• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan keperawatan Keluarga dengan masal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Asuhan keperawatan Keluarga dengan masal"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit TB Paru merupakan penyakit menular dan kronis (menahun) yang telah lama dikenal oleh masyarakat luas dan ditakuti. Penyakit TB disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch. Kuman ini sangat kecil dan bersifat tahan terhadap larutan asam sehingga mendapat julukan Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini dapat ditemukan dalam dahak atau sputum orang yang sedang menderita TB. Sebagian besar kuman ini menyerang paru-paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Kuman ini timbul disebabkan karena lingkungan yang kotor dan lembab, ekonomi yang rendah dan dari keluarga yang mengidap penyakit TB Paru. Pada lingkungan yang kotor dan lembab kuman TB dapat bertahan hidup beberapa jam, kuman ini masuk kedalam tubuh dan tertidur lama selama beberapa tahun. Dan saat imunitas orang yang diserang rendah, maka orang tersebut akan menjadi sakit (Misnadiarly, 2006)

Salah satu penyebab kuman ini timbul karena keadaan ekonomi yang rendah pada keluarga sehingga akan mempengaruhi keadaan gizi, adanya defisiensi gizi menyebabkan daya tahan tubuh yang lemah sehingga memudahkan kuman Mycobacterium tuberculosis berkembang biak dengan cepat. Cara penularan TB Paru terjadi pada waktu penderita itu batuk dan bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk percikan dahak (droplet). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara dan bila droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan akan beresiko menginfeksi orang tersebut.

(2)

pernapasan dapat dicegah dan dikurangi jumlahnya. Disamping itu daya tahan tubuh harus dijaga dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi baik serta mendapatkan vaksinasi BCG.

Berdasarkan data tersebut, masih banyaknya ditemukan kasus TB Paru. Jika hal tersebut tidak ditanggulangi maka akan timbul berbagai macam komplikasi yaitu: pasien tidak sembuh, kekambuhan, penyebaran kuman dalam bentuk percikan dahak (droplet) yang disebabkan karena pasien tidak rajin minum obat dan tidak menjaga kebersihan lingkungan hal tersebut didukung oleh faktor kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang cara penularan penyakit TB Paru. Namun bagaimana pun tuhan tidak akan menurunkan suatu penyakit tanpa menurunkan pula obatnya. TB dapat disembuhkan dengan minum obat anti TB dengan betul yaitu teratur sesuai petunjuk dokter atau petugas kesehatan lainnya.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan keperawatan keluarga dengan TB Paru.

1.2.2 Tujuan khusus

1.2.2.1 Dapat melakukan pengkajian keperawatan keluarga dengan TB Paru.

1.2.2.2 Dapat merencanakan tindakan keperawatan keluarga dengan TB Paru.

1.2.2.3 Dapat melaksanakan tindakan keperawatan keluarga dengan TB Paru.

(3)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Keluarga 2.1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Friedman (1998, dalam Suprajitno, 2004).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan Depkes RI (1998 dalam Effendy, 1998).

Sayekti (1994 dalam Suprajitno 2004) berpendapat bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

2.1.2 Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1998, dalam Suprajitno, 2004), mengemukakan ada 5 fungsi keluarga yaitu:

2.1.2.1 Fungsi Afektif

(4)

2.1.2.2 Fungsi Sosialisasi

Yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu melaksanakan sosialisasi dimana anggota keluarga belajar disiplin, norma budaya prilaku melalui interaksi dalam keluarga selanjutnya individu mampu berperan dalam masyarakat.

2.1.2.3 Fungsi reproduksi

Yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan menambah sumber daya manusia.

2.1.2.4 Fungsi Ekonomi

Yaitu fungsi memenuhi kebutuhan keluarga seperti : makan, pakaian, perumahan dan lain-lain.

2.1.2.5 Fungsi Perawatan Keluarga

Yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan asuhan kesehatan/perawatan, kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan atau pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu.

2.1.3 Tipe Keluarga

Tipe-tipe keluarga secara umum dikemukakan untuk mempermudah tentang pemahaman keluarga. Adapun tipe-tipe keluarga menurut Suprajitno (2004) antara lain:

2.1.3.1 Keluarga inti (konjungal)

Yaitu keluarga yang menikah sebagai orangtua atau pemberian nafkah, keluarga ini terdiri dari suami, istri dan anak mereka anak kandung, anak adopsi atau keduanya.

2.1.3.2 Keluarga orentasi (keluarga asal)

Yaitu untuk keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan. 2.1.3.3 Keluarga besar

(5)

2.1.4 Bentuk Keluarga

Ada enam tipe atau bentuk keluarga menurut Effendy (1998) 2.1.4.1 Keluarga inti (Nuclear Family)

Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. 2.1.4.2 Keluarga besar (Exstende Family)

Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya, nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

2.1.4.3 Keluarga berantai (Serial family)

Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

2.1.4.4 Keluarga duda/janda (single family)

Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian. 2.1.4.5 Keluarga berkomposisi (composite)

Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

2.1.4.6 Keluarga kabitas (cababitation)

Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga

2.1.5 Tingkat Perkembangan Keluarga

Seperti individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-turut keluarga sebagai sebuah unit juga mengalami tahap-tahap perkembangan yang berturut-turut.

Adapun delapan tahap siklus kehidupan keluarga menurut Friedman (1998) antara lain:

2.1.5.1 Tahap I : keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau tahap pernikahan)

Tugasnya adalah :

2.1.5.1.1 Membangun perkawinan yang saling memuaskan 2.1.5.1.2 Menghubungkan jaringan persaudaraan secara

harmonis

(6)

2.1.5.2 Tahap II : keluarga yang sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai umur 30 tahun)

Tugasnya adalah :

2.1.5.2.1 Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

2.1.5.2.2 Rekonsiliasi tugas untuk perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga 2.1.5.2.3 Mempertahankan hubungan perkawinan yang

memuaskan

2.1.5.2.4 Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran orang tua dan kakek dan nenek.

2.1.5.3 Tahap III : keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2 hingga 6 bulan)

Tugasnya adalah :

2.1.5.3.1 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : rumah, ruang bermain, privasi, keamanan.

2.1.5.3.2 Mensosialisasikan anak.

2.1.5.3.3 Mengintegrasikan anak yang sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain. 2.1.5.3.4 Mempertahankan hubungan yang sehat dalam

(hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas).

2.1.5.4 Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur hingga 13 tahun)

Tugasnya adalah :

2.1.5.4.1 Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.

(7)

2.1.5.4.3 Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

2.1.5.5 Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga 20 tahun)

Tugasnya :

2.1.5.5.1 Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.

2.1.5.5.2 Memfokuskan kembali hubungan perkawinan. 2.1.5.5.3 Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua

dan anak-anak.

2.1.5.6 Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai terakhir yang meninggalkan rumah)

Tugasnya :

2.1.5.6.1 Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak. 2.1.5.6.2 Melanjutkan untuk memperbaharui dan

menyesuaikan kembali hubungan perkawinan. 2.1.5.6.3 Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan

dan suami maupun istri.

2.1.5.7 Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan)

Tugasnya :

2.1.5.7.1 Menyelidiki lingkungan yang meningkatkan kesehatan

2.1.5.7.2 Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua, lansia dan anak-anak.

2.1.5.8 Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiunan dan lansia Tugasnya :

(8)

2.1.5.8.2 Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

2.1.5.8.3 Mempertahankan hubungan perkawinan

2.1.5.8.4 Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan 2.1.5.8.5 Mempertahankan ikatan keluarga antara generasi 2.1.5.8.6 Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka.

2.1.6 Lima Tugas Keluarga dan Bidang Kesehatan

Seperti dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan menurut Suprajitno (2004) yang perlu dipahami dan dilakukan meliputi :

2.1.6.1 Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti, orang tua perlu mengenal kesehatan.

2.1.6.2 Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.

2.1.6.3 Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.

2.1.6.4 Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

(9)

2.2 Konsep Dasar TBC 2.2.1 Pengertian

2.2.1.1Penyakit TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI , 2002)

2.2.1.2TB Paru adalah suatu penyakit menular kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobakterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan organ lain ditandai dengan batuk-batuk lebih dari tiga minggu, batuk darah, demam nyeri dada dan sesak nafas bila penyakit sudah lanjut. (Suyono. S, 2001, hal 820).

2.2.1.3TB Paru adalah penyakit infeksi kronis (menahun) yang disebabkan oleh kuman Mycobakterium tuberculosis, dan biasanya terdapat pada paru-paru,tetapi mungkin juga pada organ tubuh lainnya. (Misnadiarly , 2006)

2.2.1.4Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobakterium tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. (Mansjoer. A, 2000)

2.2.2 Etiologi

Kuman Mycobacterium Tuberkulosa yang berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan (Basil Tahan Asam). Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberkulosa adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Saluran pernafasan merupakan tempat infeksi pertama penderita Tuberculosis.

2.2.3 Manifestasi Klinis

(10)

Penderita Tuberculosis akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk berdahak kronis, subfebris, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan anorexia. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas penderita bahkan kematian.

2.2.3.1 Gejala Umum :

Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dengan batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif.

2.2.3.2 Gejala lain yang sering dijumpai :

2.2.3.2.1 Dahak bercampur darah / Hemaptoe.

Hal ini terjadi karena terdapat pembuluh darah yang pecah, kebanyakan batuk darah pada penderita Tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

2.2.3.2.2 Sesak nafas

Sesak terjadi karena infiltrasi sudah meliputi setengah bagian dari paru-paru

2.2.3.2.3 Nyeri dada.

Nyeri dada terjadi bila infiltrat radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan pleura sewaktu pasien menarik dan melepaskan nafasnya.

2.2.3.2.4 Anorexia

(11)

2.2.4 Patofisiologi

Inhalasi Droplet Masuk ke saluran pernafasan

Dibersihkan oleh makrofag silia dan lendirnya

Partikel mati / keluar bersama secret Menginfeksi alveolus

Oleh reflek batuk (lobus atas atau lobus bawah)

Jaringan yang tinggi kandungan O2

Basil tuberkel membangkitkan reaksi peradangan

Leukosit memfagisitosit tapi tidak membunuh mikroorganisme tersebut

Respon imunologis dengan membuat dinding di sekeliling bakteri

Terjadi jaringan parut / fibrosa

Terjadi jaringan parut / fibrosa

Sistem imunologis yang baik Sistem imunonologis yang kurang baik

Bakteri dorman Bakteri berkembang biak

Bakteri semakin banyak

Terjadi Tuberculosis

2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Depkes RI (2002) ada tiga jenis pemeriksaan untuk TB paru yaitu:

2.2.5.1 Pemeriksaan sputum BTA

(12)

3 sputum SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) BTA positif. Pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan.

2.2.5.2 Rontgen

Foto rontgen dada dapat menunjang menegakkan diagnosa TB. Paling mungkin bila ditemukan infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal

2.2.5.3 Tes Montoux / Tuberculin

Tes ini sering digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa TB paru anak-anak. Biasanya dipakai montoux tes dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin secara intrakutan. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan.

2.2.6 Penatalaksanaan Medis

Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan cepat dan mencegah kambuh

Obat yang digunakan untuk Tuberculosis digolongkan atas dua kelompok yaitu :

2.2.6.1 Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.

Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.

2.2.6.2 Obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.

2.2.7 Komplikasi

(13)

Sebanyak 0,5-3% penyebaran limfohematogen akan menjadi Tuberculosis milier atau meningitis Tuberculosis, hal ini biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer.

Tuberkulosis endobronkial (lesi segmental yang timbul akibat pembesaran kelenjar regional) dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama (3-9 bulan). Terjadinya Tuberculosis paru kronik sangat bervariasi, Tuberculosis paru kronik biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di dalam lesi yang tidak mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang terjadi pada anak, tetapi sering pada remaja dan dewasa muda.

(14)

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien (keluarga) yang memakai patokan norma-norma kesehatan pribadi maupun sosial serta integritas dan kesanggupan untuk mengatasi masalah.

3.1.1 Pengumpulan data

Pengkajian data yang dikumpulkan (Friedman, 1998) adalah 3.1.1.1 Data umum

3.1.1.1.1 Identitas kepala keluarga 3.1.1.1.2 Komposisi kelaurga 3.1.1.1.3 Genogram

3.1.1.1.4 Tipe keluarga

3.1.1.1.5 Latar belakang keluarga (etnis) 3.1.1.1.6 Agama

3.1.1.1.7 Status Sosial Ekonomi 3.1.1.1.8 Aktivitas rekreasi keluarga 3.1.1.2 Tahap dan riwayat perkembangan keluarga

3.1.1.2.1 Tahap perkembangan keluarga saat ini

3.1.1.2.2 Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

3.1.1.2.3 Riwayat keluarga sebelumnya 3.1.1.3 Data lingkungan

3.1.1.3.1 Karakteristik rumah

3.1.1.3.2 Karakteristik lingkungan komunitas 3.1.1.3.3 Mobilitas geografis keluarga

3.1.1.3.4 Perkumpulan keluarga dan interaksi sosial keluarga

(15)

3.1.1.4 Struktur keluarga

3.1.1.4.1 Pola komunikasi 3.1.1.4.2 Struktur kekuasaan 3.1.1.4.3 Struktur peran

3.1.1.4.4 Nilai dan normal keluarga 3.1.1.5 Pemeriksaan fisik

Yaitu pemeriksaan yang menggunakan pendekatan ”Head to toe” .

3.1.1.6 Koping keluarga

3.1.1.6.1 Stressor jangka pendek dan jangka panjang 3.1.1.6.2 Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap

situasi atau stressor

3.1.1.6.3 Penggunaan strategi koping 3.1.1.6.4 Strategi adaptasi disfungsional

3.1.2 Analisa data

Dalam menganalisa ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan keluarga antara lain :

3.1.2.1 Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga 3.1.2.2 Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan

3.1.2.3 Karakter keluarga

3.1.3 Rumusan Masalah

Setelah data dianalisa, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah keperawatan keluarga, perumusan masalah kesehatan dan keperawatan yang diambil didasarkan kepada penganalisaan praktek lapangan yang didasarkan pada analisa konsep, prinsip, teori dan standar yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum mengambil keputusan tentang masalah keperawatan keluarga (Effendy, 1998).

3.1.4 Skoring

Dalam penyusunan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan pada beberapa kriteria yaitu :

(16)

3.1.4.2 Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan kebersihan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.

3.1.4.3 Potensial masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan atau kesehatan.

3.1.4.4 Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi keperawatan atau kesehatan.

Menentukan prioritas diangnosa keperawatan keluarga, perlu disusun skala prioritas dengan teknik skoring sebagai berikut :

Tabel : Skoring Masalah Keperawatan

No Kriteria Nilai Bobot

1 Sifat masalah

2 Kemungkinan masalah dapat diubah Skala :

3 Potensial masalah untuk dicegah Skala :

b. Masalah yang tidak perlu segera ditangani

c. Masalah tidak dirasakan

2

(17)

Kemudian dari hasil skoring tersebut dijumlahkan nilainya. Adapun rumus untuk mendapatkan nilai skoring tersebut adalah :

3.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga yang muncul menurut NANDA (Carpenito L.J. 2001) adalah :

3.2.1 Manajemen kesehatan yang dapat diubah

3.2.2 Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah 3.2.3 Kurang pengetahuan

3.2.4 Konflik keputusan 3.2.5 Berduka disfungsional 3.2.6 Konflik peran orang tua 3.2.7 Isolasi sosial

3.2.8 Perubahan dalam proses keluarga

3.2.9 Potensial perubahan dalam menjadi orang tua 3.2.10 Perubahan penampilan peran

3.2.11 Potensial terhadap kekerasan

3.2.12 Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga 3.2.13 Penatalaksanaan program terapeutik tak efektif 3.2.14 Perilaku mencari hidup sehat

3.2.15 Berduka diantisipasi

3.3 Perencanaan

Tahap setelah kita melakukan pengkajian adalah perencanaan keperawatan sebagai pedoman untuk memberikan tindakan perawatan pada seseorang berdasarkan diagnosa perawatan yang muncul.

Rencana perawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah TB paru adalah sebagai berikut:

(18)

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi

Kriteria Standar

1 Resiko penularan ditandai dengan ketidakmampuan keluarga dalam menjaga

lingkungan

TUM :

Setelah diberikan askep selama 4 hari diharapkan keluarga dapat mengerti tentang penularan penyakit TB paru dan tidak terjadi penularan lebih lanjut

TUK :

1. Setelah diberikan perawatan selama 1 kali kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu mengenal penularan TB paru

Verbal Keluarga dapat menyebutkan 3cara dari 5 penularan TB paru

Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang cara penularan TB Paru

- Diskusikan dengan keluarga tentang cara penularan TB paru

- Anjurkan keluarga untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih

- Memotivasi keluarga untuk menghindari hal-hal yang dapat menularkan TB Paru 2. Setelah diberikan perawatan

selama 1 kali kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu mengambil keputusan mengenai pengobatan pada klien

Verbal - Keluarga

mengerti tentang pemberian obat secara teratur

- Pemberian

lama pengobatan selama 6 - 8 bulan

- Keluarga

mampu memotivasi klien untuk berobat

- Diskusikan dengan keluarga manfaat pengobatan secara teratur

- Beri pujian tentang keputusan yang diambil - Motivasi keluarga untuk selalu

(19)

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi

Kriteria Standar

secara teratur 3. Setelah diberikan perawatan

selama 1 kali kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit

Psikomotor - Keluarga mampu merawat klien.

- Dapat

menghindari hal-hal

yang dapat

menularkan penyakit TB paru

- Diskusikan dengan keluarga cara penularan TB Paru

- Ajarkan keluarga merawat diri dan klien - Jelaskan pada keluarga cara menghindari

hal-hal yang dapat menularkan TB paru

4. Setelah diberikan perawatan selama 1 kali kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu memodifikasi lingkungan rumah dan membedakan peralatan untuk makan

- Sinar

matahari dapat menyinari seluruh ruangan

- Anjurkan keluarga agar selalu menjaga kebersihan rumah, manata barang-barang dan membedakan peralatan untuk makan - Motivasi keluarga untuk memelihara

lingkungan rumah agar tetap bersih dan membuka jendela setiap hari agar sinar matahari menyinari seluruh kamar

5. Setelah diberikan perawatan selama 1 kali kunjungan selama 30 menit diharapkan

keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada

Psikomotor - Keluarga dapat memanfatkan fasilitas kesehatan yang ada

- Keluarga

dapat mengajak

- Diskusikan dengan keluarga tentang pentingnya fasilitas kesehatan dalam perawatan kesehatan keluarga

(20)

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi

Kriteria Standar

anggota keluarga yang sakit untuk keluarga untuk memodifikasi lingkungan dalam usaha mengatasi masalah

kesehatan

ditandai dengan kondisi rumah kurang rapi dan bersih

Tupan :

Setelah diberikan askep selama 4 hari diharapkan keluarga mampu menata atau mempertahankan lingkungan rumah yang efektif

Tupen :

1. Setelah diberikan perawatan selama 1 kali kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu mengenal lingkungan yang sehat

Verbal - Keluarga

mengerti tentang pengertian rumah sehat lingkungan rumah yang tidak sehat

- Diskusikan dengan keluarga manfaat lingkungan yang sehat

- Jelaskan pada keluarga tentang pengertian, syarat rumah sehat dan akibat bila lingkungan tidak sehat

- Motivasi keluarga untuk menjaga lingkungan yang sehat

2. Setelah diberikan perawatan selama 1 kali kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu mengambil keputusan untuk menata rumah

Psikomotor - Keluarga termotivasi untuk menata lingkungan rumah sehat bagi keluarga

- Diskusikan dengan keluarga untuk mempertahankan lingkungan yang sehat - Motivasi keluarga untuk tetap menjaga

lingkungan yang sehat

(21)

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi

Kriteria Standar

sehat bagi keluarga diambil oleh keluarga

3. Setelah diberikan perawatan selama 1 kali kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu menata dan memelihara lingkungan rumah

Psikomotor - Keluarga menata perabotan agar rapi dan bersih

- Keluarga

menyapu di dalam dan di luar rumah setiap hari

- Diskusikan dengan keluarga tentang akibat dari lingkungan yang kotor

- Berikan dorongan pada keluarga untuk membersihkan lingkungan rumah

- Anjurkan keluarga untuk menyapu di dalam dan di luar kamar setiap hari

4. Setelah diberikan perawatan selama 1 kali kunjungan membuat kamar tidak lembab dan pengap

- Sinar

matahari dapat masuk keseluruh ruangan memodifikasi lingkungan rumah agar tampak bersih dan rapi

- Anjurkan keluarga untuk meningkatkan kesehatan keluarga dengan cara membersihkan lingkungan, barang-barang tertata rapi dan menjemur bantal, kasur minimal 2 kali seminggu

5. Setelah diberikan perawatan selama 1 kali kunjungan selama 30 menit

Psikomotor - Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan

- Diskusikan untuk menentukan fasilitas kesehatan yang tepat untuk dipilih

(22)

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi

Kriteria Standar

diharapkan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terkait dengan kesehatan lingkungan

yang ada sesuai dengan kebutuhan

fasilitas kesehatan yang ada

- Motivasi keluarga untuk memeriksakan anggota keluarganya yang sakit kepelayanan kesehatan terdekat

3 Potensial

penatalaksanaan terapeutik yang efektif

berhubungan dengan keadekuatan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit ditandai dengan klien mengatakan rajin kontrol

1. Setelah diberikan perawatan selama 1 kali kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu mengenal penyakit TB paru tersebut

Verbal Keluarga mengerti tentang

penyakit TB paru - Keluarga mengerti

tentang penyebab, tanda dan gejala

Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit TB paru

- Jelaskan pada keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, cara pencegahan dan pengobatan TB paru

(23)

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi

Kriteria Standar

2. Setelah diberikan perawatan selama 1 kali kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu mengambil keputusan dalam pengobatan yang sedang dijalani oleh Klien

Verbal - Keluarga

mengerti tentang akibat bila putus obat dan bila minum obat tidak teratur

- Keluarga

termotivasi dalam perawatan klien

- Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat minum obat secara teratur dan akibat bila putus obat

- Motivasi keluarga untuk menjaga dan mengawasi klien saat minum obat

3. Setelah diberikan perawatan selama 1 kali kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita TB paru

Psikomotor - Keluarga mengerti tentang manfaat minum obat bila obat klien sudah habis

4. Setelah diberikan perawatan selama 1 kali kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu mempertahankan suasana rumah yang sehat bagi anggota keluarga yang sakit

Psikomotor - Keluarga membuka Jendela setiap hari, kamar tidak lembab dan pengap, barang-barang tertata rapi, membuang ludah

pada tempat

pembuangan ludah yang sudah diisi larutan desinfektan,

- Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat mempertahankan lingkungan rumah yang sehat bagi anggota keluarga yang sakit - Anjurkan keluarga membuka jendela setiap

hari, membuang ludah pada tempat pembuangan ludah yang sudah diisi larutan desinfektan

(24)

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi

Kriteria Standar

halaman rumah tidak becek

Setelah diberikan perawatan selama 1 kali kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu memanfaatkan sumber dan fasilitas kesehatan yang ada

Psikomotor - Keluarga mengajak klien

kontrol dan

melanjutkan

pengobatan apabila obat habis

- Motivasi klien agar kontrol ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan

(25)

3.4 Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan keperawataan terhadap keluarga didasarkan pada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga adalah sumber daya keluarga, tingkat pendidikan keluarga dan sarana prasarana yang ada pada keluarga.

3.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan komponen terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan upaya untuk menentukan apakah seluruh proses sudah berjalan dengan baik atau belum. Apabila hasil tidak mencapai tujuan maka pelaksanaan tindakan diulang kembali dengan melakukan berbagai perbaikan. Sebagai suatu proses evaluasi ada empat dimensi yaitu :

3.5.1 Dimensi keberhasilan, yaitu evaluasi dipusatkan untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan.

3.5.2 Dimensi ketepatgunaan: yaitu evaluasi yang dikaitkan sumber daya 3.5.3 Dimensi kecocokan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecocokan

kemampuan dalam pelaksanan tindakan keperawatan

(26)

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penyakit TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang semua golongan usia, terutama pada seseorang yang daya tahan tubuh rendah karena malnutrisi, tinggal di lingkungan yang padat serta sirkulasi udara yang tidak baik.

Karena penyakit ini adalah penyakit menular maka peran perawat ditekankan pada pemberian penyuluhan tentang pencegahan seperti: makan bergizi, istirahat teratur, olah raga serta memperhatikan ventilasi terhadap luas bangunan, sedangkan untuk anak-anak dapat dilakukan pencegahan dengan

imunisasi BCG.

Selain itu penyakit ini memerlukan waktu yang lama dalam pengobatannya. Sehingga kepatuhan dan kesabaran tinggi dari pasien untuk menjalankan terapi sampai selesai sangatlah penting. Oleh karena itu perawat harus berperan sebagai motivator bagi pasien.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M.M. (1998). Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

(28)

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DEWASA

DENGAN MASALAH PRIORITAS

DI INDONESIA

Oleh :

CUCU MALIHAH (12121022)

OHUDUAN REZILOB T. (

SISKA JULIANSIH (

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(29)

Gambar

Tabel :Skoring Masalah Keperawatan

Referensi

Dokumen terkait

Dan tujuan khusus setelah dilakukan tindakan 3 x 45 menit keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit dengan kriteria hasil : keluarga mampu mengetahui

Keluarga belum mampu mengambil keputusan yang tepat bila ada anggota keluarga yang sakit Keluarga belum mampu merawat anggota keluarga dengan tepat bila ada anggota keluarga

Pada responden 1 setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga selama 3x kunjungan diharapkan keluarga mampu mengenal masalah kesehatan dan mampu merawat anggota keluarga

Intervensi yang dilakukan pada kedua responden adalah sama, yaitu dilakukan asuhan keperawatan keluarga selama 2x kunjungan diharapkan keluarga dan klien mampu

Pada responden 2 setalah dilakukan asuhan keperawatan keluarga selama 5x kunjungan diharapkan mampu mengenal masalah kesehatan dan mampu merawat anggota keluarga

1 nyeri ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan anggota keluarga yang sakit khususnya An. T b.d KMK mengenal masalah gastritis Kerusakan mobilitas fisik keluarga Ny.

Sedangkan pada responden 2 setelah dilakukan asuhan keperawatan 5 kali kunjungan diharapkan kadar glukosa darah menurun dengan kriteria hasil yang pertama

Pada responden 1 setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga selama 3x kunjungan diharapkan keluarga mampu mengenal masalah kesehatan dan mampu merawat anggota keluarga