• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOLEKSI E-DEPOSIT PERPUSTAKAAN NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KOLEKSI E-DEPOSIT PERPUSTAKAAN NASIONAL"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

KUMPULAN ABSTRAK JURNAL

KOLEKSI E-DEPOSIT PERPUSTAKAAN

NASIONAL

TEMA GEOLOGI

2020

PENYUSUN : GIBRAN BIMA GHAFARA

PENYUNTING : RUDI HERNANDA

(2)

2 IMOBILITAS UNSUR TANAH JARANG (UTJ) SELAMA

MINERALISASI CU PADA GRANITOID SULIT AIR, PROVINSI SUMATRA BARAT

Ronaldo Irzon, Ildrem Syafri1, Iwan Setiawan, Johannes Hutabarat, Purnama Sendjaja, Agus Didit Haryanto

ABSTRAK

Transfer massa terkait perubahan komposisi geokimia batuan induk akibat alterasi hidrotermal, metasomatisme, maupun pelapukan menjadi topik untuk mempelajari proses geologi terkait. Perubahan massa tersebut dapat dijelaskan dan divisualisasikan melalui metode Isocon. Mineralisasi tembaga teridentifikasi pada salah satu bagian dari Granitoid Sulit Air di Kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten Solok. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan transfer massa akibat mineralisasi Cu pada Granitoid Sulit Air dengan diagram Isocon. XRF dan ICP-MS di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Kementerian ESDM (2015) digunakan sebagai perangkat pengukuran kadar oksida utama, unsur jejak, dan unsur tanah jarang. Berdasarkan korelasi antara kandidatnya, Al2O3 dianggap sebagai oksida immobile. K2O, Rb, Sr, dan Ba terkayakan sedangkan oksida utama lain maupun unsur jejak diketahui terkurangkan akibat mineralisasi Cu. UTJ terdeteksi immobile akibat mineralisasi Cu dengan karakter yang relatif sama antara batuan segar dan teralterasi. Meski demikian, sebagian Ce teroksidasi akibat proses mineralisasi sehingga menurunkan anomali positif Ce. Penurunan nilai anomali negatif Eu pada sampel teralterasi dapat mengakibatkan plagioklas semakin terkurangkan. Karakter tipe-I Granitoid Sulit Air diperjelas melalui nilai perbandingan A/CNK, perbandingan N2O terhadap K2O, perbandingan Rb/Sr, dan perbandingan Rb/Ba. Afinitas granitoid busur kepulauan menunjukkan bahwa pembentukan Granitoid Sulit Air terkait dengan vulkanisme di bagian barat Sumatra.

Kata kunci :Granitoid Sulit Air, geokimia, Isocon, mineralisasi Cu.

(3)

3 Nama Jurnal : Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan

Volume : Vol. 29, No.2, Desember 2019 Doi/Link : 10.14203/risetgeotam2019.v29.1019

(4)

4 STRUKTUR KECEPATAN SEISMIK DI BAWAH GUNUNG

MERAPI DAN SEKITARNYA BERDASARKAN STUDI TOMOGRAFI SEISMIK WAKTU TEMPUH

Mohamad Ramdhan, Said Kristyawan, Andry Syaly Sembiring, Daryono, Priyobudi

ABSTRAK

Periode erupsi Gunung Merapi yang relatif pendek menjadi penyebab banyaknya ahli ilmu kebumian meneliti proses yang terjadi, baik di bawah permukaan maupun di bagian puncak gunung api tersebut. Jaringan seismik DOMERAPI yang terdiri dari 53 stasiun seismik digunakan untuk memahami karakteristik reservoir magma utama di bawah Gunung Merapi dengan periode perekaman data dari bulan Oktober 2013 sampai pertengahan bulan April 2015. Sejumlah 464 gempa berhasil dideteksi oleh jaringan seismik DOMERAPI dengan mayoritas gempanya berada di luar jaringan seismik tersebut karena Gunung Merapi pada saat itu berada dalam keadaan tidak aktif.

Gempa-gempa yang berada di luar jaringan seimik tersebut digunakan untuk mendeliniasi reservoir magma utama di bawah Gunung Merapi. Reservoir magma utama di bawah Gunung Merapi teridentifikasi pada kedalaman sekitar 15 km di bawah permukaan laut (MSL) yang dicirikan dengan Vp dan rasio Vp/Vs yang tinggi serta Vs yang rendah. Keberadaan reservoir magma dangkal yang berkaitan dengan fluid percolation juga teridentifikasi dengan jelas pada studi ini yang berada pada kedalaman kurang dari 5 km di bawah MSL yang dicirikan dengan Vp yang rendah, rasio Vp/Vs yang tinggi dan Vs yang rendah. Adapun keberadaan reservoir magma dalam Gunung Merapi tidak berhasil diidentifikasi pada studi ini karena keterbatasan resolusi data seismik.

Kata kunci: Merapi, DOMERAPI, magma, reservoir, Vp, rasio Vp/Vs, Vs.

(5)

5 Nama Jurnal : Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan

Volume : Vol. 29, No.2, Desember 2019 Doi/Link : 10.14203/risetgeotam2019.v29.1047

(6)

6 DOSIS RATA-RATA HARIAN DAN EFEKTIF TAHUNAN

RADON AIRTANAH PADA DAERAH GUNUNG MASIGIT KECAMATAN CIPATAT KABUPATEN BANDUNG BARAT

INDONESIA

Azhari1, Ivhatry Rizky Octavia Putri Susilo, Bintarsih, Rachmat Fajar Lubis, Suhardjo Sitam

ABSTRAK

Konsentrasi radon dapat mempengaruhi kondisi air yang biasa dikonsumsi masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini berpotensi terhadap risiko kesehatan termasuk risiko kanker. Pengamatan potensi ini dilakukan pada sumber-sumber air yang biasa digunakan masyrakat. Sampel didapatkan dari sumber air di berbagai kampung yang biasa digunakan oleh masyarakat sekitar untuk keperluan sehari-hari. Pada penelitian ini sampel di tes menggunakan RAD 7 Electronic Radon detector yang telah disahkan oleh BATAN. Instrument ini digunakan untuk pengukuran radon dalam air, tanah, batuan maupun udara secara komprehensif. Konsentrasi radon pada air bervariasi di setiap sumber air. Konsentrasi radon telah diketahui yaitu 2030± 509 Bq/m3 yang berasal dari sumber mata air kampung Cisalada dan 1140±393 Bq/m3 yang berasal dari air sumur Kampung Giri Mulya dan 705±393 Bq/m3 pada mata air daerah Kampung Pamucatan. Konsentrasi ini digunakan untuk menghitung konsentrasi rerata harian pada penduduk sekitar yang terpapar radon. Dosis rerata harian individu yang terpapar akibat konsumsi air mengandung radon adalah 5,0 × 10- 3 kg/ug/hari dan dosis efektif tahunan lebih rendah dari 0,1 mSv/tahun. Penelitian ini direkomendasikan sebagai acuan komprehensif yang dapat ditarik untuk kajian radiobiologi kesehatan dan toksisitas yang berhubungan dengan penyakit dan kualitas hidup masyarakat..

Kata kunci: Airtanah,Dosis Rara-Rata Harian, Annual effective dose, Radon

(7)

7 Nama Jurnal : Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan

Volume : Vol. 29, No.2, Desember 2019 Doi/Link : 10.14203/risetgeotam2019.v29.1020

(8)

8 Analisis Sumber Gempa Bumi Lebak 23 Januari 2018

Tio Azhar Prakoso Setiadi, Marlita Aulia Rahman, Yusuf Hadi Perdana, Agustya Adi Martha, Nova Heryandoko, dan Supriyanto Rohadi

ABSTRAK

Gempa bumi tektonik 23 Januari 2018 berkekuatan M 6,1 telah mengguncang wilayah Lebak dan sekitarnya. Guncangan gempa bumi ini berdampak berrisiko yang cukup serius. Menjadi perhatian dari peristiwa ini adalah pusat gempa bumnyai berada di laut pada zona sesar Cimandiri sebagai kelanjutan dari zona sesar yang berada di daratan.

Penelitian ini berhasil melakukan relokasi episenter dan hiposenter gempa bumi bersumber dari BMKG dari tanggal 23 hingga 28 Januari 2018 sebanyak 62 kejadian gempa bumi, menentukan bidang sesarnya, dan perkiraan transfer tekanan Coulomb gempa bumi utama (mainshock). Relokasi hiposentrum gempa bumi menunjukan adanya lineasi sumber gempa bumi yang mengarah baratdaya-timurlaut dan berasosiasi dengan terusan zona sesar Cimandiri ke arah arah daratan di Teluk Pelabuhan Ratu.

Pengolahan HC-plot dapat menentukan bidang sesar sebenarnya pada gempa bumi Lebak yaitu bidang nodal 2 dengan nilai strike 41.79°, dip 81.4°, rake 43.9°. Selain itu analisis perubahan nilai tekanan Coulomb gempa bumi menunjukkan pengaruh gempa bumi utama yang menyebabkan terjadinya gempa bumi susulan di sekitar wilayah sumber.

Kata kunci : Gempa bumi, relokasi hiposentrum, HC-plot, tekanan Coulomb , Lebak, zona sesar Cimandiri.

Nama Jurnal : Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Volume : Vol. 10 No. 3, Desember 2019

Doi/Link : http://jlbg.geologi.esdm.go.id/index.php/jlbg

(9)

9 Mengukur Peluang Kejadian Gempa Bumi dengan Lompatan Magnitudo

di Wilayah Pulau Sumatera Samsul Anwar

ABSTRAK

Pulau Sumatera merupakan salah satu wilayah rawan gempa bumi di Indonesia. Gempa bumi dengan magnitudo (M) besar dapat terjadi tanpa didahului oleh gempa bumi dengan magnitudo yang lebih kecil, kejadian tersebut diistilahkan sebagai gempa bumi dengan lompatan magnitudo. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur peluang terjadinya gempa bumi di wilayah Pulau Sumatera dengan lompatan magnitudo pada interval tertentu. Metode analisis yang digunakan didasari pada konsep probabilitas kejadian saling bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peluang terjadinya gempa bumi di wilayah Pulau Sumatera dengan lompatan magnitudo pada interval tertentu cenderung menjadi semakin kecil seiring bertambah besarnya lompatan magnitudo yang dianalisis terutama pada interval 5,6 – 6,7. Sedangkan untuk gempa bumi dengan M ≥ 7,6; analisis probabilitas menunjukkan adanya peningkatan peluang terjadinya gempa bumi di wilayah Pulau Sumatera dengan lompatan magnitudo pada interval tersebut meskipun dengan peluang yang cukup kecil.

Kata kunci : Gempa bumi, kejadian saling bebas, magnitudo, peluang, Pulau Sumatera.

Nama Jurnal : Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Volume : Vol. 10 No. 3, Desember 2019

Doi/Link : http://jlbg.geologi.esdm.go.id/index.php/jlbg

(10)

10 Pemodelan 2D dan 3D Metode Geomagnet untuk Interpretasi Litologi

dan Analisis Patahan di Jalur Sesar Oyo

Heningtyas, Nugroho Budi Wibowo, Denny Darmawan ABSTRAK

Gempa susulan setelah gempabumi Yogyakarta Tahun 2006 memiliki hiposenter bukan di sepanjang Sesar Opak tapi cenderung di sekitar unidentified fault yang berjarak 10 – 15 km sebelah timur pegunungan Gunung Kidul. Unidentified fault tersebut berkorelasi dengan keberadaan jalur Sesar Oyo. Metode geofisika yang dapat diterapkan untuk mengidentifikasi keberadaan jalur sesar adalah metode geomagnet.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran anomali medan magnet di sekitar jalur Sesar Oyo, mengetahui susunan formasi dan jalur Sesar Oyo berdasarkan pemodelan geomagnet. Pengambilan data dilakukan menggunakan PPM dengan 35 titik pengamatan dan spasi antar titik pengamatan 1,5 km. Pengolahan data dilakukan dengan koreksi variasi harian, koreksi IGRF (International Geomagnetics Reference Field), RTP (Reduction to Pole) dan Upward Continuation. Pemodelan dilakukan dengan menganalisis anomali medan magnet yang telah direduksi ke kutub dan kontinuasi ke atas dengan ketinggian 2500 m. Hasil analisa menunjukkan rentang nilai anomali medan magnet di kawasan penelitian adalah 180 nT – 660 nT, yang menunjukkan kontras keberadaan blok sesar. Hasil pemodelan 2D menunjukkan kawasan penelitian didominasi oleh 3 formasi batuan utama yaitu batubasalt-andesitik Formasi Nglanggran, batupasir Formasi Sambipitu, dan batugamping Formasi Wonosari. Hasil pemodelan 3D menunjukkan Sesar Oyo merupakan sesar geser dengan kedalaman 150 – 300 m, jalur sesar tersebut terbagi menjadi 2 segmen yaitu dengan arah N120°E sepanjang 5,8 km dan N160°E dengan panjang 2,5 km.

Kata kunci : geomagnet, formasi batuan, Sesar Oyo, pemodelan 2D dan 3D.

(11)

11 Nama Jurnal : Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi

Volume : Vol. 10 No. 3, Desember 2019

Doi/Link : http://jlbg.geologi.esdm.go.id/index.php/jlbg

(12)

12 Ancaman Kekeringan Meteorologis di Pulau Kecil Tropis akibat Pengaruh

El-Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) Positif, studi kasus: Pulau Bintan Ida Narulita, Rahmawati Rahayu, Eko Kusratmoko, Supriatna, dan Muhamad

R.Djuwansah ABSTRAK

Sumberdaya air Pulau Bintan sangat tergantung pada curah hujan, informasi ancaman kekeringan meteorologis sangat diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya air di masa mendatang. Faktor kekeringan meteorologi merupakan faktor utama yang berpotensi menurunkan daya dukung sumberdaya air pulau. Pulau Bintan adalah pulau kecil dengan batuan penyusunnya granit dan batupasir Tuf, mempunyai daya-simpan dan berkelulusan air rendah. Aktifitas perekonomian dan tingkat pertumbuhan penduduknya yang tinggi, berpotensi menurunkan daya dukung sumberdaya air. Studi ini melakukan analisis curah hujan yang menghasilkan informasi ancaman kekeringan di pulau Bintan karena fenomena iklim El-Nino dan IOD+. Data dasar yang digunakan adalah data curah hujan observasi Kijang periode 1980 – 2017 serta data curah hujan satelit CHIRPS, dengan resolusi spasialnya 0,05 ° x 0,05 ° periode 1981 – 2017.

Hubungan antara hujan dan fenomena iklim dianalisis dengan metode statistik fungsi waktu. Ancaman kekeringan dianalisis dengan Standardized Precipitation Indeks (SPI) periode defisit 3, 6 dan 12 bulan. Hasil analisis menunjukkan curah hujan di pulau Bintan sangat sensitif terhadap fenomena iklim, korelasi sangat kuat antara curah hujan dengan ENSO dengan nilai R= - 0,75 dan dengan IOD dengan nilai R=- 0,75. Hal ini menyebabkan musim kemarau yang cukup panjang saat terjadi El-Nino di tahun 1982, 1997 dan 2015. Hasil analisis SPI menunjukkan fenomena El-Nino 1997 menyebabkan kekeringan dengan intensitas yang sangat tinggi (ekstrim kering), El-Nino 2015 menyebabkan kekeringan dengan intensitas tinggi, durasi panjang. El-Nino lemah tahun 2002, sedikit mempengaruhi curah hujan. Adanya ancaman kekeringan di Pulau Bintan apabila terjadi fenomena iklim El-Nino dan IOD (+). Ancaman semakin tinggi bila kedua moda fenomena terjadi bersamaan. Pengelolaan sumberdaya air di pulau

(13)

13 Bintan perlu mempertimbangkan fenomena iklim (ENSO dan IOD), agar dampak negatif yang akan ditimbulkan dapat ditekan.

Kata kunci : ENSO, IOD, kekeringan meteorologi, Pulau kecil tropis

Nama Jurnal : Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Volume : Vol. 10 No. 3, Desember 2019

Doi/Link : http://jlbg.geologi.esdm.go.id/index.php/jlbg

(14)

14 Identifikasi Karakteristik Daerah Infiltrasi Air Tanah Berdasarkan Nilai

Tekanan Parsial CO2 dan Indeks Kejenuhan CaCO3 (SIc) di Perbukitan Karst Watuputih

Nofi Muhammad Alfan Asghaf1, Boy Yoseph CSSS Alam, dan Hendarmawan ABSTRAK

Persebaran mata air di sekitar perbukitan karst Watuputih menunjukkan kawasan tersebut memiliki potensi air tanah yang tinggi. Kehadiran mata air karst tersebut sebagai akibat dari kondisi geologi yang didominasi oleh batuan karbonat yang mudah larut dan struktur geologi yang intensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik daerah infiltrasi air tanah berdasarkan analisis tekanan parsial CO2 (Pco2 ) dan indeks kejenuhan CaCO3 (SIc), dikombinasikan dengan analisis fasies kimia air tanah dan kelurusan morfologi. Hasil analisis menunjukkan, pada densitas kelurusan morfologi tinggi memiliki nilai Pco2 rendah dan air tanah dalam kondisi jenuh sedangkan pada densitas kelurusan morfologi rendah nilai Pco2 tinggi dan air tanah dalam kondisi jenuh hingga tidak jenuh. Korelasi Pco2 dengan SIc dikombinasikan dengan kondisi geologi dan fasies kimia air tanah menghasilkan tiga tipe mata air, yaitu (1) Nilai Pco2 tinggi, nilai SIc jenuh hingga tidak jenuh, fasies hidrokimia dominan Ca- Mg-HCO3 , densitas morfologi rendah, lapisan soil tebal, dan media aliran air tanah dominan jaringan pori memiliki infiltrasi rendah; (2) Nilai Pco2 rendah, nilai SIc jenuh, fasies hidrokimia dominan Ca-HCO3 , densitas morfologi tinggi, lapisan tanah tipis, dan media aliran air tanah dominan jaringan pori dan rekahan batuan yang rapat, tetapi mulai berkembang jaringan rongga, memiliki infiltrasi tinggi; dan (3) Nilai Pco2 sangat tinggi, nilai SIc tidak jenuh, fasies hidrokimia Ca-Na-HCO3 dan Ca-Mg-Cl-HCO3 , densitas morfologi tinggi, lapisan soil tebal, media aliran air tanah jaringan pori, dan litologi batuan nonkarbonatan, memiliki infiltrasi rendah.

Kata kunci : Densitas kelurusan, Indeks Kejenuhan CaCO3, Infiltrasi, Tekanan parsial CO2

(15)

15 Nama Jurnal : Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi

Volume : Vol. 10 No. 2, Agustus 2019

Doi/Link : http://jlbg.geologi.esdm.go.id/index.php/jlbg

(16)

16 Intensitas Erosi Kerucut Sinder Gunung Slamet Berdasarkan Pembagian Kelas

Morfometri Kerucut

Wilda Aini Nurlathifah, Ildrem Syafri, Johanes Hutabarat, dan Agustina Djafar ABSTRAK

Gunung Slamet memiliki 35 kerucut sinder di sisi lereng timurnya. Kerucut ini menyebar secara acak dan hadir baik di tubuh Slamet dan sebagian kecil di kaki Slamet.

Kerucut sinder ini merupakan jenis kerucut parasit monogenetik yang muncul setelah Gunung Slamet Tua terbentuk. Meskipun secara sekilas kenampakan morfologi kerucut sinder Slamet hampir seluruhnya sama, tetapi dengan menggunakan data citra beresolusi tinggi akan didapat perbedaan bentuk kenampakan morfologinya. Dari kenampakan ini dapat dihitung morfometrinya untuk ditentukan kelas kerucutnya.

Menurut Taylor, drr. (2003), kelas morfometri kerucut sinder ini berhubungan dengan tingkat degradasi atau erosi dari suatu kerucut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi intensitas erosi yang terjadi pada kerucut sinder Slamet berdasarkan pembagian kelas morfometrinya. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis morfometri dengan menggunakan citra satelit TerraSar untuk menghitung parameter kerucut, seperti bentuk kerucut, bentuk kawah, relief, sudut lereng kerucut, dan rasio tinggi kerucut/diameter alas kerucut. Untuk memudahkan penelitian, dipilih 5 buah kerucut sinder yang mewakili kelompok kerucut yang hadir di tubuh (fasies medial) dan di kaki (fasies distal) Slamet baik secara soliter maupun berkelompok. Kelima kerucut sinder tersebut adalah Kerucut Sinder Bukit Lingi/ Pisang, Kerucut Sinder Bukit Kandanggotong, Kerucut Sinder Bukit Siremeng, Kerucut Sinder Bukit Batusanggar dan Kerucut Sinder Bukit Telu. Kelas morfometri kerucut 1 menunjukkan tingkat erosi yang paling rendah dengan karakteristik bentuk kerucut yang masih cukup sempurna, bentuk kawah yang masih terlihat jelas dan dalam, nilai sudut lereng yang besar, relief yang cukup halus, dan rasio tinggi/diameter alas kerucut yang cukup tinggi. Semakin besar angka dalam kelas morfometri kerucut sinder memberi arti

(17)

17 bahwa intensitas erosi semakin besar. Dari kelima kerucut sinder yang dianalisis diketahui bahwa kerucut sinder Bukit Telu yang terletak pada kaki Slamet memiliki kelas morfometri kerucut 1. Hal ini berarti intensitas erosinya paling rendah. Sementara itu, kerucut sinder Bukit Siremeng yang terletak di tubuh Slamet masuk ke dalam kelas kerucut 4 dan memiliki intensitas erosi paling tinggi dibandingkan dengan keempat kerucut lainnya.

Kata kunci : erosi gunungapi, Gunung Slamet, intensitas erosi, kelas kerucut, kerucut sinder, morfometri.

Nama Jurnal : Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Volume : Vol. 10 No. 2, Agustus 2019

Doi/Link : http://jlbg.geologi.esdm.go.id/index.php/jlbg

(18)

18 Bangunan Sabo Dam, Fungsi dan Potensinya Sebagai Pendukung

Geowisata Gunung Merapi Moh. Dedi Munir

ABSTRAK

Indonesia yang terletak pada pertemuan lempeng dan daerah khatulistiwa sehingga menyebabkan daerah ini rentan terhadap terjadinya bencana alam seperti letusan gunungapi, gempa bumi, longsor, banjir lahar dsb. Salah satu bencana yang sering terjadi adalah letusan gunungapi. Kejadian ini memiliki dampak terhadap lingkungan maupun masyarakat yang dibedakan menjadi dua yaitu dampak primer (letusan, awan panas, lava, dsb) dan dampak sekunder (bencana banjir lahar). Banjir lahar merupakan kejadian yang dijadikan fokus karena peristiwa ini terjadi dalam rentang waktu yang cukup lama yaitu dari letusan sampai dengan beberapa waktu tertentu setelah gunung tersebut meletus. Bangunan sabo dam merupakan struktur yang berfungsi sebagai bangunan penangkap sedimen debris atau lahar yang biasa ditempatkan pada sungai di gunungapi. Bangunan ini bermanfaat dalam mengendalikan lahar atau debris terutama yang terjadi disebabkan oleh hujan yang lebat. Keberadaan bangunan sabo tidak hanya berfungsi untuk mengendalikan bencana lahar tetapi juga dapat dijadikan pembelajaran ataupun studi serta masuk dalam bidang pariwisata. Tujuan dari kajian ini adalah untuk memperkenalkan fungsi bangunan sabo dan mempelajari nilai bangunannya serta mengeksplorasi lingkungannya sebagai objek yang merupakan pendukung dari geowisata Gunung Merapi di Yogyakarta. Dari penelitian ini diketahui terdapat potensi yang cukup baik dari bangunan sabo sebagai pendukung dari wisata Gunung Merapi.

Potensi pariwisata yang timbul tidak hanya menjadi sebuah sarana rekreasi tetapi dapat dijadikan pembelajaran bagi masyarakat terhadap bencana baik bencana letusan maupun banjir lahar

Kata kunci : Geowisata, Gunung Merapi, Lahar, Sabo dam.

(19)

19 Nama Jurnal : Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi

Volume : Vol. 10 No. 2, Agustus 2019

Doi/Link : http://jlbg.geologi.esdm.go.id/index.php/jlbg

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa : (1) Unsur intrinsik novel Astirin Mbalela karya Peni terdiri dari : (i) tema yang terkandung adalah kerja keras wanita

Secara khusus tujuannya adalah mengevaluasi aktivitas antioksidasi ekstrak lidah buaya, mengevaluasi perubahan sifat antioksidatif lidah buaya selama pengolahan minuman lidah

Metode takhrij yang digunakan dalam penelitian ini adalah Takhrij al hadis bil lafz dan akhrij al hadis bil maudhu’.. Hal yang amat penting dalam pendidikan anak yaitu

Penelitian dilakukan di desa Aryojeding Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif.Pengambilan data mengunggunakan

tanah sangat tinggi cenderung terjadi pada wilayah dengan kondisi kemiringan terjal dan tersusun oleh satuan batuan vulkanik berumur Miosen Akhir yang mempunyai

Yoghurt kering yang diperkaya dengan DFA III dari umbi dahlia yang bersifat prebiotik dapat meningkatkan viabilitas bakteri asam laktat sebagai probiotik yang

Hasil uji MANOVA untuk melihat pengaruh IPO terhadap kinerja perusahaan yang dilihat melalui rasio profitabilitas, leverage, likuiditas, aktivitas dan pertumbuhan secara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan dengan arah hubungan positif antara kematangan emosi dan kebahagiaan pada remaja yang mengalami putus cinta,