berulang,
45
17 14 L Kronis T2 - T2 1 odinofagia, ngorok,
mouth breathing TA Sefalosporin I
18 26 P Kronis T2 - T2 2 sakit tenggorokan,
febris TE Sefalosporin III
19 29 P Kronis T2 - T2 3 odinofagia TE Penicillin
20 7 L Kronis T2 - T2 1 odinofagia, febris TE Sefalosporin III
21 15 L Kronis T2 - T2 1
tonsilitis, odinofagia, mouth breathing,
dyspnoe
TA Penicillin
22 35 P Kronis T2 - T2 1 Odinofagia berulang TE Sefalosporin III
23 9 P Kronis T3 - T3 1 dyspnoe, ngorok shgga
46
24 39 P Kronis T2 - T2 1 odinofagia, febris TE Penicillin
25 10 L Kronis T2 - T2 1 odinofagia, febris TE Penicillin
26 13 P Kronis T2 - T2 1 odinofagia, ngorok,
tidur gelisah TE Sefalosporin I
27 50 L Kronis T2 - T2 2 odinofagia, rasa
mengganjal TE Kuinolon
28 10 L Kronis T2 - T2 1
odinofagia, ngorok, sleep apnea, mouth
breathing
TA Sefalosporin III
29 39 L Kronis T3 - T3 1 odinofagia, dysfagia TE Sefalosporin II
30 38 L Kronis T2 - T2 1 odinofagia, dysfagia,
47
31 36 L Kronis T2 - T2 1 odinofagia, febris TE Penicillin
32 42 L Kronis T2 - T2 2 odinofagia, batuk,
pilek, demam TE Sefalosporin III
33 14 L Kronis T2 - T2 1
odinofagia, batuk, pilek, demam, ngorok,
sleep apnea
TA Makrolid
34 25 P Kronis T2 - T2 2 odinofagia, febris TE Makrolid
35 23 P Kronis T2 - T2 1 odinofagia TE Sefalosporin III
36 4 L Kronis T2 - T2 1 odinofagia, sleep
apnea, ngorok TA Penicillin
48
38 24 L Kronis T3 - T3 1 TE Perdarahan post
tonsilektomi - Cauter Makrolid
39 4 P Kronis T3 - T3 2 odinofagia,
disfagia,febris TA
Perdarahan post
tonsilektomi - Cauter Penicillin
40 6 P Kronis T3 - T3 1 TE Perdarahan post
tonsilektomi - Tampon Penicillin
41 19 L Kronis T2 - T2 1 TE Perdarahan post
49
RIWAYAT HIDUP
Nama : Rikha Yunita
Nomor Pokok Mahasiswa : 0710212
Tempat/Tanggal lahir : P. Siantar, 26 Juni 1989
Alamat : Jalan William Iskanadar
Kompleks MMTC blok E No. 35
Medan - Sumatera Utara
Riwayat Pendidikan : Tahun 1995, lulus TK Methodist
Perdagangan
Tahun 2001, lulus SD Methodist
Perdagangan
Tahun 2004, lulus SMP Methodist
Pematang Siantar
Tahun 2007, lulus SMA Sutomo 1 Medan
Tahun 2007 – sekarang, mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tonsil (amandel) adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh. Karena
posisinya, banyak benda asing yang melaluinya dan bisa menimbulkan infeksi.
Tonsil berperan dalam menahan setiap serangan kuman. Karena itu tonsil akan
membesar sebagai reaksi pertahanan bila ada infeksi (Arie, 2007).
Penatalaksanaan tonsilitis sendiri adalah dengan antibiotik ataupun dengan
tonsilektomi. Tonsilektomi didefinisikan sebagai operasi pengangkatan seluruh
tonsil palatina. Tonsilektomi sudah sejak lama dikenal yaitu sekitar 2000 tahun
yang lalu. Cornelius Celcus seorang penulis dan meneliti Romawi yang pertama
memperkenalkan cara melepaskan tonsil dengan menggunakan jari dan
disarankan memakai alat yang tajam, jika dengan jari tidak berhasil. Tahun 1867
dikatakan bahwa sejak tahun 1000 sebelum masehi orang Indian Asiatik sudah
terampil dalam melakukan tonsilektomi. Frekuensi tindakan ini mulai menurun
sejak ditemukannya antibiotik untuk pengobatan penyakit infeksi (Arwansyah,
2007).
Pada awal tahun 1960 dan 1970-an, telah dilakukan 1 sampai 2 juta
tonsilektomi setiap tahunnya di Amerika Serikat. Angka ini menunjukkan
penurunan dari waktu ke waktu dimana pada tahun 1996, diperkirakan 287.000
anak-anak di bawah 15 tahun menjalani tonsilektomi, dengan atau tanpa
adenoidektomi. Dari jumlah ini, 248.000 anak (86,4%) menjalani
tonsiloadenoidektomi dan 39.000 lainnya (13,6%) menjalani tonsilektomi saja.
Hal serupa juga ditemukan di Skotlandia. Sedangkan pada orang dewasa berusia
16 tahun atau lebih, angka tonsilektomi meningkat dari 72 per 100.000 pada tahun
1990 (2.919 operasi) menjadi 78 per 100.000 pada tahun 1996 (3.200 operasi)
(Arwansyah, 2007).
Di Indonesia, belum ada data nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi.
2
menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah operasi tonsilektomi dengan
puncak kenaikan pada tahun kedua sebanyak 275 kasus dan terus menurun sampai
tahun 2003 sebanyak 152 kasus (Arwansyah, 2007). Penelitian ini dapat
memberikan pengetahuan dan informasi mengenai pentalaksanaan tonsilitis
dengan tonsilektomi yang dirawat inap di RS Immanuel Bandung periode tahun
2009.
1.2 Identifikasi Masalah
Bagaimanakah distribusi tonsilektomi yang dirawat inap menurut usia ,jenis
operasi, gejala klinis, lamanya rawat inap, akut atau kronis, komplikasi yang
terjadi dan penanganannya serta jenis antibiotik pasca tonsilektomi di Rumah
Sakit Immanuel Bandung periode 2009.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Mengetahui distribusi tonsilektomi dan penatalaksanaan pasca tonsilektomi di
Rumah Sakit Immanuel Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Ingin mengetahui distribusi tonsilektomi yang dirawat inap menurut usia, jenis
operasi, gejala klinis, lamanya rawat inap, akut atau kronis, komplikasi yang
terjadi dan penanganannya serta jenis antibiotik pasca tonsilektomi di Rumah
3
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
1.4.1 Manfaat Praktis
Menambah wawasan masyarakat agar mengobati tonsilitis yang akut sampai
tuntas agar tidak menjadi kronis sehingga prevalensi tonsilektomi dapat
berkurang.
1.4.2 Manfaat Akademis
Menambah wawasan mengenai penatalaksanaan tonsilitis dengan tonsilektomi
sebagai bahan pembelajaran.
1.5 Metode Penelitian
Jenis penelitian : Deskriptif observasional
Rancangan penelitian : Retrospektif
Sampel penelitian : Whole Sample
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Immanuel. Penelitian dilakukan
40 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Dari 41 pasien tonsilektomi yang dirawat inap di RS Immanuel didapatkan
63,4% merupakan pasien dewasa.
2. Keseluruhan sampel didiagnosis tonsilitis kronis dan sebanyak 60,9%
pasien dirawat inap selama 1 hari.
3. Pembesaran tonsil terbanyak adalah T2-T2 dengan gejala klinis tersering
odinofagia dan disfagia.
4. Dari 41 pasien didapatkan 4 pasien mengalami komplikasi perdarahan
pasca tonsilektomi dan 3 orang diantaranya diterapi dengan kauter.
5. Sebanyak 70,7% menjalani operasi tonsilektomi tanpa disertai
adenoidektomi.
6. Jenis antibiotik yang paling banyak digunakan pasca tonsilektomi adalah
golongan penicillin (39,1%).
5.2 Saran
1. Disarankan untuk mengobati tonsilitis yang akut sampai tuntas agar tidak
menjadi kronis.
2. Data rekam medik pasien dibuat lebih lengkap dan tepat sehingga data
tersebut dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan bagi tenaga medis
41
DAFTAR PUSTAKA
Arie Yulianto. 2007. Sakit Amandel Dan Perlukah Dioperasi?
http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2007/11/sakit-amandel-dan-perlukah dioperasi. 7 Desember 2010.
Arwansyah Wanri. 2007. Tonsilektomi.
http://klikharry.files.wordpress.com/2007/09/tonsilektomi.pdf. 4 Oktober 2010.
Bailey BJ. 2001. Tonsillectomy. In : Bailey BJ, Calhour KH, Friedman NR, Newlands SD, Vrabec JT (editors). Atlas of Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 2nd edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. p.327-2-327-6.
Brodsky L., Poje C. 2001. Tonsilitis, Tonsillectomy and adenoidectomy. In : Bailey. Head and neck surgery-otolaryngology. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. p.980-91.
Darrow D.H., Siemens C. 2002. Indications for tonsillectomy and adenoidectomy. Laryngoscope, 112:6-10.
Ferrari L.R., Vassalo S.A. Anesthesia for otolaryngology procedures. In : Cote CJ, Todres ID, Ryan JF, Goudsouzian NG ( editors). A Practice of anesthesia for infants and children. 3rd edition. Philadelphia : WB Saunders. p.461-67.
Henny Kartika. 2009. Tonsilektomi.
http://hennykartika.wordpress.com/category/tenggorok/. 12 Desember 2010.
Imaniar Ranti. 2010. Indikasi Tonsilektomi pada Tonsilitis Kronis.
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=Indikasi+Tonsilektomi+pada +Tonsilitis+Kronis. 10 November 2010.
Koltai P.J., Solares A., Mascha E.J., Meng Xu. 2002. Intracapsular partial tonsillectomy for tonsillar hypertrophy in children. Laryngoscope, 112:17-19.
42
Mansjoer A., Triyanti K., Rakhmi S., Wardhani W. I., Setiowulan W. 2001. Hipertrofi Adenoid. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid Pertama. Jakarta : Media Aesculapius FK UI. Hal. 112.
Mikradia Elysia. 2007. Perbedaan Terapi Antibiotik Amoxycillin dengan
Thiamfenikol Terhadap Waktu Penyembuhan Pasca Tonsilektomi di RSUD dr. H. Soewondo Kendal.
http://www.unissula.ac.id/perpus/index.php?option=com_content&view=articl e&id=344:perbedaan-terapi-antibiotik-amoxycillin-dengan-thiamfenikol- terhadap-waktu-penyembuhan-pasca-tonsilektomi-di-rsud-dr-h-soewondo-kendal&catid=37:skripsi-kedokteran&Itemid=58. 10 November 2010.
Ronald A. B., Adel K. A., Paul M. H. 2002. Palatine Tonsil. http:/www.anatomuatlases.org/MicroscopicAnatomy/Section09/Plate09162.sht ml. 10 November 2010.
Rusmarjono, Efiaty, A.S. 2007. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan leher. Edisi 6. Jakarta : FK UI. Hal. 221-25.
Terrence E. S. 2002. Peritonsillar Abscess: Diagnosis and Treatment. http://www.aafp.org/afp/2002/0101/p93.html. 10 November 2010.
Yandianto. 2000. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: M2S. hal.128.