• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR IKLIM KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR IKLIM KERJA"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR,

IKLIM KERJA DAN KOMPENSASI TERHADAP

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

DI SMK KRISTEN SALATIGA

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Zuhdan Kamal Abdillah NIM 7101411217

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada:

Hari : Kamis Tanggal : 9 Juli 2015

Mengetahui,

(3)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 14 Agustus 2015

(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, 10 Juli 2015

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

Berusahalah, karena tuhan punya jawaban

atas apa yang kita perjuangkan.

(Zuhdan Kamal Abdillah)

PERSEMBAHAN:

(6)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pengalaman

Mengajar, Iklim Kerja dan Kompensasi terhadap Kompetensi Profesional Guru di

SMK Kristen Salatiga” dalam rangka menyelesaikan studi Strata I untuk

mencapai gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, maka dalam

kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan

menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Wahyono, M.M. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan pelayanan dan kesempatan mengikuti program strata

satu di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Ade Rustiana, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi dan

sebagai Dosen Penguji 1 serta memberikan saran dan kritik demi perbaikan

skripsi ini.

4. Ismiyati, S.Pd., M.Pd. Dosen Pembimbing sekaligus Dosen Penguji 3 yang

(7)

5. Drs. Marimin, M.Pd.sebagai Dosen Penguji 2 yang telah memberikan saran

dan kritik demi perbaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi yang telah memberikan dan mengajarkan

ilmu pengetahuan untuk bekal masa depan.

7. Eko Pambudyo, S.Pd. Kepala sekolah SMK Kristen Salatiga yang telah

memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

8. Guru-guru SMK Kristen Salatiga yang telah membantu dalam penelitian.

9. Ibu dan Bapak yang selalu memberikan doa dan dukungan. Adik-adikku

Sarah, Hudi dan Naja sebagai motivasiku menyelesaikan program pendidikan

ini. Lita, rekan PAP 2011, fungsionaris BEM FE dan seluruh sahabat, sebagai

teman belajar dalam menempuh strata satu ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis pada khususnya dan bagi pembaca atau pihak-pihak yang berkepentingan

pada skripsi ini pada umumnya.

Semarang, 30 Agustus 2015

(8)

SARI

Abdillah, Zuhdan Kamal. 2015. “Pengaruh Pengalaman Mengajar, Iklim Kerja dan Kompensasi terhadap Kompetensi Profesional Guru di SMK Kristen Salatiga”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Ismiyati, S.Pd., M.Pd.

Kata Kunci : Pengalaman Mengajar, Iklim Kerja, Kompensasi, Kompetensi Professional Guru

Kompetensi professional guru berperan bagi berlangsungnya pembelajaran di kelas, guru diharuskan memiliki pengetahuan yang luas terhadap bidang studi yang akan diajarkan. Permasalahan dalam penelitian ini diketahui bahwa cukup rendahnya kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga seperti kurangnya penggunaan media dan proses penyampaian materi dirasa belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi terhadap kompetensi professional guru.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah guru di SMK Kristen Salatiga sebanyak 30 guru. Penelitian ini merupakan penelitian populasi, jadi semua populasi dijadikan sebagai responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan bantuan SPSS For Windows Release 17.

Uji keberartian persamaan regresi dilihat dari uji F hitung = 29,476 dengan signifikansi sebesar 0,00 < 0,05 sehingga diperoleh hasil analisis regresi linear berganda dengan persamaan Y = 17,773 + 0,677X1 + 0,393X2 + 0,454X3. Secara parsial (uji t) pengalaman mengajar (X1) diperoleh thitung = 2,740 dengan signifikansi 0,00 < 0,05, sehingga H2 diterima. Iklim Kerja diperoleh thitung = 2,354 dengan signifikansi 0,00 < 0,05, sehingga H3 diterima. Kompensasi diperoleh

thitung = 2,182 dengan signifikansi 0,00 < 0,05, sehingga H4 diterima. Secara

simultan (R2) pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi berpengaruh terhadap kompetensi profesional sebesar 23,5%.

(9)

ABSTRACT

Abdillah, Zuhdan Kamal. 2015. “The Influence of Teaching Experience, Work Climate and Compensation for Professional Competence of Teachers at Kristen Vocational High School of Salatiga”. Final Project. Department of Economic Education. Faculty of Economics. Semarang State University. Adviser Ismiyati, S.Pd., M.Pd.

Keywords : Teaching Experience, Work Climate, Compensation, Professional Competence of Teacher

Professional competence of teacher is contribute to ongoing learning in the classrom, teacher are required to have extensive knowledge of the subject areas to be taught. Problems in this research based that lack sufficient professional competence of teachers in Kristen Vocational Higs School of Salatiga such as low use of media and process of extending material deemed not optimal. This research aims to determinate is there any effect of teaching experience, work climate and compensation to the professional competence of teachers.

This research uses quantitive methods. The population in this research were teachers in Kristen Vocational High School of Salatiga as many as 30 teachers. This research a population research, so all the population used as responder. The technique of collecting data using questionnaire. Data were analyzed using descriptive analysis, a classic assumption test and hypothesis test using SPSS for windows release 17.

The significance of the test equation as calculated from the F test was 29, 476 with significance 0,00<0,05, while the results of multiple linear regression analysis with equation Y = 17,773 + 0,677X1 + 0,393X2 + 0,454X3 + e. Partially (t test) teaching experiences (X1) obtained tcount = 2,740 with a significance 0,00 < 0,05, so that H2 is accepted. Work climate obtained tcount = 2,354 with a significance 0,00 < 0,05, so H3 is received. Compensation obtained tcount = 2,182 with a significance 0,00 < 0,05, so H4 is accepted. Simultaneously (R2) teaching experience, work climate and compensation and influential on the professional competence of 23,5%.

(10)

DAFTAR ISI

2.1.2 Pengertian Kompetensi Profesional Guru ... 12

2.1.3 Profesionalisme Guru dalam Mengelola Materi Pembelajaran ... 13

2.1.4 Profesionalisme Guru dalam Mendayagunakan Sumber dan Media Pembelajaran ... 14

2.1.5 Profesionalisme Guru dalam Manajemen Kelas ... 16

2.1.6 Indikator Kompetensi Profesionalisme Guru ... 16

2.2 Pengalaman Mengajar……….. ... 18

2.2.1 Pengertian Pengalaman Mengajar ... 18

(11)

2.2.3 Indikator Pengalaman Mengajar ... 20

2.3 Iklim Kerja ... 22

2.3.1 Sekolah sebagai Organisasi di Bidang Pendidikan ... 22

2.3.2 Pengertian Iklim Kerja Sekolah ... 24

2.3.3 Fungsi Iklim Kerja Sekolah ... 25

2.3.4 Indikator Iklim Kerja Sekolah... 26

2.4 Kompensasi ... 26

2.4.1 Pengertian Kompensasi ... 26

2.4.2 Asas-Asas Kompensasi ... 28

2.4.3 Tujuan Sistem Kompensasi ... 29

2.4.4 Indikator Kompensasi ... 30

2.5 Penelitian yang Relevan ... 31

3.5 Uji Kualitas Angket Penelitian... 41

3.5.1 Uji Validitas ... 42

3.5.2 Uji Reliabilitas ... 45

3.6 Metode Analisis Data ... 46

3.6.1 Analisis Deskriptif ... 46

3.6.3 Uji Asumsi Klasik ... 48

3.6.2 Analisis Regresi Berganda ... 49

(12)

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1 Hasil Penelitian ... 52

4.1.1 Analisis Deskriptif ... 52

4.1.1.1 Analisis Deskriptif Pengalaman Mengajar ... 52

4.1.1.2 Analisis Deskriptif Iklim Kerja ... 54

4.1.1.3 Analisis Deskriptif Kompensasi ... 57

4.1.2 Uji Asumsi Klasik ... 60

4.1.2.1 Uji Normalitas ... 60

4.1.2.2 Uji Multikolinieritas ... 60

4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 61

4.1.3 Analisis Regresi Berganda ... 62

4.1.4 Uji Hipotesis ... 64

4.1.4.1 Uji Simultan (Uji F) ... 64

4.1.4.2 Uji Parsial (Uji t) ... 65

4.1.4.3 Koefisien Determinasi Simultan (R2) ... 66

4.1.4.4 Koefisien Determinasi Parsial (r2) ... 67

4.2 Pembahasan ... 69

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1 Simpulan ... 75

5.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(13)

Daftar Tabel

Halaman

Tabel 3.1 Rencana Penilaian (scoring) Jawaban Responden ... 40

Tabel 3.2 Hasil Validitas Uji Instrumen ... 44

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 45

Tabel 3.4 Perhitungan pada Analisis Deskriptif ... 47

Tabel 4.1 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Pengalaman Mengajar ... 52

Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Responden pada Indikator Pendidikan dan Pelatihan ... 53

Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Responden pada Indikator Masa Kerja/Lama Mengajar ... 54

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Iklim Kerja ... 55

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden pada Indikator Ekologi ... 55

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden pada Indikator Milieu ... 56

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden pada Indikator Sistem Sosial ... 56

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden pada Indikator Budaya ... 57

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Kompensasi ... 58

Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden pada Indikator Kompensasi Langsung ... 58

Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Responden pada Indikator Kompensasi Tidak Langsung ... 59

(14)

Tabel 4.13 Uji Multikolinieritas ... 61

Tabel 4.14 Uji Heteroskedastisitas ... 61

Tabel 4.15 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda ... 62

Tabel 4.16 Hasil Uji Coba Simultan (Uji F) variabel X1, X2, dan X3 terhadap Y ... 64

Tabel 4.17 Hasil Uji Parsial (Uji t) Variabel X1, X2, dan X3 terhadap Y ... 65

Tabel 4.18 Hasil Uji Koefisien Determinasi Simultan (R2) ... 67

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Observasi ... 81

Lampiran 2 Observasi Awal ... 82

Lampiran 3 Surat Izin Uji Coba Instrumen Penelitian ... 85

Lampiran 4 Daftar Nama Responden Uji Coba Penelitian ... 86

Lampiran 5 Angket Uji Coba Penelitian dan Kisi-kisi Uji Coba Penelitian .. 87

Lampiran 6 Tabulasi Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 99

Lampiran 7 Hasil Uji Validitas ... 100

Lampiran 8 Reliabilitas Tiap Variabel ... 101

Lampiran 9 Surat Izin Penelitian ... 104

Lampiran 10 Daftar Nama Responden Penelitian ... 105

Lampiran 11 Angket Penelitian dan Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 106

Lampiran 12 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 116

Lampiran 13 Analisis Deskriptif ... 117

Lampiran 14 Uji Asumsi Klasik ... 120

Lampiran 15 Analisis Regresi Berganda ... 123

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tuntutan zaman yang semakin meningkat pada era sekarang ini membuat

dunia kerja semakin membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten

dibidangnya masing-masing. Generasi muda dipersiapkan untuk masuk dalam

dunia kerja, karena kebutuhan dunia kerja itu akan terwujud manakala generasi

muda memiliki keterampilan. Pendidikan sebagai wadah generasi muda untuk

memperoleh ketrampilan. Tujuan pendidikan dapat tercapai, jika generasi muda

dipersiapkan melalui pendidikan formal, yaitu sekolah. Pendidikan yang diberikan

di sekolah nantinya akan menunjang generasi muda dalam memperoleh

ketrampilan serta kemampuan. Generasi muda perlu dipersiapkan dalam

pengetahuan dan juga ketrampilan praktik, karena itulah diadakan lembaga

pendidikan formal yang berbasis pada kejuruan, selain mempelajari materi siswa

juga akan diajarkan keterampilan yang harus dikuasai, pendidikan formal tersebut

yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Sekolah Menengah Kejuruan memiliki tugas untuk menciptakan lulusan

yang kompeten sehingga lulusan tersebut memenuhi persyaratan dunia kerja dan

dapat diterima di dunia kerja sesuai bidang masing-masing. Lulusan dari SMK

dipandang mampu dan siap untuk masuk dalam dunia kerja. Sekolah Menengah

Kejuruan nantinya akan menciptakan lulusan yang kompeten sesuai dengan

(17)

mengajar sebaik mungkin. Proses belajar yang baik dapat dilakukan oleh tenaga

pendidik yang baik pula, tenaga pendidik yang baik maksudnya yaitu seorang

guru sebagai pendidik harus memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas. Kompetensi yang dimiliki guru akan

menunjang proses belajar mengajar yang akan membawa siswa mencapai tujuan

dalam pembelajaran. Kemampuan tersebut tentu dibutuhkan oleh seorang guru

dalam memberikan pengajaran di kelas.

Sekolah sebagai tempat pendidikan yang di dalamnya terdapat interaksi

antara siswa, siswa dengan guru, guru dengan guru dan kepala sekolah dengan

seluruh warga sekolah dapat mencerminkan lingkungan kerja sekolah tersebut.

Apabila guru berada di lingkungan kerja yang bekerja keras, tentu guru juga akan

ikut bekerja keras karena menyesuaikan dengan lingkungannya, demikian

sebaliknya. Meskipun semua tetap berasal dari kepribadian guru sendiri tetapi

secara tidak langsung lingkungan juga mempengaruhi bagaimana guru

melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Berbicara mengenai kompetensi guru,

sudah menjadi rahasia umum apabila guru yang bekerja lebih lama memiliki

pengalaman yang lebih banyak. Guru yang sudah lama berada di lingkungan

sekolah dinilai lebih memiliki pengetahuan dalam belajar mengajar, lalu guru

yang masih pemula atau baru membutuhkan pengalaman yang dia dapatkan dari

proses belajar mengajar. Pekerjaan apapun tentu akan menghasilkan pendapatan

bagi orang yang melaksanakannya, sama halnya dengan pekerjaan sebagai tenaga

pendidik yang akan mendapatkan penghasilan setelah melakukan tugas belajar

(18)

memotivasi guru dalam melaksanakan tugasnya, terutama dalam pembelajaran di

kelas.

Kompetensi profesional yang dimiliki guru dinilai dapat menunjang

kegiatan belajar mengajar dalam kelas. Hal ini sesuai dengan apa yang

diungkapkan oleh Uno (2008:70) bahwa “dalam kegiatan profesionalnya, guru

harus memiliki kemampuan untuk merencanakan program pembelajaran dan

kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran”. Pendapat ini diperkuat oleh

Mulyasa (2009b:141) yang menyatakan “guru yang memiliki kompetensi

profesional harus mampu memilah dan memilih serta mengelompokkan materi

pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik”. Berdasarkan kedua

pendapat tersebut terlihat bahwa seorang pendidik perlu memiliki kompetensi

profesional agar proses pembelajaran baik penyampaian materi maupun efektifitas

pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan perencanaan yang dibuat oleh guru.

Kemampuan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru salah satunya

dapat dilihat pada susunan bahan ajar, misalnya dengan membuat target

penyampaian materi. Hal itu sesuai yang diungkapkan oleh Uno (2008:45) yang

mengungkapkan bahwa “proses belajar dapat ditingkatkan apabila bahan ajar atau

tata cara yang akan dipelajarai tersusun dalam urutan yang bermakna, susunan dan

tatacara ini dapat membantu siswa dalam menggabungkan dan memadukan

pengetahuan atau proses secara pribadi”. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui

ketika siswa memperoleh materi secara tersusun atau disajikan dalam beberapa

(19)

dapat terlibat secara langsung dalam pembelajaran, yang nantinya akan ada umpan

balik antara guru dengan siswa.

Guru melakukan pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa tentu

membutuhkan waktu, seperti apa yang telah diungkapkan oleh Szestay (2004) “as

a teacher educator, i also wanted to understand better how to help beginner

teachers makesplit second decisions about when to stop an activity, or how to

respond to disruptive behaviour, for example”. Pendapat itu berarti Szestay

sebagai seorang guru juga ingin memahami bagaimana membantu guru pemula

untuk membuat suatu keputusan dalam kelas dan juga tentang bagaimana

mengatur suatu kegiatan pembelajaran, atau bagaimana menanggapi perilaku yang

dianggap mengganggu. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Parker

(2006) yaitu “practice teacher being responsible for encouraging and assessing

learning”, yang berarti dalam praktik pembelajaran guru lebih bertanggung jawab

dalam mendorong dan menilai pembelajaran. Kedua pendapat tersebut tentu

diperoleh dari pengalaman mereka dalam menerapkan pengetahuan dan

ketrampilan di dalam kelas. Katy dalam Zsestay (2004) menyatakan bagaimana

pengalaman guru:

for beginner teachers like myself everything can trigger re-ectionin-action, because everything is new. For example, noticing the extent to which a student is being challenged or how students are responding is important. But it’s also important to develop a kind of routine, so that a lot of this noticing becomes automatic and the lesson can go on smoothly.

Guru pemula memiliki tantangan untuk mengondisikan siswa dan tanggapan

siswa menjadi hal yang penting. Berdasarkan ungkapan tersebut tentu bahwa

(20)

pengalaman baik yang didapatkan di sekolah maupun yang dia dapatkan sendiri,

hal ini tentu terkait dengan bagaimana guru tersebut beradaptasi dengan organisasi

sekolah yang bersangkutan agar nantinya dapat memiliki kompetensi yang

dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar. Pendapat yang hampir sama juga

diungkapkan oleh Saondi dan Suherman (2010:45) “untuk menjalin

interaksi-interaksi yang melahirkan hubungan harmonis dan menciptakan kondisi yang

kondusif untuk bekerja diperlukan iklim kerja yang baik”. Pendapat ini diperkuat

oleh Librawati, dkk (2013) “dengan iklim kerja sekolah yang kondusif ini akan

mempengaruhi setiap warga sekolah terutama guru untuk lebih

mengaktualisasikan ide, kreativitas, inovasi, kerja sama, dan kompetisi yang sehat

dalam mengupayakan pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah yang telah

ditetapkan”. Guru mendapatkan kompensasi atas pekerjaan yang telah dilakukan.

Kompensasi tersebut tentu akan mendorong semangat guru dalam melaksanakan

tugasnya sehingga mampu mengembangkan siswa dalam pembelajarannya,

pendapat tentang penghasilan di pekerjaan seseorang diperkuat oleh Hadi (2006)

yang menyatakan “karena adanya upah yang sesuai dengan pekerjaannya, maka

akan timbul semangat dan gairah kerja yang semakin baik”, upah yang sesuai

dipandang dapat memotivasi guru akan tetap profesional dalam menjalankan tugas

mengajar di sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di SMK Kristen

Salatiga pada hari Jumat tanggal 16 Januari 2015 kepada Bu Yuheti dan Bu Maya,

beberapa guru di SMK Kristen masih menggunakan media seadanya dan ada pula

(21)

pembelajaran. Bu Yuheti menyatakan bahwa “tempat khusus praktek perkantoran

secara keseluruhan belum disediakan, guru agak kesulitan untuk praktik setiap

pelajaran produktif, namun guru tetap membuat mini kantor dalam kelas di akhir

semester”. Hal ini senada dengan Bu Maya yang menyatakan “setiap guru sudah

memaksimalkan penyampaian teori dalam kelas, begitupun untuk praktik

perkantoran sendiri dirasa sudah bagus namun kurang maksimal”. Ketika ditanya

mengenai bagaimana kompetensi profesional guru di sekolah, Bu Yuheti dan Bu

Maya menjawab “memang ada beberapa guru yang sudah maksimal, namun guru

lain tetap perlu lebih mengoptimalkam”. Hal ini berarti kompetensi profesional

sudah baik, namun ada yang belum maksimal. Hasil pengamatan proses

pembelajaran di kelas, seorang guru dalam menghadapi berbagai karakteristik

siswa di dalam kelas, dinilai sudah melakukan pemahaman tentang tingkah laku

siswa, guru perlu menekankan kepada karakteristik masing-masing siswa. Siswa

terlihat kurang bersemangat dalam pembelajaran ketika guru hanya menjelaskan

materi saja dengan kurang memaksimalkan penggunaan media pembelajaran.

Berdasarkan angket pendahuluan terkait kompetensi professional yang diberikan

kepada 10 responden, diketahui bahwa sebanyak 70% responden menyatakan

jarang menggunakan media pembelajaran saat mengajar, kemudian 50%

responden menyatakan setiap penyampaian materi seringkali menggunakan

metode ceramah saja karena dinilai cukup, selain itu sebanyak 70% responden

menyatakan bahwa dalam memberikan tugas jarang menggunakan berbagai

sumber. Pendidikan dan pelatihan juga dinilai cukup menunjang keprofesionalan,

(22)

mengikuti kegiatan diklat. Berdasarkan angket pendahuluan terkait kompetensi

professional guru diperoleh rata-rata skor sebesar 25,6 dan jika dipersentasekan

sebesar 64% dari skor total yang seharusnya.

Karakteristik dalam bekerja yang terdapat di sekolah diduga

mempengaruhi kompetensi guru khususnya kompetensi profesional guru,

misalnya guru yang selalu bertanya mengenai pergantian mata pelajaran dari

Kurikulum 2013 kembali ke KTSP secara tidak langsung seperti mengajak guru

yang ditanya untuk saling berdiskusi atau untuk sama-sama mencari hal yang

ditanyakan. SMK Kristen Salatiga terdiri dari beberapa guru dengan jenjang usia

yang berbeda-beda, guru dengan usia muda tentu saja juga masih baru dalam

mengajar sehingga pengalaman mengajar juga masih minim. Guru yang sudah

lama mengajar tentu sudah memiliki pengalaman mengajar yang memadai. Selain

itu, SMK Kristen Salatiga sebagai sekolah swasta yang mana gaji dikelola oleh

yayasan, tentu saja jumlah siswa yang bersekolah akan berpengaruh terhadap

kompensasi yang diterima oleh para guru di sekolah tersebut. Kompensasi yang

nantinya diterima guru tentu akan menambah motivasi guru dalam mengajar.

Penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2010) yang menyatakan bahwa

“terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman mengajar dengan

kompetensi profesional pada guru PKn di SMP Negeri Kabupaten Karanganyar”.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Librawati, dkk (2013) yang menyatakan

bahwa “terdapat determinasi yang signifikan antara iklim kerja terhadap kinerja

(23)

terhadap kinerja guru di SMA Negeri 2 Argamakmur Bengkulu Utara”. Penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2012) yaitu “terdapat kontribusi pengalaman kerja

guru secara signifikan terhadap kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten

Badung”.

Proses pembelajaran dinilai memerlukan kompetensi profesional guru, jika

guru berkompeten secara profesional tentu akan meningkatkan proses

pembelajaran menjadi lebih baik. Pengalaman mengajar yang dimiliki oleh guru,

kondisi iklim kerja sekolah serta kompensasi yang diperoleh guru dalam bekerja

diduga memiliki pengaruh terhadap kompetensi profesional guru. Berdasarkan

permasalahan, teori dan penelitian terdahulu yang diuraikan diatas, peneliti

berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH

PENGALAMAN MENGAJAR, IKLIM KERJA DAN KOMPENSASI

TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SMK KRISTEN

SALATIGA”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

ditentukanlah rumusan masalah untuk penelitian ini. Rumusan masalah yang ingin

dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah pengaruh pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi

terhadap kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga ?

2. Adakah pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi guru SMK

(24)

3. Adakah pengaruh iklim kerja terhadap kompetensi profesional guru di

SMK Kristen Salatiga ?

4. Adakah pengaruh kompensasi terhadap kompetensi profesional guru di

SMK Kristen Salatiga ?

5. Bagaimana pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi di SMK

Kristen Salatiga ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman mengajar, iklim kerja dan

kompensasi terhadap kompetensi profesional guru di SMK Kristen

Salatiga.

2. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi

profesional guru di SMK Kristen Salatiga.

3. Untuk mengetahui pengaruh iklim kerja terhadap kompetensi profesional

guru di SMK Kristen Salatiga.

4. Untuk mengetahui pengaruh kompensasi terhadap kompetensi profesional

guru di SMK Kristen Salatiga.

5. Untuk mengetahui bagaimana pengalaman mengajar, iklim kerja dan

kompensasi di SMK Kristen Salatiga.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

(25)

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

mengenai kompetensi profesional guru.

2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk lebih

mengetahui kompetensi yang dibutuhkan guru dalam pembelajaran agar

lebih mendalami saat penyampaian materi.

3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapan dapat digunakan sebagai bahan

(26)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kompetensi Profesional Guru

2.1.1 Standar Kompetensi Guru

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menjadi satu bagian penting

dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Proses dalam mewujudkan

sekolah yang mampu menjalankan tujuan pendidikan nasional itu dibutuhkan guru

yang berkompeten. Pengertian kompetensi sendiri telah dijelaskan dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

dijelaskan bahwa “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan keterampilan, dan

perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan”. Penjelasan tersebut menjelaskan bahwa

kompetensi guru sebagai kemampuan penting yang perlu dimiliki guru dalam

menjalankan tugasnya di sekolah. Pengertian ini senada dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Mulyasa (2009b:26) bahwa :

kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangn pribadi dan profesionalisme.

Kompetensi guru dapat menjadi gambaran umum tentang bagaimana guru

bertindak, Mulyasa (2009b:26) menyimpulkan bahwa “kompetensi mengacu pada

kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan;

(27)

untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas

pendidikan”. Berbagai penjelasan tentang kompetensi guru, dapat disimpulkan

bahwa guru diharapkan menjadi sosok profesional yang memiliki kemampuan,

kecakapan, dan ketrampilan. Kompetensi menjadi kemampuan yang harus

dimiliki oleh guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya di sekolah,

baik di lingkungan sekolah maupun di kelas.

2.1.2 Pengertian Kompetensi Profesional Guru

Proses pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan baik manakala

terdapat seorang pemimpin yang mampu mewujudkan kelas yang efektif.

Pemimpin yang bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar tentu bukanlah seseorang yang tidak memiliki kemampuan.

Mewujudkan pembelajaran yang efektif; baik tersampainya materi, pengelolaan

kelas, bahan dan media pembelajaran itu diperlukan profesionalitas seorang guru

yang terwujud dalam kompetensi profesional. Peraturan Pemerintah Nomor 19

tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3)

butir c mengemukakan bahwa “kompetensi profesional adalah kemampuan

penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam

Standar Nasional Pendidikan”. Pengertian tersebut menggambarkan bagaimana

peran guru dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif, baik dari segi materi

yang diajarkan maupun kemampuan menjelaskan materinya. Berbagai macam

mata pelajaran yang diajarkan di sekolah akan membawa siswa memiliki

(28)

(2008:69) menyatakan bahwa “kompetensi profesional artinya guru harus

memiliki pengetahuan yang luas dari subject matter (bidang studi) yang akan

diajarkan serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki konsep teoretis

mampu memilih metode dalam proses belajar mengajar”. Beberapa pengertian

tersebut menjelaskan bagaimana pentingnya seorang guru memiliki kompetensi

profesional yang nantinya akan diterapkan di kegiatan belajar mengajar.

Kompetensi profesional besar pengaruhnya terhadap kualitas dari guru itu

sendiri pada saat melakukan pembelajaran. Guru dituntut untuk mengembangkan

dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya agar dapat

mewujudkan kompetensi profesionalnya, karena guru tidak hanya bermodalkan

penguasaan materi saja tetapi harus pula memiliki kemampuan khusus pada saat

melakukan pembelajaran. Kompetensi profesional memang harus dimiliki guru

jika ingin mengembangkan peserta didiknya, apalagi jika mengajar di SMK yang

lulusan dari sekolah tersebut diharapkan perusahaan dan masyarakat sebagai

tenaga kerja yang kompeten di bidangnya. Tanggung jawab seorang guru terlihat

dari profesi yang diembannya, jiwa pendidik dalam diri guru perlu untuk

ditanamkan di diri guru yang diwujudkan dalam kompetensi profesional guru.

2.1.3 Profesionalisme Guru dalam Mengelola Materi Pembelajaran

Guru yang memiliki kompetensi profesional tentu perlu memahami

jenis-jenis materi pembelajaran, agar nantinya dalam memberikan pembelajaran dapat

tersampaikan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa serta sesuai pula dengan

kemampuan peserta didik. Uno (2008:45) mengungkapkan bahwa “proses belajar

(29)

dalam urutan yang bermakna”. Guru harus melakukan pemahaman mengenai

materi pembelajaran agar dapat digunakan guru sebagai acuan dalam menjelaskan

materi.

Kurikulum dalam pendidikan menuntut guru untuk memiliki kemampuan

mengelola materi serta memberikan informasi yang tepat. Kemampuan mengolah

materi diperlukan agar materi yang diberikan sesuai kebutuhan siswa. Pendapat

Mulyasa (2009b:142) bahwa “dalam setiap pengembangan materi pembelajaran

seharusnya memperhatikan apakah materi yang akan diajarkan itu sesuai/cocok

dengan tujuan dan kompetensi yang akan dibentuk”. Pemenuhan kebutuhan siswa

itu perlu dilakukan oleh guru dan tentunya perlu memiliki kemampuan dalam

menyajikan informasi agar siswa dapat mengikuti rencana pembelajaran yang

diberikan guru. Hal ini senada dengan pendapat Uno (2008:23) yang menyatakan

bahwa “guru hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori

belajar mengajar dari teori perkembangan hingga memungkinkan untuk

menciptakan situasi belajar yang baik”. Kemampuan pengelolaan materi yang

sudah dikuasai guru, tentu akan dapat menyesuaikan kemampuan siswa,

penyampaian yang mudah dan tepat itulah yang kemudian akan memudahkan

siswa dalam belajar dan memahami materi.

2.1.4 Profesionalisme Guru dalam Mendayagunakan Sumber dan Media

Pembelajaran

Pembelajaran disekolah tentu tidak hanya terpaku pada satu sumber saja,

informasi yang berkembang di masyarakat menuntut pengetahuan secara luas dan

(30)

tentu tidak hanya mengandalkan satu sumber saja, tetapi juga perlu membaca

beberapa sumber agar memiliki pengetahuan yang luas. Mulyasa (2009b:156)

menjelaskan bahwa “guru dituntut tidak hanya mendayagunakan sumber-sumber

pembelajaran yang ada di sekolah (apalagi hanya membaca buku ajar) tetapi

dituntut untuk mempelajari berbagai sumber, seperti majalah, surat kabar, dan

internet”. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa guru perlu memiliki beberapa

sumber agar dapat memberikan pemahaman kepada siswa terkait materi yang

diajarkan, contohnya seperti memberikan berita terbaru yang terjadi di Indonesia.

Selain itu, guru juga perlu menyampaikan materi dengan alat bantu atau media

pembelajaran. Teknologi yang berkembang tentu memudahkan bagi para guru

menerapkan media pembelajaran untuk kelancaran proses belajar mengajar. Uno

(2008:116) menjelaskan bahwa “kehadiran media tidak saja membantu pengajar

dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambah pada

kegiatan pembelajaran”, berarti guru profesional mampu menerapkan media

sesuai dengan materi yang akan diberikan ke siswa, karena dapat menambah

motivasi dan juga menambah ketertarikan siswa dalam belajar. Secara lebih

khusus, guru yang memiliki kompetensi profesional dapat memanfaatkan

kegunaan media pembelajaran sesuai perkembangan teknologi, seperti yang

diungkapkan oleh Mulyasa (2009b:107) bahwa “penggunaan teknologi dalam

pendidikan dan pembelajaran (e-learning) dimaksudkan untuk memudahkan atau

mengefektifkan kegiatan pembelajarn”. Fungsi media dan sumber pembelajaram

dari beberapa pendapat tersebut menguatkan bahwa keduanya tidak dapat

(31)

materi perlu diterapkan suatu rangsangan dari guru berupa media yang digunakan,

agar siswa dapat lebih mudah memahami dan lebih nyaman dalam belajar.

2.1.5 Profesionalisme Guru dalam Manajemen Kelas

Guru atau tenaga pendidik dalam menjalankan tugas profesionalnya

mempunyai kewajiban untuk membuat kegiatan belajar mengajar menjadi efektif,

oleh karena itu perlu adanya kemampuan mengelola kelas. Pentingnya

kemampuan tersebut dikuatkan oleh Mulyasa (2009b:78) bahwa “guru merupakan

seorang manajer dalam pembelajaran, yang bertanggung jawab terhadap

perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau perbaikan program

pembelajaran”. Melakukan pengelolaan kelas tentu perlu meningkatkan iklim

belajar siswa agar terjadi pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan.

Keterlibatan siswa tentu membantu guru dalam menciptakan iklim kelas yang

kondusif agar pembelajaran dapat berjalan, kemampuan melakukan manajemen

kelas inilah yang diharapkan ada pada diri guru.

2.1.6 Indikator Kompetensi Profesional Guru

Tanggung jawab dan profesi guru sebagai pemimpin di kelas tentu

menyelaraskan bahwa kompetensi profesional memiliki ruang lingkup, secara

umum dapat diidentifikasi dan disarikan tentang ruang lingkup kompetensi

profesional guru sebagai berikut Mulyasa (2009b:135):

1. Mengerti dan dapat menerapkanlandasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya;

2. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peeserta didik;

3. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya;

(32)

5. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan;

6. Mampu mengorganisasi dan melaksanakan program pembelajaran; 7. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik;

8. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.

Berdasarkan ruang lingkup kompetensi profesional tersebut akan

ditentukan indikator apa saja yang digunakan dalam menilai kompetensi

profesional guru.

Indikator kompetensi profesional guru dijelaskan lebih rinci oleh Mulyasa

(2009b:136) yang meliputi :

1. Memahami Standar Nasional Pendidikan.

2. Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 3. Menguasai materi standar.

4. Mengelola program pembelajaran. 5. Mengelola kelas.

6. Menggunakan media dan sumber pembelajaran. 7. Menguasai landasan-landasan kependidikan.

8. Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik. 9. Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah. 10.Memahami penelitian dalam pembelajaran.

11.Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran. 12.Mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan.

13.Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual.

Indikator kompetensi profesional guru sekolah berbasis kejuruan

dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar

Kualifikasi Akademik, menjelaskan Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru yang meliputi:

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keillmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.

3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

(33)

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.

Berdasarkan beberapa indikator yang dikemukakan oleh ahli dan tertuang

dalam undang-undang, setelah disesuaikan dengan melihat kondisi lapangan,

maka disusun indikator kompetensi profesional guru yang akan digunakan sebagai

berikut:

1. Menguasai dan mengelola materi pelajaran.

2. Mendayagunakan sumber dan media pembelajaran.

3. Melakukan manajemen pengelolaan kelas secara efektif.

4. Mengembangkan teori, konsep dan landasan kependidikan.

5. Menguasai dan memahami administrasi sekolah.

2.2 Pengalaman Mengajar

2.2.1 Pengertian Pengalaman Mengajar

Seorang guru tentu tidak hanya dilihat dari kemampuan dan prestasi saja,

namun juga pengalaman kerja atau pengalaman mengajar yang dia peroleh dalam

membentuk kematangan dan kemantapan perilaku guru tersebut.Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, pengalaman artinya yang pernah dialami (dijalani,

dirasai, ditanggung, dan sebagainya), dan mengajar artinya memberi pelajaran.

Pengalaman mengajar berarti proses pemberian pelajaran yang telah guru alami

dari awal menjadi seorang tenaga pendidik.

(34)

Berdasarkan kedua pengertian tersebut, maka salah satu pengertian

pengalaman mengajar adalah masa kerja seorang tenaga pendidik dalam

melakukan pemberian pelajaran kepada siswa. Semakin lama pengalaman

seseorang guru, maka dipandang memiliki kematanganpribadi dalam menjalankan

tugas-tugas yang dipercaya kepadanya, sehingga kemungkinan untuk berhasil

dalam menjalankan tugas akan lebih besar. Hal ini seperti yang dikatakan oleh

Mulyasa (2009b:28) bahwa “dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, guru dapat

diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey), yang berdasarkan

pengetauan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan

itu”. Setiap guru tentu memiliki pengalaman yang berbeda-beda, semakin lama

guru berada di dunia pendidikan akan makin besar pula pengalaman yang guru

miliki. Saondi dan Suherman (2010:111) menjelaskan bahwa “tanpa kesanggupan

untuk menarik pelajaran dari pengalamannya, seseorang tidak akan mengalami

proses kemajuan dan pematangan dalam pekerjaannya”. Pendapat tersebut berarti

profesionalisme guru dari pengalamannya selama mengajar akan berkembang jika

guru memiliki kesanggupan mengambil pelajaran dari setiap pembelajaran yang

guru lakukan.

2.2.2 Fungsi dan Tujuan Pengalaman Mengajar

Pengalaman dalam semua kegiatan sangat diperlukan, karena experience

is the best teacher, yang artinya pengalaman merupakan guru yang terbaik. Guru

sebagai pelaksana proses belajar mengajar tentu pernah mengalami suatu masalah

dalam mengajar. Selama mengajar tentu guru akan menemukan hal-hal baru, jika

(35)

memberi pelajaran yang berarti bagi guru itu sendiri. Pendapat oleh Saondi dan

Suherman (2010:111) yang menyatakan “profesionalisme memerlukan

kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman

dan kebiasaan”. Pengalaman yang diperoleh guru sangat beragam, masalah

-masalah yang dihadapi guru sebagai pendidik tentu akan mendorong guru mencari

jalan keluar untuk menyelesaikannya, dari pengalaman guru menghadapi masalah

tersebut akan meningkatkan profesionalisme guru. Guru diharapkan terus

mengembangkan pengalaman mengajar, hal ini diimbangi dengan manajemen

sumber daya manusia di sekolah yang juga perlu memperhatikan pengalaman

yang guru miliki. Wukir (2013:31) menjelaskan bahwa “seleksi, penempatan dan

pelatihan staff harus diprioritaskan untuk memastikan tercapainya kinerja yang

maksimum dari pegawai”. Maksudnya adalah jika sekolah menginginkan guru

yang kompeten dibidangnya, tentu pengalaman guru perlu untuk ditingkatkan,

upaya sekolah untuk meningkatkan pengalaman guru dengan memperhatikan

manajemen sumber daya manusia. Pengalaman yang dimiliki guru juga nantinya

akan membantu bagi guru lain, terutama guru pemula yang perlu bimbingan dari

guru senior di sekolah.

2.2.3 Indikator Pengalaman Mengajar

Pengalaman kerja guru atau pengalaman mengajar menjadi sebuah

pemahaman dari guru terhadap hal-hal yang dialami dalam mengajar, sehingga

hal-hal yang dialami tersebut telah dikuasainya, baik mengenai pengetahuan serta

ketrampilan pada diri guru. Apabila dalam mengajarguru menemukan hal-hal

(36)

mendapatkan tambahan pengetahuan dan ketrampilan tentang bidang kerjanya.

Pengalaman mengajar memiliki dua indikator, pendidikan dan pelatihan serta

masa kerja/lama mengajar.

a. Pendidikan dan pelatihan

Seseorang akan memiliki kemampuan yang baik bila dia terus dididik dan

dilatih, sama halnya dengan guru. Guru yang telah memiliki pendidikan yang

matang dan pelatihan lapangan, tentu memiliki kematangan dalam mengajar.

Pendapat tentang pengalaman mengajar dikemukakan oleh Wukir (2013:90) yang

menjelaskan “pengalaman merupakan pelatihan dan pengembangan yang

diperoleh dari pekerjaan sebelumnya yang diperlukan sebagai kualifikasi di posisi

tersebut”. Pendapat tersebut senada dengan penjelasan pendidikan dan pelatihan

guru menurut Muslich (2007:13) yaitu “pengalaman dalam mengikuti kegiatan

pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan/ atau peningkatan

kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada tingkat

kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional maupun internasional”. Pendapat

pertama menjelaskan bahwa seorang guru yang berpengalaman tentu telah

mendapat pelatihan dan pengembangan yang guru dapatkan dari pengalaman

mengajarnya dari awal. Lalu pendapat kedua menjelaskan pengalaman dan

pendidikan yang diperoleh seorang guru akan menggambarkan bagaimana guru

tersebut berkompeten dibidangnya. Kedua pendapat tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa semakin banyak guru mendapatkan pendidikan dan pelatihan

keguruan, maka semakin matang pula guru tersebut dalam menjalankan tugas

(37)

b. Masa kerja/lama mengajar

Pengalaman mengajar guru juga termasuk dalam syarat sertifikasi guru,

guru dalam mencapai kualifikasi keprofesionalan tercantum dalam pasal 2,

Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam

Jabatan, yakni:

Penilaian portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan:kualifikasi akademik;pendidikan dan pelatihan; pengalaman mengajar; perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran;penilaian dari atasan dan pengawas;prestasi akademik;karya pengembangan profesi;keikutsertaan dalam forum ilmiah;pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; danpenghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

Penjelasan lebih rinci dari komponen 3 (pengalaman mengajar) dalam

permendiknas oleh Muslich (2007:44) yang menyatakan bahwa “komponen 3 ini

berkaitan dengan masa kerja guru, yaitu masa ketika guru melakukan tugas

profesionalnya”. Maksudnya adalah pengalaman mengajar guru dapat dilihat dari

berapa lama guru tersebut mengajar, masa kerja/lama mengajar guru tersebut

ditunjukkan melalui waktu yang diberikan guru untuk menyampaikan materi ke

peserta didik.

2.3 Iklim Kerja

2.3.1 Sekolah sebagai Organisasi di Bidang Pendidikan

Sekolah menjadi tempat bekerja para guru, mereka berkumpul dalam satu

organisasi dan memiliki tujuan yang sama dalam mencerdaskan kehidupan

bangsa, karena memiliki tujuan yang sama maka sekolah dapat dikatakan sebagai

(38)

suatu sistem perserikatan formal dari dua orang atau lebih yang bekerja sama

untuk mencapai tujuan tertentu”. Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa

sekolah menjadi organisasi yang bergerak dibidang pendidikan, sebagai sebuah

organisasi tentu terjadi saling interaksi antar anggota di sekolah tersebut, interaksi

yang terjadi di sekolah akan membuat iklim kerja yang baik dan efektif. Para guru

berperan penting dalam kebermanfaatan organisasi sekolah, diharapkan para guru

akan profesional dalam menciptakan suasana kerja yang baik.

Secara umum manfaat yang diberikan oleh organisasi di bidang

pendidikan antara lain (Wukir, 2013:10) :

1. Menjaga level inovasi dan tetap kompetitif.

2. Menjadi lebih baik untuk menghadapi tekanan individu.

3. Mempunyai pengetahuan untuk menghubungkan sumber daya dengan kebutuhan pelanggan secara lebih baik.

4. Memperbaiki kualitas output pada semua level

5. Memperbaiki image perusahaan dengan lebih berorientasi kepada manusia.

6. Meningkatkan kecepatan perubahan dalam organisasi.

Sekolah menjadi sebuah organisasi di bidang pendidikan, tentu perlu

adanya kondisi yang baik agar dapat mendukung untuk tercapainya tujuan

tersebut. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Mulyasa (2009a:76) yang

menyatakan bahwa “lingkungan yang kondusif merupakan tulang punggung dan

faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses belajar,

sebaliknya lingkungan yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan

dan rasa bosan”. Pendapat tersebut menjelaskan bagaimana pentingnya

lingkungan yang kondusif. Guru perlu memiliki iklim kerja yang baik, jika para

guru memiliki hubungan yang baik dalam bersosialisasi dan bekerja, tentu dapat

(39)

2.3.2 Pengertian Iklim Kerja Sekolah

Sekolah sebagai tempat berkumpulnya guru, murid dan karyawan sekolah,

muncul berbagai macam karakteristik manusia yang ada di dalamnya, mereka

saling berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain, tak terkecuali para guru

yang bekerja di sekolah tersebut. Para guru juga saling melakukan interaksi

kepada sesama guru dalam bekerja.

Saondi dan Suherman (2010:45) menjelaskan bahwa iklim kerja adalah hubungan timbal balik antara faktor-faktor pribadi, sosial dan budaya yang memengaruhi setiap individu dan kelompok dalam lingkungan sekkolah yang tercermin dari suasana hubungan kerja sama yang kondusif antara kepala sekolah dengan guru, antara guru dengan guru lain, antara guru dengan pegawai sekolah dan keseluruhan komponen itu harus menciptakan hubungan dengan peserta didik sehingga tujuan pendidikan dan pengajaran tercapai.

Jadi dari pengetian tersebut, iklim kerja adalah hubungan timbal balik dari setiap

individu yang mempengaruhi suasana hubungan kerja dari setiap warga sekolah

tersebut.

Pentingnya iklim kerja sekolah dijelaskan oleh Mulyasa (2009a:86)

bahwa “kemandirian guru dan kepala sekolah yang akan bermuara pada

pembelajaran yang efektif dan menyenangkan perlu ditunjang oleh iklim sekolah

(school climate)”. Pendapat ini diperkuat oleh Saondi dan Suherman (2010:47) bahwa “terbentuknya iklim yang kondusif pada tempat kerja dapat menjadi faktor

penunjang bagi peningkatan kinerja sebab kenyamanan dalam bekerja membuat

guru berpikir dengan tenang dan terkonsentrasi hanya pada tugas yang sedang

dilaksanakan”. Kedua pengertian tersebut menjelaskan bagaimana pentingnya

iklim kerja bagi pekerjaan sebagai seorang tenaga pendidik, jika rekan-rekan guru

(40)

didukung oleh kenyamanan lingkungan, maka akan menimbulkan dampak positif

bagi sekolah.

2.3.3 Fungsi Iklim Kerja Sekolah

Suasana kerja di organisasi sekolah diharapkan akan membawa suasana

kerja yang baik bagi para guru. Mulyasa (2009a:235) menjelaskan bahwa

“hubungan interpersonal sesama guru di sekolah dapat mempengaruhi kualitas

kinerja guru, karena motivasi kerja dapat terbentuk dari interaksi dengan

lingkungan sosial disekitarnya, disamping hasil perubahan yang bersifat fisik,

seperti suasana kerja, dan kondisi fisik gedung sekolah”. Pendapat tersebut

menggambarkan bagaimana pentingnya iklim yang baik diantara para guru,

kinerja guru dapat meningkat jika para guru memiliki semangat dan motivasi

bekerja. Semangat kerja dalam mengajar akan timbul jika para guru memiliki

motivasi kerja. Contohnya, dalam menghadapi karakteristik murid yang

bermacam-macam, beberapa guru mengajak untuk mengikuti pelatihan dan terus

berdiskusi dengan kepala sekolah agar mendapatkan masukan yang efektif dalam

mengatur berbagai macam karakteristik siswa. Iklim kerja guru yang baik dan

harmonis dijelaskan kembali oleh Saondi dan Suherman (2010:34) yang

menyatakan bahwa “kinerja guru akan meningkat seiring adanya kondisi

hubungan dan komunikasi yang sehat diantara komponen sekolah sebab dengan

pola hubungan dan komunikasi yang lancar dan baik mendorong pribadi

seseorang untuk melakukan tugas dengan baik”, maksudnya adalah jika para guru

memiliki hubungan yang baik dalam bekerja, tentu profesionalisme guru dapat

(41)

dihadapi dalam pembelajaran. Saondi dan Suherman (2010:45) menyatakan

bahwa “untuk menjamin interaksi-interaksi yang melahirkan hubungan harmonis

dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk bekerja, diperlukan iklim kerja

yang baik”. Guru bukanlah manusia yang mampu mengatasi segala permasalahan

pendidikan seorang diri, namun jika permasalahan tersebut dikonsultasikan

dengan guru lain maka dapat membantu mengatasi berbagai permasalahan.

Suasana kerja para guru di sekolah diharapkan tetap dalam kondisi yang baik agar

dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran yang optimal.

2.3.4 Indikator Iklim Kerja Sekolah

Iklim kerja tentu mendukung perasaan senang guru dalam menjalankan

profesi kependidikannya, indikator pengukuran iklim kerja sekolah dijelaskan

oleh Owens dalam Saondi dan Suherman (2010:46) bahwa faktor-faktor penentu

iklim organisasi sekolah adalah :

1. Ekologi, yaitu lingkungan fisik seperti gedung, bangku, kursi, alat elektronik, dll.

2. Milieu, yaitu hubungan sosial.

3. Sistem sosial, yakni ketatausahaan, pengorganisasian, pengambilan keputusan dan pola komunikasi.

4. Budaya, yakni nilai-nilai kepercayaan, norma, dan cara berfikir orang-orang dalam organisasi.

2.4 Kompensasi

2.4.1 Pengertian Kompensasi

Pekerjaan apapun yang dilakukan seseorang tentu akan menghasilkan

pendapatan untuk kebutuhan hidup, begitupun dengan pekerjaan sebagai seorang

pendidik. Pekerjaan sebagai tenaga pendidik tentu perlu mendapat balas jasa agar

(42)

jasa atau kompensasi ini juga dapat memenuhi kebutuhan hidup guru dan

keluarganya. Hasibuan (2010:118) menjelaskan bahwa “kompensasi adalah semua

pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang

diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan”,

berdasarkan pendapat ini jika dilihat dari pekerjaan seorang guru tentu dapat

diketahui bahwa kompensasi diberikan kepada guru atas jasa yang diberikan

dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai seorang pendidik. Kompensasi yang

diberikan diharapkan nantinya menjadi semangat bagi guru. Notoatmodjo

(2003:153) mengatakan bahwa “apabila kompensasi diberikan secara tepat dan

benar para karyawan akan memperoleh kepuasan kerja dan termotivasi untuk

mencapai tujuan-tujuan organisasi”. Pendapat tersebut menjelaskan bagaimana

pentingnya kompensasi yang akan diberikan kepada karyawan, dalam hal ini

tenaga pendidik atau guru. Kompensasi yang telah diberikan sekolah tentu

diharapkan dapat meningkatkan kerja guru baik dalam proses belajar mengajar

maupun dalam profesi keguruan. Selain itu, kompensasi juga diduga sebagai salah

satu faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional guru dalam mengajar.

Wukir (2013:20) menjelaskan bahwa “meningkatnya produktivitas bisa dicapai

sebagai hasil dari semangat yang tinggi, yang dipengaruhi oleh jumlah pekerja

dan perhatian yang diberikan pada pekerja”. Maksud dari perhatian yang

diberikan tentu terkait dengan kompensasi. Hal ini senada dengan pendapat

Notoatmodjo (2003:154) yang menjelaskan bahwa “kerena program-program

kompensasi adalah merupakan pencerminan supaya organisasi itu untuk

(43)

organisasi sekolah tentu dapat disimpulkan bahwa tujuan sekolah memberikan

kompensasi kepada guru juga dipandang sebagai salah satu cara dalam menjaga

agar guru lebih produktif dan tetap konsisten dalam menjalankan profesi

keguruannya, kompensasi penting bagi organisasi sekolah dalam mempertahankan

para guru tetap produktif.

2.4.2 Asas-asas Kompensasi

Pemberian kompensasi kepada guru tentu perlu memiliki prinsip agar

pemberiannya tepat dan dapat sesuai rencana sekolah. Asas-asas tersebut

dijelaskan oleh Hasibuan (2010:122) sebagai berikut:

1. Asas adil

Besarnya kompensasi yang dibayar kepada setiap karyawan harus disesuaikan dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan, resiko pekerjaan, tanggung jawab, jabatan pekerja, dan memenuhi persyaratan internal konsistensi.

2. Asas layak dan wajar

Kompensasi yang diterima karyawan dapat memenuhi kebutuhan pada tingkat normatif yang ideal. Tolok ukur layak adalah relatif, penetapan besarnya kompensasi didasarkan atas batas upah minimal pemerintah dan eksternal konsistensi yang berlaku.

Guru mendapatkan kompensasi bukan tanpa perhitungan, berdasarkan asas-asas

tersebut dapat diketahui bahwa bukan berarti setiap guru mendapatkan

kompensasi yang sama besarnya, adil yang dimaksud adalah setiap guru

mendapatkan kompensasi yang sesuai dilihat berdasarkan jam mengajar, jabatan

atau keikutsertaan menjadi pendamping ekstrakulikuler dan lain sebagainya. Pihak

sekolah tentu memantau dan menyesuaikan kompensasi yang akan diberikan

kepada guru, tujuannya agar guru yang qualified dapat terus mengembangkan

kemampuannya, dan bagi guru yang kurang dapat meningkatkan kemampuannya

(44)

2.4.3 Tujuan Sistem Kompensasi

Kompensasi diberikan kepada guru agar guru semangat dalam bekerja,

dalam pemberian kompensasi tentu perlu adanya perencanaan yang baik pula.

Wukir (2013:85) menjelaskan bahwa sistem kompensasi yang baik akan memberikan kepuasan pada karyawan dan memungkinkan perusahaan memperoleh, mempekerjakan, dan mempertahankan kayawan. Bagi organisasi, kompensasi juga memiliki arti pentind karena kompensasi mencerminkan upaya organisasi dalam mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan karyawannya.

Sekolah sebagai suatu organisasi yang memiliki tenaga kependidikan tentu perlu

mengatur dan mengelola kompensasi yang diberikan kepada para guru. Tujuan

dengan diadakannya kompensasi dijelaskan oleh Notoatmodjo (2003:154)

menjadi 6 tujuan, antara lain:

a. Menghargai prestasi kerja b. Menjamin keadilan

c. Mempertahankan karyawan

d. Memperoleh karyawan yang bermutu e. Pengendalian biaya

f. Memenuhi peraturan-peraturan

Tujuan-tujuan yang telah disebutkan diatas dapat dijelaskan kembali bahwa

kompensasi mempunyai tujuan yang baik bagi organisasi sekolah. Kompensasi

menghargai prestasi kerja bagi guru yang berkompeten, menjamin keadilan bagi

guru yang konsisten terhadap keprofesionalannya, mempertahankan guru yang

kompeten untuk tetap bekerja di sekolah tersebut, memperoleh calon guru yang

profesional karena melihat guru di sekolah tersebut berkompeten, mengendalikan

biaya yang dikeluarkan sekolah untuk menmberikan gaji kepada para guru, dan

(45)

2.4.4 Indikator Kompensasi

Kompensasi yang diberikan oleh sekolah kepada guru dapat dilihat dari

kinerja dan performa guru tersebut. Hasibuan (2010:118) membagi kompensasi

menjadi dua bentuk, yaitu : Kompensasi berbentuk uang, artiya kompensasi

dibayar dengan sejenis uang kartal kepada karyawan bersangkutan. Kompensasi

berbentuk barang, artinya kompensasi dibayar dengan barang. Misalnya

kompensasi dibayar 10% dari produksi yang dihasilkan.

Kompensasi dibedakan menjadi dua yaitu: kompensasi langsung (direct

compensation) berupa gaji, upah dan upah insentif; kompensasi tidak langsung

(indirect compensation atau employee welfare atau kesejahteraan karyawan),

dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Gaji adalah balas jasa yang dibayarkan secara periodik kepada karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang pasti. Maksudnya, gaji akan tetap dibayarkan walaupun pekerja tersebut tidak masuk kerja.

2. Upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada pekerja harian dengan berpedoman atas perjanjian yang disepakati membayarnya.

3. Upah insentif adalah tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu yang prestasinya di atas prestasi standar. Upah insentif ini merupakan alat yang dipergunakan pendukupng prinsip adil dalam pemberian kompensasi.

4. Benefit atau service adalah kompensasi tambahan (finansial atau nonfinansial) yang akan diberikan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan terhadap semua karyawan dalam usaha untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Seperti tunjangan hari raya, uang pensiun, pakaian dinas, kafetaria, mushala, olahraga, dan darmawisata.

(Hasibuan, 2010:118)

Kompensasi langsung merupakan bayaran yang diperoleh seseorang dalam bentuk

gaji pokok, insentif, bonus, uang transport, uang lembur. Kompensasi tidak

langsung merupakan semua imbalan yang tidak termasuk dalam kompensasi

(46)

pemberian fasilitas dan berbagai tunjangan tidak langsung lainnya (Wukir,

2013:87).

Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005

pasal 15 ayat (1), mengemukakan bahwa penghasilan yang menjadi hak guru

antara lain :

1. Gaji pokok adalah satuan penghasilan yang ditetapkan berdasarkan pangkat, golongan dan masa kerja.

2. Tunjangan yang melekat pada gaji adalah tambahan penghasilan sebagai komponen kesejahteraan yang ditentukan berdasarkan tanggungan keluarga.

3. Tunjangan khusus adalah tunjangan yang diberikan kepada guru sebagai kompensasi atas kesulitan hidup yang dihadapi dalam melaksanakan tugas di daerah khusus.

4. Maslahat tambahan adalah tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk asuransi, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain.

Kompensasi yang diterima guru sebagai tenaga pendidik sangat bervariasi, bukan

hanya dari gaji saja. Berdasarkan indikator-indikator yang telah dijelaskan oleh

beberapa ahli dan undang-undang, maka dengan melihat kondisi di lapangan,

indikator yang digunakan untuk mengukur kompensasi sebagai berikut:

1. Kompensasi langsung, yaitu gaji dan upah insentif.

2. Kompensasi tidak langsung, yaitu benefit/service.

2.5 Penelitian yang Relevan

1. Hana Yuliyani (2010) menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara pengalaman mengajar dengan kompetensi profesional pada guru

PKn di SMP Negeri Kabupaten Karanganyar dengan rx1y0,3132 > rtabel0,279 pada

(47)

2. Nurul Astuti Yensi. B (2010) menunjukkan hasil bahwa secara simultan

terdapatpengaruh yang signifikan kompensasi danmotivasi terhadap kinerja guru

di SMANegeri 2 Argamakmur BengkuluUtara (R2 = 45%).

3. Suryani (2012) menunjukkan hasil bahwa terdapat kontribusi iklim kerja

sekolah secara signifikan terhadap kinerja guru pada SMA Negeri di Kabupaten

Badung, dengan kontribusi sebesar 47,9% dan sumbangan efektif sebesar 19,1%.

2.6 Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir adalah merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting (Sekaran dalam Sugiyono, 2013:91). Kerangka berfikir

menjadi alur fikir yang digunakan dalam penelitian ini, menjelaskan permasalahan

tentang kompetensi profesional guru. Pengalaman mengajar, iklim kerja dan

kompensasi juga dijelaskan kembali dalam kerangka berfikir ini. Pengalaman

mengajar merupakan masa kerja atau lama mengajar yang dilakukan guru dalam

menjalankan profesinya. Iklim kerja merupakan suasana kerja sebuah organisasi

berdasarkan hubungan timbal balik yang terjadi. Kompensasi merupakan hasil

yang didapat dari karyawan atau guru dalam pekerjaannya. Berdasarkan hasil

penelitian oleh peneliti sebelumnya dan telah dibahas di latar belakang, terlihat

bahwa pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi akan menunjang kinerja

guru. Indikator kinerja guru sendiri terdapat empat indikator yaitu kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik, dan kompetensi

profesional. Salah satu dari indikator kinerja guru tersebut diambil untuk dijadikan

(48)

penelitian sebelumnya yaitu peneliti lebih memfokuskan pada kompetensi

profesional yang ada pada guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Kompetensi

profesional guru penting untuk dimiliki guru dalam mengembangkan peserta

didiknya, oleh karena itu dipilih beberapa variabel yang diduga mempengaruhi

kompetensi profesional, kemudian ingin dilihat seberapa besar pengaruhnya

terhadap kompetensi profesional guru. Variabel bebas berupa pengalaman

mengajar, iklim kerja dan kompensasi yang akan diteliti seberapa besar

pengaruhnya secara parsial terhadap variabel terikat, yaitu kompetensi profesional

guru di SMK Kristen Salatiga. Selain itu dalam penelitian ini juga melihat

bagaimana pengaruhnya variabel independen berupa pengalaman mengajar, iklim

kerja dan kompensasi secara simultan terhadap variabel dependennya yaitu

kompetensi profesional guru di SMK Kristen Salatiga.

Penentuan indikator diambil dari kesimpulan beberapa sumber. Hal ini

bertujuan agar menyesuaikan dengan kondisi lapangan. Sumber yang menjadi

acuan dalam menentukan indikator pengalaman mengajar disimpulkan dari

Muslich (2007) dan Permendiknas No. 18 Tahun 2007. Sumber yang menjadi

acuan dalam menentukan indikator iklim kerja disimpulkan dari Saondi dan

Suherman (2010). Sumber yang menjadi acuan dalam menentukan indikator

kompensasi diambil dari Hasibuan (2010), Wukir (2013) dan UU No. 14 Tahun

2006. Sumber yang menjadi acuan dalam menentukan indikator kompetensi

profesional guru disimpulkan dari Mulyasa (2009) dan Permendiknas No.16

(49)

Berdasarkan uraian tersebut, kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan didalam bentuk

kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2013:96). Berdasarkan landasan teori dan

kerangka berfikir di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Ada pengaruh pengalaman mengajar, iklim kerja dan kompensasi terhadap

(50)

H2 : Ada pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi profesional guru di

SMK Kristen Salatiga.

H3 : Ada pengaruh iklim kerja terhadap kompetensi profesional guru di SMK

Kristen Salatiga.

H4 : Ada pengaruh kompensasi terhadap kompetensi profesional guru di SMK

Gambar

Tabel 3.1 Rencana penilaian (scoring) Jawaban Responden
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Tabel 3.6 Perhitungan pada Analisis Deskriptif
Tabel 4.1 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Pengalaman Mengajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dalam kerangka pengembangan Kawasan Pesisir di Indonesia secara garis besar sudah di terapkan, walaupun

Perusahaan mencatat pertumbuhan negatif untuk pendapatan sebesar 0,5% terhadap periode yang sama pada tahun sebelumnya, dengan membukukan pendapatan konsolidasian sebesar

Dari sebuah penelitian pada orang dengan kognisi normal berusia 62-100 tahun, disimpulkan bahwa kemampuan proses belajar (learning) atau perolehan (acquisition)

5.5 Menyusun kebutuhan dan penyediaan alat tulis kantor sesuai dengan ketentuan untuk kelancaran pelaksanaan tugas;.. 5.6 Melakukan inventarisasi BMN sesuai

Menerima, mencatat, memproses, dan mengelola dokumen keuangan di lingkungan Universitas/Unit Kerja sesuai dengan ketentuan untuk kelancaran pelaksanaan tugas.. Menerima

discourse analysis (CDA) to raise EFL university students' critical language.. awareness

Pada Penulisan Ilmiah ini penulis akan membuat perancangan website mengenai penjualan produk Hammer secara online dengan menggunakan PHP dan Macromedia Dreamwever 8, dimana

IKO PRATAMA : Analisis Vegetasi dan Pendugaan Cadangan Karbon di Kawasan Hutan Cagar Alam Lembah Harau Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat, dibimbing oleh Delvian dan Kansih