4. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengambilan Data
CV. Jaya Koil merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi kasur atau spring bed. CV. Jaya Koil memiliki 4 supplier untuk melakukan pembelian spring wire. Data yang diambil merupakan data pembelian, reject, dan pengiriman. Data 4 supplier kawat ulir dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data 4 Supplier Kawat Ulir
Supplier NAMA Harga Per Kg Kota
1 PT. 3 Wire 10.250 Jakarta
2 PT. Iwi Pratama 10.250 Bandung
3 PT. Inti Roda 11.200 Surabaya
4 CV. Sukses Karya Abadi 12.400 Surabaya
Tabel 4.1 menunjukkan supplier termurah adalah PT. 3 Wire dan PT. Iwi Pratama. Harga yang diberikan oleh PT. 3 Wire dan PT. Iwi Pratama adalah Rp.
10.250 perkg. Supplier dengan harga termahal adalah CV. Sukses Karya Abadi dengan harga Rp. 12.400 per kg. Harga yang diberikan oleh supplier sudah termasuk dengan biaya pengiriman. Data pembelian dari masing-masing supplier dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data Pembelian Supplier Bulan (2015) Pembelian
(Ton)
Total (Ton)
PT. 3 Wire Februari 5,5
Maret 6,5 25
April 7
Mei 6
PT. Iwi Pratama
Februari 1
5.5
Maret 1
April 1,5
Mei 2
PT. Inti Roda Maret 0,5
April 0,5 2
Mei 1
CV. Sukses Karya Abadi
April 0,25
1.25
Mei 1
Tabel 4.2 menunjukkan data banyaknya pembelian dari masing-masing supplier. Pembelian terbanyak dilakukan di PT. 3 Wire dengan total pembelian sebesar 25 ton untuk periode Februari – Mei tahun 2015. Total pembelian di PT.
Iwi Pratama untuk periode Februari – Mei tahun 2015 sebanyak 5,5 Ton.
Pembelian di PT. Inti Roda hanya dilakukan pada periode Maret – Mei tahun 2015 dengan total pembelian sebanyak 2 ton. Total pembelian di CV. Sukses Karya Abadi pada periode April dan Mei tahun 2015 sebanyak 1,25. Data reject dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Data Reject Supplier Bulan
(2015)
Pembelian (Ton)
Reject (Kg)
Reject (%)
Total (%)
PT. 3 Wire
Februari 5,5 104,5 1,9
2,674
Maret 6,5 156 2,4
April 7 210 3
Mei 6 198 3.3
PT. Iwi Pratama
Februari 1 3,5 0,35
0,566
Maret 1 4 0,4
April 1,5 9,75 0,65
Mei 2 13.9 0.695
PT. Inti Roda
Maret 0,5 25 5
4,5
April 0,5 15 3
Mei 1 50 5
CV. Sukses Karya Abadi
April 0,25 18,75 7,5
5,172
Mei 1 45.9 4.59
Tabel 4.3 menunjukkan data reject spring wire dari masing-masing supplier. PT. 3 Wire memiliki jumlah reject sebesar 1,9% pada bulan Februari, 2,4% pada bulan Maret, 3% pada bulan April, dan 6% pada bulan Mei. Total akumulasi reject adalah sebesar 2,674%. Total akumulasi reject didapatkan dari penjumlahan reject (kg) selama 4 periode dibagi dengan total pembelian selama 4 periode tersebut yang dapat dilihat pada Tabel 4.2. PT. Iwi Pratama total jumlah reject sebesar 0,566% selama periode Februari – April. PT. Inti Roda memiliki total jumlah reject sebesar 4,5% dalam periode Maret dan April. CV. Sukses Karya Abadi memiliki total reject sebesar 5,172% dalam periode April. PT. Iwi Pratama memiliki total reject terbanyak dibandingkan supplier yang lain dengan jumlah akumulasi reject sebesar 5.66%. Data ketepatan pengiriman dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Data Pengiriman Supplier Bulan
(2015)
Waktu Pengiriman
Keterlambatan (hari)
Keterlambatan (%)
Total (%)
PT. 3 Wire
Februari
7
1 14.29%
Maret 3 42.86% 25%
April 1 14.29%
Mei 2 28.57%
PT. Iwi Pratama
Februari
5
1 20%
Maret 2 40% 25%
April 1 20%
Mei 1 20%
PT. Inti Roda
Maret
1
0 0
April 0 0 0%
Mei 0 0
CV. Sukses Karya Abadi
April
1
1 100%
Mei 0 0 50%
Tabel 4.4 menunjukkan data pengiriman dan performa masing-masing supplier berdasarkan ketepatan pengiriman waktu. PT. 3 Wire menjanjikan waktu pengiriman pengiriman selama 7 hari sejak tutup PO. Keterlambatan dalam persen didapatkan melalui perhitungan berapa lama keterlambatan barang dari batas janji pengiriman dibagi dengan waktu pengiriman. Bulan Februari dapat dilihat bahwa barang terlambat selama 15 hari dari batas janji pengiriman, jadi keterlambatan dalam % dapat dihitung dengan 1 dibagi dengan 7 dan hasilnya adalah 14.29%.
Pengiriman pada bulan Maret terlambat selama 3 hari, jadi dapat dihitung keterlambatannya dengan cara 3 dibagi dengan 7 yaitu 42.86%. Keterlambatan pada bulan April selama 1 hari dengan persentase sebesar 14.29%, dan Keterlambatan bulan Mei selama 2 hari dengan persentase keterlambatan sebesar 28.57%
PT. Iwi Pratama menjanjikan waktu pengiriman dengan jangka waktu 5 hari untuk tiap bulannya. Bulan Februari, April, dan Mei masing-masing menunjukkan keterlambatan selama 1 hari dengan persentase keterlambatan
sebesar 20%. Bulan Maret menunjukkan keterlambatan selama 2 hari dengan persentase keterlambatan sebesar 40%. Total akumulasi keterlambatan PT. Iwi Pratama sebesar 25%.
PT. Inti Roda menjanjikan waktu pengiriman dengan jangka waktu 1 hari untuk tiap bulannya. PT. Inti Roda tidak pernah terlambat dalam melakukan pengiriman barang tiap bulannya. PT. Inti Roda memiliki persentase keterlambatan sebesar 0%.
CV. Sukses Karya Abadi menjanjikan waktu pengiriman dengan jangka waktu 1 hari untuk tiap bulannya. Bulan April menunjukkan adanya keterlambatan selama 1 hari dengan persentase keterlambatan 100% dan bulan Mei menunjukkan tidak adanya keterlambatan. Total akumulasi keterlambatan CV. Sukses Karya Abadi sebesar 50%. Data frekuensi keterlambatan untuk masing-masing supplier dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Data Frekuensi Keterlambatan Supplier Bulan
(2015)
Waktu Pengiriman
Keterlambatan (hari)
Frekuensi Keterlambatan (%)
PT. 3 Wire
Februari
7
1
100
Maret 3
April 1
Mei 2
PT. Iwi Pratama
Februari
5
1
100
Maret 2
April 1
Mei 1
PT. Inti Roda
Maret
1
0
April 0 0
Mei 0
CV. Sukses Karya Abadi
April
1
1
Mei 0 50
PT. 3 Wire mempunyai frekuensi keterlambatan sebanyak 4 kali selama bulan Februari – Mei tahun 2015. Frekuensi keterlambatan dihitung dengan cara melihat pengiriman pada bulan tersebut telat atau tidak. Bulan Februari – Mei tahun 2015 menunjukkan adanya keterlambatan di tiap bulannya sehingga frekuensi keterlambatannya adalah 4, dan bila dihitung dalam persentase maka persentase frekuensi keterlambatan PT. 3 Wire adalah 100%.
PT. Iwi Pratama juga memiliki frekuensi keterlambatan sebanyak 4 kali selama bulan Februari – Mei tahun 2015. Hal ini ditunjukkan dari adanya keterlambatan pengiriman di tiap bulannya sehingga persentase frekuensi keterlambatan PT. Iwi Pratama juga 100%. PT. Inti Roda memiliki frekuensi keterlambatan sebanyak 0 sehingga persentase frekuensi keterlambatan PT. Inti Roda adalah 0%. CV. Sukses Karya Abadi memiliki total frekuensi keterlambatan sebanyak 1 kali sehingga persentase frekuensi keterlambatan CV. Sukses Karya Abadi adalah 50%.
4.2 Perhitungan Efisiensi
Perhitungan efisiensi dilakukan dengan menggunakan software solver.
Data input dan output akan diolah untuk dicari efisiensinya untuk masing-masing supplier. Supplier 1merupakan PT. 3 Wire, supplier 2 merupakan PT. Iwi Pratama, supplier 3 merupakan PT. Inti Roda, dan supplier 4 merupakan CV.
Sukses Karya Abadi. Data Input dan Output dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Data Input dan Output
Supplier 1 Supplier 2 Supplier 3 Supplier 4
Harga 10250 10250 11200 12400
Reject (%) 2.674 0.566 4.5 5.172
Keterlambatan (%) 25 25 0 50
Frekuensi
keterlambatan (%) 100 100 0 50
Tabel 4.6 menunjukkan data input dan output. data harga akan dijadikan input karena menunjukkan harga yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Data kualitas dan keterlambatan dijadikan output karena data tersebut menunjukkan keuntungan yang didapat dari perusahaan. Data input diharapkan memiliki nilai yang rendah, sedangkan data output diharapkan memiliki nilai yang tinggi.
Transformasi data diperlukan untuk merubah nilai output menjadi nilai yang tinggi. Transformasi data dilakukan dengan merubah data reject menjadi penerimaan,data keterlambatan diubah jadi menjadi data ketepatan waktu pengiriman, dan data frekuensi keterlambatan diubah menjadi frekuensi ketepatan.
Transformasi data dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Transformasi Data Input dan Output
Supplier 1 Supplier 2 Supplier 3 Supplier 4 Target
Harga 1.025 1.025 1.12 1.24 1.03
Penerimaan (%) 97.326 99.43 95.5 94.828 99.43
Ketepatan (%) 75 75 100 50 100
Frekuensi ketepatan (%)
0 0 100 50 100
Tabel 4.7 menunjukkan data input dan output yang sudah ditransformasi.
Persentase penerimaan didapatkan dengan cara 100% dikurangkan dengan
persentase penolakan, dan persentase ketepatan pengiriman didapatkan dengan cara 100% dikurangkan dengan persentase keterlambatan. Harga input dibagikan dengan 10000 agar nilai variabel harga tidak terlalu tinggi. Nilai target didapatkan dari nilai input dan nilai output yang terbaik dari semua supplier. Nilai input yang terbaik diambil nilai yang terendah yaitu 1.025. Nilai output yang terbaik diambil nilai yang terbesar yaitu 99.43 untuk penerimaan, 100 untuk ketepatan pengiriman, dan 100 untunk frekuensi ketepatan. Model matematis untuk perhitungan efisiensi maximum untuk supplier 1 menggunakan Model (2) adalah sebagai berikut:
Fungsi tujuan:
𝑚𝑎𝑥 𝑎𝑟. 𝑦𝑟1
𝑣
𝑟=1
Kendala:
u𝑠=1𝑏1𝑋11 = 1 𝑏1. 1,025
𝑢𝑠=1 = 1
𝑣𝑟=1𝑎𝑟𝑦𝑟∗− 𝑢𝑠=1𝑏𝑠𝑥𝑠∗=0
𝑎1. 99,43 + 𝑎2100 + 𝑎3100 − 𝑏11,025 = 0
𝑣𝑟=1𝑎𝑟𝑦𝑟𝑖− 𝑢𝑠=1𝑏𝑠𝑥𝑠𝑖 ≤ 0∀𝑖 𝑎1𝑦11+ 𝑎2𝑦21+ 𝑎3𝑦31− 𝑏1𝑥11 ≤ 0 𝑎1. 97,326 + 𝑎2. 75 + 𝑎3. 0 − 𝑏1. 1,025 ≤ 0 𝑎1𝑦12+ 𝑎2𝑦22+ 𝑎3𝑦32− 𝑏1𝑥12 ≤ 0 𝑎1. 99,43 + 𝑎2. 75 + 𝑎3. 0 − 𝑏1. 1,025 ≤ 0 𝑎1𝑦13+ 𝑎2𝑦23+ 𝑎3𝑦33− 𝑏1𝑥13 ≤ 0 𝑎1. 95,5 + 𝑎2100 + 𝑎3100 − 𝑏11.12 ≤ 0 𝑎1𝑦14+ 𝑎2𝑦24+ 𝑎3𝑦34− 𝑏1𝑥14 ≤ 0 𝑎1. 94,828 + 𝑎2. 50 + 𝑎3. 50 − 𝑏1. 1,24 ≤ 0
𝑎𝑟, 𝑏𝑠≥ 0∀𝑟, 𝑠
Model matematis untuk perhitungan efisiensi minimumuntuk supplier 1 menggunakan Model (3) adalah sebagai berikut:
Fungsi tujuan:
𝑚𝑖𝑛 𝑎𝑟. 𝑦𝑟1
𝑣
𝑟=1
Kendala:
u𝑠=1𝑏1𝑋11 = 1 𝑏1. 1,025
𝑢𝑠=1 = 1
𝑣𝑟=1𝑎𝑟𝑦𝑟∗− 𝑢𝑠=1𝑏𝑠𝑥𝑠∗=0
𝑎1. 99,43 + 𝑎2100 + 𝑎3100 − 𝑏11,025 = 0
𝑣𝑟=1𝑎𝑟𝑦𝑟𝑖− 𝑢𝑠=1𝑏𝑠𝑥𝑠𝑖 ≤ 0∀𝑖 𝑎1𝑦11+ 𝑎2𝑦21+ 𝑎3𝑦31− 𝑏1𝑥11 ≤ 0 𝑎1. 97,326 + 𝑎2. 75 + 𝑎3. 0 − 𝑏1. 1,025 ≤ 0 𝑎1𝑦12+ 𝑎2𝑦22+ 𝑎3𝑦32− 𝑏1𝑥12 ≤ 0 𝑎1. 99,43 + 𝑎2. 75 + 𝑎3. 0 − 𝑏1. 1,025 ≤ 0 𝑎1𝑦13+ 𝑎2𝑦23+ 𝑎3𝑦33− 𝑏1𝑥13 ≤ 0 𝑎1. 95,5 + 𝑎2100 + 𝑎3100 − 𝑏11.12 ≤ 0 𝑎1𝑦14+ 𝑎2𝑦24+ 𝑎3𝑦34− 𝑏1𝑥14 ≤ 0 𝑎1. 94,828 + 𝑎2. 50 + 𝑎3. 50 − 𝑏1. 1,24 ≤ 0
𝑎𝑟, 𝑏𝑠≥ 0∀𝑟, 𝑠
Model matematis efisiensi maximum dan minimumuntuk supplier 2, supplier 3, dan supplier 4 dapat dilihat pada Lampiran 1 – 3.
Tabel 4.8 Hasil Solver Efisiensi Maximum dan Minimum Effisiensi Supplier 1 Supplier 2 Supplier 3 Supplier 4
Maximum 0.979 0.999 0.879 0.788
Minimum 0 0 0.879 0.413
Tabel 4.8 menunjukkan hasil perhitungan efisiensi maximum dan minimum menggunakan software solver untuk masing-masing supplier. Supplier 2 memiliki nilai efisiensi maximum tertinggi dengan nilai 0.999, diikuti dengan supplier1, 3, dan 4 yaitu 0.979, 0.879, dan 0.788.. Nilai efisiensi maximum didapatkan menggunakan Model (2). Supplier 3 memiliki nilai efisiensi minimum tertinggi dengan nilai 0.879, diikuti dengan supplier 4, kemudian supplier 1 dan 2 memiliki efisiensi minimum yang sama, yaitu 0. Perhitungan solver dapat dilihat pada Lampiran 4 – 7. Gambar 4.1 menunjukkan ilustrasi efisiensi maximum dan minimum dari masing-masing supplier.
Gambar 4.1 Efisiensi Maximum dan Minimum tiap Supplier
Gambar 4.2 Performa Supplier Bedasarkan Efisiensi
Gambar 4.2 menunjukkan performa masing-masing supplier. Gambar 4.2 menunjukkan bahwa masing-masing supplier tidak menunjukkan performa yang lebih dominan dibandingkan dengan supplier yang lain. Supplier 1 dan 2 memiliki tingkat performa yang paling kanan dilihat dari efisiensi maximumnya yang paling tinggi dibandingkan dengan supplier 3 dan 4. Hal ini terjadi karena supplier 1 dan 2 memiliki nilai biaya dan nilai kualitas yang tinggi dan mendekati target yang sudah ditetapkan namun efisiensi minimumnya rendah. Hal ini disebabkan karena nilai ketepatan pengiriman supplier 1 dan 2 masih jauh
0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000
0 1 2 3 4
Efficiency
Supplier
Maximum and Minimum Efficiency Scores by Supplier
max eff min eff
Supplier 1 Supplier 2 Supplier 3
Supplier 4
0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500 0,600 0,700 0,800 0,900 1,000
0,750 0,800 0,850 0,900 0,950 1,000
Minimum Efficiency
Maximum Efficiency
Suppliers Performance
Supplier
dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan. Supplier4 memiliki nilai efisiensi maximum dan minimum yang rendah dikarenakan nilai biayanya yang paling tinggi dan jauh dari target. Nilai ketepatan pengiriman dan kualitas supplier 4 juga masih jauh dari target, namun karena nilai frekuensi pengiriman yang lebih tinggi dibandingkan supplier 1 dan 2, efisiensi minimumnya lebih tinggi daripada supplier 1 dan 2. Supplier 3 menunjukkan nilai efisiensi minimum yang tinggi, hal ini disebabkan karena nilai keterlambatan dan frekuensi keterlambatan yang tinggi namun nilai biaya dan kualitasnya jauh dari target yang sudah ditetapkan. Gambar 4.2 juga menunjukkan bahwa supplier 1, 2, 3, dan 4 tidak menunjukkan performa yang lebih dominan antara satu dengan yang lain. Hal ini menunjukkan perusahaan dapat mengalokasikan pembeliannya ke supplier yang paling perusahaan minati.