• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS OLEH SIMON /HK PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TESIS OLEH SIMON /HK PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) DALAM PELAKSANAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) PADA PT. PERTAMINA EP RANTAU

KABUPATEN ACEH TAMIANG

TESIS

OLEH

167005151/HK SIMON

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) DALAM PELAKSANAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) PADA PT. PERTAMINA EP RANTAU

KABUPATEN ACEH TAMIANG

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum Dalam Program Studi

Magister Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH

167005151/HK SIMON

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)
(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 13 April 2018

PANITI A PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH.,MH Komisi Pembimbing : 1. Prof. Dr. Sunarmi, SH., M. Hum 2. Dr. Mahmul Siregar, SH., M. Hum Komisi Penguji : 3. Dr. Jelly Leviza, SH., M. Hum

4. Dr. Edy Ikhsan, SH., M.A

(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Penerapan tanggungjawab sosial perusahaan dengan menggunakan tata kelola yang baik dilakukan oleh salah salah satu perusahaan di Indonesia, yakni PT.

PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang. PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang mengelola bisnis dengan perilaku yang beretika dengan memperhatikan people, profit dan planet. Letak tata kelola perusahaan yang baik dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan terlihat dengan sinergisitas kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan yang melibatkan peran aktif masyarakat dan pemerintah setempat sesuai dengan sumber daya yang ada serta prinsip kearifan lokal melalui SocialMapping dan FocusGroupDiscussion di daerah yang termasuk wilayah kerja, yakni Kabupaten Aceh Tamiang dan Kabupaten Langkat.

Uraian tersebut membawa arah kepada perlu dikaji mengenai permasalahan mengenai konsep hukum untuk penerapan tata kelola perusahaan yang baik dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku. Pemasalahan implementasi sanksi yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan yang tidak melaksanakan corporate social responsibility di Indonesia. Permasalah hambatan dan upaya dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial pada PT.

PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang. Selain itu, penelitian bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis konsep hukum untuk penerapan tata kelola perusahaan yang baik dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mengetahui dan menganalisis implementasi sanksi yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan yang tidak melaksanakan corporate social responsibility di Indonesia serta mengetahui dan menganalisis hambatan dan upaya dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial pada PT.

PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang.

Penelitian ini merupakan penelitian normatif dan empiris yang mana bersifat

deskriptif analitis yang memaparkan sekaligus menganalisis suatu fenomena yang

berhubungan dengan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate

Governance) Dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social

Responsibility) Pada PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang.

(8)

Hasil penelitian menunjukkan, perihal konsep hukum untuk penerapan tata kelola perusahaan yang baik dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku ialah tidak hanya mengacu pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas akan tetapi juga mengacu kepada undang-undang lain, yaitu Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perseroan Terbatas, Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi, Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara, Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. PER-09/MBU/07/2015 Tentang Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara dan khusus untuk Kabupaten Aceh Tamiang juga menggunakan Qanun No. 7 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan dimana kewajiban CSR di Indonesia masih di atur secara sporadis (terpecah-pecah) sehingga dapat menimbulkan berbagai ketidakpastian hukum dalam pengaturannya dan berbagai efek lainnya. Perihal implementasi sanksi yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan yang tidak melaksanakan corporate social responsibility ialah sanksi administrasi dan sanki pidana tergantung dari aturan yang dilanggar oleh perusahaan. Hal itu disebabkan karena aturan pokok yang memuat corporate social responsibility (Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas) tidak memuat pengaturan sanksi didalamnya. Aturan-aturan yang memuat sanksi pidana maupun sanksi administrasi ialah Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Undang- Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Qanun No. 7 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas Di Kabupaten Aceh Tamiang. Akan tetapi, keberadaan CSR yang diwajibkan sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi No.

53/PUU-VI/2008 yang menguatkan posisi Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas menimbulkan keraguan dimana sanksi dari akibat tidak melaksanakan CSR tetap mengacu juga Pasal 74 ayat (3) Undang-Undang No.

40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Perihal hambatan dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial pada PT.

PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang terbagi menjadi 2 (dua) bagian,

yaitu hambatan internal yang terdiri dari faktor hukum, faktor penegak hukum, dan

sarana serta fasilitas sedangkan hambatan eksternal, yaitu faktor kebudayaan dan

(9)

masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan internal maupun eksternal ialah Pelaksanaan Pelatihan Terhadap Stakeholders, Pelatihan Yang Intens Terhadap Para Pengerajin dan Penambahan Anggaran CSR.

Hendaknya lembaga legislatif melakukan perevisian Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas terkait persoalan pengaturan corporate social responsibility agar menjadi satu kesatuan peraturan perundang-undangan.

Hendaknya lembaga eksekutif melakukan perubahan terhadap aturan pelaksana tanggung jawab sosial terkait penjatuhan sanksi sehingga pengaturannya lebih jelas dan berkepastian. Hendaknya untuk mengatasi hambatan yang dialami PT.

PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik dan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial secara maksimal maka dibutuhkan bantuan dari pemerintah dalam perealeasasian upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan internal maupun eksternal ialah Pelaksanaan Pelatihan Terhadap Stakeholders, Pelatihan Yang Intens Terhadap Para Pengerajin dan Penambahan Anggaran CSR.

Kata kunci : Corporate Social Responsibility, Tata Kelola Perusahaan Yang Baik, Dan Perusahaan

(10)

ABSTRACT

Implementation of corporate social responsibility by using good governance is done by one of the companies in Indonesia, namely PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang. PT. PERTAMINA EP RANTAU Aceh Tamiang District manages business with ethical behavior with regard to people, profit and planet. The location of good corporate governance in the implementation of corporate social responsibility is reflected in the synergy of corporate social responsibility activities that involve the active role of the community and local government in accordance with existing resources and the principles of local wisdom through Social Mapping and Focus Group Discussion in areas that belong to the region work, namely Aceh Tamiang and Langkat districts. The description brings direction to the need to examine the issues concerning legal concepts for the implementation of good corporate governance in the implementation of corporate social responsibility according to the prevailing laws and regulations. Implementation of sanctions imposed by the government to companies that do not implement corporate social responsibility in Indonesia. Problems obstacles and efforts in the implementation of good corporate governance in the implementation of social responsibility at PT.

PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang. In addition, the research aims to know and analyze the concept of law for the implementation of good corporate governance in the implementation of corporate social responsibility in accordance with applicable legislation and know and analyze the implementation of sanctions provided by the government to companies that do not implement corporate social responsibility in Indonesia as well as to know and analyze the obstacles and efforts in the implementation of good corporate governance in the implementation of social responsibility at PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang.

This research is a normative and empirical research which is analytical descriptive that describes as well as analyzing a phenomenon related to Good Corporate Governance In the Implementation of Corporate Social Responsibility at PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang.

The result of the research shows that the concept of law for the

implementation of good corporate governance in the implementation of corporate

(11)

social responsibility according to the prevailing laws and regulations is not only referring to Law no. 40 Year 2007 regarding Limited Liability Company but also refers to other laws, namely Government Regulation no. 47 of 2012 on Corporate Social Responsibility of Limited Liability Company, Law no. 22 of 2001 on Oil and Gas, Law no. 25 Year 2007 on Investment, Law no. 32 of 2009 on the Protection and Management of the Environment, Law no. 4 of 2009 Concerning Mineral and Coal Mining, Regulation of the Minister of State-Owned Enterprises no. PER-09 / MBU / 07/2015 Concerning Partnership and Environment Development Program of State- Owned Enterprises and specifically for Aceh Tamiang District also uses Qanun No. 7 Year 2014 on the Implementation of Social and Environmental Responsibility where CSR liabilities in Indonesia are still set sporadically (fragmented) so that it can cause various legal uncertainties in its arrangement and various other effects. Regarding the implementation of sanctions provided by the government to companies that do not implement corporate social responsibility is administrative sanctions and criminal sanctions depending on the rules violated by the company. This is because the main rule that contains corporate social responsibility (Law No. 40 of 2007 on Limited Liability Company) does not contain the regulation of sanctions therein.

Rules containing criminal sanctions and administrative sanctions are Law no. 25 Year 2007 on Investment, Law no. 32 Year 2009 on the Protection and Management of Environment and Qanun No. 7 Year 2014 on the Implementation of Social and Environmental Responsibility of Limited Liability Company in Aceh Tamiang District.

However, the existence of the required CSR in accordance with the Constitutional

Court Decision No. 53 / PUU-VI / 2008 which strengthens the position of Article 74 of

Law no. 40 Year 2007 Concerning Limited Liability Companies raises doubts that

sanctions from the consequences of not implementing CSR still refer to Article 74

paragraph (3) of Law no. 40 Year 2007 About Limited Liability Company. Subject to

obstacles in the implementation of good corporate governance in the

implementation of social responsibility at PT. PERTAMINA EP RANTAU Aceh Tamiang

District is divided into 2 (two) parts, namely internal barriers consisting of legal

factors, law enforcement factors, and facilities and facilities while external obstacles,

namely cultural factors and society. Efforts that can be made to overcome internal

and external barriers are the Implementation of Training on Stakeholders, Intense

Training Against the Craftsmen and Addition of CSR Budget.

(12)

The legislature should revise Law no. 40 Year 2007 About Limited Liability Company concerning the issue of corporate social responsibility arrangement to become one unity of legislation. Should the executive agency make changes to the rules of implementers of social responsibility related to the imposition of sanctions so that the arrangement more clearly and berihtian. Should to overcome barriers experienced by PT. PERTAMINA EP RANTAU Aceh Tamiang Regency in the implementation of good corporate governance and to carry out the social responsibility maximally then needed assistance from the government in perealeasasian efforts that can be done to overcome the internal and external barriers is the Implementation of Training Against Stakeholders, Intense Training Against the Craftsman and Added CSR Budget.

Keywords: Corporate Social Responsibility, Good Corporate Governance, and Company

(13)

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohhim, Assalamualaikum Wr. Wb.

Tiada kata pembuka yang paling Pantas dikemukakan selain kata Puji syukur Kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa, Maha Adil dalam Hukumnya, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Karena atas berkat dan anugrahNya Penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG

BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) DALAM PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL ( CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) PADA PT. PERTAMINA EP RANTAU KABUPATEN ACEH TAMIANG”.

Penulis menyadari bahwa, uraian yang terdapat dalam tesis ini belumlah merupakan hasil pemikiran yang bersifat final dan menyeluruh, tetap disadari bahwa masih mengandung kekurangan, kelemahan dan ketidaksempurnaan, baik dalam untaian kata dan kalimatnya maupun substansi yang menjadi topik bahasan. Oleh karena itulah diharapkan kritik dan saran yang bersifat Konstruktif dari semua pihak sehingga segala kekurangan dan ketidaksempurnaan dimaksud dapat diatasi dan diminimalisir. Atas Sumbangsih kritik dan saran yang membangun tersebut penulis ucapkan terima kasih.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak

yang berperan secara langsung maupun tidak langsung terhadap keberhasilan

(14)

penulis menyelesaikan tesis dan studi pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Pada Kesempatan ini Penulis Menyampaikan Ucapan terima kasihyang sebesar-besarnya Kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu SH.,M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, Atas Kesempatan menjadi mahasiswa pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan yang telah diberikan untuk menyelesaikan pendidikan program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof.Dr. Bismar Nasution, SH., MH, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan perhatian serta banyak meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan penulis.

4. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum, Selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Hukum FH USU sekaligus Komisi Pembimbing yang telah memberikan

perhatian penuh, mendorong dan membekali penulis dengan ilmu yang

bermanfaat dalam menyelesaikan studi.

(15)

5. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum selaku Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan perhatian serta banyak meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan penulis.

6. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum dan Bapak Dr. Edy Ikhsan,SH., MA, terima kasih Penulis sampaikan atas masukan dan sarannya guna perbaikan tesis ini.

7. Seluruh Guru Besar dan Dosen Program Studi magister ilmu Hukum FH Universitas Sumatera Utara Pada Umumnya yang telah Ikhlas memberikan ilmu dan membuka cakrawala berpikir Penulis.

8. Bapak Irwinsyah, SH selaku Kepala Kejaksaan Negeri Aceh Tamiang, Para Kasi maupun Pegawai dan Honor Kejaksaan Negeri Aceh Tamiang yang telah membantu atas masukan dan saran dalam pembuatan tesis ini.

9. Bapak Fandi Prabudi selaku LR Assistant Manager PT. Pertamina EP Asset 1 Rantau Field dan Bapak Muhamad Adrianto selaku Staff LR Assistant Manager PT. Pertamina EP Asset 1 Rantau Field, Bapak Rahmad Selaku Staff CSR LR Assistant Manager PT. Pertamina EP Asset 1 Rantau Field dan Bapak Jufri yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian dan wawancara.

10. Secara Khusus ananda sampaikan terimakasih untuk ayahanda Yohanes dan

Ibunda Suriani, Ibu Mertuaku H. Fatma Binti Alm. H. Usman Sohor atas

kesabaran, dukungan moril dan spritual yang diberikan kepada penulis, serta

(16)

memberikan cinta dan kasih sayang yang tiada henti-hentinya bagi penulis sehingga penulis dapat berhasil dengan baik.

11. Dalam Kesempatan ini terakhir penulis sampaikan khusus ucapan terima kasih yang tak terhingga untuk istriku tercinta Dinilia Fitra serta anakku Sulthan Adhyaksa Teguh kalian selalu menemani dalam perjalanan karir dan terkadang rela berpisah saat penulis dalam proses menyelesaikan studi pada Program Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara.

12. Seluruh Staf Tata Usaha dan Security di lingkungan Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

13. Ucapan Terima kasih Kepada teman-teman sekelas Magister Ilmu Hukum Tahun 2016, yang penuh rasa persaudaraan dan kebersamaan , belajar bersama kawan-kawan seangkatan merupakan kenangan yang yang terindah yang tidak akan pernah terlupakan dan untuk semua pihak yangtelah banyak membantu dalam penulisan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

akhir kata, penulis menyadari uraian yang terdapat dalam tesis ini belumlah

merupakan hasil pemikiran yang bersifat final dan menyeluruh, tetap disadari bahwa

masih mengandung kekurangan, kelemahan dan ketidaksempurnaan, baik dalam

untaian kata dan kalimatnya maupun subtansi yang menjaditopik bahasan. Oleh

karena itulah diharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak

(17)

sehingga segala kekurangan dan ketidaksempurnaan yang dimaksud dapat diatasi dan diminimalisir. Atas sumbangsih kritik dan saran yang membangun tersebut penulis ucapkan banyak terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, April 2018 Penulis

S I M O N

(18)

I. DATA PRIBADI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : SIMON.

Tempat/ Tgl Lahir : Medan, 13 April 1979.

Alamat : Jl. Sekata GG Alfalah No 18 Kelurahan Karang

Berombak Kecamatan Medan Barat Kota Madya

Medan.

Pekerjaan : PNS / JAKSA.

Agama : Islam.

Nama Ayah : Yohanes.

Nama Ibu : Suryani.

Kewarganegaraan : Indonesia.

II. PENDIDIKAN

a. SD :SD ST. Thomas 5 Medan ( 1985 – 1991 ).

b. SMP : SMP. Putri Cahaya Medan ( 1991 -1994 ).

c. SMA : SMA ST. Thomas 2 Medan ( 1994 – 1997 ).

d. S1 : Universitas Sumatera Utara, Medan ( 1999 – 2004 ).

(19)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ……….. ii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……….. ix

DAFTAR ISI ……… x

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang………. 1

B. Rumusan Masalah……… 9

C. Tujuan Penelitian ………. 10

D. Manfaat Penelitian ………. 10

E. Keaslian Penelitian ……….. 11

F. Kerangka Teori ……….. 13

1. Kerangka Teori ………. 13

2. Konsepsi ……… 23

G. Metode Penelitian ………. 24

1. Jenis Dan Sifat ……….. 25

2. Sumber Data ………. 26

3. Alat Pengumpulan Data ……… 27

4. Metode Analisa Data ……….. 28

(20)

BAB II KONSEP HUKUM UNTUK PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK DALAM PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN MENURUT PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN YANG BERLAKU

A. Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Dalam

Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial ……….. 30 B. Pengaturan Corporate Social Responsibility Di Indonesia

Yang Didasarkan Oleh Tata Kelola Perusahaan Yang Baik …… 39

BAB III IMPLEMENTASI SANKSI YANG DIBERIKAN OLEH PEMERINTAH

KEPADA PERUSAHAAN YANG TIDAK MELAKSANAKAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DI INDONESIA

A. Sanksi ……… 60 B. Sanksi Yang Di Berikan Oleh Pemerintah Kepada

Perusahaan Yang Tidak Melaksanakan Corporate Social

Responsibility Di Indonesia ……… 62

BAB IV HAMBATAN DAN UPAYA DALAM PENERAPAN TATA KELOLA

PERUSAHAAN YANG BAIK DALAM PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PADA PT. PERTAMINA EP RANTAU

KABUPATEN ACEH TAMIANG

(21)

A. PT. Pertamina EP Rantau Kabupaten Aceh Tamiang ……….. 79 1. Sejarah PT. Pertamina EP. Rantau Kabupaten Aceh

Tamiang ……….. 79 2. Kegiatan Operasi PT. Pertamina EP Rantau Kabupaten

Aceh Tamiang ……….. 81 B. Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Dalam

Pelaksanaan Tanggung JawabSosial Pada PT. Pertamina EP.

Rantau Kabupaten Aceh Tamiang ……… 85 C. Hambatan Dalam Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang

Baik Dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Pada PT.

Pertamina EP Rantau Kabupaten Aceh Tamiang ……… 99 1. Hambatan Internal ………. 103 2. Hambatan Eksternal ………. 108 D. Upaya Yang Dapat Dilakukan PT. Pertamina EP Rantau

Kabupaten Aceh Tamiang Dalam Mengatasi Hambatan Pada Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Dalam

Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial ………. 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……….. 114

B. Saran……….. 116

(22)

DAFTAR PUSTAKA ………. 118 LAMPIRAN ………. 124

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan agar berjalan dengan baik dan teratur harus dilakukan pengelolaan dengan mematuhi prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Prinsip tata kelola perusahaan yang baik terdiri atas beberapa bagian, sebagai berikut:1

1. Keadilan atau kewajaran dan kesetaraan (fairness) dimana perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan yang dilakukan dengan pedoman pokok pelaksanaan, sebagai berikut:2

1 Bismar Nasution (I), Hukum Kegiatan Ekonomi, (Bandung: BooksTerrace & Library, 2007), hal. 152

2 Elizabeth Magdalena Aritonang, ”Analisis Penderevasian Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas”, Dalam USU Law Journal Vol.II No. 1, Februari 2014, (Medan: Program Studi Magister & Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara), hal. 5

”a.Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing- masing.

b. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada

pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang

diberikan kepada perusahaan.

(24)

c. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik”.

2. Keterbukaan (transparency) dimana perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan dengan pedoman pokok pelaksanaan, sebagai berikut:3

3. Akuntabilitas (accountability) dimana perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar dengan pedoman pelaksanaan, sebagai berikut:

”a. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.

b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.

c. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.

d. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan”.

4

”a. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing- masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras

3Ibid, hal. 4

4Ibid

(25)

dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate values), dan strategi perusahaa.

b. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.

c. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.

d. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system).

e. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati”.

4. Pertanggungjawaban (responsibility) dimana perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan dengan pedoman pelaksanaan, sebagai berikut:5

5. Kemandirian (independence) dimana perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain dengan pedoman pelaksanaan, sebagai berikut:

”a. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by laws).

b. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai”.

6

5Ibid, hal. 5

6Ibid

(26)

“a. Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.

b. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain”.

Kelima prinsip dari tata kelola perusahaan yang baik di atas terdapat salah satu prinsip yang berkaitan erat dengan tanggung jawab sosial perusahaan, yakni prinsip pertanggungjawaban (responsibility).7 Keberadaan perusahaan atau Perseroan Terbatas (Persero atau PT) tidak hanya untuk mencari keuntungan semata (yayasan dan koperasi bertujuan untuk kepentingan sosial).8

7 Dody Purnomo Sidhi, Tinjauan Yuridis Keberlakuan Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 Dan Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 Terhadap Implementasi Corporate Social Responsibility Perseroan Terbatas Dalam Kegiatan Usaha Pertambangan Batu Bara Di Indonesia Untuk Mewujudkan Prinsip Good Corporate Governance, (Depok: Tesis S2 Universitas Indonesia, 2012), hal. 8

8 Perseroan merupakan salah satu bentuk usaha yang dibentuk untuk melakukan usaha semata-mata guna mencari keuntungan yang nantinya akan dibagikan dalam bentuk diveden kepada para pemegang saham yang sebelumnya menyisihkan sebagian harta mereka untuk menjadi harta milik perseroan yang mereka bentuk. Gunawan Widjaja, Resiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris, &

Pemilik PT, (Jakarta: Forum Sahabat, 2008), hal. 2

Namun, dalam perkembangannya PT tidak hanya semata-mata mencari keuntungan belaka akan tetapi juga memiliki tanggungjawab sosial.

Hal tersebut sesuai dengan Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, berbunyi:

(27)

”(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan

(2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan”.

Merujuk pada pasal di atas maka tanggung jawab sosial memiliki tujuan, sebagai berikut:9

9 Penjelasan Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

”Untuk menciptakan hubungan Perseroan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat”.

Pengaturan dalam bentuk undang-undang mengenai tangung jawab sosial tidak hanya termuat dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas akan tetapi juga termuat dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, yaitu:

1. Pasal 15 huruf b, berbunyi:

(28)

”Setiap penanam modal berkewajiban:……. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan...”.

2. Pasal 34, berbunyi:

”(1) Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa:

a. peringatan tertulis;

b. pembatasan kegiatan usaha;

c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan”.

Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) pelaksanaannya selain memang mengacu pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang No.

25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal tetapi juga mengacu pada pengaturan secara

(29)

Internasional, yakni CSR 2.0 yang mana ini merupakan perubahan dari CSR 1.0. Perubahan tersebut terjadi disebabkan alasan, sebagai berikut:10

Pengimplementasian tanggung jawab sosial menurut Kotler dan Lee menyebutkan bahwa setidaknya ada 6 (enam) opsi untuk berbuat kebaikan (six options for doing good) sebagai inisiatif sosial perusahaan yang dapat ditempuh didalam tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu:

”Simply put, we are shifting from the old concept of CSR – the classic notion of

‘Corporate Social Responsibility’, which I call CSR 1.0 - to a new, integrated conception - CSR 2.0, which can be more accurately labelled "Corporate Sustainability and Responsibility” (terjemahan bebas: seiring perjalanan manusia dan perkembangan industri, ternyata arah yang dituju adalah seperti kembali ke fitrah manusia. Kepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial pada khususnya dan menjadi dunia menjadi tempat yang lebih baik sudah semakin merasuk dan menjadi kesadaran bersama. Kelas kreatif dan kelas menengah atas yang memiliki pendidikan tinggi dan penghasilan yang cukup, mulai berpikir lebih jauh tentang makna kehidupan dan arti berarti bagi bersama atau peralihan konsep lama CSR kepada konsep CSR yang baru atau CSR 1.0 kepada CSR 2.0 merupakan suatu bentuk keberlanjutan dari tanggung jawab perusahaan).

11

10 Hery Wibowo, Tantangan Pekerjaan Sosial Di Masa Depan Dalam Kaitannya Dengan Era Marketing 3.0 Dan CSR 2.0, Makalah, Diselenggarakan Oleh Prodi IKS UNPAD 2012, Bandung, 2012, hal. 5

11 Bismar Nasution (II), Pengelolaan Stakeholder Perusahaan, Makalah, Diselenggarakan Oleh PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), Sei Karang Sumatera Utara, 2008, hal. 21-23

”1. Cause promotions ialah suatu perusahaan dapat memberikan dana atau beberapa macam kontribusi lainnya, ataupun sumber daya perusahaan lainnya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat atas suatu isu sosial tertentu, ataupun dengan cara mendukung pengumpulan dana, partisipasi dan rekruitmen sukarelawan untuk aksi social tertentu.

(30)

2. Cause related marketing ialah suatu perusahaan dalam hal ini berkomitmen untuk berkontribusi atau menyumbang sekian persen dari pendapatannya dari penjualan suatu produk tertentu miliknya untuk isu sosial tertentu.

3. Corporate social marketing ialah suatu perusahaan dapat mendukung atau pengimplementasian kampanye untuk merubah cara pandang maupun tindakan guna meningkatkan kesehatan publik, keamanan, lingkungan maupun kesejahteraan masyarakat.

4. Corporate philanthropy ialah suatu perusahaan secara langsung dapat memberikan sumbangan, biasanya dalam bentuk uang tunai. Pendekatan ini merupakan bentuk implementasi tanggung jawab sosial yang paling tradisional.

5. Cummunity volunteering ialah perusahaan dapat mendukung dan mendorong pegawainya, mitra bisnis maupun para mitra waralabanya untuk menjadi sukarelawan di organisasi-organisasi kemasyarakatan lokal.

6. Socially responsible business practices ialah perusahaan dapat mengadopsi dan melakukan praktek-praktek bisnis dan investasi yang dapat mendukung isu-isu sosial guna meningkatkan kelayakan masyarakat (community well-being) dan juga melindungi lingkungan”.

Penerapan tanggungjawab sosial perusahaan dengan menggunakan tata kelola yang baik dilakukan oleh salah salah satu perusahaan di Indonesia, yakni PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang. PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang mengelola bisnis dengan perilaku yang beretika dengan memperhatikan people, profit dan planet. Letak tata kelola perusahaan yang baik dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan terlihat dengan sinergisitas kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan yang melibatkan peran aktif masyarakat dan pemerintah setempat sesuai dengan sumber daya yang ada serta prinsip kearifan lokal melalui SocialMapping dan FocusGroupDiscussion di daerah yang termasuk wilayah kerja, yakni Kabupaten Aceh Tamiang dan Kabupaten Langkat. Tata kelola tanggung jawab sosial perusahaan PT. PERTAMINA EP RANTAU

(31)

Kabupaten Aceh Tamiang melalui program Kampong Selagheh Alam yang termanifestasikan dalam kegiatan, sebagai berikut:12

3. Peningkatan Peran Gender,

”1. PPMP (Pembinaan dan Pendampingan Untuk Mewujudkan Masyarakat Yang Mandiri dan Berkelanjutan),

2. One Village One Product,

4. Green School, 5. Energi Alternatif,

6. Kesehatan Ibu dan Anak, 7. Keanekaragaman Hayati”.

Program-program tanggung jawab sosial di atas dalam pelaksanaannya yang dilakukan oleh PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang terdapat beberapa hambatan, yakni:13

3. Awal pengerjaan program Pembinaan dan Pendampingan Untuk Mewujudkan Masyarakat Yang Mandiri dan Berkelanjutan mengalami hambatan karena pihak pertamina kurang memahami kultur/budaya setempat.

”1. Kurang tenaga terampil dalam melaksanakan kegiatan peningkatan peran gender, keanekaragaman hayati dan greenschool.

2. Dana yang kurang maksimal sehingga pengerjaan ketujuh program di atas harus secara bertahap sehingga sempat terjadi kesalahpahaman dengan masyarakat.

4. Dan lain sebagainya”.

12 Kebijakan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang

13Ibid

(32)

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka akan dilakukan penelitian berjudul

“Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) Pada PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang” sangat penting dilakukan. Sekurang-kurangnya terdapat beberapa alasan/pertimbangan penelitian tersebut dilakukan, yakni :

1. Terkait pengaturan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia dimana dalam pembahasan akan diuraikan terkait pengaturan tanggung jawab sosial perusahaan swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dilihat dari sisi kepastian, keadilan dan kemanfaatan hukum.

2. Terkait tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial pada PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang dimana penguraiannya cenderung kepada PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang mampu menerapkan tata kelola perusahaan yang baik sehingga dapat memaksimalkan tanggung jawab sosial.

3. Terkait peran hambatan dan upaya dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial pada PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang dimana akan diuraikan hambatan yang dialami PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang dan upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

B. Rumusan Masalah

(33)

Permasalahan yang diajukan sesuai dengan latar belakang di atas dan sekaligus untuk memberikan batasan penelitian, sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep hukum untuk penerapan tata kelola perusahaan yang baik dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku?

2. Bagaimana implementasi sanksi yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan yang tidak melaksanakan corporate social responsibility di Indonesia?

3. Bagaimana hambatan dan upaya dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial pada PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian, yaitu :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis konsep hukum untuk penerapan tata kelola perusahaan yang baik dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis implementasi sanksi yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan yang tidak melaksanakan corporate social responsibility di Indonesia.

(34)

3. Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan dan upaya dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial pada PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang.

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak baik secara teoretis maupun secara praktis, sebagai berikut :

1. Secara teoretis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut dan sebagai bahan pertimbangan yang penting dalam mengambil suatu kebijakan mengenai tata kelola perusahaan yang baik dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial serta bermanfaat bagi bidang hukum bisnis.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi pemerintah dan DPR dalam rangka kebijakan dan langkah-langkah terkait permasalahan yang melibatkan tata kelola perusahaan yang baik dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan terhadap hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan secara khusus di Universitas Sumatera Utara, maka penelitian dengan judul “Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Dalam

(35)

Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) Pada PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang” belum pernah dilakukan penelitian pada topik dan permasalahan yang sama.

Hasil penelusuran keaslian penelitian, penelitian yang menyangkut: Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) Pada PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang yang pernah dilakukan Mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, yaitu:

1. Tesis atas nama Putri Nesia Dahlius, NIM: 127005006, dengan judul,”Analisis Hukum Terhadap Kebijakan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Bank Sumut”. Fokus masalah yang dikaji ialah

a. Bagaimanakah penerapan konsep corporate social responsibility (CSR) dalam perundang-undangan di Indonesia?

b. Bagaimanakah kebijakan PT. Bank Sumut dalam pelaksanaan kewajiban corporate social responsibility (CSR)?

c. Bagaimanakah independensi PT. Bank Sumut dalam pelaksanaan kebijakan corporate social responsibility (CSR)?

2. Tesis atas nama Putra Halomoan, Nim: 107005078, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis, “Analisis Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social

(36)

Responsibility) Terhadap Masyarakat Di Lingkungan Perusahaan (Studi Pada PT. Inalum Asahan)”, dengan Rumusan Masalah :

a. Apakah alasan Corporate Social Responsibility dicantumkan dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia?

b. Bagaimana penerapan CSR PT. Inalum di lingkungan Perusahaan?

c. Bagaimana hambatan PT. Inalum dalam menerapkan CSR di lingkungan perusahaan?

3. Tesis atas nama Edi Syahputra, NIM: 067005088, dengan judul,”Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Masyarakat LingkunganPTPN IV (Studi Pada Unit Kebun Dolok Ilir Kabupaten Simalungun)”. Fokus masalah yang dikaji ialah

a. Bagaimana pengaturan corporate social responsibility (CSR) di lingkungan BUMN?

b. Bagaimana implementasi corporate social responsibility (CSR) terhadap masyarakat lingkungan PTPN IV (studi pada unit Kebun Dolok Ilir)?

c. Bagaimana dampak implementasi corporate social responsibility (CSR) terhadap masyarakat lingkungan PTPN IV unit Kebun Dolok Ilir?

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa permasalahan yang diutarakan pada penelitian ini ialah berbeda dengan penelitian terdahulu. Jadi dengan demikian penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah berdasarkan kajian ilmu pengetahuan hukum dan asas-asas penulisan yang harus dijunjung tinggi, yaitu jujur, rasional, objektif serta terbuka. Hal ini merupakan implikasi etis dari roses menemukan kebenaran ilmiah.

(37)

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah bagian penting dalam penelitian. Artinya, teori hukum harus dijadikan dasar dalam memberikan preskripsi atau penilaian apa yang seharusnya memuat hukum. Selain, teori juga bisa digunakan untuk menjelaskan fakta dan peristiwa hukum yang terjadi. Untuk itu, kegunaan teori hukum dalam penelitian adalah sebagai pisau analisis pembahasan tentang peristiwa atau fakta hukum yang diajukan dalam masalah penelitian.14 Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain tergantung pada metodelogi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.15

Landasan teori pada suatu penelitian adalah merupakan dasar-dasar operasional penelitian. Landasan teori dalam suatu penelitian adalah bersifat strategis artinya memberikan realisasi pelaksanaan penelitian.16

Kerangka teoritis bagi suatu penelitian mempunyai kegunaan sebagai berikut:17

14 Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 146

15 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2005), hal. 6

16 Kaelan MS., Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat (Paradigma Bagi Pengembangan Penelitian Interdisipliner Bidang Filsafat, Budaya, Sosial, Semiotika, Sastra, Hukum, dan Seni, (Yogyakarta: Paradigma, 2005), hal. 239

17 Soerjono Soekanto, Op. cit., hal. 121

(38)

a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya.

b. Teori sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan definisi-definisi.

c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal-hal yang diteliti.

d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor- faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang.

Teori yang digunakan sebagai alat untuk melakukan analisis dalam penelitian ini ialah teori utilitarisme yang didukung oleh teori rekayasa sosial dari Roscoe Pound dan selanjutnya juga digunakan teori stakeholder (stakeholder theory) dan teori sistem hukum (legal system theory).

Teori utilitarisme di kembangkan oleh Jeremy Bentham. Menurut Jeremy Bentham mengemukakan bahwa suatu perundang-undangan itu hendaknya dapat memberikan kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi sebagian terbesar masyarakat.

Tujuan perundang-undangan ialah untuk menghasilkan kebahagiaan bagi masyarakat.

Untuk itu perundang-undangan harus berusaha untuk mencapai 4 (empat) tujuan, sebagai berikut:18

18Achmad Ali (I), Menguak Teori Hukum (Legal Teory) Dan Teori Peradilan (JudicialPrudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legalprudence), (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 78

a. To provide subsistence (untuk memberikan nafkah hidup)

b. To Provide abundance (untuk memberikan makanan yang berlimpah) c. To Provide Security (untuk memberikan perlindungan)

(39)

d. To Provide equity (untuk mencapai persamaan).

Aliran utilitarisme dianggap sebagai aliran yang meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan utama hukum. Kemanfaatan disini diartikan sebagai kebahagiaan (happiness).19

Teori rekayasa sosial yang disebutkan oleh Roscoe Pound disebut juga dengan istilah law as a tool of social engineering. Di Indonesia teori ini dikembangkan oleh Mochtar Kusumaatmadja menyebutkan bahwa :20

Abdurahman mengatakan bahwa:

”Hukum berfungsi sebagai sarana pembaharuan atau sarana pembangunan adalah didasarkan atas anggapan, bahwa hukum dalam arti kaedah atau peraturan hukum memang bisa berfungsi sebagai alat (pengatur) atau sarana pembangunan dalam arti penyalur arah kegiatan manusia ke arah yang dikehendaki oleh pembangunan”.

21

”Disatu pihak hukum memperlihatkan diri sebagai suatu objek pembangunan nasional, dalam arti hukum itu dilihat sebagai suatu sektor pembangunan yang perlu mendapat prioritas penegakan, pengembangan dan pembinaannya. Sedangkan dipihak lain hukum harus dipandang sebagai suatu “alat” (tool) dan sarana penunjang yang akan menentukan usaha-usaha pembangunan nasional”.

19 Muhammad Erwin, Filsafat Hukum: Refleksi Kritis Terhadap Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 180-181. Gustav Radbruch justru suatu kepastian hukum (azas legalitas), keadilan (finalitas) dan kemanfaatan (utility).Ibid, hal. 184

20 Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Mayarakat Dan Pembinaan Hukum Nasional, (Bandung: Bina Cipta, 1976), hal. 12-13

21 Abdurahman, Aneka Masalah Hukum Dalam Pembangunan Di Indonesia, (Bandung:

Alumni, 1976), hal. 19

(40)

Teori selanjutnya yang digunakan untuk menganalisis permasalahan ialah teori stakeholder (stakeholder theory). Stakeholder secara singkat ialah orang atau istansi yang berkepentingan (pihak yang berkepentingan) atau pemangku kepentingan.22StakeholderTheory dikembangkan oleh Freeman’s dan Carrol dimana Freeman’s memberikan atau mengartikan stakeholder theory, sebagai berikut:23

Fokus dari keberadaan teori ini, yaitu:

”a stakeholder is any group or individual who can affect or is affected by the achievement of the organization’s objectives (artinya: pemangku kepentingan sebuah kelompok atau individu dapat dipengaruhi atau mempengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi)”.

24

a. Apa yang menjadi tujuan dari perusahaan,

b. Apa tugas yang diemban oleh manajer atau pengelola perusahaan terhadap para stakeholder.

Uraian fokus keberadaan teori stakeholders di atas, sebagai berikut:25

22 Selain stakeholder theory terlebih dahulu dikenal teori shareholder theory dimana teori ini menitikberatkan pada pertanggungjawaban direktur terhadap pemegang saham. Konsep tersebut dianggap tidak lengkap terutama ketika menghadapi skandal seperti perusahaan publik yang menyerap banyak uang rakyat. Hal inilah yang menyebabkan banyak negara yang melirik stakeholder theory.

Bismar Nasution (II), Op.Cit, hal. 4

23 Salim HS & Erlias Septiana Nurbaini, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Disertasi Dan Tesis, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2016), hal. 114

24 Bismar Nasution (II), Op.Cit, hal. 5

25 Salim HS & Erlias Septiana Nurbaini, Op.Cit, hal. 115-116

(41)

”1. Tujuan perusahaan harus dirumuskan oleh manajer secara bersama-sama dengan stakeholders tentang nilai yang mereka ciptakan dan kepentingan pemangku kepentingan. Dengan adanya perumusan bersama tersebut akan mendorong kemajuan perusahaan dan memungkinkan menghasilkan kinerja yang luar biasa.

2. Tugas yang diemban oleh manajer mendorong untuk:

a) Mengartikulasikan bagaimana mereka ingin melakukan usaha,

b) Jenis hubungan yang diinginkan dan dibutuhkan untuk dibuat dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan mereka,

c) Realitas ekonomi diciptakan oleh mereka yang secara sukarela datang bersama-sama dan bekerja sama untuk meningkatkan keadaan hidup setiap orang dan

d) Manajer harus mengembangkan hubungan, menginspirasi para pemangku kepentingan mereka dan menciptakan komunitas dimana semua orang berusaha untuk memberikan keuntungan yang sebesar- besarnya”.

Teori ini pada dasarnya berangkat dari asumsi bahwa nilai-nilai merupakan faktor yang sangat penting dan secara eksplisit merupakan bagian dari kegiatan bisnis.

Sir Adrian Cadbury mengidentifikasi 3 (tiga) tingkatan tanggung jawab perusahaan (the cadbury paradigm), yaitu:26

c. Sampai sejauh manakah bisnis (perusahaan) memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan kerangkat masyarakat (framework of the society) dimana

”a. Tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi kewajiban kepada para pemegang saham, para karyawan, para langganan, penyalur dan para kreditor serta membayar pajak dan memenuhi kewajibannya berdasarkan hukum yang berlaku,

b. Tanggung jawab yang terkait dengan akibat langsung atau implikasi dari kegiatan utama atau operasional perusahaan terhadap masyarakat,

26 Bismar Nasution (II), Op.Cit, hal. 5-6.

(42)

kegiatan dan sampai sejauh manakah perusahaan lebih memprioritaskan kepentingan masyarakat dibandingkan kepentingan komersialnya.

Stakeholder dapat dibagi atas 2 (dua), yaitu:27

Keterkaitan hubungan antara stakeholders internal dengan eksternal agar berjalan dengan baik atau masing-masing pihak terlindungi dengan baik harus didasari prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Hal itu disebabkan karena masing-masing pihak memberikan keuntungan sama lain baik untuk perusahaan maupun terhadap pihak-pihak yang terdapat pada internal maupun eksternal stakeholders. Bukti saling menguntungkan antara pihak-pihak yang terdapat pada internal maupun eksternal stakeholders dengan perusahaan misalnya para

”a. Stakeholder internal atau inside stakeholders atau primary stakeholders adalah orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam organisasi perusahaan atau pengelolaan perusahaan harus mengakomodasi dan melindungi kepentingan pemegang saham, direksi, manajer dan karyawan perusahaan.

b. Stakeholder eksternal atau outside stakeholders atau secondary stakeholders adalah orang-orang maupun pihak-pihak yang bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perushaan, dan bukan pula karyawan perusahaan, namun memiliki kepentingan terhadap perusahan dan dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan atau pihak-pihak yang tidak terlibat secara langsung dalam pengurusan perusahan, seperti pemasok, kreditur, para konsumen, masyarakat, pemerintah dan lingkungan hidup.

27Ibid, hal. 6-13. Ismail Solihin, Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), hal. 2.

http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/10879, diakses 1 Januari 2018

(43)

pemegang saham kontribusi ke perusahaan dalam bentuk modal atau uang sehingga imbalan yang diberi perusahaan berupa keuntungan/deviden dan peningkatan harga saham, manajer atau direksi atau karyawan memberikan kontribusi kepada perusahaan sesuai dengan keahlian dan kemampuan sehingga perusahaan memberikan imbalan berupa gaji, bonus, promosi dan lain sebagainya, Pelanggan atau konsumen kontribusi kepada perusahaan berupa pembelian barang atau jasa dan imbalan yang diberikan perusahaan berupa barang dan jasa yang berkualitas baik, dan lain sebagainya.28

Uraian keterkaitan hubungan di atas tidak dapat terlepas dari konsep yang diutarakan oleh John Elkington pada tahun 1994 yang mengutarakan konsep triple bottom line yang terdiri dari 3P, yaitu profit untuk mengukur kinerja atau fungsi keuangan, people untuk mengukur kinerja atau fungsi sosial dan planet untuk mengukur kinerja atau fungsi lingkungan hidup.29 Uraian terkait 3P, sebagai berikut:30

”a. Profit atau keuntungan merupakan hal yang penting dalam setiap kegiatan usaha. Kegiatan perusahaan untuk mendapatkan profit setinggi-tingginya dengan cara meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya.

Peningkatan produktivitas dengan cara membenahi manajemen kerja mulai dari penyederhanaan proses, menurunkan kegiatan yang tidak efisien, menekan waktu proses dan pelayanan. Efisiensi biaya dapat dilakukan dengan cara menghemat pemakaian material dan mengurangi biaya serendah mungkin.

28 Ismail Solihin, Op.Cit, hal. 4

29 Kristina Lasmaria, Pengaruh StakeholderEngagement Terhadap Pengungkapan Sustainabilityreport (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia Priode 2010-2012), (Semarang: Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Diponegoro, 2014), hal.

20

30Ibid, hal. 20-21

(44)

b. People atau masyarakat merupakan stakeholders yang bernilai bagi perusahaan, karena sokongan masyarakat sangat dibutuhkan bagi keberadaan, kontinuitas hidup dan kemajuan perusahaan. Sehingga, perusahaan perlu bertanggung jawab untuk memberikan manfaat dan berdampak kepada masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengadakan kegiatan yang merambah kebutuhan masyarakat.

c. Planet atau lingkungan hidup merupakan sesuatu yang terikat dengan seluruh aspek dalam kehidupan manusia. Keuntungan yang merupakan hal yang utama dari dunia bisnis membuat perusahaan sebagai pelaku industri hanya mementingkan keuntungan tanpa melakukan usaha apapun untuk melestarikan lingkungan. Dengan melestarikan lingkungan, perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih, terpenting dari sisi kesehatan, kenyamanan, di samping ketersediaan sumber daya yang lebih terjaga kelangsungannya”.

Konsep 3P di atas pada dasarnya cenderung menggambarkan keberadaan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Hal tercermin dari perusahan dalam mengelola dan melibatkan para stakeholders tidak hanya sebatas pada keuntungan atau cara-cara perusahaan menghimpun kekayaan semata akan tetapi juga sangat memperhatikan keberadaan masyarakat dan lingkungan tempat perusahaan berada sehingga tercipta pembangunan yang berkelanjutan.31

Teori terakhir yang digunakan untuk membantu teori pertama di atas ialah Teori sistem hukumatau Legal system theory, membedakan dua sistim hukum yaitu : civil law (Continental Europe Legal System) yang didominasi hukum perundang-undangan, dan common law (Anglo-American Legal System) yang didominasi hukum tidak tertulis dan

31 Ayu Ardhillah Anwar, Analisis Perspektif Stakeholder Terhadap Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) (Studi Kasus Pada PT. Samsung Electronics Indonesia), (Makasar: Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Hasanuddin, 2013), hal. 15

(45)

putusan-putusan pengadilan terdahulu (precedent). Dapat dipahami defenisi sistem hukum menurut para pakar, berikut ini :

a. Riduan Syahrani, mengatakan sistem hukum adalah “Suatu susunan atau tatanan yang teratur dari keseluruhan elemen yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain, tersusun menurut suatu rencana atau pola, hasil dari suatu pemikiran untuk mencapai suatu tujuan”.32

b. Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra, mengatakan sistem hukum adalah “Suatu kesatuan sistim besar yang tersusun atas sub-sub sistem yang kecil, yaitu sub sistem pendidikan, pembentukan hukum, penerapan hukum, dan lain-lain, yang hakekatnya merupakan sistem tersendiri”.33

Defenisi di atas menunjukkan sistem hukum sebagai suatu kompleksitas sistem yang membutuhkan kecermatan yang tajam untuk memahami keutuhan prosesnya. Tiga komponen dalam sistem hukum yaitu : struktur hukum, substansi hukum, dan kultur hukum.34

32 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999), hal. 169

33 Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung: Mandar Maju, 2003), hal. 151

Ketiga komponen tersebut merupakan elemen penting dalam penegakan

34 Achmad Ali (I), Op.Cit, hal. 204. Struktur hukum adalah keseluruhan institusi penegakan hukum, beserta aparatnya. Jadi mencakupi kepolisian dengan para polisinya, kejaksaan dengan para jaksanya, kantor-kantor pengacara dengan para pengacaranya, dan pengadilan dengan para hakimnya. Substansi hukum adalah keseluruhan asas-hukum, norma hukum dan aturan hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, termasuk putusan pengadilan. Kultur hukum adalah kebiasaan-kebiasaan, opini-opini, cara berpikir dan cara bertindak, baik dari para penegak hukum

(46)

hukum, jika salah satu elemen dari tiga komponen ini tidak bekerja dengan baik, dapat mengganggu sistem hukum, hingga pada gilirannya akan terjadi kepincangan hukum.

Di Indonesia berbicara struktur hukum maka hal tersebut merujuk pada struktur institusi-institusi penegakan hukum, seperti kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Aspek lain dari sistem hukum adalah substansinya.35

Teori stakeholder dan teori sistem hukum dipandang tepat menjawab permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini dengan pertimbangan, sebagai berikut :

Substansi adalah aturan, norma, dan pola perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu. Jadi substansi hukum menyangkut peraturan perundang-undangan yang berlaku yang memiliki kekuatan yang mengikat dan menjadi pedoman bagi aparat penegak hukum. Kultur hukum menyangkut budaya hukum yang merupakan sikap manusia (termasuk budaya hukum aparat penegak hukumnya) terhadap hukum dan sistem hukum. Sebaik apapun penataan struktur hukum untuk menjalankan aturan hukum yang ditetapkan dan sebaik apapun kualitas substansi hukum yang dibuat tanpa didukung budaya hukum oleh orang-orang yang terlibat dalam sistem dan masyarakat maka penegakan hukum tidak akan berjalan secara efektif.

maupun dari warga masyarakat. Lawrence M. Friedman, American Law An Introduction, diterjemahkan oleh Wishnu Basuki, Hukum Amerika Sebuah Pengantar, (Jakarta: PT. Tatanusana, 2001), hal. 7-8

35 Achmad Ali (II), Keterpurukan Hukum Di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hal. 8

(47)

a. Bahwa penerapan tata kelola perusahaan yang baik dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial pada PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang sehingga teori kemanfaatan, teori rekayasa sosial dan teori stakeholder tepat digunakan untuk membahas dan menganalisa hal tersebut.

b. Bahwa teori sistem hukum digunakan untuk melihat hambatan dan upaya dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial pada PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang.

2. Konsepsi

Penggunaan konsep dalam suatu penelitian adalah untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap kerangka konsep yang dipergunakan dalam merumuskan konsep dengan menggunakan model definisi operasional.36

a. Penerapan adalah Penerapan adalah pemanfaatan hasil penelitian, pengembangan, dan/atau ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam kegiatan perekayasaan, inovasi, serta difusi teknologi.

Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

37

b. Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) adalah aturan hukum yang ditujukan untuk memungkinkan suatu perusahaan dapat mempertanggungjawabkan kegiatannya dihadapan pemegang saham dan publik.38

36 Universitas Sumatera Utara, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis, (Medan:

Universitas Sumatera Utara, 2009), hal. 72

37 Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan Dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

(48)

c. Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) atau tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.39

d. Perseroan Terbatas yang selanjutnya Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.40

e. Sanksi adalah tanggungan atau tindakan atau hukuman dan sebagainya untuk memaksa orang menepati perjanjian atau menaati ketentuan undang-undang.41

G. Metode Penelitian

Metode penelitian berisikan uraian tentang metode atau cara yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi. Metode penelitian ini berfungsi sebagai pedoman dan landasan tata cara dalam melakukan operasional penelitian untuk menulis suatu karya

38 Bismar Nasution (I), Op.Cit, hal. 158

39 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

40 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

41 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. 1224

(49)

ilmiah yang peneliti lakukan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang tidak membutuhkan populasi dan sampel.42

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau yuridis normatif dan penelitian hukum empiris atau yuridis sosiologis.

Penelitian yuridis normatif mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat.

Adapun beberapa langkah yang digunakan dalam metode penelitian ialah :

1. Jenis dan Sifat Penelitian

43 Penelitian yuridis normatif dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder dan disebut juga penelitian kepustakaan.44 Selanjutnya, penelitian yuridis sosiologis digunakan untuk melihat kenyataan secara langsung yang terjadi terkait Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) Pada PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang dengan cara meneliti data primer.45

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek

42 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 105

43Ibid

44 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurumateri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994), hal. 9

45Ibid, hal. 11

(50)

penelitian.46 Deskriptif analitis merupakan metode yang dipakai untuk menggambarkan suatu kondisi atau keadaan yang sedang terjadi atau berlangsung yang bertujuan agar dapat memberikan data seteliti mungkin mengenai objek penelitian sehingga mampu menggali hal-hal yang bersifat ideal, kemudian dianalisis berdasarkan teori hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.47

3. Sumber Data

Dalam penulisan ini akan menguraikan tentang Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) Pada PT.

PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer dan data sekunder. Hal itu disebabkan karena jenis penelitian yang dilakukan ialah penelitian yuridis normatif dan yuridis sosiologis.

Penelitian yuridis sosiologis menggunakan data primer, yaitu data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak pihak terkait dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) Pada PT. PERTAMINA EP RANTAU Kabupaten Aceh Tamiang.48

46Ibid, hal. 105

47Ibid, hal. 223

48 Ediwarman, Monograf Metodologi Penelitian Hukum : Panduan Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, (Medan: PT. Sofmedia, 2015), hal. 98

Referensi

Dokumen terkait

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah yang menjadi faktor-faktor terjadinya selisih jumlah piutang antara catatan yang ada pada debitor, kreditor maupun

Penelitian dilakukan dengan metode yuridis normatif, yaitu dengan cara meneliti bahan hukum primer, bahan hukum sekunder. Kesemua bahan hukum akan ditelaah, dijelaskan dan

Ketentuan dalam annex yang menyangkut perundingan di bidang angkutan laut dalam ayat (1) menyatakkan bahwa Pasal 2 dan annex tentang pengecualian Pasal 2 termasuk keharusan

PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT INDONESIA PADA PERDAGANGAN BEBAS DALAM KERANGKA WTO, Tesis ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam rangkaian

ABSTRAK Sistem dan metode penegakan hukum di Indonesia menunjukkan adanya perkembangan pada keadilan masyarakat secara musyawarah mufakat restorative justice yang merefleksikan

Alasan utama mengapa inovasi kolaboratif lebih cocok bagi inovasi di sektor publik, karena mampu membuka siklus inovasi ke berbagai aktor yang menyentuh sumber daya inovasi

Apabila seluruh sumber daya intelektual yang dimiliki perusahaan dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik maka akan menciptakan value added bagi perusahaan sehingga

Arah aliran fluida yang menuju keatas berjalan satu arah melewati fluida yang menuju keatas berjalan satu arah melewati elbow sehingga tidak ada pengaruh tekanan