• Tidak ada hasil yang ditemukan

MERANGKAK DI BAWAH BENDERA MERAH SEJARAH PERKEMBANGAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA TAHUN 1948 SAMPAI TAHUN 1955

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MERANGKAK DI BAWAH BENDERA MERAH SEJARAH PERKEMBANGAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA TAHUN 1948 SAMPAI TAHUN 1955"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah

Disusun Oleh Nama : Ajeng Dewanthi

NIM : 014314001

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

JURUSAN SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

(2)
(3)
(4)

The lestrygonians and the Cyclops The angry Posedion-do not fear them You will never find such as these on your path

If your thoughts remain lofty,

if a fine emotion touches your spirit and your body The Lestrygonians and the Cyclops The fierce Posedion you will never encounter

if you do not carry them within your soul if your heart does not set them up before you

Pray that road is long

That the summer mornings are many, when, with pleasure, with such joy You will enter ports seen for the first time;

Stop at Phoenician markets And purchase fine merchandise,

Mother-of pearls and coral, ember and ebony, and sensual perfumes of all kinds, As many sensual perfumes as you can;

Visit many Egyptian cities, to learn and learn from scholars.

Always keep Ithaca in your mind. To arrive there is your ultimate goal.

But do not hurry the voyage at all. It is better to let it last for many years; And to anchor at the island when you are old

Rich with all you have gained on the way, Not expecting that Ithaca will offer you riches

Ithaca has given you beautiful voyage Without her you never have set out on the road

She has nothing more to give you

And if you find her poor, Ithaca has not deceives you Wise you have become, with so much experience You must already have understood what Ithaca means

Constantine Cavafy (1863-1933) Diterjemahkan oleh Rae Dalven Take from: The Zahir by Paoulo Coelho

(5)

bersandar. Yesus yang telah memberi kekuatan dan begitu banyak inspirasi dalam hidup You are the best!!!

Papa, Mama, Dimas, Angga, Kastrin

Tidak ada kata lain selain “Maaf atas segala keterlambatan ini”. I love you Pa, Ma, Dim’s, NG’a, A’tin.

Rm. FX. Baskara T Wardaya

Saya belajar banyak walau kadang saya tidak mengerti, saya berusaha keras bangkit walau kadang saya jatuh. Saya mencari diri saya walau kadang tidak segera menemukan. Tapi saya yakin suatu hari saya akan mencapai tujuan dari hidup itu sendiri. Terima kasih.

Izarius Hiroki Ostheim

But I being a poor, I’ve only have my dream

I spread my dream under your feet. Turn it softly. Because you stride up my dream

Sutarmi dan Riska

Terimakasih telah menjadi “gila” bersamaku dan menjadi orang yang paling mengerti aku selama enam tahun ini. Aku merindukan percakapan kita tentang dunia yang freak ini.

I love you. Nana

Hidup itu abu abu-abu karena tidak ada yang hitam dan yang putih

Kesepian, kemarahan, perjuangan dan kebanggaan

Terima kasih karena telah bersama saya dan menemani saya

With Love,

Anthi

(6)
(7)

menjawab tiga pokok permasalahan yang menjadi perhatian penulis, yaitu: 1). Bagaimankah PKI dapat terlibat dalam peristiwa Madiun tahun 1948 ?. 2). Bagaimanakah strategi PKI membangun kembali partainya setelah kehancurannya dalam peristiwa Madiun 1948 antara tahun 1950 sampai tahun 1955. 3). Bagaimanakah hubungan PKI dengan organisasi-oragnisasi di luar partai antara tahun 1950 sampai tahun 1955.

Kehancuran Partai Komunis Indonesia pada tahun 1948 dan kemunculannya kembali pada tahun 1950 merupakan bagian dari dinamika politik Indonesia setelah Proklamasi 1945. Proses kehancuran dan perkembangan PKI dipengaruhi dua faktor utama yaitu faktor eksteren dan faktor interen partai. Faktor eksteren adalah kondisi politik yang berlaku pada saat itu.Sedangkan faktor interen lebih menitik beratkan pada peran tokoh yang membawa partai itu pada kemunduran partai. Hal ini dapat tercermin dalam dua tipe kepemimpinan Musso pada tahun 1948 dan tipe kepemimpinan Dipa Nusantara Aidit pada tahun 1951.

Penulisan skripsi ini bersifat diskriptif analitis. Data yang diperoleh dalam penyusunan skripsi ini ialah melalui studi pustaka (Library research). Metode penelitaiannya adalah menggunakan metode sejarah. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penulisan sejarah yaitu mencakup heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan historis, politik dan sosial.

(8)

Communist Party Development from 1948 to 1955”, was aimed to answer three major problems as follows. 1) How could PKI (Indonesian Communist Party) be involved in Madiun affair in 1948? 2) What were the strategies PKI uses to rebuild its party after destruction in 1948 Madiun event from 1950 to 1955? 3) How was the relationship between PKI with other organizations out side the party from 1950 to 1950?

The destruction of Indonesian Communist Party in 1948 and its resurgence in 1950 were parts of Indonesian political dynamics after 1945 Proclamation. The destruction and development processes of PKI were influence by two factors; they are internal and external factors of the party. The internal factors more emphasized on the roles of figures brought about the declining party. External factor was political climate at the time. It could be seen on two leadership styles of Musso in 1948 and Dipa Nusantara Aidit in 1951.

This undergraduate thesis was written in descriptive-analytical way. The data obtained in through library research. The research method use historical one. I writing this thesis, the writer use historical method that include heuristic, resource critique, interpretation and historiography. While the approaches use here were historical, political and social.

(9)

telah membuat kehidupan sedemikian indah dan hidup. Ia yang telah memberikan kekuatan untuk berjuang di tengah kebosanan dan keputusasaan saya dalam hidup sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dalam doa yang tidak kunjung putus.

Skripsi ini tidak akan pernah saya selesaikan jika tidak ada tangan-tangan yang membimbing saya baik itu secara moril dan spiritual. Jika tidak ada mereka yang mendukung saya entah itu dengan teguran, sapaan, informasi, bimbingan, mengarahkan saya, kritikan yang membangun hidup saya. Dengan segala kerendahan hati saya mengucapkan rasa terimaksih kepada:

1. Dr. Fr. B. Alip, M. Pd. M. A. Selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Drs. Hery Santosa M. Hum, selaku Ketua Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma dan yang juga merangkap dosen pembimbing saya selama 6 tahun ini. Terima kasih telah begitu baik mendengarkan keluh kesah saya dan juga telah begitu bersahabat dengan saya selama ini di ruang kerja yang begitu sempit.

3. DR. Fx. Baskara T. Wardaya SJ selaku dosen pembimbing. Maaf atas semua kemalasan dan seluruh perbuatan saya yang selama ini kurang berkenan di hati Romo. Saya juga berterima kasih atas seluruh nasehat dan percakapan

(10)

pengalamannya kepada penulis dan selalu terbuka dengan kedatangan penulis di masa kuliah: Pak Rio, Om Sandy, Bu Ning, Pak Nardi, Pak Anton, Pak Djoko (Dosen Bahasa Inggris), Pak Manu (Dosen Bahasa Belanda) dan dosen-dosen yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

5. Kedua orang tuaku, Bpk Yohanes Babtista Bambang Priyadi dan Isidora Kwadriyantini yang telah mendampingi dengan kesabaran penulis selama masa pembuatan skripsi dan yang telah dengan sabar menghadapi sifat keras kepala penulis dalam segala hal. Terima kasih juga untuk ketiga adikku tercinta Dimas, Angga, Kastrin yang telah memberikan begitu besar inspirasi untuk menjadi kuat. “Maaf atas keterlambatan ini”

6. Kedua teman seperjuanganku yang telah mengerti kegilaanku pikiranku lebih dari siapapun selama masa kuliah ini: Sutarmi dan Riska. Terima kasih atas teguran-teguran dan sapaan disaat saya lelah dalam proses penulisan skripsi. Ajakan-ajakan diskusi dan obrolan ringan disaat saya mengalami kemacetan pikiran. Canda tawa serta makian yang membuat hari saya lebih baik saat saya disaat saya letih. Kalian yang terbaik. I love you

7. Teman-teman kelas 2001 dan seluruh kawan kawan di fakultas Sastra Ilmu Sejarah. Krisna kecil dan besar, Tato, Edi, Lazarus, Erna, Lina, Adit, Eka,

(11)

Iqbal (USU), Safrinal Ocson, Ivan, Irham, Idal (UNAND), Mas Erwin (UI), Anjas (UNDIP), Husni (UGM), Kartum (UI), Iin (UNM), Sammy(UN Patimura). Bertemu kalian adalah salah satu pengalaman paling berharga dalam hidup saya. I hope we will meet in the prefect day to discuss about history again

9. Khairul, Terimakasih telah membuat saya semakin mencintai sejarah melalui e-mail dan seluruh percakapan kita selama tiga tahun. Terima kasih atas dorongannya untuk menulis topik ini tiga tahun yang lalu. Maaf atas segala keterlambatan ini.

10.Untuk seluruh kawan-kawan yang telah membuat saya berproses, yang mengajari saya banyak hal tentang makna hidup, persahabatan, cinta, pengorbanan dan perjuangan. Mereka yang telah mewarnai hari saya sampai saat ini: Andri, Henny, Surex, Tommy Kalbuadi, Juliagi Kandati, Agnes and

her daughter Sunar, I love you. Dewo (terima kasih kita tetap menjadi teman baik setelah badai-I love you), Thopan, Deni, Bayu, Berney, Charlie (the Moonophone child) “guy’s terimakasih atas pelajarannya mengenai bagaimana menghargai musik dan seni. Untuk Cimot, Mas Jo, mbak Angga, mbak Melon, The Ambon, Dian (Perak community), mbak Ika, DJ Tobi Koyama, Alex’s, Arif, Lukman, Amox’s alias Mahmud, Maher. kawan-kawan

(12)

“Semunsa” Solo, Charoline, Maik Sauerland “Guss Gott. Vielen dank fur wir

redden,” Malve and bitch crew (terimakasih atas nasehatnya). To: Nana Thank you for everything and I’m sorry if I disappoint you in this felling about Him. Galih: I will never forget you my friend dan seluruh orang yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah saya temui selama perjalanan hidup.

11.Band-band yang senantiasa menemai saya dalam penulisan Skripsi. Yang telah menemani dihari-hari pembuangan saya di depan komputer: Cold Play, Marron5, Robbie Williams, Kings of Convenience, OASIS, Royksoop and The Moonophone band, Ballads of the Chiclle, The Fake, Ivy, POD, Life house, Keane, Breaking Benjamin and The Beathels.

12.Djoko Atmojo (the Unthux). Terima kasih atas bantuannya selama proses akhir penulisan skripsi ini dan terimakasih atas kesabarannya mendengarkan segala keluh kesah penulis. Thanks God I found you.

13.And the finally ucapan terima kasih yang teramat dalam kepada seseorang yang telah membuat saya kembali untuk mencoba menemukan diri saya kembali. Seseorang yang secara sadar atau tidak sadar telah membuat saya memandang sebuah sisi gelap dunia dan membuat saya kembali melihat terang. Terimakasih atas percakapan-percakapan yang membawa saya pada

(13)

untuk memeluk ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; ada waktu untuk

merobek ada waktu untuk menjahit. percayalah Ia akan membuat semuanya

indah pada waktunya. (Pengkotbah 3: 3,5,7,11)

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan selesai. Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis memohon kerelaan pembaca untuk memberikan saran dan kritik demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan terutama bagi perkembangan Ilmu Sejarah di Indonesia.

Penulis

(14)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAH... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penulisan ... 5

D. Pembatasan Masalah ... 6

E. Manfaat Penulisan ... 7

F. Teori dan Metodologi Penulisan ... 7

G. Hipotesa ... 11

H. Tinjauan Pustaka ... 12

I. Sistematika Penulisan ... 14

(15)

A. Kondisi politik Indonesia setelah perjanjian Renville 1948 ... 18

1. Perjanjian Renville 1948 dan Mundurnya Amir Syarifudin ... 18

2. Pemerintahan Hatta dan Perpecahan Partai Sosialis ... 20

a. Pembentukan Pemerintahan Hatta 1948. ... 20

b. Perpecahan Partai Sosialis dan Pembentukan Front Demokrasi Rakyat... 27

B. Partai Komunis Indonesia Menjelang Peristiwa Madiun 1948 … 30

1.PKI dan Perubahan Garis Kebijakan Kiri ... 31

2. Djalan Baru Musso dan PKI Agustus 1948 Sampai September 1948 ... 36

C. Program Reorganisasi dan Rasionalisasi Militer Kabinet Hatta ... 40

1. Program Reorganisasi dan Rasionalisasi Hatta... 40

2. Reaksi Laskar-Laskar Rakyat Terhadap Program Reorganisasi dan Rasionalisasi Militer ... 42

D. Peristiwa-Peristiwa Menjelang Peristiwa Madiun 1948 ... 45

1. Peristiwa Delanggu 1948 ... 45

2. Peristiwa Surakarta 1948 ... 47

BAB III PKI DAN PERISTIWA MADIUN 1948 ... 49

A. Peristiwa Madiun 1948 ... 50

B. Usaha Penghancuran Orang-Orang Kiri ... 56

1. Strategi Penghancuran PKI Dari Yogyakarta ... 56

2. Usaha Pertahanan Laskar-Laskar Rakyat dan PKI di Madiun ... 59

C. Analisa Kesalahan PKI Dalam Peristiwa Madiun 1948 ... 64

(16)

Tahun 1950 Sampai tahun 1951... 71

1. PKI di Bawah Alimin 1950 Sampai 1951... 71

2. Konflik Golongan Tua dan Golongan Muda PKI di Bawah Kepemimpinan Alimin Tahun 1950 Sampai Tahun 1951 ... 75

B. Strategi Pembangunan PKI 1951 Sampai Tahun 1955 ... 78

1. Perkembangan Pemikiran PKI Tahun 1950 Sampai Tahun 1955... 79

2. Proses Pendisiplinan dan Gerakan Studi PKI ... 83

3. Pembentukan Front persatuan Nasional ... 86

BAB V : HUBUNGAN PKI DENGAN ORGANISASI-ORGANISASI DI LUAR PARTAI ... 88

A. Organisasi-Organisasi Massa Yang Berafiliasi Dengan PKI ... 89

1. Sentral Organisasi Buruh Indonesia (SOBSI) ... 89

2. Barisan Tani Indonesia (BTI) ... 93

3. Gerakan Wanita Indonesia (GERWANI)... 95

4. Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA)... 98

5. Pemuda Rakjat (PR)... 101

B. Hubungan Politik PKI dengan Masjumi ... 102

1. Hubungan PKI dan Masjumi Dalam Sebuah Tantangan Menjawab Demokrasi ... 102

2. PKI dan Front Anti Komunis (FAK) ... 109

(17)

B. Kampanye Pemilihan Umum dan Strategi PKI Dalam

Persaingan Antar Partai... 124 1. Hubungan PKI dan PNI Selama Masa Kampanye... 129 2. Hubungan PKI dan Masjumi Selama Masa Kampanye... 132 C. Perhitungan suara PKI dan Dinamika Politik Setelah

Pemilihan Umum 1955 ... 137 1. Analis Hasil Perolehan Suara PKI Dalam Pemilihan

Umum 1955 ... 137 2. Kondisi Politik Indonesia Setelah Pemilihan

Umum 1955... 143

BAB VII : PENUTUP ... 145

BIODATA PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA

(18)

2. Makloemat PKI No 1 tanggal 17 November 1945

3. Djalan Baru Untuk Republik Indonesia Bab I tentang lapangan keorganisasian 4. Hasil Perhitungan Suara Partai-Partai Dalam Pemilihan Umum Dewan

Perwakilan Rakyat dan Dewan Konstituante 1955

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah sebuah partai tertua di Indonesia dibandingakan dengan partai-partai yang muncul setalah Proklamasi kemeerdekaan Indonesia 17 Agustus tahun 1945. Partai ini memiliki tujuan untuk menciptakan masyarakat proletar atau masyarakat tanpa kelas dan untuk mecapai tujuannya tersebut PKI harus memiliki sifat revolusioner. Dalam komunis, partai komunis adalah alat untuk mencapai tujuan dari ideologi. Struktur dalam organisasi partai komunis memiliki sistem distribusi partai dan keanggotaan yang cukup ketat. Hal ini terlihat dari proses penyeleksian keanggota serta ketatnya jalur informasi melalui sistem partai yang terpusat.55

Pada awal tahun 1948 PKI menjadi bagian dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang dibentuk oleh Amir Syarifudin. Posisi PKI dalam FDR berada di bawah Partai Sosialis (PS). Hal ini kemudian berubah setelah kedatangan Musso pada bulan Agustus tahun 1948. Sejak kembalinya dari Moskow pada bulan Agustus 1948, Musso melakukan kritik terhadap strategi yang telah dilakukan oleh orang-orang dari

55

(20)

golongan komunis dan golongan kiri selama proses revolusi 1945 sampai 1948 di Indonesia. Melalui resolusi “Djalan Baru”-nya, Musso berusaha untuk mengembalikan arah strategi perjuangan orang-orang kiri yang dianggap menyimpang. dari yang seharusnya yaitu bahwa dalam proses revolusi PKI harus menjadi partai pelopor revolusioner dan juga bahwa selama ini gerakan kiri telah mendukung dan bekerja sama dengan kelompok yang seharusnya mereka tentang. Salah satu kekecewaan Musso adalah penandatanganan Perjanjian Linggar Jati dan Perjanjian Renville yang dianggap telah merugikan Indonesia. Setelah kongres besar FDR di Surakarta pada tanggal 27 Agustus 1948, akhirnya PKI mendapat tempatnya kembali sebagai partai pelopor dalam proses revolusi yaitu berada di atas PS dan Bartai Buruh Indonesia (PBI).

(21)

Kebijakan militer ini didukung oleh Nasution yang juga merupakan salah satu formatur konsep program tersebut.

Sesungguhnya Peristiwa Madiun 1948 hanya merupakan sebuah permasalahan interen dalam tubuh TNI. Permasalahan itu timbul dari kekecewaan tentara nonreguler yang merasa bahwa kebijakan pemerintah pusat menegenai pengurangan keanggotaan dan pemangkasan divisi-divisi yang ada terkesan lebih untung memperkuat posisi keberadaan tentara reguler dalam kesatuan TNI. Konflik interen TNI ini mencapai puncaknya pada Peristiwa yang terjadi pada tanggal 17 September 1948 di Madiun. Peristiwa Madiun 1948 akhirnya menyeret nama PKI dan menyebabkan partai ini kemudian menjadi partai terlarang di Indonesia pada tahun 1948.

Antara tahun 1950 sampai 1955 perkembangan partai beraliran Marxis-Lenin ini cukup menakjubkan. Setelah pimpinan Comimte Central (CC) partai dipegang oleh Dipa Nusantara Aidit pada tahun 1951, PKI secara bertahap mampu untuk meraih simpati masyarakat dan kelompok-kelompok lain non komunis. Hal ini terkait dengan perubahan garis orientasi dari partai dari yang bersifat ekslusif menjadi sebuah partai yang memiliki sifat massa. Selain perubahan orientasi partai, perkembangan PKI juga terkait dengan munculnya pemiliran-pemikiran baru dalam CC yang kemudian dipakai sebagai sebuah pedoman umum dalam melakukan strategi PKI antara tahun 1950 sampai tahun 1955.

(22)

dengan PNI terutama sejak tahun 1953. Hubungan PKI dengan PNI sesungguhnya didasari atas sebuah hubungan segitiga antara PKI, PNI dan Masjumi dalam parlemen. Antara PKI dan PNI dalam Parlemen saling membutuhkan sebab untuk melemahkan pengaruh Masjumi dalm Parlemen aliansi partai sangat diperlukan. Selain aliansinya dengan PNI, dalam Front Nasional itu juga membangun jaringan dengan beberapa organisasi massa. Strategi yang dilakukan PKI ini juga terkait dengan pemikiran mengenai konsep kelas yang ada di Indonesia oleh Aidit dan CC Politbiro partai. Aidit memiliki pandangan bahwa Indonesia memiliki potensi politik di kelas-kelas yang semula dianggap oleh gerakan komunis tidak mermiliki fungsi revolusioner.

(23)

dari Jawa Barat yang dipimpin oleh Isa Anshari. Isa Anshari adalah pemimpin Masjumi cabang Jawa Barat.

Usaha PKI dalam membangun image partainya kembali pada tahun 1950 sampai tahun 1955 memang memiliki polemiknya sendiri. Akan tetapi walau polemik tersebut ada akan tetapi tidak mencegah PKI untuk terus berkembang. Salah satu bukti penting pada Pemilihan Umum 1955 PKI berhasil meraih posisi keempat sebagai partai pemenang Pemilihan Umum.

B. Perumusan Masalah

Untuk mencermati perkembangan Partai Komunis Indonesia tahun 1948 sampai tahun 1955 secara kritis, maka terdapat beberapa pertanyaan yang perlu dijawab :

1. Bagaimanakah PKI dapat terlibat dalam peristiwa Madiun 1948 ?

2. Bagaimanakah strategi PKI membangun kembali partainya setelah kehancurannya dalam peristiwa Madiun 1948 antara tahun 1950-1955?

3. Bagaimanakah hubungan PKI dengan organisasi-organisasi di luar partai antara tahun 1950-1955?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan sejarah perkembangan Partai komunis Indonesia tahun 1948 sampai tahun 1955 adalah sebagai berikut:

(24)

peristiwa Madiun 1948.

2. Mendiskripsikan dan menganalisa Perkembangan PKI pada tahun 1950 sampai tahun 1955.

3. Mendiskripsikan dan menganalisa hubungan PKI dengan organisasi-organisasi di luar partai Komunis Indonesia.

D. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi pokok pembahasan mengenai kondisi politik yang mempengaruhi perkembangan PKI baik itu pada perkembangannya pada tahun 1948 dan perkembangannya pada tahun 1950 sampai tahun 1955. Selain itu juga penulis akan lebih membatasi tulisan ini lebih pada melihat langkah-langkah yang diambil oleh PKI baik itu PKI–Musso dan PKI-Aidit. Keduanya memang memiliki langkah strategi yang hampir sama. Pada tahun 1948 Musso memakai strategi pembangunan partai massa. Hal ini juga di lakukan oleh Aidit pada tahun 1951. Akan tetapi dalam hal ini Aidit lebih memilih sifat toleran terhadap situasi politik Indonesia yang berkembang. Pada tahun 1951, Aidit juga memakai konsep “Djalan Baru” yang digunakan Musso>

(25)

itu juga penulis juga akan membatasi hubungan PKI dengan organisasi di luar partai yaitu hubungan antara PKI dengan PNI, Masjumi dan beberapa organisasi Massa yang berada diluar partai yaitu: SOBSI, BTI, Gerwani, Lekra, Pemuda Rakjat

E. Manfaat Penulisan

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk kajian kesejarahan di Indonesia khususnya sejarah politik pada saat masa transisi pada periode tahun 1948 sampai tahun 1955. Selain itu juga penulisan skripsi ini diharapkan dapat membantu pemahaman situasi politik Indonesia di tahun 1950 sampai tahun 1955 serta melihat kembali PKI sebagai sebuah partai yang pernah hidup dan sebuah partai yang memiliki hak untuk dihargai dalam sejarah. Untuk diri sendiri penulis berharap agar tulisan ini menjadi sebuah pembelajaran diri baik itu untuk penulisan secara sistematis dan untuk menganalisa fakta. Hal ini di harapkan menjadi sebuah awal bagi diri penusia dalam memahami lebih dalam lagi mengenai persoalan komunis di Indonesia khususnya dan di dunia pada umumnya.

F. Teori dan Metodologi Penulisan

Bagi manusia, politik merupakan sebuah obyek kajian yang selalu menarik untuk dibahas. Hal itu disebabkan karena manusia merupakan makhluk zoon

(26)

Ilmu sejarah, penulisan sejarah politik dituntut untuk tidak hanya mampu mengkaji dan menarasikan sebuah peristiwa, akan tetapi dalam penulisan sejarah politik juga dituntut untuk membahas sesuatu yang lebih juga mendasar seperti permasalahan sosial, ekonomi bahkan budaya bahakan perkembangan pemikiran. Penulisan sejarah politik juga dituntut untuk mampu menunjukan sebuah kebenaran dan bukan hanya ditulis menjadi sebuah alat legitimasi. Perkembangan ini kemudian dapat mencerminkan perkembangan penulisan sejarah di Indonesia dituntut untuk menjadi sebuah alat pengungkapan kebenaran dan bukannya menjadi sebuah komodidti kekuasaan yang meligitimasi dalam sebuah sistem pemerintahan

(27)

56 ideologi yang berupa struktur (dalam hal ini partai-penulis).

Dalam teori politik partai moderen, Sigmund Neuman mengelompokkan sifat partai menjadi dua kelompok besar yaitu partai yang berkuasa (in group) dan partai yang tidak berkuasa (out group). Kedua kelompok partai ini memiliki sifat yang berbeda-beda. Partai-partai yang termasuk ke dalam kategori in group biasanya disebut dengan istilah status quo. Partai pada golongan status quo cenderung tumbuh sebagai partai konservatif sedang partai-partai yang berada dalam kategori out group

lebih cenderung memiliki peran oposisi. Biasanya partai out group menghendaki perubahan, pembaharuan dan memiliki sifat militan tentunya.57 Selama masa demokrasi liberal, PKI tergolong partai yang berada dalam kelompok partai yang tidak berkuasa (out group). Meski PKI memiliki jumlah kursi dalam Parlemen sementara sebanyak 17 kursi dibandingkan dengan partai-partai lain selain PNI, Masjumi dan organisasi-organisasi lain akan tetapi ia memilih untuk tidak masuk ke dalam pemerintahan.58

Dalam analisa Weberian di Indonesia pada tahun 1950 muncul penempatan “kelas” (posisi ekonomi) yang berhubungan dengan “status” (distribusi kehormatan

56 Louis Althusser. 2004. Tentang Ideologi: Marxisme Strukturalis, Psikoanalisis,

Cultural Studies. Bandung: Jala Sutra. Hlm: 44.

57 Miriam Budiardjo(penyuting) Sigmund Neumann. 1981. Partisipasi dan partai

politik. Sebuah bunga rampai. Jakarta: PT Gramedia Jakarta. Hlm: 68-69.

58 Herbert Feith. 1999. Pemilihan Umum 1955 di Indonesia. Jakarta: Kepustakaan

(28)

59

dan prestise) dan kekuasaan politik. Tiga faktor inilah yang kemudian melahirkan sebuah kecenderungan sikap extraconstitusional behaviour yaitu sebuah perilaku penyimpangan penggunaan kekuasaan dalam pemerintahan untuk menghancurkan lawan-lawan politiknya.60

Dalam menganalisa perkembangan interen PKI sendiri dalam pembahasan akan mencoba memakai “pisau” teori Marxis dimana penulis akan memakai konsep

Diktaktur Proletariant. Konsep Diktaktur Proliteraiant adalah menjalankan kekuasaan mutlak atas nama proletar. Sebagai penguasa politik, diktaktur proletariant adalah pelaksana kekuasaan politik. Sedang dalam konsep komunis sendiri tujuan komunisme adalah untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas. Masyarakat yang tercipta setelah revolusi adalah masyarakat tanpa kelas (classless

society) dan memiliki konsekwensi masyarakat tersebut adalah menjadi masyarakat tanpa konflik. 61

Penulis melalui empat tahap proses penulisan yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Pada tahap pertama heuristik atau proses pengumpulan data untuk keperluan subyek yang akan diteliti. Data tersebut diperoleh dari tulisan-tulisan yang ada di perpustakaan yang berupa buku pustaka, surat kabar, dokumen,

59 Richard Tanter. Kneth Young (Ed). 1993. Politik kelas menengah Indonesia.

Jakarta: LP3ES. Hlm: 4

60 Boyd R. Compton. 1993. Kemelut Demokrasi Liberal. Surat-surat rahasia Boyd

R. Compton. Jakarta: LP3ES. Hlm: xl

61 Maswadi Rauf. 2001. Konsensus dan konflik politik. Jakarta: Derektorat Jendral

(29)

atau publikasi lainnya yang bersifat primer atau sekunder.

Tahap kedua adalah kritik sumber yang bertujuan untuk mengetahui kredibilitas dan keontentikan sumber. Kritik sumber terdiri dari kritik interen dan kritik eksteren. Kritik interen dilakukan dengan membandingkan sumber, sedang kritik eksteren adalah dengan meneliti bahan yang akan digunakan, sifat dan jauh dekatnya dari peristiwa. Hasil dari kritik sumber adalah fakta yang merupakan unsur-unsur bagi penyusunan dan rekonstruksi.

Tahap ketiga adalah interpretasi yang dilakukan setelah data diuji kebenarannya. Dalam tahap ini dituntut untuk mencermati dan mengungkapkan data-data yang diperoleh. Dalam tahap ini diperlukan analisa yang benar-benar cermat untuk memperoleh data yang obyektif. Tahap terakhir adalah historiografi yang merupakan proses penyusunan kembali satu peristiwa berdasarkan data-data yang diperoleh dan diuji kebenarannya.

G. Hipotesa

(30)

yang dibuat oleh partai lebih menjamin untuk perkembangan partai dalam meraih keberhasilan dalam pemilihan umum 1955

H. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menggunakan bahan pustaka sebagai sumber utama dalam menganalisis dan mendeskripsikan perkembangan PKI pada tahun 1948 sampai tahun 1955. Terdapat beberapa buku yang membahas Partai Komunis Indonesia, akan tetapi sedikit yang membahas mengenai perkembangan PKI tahun 1948-1955 secara khusus.

Buku pertama yang penulis pakai adalah The Communist Party Of Indonesia 1951-1963 karangan Donald Hindely. Buku yang diterbitkan oleh University of California Press Berkeley and Los Angeles tahun 1964 ini berisi mengenai perkembangan PKI pada masa kepemimpinan Aidit. Pada awal penjelasan buku terdapat informasi mengenai konflik interen partai paska peristiwa Madiun tahun 1948 (hal: 22 –26). Dalam buku Hindely ini dijelaskan secara rinci mengenai perkembangan PKI di bawah kepemimpinan Aidit. Dalam buku ini juga dijelaskan bagaimana strategi PKI menggalang basis massanya. Hubungan PKI dengan organisasi-organisasi lain pun jelas dipaparkan oleh Hindley. “Djalan Baru” yang menjadi titik dasar perjuangan partai oleh Hindley dipaparkan (hal : 54). Buku ini memiliki data yang cukup spesifik dan detail mengenai permasalahan PKI di Indonesia atahun 1950-1963.

(31)

Buku kedua adalah The Indonesia Election of 1955 yang ditulis oleh Hebert Feith. Diterbitkan oleh South Asia Program Cornel University Press Ithaca, New York in 1971. Buku ini juga sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berjudul

Pemilihan Umum di Indonesia tahun 1955 yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia Jakarta. Buku ini berisi keterangan mengenai perkembangan partai-partai serta dinamikanya dalam pemilihan umum 1955. dalam buku ini juga dijelaskan mengenai perkembangan partai-partai di Indonesia pada tahun 1953 sampai tahun 1955. Informasi dalam buku ini cukup banyak terutama pada hubungan antara partai dan bagaimana satu partai mencoba untuk menarik simpati massa. Pada bagian perhitungan suara serta perolehan suara keakuratan data dalam buku Feith ini berasal dari laporan dan pengamatannya selama ia di Indonesia pada tahun 1955. Dari buku ini lebih melihat bagai manakah dinamika kehidupan demokrasi liberal di Indonesia antara tahun 1950 sampai 1955 khususnya hubungan atara PKI dengan PNI dan Masjumi.

Buku ketiga adalah The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia

(32)

Buku ini digunakan oleh penulis untuk melihat latar belakang politik yang terjadi pada tahun 1950 sampai tahun 1955

Buku keempat yang dipakai oleh penulis sebagai tinjauan pustaka adalah buku tulisan Imam Soedjono yang berjudul Yang Berlawan. Membongkar tabir pemalsuan

sejarah PKI. Buku ini diterbitkan oleh Resist Book, Yogyakarta. Dalam tulisan ini oleh Imam Soedjono menggambarkan golongan kiri dan kelompok komunis di Indonesia. Dalam buku ini PKI di gambarkan sebagai sebuah partai penuh dengan pertemuan serta benturan-benturan antara satu individu satu dengan Individu lain. Tarikan pembahasan permasalahan dalam buku ini adalah dari kemuncula PKI tahun 1920 hingga tahun 1965.

I. Sistematika Penulisan

Dalam tulisan ini penulis akan membagi menjadi enam bab. Bab I berisi pendahulan dan pada bab II sampai bab IV adalah pembahasan permasalahan dan bab V merupakan bagian penutup.

(33)

militer yang menjadi sumber konflik interen Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan kecenderungan usaha-usaha untuk menyingkirkan kekuatan kelompok kiri yang ada di Indonesia oleh kelompok yang berkuasa.

Bab III berisi Peristiwa Madiun itu sendiri. Dalam bab ini penulis mencoba memaparkan peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi dalam Peristiwa Madiun. Reaksi apa saja yang dilakukan oleh PKI-Musso sehingga partai komunis ini terseret dalam peristiwa ini dan seolah-olah menjadi partai yang harus bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Dalam bab ini juga penulis hendak memaparkan operasi militer yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha untuk mengahacurkan kekuatan kiri di wilayah Republik Indonesia.

BAB IV berisi mengenai strategi PKI di bawah kepemimpinan Dipa Nusantara Aidit antara tahun 1950 sampai tahun 1951. Pertama-tama dalam pembahasan ini penulis akan menjelaskan proses perubahan garis PKI pada tahun 1950 sampai tahun 1951. Perubahan garis itu terjadi setelah peralihan kepengurusan CC Politbiro dalam tubuh PKI dari golongan tua ke golongan muda tahun 1951. Sub bab kedua adalah munculnya garis pemikiran partai baru dalam menyikapi kondisi politik Indonesia tahun 1951 sampai 1955. Perubahan pemikiran partai ini meliputi juga rancangan-rancangan kebijakan PKI yang tercermin dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh PKI. Konsep pemikiran baru mengenai kesadaran kelas di Indonesia sampai pemahaman mengenai strategi perjuangan melalui Front Nasional.

(34)

bagaimana PKI berhubungan dan mempengaruhi kelompok-kelompok lain baik itu di Parlemen atau di luar Parlemen. Sub bab pertama yaitu pembahasan hubungan PKI dengan PNI dan hubungan PKI dengan Masjumi antara tahun 1950 sampai tahun 1955 terutama mengenai Razia Agustus 1951 dan kemunculan Front Anti Komunis (FAK) tahun 1954. Organisasi ini adalah salah satu aksi yang paling menonjol yang muncul dari Masjumi yang merupakan sebuah bentuk keradikalan Masjumi dalam menentang PKI. Selain itu juga dalam sub bab pokok kedua adalah aliansinya dengan organisasi-organisasi massa yang memiliki pengaruh dalam masyarakat: SOBSI, BTI, Gerwani, Lekra dan Pemuda Rakjat.

Bab VI berisi mengenai pembahasan Pemilihan Umum tahun 1955. Dalam tulisan ini penulis akan terlebih dahulu membahas mengenai proses terbentuknya Undang-Undang Pemilu tahun 1953. Setelah itu tulisan ini dilanjutkan dengan pembahasan mengenai sistem pemilihan umum. Pembahasan mengenai Pemilu di Minahasa dan Yogyakarta yang dianggap sebagai pemilu percobaan. Memasuki pokok bahasan berikutnya penulis akan melihat kampanye-kampanye yang dilakukan oleh PKI serta permasalahan apa saja yang dialami. Bagaimana kampanye itu berjalan. Pada sub bab berikutnya penulis akan melanjutkan pembahasan mengenai analisa hasil suara PKI pada Pemilu Parlemen dan Konstituante tahun 1955.

(35)

BAB II

SITUASI POLITIK INDONESIA MENJELANG PERISTIWA MADIUN 1948

Politik Indonesia pada awal tahun 1948 merupakan puncak dari benturan sayap kiri dan Sayap Kanan di Indonesia. Permasalahan pokok konflik antara Sayap Kiri dan Sayap Kanan pada saat itu adalah permasalahan mengenai Perjanjian Renville yang ditandatangani oleh Amir Syarifudin pada tanggal 17 Januari tahun 1948. Untuk Indonesia, Perjanjian Renville merugikan bagi Indonesia. Dalam perjanjian garis demarkasi (garis Van Mook) yang membatasi wilyah Republik Indonesia (RI) dengan wilayah Belanda di tetapkan. Wilayah RI terdiri dari Sebagian Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur dan pulau Sumatera.

(36)

Selama masa revolusi di Indonesia, kelompok politik Indonesia terbagi menjadi dua kelompok yaitu Sayap Kiri dan Sayap Kanan.62 Sayap Kiri adalah kelompok yang memiliki sifat radikal dan revolusioner yang tinggi. Sedangkan kolmpok Sayap Kanan adalah kelompok yang lebih mengedepankan diplomasi. Di Indonesia warna politik di bagi menjadi 3 yaitu: Sosialisme, Nasionalisme dan Agama. Orang-orang yang menganut paham sosialisme mereka cenderung dikategorikan sebagai kelompok sayap kiri sedangan mereka yang berada di Sayap Kanan lebih condong pada orang-orang atau kelompok yang berbasis agama. Kedua ketegori itu memiliki sifat radikalnya masing-masing. Hal tersebut di dalam Parlemen dan pemerintahan terdapat usaha untuk saling menjatuhkan.

A. Kondisi Politik Indonesia Setelah Perjanjian Renville 1948.

1. Hasil Perjanjian Renville 1948 dan Mundurnya Amir Syarifudin.

Pada tanggal 7 Januari 1948 antara pemerintah RI dengan pemerintahan Belanda telah ditandatangani sebuah kesepakatan di atas kapal US Renville. Dalam penandatangan itu, Indonesia di wakili oleh Amir Syarifudin yang pada saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri. Pada saat penandatanganan perjajian tersebut, Amir mendapat dukungan penuh dari PNI, Masjumi dan koalisi partai Sayap Kiri.

62

(37)

Akan tetapi, setelah Perjanjian Renville ditandatangani, wilayah Indonesia di Pulau Jawa hanya terdiri dari wilayah sebagian kecil Jawa Tengah dan sebagian kecil jawa Timur dan pulau Sumatera. Hal ini tentu saja menyebabkan perpindahan secara besar-besaran penduduk kewilayah Republik Indonesia khususnya di Pulau Jawa. Perpindahan penduduk itu adalah akibat dari isi Perjanjian Renville yang berisi mengenai plebisit yang berisi bahwa pemerintah Belanda memberikan pilihan kepada penduduk untuk memilih secara bebas ingin menjadi bagian dari negara RI atau menjadi bagian dari Negara Indonesia Serikat (RIS). Terjadi perpindahan penduduk secara besar-besaran ke wilayah RI yang semakin sempit. Selain penduduk sipil, sekitar 35.000 pasukan TNI yang ada di wilayah Belanda mundur ke wilayah RI di Jawa Tengah.63

Hal tersebut menimbulkan permasalahan baru di wilayah RI. Permasalahan baru tersebut adalah permasalahan di bidang politik, sosial dan ekonomi. Permasalahan ekonomi muncul diakibatkan karena sempitnya wilayah serta blokade laut Belanda di wilayah RI yang cukup ketat sehingga pasokan logistik tidak dapat masuk. Selain itu juga permasalahan politik Indonesia semakin rumit, baik itu dalam pemerintahan dan Masyarakat dan TNI. Hal ini tentu saja menyebabkan kekecewaan besar terhadap kabinet Amir.

Dalam Parlemen akhirnya dukungan Partai Nasional Inonesia (PNI) dan Majelis Suryo Muslimin Indonesia (Masjumi) terhadap pemerintahan Amir Syarifudin

63 Himawan Soetanto. 2006. Madiun dari Republik ke Republik. Aspek Militer

(38)

ditarik. Mereka menarik dukungan politik terhadap kabinet Amir. Perjanjian Renville telah menimbulkan kekecewaan di kalangan masyarakat. Setelah Amir Syarifudin mundur, PNI dan Masjumi yang semula menolak hasil Perjanjian Renvile tersebut mendukung pemerintahan Hatta. Akan tetapi disisi lain mereka juga menyatakan bahwa mereka tidak dapat mendukung pemerintahan Amir Syarifudin kembali dan menuduh kesalahan Perjanjian Renville adalah kesalahan dari kelompok Sayap Kiri secara tidak langsung64. Hal itu menyebabkan suatu krisis dalam kabinet Amir Syarifudin sebab PNI dan Masjumi adalah partai politik yang memiliki status quo

dalam Parlemen. Penarikan dukungan terhadap pemerintahan Amir adalah dengan cara menarik kembali menteri-menterinya yang duduk dalam kabinet. Semetara itu di luar Parlemen aksi-aksi demonstrasi menentang Pejanjian Renville terus terjadi. Menurut Sumarsono pembentukan oposisi terhadap pemerintahan Amir oleh PNI dan Masjumi adalah salah satu usaha untuk menyingkirkan Sayap Kiri dari pemerintahan.Akhirnya pada tanggal 23 Januari 1948 Amir Syarifudin menyerahkan mandatnya dari kedudukannya sebagai perdana menteri. 65

2. Pemerintahan Hatta dan Perpecahan Partai Sosialis. a. Pembentukan Pemerintahan Hatta 1948.

Setelah Amir Syarifudin mundur dari jabatannya sebagai Perdana Menteri. Sukarno sebagai kepala negara pada tanggal 29 Januari 1948 segera menunjuk

64 George Mc Truman Kahin. 1995. Nasionalime dan Revolusi di Indonesia. Semarang:

Univesitas Negeri Semarang Press dan Pustaka Sinar Harapan. Hlm: 291.

65 Imam Soedjono. 2006. Yang Berlawan. Membongkar Pelmasuan Tabir Sejarah PKI.

(39)

Mohammad Hatta yang pada saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden untuk membentuk kabinet baru. Alasan memilih Hatta sebagai formatur pemerintahan adalah Hatta yang tidak berasal dari partai dan golongan tertentu dapat membentuk sebuah pemerintahan koalisi yang kuat. Untuk melaksanakan kesepakatan itu dibutuhkan sebuah koalisi yang kuat antara Parlemen dan pemerintahan. Apabila kondisi politik yang stabil tidak tercipta maka akan memberikan kesempatan kepada Belanda untuk ikut campur dalam urusan pemerintahan RI.

(40)

Jawa. Akhirnya posisi Menteri Pertahanan diberikan kepada Hatta yang juga merangkap sebagai Perdana Menteri.66

Akhirnya pada tanggal 29 januari 1948 Kabinet Hatta terbentuk dengan hanya memasukan PNI, Masjumi, Partai Katholik, Partai Kristen, Persatuan Guru Republik Indonesia, dan beberapa tokoh yang tidak berasal dari partai manapun. Komposisi ini dapat dilihat dari tabel berikut:

STRUKTUR PEMERINTAHAN KABINET HATTA 67

29 JANUARI 1948

Jabatan Nama Partai

Perdana Menteri Drs. Mohammad Hatta Non-partai

Pertahanan* Drs. Mohammad Hatta Non-partai

Dalam Negeri* Dr. Sukiman Wiryosandjojo Masjumi

Luar Negeri* Hadji Agoes Salim Non-partai

Kehakiman* Mr. Susanto Tirtoprodjo PNI

Keuangan * Mr. A. A. Maramis PNI

Perekonomian* Mr. Sjafrudin Parwiranegara Masjumi

Pangan* Kasimo Partai Katholik

Pendidikan dan Kebudayaan* Mr. Ali Sastroamidjojo PNI

Kesehatan* Dr. Johanses Leimena PKRI

Agama* Kiaji Hadji Maskoer Masjumi

Sosial* Koesnan PGRI

Pembangunan dan kepemudaan* Supeno PSI

Perhubungan* Ir. Djuanda Non-partai

66 Mohammad Hatta. 2002. Bung Hatta Menjawab. Jakarta: PT Toko Gunung Agung

Tbk. Hlm: 16.

(41)

Dari kepengurusan yang tercantum di atas dapat dilihat bahwa Partai Sosialis Amir Syarifudin tidak masuk dalam kabinet.

Dalam kabinet Hatta terdapat 4 program pokok yang harus dijalankan. Keempat program pokok itu adalah sebagai berikut: pertama menjalankan Perjanjian Renville yang telah disepakati serta melakukan gencatan senjata dan prinsip-prinsip politik untuk melanjutkan perundingan dengan Belanda melalui komisi jasa baik. Kedua

mempercepat pembentukan suatu Republik Indonesia Serikat. Ketiga rasionalisasi ekonomi dan angkatan perang republik dan keempat adalah perbaikan kerusakan yang ditimbulkan akibat perang dan pendudukan Jepang. Butir ke tiga dan keempat program utama pemerintahan Hatta itulah yang kemudian menyebabkan Hatta melaksakan proses Reorganisasi dan Rasionalisasi (Re-Ra) tentara 68

Sebagai seorang tokoh politik, Hatta memang berada di luar kelompok baik itu sayap Kiri atau Sayap Kanan. Akan tetapi secara politik ia tidak menyukai keberadaan Sayap Kiri. Hatta melihat bahwa sifat radikal yang dimiliki oleh kelompok ini dapat membahayakan salah satu program pokok pemerintahannya yaitu program pelaksanaan Perjanjian Renville. Hatta memiliki pandangan bahwa proses revolusi bukan hanya permasalahan soal pertempuran fisik saja dengan Belanda, akan tetapi permasalahan perjuangan juga termasuk permasalahan di luar sektor militer. Dalam pandangan Hatta jumlah anggota kesatuan yang ada di dalam TNI

(42)

terlalu banyak dan tidak rasional sebab pada saat itu dengan kondisi Indonesia yang begitu sulit. Dalam hal ini Hatta tidak menyukai keberadaan komunis di Indonesia.69

Pemikiran Hatta tersebut mendapat dukungan dari kelompok-kelompok yang tidak menyukai keberadaan Sayap kiri dalam Tubuh TNI. Salah satu tokohnya adalah Nasution yang pada saat itu menjabat sebagai pimpinan pasukan Divisi VI Siliwangi. Akan tetapi walau mereka memiliki kesamaan konsep pemikiran, Nasution memiliki tujuan yang berbeda. Nasution memiliki rasa ekslusif dan memandang kelompok laskar-laskar yang ada di dalam TNI tidak memiliki disiplin militer dibandingkan kesatuan-kesatuan yang pernah mendapat pendidikan militer dari Belanda (kesatuan-kesatuan eks-KNIL). Akhirnya Hatta menerapkan Program Reorganisasi dan Rasionalisasi (Re-Ra) militer terhadap TNI yang kemudian menjadi pemicu konflik Madiun 1948. Pada Bulan Februari tahun 1948 akhirnya Hatta mulai melaksankan program Re-Ra dalam tubuh TNI.

Tokoh sipil dan militer yang paling berperan dalam pelaksanaan program Re-Ra pada saat itu adalah Hatta dan Nasution. Kesamaan visi antara Hatta dan Nasution ini menurut Ann Swift dalam bukunya The Road to Madiun merupakan sebuah hubungan yang paling jelas dalam konspirasi pengahcuran Sayap Kiri PKI-FDR di Madiun. Swift mengatakan:

“...The Sayap kiri was adamant that it be given the ministry, and the Masyumi was equally adamant in it is opsition to the Sayap kiri demands. In addition, Hatta may have been under pressure from friends in the Army ( such

69 Soe Hog Gie. 2005. Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan. Yogyakarta: Bentang.

(43)

as Nasution) who had no love for Amir and wished to check the growing politization, left wings influence, in the armed forces”

[Sayap kiri bersikeras supaya diberi posisi dalam kemeterian dan Masjumi sama kerasnya dalam menentang tuntutan Sayap Kiri. Selain itu mungkin hatta mungkin berada di bawah tekanan teman-temannya di Angkatan Darat (Seperti Nasution) yang juga tidak menyukai Amir dan berharap dapat mencegah tumbuhnya politik Sayap Kiri dalam tubuh angkatan bersenjata.]70

Konsep Re-Ra Nasution dan Hatta secara garis besar menginginkan sebuah sistem ketentaraan yang memiliki satu komando dan memilki satu komando penuh yang dibagi menjadi dalam dua tahap. Pertama, reorganisasi kesatuan-kesatuan dan pucuk pimpinan TNI. Kedua, reorganisasi yang meliputi daerah-daerah dan pasukan-pasukan yang memiliki posisi strategis dalam perang gerilya. Selain itu Nasution memiliki tujuan untuk membentuk tentara yang bersifat elit, berdisiplin dalam hal persenjataan, keahlian, serta dalam hal kepercayaan. Hal ini sesuai dengan konsep pemikiran Hatta. 71

Dalam pernyataan resmi di depan BP-KNIP Hatta mengatakan hal yang sama dengan pemikiran Nasution. Hatta mengatakan bahwa rasionalisasi harus dilakukan dengan tegas dan nyata sebagai pedoman yang dipakai adalah sebuah cita-cita “satu tentara, satu komando dalam bentuk susunan yang efektif”. Hal itu harus diciptakan dengan cara melakukan pengurangan jumlah anggota tentara.72 Pada tanggal 8 Maret

70 Ann Switt.1989. The Road to Madiun: The Indonesiam Communist Uprising of 1949.

New York: Cornell Modern Indonesia Project Hlm: 19.

71 Dr. A.H. Nasution. 1978. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, jilid 7. Bandung:

Penerbit Angkasa. Hlm: 128.

(44)

1948 Hatta mengeluarkan Maklumat Wakil Presiden No. 9/ 1948 yang berisi mengenai keputusan program Re-Ra dan penyusutan staf Angkatan Perang dalam Kementerian Pertahanan, Markas Besar Angkatan Perang Mobil, Kesatuan-kesatuan tentara dan susunan teritorial. Hal tersebut kemudian menimbulkan reaksi dari divisi VI Panembahan Senopati di Surakarta yang mayoritas anggota kesatuannya adalah laskar-laskar rakyat yang salah satunya adalah Pesindo.73

Tujuan lain dari program Re-Ra ini adalah untuk menekan pengaruh keberadaan Sayap Kiri dalam angkatan bersenjata yang semakin kuat sejak Amir Syarifudin menjabat sebagai Menteri Pertahanan tahun 1947. Saat ia menjabat sebagai Menteri pertahanan ia telah membangun Biro Perjuangan di Madiun yang bertujuan untuk menyatukan keberadaan laskar-laskar rakyat yang ada. Untuk membentuk biro perjuangan ini Amir mengeluarkan biaya yang cukup besar. Bagi Amir sendiri Madiun adalah basis pertahanan RI terakhir di wilayah timur Ibu Kota RI. 74

Pembentukan Biro Perjuangan tersebut ternyata telah mencemaskan beberapa tokoh RI baik itu tokoh-tokoh sipil dan para perwira yang ada dala tubuh TNU. Pengaruh gerakan kiri yang kuat ini memimbulkan sebuah kecemasan dimana apabila suatu hari terjadi clash antara elit (pemerintahan) dengan rakyat, maka

73 Dr. A. H. Nasution. Op. Cit. Hlm: 129.

(45)

mereka kawatir bahwa Angkatan Bersenjata akan memihak rakyat dan bukannya melindungi pemerintah.75

b. Perpecahan Partai Sosialis dan Pembentukan Front Demokrasi Rakyat. Sementara itu di dalam tubuh Partai Sosialis sendiri terjadi perpecahan antara Amir Syarifudin dan Sjahrir. Kedua pemimpin tinggi PS ini memiliki perbedaan pandangan mengenai permasalahan Perjanjian Renville. Pada tanggal 28 Januari 1948, di dalam tubuh Partai Sosialis mengalami perdebatan panjang antara mendukung atau menolak perjanjian Renville, sehingga Partai Sosialis terpecah menjadi dua yaitu: Partai Sosialis yang tetap dipimpin oleh Amir Syarifudin dan Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang dipimpin oleh Sjahrir. Partai Sosialis memilih menjadi pihak yang menolak Perjanjian Renville sedangkan Partai Sosialis Indonesia memilih mendukung pemerintah dan mendukung Perjanjian Renville. 76

Setelah perpecahan tersebut akhirnya Partai Sosialis dan beberapa organisasi kiri yang berada di bawah Sayap Kiri membubarkan diri dan kemudian membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR). Pergantian dari Sayap Kiri menjadi FDR tersebut terjadi pada tanggal 26 Februari 1948 dalam kongres di Surakarta. FDR terdari tiga organisasi partai utama yaitu Partai Sosialis, Partai Komunis Indonesia (PKI) dan

75 Imam Soedjono. Op. Cit. Hlm: 218.

76 George Mc Truman Kahin. Op. Cit. Hlm: 327. lihat juga M. C. Ricklefs. 2005.

(46)

Partai Buruh Indonesia (PBI). Selain itu juga di dalam FDR juga terdapat beberapa organisasi non-partai yaitu: Sentral Organisasi Buruh Indonesia (SOBSI) dan Persatuan Pemuda Indonesia (Pesindo).77 Pembentukan FDR memiliki tujuan umum yaitu menentang Perjanjian Renville dan menolak perundingan-perundingan dengan Belanda. Selain itu juga fDR menuntut supaya kabinet parlementer Hatta dibubarkan dan diganti dengan kabinet yang sifatnya presidenisal. 78

Dalam kongres di Surakarta tersebut, FDR Memperbaharui garis perjuangan berdasarkan instropeksi Sayap Kiri atas Perjanjian Renville. Hal itu dilakukan untuk kembai memikirkan ulang strategi perjuangan Sayap Kiri. Dalam instropeksi tersebut FDR berpendapat Perjanjian Renville merupakan salah satu kesalahan Revolusi dan mereka akan melanjutkan perjuangan dengan menolak serta tidak akan mendukung politik Hatta. Hal ini memperlihatkan bahwa Amir Syarifudin dan FDR hendak memilih jalan perjuangan yang lebih agresif dan revolusioner.79

FDR menjadi sebuah pihak oposisi yang radikal, sebab seperti yang telah ditulis oleh Kahin bahwa FDR memiliki tujuan jangka panjang yaitu mendominasi kekuasaan pemerintahan dan apabila perlu semua diselesaikan lewat jalur revolusioner. Organisasi ini memiliki dua kekuatan penyolong utama yaitu angkatan perang san di kalangan buruh. Kedekatan FDR dengan angkatan perang yaitu dimulai

77 George Mc Truman Kahin. Op. Cit. Hlm: 210.

78 Himawan Soetanto. Op. Cit. Hlm: 6

(47)

sejak Amir Syarifudin menjabat sebagai Menteri Pertahanan pada tanggal 3 Januari 1947 sampai 28 Januari 1948. Selama mejabat sebagai Menteri pertahanan Amir telah mengeluarkan sebuah kebijakan mengenai pembentukan Biro perjuangan di Madiun. Biro tersebut dimaksudkan untuk memperkuat laskar-laskar rakyat dan krops-krops tentara yang semula tidak terkoordinir dengan rapi dalam kemeterian petahanan. Sejak saat itu, Amir secara pribadi semakin dekat dengan tentara.80 Sementara itu, dalam hal perburuhan FDR mendukung para buruh melalui organisasi SOBSI. Salah satu contoh dukungan FDR terhadap gerakan buruh adalah pada peristiwa pemogokan buruh di Delanggu pada bulan Mei 1948 yang kemudian berkembang menjadi konflik angakatan bersenjata di Surakarta dan akhirnya berkembang di Madiun pada bulan September 1948.

Kegiatan FDR setelah kongres besar bulan Februari 1948, adalah melakukan usaha-usaha pertama yaitu mengadakan turne yaitu kampanye keliling kedaerah-daerah. Kegiatan ini dilakukan oleh Amir Syarifudin (Partai Sosialis), Luat Siregar (PKI), Stiadjit (PBI) dan Krisubanu (Pesindo). Dalam rapat-rapat umum yang diadakan oleh wakil-wakil FDR ini mencoba mejelaskan kepada masyarakat tentang asas tujuan politik FDR dan menjelaskan kepada masyarakat alasan mengapa mereka menolak kabinet yang dibentuk oleh Hatta. Isu utama selain permasalahan hasil Perjanjian Renville, FDR juga mengangkat isu Re-Ra sebagai masalah utama.81

80 Imam Soedjono. Op. Cit. Hlm: 216.

(48)

B. Partai Komunis Indonesia Menjelang Peristiwa Madiun 1948.

Setelah Proklamasi Indonesia pada tanggal 17 Agustus1945 Partai Komunis Indonesia ini mulai muncul kembali sebagai sebuah partai pada tanggal 21 Oktober 1945. Kantor pusat partai berada di Jakarta dan pertama-tama dipimpin oleh Mr. Jusuf sampai tahun 1948. PKI mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. Beberapa kantor cabang partai dibuka di wilayah Sukabumi, Cirebon, Solo, Pekalongan, Madiun, Malang dan Surabaya. Selain membentuk kantor-kantor Cabang, PKI juga menerbitkan majalah teori partai dengan nama Bintang Merah dan mendukung dibentuknya kesatuan laskar yang disebut Laskar Merah di bawah pimpinan E. Coerdian.82

Sebagai sebuah partai, PKI memiliki anggaran dasar partai yang di sahkan pada tanggal 24 Desember 1945. Dalam anggaran dasar partai yang berbentuk maklumat tersebut PKI hendak menegaskan diri kedalam revolusi Indonesia sebagai sebuah partai yang berlandaskan sosialisme dan memiliki aturan partai yang berdisiplin dalam menjalankan kegiatannya. Bagi kelompok komunis menjalankan program yang sesuai dengan garis komunis internasional yang berasal dari Rusia. Hal tersebut kemudian terlihat pada proses pergantian kepengurusan pada bulan Maret 1946. Dalam kongres yang di hadiri 22 Seksi PKI ini akhirnya diputuskan bahwa Sardjono menjadi pemimpin Commite Central (CC) partai. PKI kemudian terus

82 Soe Hog Gie. Op. Cit. Hlm: 60. lihat juga lampiran: Anggaran Dasar Partai

(49)

menjadi sebuah partai yang memiliki sifat radikal dan revolusioner sampai tahun 1948.83

1. PKI dan Perubahan Garis Kebijakan Kiri.

Pada tahun 1948, PKI dipimpin oleh Sardjono akan tetapi PKI sebagai sebuah partai yang memiliki sifat revolusioner kalah pamor dengan Partai Sosialis yang dipimpin oleh Amir Syarifudin. Kondisi ini dikarenakan kelompok kiri terpecah-pecah akan tetapi disatukan dengan koalisi Sayap Kiri. Pada bulan Februari 1948, PKI juga ikut bergabung dengan FDR yang dipimpin oleh Amir Syarifudin. Didalam FDR PKI juga tidak memasuki peran partai pelopor.

Dalam tubuh FDR sejak bulan Februari 1948 tersebut mulai muncul perdebatan-perdebatan mengenai keberadaan PKI kembali dalam gerakan kiri. Perdebatan-perdebatan ini muncul setelah kongres pemuda se-Asia Tenggara di Calcuta India pada tanggal 19 sampai 20 Februari 1948. Dalam kongres tersebut topik hangat yang dibicarakan adalah mengenai teori Zhadanov.84 Dalam teori itu

83 Anggaran Dasar Partai Komunis Indonesia. Makloemat PKI No. 1. Bintang Merah.

24 Desember 1945. Jakarta: Arsip Perpustakaan Nasional Rol No. 33/PN/M. Ibid. Lihat Juga Soe Hog Gie. Op. Cit. Hlm: 63-66.

84 Teori Zhadanov adalah sebuah teori yang muncul sejak tahun 1947 dimana di dunia

(50)

dijelaskan bahwa kerja sama dengan pihak imperialis tidak usah dilanjutkan dan partai komunis harus mengambil posisi sebagai kelompok garis keras untuk melawan impirialisme. Kembalinya delegasi Indonesia dari kongres tersebut kemudian memunculkan pemikiran mengenai penempatan kembali PKI dalam FDR.85

Pada bulan Agustus tahun 1948, seorang tokoh senior komunis Indonesia yaitu Musso kembali dari Moskow setelah lama berada di sana sajak tahun 1930. sebelum peristiwa 17 September 1948, ia mengadakan pertemuan dengan Sukarno di istana negara di Yogyakarta. Dalam pertemuan itu terjadi pembicaraan panjang antara Sukarno dan Musso yang membahas permasalahan revolusi di Indonesia. Sukarno mengajak Musso untuk memperkuat negara dan sekaligus melancarkan revolusi sosial untuk Indonesia. Musso menjawab ajakan tersebut dengan menjawab sebagai berikut: “Itu memang kewajiban saya, Ik kom hier om orde te schappen (saya datang untuk memperbaiki keadaan.)”86

Pada saat ia kembali ke Indonesia, ia melihat bahwa telah terjadi suatu kesalahan dalam proses revolusi. Musso berpendapat bahwa kompromi-kompromi politik yang dilakukan oleh pemerintahan RI selama tahun 1945 sampai tahun 1948 merupakan sebuah strategi yang merugikan bagi RI. Musso adalah seorang komunis yang menganut garis komunis internasional yang ortodoks. Ia kemudian mengeluarkan dua konsep yaitu konsep Front Nasional dan konsep “Djalan Baru”.

85 Soe Hog Gie. Ibid.

(51)

Front Nasional adalah usaha Musso untuk menyatukan kelompok-kelompok dengan tujuan untuk memenangkan revolusi. Semboyan dari Front Nasional ini adalah “Kita harus menang perang”. Dalam Front Nasional Ini anggotanya terdiri partai-partai dan non-anggota partai. 87

Selain program Front Nasional, ia juga membuat konsep “Djalan Baru” yang khusus di tujukan pada gerakan kelompok kiri FDR. Musso mengkritik strategi yang dilakukan oleh FDR dan golongan Sayap Kiri. Terdapat lima hal pokok yang terkandung dalam Djalan Baru Musso. Pertama mengenai adanya tiga partai Marxis di sebuah negara. Kedua adalah permasalahan mengenai perpecahan Amir Syarifudin dan Sahjrir. Ketiga adalah mengenai kemunduran Amir sebagai Perdana Menteri.

Keempat adalah mengenai perjanjian Linggar Jati dan Perjanjian Reville dan kelima adalah mengenai persoalan Front Nasional.

Dalam konsep komunis, apabila dalam satu negara terdapat dua atau lebih partai yang mengusung ideologi marxis maka itu merupakan sebuah kesalahan. Menurut Musso, apabila dalam satu negara terdapat 3 partai Marxis maka hal itu menandakan bahwa proses revolusi tidak berhasil. Hal ini tercantum dalam Djalan

Baru sebagai berikut:

“ ... bahwa seterusnja harus ada satu Partai jang berdasarkan Marxisme-Leninisme dalam kalangan buruh. Polit-Biro PKI memutuskan mengajukan usul, supaja diantara tiga partai jang mengakui dasar-dasar Marxisme-Leninisme jang sekarang telah bergabung dalan Front Demokrasi Rakjat serta telah mendjalankan aksi bersama berdasarkan program bersama, selekas-lekasnya diadakan fusi (peleburan), sehingga menjadi satu partai kelas buruh

(52)

dengan memakai nama jang bersedjarah, jaitu Partai Komunis Indonesia, disingkat PKI. Hanya partai sedemikian itu jang akan dapat memegang rol sebagai pelopor dalam gerakan kemerdekaan sekarang ini.”88

Konsep Djalan Baru Musso ini, merupakan pengembangan dari dalam dokumen konggres komiteren Internasional tahun 1921 yang berisi mengenai struktur kerja partai komunis Internasional. Dalam dokumen tersebut dikatakan bahwa partai komunis harus menjadi pelopor (vagguard) dalam proses revolusi dan apabila dalam proses revolusi sebuah negara terdapat tiga partai yang beraliran sama, maka hal tersebut dalam organisasi komunis internasional dianggap sebagai salah satu bentuk lemahnya perjuangan revolusi.

Mengenai persoalan Amir Syarifudin yang melepaskan jabatan Perdana Menteri, ia berpendapat bahwa gerakan kiri telah membuat dia kesalahan. Kesalahan pertama adalah orang-orang kiri telah bekerja sama dengan pihak imperealis yang melakukan merupakan musuh dari kelompok komunis dan kesalahan kedua adalah golongan komunis di Indonesia tidak mengikuti perkembangan yang terjadi di dalam komiteren tahun 1947.89

Kritik Musso mengenai mundurnya Amir sebagai Perdana Menteri, Musso berpandangan bahwa kelompok kiri telah melupakan ajaran komunis dari Lenin yang berbunyi: “Soal pokok dari setiap revolusi adalah soal kekuasaan negara”. Musso

88Http://www.geocities.com//penebar/data-sejarah/rev-150/djalan-baru.html. Djalan

Baru. Resolusi Politbiro untuk dimajukan pada kongres ke V Partai Komunis Indonesia pada tanggal 26-27 Agustus 1948. Jakarta: Yayasan Pembaharuan.

(53)

berpendapat bahwa turunnya Amir sebagai Perdan Menteri, telah melepaskan kesempatan bagi kelompok Sayap Kiri untuk meraih kemenangan dalam proses revolusi. Hal ini telah membuka jalan kelompok-kelompok bojuis untuk memegang kekuasaan dan mengembangkan kapitalisme. Hal ini menyebabkan golongan komunis terisolasi dalam proses revolusi Indonesia. Mengenai Perjanjian Renvile dan Perjanjian Linggar Jati Musso menegaskan bahwa PKI dan kelompok FRD harus menolak hasi-hasil perjanjian tersebut.90

Hasil pemikiran dari Djalan Baru tersebut merupakan hasil dari diskusi dan laporan-laporan yang Musso dapat dari para kader dan anggota FDR. Posisi Musso sebagai tokoh tua komunis membuat dia sangat dihormati olah para pemimpin dan orang-orang aliran kiri yang lain. Dalam FDR ia dengan mudah mengumpulkan kembali para pejabat tinggi sebab sebagian besar dari para pejabat tinggi itu termasuk Amir Syarifudin merupakan anak didik Musso pada tahun 1930.91

Pada Tanggal 25 sampai 27 Agustus 1948, di Surakarta diadakan kongres besar FDR yang menghasilkan keputusan bahwa PKI kembali ditempatkan sebagai satu partai utama diatas partai-partai lain yang beraliran Marxis. Sejak saat itu FDR dibubarkan dan diganti dengan koalisi Front Nasional dengan struktur kepengurusan sebagai berikut:

90 Imam Soedjono. Op. Cit. Hlm: 222

91 Pada tahun 1930 Amir adalah anak didik Musso pada tahun 1935 di Semarang.

(54)

STRUKTUR KEPENGURUSAN PKI

92 YANG TERBENTUK PADA TANGGAL 27 AGUSTUS 1948

Sekretariatan Jendral : Musso, Maruto Darusman, Tan Liang Djie,

dan Ngadiman Hardjosubroto. Urusan Perburuhan : Hardjono, setiadjit, Djokosudjono,

Abdulmadjid, Djodjodiningrat dan Akhmad Sumadi.

Urusan Agraria : Adjidarmo Tjokronegoro, D. N. Aidit dan

Sutrisno

Urusan Militer (komisi Militer) : Amir Syarifudin

Urusan Pemuda : Wikana dan Suprimo

Urusan Agitasi dan Propaganda : Alimin, Lukman dan Sardjono.

Urusan Organisasi : Sudisman

Urusan Hubungan dengan KNIP : Njoto

Urusan keuangan : Ruskak

Pada bulan Agustus 1948 secara resmi FDR menjadi bagian dari PKI. Alasan pertama penyatuan tersebut adalah karena pandangan Musso dalam Djalan Baru

yang dianggap sesuai dengan perjuangan revolusi orang-orang kiri sebagai strategi dalam meraih kekuasaan dalam pemerintahan. Kedua, terdapat faktor psikologis di mana terdapat rasa hormat kepada Musso sangat lekat dengan beberapa pimpinan penting FDR. Sejak kongres besar itu kemudian FDR berubah menjadi satu partai yaitu Partai Komunis Indonesia.

2. Djalan Baru Musso dan PKI Agustus 1948 Sampai September 1948

Setelah PKI dibentuk, strategi selanjutnya adalah melakukan strategi dua cara yaoitu melalui jalan Parlemen dan di luar Parlemen. Di dalam Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) langkah “Stoomwals” FDR menjadi PKI yang dilakukan

(55)

oleh Musso telah menempatkan 116 perwakilan dalam KNIP dari 413 anggota keseluruhan dan 8 anggota dari 43 orang di Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP). Akan tetapi jumlah yang besar ini belum dapat membuat PKI sebagai partai pemegang mayoritas suara dalam KNIP sehingga Musso sendiri juga memilih untuk juga bergerak diluar dengan melakukan perjalanan-perjalanana ke derah-daerah untuk konsulidasi dan kampanye program partai.

(56)

Indonesia. Dalam pidato Musso, ia menjelaskan bahwa revolusi Indonesia seharusnya di bawah pimpinan proses revolusi Uni Soviet, karena negara tersebut adalah pemimpin revolusi dunia. 93

Dalam Djalan Baru Musso, ia memiliki pandangan bahwa di Indonesia kelas yang memiliki potensi kekuatan revolusioner bukan hanya kelas buruh saja, melainkan juga kelompok petani, pemuda, wanita dan Tentara, akan tetapi antara bulan Agustus 1948 sampai bulan Setember 1948 permasalahan Re-Ra merupakan permasalahan yang cukup tajam di dalam tubuh Republik. Pemuda sosialis Indonesia (Pesindo) dalam hal ini berada di luar struktur keanggotaan PKI dan bukan sebagai organisasi di bawah (onderbown) dari salah satu partai. Posisi Pesindo tersebut dijelaskan Musso pada kongres besar di bulan Agustus 1948 akan tetapi Pesindo sendiri secara tidak langsung juga merupakan salah satu organisasi yang sejalan dengan PKI karena perinsip dasar Pesindo yang hampir sama dengan kepentingan PKI.94

Pesindo merupakan sebuah organisasi yang merupakan fusi dari tujuh organisasi pemuda yaitu Angkatan Pemuda Indonesia (API), Angkatan Muda Republik Indonesia(AMRI), Gerakan Pemuda Republik Indonesia (GERPRI), Pemuda Republik Indonesia(PRI), angkatan Muda Kereta Api Indonesia (AMKA), angkatan Muda Pos, Tilgrap dan Tilpun (AMPTT) Angkatan Muda Gas dan Listrik

93Himawan Soetanto. Op. Cit. Hlm: 97.

(57)

(AMGL). Pesindo dibentuk antara tanggal 30 sampai tanggal 31 Januari 1946. Kedekatan konsep Pesindo dengan gerakan kiri adalah melalui surat keputusan yang dibuat pada saat Pesindo berdiri yaitu sebuah pernyataan mengenai strategi perjuangan dalam Manifiesto Politik Madiun sebagai berikut ini:

“Corak perjuangan kita adalah: stabilisasi pemerintahan dengan cara corrective dan constrictive oposisi, dengan maksud membawa pemerintahan kearah Undang-Undang Dasar dan penyesuaian sepak terjangnya dengan program Pesindo yang disediakan atas dasar revolusioner” 95

dan hal ini ditegaskan lagi dengan pernyataannya sebagai berikut:

“ ...Khalayak harap tahu bahwa : 1. Pesindo bukan partai negara, bukan partai yang didirikan oleh dan untuk negara. 2. Pesindo memiliki corak , haluan, faham-faham sendiri. 3. Pesindo sebagai organisasi yang revolusioner tidak menghendaki dirinya diikat siapun juga. Pesindo tetap berdiri di depan Rakyat, membela kepentingan kaum proletar. Kita akan berantas segala tindakan yang hendak memperkosa kebahagiaan proletar Indonesia...”96

Dalam Pesindo terdapat lima pokok perinsip perjuangan yaitu politik, perjuangan, ekonomi, sosoial dan pendidikan. Dalam melaksanakan program tersebut Pesindo melakukan proses pendidikan kader yang akan melaksanakan bidang-bidang tersebut.

Pernyataan Pesindo di awal pembentukanya tersebut yang menyebabkan secara pemikiran Pesindo dekat dengan FDR. Akan tetapi pelu untuk dimengerti apabila secara struktur organisasi Pesindo dan FDR bukan merupakan satu kesatuan organisasi. Walau pada tahun 1948 Pesindo tergabung dalam FDR akan tetapi Pesindo tetap menjadi sebuah organisasi yang bebas. Ada tahun 1948 pimpinan

95 Imam soedjono. Op. Cit. Hlm: 120.

(58)

Pesindo dipegang oleh Sumarsono dan kantor pusat organisasi pemuda ini berada di Madiun. Pada tahun 1948 Pesindo dibandingkan dengan laskar-laksar pemuda lain organisasi ini berkembang sebagai sebuah organisasi pemuda yang terbesar, terorganisir baik dan memiliki persenjataan yang paling kuat. Hal ini desebabkan karena pertama Pesindo mampu untuk menarik perhatian pemuda dengan menggunakan kebenciana umum terhadap Jepang dan “jaringan bawah tanah” serta pengalaman orognaisasi dari pemimpinnya. Kedua, Amir memiliki peran pokok pada saat ia menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Pembentukan Biro Perjuangan di Madiun merupakan salah satu unsur yang memperkuat Pesindo dan ditambah lagi PRI merupakan salah satu laskar yang memiliki gudang senjata yang cukup besar di Jawa Timur

C. Program Reorganisasi dan Rasionalisasi Militer kabinet Hatta. 1. Program Reorganisasi dan Rasionalisasi Hatta.

(59)

tergabung dalam kesatuan laskar-laskar rakyat. Menurut M. C. Riclef perbandingan jumlah antara tentara regular dan nonregular adalah 350.000 orang tentara regular dan 470.000 orang tentara non-regular. Program Re-Ra ini bagi pemimpin-pemimpin tentara non reguler sangat merugikan karena sebagian besar dari mereka yang terkena dampak pemotongan jabatan. Salah satunya yang terjadi pada letkol. Sutarto Sebagai pimpinan Divisi IV Senopati. 97

Pada tanggal 27 Februari 1948, Program Re-Ra ditetapkan melalui Keputusan Presiden No. 9 dan diperkuat dengan Penetapan Presiden No. 14 tanggal 14 Mei 1948. Isi penetapan tersebut lebih pada pelaksanaan teknis dari program rasionalisasi. Setelah Keputusan Presiden tersebut ditetapkan Puncuk Pimpinan TNI dan Gabungan Kepala Staf dibubarkan dan digantikan di dalam Kementerian Pertahanan segera dibentuk gabungan Staf Umum yang dipimpin oleh Komodor Suryadarma sebagai kepala staf Angkatan Perang dan Kolonel Simantupang sebagai wakilnya. Sementara itu Jendral Sudirman ditetapkan sebagai Panglima Besar Angkatan Perang Mobil dan Jendral Mayor A. H. Nasution sebagai wakilnya.98 Alasan pengangkatan Jendral Sudirman sebagai Panglima Besar sesungguhnya sangat politis, karena diharapkan apabila Sudirman diangkat sebagai pemimpin, ia yang berasal dari kelompok laskar-laskar rakyat akan mampu menetralkan reaksi-reaksi yang timbul dalam kelompok tentara nonregular.

97 M.C. Riclef. 2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT Serambi Ilmu

Semesta. Hlm: 458.

(60)

Dalam Penetapan ini di tegaskan bahwa Wilayah RI memiliki dua wilayah komando militer yaitu: wilayah Komando Tentara dan Terotoriun Djawa (KTTD) dan wilayah Komando Tentara dan Terotorium Sumatara (KTTS). Dalam program Re-Ra ini Jawa yang semula terdapat tujuh divisi ketetaraan diperkecil menjadii empat divisi ketentraan. Penggabungan itu untuk tujuan efektifistas dari sistem komando terpusat. Proses reoganisasi kesatuan divisi dan eselon-eseolon dii bawahnya dilaksakan oleh Nasution sendiri. 99

2. Reaksi Laskar-Laskar Rakyat Tehadap Program Reorganisasi dan Rasionalisasi Militer.

Program Re-Ra yang di tetapkan oleh Hatta ternyata menimbulkan kekecewaan dari sebagian besar dari laskar-laskar rakyat. Hal tersebut berasal dari dampak program Re-Ra yang lebih berpengaruh kepada sebagian besar pemimpin-pemimpin dari laskar-sakar rakyat tersebut. Divisi VI Narotama dari Jawa Timur dan Divisi IV Panembahan Senopati dari Surakarta menentang pelaksanaan program Re-Ra ini. Mereka berpendapat bahwa Re-Ra merupakan sebuah kesalahan karena pada saat itu Indonesia sedang menghadapi ancaman agresi militer Belanda. Menurut mereka memperkecil angkatan perang berarti mempermudah Belanda untuk masuk ke wilayah RI. Isu yang muncul kemudian adalah bahwa program Re-Ra ini adalah salah satu taktik Belanda untuk memecah kekuatan TNI. 100

99 Himawan Soetanto. Op. Cit. Hlm: 61

100 Pandangan laskar-laskar rakyat ini berasal dari hasil perundingan pasca perjanjian

Referensi

Dokumen terkait

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja di CV Sujiwo Kusuma, Klaten berjumlah 63. Jumlah subjek 63 ini dipergunakan semua sebagai

Posisi dalam pekerjaan mendapatkan hasil bahwa ketua tim memiliki ekspektasi terhadap penerapan jenjang karir lebih tinggi dari pe- rawat pelaksana Penelitian Han dan

AMPAS TAHU DALAM UPAYA PEMANFAATAN LIMBAH TAHU SEBAGAI ALTERNATIF PANGAN DI DESA PASUNCEN KECAMATAN TRANGKIL KABUPATEN PATI. PKM Pengabdian

Selain variabel responsiveness (daya tanggap), pada variabel tangible (bentuk fisik) rata-rata jawaban juga menunjukkan jawaban tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju

Upaya menghambat penurunan jumlah energi tak-terbarukan dengan memanfaatkan energi terbarukan salahsatunya adalah energi air untuk PLTM, berdasarkan

Rata-rata motivasi belajar matematika peserta didik pada siklus I yaitu 81,87 pada kategori sedang dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 85,74 pada kategori sedang

Tugas-tugas BPOM sebagai pengawas obat dan makanan tidak terlepas dengan sarana dan prasarana pendukung. Faktor utama BPOM dalam menjalankan tugas pokok dan

Specify base point or displacement, or [Multiple]: (klik titik acuan dari object) Specify second point of displacement or <use first point as displacement>: (klik titik