BAB
PROFIL
KABUPATEN LEBAK
2.1. WILAYAH ADMINISTRASI
Kabupaten Lebak merupakan bagian asli dari wilayah Kesultanan Banten . Hari jadi
Kabupaten Lebak ditetapkan tanggal 2 Desember 1828. Beberapa catatan sejarah penting
yang dijadikan dasar pertimbangan dalam penetapan hari jadi antara lain :
1. Wilayah Kesultanan Banten pada tahun 1813 tanggal 19 Maret dibagi menjadi 4
(empat) wilayah yaitu : Banten Lor ,Banten kulon ; Banten tengah dan banten kidul .
2. Berdasarkan surat keputusan Komisi Jendral Hindia Belanda , 2 Desember 1828
ditetapkan pembagian wilayah karesidenan Banten menjadi 3 (Tiga ) Kabupaten
yaitu:Kabupaten Serang ; Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang .
3. Tanggal 14 Agustus 1925, merupakan penunjukan Kabupaten Lebak sebagai daerah
pemerintahan yang berdiri sendiri berdasarkan surat keputusan Gubernur Jendral
Belanda tanggal 14 agustus 1925 dengan Distrik Parrungkujang, Rangkasbitung ,
Lebak Parahiang dan Cilangkahan .
Pada perkembangan selanjutnya telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah No.18
Tahun 1986 tertanggal 22 Oktober 1986 Hari jadi kabupaten lebak 2 Desember 1828
Luas wilayah Kabupaten Lebak 304.472 ha dengan jumlah penduduk wilayah 1.204.095jiwa
(BPS Kab. Lebak) . Secara adminsitratif, Kabupaten Lebak terdiri dari 28 kecamatan, 340
desa, dan 5 kelurahan. Nilai indeks Pembangunan Manusia (IPM) Masyarakat di Kabupaten
Lebak , yang diperoleh berdasarkan Survei Sosial EKonomi Nasional (Susennas ) dengan 3
indikator , yaitu : Indikator Harapan Hidup, Indikator Pendidikan dan Indikator Daya Beli.
Berdasarkan analisis dari indikator tersebut , Kabupaten Lebak telah terjadi peningkatan IPM
dari tahun 2004 s/d tahun 2008 (67,04%) dan tahun 2009 s/d tahun 2014 (68,84%) .
Hal ini menunjukan bahwa di Kabupaten Lebak telah terjadi peningktan pada : kesehatan
masyarakat (Indikator Harapan Hidup), melek huruf (indikator pendidikan ), dan
keterampilan , kesempatan kerja dan pendapatan (indikator daya beli).
Kabupaten Lebak memiliki luas sebesar 304.472 Ha (3.044,72 Km2) dan memilikibatas administrasi sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Serang dan Tangerang Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Barat : Kabupaten Pandeglang
Sebelah Timur : Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi
Secara administratif, pada tahun 2008 Kabupaten Lebak terdiri dari 28 kecamatan, 340 desa dan 5 kelurahan dengan luas rincian sebagai berikut :
Tabel 2.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Lebak Tahun 2008
No. KECAMATAN LUAS
WILAYAH (Ha)
No. KECAMATAN LUAS
WILAYAH (Ha)
1 Malingping 9.217,00 15 Cipanas 8.788,70
2 Wanasalam 13.429,00 16 Sajira 11.098,00
3 Panggarangan 17.252,00 17 Cimarga 18.343,00
4 Bayah 15.374,00 18 Cikulur 6.606,00
5 Cilograng 10.720,00 19 Warunggunung 4.953,00
6 Cibeber 38.315,00 20 Cibadak 4.134,00
7 Cijaku 9.134,00 21 Rangkasbitung 4.986,50
8 Banjarsari 15.531,00 22 Maja 5.987,00
9 Cileles 12.498,00 23 Curugbitung 7.255,00
10 Gunungkencana 14.577,00 24 Cihara 15.041,00
11 Bojongmanik 7.178,10 25 Cigemblong 5.831,00
12 Leuwidamar 14.691,00 26 Cirinten 7.754,90
13 Muncang 8.498,00 27 Lebakgedong 5.004,30
14 Sobang 10.720,00 28 Kalanganyar 2.555,50
Lebak sebagaimana gambar di bawah ini.
Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Lebak
Sumber : Peta Administrasi Kabupaten Lebak - Bappeda Kabupaten Lebak dan Bakosurtanal, 2007
2.2. POTENSI WILAYAH KABUPATEN LEBAK
2.2.1. Potensi Komoditi Industri Kecil
Secara umum karakter masyarakat di kabupaten Lebak dapat menerima hal-hal baru
yang menujang pembangunan ekonomi , antara lain adanya penanaman modal dari dalam
maupun luar negeri , dengan persyaratan yang dilibatkan dalam menjalankan kegiatan.
Data Potensi Komoditi Industri Kecil
1. Gula aren
2. Emping melinjo
3. Bata
4. Genteng
5. Tikar pandan
6. Anyaman bambu
7. Pande besi
8. Batu fosil
9. Sale pisang
10.Kerajinan kulit imitasi
11.Tahu/tempe
2.2.2. Potensi Perkebunan dan Perikanan
PerkebunanKaret,Kelapasawit,Kakao,KopiRobusta,Aren,Cengkeh,Kelapadalam,
Kelapahybrid,Lada,Pandan,Teh,Jambumete,Panili,Jarak Pagar,Kapuk.
Selain potensi perkebunan, terdapat potensi perikanan yang sangat potensial di Kab.
Lebak adalah usaha perikanan tangkap, dimana potensi lestari untuk perikanan pantai
sebesar 3.712,4 ton/tahun dan potensi ZEE sebesar 6.884,84 ton/tahun.
Jenis ikan :
1. Kurisi
2. Tigawaja
3. Ekor kuning
4. Cucut
5. Pari
6. Tongkol
1. Sapi potong 4. Domba 7. Ayam ras petelur 2. Kerbau 5. Ayam Buras 8. Itik
3. Kambing 6. Ayam ras pedaging 9. Itik Manila
2.2.4. Potensi Pariwisata
Kabupaten Lebak memiliki potensi pariwisata yang lekat dekat dengan nuansa alam. Berikut nama-nama objek wisatanya dapat dilihat pada Tabel 2.2 :
2.3. DEMOGRAFI DAN URBANISASI
Kabupaten Lebak merupakan salah satu Kabupaten di wilayah Provinsi Banten. Luas
wilayah Kabupaten Lebak 304.472 ha dengan jumlah penduduk wilayah 1.204.095 (BPS
Kab. Lebak) . Secara adminsitratif, Kabupaten Lebak terdiri dari 28 kecamatan, 340 desa,
dan 5 kelurahan. Nilai indeks Pembangunan Manusia (IPM) Masyarakat di Kabupaten
Lebak , yang diperoleh berdasarkan Survei Sosial EKonomi Nasional (Susennas ) dengan 3
indikator , yaitu : Indikator Harapan Hidup, Indikator Pendidikan dan Indikator Daya Beli.
Berdasarkan analisis dari indikator tersebut , Kabupaten Lebak telah terjadi peningkatan IPM
dari tahun 2004 s/d tahun 2008 (67,04%) dan tahun 2009 s/d tahun 2014 (68,84%) . Hal ini
menunjukan bahwa di Kabupaten Lebak telah terjadi peningktan pada : kesehatan
masyarakat (Indikator Harapan Hidup), melek huruf (indikator pendidikan ), dan
keterampilan , kesempatan kerja dan pendapatan (indikator daya beli).
Jumlah penduduk Kabupaten Lebak pada tahun 2009 mencapai angka 1.212.117
jiwa dengan sex ratio sebesar 104,65. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010
tercatat bahwa penduduk Kabupaten Lebak berjumlah 1.204.095 jiwa dengan rincian
619.052 laki-laki dan 585.043 perempuan. Mencermati perkembangan jumlah penduduk
dalam sebelas tahun terakhir yang membentuk pola kuadratis (lihat Gambar 2.2) dengan laju
pertumbuhan rata-rata sebesar 1,84%, jumlah penduduk pada tahun tahun 2011
diperkirakan berjumlah 1.226.250 jiwa dan akan mencapai 1.248.813 jiwa pada tahun
2012.
Gambar 2.2
Jumlah Penduduk Kabupaten Lebak Tahun 2000-2010
Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun 2001-2010
Jumlah penduduk Kabupaten Lebak dalam kurun waktu dua tahun terakhir mengalami
peningkatan yang signifikan, hal ini terbukti oleh kenaikan jumlah penduduk pada
tahun 2012 sebesar 1.239.660 jiwa dari kondisi jumlah penduduk pada tahun
2011 yang mencapai 1.221.067 jiwa. Dari jumlah penduduk sebesar1.221.067 jiwa
pada tahun 2012, lebih dari 40%-nya berada di wilayah utara Kabupaten Lebak,
sedangkan di wilayah tengah dan selatan Kabupaten Lebak cenderung memiliki
sebaran yang sama, yaitu berkisar pada angka 30% dari jumlah penduduk Kabupaten
Lebak. Hal ini mengindikasikan bahwa distribusi penduduk di Kabupaten Lebak masih
berorientasi ke utara atau mendekati pusat pemerintahan, yang sekaligus juga sebagai
pusat perekonomian daerah. Fakta ini diperkuat oleh proporsi penduduk yang
mencapai angka 9% lebih dari total penduduk kabupaten berada pada Kecamatan
Rangkasbitung sebagai ibukota Kabupaten Lebak. Bandingkan dengan kecamatan
lainnya yang proporsi tertingginya hanya berkisar pada angka 5% dari total penduduk
Kabupaten Lebak. Bahkan di beberapa kecamatan seperti Kecamatan Bojongmanik,
Cigemblong dan Lebakgedong hanya mencapai proporsi penduduk sebesar 1,7% dari
total penduduk Kabupaten Lebak.
Fenomena distribusi penduduk yang kurang merata di atas, mengindikasikan adanya
daya tarik yang lebih kuat di wilayah utara kabupaten sehingga mendorong penduduk
untuk menetap dan beraktifitas.
Tabel 2. 4
25 Rangkasbitung 61.690 58.426 120.116
26 Kalanganyar 17.136 15.764 32.900
27 Maja 27.121 24.885 52.006
28 Curugbitung 16.026 14.895 30.921
Jumlah / Total 635.951 603.709 1.239.660
Sumber : Lebak Dalam Angka 2013
Tabel 2. 5.
25 Rangkasbitung 118.303 120.116 1,53
Kepadatan penduduk Kabupaten Lebak menurut data kabupaten Lebak dalam angka tahun 2013 adalah 407 Jiwa/Km² dan merupakan hasil perbandingan dari luas wilayah dan persebaran penduduk.
2.4.1. ISU STRATEGIS SOSIAL
Pembangunan daerah bidang kesejahteraan sosial berkaitan dengan kualitas manusia dan masyarakat Kabupaten Lebak. Kondisi tersebut tercermin pada pendidikan, kesehatan, tingkat kemiskinan, kepemilikan tanah, kesempatan kerja, dan tingkat kriminalitas.
Pembangunan bidang pendidikan telah dilaksanakan dengan menitikberatkan pada upaya penuntasan program Wajib Belajar 9 tahun melalui pendidikan formal maupun non formal, serta rintisan Wajib Belajar 12 tahun dengan angka partisipasi di jenjang pendidikan dasar yang sudah optimal.
Angka Melek Huruf (AMH) adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Dengan AMH daerah dapat mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di daerah pedesaan
dimana masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak
tamat SD. Selain itu dengan AMH menunjukkan kemampuan penduduk di suatu
wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media serta menunjukkan
kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis, yang pada akhirnya
mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap
pembangunan daerah. Di Kabupaten Lebak perkembangan angka melek huruf
relatif konstan. Hal ini terlihat dari tahun 2005-2008 perkembangan AMH sebesar
94,10%.
Angka Melek Huruf (AMH) pada tahun 2006 adalah sebesar 94,10% atau meningkat sebesar 0,20% dibandingkan tahun 2004 yang hanya sebesar 93,90%. Terlihat dari tabel 2.17 dari tahun 2006 sampai dengan 2009 persentase pencapaian AMH tidak mengalami peningkatan, hal ini disebabkan adanya suku terasing Baduy dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak 1.149 jiwa yang masih memegang teguh adat kebudayaannya. Dengan berbagai upaya yang dilakukan AMH pada tahun 2010 mengalami peningkatan meskipun sangat kecil, yaitu 1,75%.
Tabel 2.7
Perkembangan Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lamanya Sekolah Di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2010
No. Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1.
Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas
- - - - 514.097 777.532 791.240
2. Melek Huruf 93,90% 94,10% 94,10% 94,10% 94,10% 94,10% 95,85%
3. Rata-rata Lama
Sekolah 6,1 Th 6,2 Th 6,2 Th 6,2 Th 6,3 Th 6,2 Th 6,3 Th
Sumber Data : Dinas Pendidikan Kab. Lebak
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) mencapai 6,3 tahun pada tahun 2010. Jika dikonversikan pada tingkat kelulusan, maka rata-rata tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Lebak adalah tidak tamat SLTP atau baru mencapai kelas 1 SLTP. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pencapaian RLS maksimal 15 Tahun, masih memerlukan rentang waktu yang cukup lama dan biaya yang besar.
Untuk pencapaian Angka Partisipasi Murni pada tahun 2009, tingkat SD mencapai 95,17%, tingkat SLTP 68,79.0% dan tingkat SLTA mencapai 22,61%. Sedangkan pencapaian Angka Partisipasi Kasar tingkat SD mencapai 109,09%, tingkat SLTP 93,71% dan tingkat SLTA mencapai 30,69%. Pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) pada setiap jenjang pendidikan mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Berkaitan dengan pendidikan yang ditamatkan pada tahun 2009, jumlah penduduk yang tidak tamat SD mencapai 16,79%, tamat SD 10,55%, tamat SLTP 6,57%, tamat SLTA 5,72%, dan yang memiliki ijazah akademi/universitas sebanyak 1,38%.
Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan pengembangan pelayanan kesehatan berbasis masyarakat terus dilakukan. Angka usia harapan hidup masyarakat Kabupaten Lebak pada tahun 2008 mencapai
63,20 atau meningkat dibandingkan tahun 2004 yang hanya mencapai 62,40. Namun demikian, pencapaian indikator kesehatan di Kabupaten Lebak masih berada di bawah rata-rata nasional. Pada tahun 2008 angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Lebak sebesar 42,27/1.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB nasional sebesar 34/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan pada tahun 2008 sebesar 246/100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKI nasional sebesar 228/100.000 kelahiran hidup.
Kondisi di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain masih tingginya kasus penderita gizi buruk balita pada tahun 2009, yaitu sebanyak 4.214 dan gizi kurang sebanyak 8.679 dari jumlah 102.687 balita yang ditimbang. Dalam rangka penyelamatan Ibu dan Anak telah dilaksanakan pengembangan pelayanan kegawat daruratan kebidanan dan Bayi Baru Lahir melalui pengembangan
Puskemas yang mampu melaksanakan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency Dasar (PONED) masing-masing 14 Puskesmas dengan tempat perawatan dari 40 puskesmas. Dengan demikian, untuk mencapai derajat kesehatan yang diharapkan, upaya yang diperlukan antara lain peningkatan akses pelayanan kesehatan, yaitu peningkatan kualitas ketenagaan, peningkatan fasilitas kesehatan serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat.
Berkenaan dengan jumlah penduduk miskin, rumah tangga miskin di Kabupaten Lebak pada tahun 2009 mencapai jumlah 171.109 rumah tangga atau sebesar 52,72% dari jumlah rumah tangga seluruhnya yaitu sebanyak 288.335 rumah tangga.
Berdasarkan kepemilikan lahan, 21,14% (64.356,66 Ha) sudah dimiliki oleh masyarakat di Kabupaten Lebak dengan luas lahan bersertifikat 64.350,14 Ha atau 99,98% dari luas luas lahan yang dimiliki.
mencapai 474.846 orang dari jumlah penduduk yang berusia 10 tahun ke atas. Untuk itu, peningkatan kompetensi, produktivitas dan daya saing tenaga kerja terus dilakukan sebagai upaya penanggulangan pengangguran di Kabupaten
Lebak.
Selain bidang-bidang kesejahteraan sebagaimana disebutkan sebelumnya, tingkat kriminalitas berpengaruh pula terhadap pembangunan daerah. Pada tahun 2008 sampai dengan 2009 tindikan kriminal yang paling menonjol di Kabupaten Lebak yaitu pencurian dengan pemberatan yang dilanjutkan dengan pencurian ranmor. Pada tahun 2008 kasus pencurian dengan pemberatan sebanyak 80 kasus dengan jumlah penyelesaian tindak pidana sebanyak 56 kasus, sedangkan untuk tahun 2009 kasus pencurian dengan pemberatan sebanyak 90 kasus dengan jumlah penyelesaian kasus tindak pidana sebanyak 64 kasus. Kondisi ini tidak lepas dari kondisi perekonomian masyarakat yang mengalami fluktuasi sehingga menimbulkan peningkatan pengangguran, yang mendorong tumbuhnya tindak pidana. Walaupun demikian secara umum penanganan tindak pidana kriminalitas di Kabupaten Lebak masih dalam konstelasi terkendali oleh aparat penegak hukum kepolisian daerah dibantu oleh masyarakat.
2.4.2. ISU STRATEGIS EKONOMI
Kabupaten Lebak merupakan daerah yang memiliki potensi dalam pengembangan Agroindustri dan Agronomi karena sebagian besar mata pencahariaan masyarakat berada pada sektor pertanian. Dukungan sumberdaya alam yang berlimpah serta kondisi iklim yang memiliki curah hujan merata merupakan keunggulan komparatif dalam penguatan sektor pertanian sebagai sektor basis dalam perekonomian daerah. Namun lemahnya kualitas sumber daya manusia dan rendahnya kemampuan fiskal daerah serta belum tersebarnya pengetahuan teknologi tepat guna, membuat laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lebak cenderung mengalami perlambatan secara komprehensif.
Berikut adalah capaian indikator ekonomi makro di Kabupaten Lebak Tahun 2008 berdasarkan produktivitas masing-masing Kecamatan yang akan ditampilkan dalam Tabel 2.9 berikut.
Capaian kinerja perekonomian daerah berdasarkan kewilayahan di atas merupakan ukuran kinerja ekonomi makro yang dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Lebak secara agregatif. Berdasarkan kontribusi sektoralnya akan digambarkan oleh Tabel 2.10 berikut :
No Sektor 2004 2005 2006 2007 2008
(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %
1. Pertanian 1.249.502 39,41 1.291.646 39,27 1.294.831 38,16 1.351.926 37,99 1.402.893 37,88
2. Pertambangan & penggalian 38.042 1,20 40.868 1,24 41.332 1,22 45.711 1,28 46.955 1,27
3. Industri Pengolahan 302.108 9,53 316.631 9,63 332.460 9,80 346.840 9,75 354.578 9,57
4. Listrik, gas & air bersih 11.090 0,35 12.299 0,37 14.177 0,42 14.733 0,41 15.119 0,41
5. Konstruksi 121.101 3,82 127.911 3,89 135.931 4,01 154.346 4,34 158.214 4,27
6. Perdagangan, hotel & restoran 727.717 22,95 753.459 22,91 778.392 22,94 818.916 23,01 856.074 23,11
7. Pengangkutan & komunikasi 175.087 5,52 185.885 5,65 203.623 6,00 214.826 6,04 225.103 6,08
8. Keuangan, sewa & jasa Perusahaan 151.819 4,79 154.291 4,69 158.608 4,67 164.335 4,62 166.959 4,51
9. Jasa-Jasa 394.065 12,43 406.225 12,35 433.423 12,77 447.399 12,57 477.770 12,90
PDRB 3.170.531 100 3.289.215 100 3.392.776 100 3.559.032 100 3.703.665 100
Sumber: PDRB Bappeda Kab. Lebak 2009
Kinerja ekonomi makro yang baik dapat terukur melalui laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu daerah. Berdasarkan kontribusinya, sektor pertanian merupakan kontributor terbesar dalam output daerah dan sektor listrik, gas dan air bersih adalah kontributor terkecil dalam perekonomian daerah. Hal ini terjadi karena Kabupaten Lebak merupakan wilayah yang didominasi oleh sektor pertanian namun dalam penyedia sumberdaya energi masih terbatas akibat keterbatasan fiskal serta kondisi pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya dan energi.
Tabel 2.11
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2004 – 2008
Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Lebak
No Sektor 2004 2005 2006 2007 2008
(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %
1. Pertanian 1.633.527 38,91 1.869.235 38,39 2.001.375 36,80 2.192.697 36,37 2.381.827 35,29
2. Pertambangan & penggalian 55.353 1,32 66.442 1,36 73.140 1,35 86.121 1,43 90.149 1,34
3. Industri Pengolahan 404.276 9,63 460.063 9,45 522.676 9,61 589.329 9,77 644.493 9,55
4. Listrik, gas & air bersih 22.005 0,52 26.969 0,55 32.755 0,60 35.671 0,59 38.311 0,57
5. Konstruksi 156.946 3,74 188.336 3,87 217.252 4,00 253.696 4,21 282.803 4,19
6. Perdagangan, hotel & restoran 939.297 22,37 1.105.975 22,71 1.239.495 22,79 1.398.841 23,20 1.630.522 24,16
7. Pengangkutan & komunikasi 301.836 7,19 397.987 8,17 505.813 9,30 546.891 9,07 645.434 9,56
8. Keuangan, sewa & jasa Perusahaan 202.340 4,82 227.499 4,67 252.721 4,65 280.442 4,65 304.388 4,51
9. Jasa-Jasa 483.023 11,50 526.671 10,82 592.672 10,90 645.698 10,71 732.009 10,84
PDRB 4.198.603 100 4.869.177 100 5.437.900 100 6.029.385 100 6.749.934 100
Sumber: PDRB Bappeda Kab. Lebak 2009
Tabel 2.12
Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2004 – 2008
Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Lebak
No Sektor
2004 2005 2006 2007 2008
Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk
% % % % % % % % % %
1. Pertanian 38,91 39,41 38,39 39,27 36,80 38,16 36,37 37,99 35,29 37,88
2. Pertambangan & penggalian 1,32 1,20 1,36 1,24 1,35 1,22 1,43 1,28 1,34 1,27
3. Industri Pengolahan 9,63 9,53 9,45 9,63 9,61 9,80 9,77 9,75 9,55 9,57
4. Listrik, gas & air bersih 0,52 0,35 0,55 0,37 0,60 0,42 0,59 0,41 0,57 0,41
5. Konstruksi 3,74 3,82 3,87 3,89 4,00 4,01 4,21 4,34 4,19 4,27
6. Perdagangan, hotel & restoran 22,37 22,95 22,71 22,91 22,79 22,94 23,20 23,01 24,16 23,11
7. Pengangkutan & komunikasi 7,19 5,52 8,17 5,65 9,30 6,00 9,07 6,04 9,56 6,08
8. Keuangan, sewa & jasa Perusahaan 4,82 4,79 4,67 4,69 4,65 4,67 4,65 4,62 4,51 4,51
9. Jasa-Jasa 11,50 12,43 10,82 12,35 10,90 12,77 10,71 12,57 10,84 12,90
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: PDRB Bappeda Kab. Lebak 2009
Kinerja ekonomi makro di Kabupaten Lebak mengalami transformasi secara struktural. Kontribusi sektor pertanian yang tinggi, tidak dibarengi dengan peningkatan laju pertumnbuhan ekonomi yang positif karena kondisi inflasi, ketidakstabilan iklim, konvensi lahan serta benefit yang minim bagi para petani akibat rendahnya peranan lembaga keuangan yang berpihak kepada petani.
Tabel 2.13
Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor dan PDRB atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2004 - 2008
Kabupaten Lebak
No Sektor
Pertumbuhan
Hb Hk
% %
1. Pertanian 9,52 3,12
2. Pertambangan & penggalian 13,59 5,86
3. Industri pengolahan 12,39 4,24
4. Listrik, gas & air bersih 16,19 8,58
5. Konstruksi 14,07 5,94
6. Perdagangan, hotel & restoran 13,97 4,31
7. Pengangkutan & komunikasi 19,52 6,43
8. Keuangan, sewa & jasa perusahaan 10,06 2,24
9. Jasa-jasa 10,67 4,55
PDRB 12,00 3,98
Sumber: PDRB Bappeda Kab. Lebak
Berdasarkan kondisi perekonomian masing-masing wilayah di Kabupaten Lebak, terdapat 15 Kecamatan dari 28 Kecamatan di Kabupaten Lebak yang memiliki kemampuan ekonomi di bawah standar capaian perekonomian Kabupaten. Hal ini terjadi dikarenakan rendahnya kemampuan fiskal daerah, minimnya tingkat infrastruktur, inflasi, rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan berbasis skill serta dukungan yang sangat rendah dari lembaga keuangan yang seharusnya mampu mendorong percepatan investasi dalam menunjang kewirausahaan di Kabupaten Lebak.
3. Banjarsari 302.380 199.178 321.663 196.790 348.590 201.467 373.037 204.583 398.108 213.806
4. Wanasalam 265.510 185.483 292.533 189.730 313.236 191.783 350.992 194.641 382.106 211.151
5. Cibeber 245.586 169.468 249.801 161.217 288.147 177.057 332.910 185.199 360.621 196.963
6. Cibadak 206.027 141.416 233.681 148.690 254.147 152.183 278.049 154.717 300.247 161.478
7. Cileles 208.164 138.984 228.987 143.226 249.708 147.359 264.820 148.624 289.100 156.189
8. Cipanas 252.418 173.537 287.786 182.852 308.100 186.145 245.912 136.628 270.343 142.403
9. Cimarga 172.249 115.847 207.290 129.088 220.910 130.462 242.230 132.781 272.918 145.251
10. Warunggunung 179.632 118.660 197.105 118.549 216.354 123.713 238.872 126.119 264.703 139.631
11. Bayah 186.018 129.332 188.674 120.815 209.832 125.400 233.728 131.264 257.735 138.145
12. Kalanganyar - - - 228.824 117.710 258.235 129.299
13. Leuwidamar 169.984 114.434 184.461 113.866 201.343 117.543 223.842 120.596 254.642 132.792
14. Sajira 169.688 113.422 181.382 110.476 196.247 113.397 216.168 115.639 233.152 120.616
15. Cikulur 162.745 111.342 171.562 108.353 188.923 112.342 207.367 114.596 226.672 120.730
16. Maja 142.357 97.986 162.828 103.784 184.835 110.675 206.338 114.281 230.039 121.639
17. Cilograng 124.846 86.734 147.436 95.156 162.842 99.145 178.904 101.559 198.887 108.908
18. Panggarangan 223.403 153.688 253.186 161.799 274.478 165.275 177.372 100.739 205.225 109.639
19. Gunungkencana 147.832 98.912 153.605 96.691 167.758 99.882 176.035 101.121 197.604 107.637
20. Curugbitung 106.181 73.107 135.631 86.880 149.996 90.645 166.675 93.550 187.493 99.359
21. Cijaku 217.074 147.029 249.453 157.844 266.628 158.856 154.581 87.957 173.548 94.783
22. Muncang 93.000 64.495 106.705 68.728 120.994 73.371 133.916 75.632 157.063 83.837
23. Cigemblong - - - 130.017 73.980 148.438 80.776
24. Cihara - - - 114.129 64.820 133.023 70.751
25. Sobang 72.526 50.516 82.614 53.346 92.387 56.208 103.407 58.626 124.350 66.395
26. Cirinten - - - 101.670 57.557 125.855 63.536
27. Lebakgedong - - - 101.017 56.125 120.160 66.177
28. Bojongmanik 141.185 97.420 160.924 103.063 172.097 104.151 90.502 51.234 114.962 58.337
29. Standar Kabupaten 5.437.899 3.392.776 6.029.385 3.559.031 6.749.77
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2004 - 2008 Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kabupaten Lebak
No Sektor (Rp) 2004 2005 2006 2007 2008
% (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %
1. Pertanian 1.249.502 39,41 1.291.646 39,27 1.294.831 38,16 1.351.926 37,99 1.402.893 37,88
2. Pertambangan & penggalian 38.042 1,20 40.868 1,24 41.332 1,22 45.711 1,28 46.955 1,27
3. Industri Pengolahan 302.108 9,53 316.631 9,63 332.460 9,80 346.840 9,75 354.578 9,57
4. Listrik, gas & air bersih 11.090 0,35 12.299 0,37 14.177 0,42 14.733 0,41 15.119 0,41
5. Konstruksi 121.101 3,82 127.911 3,89 135.931 4,01 154.346 4,34 158.214 4,27
6. Perdagangan, hotel & restoran 727.717 22,95 753.459 22,91 778.392 22,94 818.916 23,01 856.074 23,11
7. Pengangkutan & komunikasi 175.087 5,52 185.885 5,65 203.623 6,00 214.826 6,04 225.103 6,08
8. Keuangan, sewa & jasa Perusahaan 202.340 4,79 227.499 4,69 252.721 4,67 280.442 4,62 304.388 4,51
9. Jasa-Jasa 483.023 12,43 526.671 12,35 592.672 12,77 645.698 12,57 732.009 12,90
PDRB 4.198.603 100 4.869.177 100 5.437.900 100 6.029.385 100 6.749.934 100
Sumber: PDRB Bappeda Kab. Lebak 2009
Tabel 2.16
Proyeksi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
di Kabupaten Lebak Tahun 2009 - 2014 (Juta Rupiah)
No. Lapangan Usaha 2009* 2010** 2011*** 2012*** 2013*** 2014***
1 Pertanian 2.506.144,81 2.636.314,69 2.787.195,30 3.021.386,54 3.255.551,81 3.525.182,19
2 Pertambangan dan Penggalian 100.954,12 102.747,64 113.108,13 124.194,67 132.276,83 139.584,69
3 Industri Pengolahan 673.476,02 690.331,08 730.672,14 799.694,92 859.387,82 927.132,03
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 41.004,54 43.039,88 45.902,15 50.318,63 54.917,13 60.413,24
5 Bangunan dan Kontruksi 294.639,43 303.666,91 329.465,16 364.046,22 396.096,40 438.356,09
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.844.291,25 1.998.502,02 2.188.928,08 2.552.179,21 2.912.099,74 3.370.016,77
7 Pengangkutan dan Komunikasi 721.926,93 763.291,71 831.552,53 973.417,26 1.105.041,06 1.262.527,78
8 Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 326.402,55 345.654,04 364.642,00 400.623,09 433.226,70 473.526,81
9 Jasa-jasa 770.885,05 822.369,03 886.187,53 982.080,82 1.066.275,06 1.173.484,16
Jumlah 7.279.724,71 7.705.916,99 8.277.653,02 9.267.941,37 10.214.872,55 11.368.223,77 *) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara ***) Angka Proyeksi Sumber : BPS Kab. Lebak
perekonomian daerah dan upaya pemerintah dalam melakukan perbaikan perekonomian pasca krisis global. Dalam struktur pereko nomian daerah,
pemerintah Kabupaten Lebak masih memiliki keyakinan bahwa sector pertanian sebagai leading sector yang dapat memberikan konstribusi dominan dibandingkan dengan sektor lainnya. Hal ini dijadikan asumsi dasar mengingat sektor pertanian didukung oleh kondisi geografis dan sumber daya yang potensial.
Tabel 2.17
Proyeksi PDRB Atas Dasar Harga Konstan
di Kabupaten Lebak Tahun 2009 - 2014 (Juta Rupiah)
No. Lapangan Usaha 2009* 2010** 2011*** 2012*** 2013*** 2014***
1 Pertanian 1.464.061,00 1.523.632,80 1.579.093,04 1.642.620,40 1.729.345,75 1.827.409,26
2 Pertambangan dan Penggalian 52.856,00 52.414,74 56.419,22 59.537,99 62.029,26 64.590,66
3 Industri Pengolahan 360.131,00 371.315,18 385.647,94 369.615,39 410.854,61 424.617,91
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 15.721,00 16.348,78 17.020.72 17.854,90 18.865,93 20.039,81
5 Bangunan dan Kontruksi 162.947,00 168.107,95 177.975,89 186.598,77 197.094,17 209.141,47
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 899.394,00 945.987,07 1.003.219,28 1.068.514,52 1.141.538,86 1.226.108,20
7 Pengangkutan dan Komunikasi 237.915,00 247.885,39 263.576,53 281.517,59 299.672,85 371.485,83
8 Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 172.231,00 177.741,47 182.736,01 188.319,58 195.081,38 203.310,96
9 Jasa-jasa 494.555,00 516.104,65 544.077,52 575.774,92 607.557,69 645.742,52
Jumlah 3.855.293,11 4.019.538,03 4.209.766,15 4.417.354,06 4.662.040,50 4.938.719,90 *) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara ***) Angka Proyeksi Sumber : BPS Kab. Lebak
8
pada kondisi yang fluktuatif akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh krisis global pada pertengahan tahun 2008. Akan tetapi, Pemerintah Kabupaten Lebak masih mampu mempertahankan perekonomian di Kabupaten Lebak secara positif. Secara lebih lengkap perkembangan LPE Kabupaten Lebak periode Tahun
2004-2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.18
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008 (%)
No. Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008
1 Pertanian 3,79 3,37 0,25 4,41 3,77 2 Pertambangan dan Penggalian 7,42 7,43 1,13 10,60 2,72 3 Industri Pengolahan 4,85 4,81 5,00 4,33 2,23 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 10,17 10,90 15,27 3,93 2,62 5 Bangunan dan Kontruksi 1,73 5,62 6,27 13,55 2,51 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 4,96 3,54 3,31 5,21 4,54 7 Pengangkutan dan Komunikasi 6,16 6,17 9,54 5,50 4,78
Keuangan, Persewaan dan jasa
Perusahaan 1,55 1,63 2,80 3,61 7,60 9 Jasa-jasa 2,98 3,09 6,70 3,22 6,79
LPE Kabupaten 4,06 3,74 3,15 4,90 4,06 Sumber : PDRB Kabupaten Lebak 2003-2008 (BPS Kab. Lebak)
Laju pertumbuhan pada tahun 2008 paling tinggi dari lapangan usaha sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 7,60%, sedangkan yang terendah dari lapangan usaha sektor industri pengolahan sebesar 2,23%.
Tabel 2.19
Proyeksi Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Lebak Tahun 2009- 2014 ditentukan melalui asumsi dasar produktivitas perekonomian daerah. Transformasi struktur perekonomian di Kabupaten Lebak dalam kurun waktu 2009- 2014 didominasi oleh sektor tersier kemudian disusul sektor primer dan sektor sekunder. Hal ini terjadi sebagai akibat perpindahan tenaga kerja dari sektor primer ke sektor tersier secara natural.
Secara garis besar pertumbuhan PDRB Kabupaten Lebak tahun 2004-2008 menunjukan pertumbuhan positif, PDRB perkapita penduduk Lebak pada tahun 2008 mencapai angka 3,01 juta (ADHK) dan 5,54 juta (ADHB), dimana angka ini terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan adanya perubahan peningkatan kesejahteraan penduduk, yang idealnya peningkatan PDRB perkapita selalu di atas nilai inflasi. Adapun nilai PDRB perkapita selama kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut.
* : Angka sementara ** : Angka sangat sementara
5.467.929
4.982.349
4.543.320 4.151.754
3.653.405
2.758.830 2.804.583 2.834.636 2.940.987 3.000.233
6.000.000
5.000.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
0
2004 2005 2006 2007* 2008**
PDRB per kapita adh Berlaku PDRB per kapita adh Konstan
Sumber : PDRB Kabupaten Lebak 2003-2008 (BPS Kab. Lebak)
Adapun proyeksi PDRB perkapita untuk tahun perencanaan 2009-2014, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan dapat dilihat pada tabel 2.16.
Tabel 2.20
Proyeksi PDRB Per Kapita Kabupaten Lebak
Tahun 2009 – 2014
No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 PDRB per kapita adh Berlaku 5.782.640 6.399.758 6.767.195 7.458.429 8.092.065 8.865.052
2 PDRB per Kapita adh Konstan 3.062.447 3.338.223 3.441.592 3.554.891 3.693.167 3.851.262
Sumber : PDRB Kabupaten Lebak Tahun 209-2014 (BPS Kab. Lebak)
P
Perubahan struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari distribusi persentase Nilai Tambah Bruto (NTB) sektoral terhadap PDRB atas dasar harga berlaku. Dalam kurun waktu 2004-2008 struktur perekonomian Kabupaten Lebak masih didominasi oleh sektor pertanian dengan kontribusinya yang berkisar 37%- 39%, sedangkan peranan terkecil dipegang oleh sektor listrik, gas dan air bersih dengan kontribusinya yang hanya berkisar 0,35%-0,42%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 2.2.
Sumber : PDRB Kabupaten Lebak 2003-2008 (BPS Kab. Lebak)
pada kurun waktu 2004-2008 tidak banyak mengalami pergeseran, masih didominasi oleh tiga sektor utama yaitu dimulai dari sektor pertanian; perdagangan, hotel dan restoran; serta jasa-jasa. Dari ketiga sektor utama tersebut, sektor pertanian terus mengalami penurunan kontribusi terhadap total PDRB yang mengindikasikan bahwa di Kabupaten Lebak perlahan namun pasti telah terjadi pergeseran struktur ekonomi, dimana peran sektor primer mulai diambil oleh sektor tersier. Hal ini dibuktikan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; serta jasa-jasa yang mengalami trend
kenaikan kontribusi terhadap total PDRB dalam lima tahun belakangan sebagaimana terlihat pada tabel 2.21 berikut.
Tabel 2.21
Proyeksi Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Lebak Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009 -
2014 (%)
No. Lapangan Usaha 2009* 2010** 2011*** 2012*** 2013*** 2014***
1 Pertanian 37,98 37,91 38,48 38,06 38,11 38,07 2 Pertambangan dan Penggalian 1,37 1,30 1,33 1,32 1,33 1,32 3 Industri Pengolahan 9,34 9,24 9,39 9,38 9,34 9,38 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,41 0,41 0,37 0,40 0,40 0,40 5 Bangunan dan Kontruksi 4,23 4,18 4,10 4,20 4,18 4,19 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 23,32 23,53 22,66 23,16 23,17 23,16 7 Pengangkutan dan Komunikasi 6,05 6,17 5,99 6,07 6,07 6,07
Keuangan, Persewaan dan jasa
8 Perusahaan 4,47 4,42 4,34 4,43 4,43 4,43 9 Jasa-jasa 12,83 12,84 13,34 12,98 12,98 12,98 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : PDRB Kabupaten Lebak Tahun 2009-2014 (BPS Kab. Lebak) * : Angka Perbaikan
** : Angka Sementara *** : Angka Proyeksi
5,55
Dari tabel di atas terlihat bahwa struktur perokonomian Kabupaten Lebak dalam lima tahun kedepan oleh tiga sektor utama yaitu dimulai dari sektor pertanian; perdagangan, hotel dan restoran; serta jasa-jasa.
Tingkat inflasi di suatu daerah pada suatu tahun dapat dihitung dengan metode Indeks Harga Konsumen (IHK) dan dapat juga dilihat dari besarnya perubahan Indeks Harga Implisit PDRB tahun berjalan dari tahun sebelumnya.
Angka inflasi secara umum menggambarkan besarnya peningkatan harga- harga barang/jasa di suatu daerah tertentu pada waktu tertentu, sehingga tingkat inflasi dipakai sebagai tolak ukur dalam melihat stabilitas perekonomian di suatu daerah. Tingkat inflasi yang tinggi (mencapai dua digit) relatif mencerminkan stabilitas ekonomi yang kurang baik.
Untuk melihat besarnya inflasi di Kabupaten Lebak selama periode 2004- 2008 dapat dilihat pada grafik berikut :
Sumber : PDRB Kabupaten Lebak 2004-2008 (BPS Kab. Lebak)
P
e
r
sen
Tingkat Inflasi di Kabupaten Lebak pada Tahun 2004-2008 dengan mengacu pada besanya perubahan Indeks Implisit PDRB Tahun berjalan dari tahun sebelumnya mencapai angka rata-rata sebesar 7,72%. Tingkat inflasi yang terjadi pada Tahun 2004 adalah sebesar 5,24% merupakan tingkat inflasi yang paling rendah dibandingkan dengan Tahun 2005-2008. Proyeksi tersebut dapat dilihat pada grafik 2.4.
Grafikl 2.4
Proyeksi Tingkat Inflasi Kabupaten Lebak
6 5,55
5
4 3,61
3,93
4,5
4,02
3 2,47
2
1
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Sumber : PDRB Kabupaten Lebak Tahun 2009-2014 (BPS Kab. Lebak) * : Angka Perbaikan
** : Angka Sementara *** : Angka Proyeksi
2.4.3. ISU STRATEGIS LINGKUNGAN
Topografi
Kabupaten Lebak secara topografi memiliki 3 (tiga) karakteristik ketinggian dari permukaan laut, yaitu :
a. 0 – 200 meter, untuk wilayah sepanjang pantai selatan. b. 201 – 500 meter, untuk wilayah Lebak Tengah
c. 501 – 1000 meter, untuk wilayah Lebak Timur dengan puncaknya yaitu Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun
Ketinggian dari permukaan laut setiap Ibukota Kecamatan di Kabupaten Lebak sangat beragam, yang tertinggi adalah Kecamatan Muncang dan Sobang (260 meter), yang terendah Kecamatan Bayah dan Cihara (3 meter).
Data Resiko bencana alam
Beberapa kawasan di Kabupaten Lebak memiliki potensi bencana, diantaranya
rawan bencana longsor, rawan bencana banjir, dan rawan bencana tsunami.
Dengan adanya beberapa potensi kawasan rawan bencana tersebut, maka
pengembangan kawasan terbangun perlu untuk memperhatikan hal tersebut.
Khusus untuk kawasan pesisir pantai (dimana terdapat potensikawasan rawan
bencana tsunami), maka alokasi untuk peruntukanlahan kawasan sempadan
pantai perlu mendapat perhatian khusus.
Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat diidentifikasi wilayah
yang berpotensi rawan bencana alam, yaitu
1) zonasi kerentanan gerakan tanah, maka kawasan rawan bencana alam di
Kabupaten Lebak diidentifikasi seluas 1.300 ha (0,95 % dari luas total Kabupaten
Lebak). Adapun sebaran kawasan rawan bencana alam terdapat di Kecamatan
Cipanas, Kecamatan Bayah, Kecamatan Bojongmanik, dan Kecamatan
Leuwidamar. Pada kawasan dengan kerentanan gerakan tanah menengah dan
tinggi, sebagaimana yang banyak terdapat di Kabupaten Lebak masih
dimungkinkan adanya kantung-kantung daerah layak huni akan tetapi alangkah
lebih baik bila kawasan seperti ini mendapat penelitian geologi teknik yang lebih
rinci apabila akan dimanfaatkan;
yang dapat merusak atau mempengaruhi kelancaran sistem drainase. Berdasarkan
fakta di lapangan menunjukkan bahwa hampir seluruh wilayah Kabupaten
Lebak rawan terhadap bencana banjir, terutama di wilayah-wilayah sekitar
bantaran sungai dan wilayah pantai.
Isu-Isu strategis terkait pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya
Isu Strategi Pengembangan Permukiman
Berdasarkan dokumen SPPIP, isu strategis dalam hal pembangunan perumahan
permukiman Kabupaten Lebak yang mendesak ditangani antara lain:
Lingkungan Permukiman Kumuh
1. Kawasan Perkotaan Rangkasbitung
a. Sebagai ibukota Kab. Lebak yang berfungsi sebagai kota perdagangan dan jasa;
industri pengolahan produksi pertanian dan SDA; pusat pemerintahan Kab. Lebak;
dan pusat pengembangan perumahan.
b. Sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang melayani kegiatan skala provinsi
atau beberapa kab./kota, sehingga diperlukan pengembangan sarana dan prasarana penunjang kegiatan PKW.
c. Pusat perdagangan keluar masuk Wilayah Kabupaten Lebak dengan skala
pelayanan regional.
2. Kawasan Perkotaan Maja
a. Pusat Permukiman baru. Kecamatan Maja memiliki lahan yang potensial untuk
dikembangkan kegiatan kawasan perkotaan.
b. Pusat perdagangan keluar masuk Wilayah Kabupaten Lebak dengan skala
pelayanan regional
3. Kawasan Perkotaan Malingping
a. Sebagai PKL yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala kab./kota atau beberapa kecamatan, sehingga diperlukan pengembangan prasarana dan fasilitas pendukung
b. Pengembangan kegiatan agropolitan.
c. Pusat perdagangan keluar masuk Wilayah Kabupaten Lebak dengan skala
pelayanan regional
4. Kawasaan Perkotaan Bayah
a. Sebagai PKL yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala kab./kota atau beberapa kecamatan, sehingga diperlukan pengembangan
prasarana dan fasilitas pendukung
b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi dengan mengembangkan
kegiatan pariwisata dan agropolitan
c. Pusat perdagangan keluar masuk Wilayah Kabupaten Lebak dengan skala
pelayanan regional
Di kawasan-kawasan tersebut, tingkat kepadatan penduduk tinggi, begitu pula
lokasi-lokasi permukiman kumuh yang berhasil diidentifikasi. Kekumuhan ini terkait
dengan kegiatan utama perdagangan jasa disekitar kawasan permukiman yang
merupakan magnet penduduk untuk bermukim di kawasan tersebut. Bangunan rumah
yang ditempati tidak jarang merupakan rumah sewa dimana mata pencahariannya kadang
tidak menentu hasilnya, sehingga menjaga lingkungan permukiman bukan merupakan
suatu prioritas bagi mereka.
Program-program penataan kualitas lingkungan dapat diarahkan pada lokasi-lokasi
prioritas tersebut. Namun demikian, yang tak kalah penting adalah bagaimana
mengupayakan peningkatan kualitas hidup warga permukiman kumuh tersebut,
khususnya yang terkait dengan peningkatan kondisi perekonomian secara berkelanjutan
tanpa mengakibatkan ketergantungan masyarakat terhadap dana-dana bantuan.
Peningkatan perekonomian akan meningkatkan pula kualitas hidup yang pada akhirnya
akan mengarah pada upaya menjaga kualitas lingkungan warga.
Rendahnya Kemampuan Masyarakat dalam Pemenuhan Rumah
Pemerintah Kabupaten Lebak bersama-sama dengan stakeholder terkait
– pihak pengembang – selama ini telah melakukan berbagai upaya penanganan penyediaan perumahan. Meskipun demikian pada kenyataannya tingkat pemenuhan
kebutuhan perumahan belum sepenuhnya terpenuhi.
Seringkali program terkait penyediaan perumahan masih sebatas pada pembangunan perumahan / permukiman baru. Sementara masyarakat yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap – umumnya bermukiman di lingkungan kurang layak huni (kampung kota) –belum tersentuh bantuan pemerintah secara memadai. Meskipun demikian, keberadaan permukiman-permukiman kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan tidak tetap dalam bentuk kampung kota merupakan bukti bahwa mereka pun mampu mewujudkan rumahnya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya.
Penurunan Kualitas Lingkungan Permukiman
Permasalahan yang perlu diantisipasi terkait perumahan dan permukiman di
Kabupaten Lebak adalah penurunan kualitas lingkungan yang terjadi di Kawasan
Permukiman Pendukung Kegiatan Home Industri , terutama di kawasan-kawasan yang
dekat dengan pusat kegiatan seperti di Kawasan Jombang yaitu Kelurahan Jombang
Wetan-Masigit.
Permukiman Pendukung Kegiatan Home Industri yang sekaligus berfungsi sebagai
workshop dan showroom di tepi jalan di pusat kegiatan yang peruntukannya tidak saling
menunjang dan tidak sesuai dengan fungsi kawasan tersebut ditata melalui Urban
Redevelopment.
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap
pengembangan permukiman saat ini adalah:
o Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan
adaptasi terhadap perubahan iklim.
o Percepatan pencapaian target MDGs yaitu penurunan proporsi rumahtangga kumuh
perkotaan.
o Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang
tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
o Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua,
dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.
Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
o Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah
dibangun.
o Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam
pengembangan kawasan permukiman.
o Belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya
manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi
standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Tabel 2.22 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala 2 dibarengi dengan pembangunan permukiman yang tidak berpola. Hal ini mengakibatkan
permukiman. bangunan permukiman tidak tertata dengan baik.
Kawasan perkotaan Rangkasbitung, Maja, Malingping, dan
Lahan untuk kawasan Bayah masih memiliki lahan yang luas untuk 3 permukiman masih tersedia. dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan.
Dengan demikian, kawasan permukiman perkotaan
berpotensi untuk dikembangkan di kawasan tersebut.
Sebagian besar rumah tangga di kawasan perkotaan
Pembiayaan pembangunan Kabupaten Lebak termasuk dalam golongan keluarga
miskin (Pra KS dan KS I), kecuali pada Kawasan Perkotaan
pembangunan permukiman untuk keluarga dengan
Sebagian besar permukiman yang berada di bantaran
kawasan kumuh pada kawasan sungai memiliki kondisi cenderung kumuh. Demikian juga permukiman, bantaran sungai, dengan permukiman di sepanjang rel kereta api cenderung sempadan rel kereta api, dan tidak teratur.
sempadan lainnya. Kawasan kumuh di kawasan perkotaan Kabupaten Lebak sebagianbesarberadadiKawasanPerkotaan
Rangkasbitung terutama di Kelurahan Muara Ciujung Timur dan Kelurahan Cijoro Lebak. Selain itu, kawasan perkotaan Malingping juga terdapat kawasan kumuh terutama pada kawasan nelayan di Desa Sukamah. Terdapat kawasan rawan banjir Kawasan permukiman di kawasan perkotaan terdapat
beberapa lokasi yang rawan banjir. Kawasan permukiman Sarana dan prasarana dasar rusak, sehingga mengakibatkan genangan maupun banjir. 7 perumahan belum tersedia Selain itu, pengelolaan sampah terutama di pusat kota
secara merata. Rangkasbitung belum dikelola dengan baik karena penduduk sekitar masih membuang sampah di lahan kosong maupun sungai. Sanitasi lingkungan terutama di kawasan kumuh dalam kondisi yang tidak layak dan tidak sesuai dengan syarat kesehatan.
Arahan pembangunan Berdasarkan RTRW Kabupaten Lebak tahun 2008-2028 permukiman dari kebijakan sudah direncanakan kawasan permukiman termasuk perencanaan pembangunan kawasan permukiman di perkotaan. Hal ini sebagai salah 8 maupun penataan ruang perlu satu acuan dalam pengembangan kawasan permukiman
diselaraskan sehingga yang dijabarkan ke dalam rencana pembangunan. Dengan pembangunan dapat lebih demikian, terdapat keselarasan perencanaan pembangunan optimal. dan penataan ruang.
Sumber : SPIPP Tahun 2011