• Tidak ada hasil yang ditemukan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Potensi UMKM di Kecamatan Ciampea

Kecamatan Ciampea merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam daerah pengembangan Kabupaten Bogor wilayah Barat, yang mempunyai luas wilayah sekitar 55,63 km2.

Gambar 4. Peta Wilayah Kecamatan Ciampea

(2)

Kecamatan Ciampea terdiri dari 13 desa, yaitu desa Cibanteng, desa Benteng, desa Ciampea, desa Bojong Rangkas, desa Cibadak, desa Cicadas, desa Cibuntu, desa Ciampea Udik, desa Tegal Waru, desa Cinangka, desa Bojong Jengkol, desa Cihideung Udik, desa Cihideung Ilir. Letak setiap desa dapat dilihat pada peta Kecamatan Ciampea, Gambar 4. Kecamatan Ciampea terdapat 43 Dusun, 120 Rukun Warga (RW), serta 470 Rukun Tetangga (RT), dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 4. Jumlah RT dan RW di Kecamatan Ciampea Tahun 2008

No Desa Rumah Tangga Rukun Tetangga Rukun Warga

1 Ciampea Udik 1.668 27 9 2 Cinangka 2.929 39 9 3 Cibuntu 2.067 26 7 4 Cicadas 2.533 29 9 5 Tegal Waru 2.204 38 6 6 Bojong Jengkol 2.193 30 8 7 Cihideung Udik 3.353 45 14 8 Cihideung Hilir 2.491 24 5 9 Cibanteng 3.619 41 7 10 Bojong Rangkas 2.867 35 8 11 Cibadak 2.588 34 6 12 Benteng 2.913 39 7 13 Ciampea 2.557 27 6 Jumlah 34.002 434 101

Sumber: Registrasi Penduduk, Kecamatan Ciampea dalam Angka Tahun 2009

Menurut data bidang UMKM di Kantor Kecamatan Ciampea, jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kecamatan Ciampea seluruhnya berjumlah 393 usaha dengan pembagian 50 persen usaha mikro, 40 persen usaha kecil dan 10 persen usaha menengah. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kecamatan Ciampea yang tergolong agribisnis berjumlah 262 usaha. Usaha di Kecamatan Ciampea yang tergolong agribisnis antara lain: berbagai jenis usaha keripik dan kerupuk, usaha budidaya jamur tiram, usaha ternak ayam, usaha ternak kambing, usaha jaket parasut, usaha tas kulit imitasi, usaha pembuatan tahu dan tempe, usaha kerajinan bongsang, besek dan bunga kering, usaha pembenihan berbagai jenis ikan, usaha budidaya ikan gurame, usaha kue dan roti, usaha nata de koko, usaha pakaian, usaha toko pakan ternak, dan usaha tanaman obat.

(3)

Kecamatan Ciampea mempunyai beraneka ragam jenis UMKM. Potensi UMKM pada masing-masing desa di Kecamatan Ciampea sebagai berikut: 1. desa Cibanteng, usaha yang terdapat di desa ini antara lain: usaha bongsang,

pembuatan tahu, pembenihan ikan mas, pembuatan roti, kerupuk, jaket parasut.

2. desa Benteng, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha bongsang dan besek.

3. desa Ciampea, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha tas kulit, usaha emping jengkol, aneka keripik dan yogurt.

4. desa Bojong Rangkas, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha tas kulit, dompet kulit dan usaha pakaian jadi.

5. desa Cibadak, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha keripik pisang, keripik singkong dan kerupuk kulit.

6. desa Cicadas, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha jaket parasut dan pakaian jadi.

7. desa Cibuntu, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha-usaha perikanan seperti: budidaya gurame, pembenihan ikan bawal dan pembenihan lele jumbo dan gurame.

8. desa Ciampea Udik, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha budidaya jamur tiram, usaha pakan ikan, usaha ternak ayam, dan ternak kambing. 9. desa Tegal Waru, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha tas kulit, usaha

tanaman obat, toko pakan ternak, pembenihan patin, kerupuk spesial, kerajinan besek dan bongsang.

10. desa Cinangka, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha pembuatan keripik pisang dan usaha budidaya jamur tiram.

11. desa Bojong Jengkol, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha pembuatan tempe.

12. desa Cihideung Udik, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha jaket parasut, usaha pakan ikan dan usaha kerupuk tahu.

13. desa Cihideung Ilir, usaha yang terdapat di desa ini adalah usaha kerajinan bunga kering, usaha nata de koko, usaha pakan ikan, usaha pakaian jadi dan usaha tas kulit.

(4)

5.2. Kondisi UMKM

Wirausaha UMKM di Kecamatan Ciampea paling banyak mengusahakan tas kulit dan jaket parasut sehingga persaingan di antara sesama wirausaha pembuat tas kulit dan jaket parasut sangat ketat dan ditambah lagi adanya persaingan dengan industri besar tas kulit dan jaket di Kota Bogor. Margin pendapatan yang didapatkan wirausaha UMKM pembuat tas kulit dan jaket parasut di Kecamatan Ciampea jumlahnya kecil, tetapi pesanan tas kulit dan jaket parasut dari daerah Bogor dan Jakarta tidak pernah habis. Oleh karena itu usaha mikro, kecil dan menengah untuk usaha tas kulit dan jaket parasut bisa bertahan sampai sekarang ini.

Jenis usaha yang unik dan masih jarang diusahakan oleh wirausaha UMKM di Kecamatan Ciampea adalah usaha emping jengkol, budidaya jamur tiram, usaha nata de koko dan usaha tanaman obat. Usaha tersebut masih sangat berpotensi untuk dikembangkan, terutama dari segi pemasarannya. Pemasaran usaha tersebut masih bisa ditingkatkan karena wirausaha yang mengusahakan emping jengkol, budidaya jamur tiram, nata de koko dan tanaman obat belum ada pembeli tetap serta belum ada saluran pemasarannya. Peluang bagi wirausaha lain yang ingin ikut mengusahakan emping jengkol, jamur tiram, nata de koko dan tanaman obat juga masih terbuka lebar, prospeknya cerah dan belum jenuh tingkat persaingannya.

Kondisi UMKM secara umum di Kecamatan Ciampea meliputi:

1. masih sangat sedikit UMKM yang memiliki izin usaha, terutama pada usaha mikro karena tidak membutuhkan surat izin dalam menjalankan usahanya. Usaha kecil hanya beberapa yang memiliki surat izin. Surat izin yang telah dimiliki oleh usaha kecil meliputi Surat Keterangan Usaha (SKU). Usaha kecil yang telah memiliki SKU seperti usaha konveksi jaket yang dimiliki oleh pak Asep, usaha keripik enak yang dimiliki oleh pak Ismail dan usaha keripik singkong yang dimiliki oleh pak Rafik Hidayat. Usaha Menengah beberapa sudah ada yang memiliki Surat Izin Usaha Pribadi (SIUP) dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Usaha Menengah yang telah memiliki SIUP dan NPWP contohnya seperti usaha konveksi jaket pak Inan, usaha tas kulit milik pak Mimih dan usaha kerupuk kulit rambak milik Euis Urbaiti.

(5)

2. Kebanyakan usaha mikro, kecil dan menengah merupakan usaha keluarga (home industry) yang produk-produknya merupakan buatan rumah tangga sendiri dengan proses pembuatan produk yang sederhana dan tenaga kerjanya merupakan anggota keluarga, tetangga disebelahnya dan teman dekatnya. Produk yang dihasilkan cenderung sama modelnya, sulit untuk mengikuti perubahan model baru sesuai permintaan pasar, kurang adanya pengembangan produk dan tidak menyadari pentingnya hak paten. Hal seperti inilah yang membuat daya saing produk UMKM terhadap produk industri serupa sangat rendah. Manajemen secara profesional belum dilakukan di usaha mikro, untuk usaha kecil dan menengah sudah ada beberapa yang menerapkan sistem manajemen dan organisasi yang profesional.

3. Kelancaran pengadaan bahan baku UMKM masih kurang karena masih banyak UMKM yang berproduksi secara tidak teratur bergantung dari adanya dana untuk membeli bahan baku, stok bahan baku yang ada dan pasokan dari pihak yang memesan produk UMKM. Pemasaran dari produk usaha mikro dilakukan pada tingkat lokal saja, produk usaha kecil pemasarannya ada yang dilakukan pada tingkat kabupaten dan ada juga yang masih pada tingkat lokal, sedangkan pemasaran usaha menengah sudah dilakukan pada tingkat kabupaten, tingkat propinsi dan tingkat nasional. Usaha mikro dan kecil cenderung pasif menunggu datangnya pembeli dan adanya pesanan. Sudah ada satu usaha menengah yang berhasil memasarkan produknya pada tingkat ekspor yaitu usaha jaket CV. Aryani Collection.

4. Permodalan UMKM banyak yang menggunakan modal sendiri. Usaha mikro dan kecil sering tidak memiliki catatan mengenai usahanya secara teratur dan sistematis karena sering tercampur antara modal usaha dengan uang untuk rumah tangga sehingga sulit untuk mendapatkan pinjaman dari bank. Usaha menengah sudah memiliki pencatatan keuangan yang teratur dan sistematis.

5.4. Kondisi Perekonomian

Kecamatan Ciampea merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bogor serta termasuk di wilayah pengembangan dan pembangunan di Bogor Barat. Secara umum kondisi perekonomian masyarakat di Kecamatan Ciampea sampai saat ini masih di bawah garis kemiskinan dengan mata

(6)

pencaharian yang beraneka ragam, namun secara garis besar sebagian penduduk bekerja sebagai petani dan buruh. Wilayah ini diharapkan dapat berfungsi sebagai pengembangan permukiman, pariwisata, kerajinan, pertanian, perikanan, dan pelestarian sumberdaya air.

Sarana perekonomian yang ada di Kecamatan Ciampea antara lain Koperasi Unit Desa (KUD) sebanyak 12 unit, Koperasi Produksi sbanyak 5 unit, Koperasi lainnya sebanyak 3 unit, pasar umum sebanyak 1 unit, pasar bangunan permanen sebanyak 1 unit, pasar bangunan semi permanen sebanyak 401 unit, toko/ kios/warung sebanyak 645 unit. Selain itu terdapat juga industri, antara lain industri besar sebanyak 17 lokasi, industri sedang sebanyak 12 lokasi, industri kecil sebanyak 75 lokasi, dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebanyak 393 lokasi, semua industri tersebut tersebar di 13 desa. Jenis usaha lain yang terdapat di Kecamatan Ciampea yaitu rumah makan/warung makan sebanyak 46 unit dan perdagangan sebanyak 670 unit.

Pada bidang pertanian di Kecamatan Ciampea sudah berkembang kegiatan pertanian berupa pertanian lahan basah, agrowisata, lahan kering/perkebunan/palawija. Dalam bidang peternakan dan perikanan, Kecamatan Ciampea merupakan sentra peternakan unggas potong, yang hasilnya untuk pasokan bagi masyarakat Ibukota Negara Jakarta, Kota Tangerang serta Kota Depok begitu pula perikananya sebagai penyedia benih ikan untuk daerah sekitar seperti Kabupaten Bogor dan Sukabumi serta daerah Parung. Pada saat ini Kecamatan Ciampea sedang diupayakan untuk dapat bertumbuh kembangnya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang memproduksi tas dan jaket untuk pemasaran di Jabodetabek. Kendala yang dihadapi pada UMKM tersebut yaitu harga jualnya kalah bersaing dengan tas dan jaket yang berasal dari pabrik besar di Kota Bogor.

5.2. Kondisi Kependudukan

Jumlah penduduk Kecamatan Ciampea sampai dengan akhir bulan Desember 2008 (Sensus Daerah) tercatat sebanyak 34.389 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 140.944 jiwa yang terdiri atas laki-laki sebanyak 73.359 jiwa dan perempuan sebanyak 67.585 jiwa. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Ciampea sebanyak 46,02 jiwa/km2.

(7)

Tabel 5. Luas Lahan (Ha) Berdasarkan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Ciampea

No Desa Sawah Perumahan Lainnya Jumlah

1 Ciampea Udik 184,63 47,92 29,45 262,00 2 Cinangka 190,00 120,00 30,00 340,00 3 Cibuntu 148,40 48,15 57,45 254,00 4 Cicadas 165,70 145,30 9,00 320,00 5 Tegal Waru 205,00 70,84 62,16 338,00 6 Bojong Jengkol 127,23 63,52 21,25 212,00 7 Cihideung Udik 191,50 68,30 24,20 284,00 8 Cihideung Hilir 78,00 38,74 61,26 178,00 9 Cibanteng 37,00 75,00 50,00 162,00 10 Bojong Rangkas 15,00 84,00 5,00 104,00 11 Cibadak 26,00 70,00 18,00 114,00 12 Benteng 21,00 162,50 65,00 248,50 13 Ciampea 30,00 153,00 63,00 246,00 Jumlah 1419,46 1.147,27 495,77 3062,50

Sumber : Dinas Pertanian, Kecamatan Ciampea dalam Angka Tahun 2009

Jumlah penduduk yang termasuk ke dalam angkatan kerja sebanyak 77.144 jiwa, yang terdiri atas laki-laki sebanyak 37.876 jiwa dan perempuan sebanyak 39.268 jiwa (Kecamatan dalam Angka, 2009). Penduduk Kecamatan Ciampea mempunyai pekerjaan yang beraneka ragam, namun secara garis besar sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani dan buruh. Keadaan masyarakat berdasarkan mata pencahariannya, dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 6. Jumlah Penduduk (Jiwa) Kecamatan Ciampea Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani pemilik lahan 2.235

2 Petani penggarap sawah 3.286

3 Buruh tani 3.905 4 Pengusaha 4.905 5 Pengrajin 10.223 6 Buruh industri 2.564 7 Pertukangan 1.254 8 Buruh pertambangan 6.149 9 Pengemudi 591 10 Pedagang 11.414 11 TNI/Polri 189

12 Pegawai Negeri Sipil 991

Gambar

Gambar 4. Peta Wilayah Kecamatan Ciampea Sumber: Kantor Kecamatan Ciampea
Tabel 4. Jumlah RT dan RW di Kecamatan Ciampea Tahun 2008
Tabel 6. Jumlah Penduduk (Jiwa) Kecamatan Ciampea Berdasarkan Mata Pencaharian

Referensi

Dokumen terkait

Sasaran peserta dari program Jampesal ini ialah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (pasca melahirkan sampai 42 hari) dan bayi baru lahir (0-28 hari) yang belum memiliki jaminan

Mengingat ketentuan bahwa kewenangan Pemerintah Pusat di kawasan perbatasan meliputi seluruh kewenangan tentang pengelolaan dan pemanfaatan kawasan perbatasan, sesuai dengan

Hubungan BBLR dengan kejadian campak yang tidak signifikan juga dipengaruhi oleh keterbatasan jumlah sampel yang digunakan dan jumlah sampel ini juga berpengaruh terhadap

Guru ( review ) materi bersama siswa membuat kesimpulan serta melakukan refleksi. Refleksi hasilnya: siswa kelihatan merasa senang dan gembira saat menggunakan jari

Očuvanjem prirode se automatski i smanjuje rizik koji endokrini modulatori mogu imati i na ljudsku vrstu koja je također podložna sporom i neprimjetnom djelovanju promjene

Pencacahan di lapangan harus menggunakan daftar HKD-2.1, setelah dikoreksi barulah perdesaan dan juga untuk penyusunan Indeks Harga Yang Dibayar Petani Kelompok N

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menginterpretasi data iklim dan sumberdaya lahan ke dalam sistem pakar Landuse untuk mendapatkan zonasi Agro Ekologi dan

pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Kondisi