• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MANAJEMEN RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TGK ABDULLAH SYAFII KABUPATEN PIDIE ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS MANAJEMEN RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TGK ABDULLAH SYAFII KABUPATEN PIDIE ACEH"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MANAJEMEN RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH TGK ABDULLAH SYAFII KABUPATEN PIDIE ACEH

TESIS

Oleh

KASMADI 137032108/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ANALISIS MANAJEMEN RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH TGK ABDULLAH SYAFII KABUPATEN PIDIE ACEH

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Manajemen Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

KASMADI 137032108/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

(3)

Judul Tesis : ANALISIS MANAJEMEN RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TGK ABDULLAH SYAFII KABUPATEN PIDIE ACEH Nama Mahasiswa : Kasmadi

Nomor Induk Mahasiswa : 137032108

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Juanita, S.E., M.Kes Ketua

) (Siti Khadijah, SKM, M.Kes Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Judul Tesis : ANALISIS MANAJEMEN RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TGK ABDULLAH SYAFII KABUPATEN PIDIE ACEH Nama Mahasiswa : Kasmadi

Nomor Induk Mahasiswa : 137032108

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Juanita, S.E., M.Kes Ketua

) (Siti Khadijah, SKM, M.Kes Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Tanggal Lulus : 27 Juli 2015

(5)

PERNYATAAN

ANALISIS MANAJEMEN RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH TGK ABDULLAH SYAFII KABUPATEN PIDIE ACEH

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2015

Kasmadi 137032108/IKM

(6)

Telah Diuji

pada Tanggal : 27 Juli 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Juanita, S.E., M.Kes Anggota : 1. Siti Khadijah, SKM, M.Kes

2. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes 3. Drs. Amru Nasution, M.Kes

(7)

ABSTRAK

Pelayanan kesehatan di era JKN masih ditemui adanya kasus penyakit yang masuk ke dalam 155 jenis penyakit yang mampu dan wajib ditangani puskesmas, ternyata dirujuk ke rumah sakit. Berbagai faktor yang mempengaruhinya. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis ketersediaan tenaga kesehatan, ketersediaan obat- obatan dan kelengkapan fasilitas kesehatan di Puskesmas terkait dengan rujukan pelayanan kesehatan JKN ke RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh dan untuk menganalisis manajemen rujukan pelayanan kesehatan JKN dari puskesmas di Rumah Sakit Umum Daerah Tgk Abdullah Syafii.

Jenis penelitian ini deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber informasi penelitian yaitu Direktur, Kasi Yanmed & Keperawatan, Kasi Penunjang Medik, Kasi Verifikasi Data, dan Pasien JKN yang Dirujuk ke rumah sakit serta kepala puskesmas. Pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan studi dokumentasi.

Teknis analisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan ketersediaan tenaga kesehatan di puskesmas yang merujuk pelayanan kesehatan JKN ke RSUD Tgk Abdullah Syafii masih kurang. Ketersediaan obat-obatan masih kurang, terutama pada akhir bulan.

Ketersediaan sarana prasarana kesehatan atau fasilitas masih kurang. Manajemen yang diterapkan RSUD Tgk Abdullah Syafii dalam memberikan pelayanan kesehatan lanjutan kepada rujukan pelayanan kesehatan JKN dari puskesmas diawali dari proses pendataan, proses pencatatan, hingga proses pemeriksaan sudah menunjukkan hasil yang baik.

Kesimpulan bahwa ketersediaan tenaga kesehatan, obat-obatan, sarana prasarana fasilitas di puskesmas yang merujuk pelayanan kesehatan JKN ke RSUD Tgk Abdullah Syafii masih belum memenuhi kebutuhan puskesmas sementara manajemen yang diterapkan RSUD Tgk Abdullah Syafii dalam memberikan pelayanan kesehatan lanjutan kepada pasien JKN sudah menunjukkan hasil yang baik.

Kata Kunci : Manajemen Rujukan, Pelayanan Kesehatan JKN

(8)

ABSTRACT

In the JKN era, Puskesmas still sent referral patient although the case of disease belonging into the 155 types of disease that can and must be handled by Puskesmas. Various factors that influenced this condition. The purpose of this study was to analyze the availability of health personnel, medicines and the completeness of health facilities at Puskesmas associated with the referral of JKN health services from the Puskesmas to Tgk Abdullah Syafii General Hospital Pidie District, Aceh.

The type of research is descriptive with qualitative approach. The resources took from the Puskesmas which sent the referral of JKN health services and the hospital which received it. The data collected through in-depth interview and documentation study. Analyzing technique used descriptive analysis.

The result showed the availability of health personnel, medicines and the completeness of health facilities at Puskesmas which sent the referral of JKN health services to Tgk Abdullah Syafii General Hospital have not been able to carry out its duties and functions optimally as the first-level health facilities in serving patients of JKN. Management that applied by Tgk Abdullah Syafii General Hospital in Pidie District in providing health service to the referral of JKN health services from Puskesmas starting from the process of data collection, the process of recording, up to process of further medical examination has shown good results.

Conclusion that the availability of health personnel, medicines and health facilities at Puskesmas have not been able to carry out its duties and functions optimally as the first-level health facilities in serving patients of JKN while the management of Tgk Abdullah Syafii General Hospital in providing health service to the referral of JKN health services from Puskesmas has shown good results.

Key Words : Referral Management, Health Services of JKN

(9)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini dengan judul “Analisis Manajemen Rujukan Pelayanan Kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh.”

Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Subhilhar, MA, Ph.D, selaku (Plt) Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Dr. Juanita, S.E., M.Kes selaku Pembimbing I yang selama ini dengan penuh perhatian, kesabaran, dan ketelitian memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya Tesis ini.

6. Siti Khadijah, SKM, M.Kes, selaku Pembimbing II yang selama ini dengan penuh perhatian, kesabaran, dan ketelitian memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya Tesis ini.

(10)

7. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Penguji I yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan guna penyempurnaan tesis ini.

8. Drs. Amru Nasution, M.Kes, selaku Penguji II yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan guna penyempurnaan tesis ini.

9. Semua Dosen dan Staf serta semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan menyediakan fasilitas selama penulis mengikuti pendidikan.

10. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada Istri Tercinta dan Anak- anakku serta Keluarga Besar yang telah memberikan dukungan moril, materil, dan doa selama penulis menjalani pendidikan.

11. Seluruh teman-teman satu angkatan yang telah menyumbangkan masukan, saran serta kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.

Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang mendukung sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis menyerahkan semua kepada Allah SWT untuk memohon Ridho-Nya, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan kesehatan.

Medan, Juli 2015 Penulis

Kasmadi 137032108/IKM

(11)

RIWAYAT HIDUP

Kasmadi, lahir tanggal 22 Februari 1976 di Kabupaten Pidie. Anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Ayahanda H. M.Hasyem Ahmad dan Ibunda Hj.Habsah.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar Rambayan tamat tahun 1989, Sekolah Menengah Pertama di SMP Lampoih Saka tamat tahun 1992, Sekolah Perawat Kesehatan di SPK Sigli tamat tahun 1995, Akademi Keperawatan di Jabal Ghafur tamat tahun 1999, Fakultas Kesehatan Masyarakat Muhammadiyah Aceh di Banda Aceh tamat tahun 2007.

Mulai bekerja sebagai tenaga honorer di Rumah Sakit Umum Sigli tahun 1996 sampai tahun 2002, sebagai CPNS Pemerintah Kabupaten Pidie pada tahun 2002 sampai 2003, di Puskesmas Peukan Baro Kabupaten Pidie, dan Staf di Rumah Sakit Umum Tgk. Abdullah Syafii tahun 2010 sampai sekarang.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, minat studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2013 hingga saat ini.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Teori Manajemen ... 9

2.3 Manajemen Rujukan ... 13

2.3.1 Macam-macam Rujukan ... 14

2.3.2 Faktor-faktor Penentu Penyusunan Sistem Rujukan ... 17

2.4 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)... 18

2.4.1 Pengertian JKN ... 18

2.4.2 Manfaat JKN ... 19

2.4.3 Prinsip JKN ... 20

2.4.4 Pelayanan JKN ... 22

2.4.5 Kepesertaan ... 23

2.5 Puskesmas ... 25

2.5.1 Persyaratan Puskesmas ... 25

2.5.2 Azas Rujukan di Puskesmas ... 28

2.6 Rumah Sakit ... 30

2.6.1 Pengertian Rumah Sakit ... 30

2.6.2 Klasifikasi Rumah Sakit ... 31

2.7 Kerangka Pikir ... 32

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

(13)

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 36

3.2.2 Waktu Penelitian ... 36

3.3 Pemilihan Informan ... 36

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 37

3.5 Instrumen Penelitian ... 39

3.6 Metode Analisis Data ... 39

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 41

4.1 Gambaran Umum RSUD Tgk Abdullah Syafii ... 41

4.2 Data Rujukan Pelayanan Kesehatan JKN dari Puskesmas Ujong Rimba, Puskesmas Mutiara, dan Puskesmas Tiro ... 50

4.3 Penyajian dan Analisis Data ... 51

4.3.1 Karakteristik Informan ... 51

4.3.2 Ketersediaan Tenaga Kesehatan, Ketersediaan Obat- obatan dan Kelengkapan Sarana dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Terkait dengan Rujukan Pelayanan Kesehatan JKN ke RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh ... 52

4.3.3 Manajemen Rujukan Pelayanan Kesehatan JKN dari Puskesmas di Rumah Sakit Umum Daerah Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh ... 62

BAB 5. PEMBAHASAN ... 71

5.1 Ketersediaan Tenaga Kesehatan, Ketersediaan Obat-obatan dan Kelengkapan Sarana dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Terkait dengan Rujukan Pelayanan Kesehatan JKN ke RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh ... 72

5.2 Manajemen Rujukan Pelayanan Kesehatan JKN dari Puskesmas di Rumah Sakit Umum Daerah Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh ... 78

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

6.1 Kesimpulan ... 84

6.2 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman 4.1. Personalia PNS di RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie

Tahun 2014 ... 46 4.2. Personalia Non PNS di RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie

Tahun 2014 ... 47 4.3. Indikator Pelayanan Kesehatan RSUD Tgk Abdullah Syafii

Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 48 4.4. Distribusi Karakteristik Informan di RSUD Tgk Abdullah Syafii

Kabupaten Pidie Aceh ... 52 4.5. Matrik Jawaban Informan tentang Ketersediaan Tenaga Kesehatan

dan Non Kesehatan di Puskesmas di Wilayah Kerja RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh ... 53 4.6. Matrik Jawaban Informan tentang Ketersediaan Obat-obatan di

Puskesmas di Wilayah Kerja RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten

Pidie Aceh ... 55 4.7. Matrik Jawaban Informan tentang Kelengkapan Sarana dan

Prasarana Kesehatan di Puskesmas di Wilayah Kerja RSUD Tgk

Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh ... 57 4.8. Matrik Jawaban Informan tentang Rujukan Pelayanan Kesehatan di

Puskesmas di Wilayah Kerja RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten

Pidie Aceh ... 59 4.9. Matrik Jawaban Informan tentang Proses Pendataan Rujukan

Pelayanan Kesehatan JKN di RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh ... 63 4.10. Matrik Jawaban Informan tentang Proses Pencatatan Rujukan

Pelayanan Kesehatan JKN di RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh ... 64 4.11. Matrik Jawaban Informan tentang Proses Pemeriksaan Rujukan

Pelayanan Kesehatan JKN di RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh ... 66 4.12. Matrik Jawaban Informan tentang Hasil Proses Pelayanan Kesehatan

Lanjutan di RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh ... 68 4.13. Matrik Jawaban Informan tentang Pengurusan Surat Rujukan dari

Puskesmas dan tentang Pelayanan Lanjutan di RSUD Tgk Abdullah

Syafii Kabupaten Pidie Aceh ... 70

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 2.1. Macam-macam Rujukan Pelayanan Kesehatan ... 17 2.2. Alur Rujukan Pelayanan Kesehatan ... 22 2.3. Kerangka Berpikir ... 34

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Karakteristik Informan 2. Panduan Wawancara

3. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

7 Surat Izin Penelitian dari Rumah Sakit Umum Daerah Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh

8. Surat Telah Selesai Meneliti dari Rumah Sakit Umum Daerah Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh

(17)

ABSTRAK

Pelayanan kesehatan di era JKN masih ditemui adanya kasus penyakit yang masuk ke dalam 155 jenis penyakit yang mampu dan wajib ditangani puskesmas, ternyata dirujuk ke rumah sakit. Berbagai faktor yang mempengaruhinya. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis ketersediaan tenaga kesehatan, ketersediaan obat- obatan dan kelengkapan fasilitas kesehatan di Puskesmas terkait dengan rujukan pelayanan kesehatan JKN ke RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh dan untuk menganalisis manajemen rujukan pelayanan kesehatan JKN dari puskesmas di Rumah Sakit Umum Daerah Tgk Abdullah Syafii.

Jenis penelitian ini deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber informasi penelitian yaitu Direktur, Kasi Yanmed & Keperawatan, Kasi Penunjang Medik, Kasi Verifikasi Data, dan Pasien JKN yang Dirujuk ke rumah sakit serta kepala puskesmas. Pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan studi dokumentasi.

Teknis analisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan ketersediaan tenaga kesehatan di puskesmas yang merujuk pelayanan kesehatan JKN ke RSUD Tgk Abdullah Syafii masih kurang. Ketersediaan obat-obatan masih kurang, terutama pada akhir bulan.

Ketersediaan sarana prasarana kesehatan atau fasilitas masih kurang. Manajemen yang diterapkan RSUD Tgk Abdullah Syafii dalam memberikan pelayanan kesehatan lanjutan kepada rujukan pelayanan kesehatan JKN dari puskesmas diawali dari proses pendataan, proses pencatatan, hingga proses pemeriksaan sudah menunjukkan hasil yang baik.

Kesimpulan bahwa ketersediaan tenaga kesehatan, obat-obatan, sarana prasarana fasilitas di puskesmas yang merujuk pelayanan kesehatan JKN ke RSUD Tgk Abdullah Syafii masih belum memenuhi kebutuhan puskesmas sementara manajemen yang diterapkan RSUD Tgk Abdullah Syafii dalam memberikan pelayanan kesehatan lanjutan kepada pasien JKN sudah menunjukkan hasil yang baik.

Kata Kunci : Manajemen Rujukan, Pelayanan Kesehatan JKN

(18)

ABSTRACT

In the JKN era, Puskesmas still sent referral patient although the case of disease belonging into the 155 types of disease that can and must be handled by Puskesmas. Various factors that influenced this condition. The purpose of this study was to analyze the availability of health personnel, medicines and the completeness of health facilities at Puskesmas associated with the referral of JKN health services from the Puskesmas to Tgk Abdullah Syafii General Hospital Pidie District, Aceh.

The type of research is descriptive with qualitative approach. The resources took from the Puskesmas which sent the referral of JKN health services and the hospital which received it. The data collected through in-depth interview and documentation study. Analyzing technique used descriptive analysis.

The result showed the availability of health personnel, medicines and the completeness of health facilities at Puskesmas which sent the referral of JKN health services to Tgk Abdullah Syafii General Hospital have not been able to carry out its duties and functions optimally as the first-level health facilities in serving patients of JKN. Management that applied by Tgk Abdullah Syafii General Hospital in Pidie District in providing health service to the referral of JKN health services from Puskesmas starting from the process of data collection, the process of recording, up to process of further medical examination has shown good results.

Conclusion that the availability of health personnel, medicines and health facilities at Puskesmas have not been able to carry out its duties and functions optimally as the first-level health facilities in serving patients of JKN while the management of Tgk Abdullah Syafii General Hospital in providing health service to the referral of JKN health services from Puskesmas has shown good results.

Key Words : Referral Management, Health Services of JKN

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap orang memiliki risiko jatuh sakit dan membutuhkan biaya cukup besar ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan penyakit yang kronis atau tergolong berat. Untuk memberikan keringanan biaya, pemerintah mengeluarkan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program JKN adalah program pelayanan kesehatan yang merata dan tidak diskriminatif yang diatur dalam Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Program JKN ini diimplementasikan ke dalam Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Pemberlakuan peraturan BPJS diberikan secara merata pada seluruh peserta JKN dengan mutu pelayanan yang sama dari setiap golongan. Sebagaimana dinyatakan bahwa semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia dan telah membayar iuran (Kemenkes RI, 2013).

Dalam tahun pertama pelaksanaan JKN yang diselenggarakan BPJS Kesehatan, memang sudah berjalan relatif baik. Namun upaya reformasi program jaminan sosial untuk memberikan perlindungan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan di lapangan. Khususnya yang berkaitan dengan ketentuan umum bahwa pasien harus memperoleh pelayanan

(20)

kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar. Dalam hal peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, fasilitas kesehatan tingkat pertama harus merujuk ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan terdekat sesuai dengan sistem rujukan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan (BPJS, 2014).

Namun sosialisasi ketentuan umum bahwa pasien harus memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar kepada masyarakat masih sangat terbatas. Hal ini terbukti dari banyaknya masyarakat peserta JKN belum tahu mengenai sistem rujukan ini dan bahkan ada yang langsung berobat ke rumah sakit. Inilah yang menjadi persoalan, ketika langsung ke rumah sakit pasien tidak akan dilayani kecuali jika sudah mendapatkan rujukan dari pelayanan kesehatan primer, dengan pengecualian jika pasien JKN dalam kondisi gawat darurat akan tetap dilayani.

Persoalan lain yang berhubungan dengan rujukan pelayanan kesehatan di era JKN ini adalah adanya kenyataan masih tingginya jumlah kasus-kasus penyakit yang seharusnya dapat dituntaskan di layanan primer dirujuk ke fasilitas pelayanan sekunder. Dengan kata lain, sering terjadi indikasi medis penyakit pasien sebenarnya masuk kategori 155 jenis penyakit yang mampu dilayani oleh dokter di fasilitas kesehatan pelayanan primer, namun dirujuk ke fasilitas kesehatan sekunder. Sehingga memberi dampak pada banyaknya rujukan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2012 mengatur adanya rujukan berjenjang dan menetapkan ada dua jenis rujukan yaitu rujukan medis dan rujukan

(21)

kesehatan. Rujukan medis berkaitan dengan pengobatan dan pemulihan (pengiriman pasien, specimen, transfer pengetahuan). Rujukan kesehatan berkaitan dengan upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan (sarana, teknologi dan operasional). Namun tidak mudah mengembangkan RS rujukan medis maupun kesehatan. Manajemen RS perlu mendukung sistem tersebut dengan infrastruktur dan sistem yang baik.

Berbagai faktor yang mempengaruhi banyak rujukan pelayanan kesehatan di rumah sakit sekunder diantaranya adalah kompetensi dokter dan sarana prasarana yang belum mendukung. Beberapa fasilitas kesehatan pelayanan primer tidak memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan apa yang diatur pada Permenkes Nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas Pasal 16 ayat (3) bahwa jenis tenaga kesehatan di puskesmas paling sedikit terdiri dari: dokter atau dokter layanan primer, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian. Selain itu kondisi fasilitas pelayanan juga dapat menjadi dasar bagi dokter untuk melakukan rujukan demi menjamin keberlangsungan penatalaksanaan dengan persetujuan pasien.

Hasil penelitian sejenis yang variabelnya hampir sama dengan variabel penelitian ini adalah dari Misnaniarti (2013) tentang analisis kebijakan Pemerintah Daerah dalam pengembangan Jaminan Sosial Kesehatan Sumatera Selatan Semesta menyambut Universal Health Coverage. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemprov Sumsel akan tetap menjalankan peningkatan mutu dan jumlah pemberi pelayanan kesehatan guna mengatasi perilaku masyarakat yang lebih memilih berobat

(22)

Hasil penelitian di atas menjadi acuan dalam penelitian ini karena variabel yang dikaji memiliki kemiripan yaitu variabel ketersediaan sumber daya manusia (tenaga kesehatan dan non kesehatan) dan sarana prasarana/fasilitas kesehatan.

Adapun lokasi penelitian yang dipilih adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie. Rumah sakit ini tergolong kelas C dengan jumlah tempat tidur berturut-turut pada periode 2012-2014 adalah 72 tempat tidur, 99 tempat tidur, dan 185 tempat tidur. Jumlah tempat tidur terbanyak ada di Kelas III yaitu 95 tempat tidur. Pada umumnya pasien JKN masuk dalam kategori Kelas III, sehingga sering terjadi kekurangan tempat tidur. Ketika disarankan untuk menempati Kelas II atau I, pasien cenderung enggan karena berat dengan aturan penambahan biaya kamar.

Hasil survey pendahuluan di rumah sakit ini, diperoleh data tingginya jumlah rujukan pelayanan kesehatan JKN dari fasilitas kesehatan tingkat pertama (13 puskesmas) pada periode 2014 sebanyak 1.561 rujukan. Jumlah meningkat dibanding tahun sebelumnya (yaitu sebelum diberlakukannya program JKN oleh BPJS), sehingga jumlah tempat tidur yang ada tidak bisa mengimbangi jumlah pasien yang dirawat inap. Sebagian pasien menolak menggunakan kamar kelas II atau I karena adanya penambahan biaya kamar. Sehingga menunggu kamar kosong, ada beberapa pasien sementara ditempatkan di lorong ruang rawat inap. Dari 1.561 rujukan pelayanan kesehatan dari 13 puskesmas di Kabupaten Pidie pada periode 2014, yang dirujuk balik sebanyak 341 rujukan (21,84%). Pelayanan kesehatan yang dirujuk balik seperti kasus penyakit yang masuk ke dalam kategori 155 jenis penyakit yang

(23)

mampu ditangani oleh puskesmas tapi karena keterbatasan dokter (ada puskesmas yang tidak memiliki dokter) dan kurangnya kemampuan dokter menangani maka terpaksa dirujuk ke rumah sakit. Juga pelayanan kesehatan seperti rongent, darah dan sampel penyakit terpaksa dirujuk karena keterbatasan sarana prasarana medis di puskesmas. Sedangkan yang dirujuk inap memberi dampak pada tingkat hunian kamar rawat inap (BOR) rumah sakit yang pada tahun 2012 sebesar 38,41% dan tahun 2013 sebesar 49,09% meningkat tajam menjadi 93,99% pada tahun 2014.

Dari hasil wawancara dengan Kepala Bagian Humas, diketahui bahwa rujukan pelayanan kesehatan JKN dari fasilitas kesehatan tingkat I ke RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie, sebagian besar indikasi medisnya masuk dalam 155 jenis penyakit yang bisa ditangani fasilitas tingkat dasar (puskesmas). Hal ini karena puskesmas ternyata tidak sanggup memberikan pelayana kesehatan. Sehingga setelah proses pemberian pelayanan kesehatan lanjutan, pasien dirujuk balik ke puskesmas.

Sedangkan rujukan pelayanan kesehatan yang indikasi medisnya memang bukan jenis penyakit yang mampu ditangani puskesmas akan langsung dirawat inap. Selanjutnya bila dibutuhkan pelayanan kesehatan yang melebihi kemampuan RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie, maka akan dirujuk lanjut ke rumah sakit kelas B.

Hasil wawancara dengan 2 Kepala Puskesmas diperoleh informasi bahwa ada beberapa pelayanan kesehatan yang dirujuk ke rumah sakit yang masuk dalam kategori 155 penyakit yang harus ditangani di layanan primer. Hal ini diakibatkan oleh keterbatasan sarana medis di puskesmas seperti alat rontgen dan alat

(24)

bahwa sarana prasarana kesehatan yang tersedia di puskesmas memang masih terbatas sehingga sebagian pasien meminta dirujuk langsung ke rumah sakit.

Berdasarkan uraian latar belakang dan fenomena rujukan pelayanan kesehatan JKN di atas, maka penulis tertarik untuk membahasnya dalam penelitian dengan judul: Analisis Manajemen Rujukan Pelayanan Kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah:

1. Bagaimana ketersediaan tenaga kesehatan, ketersediaan obat-obatan dan kelengkapan sarana dan prasarana kesehatan di puskesmas terkait dengan meningkatnya rujukan pelayanan kesehatan JKN ke RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh.

2. Bagaimana manajemen rujukan pelayanan kesehatan JKN dari puskesmas di RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini, maka tujuan yang ingin dicapai adalah:

(25)

1. Untuk menganalisis ketersediaan tenaga kesehatan, ketersediaan obat-obatan dan kelengkapan fasilitas kesehatan di Puskesmas terkait dengan rujukan pelayanan kesehatan JKN ke RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh.

2. Untuk menganalisis manajemen rujukan pelayanan kesehatan JKN dari puskesmas di Rumah Sakit Umum Daerah Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan antara lain:

1. Bagi Pendidikan Kesehatan

Hasil penelitian ini memberikan gambaran bagi mahasiswa tentang manajemen rujukan pelayanan kesehatan JKN di rumah sakit.

2. Bagi BPJS, Rumah Sakit dan Puskesmas

Hasil penelitian ini akan memberikan informasi guna upaya membenahi dan menyempurnakan manajemen rujukan pelayanan kesehatan BPJS.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan, bahan referensi, masukan dan pertimbangan maupun perbandingan bagi penelitian selanjutnya yang tertarik melakukan penelitian dengan topik bahasan yang sama tentunya dengan lingkup yang lebih luas.

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan judul penelitian ini dikutip hasilnya sebagai bahan perbandingan dengan hasil penelitian ini pada bab pembahasan. Beberapa di antaranya sebagaimana diuraikan di bawah ini.

Penelitian Simba pada tahun 2008 tentang Sistem rujukan pasien di Rumah Sakit Nasional: Tantangan di Negara-negara Berpenghasilan Rendah, dengan hasil menunjukkan bahwa dari 11.412 pasien, 75% melakukan rujuan sendiri. Lebih dari 70% pasien memiliki surat rujukan, namun tidak perlu dirujuk hingga ke fasilitas kesehatan tingkat tiga. Hanya 0,8% pasien yang berasal dari luar daerah Dar er Salaam. Pasien yang diberi pelayanan operasi 66,8% yang diterima, dengan kondisi yang paling menonjol adalah kasus obstetric (24,6% dari seluruh pasien). Bagi pasien yang resmi dirujuk dari pelayanan kesehatan lainnya, kurangnya keahlian dan peralatan umum yang dimiliki adalah alasan dilakukannya rujukan (96,3%).

Penelitian Noparatayaporn pada tahun 2014 tentang rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama ke tingkat ketiga di Rumah Sakit Umum. Dengan hasil menunjukkan bahwa sepuluh penyakit yang menjadi penyebab pentingnya dilakukan rujukan pasien dari fasilitas kesehatan primer ke ke fasilitas kesehatan sekunder dan lanjut ke fasilitas kesehatan tersier adalah katarak, diabetes, hipertensi, kanker, abnormal sendi, osteoarthritis, infeksi, alergi rhinitis, depresi, dan komplikasi luka.

(27)

Ketersediaan obat penting yang tidak memadai, beban kerja yang tidak mendukung, kurangnya peralatan dan kurangnya dokter spesialis di fasilitas kesehatan primer cenderung mengakibatkan dilakukannya rujukan pasien kronis atau pasien dengan komplikasi ke fasilitas kesehatan tersier.

2.2 Teori Manajemen

Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2013). Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya manusia organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Stoner dalam Wijayanti, 2008).

Manajemen yaitu suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan, menetapkan cara bagaimana melakukannya, memahami bagaimana mereka harus melakukannya dan mengukur efektivitas dari usaha-usaha yang telah dilakukan. Ada 4 fungsi utama dalam manajemen menurut Terry (2005) yaitu:

1. Fungsi Perencanaan (Planning)

Proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang

(28)

tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. Kegiatan dalam fungsi perencanaan :

a. Menetapkan tujuan dan target bisnis.

b. Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut.

c. Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan.

d. Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis.

2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)

Proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi. Kegiatan dalam fungsi pengorganisasian :

a. Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan.

b. Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggungjawab.

c. Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia/tenaga kerja.

d. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat.

3. Fungsi Pengarahan dan Implementasi (Actuating/Directing)

Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan

(29)

tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.

Kegiatan dalam fungsi pengarahan dan implementasi :

a. Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.

b. Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan.

c. Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan.

4. Fungsi Pengawasan (Controlling)

Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi. Kegiatan dalam fungsi pengawasan dan pengendalian :

a. Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.

b. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan.

c. Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target bisnis.

Unsur-unsur manajemen terdiri dari: man, money, method, machines, material, dan markets (Hasibuan, 2013):

(30)

1. Man : Sumber daya manusia;

2. Money : Uang yang diperlukan untuk mencapai tujuan;

3. Method : Cara atau sistem untuk mencapai tujuan;

4. Machine : Mesin atau alat untuk berproduksi;

5. Material : Bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan;

6. Market : Pasaran atau tempat untuk melemparkan hasil produksi.

Dasar-dasar manajemen menurut Hasibuan (2013) adalah sebagai berikut:

1. Adanya kerja sama diantara sekelompok orang dalam ikatan yang formal.

2. Adanya tujuan bersama serta kepentingan yang sama yang akan dicapai.

3. Adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab yang teratur 4. Adanya hubungan formal dan ikatan tata tertib yang baik.

5. Adanya sekelompok orang dan pekerjaan yang akan dikerjakan.

6. Adanya human organization.

Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan dapat ditingkatkan (Hasibuan, 2013).

2.3 Manajemen Rujukan

Mekanisme hubungan kerja yang memadukan satu strata pelayanan dengan strata pelayanan kesehatan lain banyak macamnya. Salah satu di antaranya dikenal dengan nama sistem rujukan (referal system). Indonesia juga menganut sistem

(31)

rujukan ini, seperti yang dapat dilihat dalam Sistem Kesehatan Nasional. Inilah sebabnya pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia, dibedakan atas beberapa strata seperti misalnya rumah sakit yang dibedakan atas beberapa kelas, mulai dari kelas D pada tingkat yang paling bawah sampai ke kelas A pada tingkat yang paling atas (Azwar, 1996).

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/Sk/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang sama.

Secara ringkas, sistem rujukan memberikan kontribusi pada standar pelayanan medis yang tinggi, dengan membatasi upaya medis yang berlebihan dan adanya pembagian tugas yang efisien antara dokter umum dan dokter spesialis (Rochjati, 2004).

Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara

(32)

horisontal atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.

2.3.1 Macam-macam Rujukan

Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari (Trihono, 2005):

a. Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk.

b. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari :

a. Rujukan medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah.

b. Rujukan kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).

Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas.

(33)

Rujukan secara konseptual terdiri atas:

a. Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada dasarnya menyangkut masalah medik perorangan yang antara lain meliputi:

1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operasional dan lain-lain.

2) Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang lebih lengkap.

3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi pelayanan, ahli pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas pelayanan.

b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang meluas meliputi:

1) Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium dan teknologi kesehatan.

2) Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu penyakit serta penanggulangannya pada bencana alam, gangguan kamtibmas, dan lain-lain.

c. Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada saat terjadi bencana, pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi keracunan massal, pemeriksaan air minum penduduk, dan sebagainya.

(34)

d. Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral maupun lintas sektoral.

e. Bila rujukan di tingkat kabupaten atau kota masih belum mampu menanggulangi, bisa diteruskan ke provinsi atau pusat (Trihono, 2005).

Sedangkan jalur rujukan terdiri dari dua jalur, yakni:

1. Rujukan upaya kesehatan perorangan a. Antara masyarakat dengan puskesmas

b. Antara puskesmas pembantu atau bidan di desa dengan puskesmas c. Intern petugas puskesmas atau puskesmas rawat inap

d. Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit atau fasilitas pelayanan lainnya.

2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat

Dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten atau kota.

Demikian juga Sistem Kesehatan Nasional membedakan rujukan atas dua macam yakni rujukan kesehatan dan rujukan medik:

a. Rujukan kesehatan dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health services). Rujukan kesehatan dibedakan atas rujukan teknologi, sarana dan operasional.

b. Rujukan medik dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada dasarnya untuk pelayanan kedokteran (medical services). Rujukan medik dibedakan atas rujukan penderita,

(35)

pengetahuan dan bahan pemeriksaan. Secara sederhana, kedua macam rujukan ini dapat digambarkan dalam bagan berikut ini.

Gambar 2.1 Macam-macam Rujukan Pelayanan Kesehatan 2.3.2 Faktor-faktor Penentu Penyusunan Sistem Rujukan

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan suatu sistem rujukan yang baik, yaitu: 1) pelayanan tingkat pertama harus dilengkapi peralatan yang mempermudah penanganan, mempersiapkan dan mengirimkan penderita ke tempat tujuan; 2) melibatkan pembiayaan diri asuransi kesehatan dalam pembiayaan rujukan; 3) semua tenaga kesehatan harus bekerja sesuai dengan kemampuan yang ada berdasarkan peraturan dan etika profesi; 4) adanya hubungan fungsional antar setiap unit pelayanan; 5) perlu disusun standar pelayanan medis dan peralatan; dan 6)penanganan penderita selalu diutamakan (Sutarjo, 2004).

Masalah Kesehatan

Masalah Kesehatan Masyarakat

Masalah Kedokteran

Rujukan Kesehatan Rujukan Medik

Teknologi Sarana Operasi- onal

Penderita Pengeta- huan

Bahan Lab.

(36)

Menurut Rochjati (2004), rujukan akan berjalan sempurna bila pelayanan kesehatan yang paripurna dapat dilakukan, yaitu melalui langkah-langkah:

1)pembinaan (promotif); 2)pencegahan (preventif); 3) deteksi dini dan tindakan segera; 4) pencegahan lebih lanjut; dan 5)pemulihan dan konsultasi secara rujukan.

Selanjutnya penatalaksanaan ini sebesar-besarnya adalah untuk mencapai peningkatan hubungan antara dokter dan pasien.

2.4 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2.4.1 Pengertian JKN

Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya telah dibayar oleh pemerintah.

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah jaminan perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam

(37)

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran/iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes RI, 2013)

Program Jaminan Kesehatan Nasional disingkat Program JKN adalah suatu program Pemerintah dan Masyarakat/Rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera.

2.4.2 Manfaat JKN

Manfaat JKN adalah manfaat dasar atau standar yang bertujuan pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan setiap penduduk. Manfaat tambahan (top up/suplemen) memenuhi demand (permintaan atau selera) penduduk. Kebutuhan dasar adalah kebutuhan minimum seseorang untuk bisa berfungsi secara fungsional normal (Thabrany, 2014).

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

Manfaat JKN mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis. Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:

(38)

a. Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai penge lolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hi dup bersih dan sehat.

b. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis B (DPT HB), Polio, dan Campak.

c. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana.

Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

d. Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu.

Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada manfaat yang tidak dijamin antara lain:

a. Tidak sesuai prosedur

b. Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS c. Pelayanan bertujuan kosmetik

d. General check up, pengobatan alternatif

e. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi f. Pelayanan kesehatan pada saat bencana

g. Pasien Bunuh Diri/Penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa diri sendiri/Narkoba.

(39)

2.4.3 Prinsip JKN

Menurut Thabrany (2014) dalam menyelenggarakan JKN berdasarkan prinsip- prinsip, yaitu sebagai berikut:

a. Prinsip kegotongroyongan

Prinsip ini harus terjadi antara peserta yang mampu kepada peserta yang kurang mampu, yang berisiko rendah membantu yang beresiko tinggi, dan yang sehat membantu yang sakit secara nasional.

b. Prinsip nirlaba

Prinsip ini bukan untuk memberi keuntungan kepada sebagian orang-orang atau badan hukum yang biasa disebut pemegang saham. Dalam UU SJSN, dana yang terkumpul dari transaksi wajib disebut dana amanat yang akan digunakan untuk membayar biaya berobat peserta yang sakit. Indikator kinerja BPJS harus diukur dengan seberapa baik peserta mendapat perlindungan.

c. Prinsip tata kelola yang baik (good governance); keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas.

Prinsip tata kelola yang baik juga berlaku atas dana amanat. Prinsip tata kelola yang baik merupakan konsekuensi dari transaksi wajib kepada pemegang amanat (Direksi), Dewan Pengawas, dan seluruh pegawai BPJS.

d. Prinsip portabilitas

Prinsip ini berlaku bagi jaminan, manfaat (benefit) baik berupa uang atau layanan yang menjadi hak peserta. Portabel artinya selalu dibawa, selalu berlaku di tanah

(40)

air, selalu mengikuti kebutuhan peserta dari lahir sampai mati. Karena prinsipnya peserta harus selalu terjamin atau terlindungi kapan dan di manapun dia berada di dalam yurisdiksi Indonesia.

2.4.4 Pelayanan JKN

Jenis pelayanan JKN ada 2 (dua) yang akan diberikan kepada peserta JKN, yaitu pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan ambulans (manfaat non medis).

a. Prosedur pelayanan

Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama. Bila peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan medis.

b. Kompensasi pelayanan

Bila di suatu daerah belum tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi, yang dapat berupa: penggantian uang tunai, pengiriman tenaga kesehatan atau penyediaan fasilitas kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai hanya digunakan untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi.

(41)

c. Penyelenggara pelayanan kesehatan

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan meliputi semua fasilitas kesehatan yang menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta yang memenuhi persyaratan melalui proses kredensialing dan rekredensialing.

2.4.5 Kepesertaan

Prinsip kepesertaan JKN bersifat wajib, agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindung (UU No. 40 pasal 4).

a. UU No. 40 Tahun 2004 huruf g menentukan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) diselenggarakan berdasarkan prinsip wajib.

b. Penjelasan pasal 4 mengatur bahwa prinsip wajib adalah prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk menjadi peserta jaminan sosial, yang dilaksanakan secara bertahap.

Kepesertaan dan iuran antara lain diatur sebagai berikut:

a. Pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS), sesuai dengan program jaminan sosial yang diikuti.

b. Pemerintah secara bertahap mendaftarkan penerima bantuan iuran sebagai peserta kepada BPJS.

c. BPJS wajib memberikan nomor identitas tunggal kepada setiap peserta dan anggota keluarganya wajib memberikan informasi tentang hak dan kewajiban

(42)

d. Setiap peserta berhak memperoleh manfaat dan informasi tentang pelaksanaan program jaminan sosial yang diikuti.

e. Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase dari upah atau suatu jumlah nominal tertentu.

f. Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, yang menjadi kewajibannya dan membayarkan iuran tersebut kepada BPJS secara berkala.

Iuran program jaminan sosial bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu dibayar oleh Pemerintah. Pada tahap pertama, iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibayar oleh pemerintah untuk program jaminan kesehatan (Kemenkes RI, 2012).

Pada era berlakunya JKN, BPJS telah mengeluarkan pula buku Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang. Pola rujukan yang diatur sebagaimana gambar berikut:

(43)

Gambar 2.2 Alur Rujukan Pelayanan Kesehatan (Sumber: BPJS, 2014)

Menurut alur di atas, jika bukan kasus emergency, maka pasien yang merupakan peserta BPJS harus mengunjungi fasilitas kesehatan primer terlebih dahulu. Jika fasilitas kesehatan primer (Puskesmas, RS Kelas D) tidak mampu menangani, maka pasien dapat dirujuk ke RS yang lebih tinggi kelasnya. Dengan demikian, implementasi JKN mengatur bahwa rujukan berjenjang adalah hal mutlak yang harus dilaksanakan dan dipatuhi. Jika dilaksanakan dengan benar, maka ini akan membuat jumlah pasien di RS rujukan tertinggi menajdi berkurang secara kuantitas, namun tingkat kesulitannya meningkat.

(44)

2.5 Puskesmas

2.5.1 Persyaratan Puskesmas

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat bahwa Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan. Bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Kepmenkes Nomor 75 tahun 2014 Pasal 3 ini dinyatakan bahwa prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi: a) paradigma sehat; b) pertanggungjawaban wilayah; c) kemandirian masyarakat; d) pemerataan; e) teknologi tepat guna; dan f)keterpaduan dan kesinambungan. Pada pasal 4 bahwa Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.

1. Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan (Pasal 10): geografis, aksesibilitas untuk jalur transportasi, kontur tanah, fasilitas parkir, fasilitas

(45)

keamanan, ketersediaan utilitas publik, pengelolaan kesehatan lingkungan, dan kondisi lainnya.

2. Bangunan Puskesmas harus memenuhi persyaratan (Pasal 11) yang meliputi:

a)persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja, serta persyaratan teknis bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; b)bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain; dan c)menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan, perlindungan keselamatan dan kesehatan serta kemudahan dalam memberi pelayanan bagi semua orang termasuk yang berkebutuhan khusus, anak-anak dan lanjut usia.

3. Prasarana harus memiliki Puskesmas (Pasal 13) berfungsi paling sedikit terdiri atas: sistem penghawaan (ventilasi); sistem pencahayaan; sistem sanitasi; sistem kelistrikan; sistem komunikasi; sistem gas medik; sistem proteksi petir; sistem proteksi kebakaran; sistem pengendalian kebisingan; sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu) lantai; kendaraan Puskesmas keliling; dan kendaraan ambulans.

4. Peralatan Kesehatan (Pasal 15) di Puskesmas harus memenuhi persyaratan:

a)standar mutu, keamanan, keselamatan; b) memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundangundangan; dan c) diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi yang berwenang.

5. Ketenagaan atau sumber daya manusia di Puskesmas (Pasal 16) terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlahnya paling sedikit

(46)

kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian. Tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas.

Kepmenkes Nomor 75 tahun 2014 Pasal 33 dinyatakan bahwa Puskesmas dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas. Kepala Puskesmas merupakan seorang tenaga kesehatan dengan kriteria: tingkat pendidikan paling rendah sarjana dan memiliki kompetensi manajemen kesehatan masyarakat; masa kerja di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun; dan telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas. Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas seluruh kegiatan di Puskesmas.

Kepala Puskesmas adalah penanggungjawab pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan. Sesuai dengan tanggungjawab tersebut dan besarnya peran Kepala Puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan maka jabatan Kepala Puskesmas setingkat dengan eselon III-B. Dalam keadaan tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat untuk menjabat jabatan eselon III-B, ditunjuk pejabat semantara yang sesuai dengan kriteria Kepala Puskesmas yakni seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup bidang kesehatan masyarakat, dengan kewenangan yang setara dengan pejabat tetap.

2.5.2 Azas Rujukan di Puskesmas

(47)

Kepmenkes Nomor 75 tahun 2014 Pasal 41 dinyatakan bahwa Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya kesehatan dapat melaksanakan rujukan dan dilaksanakan sesuai sistem rujukan. Ketentuan mengenai sistem rujukan sebagaimana dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pada era berlakunya JKN, BPJS telah mengeluarkan pula buku Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang.

Azas rujukan adalah azas penyelenggaraan puskesmas yang keempat. Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatannya. Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan.

Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal, yakni:

1. Rujukan upaya kesehatan perorangan

Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit.

Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik horisontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien paska rawat inap

(48)

yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke puskesmas. Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam:

a. Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (biasanya operasi) dan lain-lain.

b. Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.

c. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan kepada tenaga puskesmas dan ataupun menyelenggarakan pelayanan medik di puskesmas.

2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat

Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan, dan bencana Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

(49)

2.6 Rumah Sakit

2.6.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit dalam bahasa Inggris disebut hospital yang berasal dari bahasa Latin hospitalis yang berarti tamu. Secara lebih luas bermakna menjamu tamu.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159/Menkes/Per/II/1988 mencantumkan pengertian rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata, dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian (Hartono, 2010).

Rumah sakit adalah suatu tempat yang teroganisasi dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, baik yang bersifat dasar, spesialistik, maupun subspesialistik. Selain itu, rumah sakit juga dapat digunakan sebagai lembaga pendidikan bagi tenaga profesi kesehatan. World Health Organization (WHO) memberikan pengertian mengenai rumah sakit dan peranannya: “The hospital is an integral part of social and medical organization, the function of which is to provide for population complete health care both curatie and preventive, and whose out patient services reach out to the family and its home environment; the training of health workers and for bio-social research” (Adisasmito, 2009).

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (pelayanan kesehatan yang meliputi

(50)

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang baik (UU-RI Nomor 44 Tahun 2009).

2.6.2 Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 40/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Fasilitas dan Kemampuan Pelayanan, Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi :

1. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, 5 (lima) pelayanan spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) pelayanan medik spesialis lain dan 13 (tiga belas) pelayanan medik sub spesialis.

2. Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, 4 (empat) pelayanan spesialis penunjang medik, 8 (delapan) pelayanan medik spesialis lainnya dan 2 (dua) pelayanan medik subspesialis dasar.

(51)

3. Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar dan 4 (empat) pelayanan spesialis penunjang medik. Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis gigi mulut, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan pelayanan penunjang non klinik.

4. Rumah Sakit Umum Kelas D

Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) pelayanan medik spesialis dasar.

2.7 Kerangka Berpikir

Terry (2005) memberi pengertian manajemen yaitu suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang- orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan, menetapkan cara bagaimana melakukannya, memahami bagaimana mereka harus melakukannya dan mengukur efektivitas dari usaha-usaha yang telah dilakukan. Sedangkan fungsi manajemen terdiri dari fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). Manajemen

(52)

merupakan sebuah kegiatan; pelaksanaannya disebut manajing dan orang yang melakukannya disebut manajer.

Manajemen sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.

Rujukan kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).

Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (Trihono, 2005).

Program Jaminan Kesehatan Nasional disingkat Program JKN adalah suatu program Pemerintah dan Masyarakat/Rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera (Naskah Akademik SJSN).

Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan kerangka berpikir dalam penelitian sebagai berikut:

(53)

Input Proses Output

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

Analisis Manajemen Rujukan Pelayanan Kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Rumah Sakit Umum Daerah Tgk Abdullah Syafii

Kabupaten Pidie Aceh Pelayanan Kesehatan

di 3 Puskesmas:

1. Ketersediaan tenaga kesehatan 2. Ketersediaan obat-

obatan 3. Kelengkapan

sarana dan prasarana kesehatan

Manajemen Rujukan Pelayanan Kesehatan di RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie:

1. Proses Pendataan 2. Proses

Pencatatan 3. Proses

Pemeriksaan 4. Hasil Proses

Pelayanan Kesehatan Lanjutan

Rujukan ke Faskes Tersier (Kelas B, A)

Rujukan Balik ke Faskes

Tingkat I Rujukan

pelayanan kesehatan

(54)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Cresswell (1994) mendefinisikan pendekatan kualitatif yaitu“Qualitative research focuses on the process that is occurring as well as the product or outcome. Researchers are particulars interested in understanding how things occurs.” Definisi ini menerangkan bahwa penelitian kualitatif difokuskan pada proses yang terjadi dalam penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian kualitatif tidak dapat dibatasi. Disamping itu, peneliti merupakan bagian yang penting dalam penelitian untuk memahami gejala sosial terjadi dalam proses penelitian.

Dalam penelitian ini, penulis memilih pendekatan ini karena ingin mendalami secara detail, intensif dan komprehensif bagaimana manajemen rujukan pelayanan kesehatan JKN di RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie. Aktivitas penelitian yang dilakukan melalui serangkaian kegiatan mengumpulkan, menggambarkan dan menafsirkan data tentang situasi yang dialami yang tampak dalam proses yang sedang berlangsung dan pada awalnya tidak diketahui peneliti. Melalui desain ini dapat diperoleh gambaran fenomena, fakta, dan pelaksanaan manajemen rujukan pelayanan kesehatan JKN di RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie.

(55)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh. Alasan pemilihan lokasi penelitian, karena cukup banyak rujukan pelayanan kesehatan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama ke rumah sakit ini. Data terakhir pada bulan Januari 2015 terdapat 173 pelayanan kesehatan yang dirujuk. Alasan lain pemilihan lokasi penelitian adalah kemudahan dalam hal aspek akses untuk melakukan wawancara mendalam (in depht interview) dan melakukan telaah dokumen karena peneliti bertugas di rumah sakit ini.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juli 2015, diawali pengumpulan data di lapangan, analisis data, membuat hasil penelitian.

3.3 Pemilihan Informan

Informan adalah orang yang diwawancarai dan dimintai informasi oleh pewawancara yang diperkirakan menguasai masalah penelitian dan memahami data informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Informasi adalah data yang telah disusun sedemikian rupa sehingga bermakna dan bermanfaat karena dapat dikomunikasikan kepada seseorang yang akan menggunakannya untuk membuat keputusan (Kumorotomo dan Margono, 1998).

Gambar

Gambar 2.1 Macam-macam Rujukan Pelayanan Kesehatan  2.3.2   Faktor-faktor Penentu Penyusunan Sistem Rujukan
Gambar 2.2 Alur Rujukan Pelayanan Kesehatan  (Sumber: BPJS, 2014)
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah Menganalisis bagaimana pelaksanaan Sistem Rujukan Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Pada Puskesmas Susoh dan

Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah Menganalisis bagaimana pelaksanaan Sistem Rujukan Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Pada Puskesmas Susoh dan

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien program jaminan kesehatan nasional (JKN) sangat puas dengan kualitas pelayanan RSUD Muntilan berdasarkan perhitungan

Determinan Pemanfaatan Puskesmas Kecamatan Pematang Sidamanik Oleh Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Kabupaten Simalungun

“Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien program jaminan kesehatan nasional (JKN) sangat puas dengan kualitas pelayanan RSUD Muntilan berdasarkan perhitungan

c) Apakah semua obat yang diberikan kepada pasien peserta JKN sesuai dengan obat yang terfdaftar dalam buku daftar pasien JKN khususnya bagi pasien kronis. Bagaimanakah

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh Peserta JKN di Wilayah Kerja Puskesmas Cijeruk Kabupaten Bogor Bulan