• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kedisiplinan Belajar Melalui Bimbingan Kelompok Teknik Role Play Siswa Kelas X Teknik Permesinan SMK Negeri 2 Salatiga T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kedisiplinan Belajar Melalui Bimbingan Kelompok Teknik Role Play Siswa Kelas X Teknik Permesinan SMK Negeri 2 Salatiga T1 BAB II"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Kedisiplinan Belajar

2.1.1 Pengertian Kedisiplinan Belajar

Kedisiplinan adalah kata sifat yang berasaldari kata dasar “disiplin”dan mendapat imbuhan ke-an. Sedangkan kedisiplinan belajar merupakan gabungan dua kata yakni disiplin dan belajar dimana kedua kata tersebut memiliki arti masing-masing.Untuk mengetahui makna kata tersebut, berikut ini akan dijelaskan pengertian disiplin danbelajar menurut beberapa ahli.

Secara etimologis, istilah disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang menunjuk pada kegiatan belajar dan mengajar. Dalam bahasa Inggris “Discipline” yang berarti: tertib, taat, atau mengendalikan tingkahlaku, penguasaandiri, kendalidiri; latihan membentuk, meluruskan, atau menyempurnakan sesuatu sebagai kemampuan mental atau karakter moral; hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; kumpulan atau sistem peraturan-peraturan bagi tingkahlaku (MacMillan Dictionary dalamTu’u, 2004).

Soegeng Prijodarminto dalam Tu’u (2004) memberi arti disiplin sebagai kondisi yang

terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan keluarga, pendidikan, dan pengalaman.

Rachman dalam Tu’u (2004) yang mengartikan disiplin sebagai upaya mengendalikan

diri dan sikap mental individu dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. Tu’u(2004) merumuskan disiplin sebagai sikap seseorang dalam mengikuti dan

(2)

Karen aadanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna untuk kebaikan dan keberhasilan seseorang. Disiplin dapat muncul karena adanya rasa takut, tertekan, terpaksa dan adanya dorongan dari luar dirinya. Kedisiplinan juga sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku.

Selanjutnya, akan dijelaskan tentang pengertian belajar menurut beberapa ahli, seperti Gagne (dalam Dahar, 2006), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya.

Sedangkan menurut Slameto (2003), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang dengan sadar, melalui latihan hidup teratur, pengajaran, pendidikan dan pembinaan dari keluarga dalam hal ini orang tua, dan guru di sekolah untuk mengikuti dan menaati peraturan, nilai, hukum atau tata tertib yang berlaku untuk memperoleh perubahan perilaku dalam dirinya. Perilaku tersebut dapat berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikapnya. Disiplin tidak hanya mengikuti dan menaati aturan, melainkan meningkat menjadi disiplin berpikir yang mengatur serta mempengaruhi seluruh aspek individu termasuk prestasi belajar siswa.

2.1.2. Perlunya Kedisiplinan Belajar

Kedisiplinan diperlukan oleh siapapun dan dimanapun seseorang berada, termasuk seorang siswa. Bohar Soeharto dalam Tu’u (2004) mengatakan bahwa pada dasarnya semua

(3)

dikembangakan dan diterapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen, akan berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku siswa. Seorang siswa harus disiplin dalam menaati tata tertib di sekolah, disiplin dalam belajar dan mengerjakan tugas baik di rumah maupun di sekolah, agar mencapai hasil yang optimal. Disiplin dapat mendorong siswa belajar secara konkret dalam praktik hidup di sekolah serta menata perilaku seseorang dalam hubungannya di tengah-tengah lingkungannya.

Maman Rachman dalam Tu’u (2004) menyebutkan bahwa disiplin sangat penting bagi para siswa, yaitu untuk: (1) Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang (2) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan (3) Menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan siswa terhadap lingkungannya (4) Mengatur keseimbangan keinginan siswa satu dan siswa lainnya (5) Menjauhi siswa yang melakukan hal-hal yang dilarang sekolah (6) Mendorong siswa melakukan perbuatan yang baik dan benar (7) Belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi diri siswa dan lingkungannya.

Jadi, disiplin berperan penting dalam pembentukan dan perubahan perilaku seseorang. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan kedisiplinan, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar dan bekerja kelak.

2.1.3. Fungsi Kedisiplinan Belajar

(4)

Fungsi disiplin menurut Tu’u (2004)diantaranya: (1) Menata kehidupan bersama,

yaitu mengatur tata kehidupan manusia dalam masyarakat tertentu, sehingga hubungan antar individu terjalin dengan baik (2) Membangun kepribadian seseorang, dimana kepribadian adalah keseluruhan tingkah laku dan pola hidup yang tercermin dalam perkataan dan perbuatan sehari-hari. Dengan disiplin, seseorang dibiasakan untuk mengikuti, mematuhi dan menaati aturan yang berlaku dengan penuh kesadaran dalam dirinya, dan akhirnya menjadi bagian dalam kehidupannya sehari-hari (3) Melatih kepribadian seseorang, dimana dalam membentuk kepribadian yang tertib, teratur, taat dan patuh diperlukan suatu latihan, pembinaan, pembiasaan diri, usaha yang gigih bahkan dengan tempaan keras (4) Pemaksaan, dimana seseorang dipaksa untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan seseorang itu berada (5) Hukuman yang merupakan ancaman atau sanksi atas pelanggaran tata tertib. Hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan siswa untuk menaati dan mematuhi peraturan. Tanpa ancaman/sanksi, dorongan untuk mengikuti aturan menjadi lemah (6) Menciptakan lingkungan yang kondusif, yakni lingkungan yang aman, tenang, tenteram, tertib dan teratur sehingga dapat mendukung proses kegiatan pendidikan dengan lancar.

Kedisiplinan siswa harus ditangani, dibina dan dilatih agar siswa dapat mendisiplinkan diri dalam kehidupannya. Pemahaman kedisiplinan dalam diri siswa, tidak akan berhasil dengan cara pemaksaan dan pembiasaan secara mekanis. Siswa tersebut harus dapat merasakan sendiri apakah di dalam suatu peraturan terdapat sesuatu yang menentukan bahwa dia harus mematuhinya dengan sukarela.

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Membentuk Kedisiplinan

(5)

akan tercipta apabila siswa tidak mempunyai kesadaran diri. Siswa akan disiplin dalam belajar apabila siswa sadar akan pentingnya belajar dalam kehidupannya. Penanaman disiplin perlu dimulai sedini mungkin mulai dari dalam lingkungan keluarga. Mulai dari kebiasaan bangun pagi, makan, tidur, dan mandi harus dilakukan secara tepat waktu sehingga anak akan terbiasa melakukan kegiatan itu secara berkelanjutan. Menurut Tu’u (2004) mengatakanada

beberapa faktor yang mempengaruhi dan membentuk kedisiplinan yaitu kesadaran diri, pengikutan dan ketaatan, alat pendidikan, hukuman, teladan, lingkungan dan latihan berdisiplin.

Kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya kedisiplinan. Disiplin yang terbentuk atas kesadaran diri akan kuat pengaruhnya dan akan lebih tahan lama dibandingkan dengan disiplin yang terbentuk karena unsur paksaan atau hukuman.

Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat.

Kedisiplinan belajar sebagai alat pendidikan digunakan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. Hukuman bagi seseorang cenderung disebabkan dua hal, yang pertama karena adanya kesadaran diri, kemudian yang kedua karena adanya hukuman.

(6)

berdisiplin kuat pengaruhnya dalam pembentukan disiplin dibandingkan dengan lingkungan yang belum menerapkan disiplin. Bila berada di lingkungan yang berdisiplin, seseorang akan terbawa oleh lingkungan tersebut.

Kedisiplinan dapat tercapai dan dibentuk melalui latihan dan kebiasaan. Artinya mendisiplinkan diri secara berulang-ulang dan membiasakan diri dalam praktik sehari-hari. Sedangkan menurut Lemhanas (1997) terbentuknya disiplin karena alasan berikut: a) Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan, dan diterapkan dalam semua aspek, menerapkan sanksi serta hukuman; b) Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu, pembentukan disiplin harus seturut pada kaidah-kaidah proses belajar; c) Dalam membentuk disiplin ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar, sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain karena tingkah laku yang diinginkannya.

2.1.5. Aspek dan Indikator Kedisiplinan Belajar

Aspek kedisiplinan menurut Soegeng Prijodarminto dalam Tu’u (2004), meliputi 3

(7)

Tu’u(2004) mengemukakan aspek kedisiplinan terdiri dari 3 sub aspek dengan

indikator disiplin belajar meliputi: 1) Kepatuhan mengikuti proses belajar mengajar dengan indikator, a) mendengarkan guru saat pelajaran sedang berlangsung dan disiplin menggunakan waktu dengan baik saat guru menjelaskan pelajaran b) tidak meninggalkan kelas saat pelajaran berlangsung, sampai pelajaran berakhir c) mengerjakan tugas dengan baik penuh kedisiplinan dan tanggung jawab dalam mengerjakannya. 2) kepatuhan pada tata tertib sekolah dengan indikator, a) datang ke sekolah tepat waktu sesuai waktu yang ditentukan b) menaati peraturan dan tata tertib yang telah dibuat oleh pihak sekolah c) bersikap hormat dan santun pada semua warga sekolah. 3) Ketaatan pada jam belajar dengan indikator meliputi a) membuat jadwal pelajaran secara rutin untuk dapat disiplin dalam belajar sesuai jadwal yang dibuat b) menggunakan waktu belajar dengan semaksimal mungkin dan c) tidak menunda-nunda dalam mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru.

2.2 Roleplay salah satu metode dari Bimbingan Kelompok 2.2.1 Pengertian layanan bimbingan kelompok

Menurut Romlah (2001), bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.

2.2.2 Tujuan bimbingan kelompok

Tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (2004) adalah sebagai berikut:

a. Tujuan Umum

(8)

kenyataan bahwa kemampuan bersosisalisasi atau berkomunikasi seseorang sering terganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak obyektif, sempit dan terkukung serta tidak efektif. Melalui layanan bimbingan kelompok diharapkan hal-hal yang menganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan, diringankan melalui berbagai cara, pikiran yang buntu atau beku dicairkan dan didinamikkan melalui masukkan dan tanggapan baru, persepsi yang menyimpang atau sempit diluruskan dan diperluas melalui pencairan pikiran, sikap yang tidak efektif kalau perlu diganti dengan yang baru yang lebih efektif. Melalui kondisi dan proses berperasaan, berpikir, berpersepsi dan berwawasan terarah, luwes dan luas serta dinamis kemampuan berkomunikasi, bersosialiasi dan bersikap dapat dikembangkan.Selain tujuan tersebut yaitu untuk mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

b. Tujuan Khusus

Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu.Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi verbal maupun non verbal ditingkatkan. Sedangkan menurut Bennet (dalam Romlah, 2001), bimbingan kelompok memiliki beberapa tujuan yaitu:

a. Memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.

b. Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok.

(9)

d. Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih efektif.

2.2.3 Model layanan bimbingan kelompok

Menurut Prayitno (1999), dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok dikenal dua jenis kelompok, yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas :

a. Kelompok bebas

Dalam kegiatannya para anggota bebas mengemukakan segala pikiran dan perasaanya dalam kelompok. Selanjutnya apa yang disampaikan mereka dalam kelompok itulah yang menjadi pokok bahasan kelompok.

b. Kelompok tugas

Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok tugas arah dan isi kegaiatannya tidak ditentukan oleh para anggota, melainkan diarahkan kepada penyelesaiannya suatutugas.Pemimpin kelompok mengemukakan suatu tugas untuk selanjutnya dibahas dan diselesaikan oleh anggota kelompok

2.2.4 Teknik-teknik bimbingan kelompok

Romlah (2001) menyebutkan terdapat beberapa teknik yang dapat diterapkan atau dilakukan dalam kegiatan bimbingan kelompok diantaranya :

a. Teknik pemberian informasi (expository techiques) b. Diskusi kelompok

c. Teknik pemecahan masalah (problem-solving techniques) d. Permainan peran (role play)

e. Permainan simulasi f. Karyawisata (field trip)

(10)

2.2.5 Tahap-tahap bimbingan kelompok

Menurut Hartinah (2009), tahap-tahap bimbingan kelompok dibagi menjadi 4 tahap,yaitu:

a. Tahap pembentukan

Kegiatan awal dari sebuah kelompok dapat dimulai dengan pengumpulan para (calon) anggota kelompok dalam rangka kegiatan kelompok yang direncanakan, meliputi:

a. Pengenalan dan pengungkapan tujuan. b. pelibatan diri.

c. pemasukan diri. b. Tahap peralihan

Tahap ini merupakan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga. c. Kegiatan kelompok

Tahap ini merupakan tahap dimana tujuan akan dicapai yaitu penyelesaian tugas, jika bimbingan kelompok yang digunakan adalah topik tugas. Jika yang digunakan adalah topik bebas, maka tahap ini juga akan menentukan topik serta penyelesaiannya sekaligus.

d. Pengakhiran

(11)

2.3 Bimbingan Kelompok Teknik Role Play (Bermain Peran) 2.3.1 Pengertian Role Play (Bermain Peran)

Winkel dan Hastuti (2004), mendefiniskan role play sebagai kegiatan melakukan peran tertentu dan memainkan suatu adegan tentang pergaulan sosial yang mengandung persoalan yang harus diselesaikan.

Benett (dalam Romlah, 2001) menyebutkan bahwa role play atau bermain peran adalah suatu alat untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi yang pararel dengan yang terjadi dengan kehidupan yang sebenarnya.

Jadi dapat disimpulkan role play adalah salah satu metode bimbingan kelompok yang menggunakan permainan peran didalam menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi seorang individu, dimana peran yang dimainkan harus sesuai dengan tokoh yang diperankan dengan cara mendramatisasika peran tersebut.

2.3.2 Fungsi Role Play

Corsini (dalam Romlah, 1989)menyebutkan terdapat beberapa fungsi dari kegiatan role play bermain peran diantaranya :

a. Alat untuk mediagnosis dan mengerti seseorang dengan cara mengamati perilakunya waktu memerankan dengan spontan situasi-situasi atau kejadian yang terjadi dalam kehidupan sebenarnya.

b. Media pengajaran melalui proses “modelling” anggota kelompok dapat belajar lebih efektif melalui ketrampilan-ketrampilan hubungan antar pribadi dalam memecahkan permasalahan.

(12)

adalah sebagai perombakan dalam struktur kepribadian seseorang dan meningkatkan kemampuan bergaul dengan orang lain secara wajar dan sehat.

Jadi fungsi dari bermain peran atau role play adalah memahami permasalahan-permasalahan sosial, dapat merasakan perasaan orang lain, dan dapat memainkan peran-peran dalam kehidupan nyata, sehingga memiliki perasaan untuk bisa memahami satu dengan yang lain, menghargai orang lain, menghormati, dll.

2.3.3 Proses Pelaksanaan Role Play

Dalam kegiatan role play (bermain peran), terdapat beberapa proses yang harus dilakukan. Mulyasa (dalam Zulaikah, 2011) menyebutkan terdapat tujuh tahap dalam role play diantaranya :

1. Pemilihan masalah

Guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupan siswa agar dapat menyelesaikan masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya.

2. Pemilihan peran

Pemilihan peran disesuaikan dengan permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain.

3. Menyusun tahap-tahap bermain peran

Dalam hal ini guru sudah membuat dialog, akan tetapi siswa dapat menambahkannya sendiri.

4. Menyiapkan pengamat

Pengamat dalam kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak terlibat didalam permainan peran (pemeran)

(13)

Dalam kegiatan ini para peserta didik mulai bereaksi sesuai dengan peran masing-masing yang terdapat pada skenario bermain peran.

6. Diskusi dan evaluasi

Mendiskusikan masalah-masalah yang akan dibahas serta pertanyaan yang muncul dari siswa.

7. Pengambilan kesimpulan dari bermain peran yang telah dilakukan oleh siswa. 2.4 Temuan Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian Pradipta Novalin (2014) dengan judul Peningkatan Kedisiplinan Belajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Role Play pada Siswa Kelas XI di SMK Sudirman 02 Ambarawa Tahun Ajaran 2013/2014, terjadi peningkatan skala kedisiplinan belajar pada kelompok eksperimen. Peningkatan tersebut terlihat dari perbedaan

yang signifikan dari hasil pre test dan post test kelompok eksperimen yaitu p=0.004< 0.01,

dengan peningkatan mean rank 4.80 dari mean rank hasil pre test skala kedisiplinan belajar

3.50, sedangkan mean rank hasil post test skala kedisiplinan belajar 9.50. Dengan demikian,

layanan bimbingan kelompok teknik role play dapat meningkatkan kedisiplinan belajar pada

siswa kelas XI SMK Sudirman 02 Ambarawa.

Hasil penelitian Ferdyatama Oka (2014) dengan judul Pemanfaatan Metode role play

untuk Meningkatkan Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas XI Tp A SMK Saraswati

Salatiga. Inverensial Hasil penelitian adalah bahwa pemanfaatan metode role play pada siswa

kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga dapat meningkatkan komunikasi Antar Pribadi. Dari

hasil mean rank per-terst kelompok eksperimen sebesar 3.00 sedangkan dari hasil mean rank

post-test kelompok eksperimen sebesar 8.00. Jadi perbandingan mean rank antara pre-test

dan post-test kolompok eksperimen sebesar 5.00. Sedangakan dari data Asymp.Sig. (2-tailed)

(14)

Berdasarkan temuan penelitian yang relevan di atas, maka penulis menyimpulkan

bahwa teknik rolle play efektif digunakan untuk layanan bimbingan kelompok dikarenakan

teknik ini tidak hanya mendapatkan teori saja, tetapi siswa juga berperan langsung pada

naskah drama yang telah disediakan oleh penulis, sehingga siswa dapat belajar merasakan

suatu peristiwa secara langsung.

2.5 Desain Penelitian

Belajar dengan disiplin yang terarah dapat menghindarkan diri dari rasa malas dan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan daya kemampuan belajar siswa. Disiplin adalah kunci sukses dan keberhasilan. Dengan disiplin seseorang menjadi yakin bahwa disiplin akan membawa manfaat yang dibuktikan dengan tindakannya. Setelah berprilaku disiplin, seseorang akan dapat merasakan bahwa disiplin itu pahit tetapi buahnya manis. Disiplin memberikan manfaat yang besar dalam diri seseorang. Sepintas bila kita mendengar kata disiplin maka yang selalu terbayang usaha untuk menyekat, mengawal dan menahan. Padahal tidak demikian, sebab disiplin bermakna melatih, mendidik dan mengatur atau hidup teratur. Artinya kata disiplin itu tidak terkandung makna sekatan, tetapi juga latihan. Untuk itulah kedisiplinan sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan suatu kehidupan yang teratur dan meningkatkan prestasi dalam belajar karena sifatnya yang mengatur dan mendidik. Dari kebanyakan orang-orang sukses rasanya tidak ada diantara mereka yang tidak berdisiplin, kedisiplinan yang tertanam dalam setiap kegiatan mereka yang membawa kesuksesan.

(15)

mengatasi hal tersebut, maka penulis menerapkan bimbingan kelompok teknik rolle play. Siswa yang memiliki masalah kedisiplinan belajar yang rendah akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan (treatment), sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan (treatment) melalui bimbingan kelompok teknik rolle play. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing diberi pretest dan juga posttest menggunakan skala kedisiplinan pengembangan dari teori Tu’u dalam Rina (2011) yang

sudah di uji validitasnya. Adapun desain penelitian mengenai peningkatan kedisiplinan belajar, melalui bimbingan kelompok teknik rolle play adalah sebagai berikut :

Posttest

Preetest

2.6 Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut : Layanan bimbingan kelompok teknik role play dapat meningkatkan kedisiplinan belajar secara signifikan pada siswa kelas X Teknik Permesinan SMK Negeri 2 Salatiga

Referensi

Dokumen terkait

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan hubungan interpersonal yang ada didalamnya berisi pemberian bantuan yang melibatkan aspek-aspek

mengungkapkan pikiran komunikator. Lambang non verbal yaitu lambang yang digunakan dalam berkomunikasi yang bukan bahasa, merupakan isyarat dengan anggota tubuh

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap orangtua terhadap kemandirian anak usia sekolah dengan retardasi mental di SLB Bina

aspek-aspek yang relevan dengan masalah atau definisi keputusan. Misalnya, yang akan diputuskan adalah melanjutkan

Aspek pilihan pertama dalam mengambil kredit adalah persepsi anggota yang berhubungan dengan sikap anggota yang akan menjadikan Kospin Hikmah Paguyuban Rukun

Berdasarkan hasil tabel di atas menggambarkan bahwa jawaban 4 siswa mengatakan kurang membutuhan layanan bimbingan kelompok pengembangan sikap dan kebiasaan

Realism keputusan karier adalah perbandingan antara kemampuan individu dengan pilihan pekerjaan secara realistis (Super dalam Sharf 1992). Aspek ini terdiri dari

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga.. dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan