• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENJADWALAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CPM (CRITICAL PATH METHOD) DAN ANALISIS KURVA “S” PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG SEKOLAH SMP BARUNAWATI SURABAYA OLEH PT. BRAJA MUSTI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI PENJADWALAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CPM (CRITICAL PATH METHOD) DAN ANALISIS KURVA “S” PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG SEKOLAH SMP BARUNAWATI SURABAYA OLEH PT. BRAJA MUSTI SURABAYA."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

(CRITICAL PATH METHOD) DAN ANALISIS KURVA “S”

PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG SEKOLAH

SMP BARUNAWATI SURABAYA OLEH PT. BRAJA MUSTI

SURABAYA

SKRIPSI

Disusun Oleh : WAHYU SETIAWAN

NPM : 0732010171

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perusahaan konstruksi bergerak dalam bidang pembuatan proyek-proyek

pembangunan, seperti proyek pembuatan perumahan, gedung-gedung, jembatan, dan lain sebagainya. Perusahaan konstruksi pada umumnya selalu menerapkan konsep manajemen proyek dalam setiap pengerjaan proyek. Dalam pengerjaan

konstruksi dibutuhkan perencanaan dan penjadwalan yang terperinci tentang aktivitas kegiatan, waktu dan biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu

proyek. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal serta waktu yang optimis (waktu yang cepat dan diharapkan, baik untuk pihak perusahaan maupun pihak owner).

PT. BRAJA MUSTI Surabaya adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha utama sebagai pelaksana konstruksi bangunan gedung dan

sipil serta mengerjakan bidang usaha lainnya seperti building manajemen,pengembangan properti dan realti. Untuk memenuhi permintaan konsumen maka diperlukan penjadwalan proyek yang tepat agar proyek dapat

selesai sesuai tenggat waktu yang disepakati. Olehkarena itu dibutuhkan penjadwalan proyek untuk merencanakan pelaksanaan proyek sesuai dengan dead

line (tenggat waktu).

Salah satu proyek konstruksi yang sedang dikerjakan oleh PT. BRAJA MUSTI adalah proyek pembuatan Gedung sekolah smp barunawati. Proyek ini

(3)

penyelesaian proyek sekitar 120 (Seratus dua puluh ) hari dan mempunyai 13 jenis pekerjaan diantaranya : pekerjaan persiapan, pekerjaan pasangan, pekerjaan beton,

pekerjaan plesteran&pasangan batu alam, pekerjaan kayu untuk kusen,pintu&jendela, pekerjaan kayu untuk rangka atap, pekerjaan kayu untuk rangka&plafond, pekerjaan penutup atap, pekerjaan lantai, pekerjaan pengecatan,

pekerjaan kaca,penggantung&kunci, pekerjaan listrik, pekerjaan penyelesaian. Proyek ini sudah tentu mengeluarkan biaya-biaya yang cukup besar serta

memakan jangka waktu pembuatan proyek yang lama. Dalam pengerjaan konstruksi ini masalah yang sering dihadapi adalah tentang penggunaan waktu yang kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh pekerjaan yang tidak tepat waktu

sehingga menghambat pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut. Maka diperlukan metode untuk mengoptimalisasikan jangka waktu dan

meminimasi total biaya proyek untuk pekerjaan yang bisa dipercepat serta bisa mentargetkan penyelesaian proyek pembangunan tersebut dengan optimal dan tepat waktu.

Metode CPM (Critical Path Method) dan Analisis Kurva S merupakan metode yang digunakan untuk menentukan waktu optimal pengerjaan suatu

proyek dan mengetahui kumulatif progress pada setiap waktu pelaksanaan proyek . Metode ini berguna untuk menghitung waktu penyelesaian suatu proyek yang ditentukan oleh tingkat ketepatan perkiraan durasi setiap kegiatan di dalam proyek

dengan mempertimbangkan aspek deterministik dari waktu penyelesaian sebuah proyek untuk kegiatan-kegiatan yang akan dijadwalkan agar dapat diketahui

(4)

Dengan menerapkan Metode CPM (Critical Path Method) dan analisis Kurva S diharapkan PT. BRAJA MUSTI dapat mengoptimalisasikan waktu dan

biaya proyek.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, masalah yang dihadapi oleh PT. BRAJA MUSTI selaku pelaksana proyek dapat dirumuskan sebagai berikut: ”Bagaimana menjadwalkan proyek pengembangan gedung sekolah smp

Barunawati Surabaya dengan menggunakan metode CPM ( Critical path method) dan analisis kurva ”S”?”.

1.3. Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak terlalu luas dan mengakibatkan penelitian yang

dilakukan tidak terpusat, maka diberikan batasan sebagai berikut: 1. Penjadwalan aktivitas-aktivitas proyek yang bisa dipercepat.

2. Perhitungan biaya langsung setiap aktivitas proyek dengan menggunakan

daftar satuan harga tahun 2010.

3. Penjadwalan kumulatif progress proyek sesuai dengan aktivitas dan periode

pengerjaan proyek menggunakan kurva ”S”.

4. Proyek yang diteliti adalah Proyek Pengembangan Gedung sekolah SMP Barunawati Surabaya.

1.4. Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(5)

2. Daftar harga yang diperoleh berdasarkan pada data yang diperoleh saat penelitian dilakukan dan dianggap konstan.

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah

1. Untuk menentukan waktu penyelesaian proyek yang optimal. 2. Untuk menentukan biaya penyelesaian proyek yang optimal.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini diantaranya

adalah:

a. Bagi penulis :

1. Mampu melakukan pengendalian Proyek Percepatan Gedung sekolah smp

Barunawati Surabaya.

2. Menambah pengetahuan tentang pembangunan proyek menggunakan

Metode CPM (Critical Path Method) dan analisis Kurva “S”.

3. Mampu mengaplikasikan teori-teori tentang Manajemen Proyek untuk menentukan waktu penyelesaian proyek yang tepat dan cepat.

b. Bagi perusahaan :

1. Mengetahui gambaran yang benar tentang pelaksanaan proses

pembangunan.

2. Mempunyai panduan tertulis yang berguna untuk menganalisa proses dan tindakan korektif lainnya sebagai masukan dari perusahaan, sehingga

(6)

c. Bagi Perguruan Tinggi :

1. Mempunyai studi literature yang dapat menghubungkan antar Manajemen

ptroyek dengan dunia perguruan tinggi.

2. Dapat menyediakan literature acuan yang berguna bagi pendidikan penulisan lebih lanjut bagi mahasiswa yang berminat dengan

permasalahan ini.

3. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan/evaluasi sejauh mana system

pendidikan dan materi kuliah yang telah dijalankan selama ini sesuai dengan kondisi dan lingkungan Proyek.

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk pembahasan dan penyusunan laporan Skripsi ini, maka penyusun

akan menguraikan sistematika penulisan laporan, sehingga dengan demikian pembahasan tersebut diharapkan akan dapat dipahami secara menyeluruh dan jelas. Adapun sistematika penulisan laporan Skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan manfaat yang terdiri dari

tujuan dan manfaat, batasan masalah, asumsi – asumsi, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang konsep dan dasar teori dari manajemen proyek, penjadwalan proyek, metode penyajian dari penjadwalan dari proyek

(7)

proyek, estimasi biaya proyek, jenis-jenis biaya, metode pelaksanaan proyek dan penelitian terdahulu.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang lokasi dan waktu penelitian, identifikasi variabel, metode pengumpulan data, metode pengolahan data dan

langkah-langkah pemecahan masalah.

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pengolahan data dan hasil analisa yang meliputi jenis-jenis item pekerjaan, rencana anggaran biaya normal, rekapitulasi rencana anggaran biaya normal, kurva S serta pembahasan untuk

mendapatkan hasil yang sesuai dengan perhitungan berdasarkan data yang diperoleh.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisa dan pembahasan pada bab terdahulu serta memberikan saran dari

hasil penelitian dari pengolahan data tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Bab ini berisi tentang daftar pustaka yang diambil minimal dari 10 literatur yang berbeda.

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Manajemen Proyek

Istilah proyek biasanya adalah suatu aktifitas yang berlangsung dalam

waktu tertentu dengan hasil akhir tertentu. Mengelola kegiatan dengan

menggunakan konsep manajemen proyek merupakan langkah yang relative baru,

yang dimulai secara intensif pada pertengahan abad ke-20 (Budi Santosa, 1999;

19). Hal ini ditandai dengan diterapkannya suatu pendekatan, metode dan teknik tertentu pada pemikiran-pemikiran yang sebelumnya telah dikenal, dengan tujuan

untuk meningkatkan sumberdaya manusia yang tersedia di perusahaan didalam

menghadapi tantangan yang timbul.

Henry Fayol (1841-1925), seorang industrialis perancis adalah orang yang pertama menjelaskan secara sistematis bermacam-macam aspek pengetahuan

manajemen dengan menghubungkan fungsi-fungsinya. Fungsi-fungsi tersebut

antara lain merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan (Budi

Santosa, 1999; 21).

Fungsi manajemen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Merencanakan

Merencanakan diartikan sebagai pemilihan dan penentuan

langkah-langkah kegiatan yang akan datang yang diperlukan untuk mencapai

(9)

b. Mengorganisir

Mengorganisir dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan

dengan cara mengatur dan mengalokasikan kegiatan serta sumberdaya

dalam suatu organisasi (perusahaan) agar dapat mencapai sasaran atau

tujuan yang telah ditentukan.

c. Memimpin

Kepemimpinan adalah aspek yang penting dalam mengelola suatu usaha,

yaitu mengarahkan dan mempengaruhi sumberdaya manusia dalam

organisasi (perusahaan) agar mau bekerja dengan sukarela untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Mengarahkan dan mempengaruhi ini

mempunyai hubungan yang erat dengan motivasi, koordinasi dan

konsultasi.

d. Mengendalikan

Mengendalikan dapat diartikan sebagai pemantauan, pengkajian, dan

pengkoreksian agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang

telah ditentukan. (Budi Santosa, 1999).

H. Koontz (1982) mendefinisikan manajemen sebagai proses merencanakan mengorganisir, memimpin dan megendalikan kegiatan

anggota serata sumberdaya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi

(10)

2.1.1. Pengertian Proyek

Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang direncanakan yang

didalamnya menggunakan masukan (Input) untuk mendapatkan manfaat (benefit)

atau hasil (return) dimasa yang akan datang (Evaluasi Proyek dan Perencanaan

Usaha; 1). Kegiatan suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan (objective) dan mempunyai titik tolak (starting point) dan titik akhir (ending

point), baik biaya maupun hasil yang diperoleh biasanya dapat diukur. Proyek juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu

tertentu dengan alokasi sumberdaya terbatas dan dimaksudkan untuk

melaksanakan suatu tugas yang telah digariskan. (wulfram I Ervianto, , 2004 )

Menurut D.I. Cleland and W.R. King (1987) “Proyek adalah gabungan

berbagai sumberdaya, yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara,

untuk mencapai suatu sasaran tertentu”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

proyek adalah suatu keseluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber

untuk memperoleh manfaat (benefit).

2.1.2. Macam Proyek

Dilihat dari komponen kegiatan utamanya, proyek dapat dikelompokan

sebagai berikut:

1. Proyek Engineering – Konstruksi

Komponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan,

desain engineering, pengadaan dan konstruksi. Contohnya adalah

(11)

2. Proyek Engineering – Manufaktur

Proyek ini dimaksudkan untuk menghasilkan produk baru yaitu hasil usaha

kegiatan proyek. Dengan kata lain proyek manufaktur merupakan proses

untuk menghasilkan produk baru. Kegiatan utamanya meliputi desain

engineering, pengembangan produk, pengadaan, manufaktur, perakitan, uji

coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan. Contohnya adalah

pembuatan ketel uap, generator listrik, mesin pabrik, kendaraan.

3. Proyek Penelitian dan Pengembangan

Proyek penelitian dan pengembangan bertujuan untuk melakukan penelitian

dan pengembangan dalam rangka menghasilkan suatu produk tertentu.

4. Proyek Pelayanan Manajemen

Proyek pelayanan manajemen ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan,

diantaranya:

a. Merancang sistem informasi manajemen, meliputi perangkat lunak

maupun perangkat keras.

b. Merancang program efisiensi dan penghematan.

c. Melakukan diversifikasi, penggabungan dan pengambilalihan.

2.1.3. Pengertian Manajemen Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali

dilaksanakan dan umumnya berjangka pendek. Dalam rangkaian kegiatan

tersebut, ada suatu proses yang mengolah sumberdaya proyek menjadi suatu hasil

(12)

Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan itu tentunya melibatkan

pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan

antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek dibedakan atas hubungan

fungsional dan hubungan kerja. Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam

proyek konstruksi, maska potensi terjadinya konflik sangat besar sehingga dapat

dikatakan bahwa proyek konstruksi mengandung konflik yang cukup tinggi.

(wulfram I Ervianto, 2003 hal 9)

Proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yang dapat dipandang

secara tiga dimensi. Tiga karakteristik tersebut adalah:

1. Bersifat unik

Keunikan dari proyek konstruksi adalah: tidak pernah terjadi rangkaian

kegiatan yang sama persis (tidak ada proyek identik , yang ada adalah proyek

sejenis), proyek bersifat sementara, dan selalu terlibat grup pkerja yang

berbeda-beda.

2. Dibutuhkan sumberdaya (resources)

Setiap proyek konstruksi membutuhkan sumberdaya, yaitu pekerja dan

“sesuatu” (uang, mesin, metode, material). Pengorganisasian semua sumber

daya dilakukan oleh manajer proyek. Dalam kenyataannya

mengorganisasikan pekerja lebih sulit dibandingkan dengan sumberdaya

lainnya, apalagi pengetahuan yang dipelajari seorang manajer proyek bersifat

teknis, seperti mekanika rekayasa, fisika bangunan, computer science,

construction management. Pengetahuan tentang teori kepemimpinan sacara

(13)

3. Organisasi

Setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan dimana didalamnya terlibat

sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi, perbedaan ketertarikan,

kepribadian yang bervariasi, dan ketidakpastian. Langkah awal yang harus

dilakukan oleh manajer proyek adalah menyatukan visi menjadi satu tujuan

yang ditetapkan oleh organisasi. (wulfram I Ervianto, 2003 hal 10)

Gambar 2.1. Three dimention objective

(Sumber : wulfram I Ervianto. (2003)).

Proses penyelesaian proyek konstruksi harus berpegang pada tiga kendala

(triple constraint), sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan sesuai dengan time

schedule dan sesuai dengan biaya yang direncanakan. Ketiganya diselesaikan

secara simultan. Ciri-ciri tersebut menyebabkan industri jasa konstruksi berbeda

dengan industri lainnya misalnya manufaktur.

 

Melibatkan  organisasi 

Melibatkan 

sumberdaya 

Unik

(14)

Gambar 2.2. Triple Constraint

(Sumber : wulfram I Ervianto. (2003))

2.1.4. Dinamika dalam Siklus Proyek

Setiap proyek memiliki pola tertentu yang merupakan ciri pokok yang

melekat dan membedakannya dari kegiatan operasional rutin, yaitu dalam hal

kompleksitas, ukuran, dan sumber daya yang diperlukan. Semakin besar dan

kompkleks suatu proyek ciri tersebut semakin terlihat. Ciri pokok ini dikenal

sebagai dinamika kegiatan sepanjang siklus proyek. Dalam siklus proyek,

kegiatan-kegiatan berlangsung mulai dari titik awal, kemudian jenis dan

intensitasnya meningkat sampai puncak, turun dan berakhir.

Disamping naik turunnya intensitas kegiatan, terjadi pula perubahan dalam

aspek lain seperti kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan. Misalnya pada tahap

konseptual proyek diperlukan tenaga kerja yang ahli dibidang perencanaan dan

engineering sedangkan pada tahap akhir proyek dibutuhkan lebih banya tenaga

inspektor dilapangan.

 

Tepat mutu 

Tepat waktu 

Tepat biaya 

(15)

Bila dibuat grafik maka siklus proyek dapat digambarkan seperti grafik

dibawah

ini

Gambar 2.3. Hubungan keperluan sumberdaya terhadap waktu dalam siklus

( Sumber : Iman Soeharto. (1999))

2.1.5. Jenis-jenis Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan

yaitu:

1. Bangunan gedung : rumah, kantor, pabrik dan lain-lain. Sumber daya 

Keperluan Sumber daya

KONSEPTUAL

- Sasaran

- lingkup kerja

- kelayakan 

Siklus proyek 

(16)

Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah:

a. Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.

b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang ralatif sempit dan kondisi

pondasi umumnya sudah diketahui.

c. Dibutuhkan manajemen terutama untuk progressing pekerjaan.

2. Bangunan Sipil : jalan, jembatan, bendungan dan infrastruktur lainnya.

Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah:

a. Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar

berguna bagi kepentingan manusia

b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan

kondisi pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek.

c. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.

Kedua kelompok bangunan tersebut sebenarnya saling tumpang tindih

tetapi pada umumnya kedua kelompok tersebut direncanakan dan dilaksanakan

oleh disiplin ilmu perencana dan pelaksana yang berbeda. (wulfram I Ervianto

,2003 hal 12)

2.2. Network Planning

Network planning merupakan system informasi pada penyelenggaraan proyek, tetapi tidak semua informasi bisa diberikan kepada network planning

untuk diproses dan tidak semua informasi dapat dilaporkan oleh network planning

(Tubagus H A Prinsip-Prinsip Network Planning, 1997; 4). Informasi tersebut hanya menyangkut kegiatan yang ada dalam network diagram saja. Dalam

(17)

disebut network diagram. Dengan demikian network planning adalah salah satu

model yang dipakai dalam penyelenggaraan proyek yang produknya adalah

informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam network diagram yang

bersangkutan dan informasi yang dihasilkan mengenai sumberdaya yang

dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan beserta jadwal pelaksanaannya.

Ada 2 macam diagram yang dikenal dalam network planning, yang

pertama adalah network diagram versi CPM dan PERT sedangkan yang kedua

adalah diagram yang dikenal sebagai precedence diagram. Pada precedence

diagram tidak dikenal adanya peristiwa, sedangkan pada network diagram versi

CPM/PERT dikenal adanya peristiwa pada setiap awak kegiatan dan pada setiap

akhir kegiatan.

Prasyarat network planning yang harus dipenuhi pada penyelenggaraan proyek adalah

1. Model harus lengkap

network planning merupakan model informasi kegiatan yang ada dalam

network diagram. Diperlukan juga adanya informasi sumberdaya, yang bertujuan memberikan informasi yang tepat agar sumberdaya yang

dibutuhkan selalu dalam keadaan siap pakai.

2. model harus cocok.

(18)

3. Asumsi yang dipakai tepat

network planning sebagai metode perencanaan mau tidak mau harus menggunakan asumsi, karena keberhasilan network planning tergantung pada

ketepatan asumsi yang digunakan.

4. Sikap pelaksana

Diperlukan dukungan dari sikap pelaksana agar penyelenggara proyek dapat

berhasil.

2.2.1. Hubungan Proyek dan Kegiatan

Proyek adalah lintasan kegiatan yang dimulai pada suatu saat awal dan

selesai pada suatu saat akhir, yaitu pada saat tujuan proyek tercapai (Tubagus H

1997; 7). Bila proyek dianggap sebagai suatu system, maka inputnya adalah keadaan awal dan outputnya adalah keadaan akhir sedangkan prosesnya adalah

teknologi. Kegiatan pada hakekatnya adalah proses interaksi input yaitu

sumberdaya dengan ketrampilan untuk menghasilkan output, yang berupa produk

tertentu. Jadi kegiatan juga dapat dikatakan adalah kegiatan yang merupakan

komponen-komponen system yang tersusun membentuk sebuah proyek,

sedangkan proyek adalah hasil integrasi dari beberapa kegiatan.

2.3. Network Diagram

Network atau sering disebut dengan jaringan kerja merupakan teknik baru

yang dikembangkan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada pada

(19)

menjelaskan hubungan antar kegiatan dan waktu yang secara grafis

mencerminkan urutan pelaksanaan kegiatan/pekerjaan proyek (Budi Santoso,

2003; 52).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jaringan kerja

adalah

1. Macam-macam aktivitas yang ada

2. ketergantungan antar aktivitas, mana yang lebih dahulu diselesaikan dan

mana yang menyusul.

3. Urutan logis dari masing-masing aktivitas.

4. Waktu penyelesaian tiap aktivitas.

Network diagram adalah visualisasi proyek berdasarkan network planning.

Network diagram berupa jaringan kerja yang berisi lintasan-lintasan kegiatan dan

urutan –urutan peristiwa yang ada selama penyelenggaraan proyek. Dengan

network diagram dapat diketahui kegiatan-kegiatan atau lintasan-lintasan mana

saja yang kritis sehingga dengan mengetahui tingkat kekritisannya dapat

ditetapkan skala prioritas mengenai masalah-masalah yang timbul selama

penyelenggaraan proyek.

Dengan demikian Network diagram adalah visualisasi proyek berdasarkan

network planning yang berupa diagram yang berisi lintasan-lintasan yang terdiri

dari kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan dan terdiri dari peristiwa-peristiwa

(20)

2.3.1. Simbol dalam Network Diagram

Simbol-simbol yang digunakan dalam network diagram, minimum

berjumlah dua macam dan maksimum tiga macam yaitu anak panah, lingkaran,

dan anak panah terputus-putus.

Ketiga macam simbol tersebut adalah

1.     Anak panah

Anak panah menyatakan sebuah kegiatan atau aktivitas. Kegiatan disini

didefinisikan sebagai hal yang memerlukan duration (jangka waktu

tertentu) dalam pemakaian sejumlah resources (sumber tenaga, peralatan,

material, biaya). Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini sama

sekali tidak mempunyai arti. Jadi tidak perlu menggunakan skala. Kepala

anak panah menjadi pedoman arah tiap kegiatan, yang menunjukkan

bahwa suatu kegiatan dimulai dari permulaan dan berjalan maju sampai

akhir dari arah kiri ke kanan.

Anak panah dapat digambarkan menjadi enam alternatif yaitu:

a. Horizontal b. Miring keatas

c. Miring kebawah

d. Garis patah keatas

e. Garis patah kebawah

(21)

Gambar 2.4. Simbol anak panah

(Sumber : Dimyati, Tjuju Tarliah–Ahmad, 2003)

Keterangan:

Lingkaran yang melambangkan peristiwa selalu digambarkan berupa

lingkaran yang terbagi atas tiga ruangan yaitu ruang sebelah kiri, ruang

sebelah kanan atas, dan ruangan sebelah kanan bawah. Ruangan sebelah

kiri merupakan tempat bilangan atau huruf yang menyatakan nomor

peristiwa. Ruangan sebelah kanan atas merupakan tempat bilangan yang

menyatakan nomor hari (untuk satuan waktu hari) yang merupakan saat

paling awal peristiwa yang bersangkutan mungkin terjadi. Nomor hari

(22)

bersangkutan. Ruangan sebelah kanan bawah merupakan tempat bilangan

yang menyatakan nomor hari (untuk satuan hari) yang merupakan saat

paling lambat peristiwa yang bersangkutan boleh terjadi. Seperti halnya

saat paling awal, nomor hari saat paling lambat ini bisa diterjemahkan dan

dinyatakan dalam bentuk tanggal hari yang bersangkutan.

a b c

Gambar 2.5. Simbol Lingkaran

(Sumber : Dimyati, Tjuju Tarliah–Ahmad, 2003)

keterangan:

a. n = nomor peristiwa

SPAn = saat paling awal peristiwa n mungkin terjadi

SPLn = saat paling lambat peristiwa n mungkin terjadi

b. n = 5 = nomor peristiwa

SPAn = 105 hari = saat paling awal peristiwa n mungkin terjadi

SPLn = 120 hari = saat paling lambat peristiwa n mungkin terjadi

c. n = 5 = nomor peristiwa

SPAn = 01/12/08 = tanggal 01 desember 2008 adalah saat paling awal

peristiwa nomor 5 mungkin terjadi.

SPAn

SPLn n

105

120 5

1/12/08

(23)

SPLn = 09/12/08 = tanggal 09 desember 2008 adalah saat paling lambat

peristiwa nomor 5 mungkin terjadi.

3. Anak panah terputus-putus

Anak panah terputus-putus melambangkan hubungan antara peristiwa.

Sama halnya dengan anak panah yang melambangkan kegiatan, anak

panah terputus-putus (dummy) selalu digambarkan dengan ekor di sebelah

kiri dan kepala disebelah kanan.

 

Gambar 2.6. Simbol anak panah terputus-putus

(Sumber : Dimyati, Tjuju Tarliah–Ahmad, 2003, OPERATION RESEARCH)

Dalam penggunaannya simbol-simbol ini digunakan dengan mengikuti

aturan-aturan sebagai berikut :

1. Diantara dua event yang sama hanya boleh digambarkan dengan satu anak

panah.

2. Nama suatu aktivitas dengan huruf atau dengan nomor event.

3. Aktivitas harus mengalir dari event bernomor rendah ke event bernomor

tinggi.

(24)

Gambar 2.7. Network Diagram

(Sumber : Tubagus Haedar Ali. 1997)

2.3.2. Hubungan Antar Simbol

Dalam network diagram terdapat dua buah hubungan antar simbol yaitu

anak panah dengan lingkaran yang melambangkan hubungan kegiatan dengan

peristiwa dan hubungan antara dua anak panah terputus-putus dengan lingkaran

yang melambangkan hubungan antara dua peristiwa. Sedangkan hubungan antara

anak panah terputus-putus tidak pernah ada.

Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam pemberian lambing

pada network diagram adalah (Tubagus H.A, 1997 ; 15)

1. Bila nomor-nomor peristiwa terdiri dari bilangan, angka nomor peristiwa

awal harus lebih kecil daripada nomor peristiwa akhir, baik untuk kegiatan

maupun dummy.

2. Bila nomor-nomor peristiwa terjadi dari huruf, maka nomor peristiwa dalam

sebuah network diagram tidak boleh ada yang sama.

3. Antara dua buah peristiwa hanya boleh ada satu kegiatan saja atau saru

dummy saja.

4. Satu anak panah hanya melambangkan satu kegiatan saja. 1

7  5 

3  Initial

(25)

5. Satu kegiatan hanya dilambangkan oleh satu anak panah saja.

2.4. Kegunaan Jaringan Kerja

Kegunaan yang dapat diambil dari pemakaian analisis network adalah

sebagai berikut:

1. Dapat mengenali jalur kritis (critical path) dalam hal ini adalah jalur

elemen-elemen kegiatan yang kritis dalam skala waktu penyelesaian proyek secara

keseluruhan.

2. Mempunyai kemampuan mengadakan perubahan-perubahan sumber daya dan

memperhatikan efek terhadap waktu selesai proyek.

3. Mempunyai kemampuan memperkirakan efek-efek dari hasil yang dicapai

suatu kegiatan terhadap keseluruhan rencana apabila diimplementasikan atau

dilaksanakan.

2.5. Metode CPM (Critical Path Method)

Metode lintasan kritis CPM (Critical Path Method) pertama kali

digunakan pada proyek konstruksi di perusahaan Du pont pada tahun 1957.

Metode ini lebih menekankan pada ongkos proyek. Ini berbeda dengan PERT

yang lebih menekankan pada ketidakpastian waktu. Dalam CPM tidak ada

pemberlakuan metode statistik untuk mengakomodasikan adanya ketidakpastian.

Dalam CPM juga dibahas adanya tawar-menawar atau trade-off antara jadwal

(26)

Metode CPM dikenal adanya jalur kritis , yaitu jalur yang memiliki

rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan

menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat.

2.5.1. Terminologi dalam CPM

Pada metode CPM terdapat dua buah perkiraan waktu dan biaya untuk

setiap kegiatan yang terdapat dalam jaringan. Kedua perkiraan tersebut adalah

perkiraan waktu penyelesaian dan biaya yang sifatnya normal (normal estomate)

dan perkiraan waktu penyelesaian dan biaya yang sifatnya dipercepat (crash

estimate). Dalam menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah

jalur kritis, jalur yang memiliki rangkaian-rangkaian kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa jalur kritis berisikan kegiatan-kegiatan kritis dari awal

sampai akhir jalur. Seorang manajer proyek harus mampu mengidentifikasi jalur

kritis dengan baik, sebab pda jalur ini terdapat kegiatan yang jika pelaksanaannya

terlambat maka akan mengakibatkan keterlambatan seluruh proyek. Dalam sebuah

jaringan kerja dapat saja terdiri dari beberapa jalur kritis.

2.5.1.1. Menentukan Waktu Penyelesaian

Dalam proses identifikasi jalur kritis dikenal beberapa terminologi dan

rumus-rumus perhitungan sebagai berikut :

1. E (earliest event occurence time ) = Saat tercepat terjadinya suatu peristiwa. 2. L (Latest event occurence time) = Saat paling lambat yang masih

(27)

3. ES (earliest activity start time) = Waktu Mulai paling awal suatu kegiatan. Bila waktu mulai dinyatakan dalam jam, maka waktu ini adalah jam paling

awal kegiatan dimulai.

4. EF (earliest activity finish time) = Waktu Selesai paling awal suatu kegiatan. EF suatu kegiatan terdahulu = ES kegiatan berikutnya

5. LS (latest activity start time) = Waktu paling lambat kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan.

6. LF (latest activity finish time) = Waktu paling lambat kegiatan diselesaikan tanpa memperlambat penyelesaian proyek.

7. t (activity duration time) = Kurun waktu yang diperlukan untuk suatu kegiatan (hari, minggu, bulan).

Sifat atau syarat umum jalur kritis :

a. Pada kegiatan pertama : ES=LS=0 atau E(1) = L(1) =0

b. Pada kegiatan akhir atau terminal : LF=EF

c. Foat Total : TF = 0

2.5.1.2. Cara Perhitungan CPM

Dalam perhitungan waktu juga digunakan tiga asumsi dasar yaitu:

Pertama, proyek hanya memiliki satu initial event (start) dan satu terminal event

(finish). Kedua, saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol. Ketiga,

saat paling lambat terjadinya terminal event adalah LS = ES.

Adapun cara perhitungan dalam menentukan waktu penyelesaian terdiri

dari dua tahap, yaitu perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan

(28)

1. Hitungan Maju

Dimulai dari Start (initial event) menuju Finish (terminal event) untuk

menghitung waktu penyelesaian tercepat suatu kegiatan (EF), waktu tercepat

terjadinya kegiatan (ES) dan saat paling cepat dimulainya suatu peristiwa (E).

2. Hitungan Mundur

Dimulai dari Finish menuju Start untuk mengidentifikasi saat paling lambat

terjadinya suatu kegiatan (LF), waktu paling lambat terjadinya suatu kegiatan

(LS) dan saat paling lambat suatu peristiwa terjadi (L).

Apabila kedua perhitungan tersebut telah selesai maka dapat diperoleh

nilai Slack atau Float yang merupakan sejumlah kelonggaran waktu dan

elastisitas dalam sebuah jaringan kerja. Dimana, terdapat dua macam jenis Slack

yaitu Total Slack dan Free Slack. Untuk melakukan perhitungan maju dan mundur

maka lingkaran atau event dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

 

Gambar 2.8. Network Diagram Event

(Sumber : Alberto D. Pena. 1997.)

Keterangan:

a = ruang untuk nomor event

b = ruang untuk menunjukkan waktu paling cepat terjadinya event (E) dan

kegiatan (ES) yang merupakan hasil perhitungan maju

c = ruang untuk menunjukkan waktu paling lambat terjadinya event (L) dan

(29)

Untuk lebih jelasnya dalam melakukan perhitungan maju dan perhitungan

mundur dalam sebuah jaringan kerja diberikan ilustrasi sebagai berikut:

1 2

Gambar 2.9. Network Diagram Proyek

(Sumber : Alberto D. Pena. 1997)

Hitunglah Jumlah waktu penyelesaian proyek dan Total Slack-nya:

A. Perhitungan Maju

Aturan Pertama

Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan

yang mendahuluinya (predecessor) telah selesai.

E(1) = 0

Aturan Kedua

Waktu selesai paling awal suatu kegiatan sama dengan waktu mulai paling

awal, ditambah dengan kurun waktu kegiatan yang mendahuluinya.

(30)

Aturan Ketiga

Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan-kegiatan terdahulu yang

menggabung, maka waktu mulai paling awal (ES) kegiatan tersebut adalah

sama dengan waktu selesai paling awal (EF) yang terbesar dari kegiatan

terdahulu.

Gambar 2.10. Network Perhitungan Maju

(Sumber : Alberto D. Pena. 1997)

Bila EF(c) > EF(b) > EF(a), maka ES(d) = EF(c)

Maka: EF(5-6) = EF(4-5) + D = 13 + 3 = 16

Tabel 2.1 Hasil Perhitungan Maju untuk Mendapatkan EF

Kegiatan PALING AWAL

i j

Kurun Waktu (Hari)

t

(31)

Dari perhitungan pada tabel 2.1 diperoleh waktu penyelesaian proyek

adalah selama 16 minggu.

B. Perhitungan Mundur

Aturan Keempat

Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan sama dengan waktu selesai paling

akhir dikurangi kurun waktu berlangsungnya kegiatan yang bersangkutan.

LS(i-j) = LF(i-j) – t

Maka LS(5-6) = EF(5-6) – D = 16 – 3 = 13

LS(4-5) = EF(4-5) – D = 13 – 4 = 9

LS(3-5) = EF(3-5) – D = 13 – 6 = 7

LS(2-4) = EF(2-4) – D = 9 – 3 = 6

LS(2-3) = EF(2-3) – D = 7 – 5 = 2

Aturan Kelima

Apabila suatu kegiatan terpecah menjadi 2 kegiatan atau lebih, maka waktu

paling akhir (LF) kegiatan tersebut sama dengan waktu mulai paling akhir

(LS) kegiatan berikutnya yang terkecil.

a

b

c

d

Gambar 2.11. Network Perhitungan Mundur

(32)

Jika LS(b) < LS(c) < LS(d) maka LF(a) = LS(b)

Sehingga: LF(1-2) = LS(2-3) = 2 dan LS(1-2) = EF(1-2) – D = 2 – 2 = 0

Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Mundur untuk mendapatkan LF

KEGIATAN PALING AWAL PALING AKHIR

i J

(Sumber : Alberto D. Pena. 1997)

C. Perhitungan Slack atau Float

Aturan Keenam

Slack Time atau Total Slack (TS) = LS – ES atau LF – EF

Tabel 2.3 Hasil Perhitungan Slack

(Sumber : Alberto D. Pena. 1997)

KEGIATAN AWAL AKHIR

(33)

2.6 PERT ( Program Evaluation and Review Technique )

Pengelolaan proyek – proyek berskala besar yang berhasil memerlukan

perencanaan, penjadwalan, dan pengkoordinasian yang hati – hati dari berbagai

aktivitas yang berkaitan. Untuk itu telah dikembangkan prosedur – prosedur

formal yang didasarkan atas penggunaan network (jaringan) dan teknik – teknik

network. Prosedur yang paling utama dari prosedur – prosedur ini dikenal sebagai

PERT (Program Evaluation and Review Technique) Namun kecenderungan pada

dewasa ini adalah menggabungkan kedua pendekatan tersebut menjadi apa yang

biasa dikenal dengan dengan PERT-type system.

Seperti telah diterangkan di atas, PERT- type system menggunakan network

(jaringan kerja) untuk menggambarkan interelasi antara elemen-elemen proyek.

Gambar jaringan rencana proyek ini memperlihatkan seluruh kegiatan (aktivitas)

yang terdapat di dalam proyek tersebut serta logika ketergantungannya satu sama

lain. ( Budi Santosa,1999;21).

2.7 Peristiwa Kritis, Kegiatan Kritis, dan Lintasan Kritis

Peristiwa kritis adalah peristiwa yang tidak mempunyai tenggang waktu

atau SPA (Saat Paling Awal)-nya sama dengan SPL (Saat Paling Lambat).

Peristiwa kritis pada network diagram bias diketahui dari bilangan pada ruang

kanan atas sama dengan bilangan pada ruang kanan bawah dari peristiwa tersebut.

Kegiatan kritis adalah kegiatan yang tidak memiliki toleransi terhadap

(34)

sedangkan kegiatan lainnya tidak terlambat, maka proyek akan mengalami

keterlambatan selama satu hari (Tubagus H.A, 1997 ; 15). Sifat kritis ini disebabkan karena kegiatan tersebut harus dimulai pada satu saat (tidak ada mulai

paling awal dan tidak ada mulai paling lambat) dan harus selesai pada satu saat

(tidak ada selesai paling awal dan tidak ada selesai paling lambat). Dari penjelasan

diatas dapat disimpulkan, saat paling awal sama dengan saat paling lambat baik

untuk peristiwa awal maupun untuk peristiwa akhir dari kegiatan yang

bersangkutan atau secara formulatif.

SPAi = SPLi

SPAj = SPLj

Karena kegiatan kritis harus dimulai pada suatu saat awal saja dan harus

selesai pada satu akhir saat akhir saja dan tidak ada alternative saat lainnya, maka

berlaku rumus:

SPAi + L = SPLi

SPAj + L = SPLj

Keterangan :

L = lama kegiatan kritis

SPAi = saat paling awal peristiwa awal

SPLi = saat paling lambat peristiwa awal

SPAj = saat paling awal peristiwa akhir

(35)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan :

1. Kegiatan kritis terletak diantara dua peristiwa kritis.

2. Antara dua peristiwa kritis belum tentu terdapat kegiatan kritis (mungkin

kegiatan kritis mungkin pula bukan kegiatan kritis).

3. Antara dua peristiwa kritis terdapat kegiatan kritis bila dipenuhi rumus :

SPAi + L = SPLi atau SPAj + L = SPLj

Lintasan kritis dalam sebuah network diagram adalah lintasan yang terdiri

dari kegiatan-kegiatan kritis, peristiwa-peristiwa kritis dan dummy. Dummy

hanya ada dalam lintasan kritis bila diperlukan. Lintasan kritis ini dimulai dari

peristiwa awal network diagram. Tujuan mengetahui lintasan kritis adalah untuk

mengetahui dengan cepat kegiatan-kegiatan dan peristiwa-peristiwa yang tingkat

kepekaannya paling tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan proyek, sehingga

setiap saat dapat ditentukan tingkat prioritas kebijakan penyelenggaraan proyek,

yaitu terhadap kegiatan-kegiatan kritis.

Berdaraskan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Umur lintasan kritis sama dengan umur proyek.

2. Lintasan kritis adalah lintasan yang paling lama umur pelaksaannya dari

semua lintasan yang ada.

Syarat umum jalur kritis adalah :

1. Pada kegiatan pertama : ES = LS = 0 atau E(1) = L(1) = 0.

2. Pada kegiatan terakhir atau terminal : LF = EF.

3. Float Total : TF = 0.

(36)

1. Penundaan kegiatan yang merupakan bagian dari “jalur kritis” akan

menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek.

2. Penyelesaian proyek secara keseluruhan akan dapat dipercepat bila kita dapat

mempercepat penyelesaian suatu kegiatan pada jalur kritis.

3. Kelonggaran waktu (slack) terdapat pada kegiatan-kegiatan yang tidak

merupakan bagian “jalur kritis”. Ini memungkinkan kita untuk mengadakan

relokasi tenaga kerja dari kegiatan-kegiatan tertentu pada kegiatan-kegiatan

“kritis”.

2.8 Analisis Biaya Proyek

  Selain CPM dapat digunakan untuk menentukan waktu paling cepat

sebuah proyek dapat terselesaikan dan mengidentifikasi waktu kelonggaran

(Slack) paling lambat sebuah kegiatan dapat dimulai tanpa menghambat jadwal proyek keseluruhan, metode ini juga mampu melakukan analisis terhadap sumber

daya yang dipakai dalam proyek (biaya) agar jadwal yang dihasilkan akan jauh

lebih optimal dan ekonomis.

Suatu proyek menggambarkan hubungan antara waktu terhadap biaya

(lihat Gambar 2.12). Perlu dicatat bahwa, biaya disini merupakan biaya langsung

misalnya biaya tenaga kerja, pembelian material dan peralatan) tanpa

memasukkan biaya tidak langsung seperti biaya administrasi, dan lain-lain.

Adapun istilah-istilah dari hubungan antara waktu penyelesaian proyek dengan

(37)

1. Waktu Normal

Adalah waktu yang diperlukan bagi sebuah proyek untuk melakukan

rangkaian kegiatan sampai selesai tanpa ada pertimbangan terhadap

penggunaan sumber daya.

2. Biaya Normal

Adalah biaya langsung yang dikeluarkan selama penyelesaian

kegiatan-kegiatan proyek sesuai dengan waktu normalnya.

3. Waktu Dipercepat

Waktu dipercepat atau lebih dikenal dengan Crash Time adalah waktu paling

singkat untuk menyelesaikan seluruh kegiatan yang secara teknis

pelaksanaannnya masing mungkin dilakukan. Dalam hal ini penggunaan

sumber daya bukan hambatan.

4. Biaya untuk Waktu Dipercepat

Atau Crash Cost merupakan biaya langsung yang dikeluarkan untuk menyelesaikan kegiatan dengan waktu yang dipercepat.

Perhitungan yang dilakukan untuk menentukan sudut kemiringan (waktu

dan biaya suatu kegiatan) atau lebih dikenal dengan slope adalah:

Dipercepat Waktu

Normal

Waktu

 BiayaDipercepat BiayaNormal

Biaya Slope

2.9 Mempercepat umur proyek

Umur proyek merupakan batas waktu pelaksanaan proyek. Keadaan yang

(38)

perkiraan proyek dengan umur rencana proyek. Umur rencana proyek biasanya

lebih pendek daripada umur perkiraan proyek. Umur perkiraan proyek ditentukan

oleh lintasan kritis yang terlama waktu pelaksanaannya, dan waktu pelaksanaan

tersebut merupakan jumlah lama kegiatan perkiraan dari kegiatan-kegiatan kritis

yang membentuk lintasan tersebut. Agar proyek dapat diselesaikan sesuai dengan

rencana, umur perkiraan proyek harus disamakan dengan umur rencana proyek.

Caranya adalah dengan mempercepat lama kegiatan perkiraan secara

proporsional.

Syarat yang harus dipenuhi agar dapat membuat rencana dengan umur

proyek yang lebih cepat daripada keadaan semula adalah (Tubagus Haedar A,

1997;78)

1. Telah ada network diagram yang tepat

2. Lama kegiatan masing-masing kegiatan telah ditentukan

3. Berdasarkan ketentuan di atas, dihitung saat paling awal (SPA) dan saat

paling lambat (SPL) semua peristiwa

4. Ditentukan pula umur rencana proyek (UREN)

Tujuan pokok untuk mempercepat waktu penyelesaian adalah

memperpendek waktu penyelesaian proyek dengan kenaikan biaya yang

seminimal mungkin. Proses mempercepat waktu penyelesaian proyek dinamakan

Crash Program. Akan tetapi, terdapat batas waktu percepatan (crash time) yaitu

suatu batas dimana dilakukan pengurangan waktu melewati batas waktu ini akan

(39)

Dengan menggunakan crash schedule, tentu saja biayanya akan jauh lebih

besar dibandingkan dengan normal schedule. Dalam crash schedule akan dipilih

kegiatan-kegiatan kritis dengan tingkat kemiringan terkecil untuk mempercepat pelaksanaannya. Langkah ini dilakukan sampai seluruh kegiatan mencapai nilai

crash time-nya.

Prosedur yang harus diikuti agar dapat mempercepat umur proyek adalah

Tubagus H.A,1997 ):

1. Buat network diagram dengan nomor-nomor peristiwa yang sama seperti

semula dengan lama kegiatan perkiraan baru untuk langkah ulangan dan sama

dengan semula untuk langkah siklus pertama.

2. Dengan dasar saat paling awal peristiwa awal, SPA1 = 0, dihitung saat

peristiwa awal lainnya. Umur perkiraan proyek (UPER) = saat paling awal

peristiwa akhir (SPAm ,m = nomor peristiwa akhir network diagram atau

nomor maksimal peristiwa).

3. Dengan dasar saat paling lambat peristiwa akhir network diagram (SPAm) =

umur proyek yang direncanakan (UREN), dihitung saat paling lambat semua

peristiwa.

4. Hitung total float (TF) semua kegiatan yang ada. Bila tidak ada total float

yang berharga negative, lanjutkan kelangkah berikut:

5. Cari lintasan-lintasan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang total float

masing-masing besarnya:

Total Float (TF) = UREN – UPER

= SPLm - SPAm berharga negatif

(40)

6. Lama kegiatan dari kegiatan tersebut diatas adalah Ln , n adalah nomor urut

kegiatan tersebut dalam satu lintasan, n = 1, 2, 3, …..z

7. Hitung lama kegiatan baru dari kegiatan tersebut diatas (langkah ke-5 dan 6)

dengan menggunakan rumus :

L ( ) L ( ) Ln( ) ( )

Li = Jumlah lama kegiatan – kegiatan pada satu lintasan yang

harus dipercepat

UREN = umur rencana proyek

UPER = umur perkiraan proyek

8. Kembali ke langkah 1

Contoh perhitungan percepatan proyek :

Diberikan tabel sebagai berikut:

Tabel 2.4. Daftar kegiatan proyek

Waktu yang dibutuhkan (Minggu)

Normal Crash Normal Crash

(41)

(Sumber : Alberto D. Pena. 1997. )

a. Tentukan waktu penyelesaian proyek serta biayanya!

b. Tentukan waktu senggang bebasnya dan lintasan kritis normal!

Dengan mempersingkat waktu proyek selama tiga minggu, tentukan

kegiatan-kegiatan apa saja yang pelu dipersingkat dan tentukan total biaya proyeknya!

Bentuk jaringan kerja dari proyek tersebut adalah:

2

Gambar 2.13. Network diagram proyek (Sumber : Alberto D. Pena. 1997. )

a. Diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah 22 minggu dengan biaya yang

dikeluarkan adalah (10.000 + 6.000 + 4.000 +14.000 + 9.000 + 7.000 + 13.000

+ 11.000 + 20.000 = $ 94.000

b. Berikut ini cara memperhitungkan free slack dan menemukan lintasan

(42)

Tabel 2.5. free slack

Kegiatan A B C D E F G H I

TS 0 0 2 0 4 2 2 0 0

FS 0 0 1 0 0 0 0 0 0

(Sumber : Alberto D. Pena. 1997.)

Kegiatan Kritis : A, B, D, H, I

Jalur Kritis : 1 – 2 – 3 – 5 – 8 – 9

c. Untuk mempersingkat waktu penyelesaian proyek dengan menggunakan crash

program dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menghitung nilai slope masing-masing kegiatan

Tabel 2.6. Nilai slope

(Sumber : Alberto D. Pena. 1997. )

2. Mengurangi waktu penyelesaian proyek dengan menekan sebanyak

mungkin kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai slope terkecil. Dari tabel di atas kegiatan kritis dengan slope terkecil adalah kegiatan A.

Dengan demikian kegiatan A dapat ditekan sebanyak 2 minggu (4  2).

Berikut ini perubahan waktu penyelesaian proyeknya:

Kegiatan A B C D E F G H I

(43)

2

Gambar 2.14. Network diagram percepatan proyek (Sumber : Alberto D. Pena. 1997.)

Diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah 20 minggu dengan biaya

adalah $94.000 + (22 – 20) 500 = $95.000

3. Dikarenakan waktu penyelesaian belum sesuai yang diharapkan (3

minggu) maka perlu menekan aktivitas kritis lain yang memiliki slope

terkecil setelah A yaitu kegiatan D sebanyak 1 minggu (5  4). Waktu

penyelesaian proyek yang diperoleh:

 

Gambar 2.15. Network diagram percepatan proyek akhir (Sumber : Alberto D. Pena. 1997)

Diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah 19 minggu dengan biaya

(44)

2.10 Kurva Kemajuan Pekerjaan “Kurva S”

Prinsip umum kemajuan, yang juga disebut sebagai kurva S secara grafis

menyajikan beberapa ukuran kemajuan komulatif pada suatu sumbu tegak

terhadap waktu pada sumbu mendatar. Kemajuan itu dapat diukur menurut jumlah

nilai uang yang telah dikeluarkan, survey kuantitas pekerjaan ditempat itu , jam

orang yang telah dijalani atau setiap ukuran lainnya yang memberikan suatu

manfaat. Masing-masing hal ini dapat dinyatakan baik menurut satuan-satuan

sebenarnya (dolar, meter-kubik dan lain-lain) atau sebagai persentase dari jumlah

kuantitas yang diperkirakan untuk diukur.

Bentuk kurva S yang khas itu berasal dari pemaduan kemajuan setiap

satuan dari waktu (hari, minggu, bulan, dan lain-lain) untuk mendapatkan suatu

kemajuan komulatif.

Gambar 2.16. Kurva “S”

(Sumber : D. Istimawan, 2001)

Arus kas (Cash Flow) dapat diperlihatkan secara grafis dengan

menempatkan satu kurva kemajuan untuk pengeluaran pada grafik yang sama 100%

Waktu

Kemajuan yang sebenarnya

(45)

dengan kurva kedua untuk pendapatan. Kurva ini dapat juga dikombinasikan

dengan satuan yang lain yang dapat memberikan suatu manfaat misalnya

dikombinasikan dengan jumlah komulatif biaya pengeluaran.

Adapun kombinasi dari diagram balok dengan kurva “S” seperti tertera

pada gambar 2.16 pada gambar tersebut dikombinasikan antara diagram balok dan

kurva “S”.

Contoh perhitungan kurva S :

1. Pekerjaan Persiapan, yang terdiri dari :

a. Pembersihan Lokasi dan Jalan Selama Pelaksanaan

Total Biaya per kegiatan = Rp 52.307.668,00

Total biaya seluruh kegiatan = Rp 23.728.239.108,00

Durasi = 273 hari, yang terbagi dalam 39 minggu

1 Minggu = 7 hari

Bobot (%)  =  100% pekerjaan

semua total Harga

pekerjaan item

per Harga

  

(46)

      =  100%

Sedangkan untuk pembagian bobot tiap minggunya yaitu:

 Bobot Minggu 1 s/d Minggu 38 = x0,220%

2.11 Peneliti Terdahulu

 Berikut ini merupakan penelitian – penelitian sebelumnya yang digunakan

sebagai acuan dalam penelitian ini :

1. Haryadi Sarjono, OPTIMISASI WAKTU KERJA DENGAN

ANALISA NETWORK (CPM) PADA PT MAJU GEMILANG MANDIRI, Universitas Bina Nusantara, Jakarta. (2008)

Perusahaan konstruksi pada umumnya selalu menerapkan konsep

manajemen proyek dalam setiap pengerjaan proyek. Hal ini dilakukan untuk

mendapatkan hasil yang optimal serta waktu yang optimis (waktu yang

cepat dan diharapkan, baik untuk pihak perusahaan maupun pihak owner).

Masalah yang diteliti adalah mengenai optimisasi waktu kerja dengan

menggunakan analisa network CPM (Critical Path Method). terhadap

(47)

Gading, Jakarta Utara. Dalam penelitian ini terdapat 22 jalur kritis, dimana

memerlukan waktu 327 hari untuk proyek pengerjaan keseluruhan, lebih

cepat 39 hari dari perencanaan yang dibuat oleh PT. Maju Gemilang

Mandiri. Proyek ini akan dikerjakan terhitung dimulai 1 Maret 2008 dan

akan berakhir pada 21 Januari 2009. Dengan adanya penelitian ini

diharapkan perusahaan dapat mengetahui susunan pekerjaan dengan lebih

detail dan lebih optimal lagi, serta hambatan yang akan terjadi selama

pengerjaan proyek

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan alternatif solusi dalam

menyelesaikan permasalahan pengerjaan proyek yang dialami perusahaan,

metode CPM (Critical Path Method) merupakan salah satu metode yang

dianggap mampu untuk melakukan analisis sistem yang mengandung

ketidakpastian.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan Berdasarkan analisa network –

metode CPM yang digunakan penulis, dapat disimpulkan proyek

pembangunan rumah tinggal di Villa Gading Indah M14, Kelapa Gading –

Jakarta Utara dapat menghemat waktu pengerjaan proyek sebanyak 39 hari,

yaitu dari 366 hari yang dijadwalkan menjadi 327 hari. Pada proyek ini

terdapat pekerjaan kritis yaitu pekerjaan a – b – c – d – e – f – g – h – k – l –

m – n – q – r – s – t – w – z – aa – ab – ac – ad. Dimana pekerjaan kritis ini

merupakan pekerjaan yang mempengaruhi total penyelesaian proyek.

Berdasarkan Metode CPM yang digunakan dapat terjadi penghematan

(48)

2. Aryo Andri Nugroho, OPTIMALISASI PENJADWALAN PROYEK PADAPEMBANGUNAN GEDUNG KHUSUS (LABORATORIUM) STASIUN KARANTINA IKAN KELAS 1 TANJUNG MAS PADA PT MUNICA PRATAMA GROUP UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.

( 2007)

PT Munica Pratama Group merupakan perusahaan yang bergerak dalam

usaha utama sebagai pelaksana konsturksi bangunan gedung dan sipil serta

mengerjakan bidang usaha lainnya seperti building manajemen,

pengembangan properti dan realiti.Untuk memenuhi permintaan konsumen

maka diperlukan penjadwalan proyek yang tepat agar proyek dapat selesai

sesuai tenggat waktu yang disepakati.

Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana cara menentukan

lintasan kritis dan nilai optimum pada penjadwalan proyek gedung stasiun

karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan menggunakan metode

CPM dan bagaimana cara menentukan lintasan kritis dan nilai optimum

pada penjadwalan proyek. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui cara

menentukan lintasan kritis dengan menggunakan metode CPM pada

penjadwalan proyek pembangunan gedung stasiun karantina ikan kelas 1

Tanjung Mas Semarang dan kurva s untuk mencari lintasan kritis.

Hasil perhitungan penjadwalan proyek pembangunan gedung stasiun

karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan Metode CPM dan

(49)

sedangkan perhitungan yang dilakukan PT MUNICA PRATAMA GROUP

membutuhkan waktu 150 hari dengan biaya Rp.616.634.000,00 sehingga

dapat menghemat waktu 6 hari dan biaya sebesar Rp.10.273.247,00.

3. Anjik Purnomo, ANALISA PENJADWALAN PROYEK DENGAN

MENGGUNAKAN METODE CPM DAN ANALISA KURVA S PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG BPK SIDOARJO UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL JAWA TIMUR.( 2009)

PT. PP (Pembangunan Perumahan) Persero adalah sebuah perusahaan yang

bergerak dalam bidang usaha utama sebagai pelaksana konstruksi bangunan

gedung dan sipil serta mengerjakan bidang usaha lainnya seperti building

manajemen,pengembangan properti dan realti. Untuk memenuhi permintaan

konsumen yang semakin kompetitif, maka diperlukan penjadwalan proyek

yang tepat agar proyek dapat selesai sesuai tenggat waktu yang disepakati.

Dalam pengerjaan konstruksi ini masalah yang sering dihadapi adalah

tentang penggunaan waktu yang kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh

pekerjaan yang tidak tepat waktu sehingga menghambat pekerjaan lainnya

yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut.

Dengan adanya masalah tersebut maka untuk mengoptimalisasikan jangka

waktu dan meminimasi total biaya proyek untuk pekerjaan yang bisa

dipercepat serta bisa mentargetkan penyelesaian proyek pembangunan

tersebut diperlukan suatu alternatif pemecahan masalah, yaitu dengan

(50)

dengan harapan perusahaan dapat mengatasi permintaan konsumen yang

kompetitif dengan waktu dan biaya proyek yang optimal.

Dari hasil pengolahan data didapatkan 6 jalur kritis dengan kegiatan yang

dapat dipercepat antara lain adalah kegiatan yang berada pada jalur kritis

terutama kegiatan-kegiatan utama yaitu A1 (Pembersihan Lokasi dan Jalan

Selama Pelaksanaan), B1 (Pekerjaan struktur lantai 1), B4 (Pekerjaan

struktur lantai 4), C2 (Pekerjaan finishing lantai dan dinding), D2 (Kabel

power distribusi tegangan rendah) dan F1 (Pekerjaan partisi dan interior).

Waktu dan biaya proyek dengan metode riil perusahaan adalah selama 280

hari dengan biaya sebesar Rp 26.602.387.109,-, sedangkan dengan

menggunakan metode CPM (Critical Path Method) percepatan diperoleh

waktu selama 256 hari dengan total biaya proyek sebesar Rp

24.416.952.242,81. Sehingga metode CPM (Critical Path Method) dapat menghasilkan waktu dan total biaya proyek yang lebih minimal daripada

total biaya proyek rill perusahaan dengan selisih sebesar Rp

2.185.434.866,19. Laju perkembangan proyek ini dapat dilihat pada Kurva S

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan pada Proyek PT.

BRAJA MUSTI yang terletak di jalan Wonosari lor 120, Surabaya. Pengambilan data dilakukan pada Bagian Operasi Proyek dan penelitian hanya difokuskan pada proyek Pengembangan Gedung sekolah smp Barunawati Surabaya. Pengambilan

data dilakukan pada tanggal 20 September 2010 sampai dengan data tercukupi.

3.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

Variabel dapat diartikan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi besaran dan variasi nilai terlibat dalam penelitian, adapun variabel yang diamati penelitian

ini adalah:

1. Variabel Bebas atau Independent adalah

a. Aktivitas atau kegiatan

Semua pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek, dimana dalam penyelesaiannya membutuhkan durasi.

b. Jenis kegiatan

Semua jenis pekerjaan yang dikelompokan menjadi beberapa pekerjaan

sesuai dengan aktivitas-aktivas yang dikerjakan. c. Urutan kegiatan

(52)

sesudahnya atau sebaliknya kegiatan sesudahnya tidak bisa dilakukan sebelum kegiatan yang pertama atau mendahului diselesaikan terlebih

dahulu.

d. Waktu kegiatan

Variabel waktu kegiatan ini meliputi normal time dan crash time. variable

waktu kegiatan ini digunakan untuk menentukan lintasan kritis proyek. e. Biaya proyek

Variabel ini menunjukkan biaya yang digunakan untuk menyelesaikan suatu aktivitas proyek.

2. Variabel Terikat atau Dependent adalah

a. Interval waktu penyelesaian proyek

Variabel ini menunjukkan interval waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan suatu proyek. b. biaya penyelesaian proyek.

Variabel ini menunjukan biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

suatu proyek.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Sebelum diadakan pembahasan pada masalah yang dihadapi, maka diperlukan pengumpulan data yang ada di bagian konstruksi.

Data yang digunakan dalam menyelesaiakn penelitian ini, yaitu: 1. Data Primer

(53)

didapatkan data-data yang relevan dan dapat memperkuat penelitian. Adapun beberapa cara untuk mendapatkan data primer, yaitu:

1) Interview

Yaitu proses pengumpulan data dengan mengadakan wawancara secara langsung kepada pihak perusahaan yang berhubungan dengan obyek

penelitian. 2) Observation

Yaitu proses pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung di lapangan sesuai dengan kegiatan perusahaan sehari-hari yang berkaitan dengan obyek penelitian.

2. Data Sekunder

Yaitu pengumpulan data dengan menggunakan data-data dari dokumen

(arsip) perusahaan yang berkaitan dengan obyek penelitian. Adapun beberapa cara untuk mendapatkan data sekunder, yaitu:

1) Library Research

Yaitu pengumpulan data dengan mempelajari buku-buku atau literatur yang mempunyai hubungan dengan materi, yang digunakan dalam

memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh perusahaan. 2) Dokumen Perusahaan

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang

dimiliki oleh perusahaan.

Adapun data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain:

(54)

3. Hubungan antar kegiatan.(data dari perusahaan)

4. Biaya total proyek dalam kondisi nyata.(data dari perusahaan)

3.4. Metode Pengolahan Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka pada tahap selanjutnya adalah melakukan pengolahan data untuk dapat memecahkan permasalahan

dengan menggunakan pendekatan Network Planning. Adapun langkah-langakah pengolahan data dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menginventarisasi waktu dan kegiatan

Dalam tahap ini yang dilakukan adalah menguraikan proyek menjadi kegiatan-kegiatan dan memasukkan data-data yang diperoleh dari

perusahaan.

2. Menentukan hubungan antar kegiatan

Yaitu menentukan hubungan tiap kegiatan dengan kegiatan lainnya seperti kegiatan mana yang mendahului dan kegiatan mana yang didahului berdasarkan urutan proses pengerjaan.

3. Menyusun Network Diagram

Penyusunan network diagram untuk menentukkan jadwal pekerjaan dalam

proyek didasarkan pada hubungan antar kegiatan sehingga keseluruhan kegiatan yang menyusun network diagram dapat mencerminkan proyek secara keseluruhan.

4. Menghitung nilai Saat Paling Awal (SPA), Saat Paling Lambat (SPL), dan tenggang waktu setiap kegiatan

(55)

1) Hitung atau tentukan saat paling awal dari peristiwa-peristiwa mulai dari nomor 1 berturut-turut sampai dengan nomor maksimal.

2) Saat paling awal peristiwa nomor satu sama dengan nol.

3) Selanjutnya dapat dihitung saat paling awal peristiwa nomor 2, 3, 4, dan seterusnya dengan menggunakan salah satu dari dua formula yang

telah dijelaskan sesuai dengan banyak kegiatan dan dummy yang menuju kepada peristiwa yang bersangkutan.

Secara formulatif, untuk menentukan saat paling awal suatu peristiwa adalah sebagaik berikut:

1. Untuk sebuah kegiatan menuju ke sebuah peristiwa

2. Untuk beberapa kegiatan menuju ke sebuah peristiwa 5. Menentukan lintasan kritis

Menentukan lintasan kritis yaitu lintasan yang paling cepat umur pengerjaannya dari semua lintasan yang ada.

Suatu aktivitas dalam lintasan kritis mempunyai tiga kriteria, yaitu:

a. Saat paling awal terjadinya kejadian awal sama dengan saat paling lambat yang masih diijinkan untuk terjadinya kejadian awal tersebut.

b. Saat paling awal terjadinya kejadian akhir sama dengan saat paling lambat yang masih diijinkan untuk terjadinya kejadian akhir tersebut. 6. Menentukan kegiatan yang dipercepat

Menentukan kegiatan yang dapat dipercepat yaitu kegiatan yang berada pada jalur kritis, terutama pada kegiatan-kegiatan utama.

(56)

Menghitung nilai slope pada lintasan kritis proyek dengan menggunakan rumus:

Dipercepat Waktu

Normal

Waktu

 BiayaDipercepat BiayaNormal Biaya

Slope

Kemudian menentukan nilai slope terkecil yang digunakan untuk

percepatan proyek.

8. Menghitung waktu dan biaya penyelesaian proyek

Menghitung waktu dan jumlah biaya dipercepat yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dalam menyelesaikan proyek Pembangunan Gedung sekolah smp Barunawati Surabaya.

9. Menyusun kurva S

Langkah-langkah menyusun kurva S adalah sebagai berikut :

a. Identifikasi pekerjaan dan urutan-urutan kegiatan b. Tentukan durasi kegiatan

c. Distribusikan biaya secara merata ( dalam bentuk prosentase ) secara merata atau liner untuk tiap-tiap pekerjaan

d. Hitung bobot biaya perhari dengan menjumlah kebutuhan biaya perhari e. Buat kurva S pada bobot tersebut ( perhatikan skala 0% sampai dengan

(57)

3.5. Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Pada sub bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam

memecahkan permasalahan. Adapun langkah-langkah pemecahan masalah tersebut dapat dilihat pada gambar 3.2. berikut ini:

Menyusun Network Diagram Metode Usulan CPM Penjadwalan Proyek Dipercepat Kondisi Riil Perusahaan

Penjadwalan Proyek Normal

Pengumpulan Data :

 Data jenis aktivitas / kegiatan

 Data urutan kegiatan

Waktu kegiatan Normal Time

Data biaya tiap kegiatan normal proyek

Data harga upah dan bahan

Menginventarisasi waktu dan kegiatan

Menentukan hubungan antar kegiatan Mulai

Studi Lapangan

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

(58)

Gambar 3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Menentukan lintasan kritis proyek

Perhitungan nilai Slope kegiatan yang dipercepat Menghitung SPA, SPL, dan tenggang waktu setiap kegiatan

Target waktu penyelesaian proyek (UPER)

Pembuatan Kurva S Normal & Kurva S dipercepat

UREN < UPER

Tidak

Ya

Selesai

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran Penjadwalan proyek dipercepat

Penjadwalan proyek secara normal Menentukan Kegiatan yang

dipercepat

(59)

Keterangan: 1. Mulai

Merupakan langkah awal dimulainya suatu penelitian. 2. Studi lapangan

Studi lapangan dilakukan dengan melihat kondisi riil dari perusahaan

sehingga dapat diketahui masalah-masalah. 3. Studi kepustakaan

Yaitu mencari literatur-literatur untuk mendapatkan metod pemecahan masalah-masalah yang terjadi yang dapat mendukung penelitian sehingga dapat membantu menyelesaikan masalah yang ada.

4. Perumusan masalah

Berdasarkan studi lapangan dan studi kepustakaan yang telah dilakukan

maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yang terjadi diperusahaan tersebut.

5. Penetapan tujuan

Yaitu menetapkan tujuan dari penelitian tersebut yang dilakukan berdasarkan masalah yang terjadi.

6. Identifikasi variabel

Yaitu mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi permasalahan tersebut.

7. Pengumpulan data

Yaitu mengumpulkan data-data penelitian yang dapat menunjang dalam

(60)

kegiatan, Data urutan kegiatan, Waktu kegiatan Normal time, Data harga upah dan bahan.

8. Menginventarisasi waktu dan kegiatan

Dalam tahap ini yang dilakukan adalah menguraikan proyek menjadi kegiatan-kegiatan dan memasukkan data-data yang diperoleh dari

perusahaan.

9. Menentukan hubungan antar kegiatan

Yaitu menentukan hubungan tiap kegiatan dengan kegiatan lainnya seperti kegiatan mana yang mendahului dan kegiatan mana yang didahului berdasarkan urutan proses pengerjaan.

10.Menyusun Network Diagram

Penyusunan network diagram untuk menentukkan jadwal pekerjaan dalam

proyek didasarkan pada hubungan antar kegiatan sehingga keseluruhan kegiatan yang menyusun network diagram dapat mencerminkan proyek secara keseluruhan.

11.Menghitung nilai Saat Paling Awal (SPA), Saat Paling Lambat (SPL), dan tenggang waktu setiap kegiatan.

Yaitu menentukan saat paling awal dan saat paling akhir peristiwa-peristiwa dalam sebuah network diagram.

12.Menentukan lintasan kritis

yaitu lintasan yang paling cepat umur pengerjaannya dari semua lintasan yang ada dan digunakan untuk menentukan pekerjaan yang bisa

(61)

13.Menentukan kegiatan yang dipercepat

Menentukan kegiatan yang dapat dipercepat yaitu kegiatan yang berada

pada jalur kritis, terutama pada kegiatan-kegiatan utama. 14.Perhitungan nilai slope kegiatan yang dipercepat

Yaitu menghitung nilai slope (sudut kemiringan antara waktu dan biaya

suatu kegiatan) pada lintasan kritis proyek.

15.Pembuatan Kurva S Normal dan Kurva S Dipercepat

Pembuatan kurva S Normal dan Kurva S dipercepat yaitu untuk mengetahui komulatif progress pada setiap waktu dalam pelaksanan pekerjaan Normal dan pekerjaan dipercepat. Kurva tersebut dibuat

berdasarkan rencana atau pelaksanaan (aktual) progress dari pekerjaan dari setiap kegiatan dan dapat mengetahui kemajuan tingkat pengerjaan proyek.

16.Penentuan waktu dan Biaya Optimum (UREN)

Pada tahap ini waktu penyelesaian proyek normal dan crash dibandingkan untuk mengetahui waktu penyelesaian yang optimal.

17.Waktu UREN < UPER

Apakah waktu UREN < UPER, jika UREN > UPER, maka penjadwalan

menggunakan network diagram normal. Jika UREN < UPER, maka berlanjut ke langkah berikutnya.

18.Penjadwalan proyek dipercepat

(62)

19.Analisa dan Pembahasan

Dari hasil pengolahan data yang diperoleh maka dapat dilakukan analisa

dan pembahasan hasil penelitian dengan menggunakan dasar-dasar teori yang berhubungan dengan metode pengolahan data.

20.Kesimpulan dan Saran

Yaitu tahap menginterpretasikan lebih lanjut mengenai hasil analisis data yang telah dilakukan sebelumnya dan memberikan saran-saran untuk

menjadi masukan dan pertimbangan dalam menentukan waktu dan biaya percepatan proyek.

21.Selesai

Gambar

Gambar 2.4. Simbol anak panah
Gambar 2.5. Simbol Lingkaran
Gambar 2.6. Simbol anak panah terputus-putus
Gambar 2.7. Network Diagram
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan interaksi antara variasi ketersediaan air dan intensitas cahaya memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap jumlah daun

Objek getaran yang terjadi pada rotor adalah selama getaran dalam batas yang dapat diterima kecepatan operasi dan kondisi beroperasi dibawah kecepatan rata- rata pada

Daya cerna protein pada tepung limbah udang tertinggi adalah 67,82%, hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh BPK S EMARANG (1978), bahwa pengolahan limbah

Penghitungan sudut cosinus dan metode lain dalam program membuahkan hasil, semakin kompleks dan unik suatu cara pendeteksian, maka hasilnya juga akan semakin tepat,

perusahaan yang tidak memiliki hutang (Hanafi, 2016). b) Preposisi II, MM berpendapat bahwa biaya modal sendiri.. perusahaan yang memiliki hutang adalah sama dengan

Pada hasil uji Kruskal-Wallis menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan kepuasan hidup antara pasien kanker payudara dengan stadium 2, stadium 3 dan stadium 4 ( p =

Hal ini menunjukkan bahwa prosentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 27.0% atau variasi variabel independen yang digunakan dalam

Hidden Markov Model merupakan perkembangan dari rantai markov dengan keadaan pada masa yang akan datang dari suatu urutan tidak hanya ditentukan oleh keadaan saat