• Tidak ada hasil yang ditemukan

WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE Volume 3, Nomor2, August 2021, p ISSN (print), ISSN (online)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE Volume 3, Nomor2, August 2021, p ISSN (print), ISSN (online)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE

Volume 3, Nomor2, August 2021, p.

ISSN 2655-9951 (print), ISSN 2656

Pengetahuan Covid-19 Dengan PHBS Adaptasi Kebiasaan Baru Pada Masyarakat

Rohma Fitrianingsih1*); Dian Arif Wahyudi

1*),2,3,4

Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Kesehatan, Universitas Aisyah Pringsewu

ARTICLE INFO

Kata Kunci:

Covid-19 Knowledge

Clean and healthy living behavior (PHBS)

Adaptation of New Habits

*) corresponding author Rohma Fitrianingsih

Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Kesehatan, Universitas Aisyah Pringsewu Email: rohmafitria11@gmail.com

DOI: 10.30604/well.169322021

WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE

, p. 183 – 195 2656-0062 (online)

19 Dengan PHBS Adaptasi Kebiasaan Baru Pada

Dian Arif Wahyudi2; Hardono3; Riska Hediya Putri4

Fakultas Kesehatan, Universitas Aisyah Pringsewu

A B S T R A C T

The COVID-19 pandemic was a rapid and sudden disaster that occurred in Indonesia in early 2020. This condition forced people to change their awareness of the importance of health protocols.

Knowledge is one indicator of clean and healthy living behavior (PHBS) behavior to prevent the chain of spreading the Covid virus. The research was to determine the correlation between knowledge of Covid-19 with clean and healthy living behavior (PHBS) adaptation of new habits on community at the Public Health Center of Sukarame in Sukarame Sub-District 2021.

This type of research is quantitative research, with a descriptive correlational design using a cross sectional approach. The sample used as many as 60 respondents who are visitors at the at the Public Health Center of Sukarame in Sukarame Sub

Taking the sample used incidental sampling technique. This research was carried out on three up to six February 2021.

Bivariate analysis in this research used the Gamma Test.

The results showed that the frequency distribution of knowledge of Covid-19 was high as many as 47 respondents (78.3%), and the frequency distribution of clean and healthy living

(PHBS) adaptation of new habits was 43 respondents (71.7%), which means the high category. Based on the results of the statistical test, a p-value of 0.001 (<0.05) was obtained which indicated that there was a correlation between knowledge of Covid-19 and clean and healthy living behavior (PHBS) adaptation of new habits on community at the Public Health Center of Sukarame in Sukarame Sub-District 2021. The conclusion in this research is that knowledge can improve clean and healthy living behavior (PHBS). It is expected that the results of this research will increase knowledge regarding the prevention of Covid-19 such as avoiding going to crowded places and public transportation, handling Covid-19 patients by self-isolation for 14 days, as well as the spread of covid- 19 and increasing clean and healthy living behavior (PHBS) regarding hand washing for 20 seconds, consuming fruit. At least three times a day, do not touch the face when outside the house and it use gloves when cleaning household appliances.

This is an open access article under the CC–BY

WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE

19 Dengan PHBS Adaptasi Kebiasaan Baru Pada

19 pandemic was a rapid and sudden disaster that occurred in Indonesia in early 2020. This condition forced people awareness of the importance of health protocols.

Knowledge is one indicator of clean and healthy living behavior (PHBS) behavior to prevent the chain of spreading the Covid -19 virus. The research was to determine the correlation between 19 with clean and healthy living behavior (PHBS) adaptation of new habits on community at the Public

District 2021.

This type of research is quantitative research, with a descriptive ross sectional approach. The sample used as many as 60 respondents who are visitors at the at the Public Health Center of Sukarame in Sukarame Sub -District.

Taking the sample used incidental sampling technique. This six February 2021.

Bivariate analysis in this research used the Gamma Test.

The results showed that the frequency distribution of knowledge 19 was high as many as 47 respondents (78.3%), and the frequency distribution of clean and healthy living behavior (PHBS) adaptation of new habits was 43 respondents (71.7%), which means the high category. Based on the results of the value of 0.001 (<0.05) was obtained which indicated that there was a correlation between knowledge of 19 and clean and healthy living behavior (PHBS) adaptation of new habits on community at the Public Health District 2021. The conclusion in this research is that knowledge can improve clean PHBS). It is expected that the results of this research will increase knowledge regarding the prevention 19 such as avoiding going to crowded places and public isolation for 14 19 and increasing clean and healthy living behavior (PHBS) regarding hand washing for 20 seconds, consuming fruit. At least three times a day, do not touch the face when outside the house and it use gloves when cleaning BY-SA license.

(2)

PENDAHULUAN

Pada pertengahan Desember 2019 terdapat beberapa kasus dengan gejala peradangan paru (pneumonia) berat yang membuat para pakar ilmuan mencari tahu dan berfikir keras terkait Coronavirus 2019 di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Pada akhir bulan Desember hasil pemeriksaan spesimen tubuh pasien menunjukkan penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang dinamakan 2019-novel Coronavirus atau Wuhan Coronavirus.Penyakit ini mirip dengan penyakit MERS dan SARS yang terjadi beberapa tahun belakangan.(Pradipta &

Nazaruddin, 2020).

Dari awal kemunculannya hingga 2 Mei 2021, penyakit ini telah menginfeksi 151.803.822 orang dan menyebabkan kematian terhadap 3.186.538 orang diseluruh dunia dengan 220 negara terjangkit (WHO, 2020). Secara global negara tertinggi yang banyak terinfeksi Covid-19 hingga 3 Mei 2021 yaitu Amerika Serikat terkonfirmasi 62.281.517 orang (WHO, 2020).

Begitu juga di Indonesia sejak saat ini pada tanggal 1 Mei 2021 terdapat 100.250 kasus aktif , sebanyak 63.217 spesimen, sebanyak 69.943 kauss suspek, sebanyak 1.672.880 terkonfirmasi, sebanyak 1.526.978 pasien sembuh dan sebanyak 45.652 meninggal (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Update informasi Covid-19 pada Provinsi Lampung 14 Maret 2021 terdapat kasus konfirmasi Covid-19 sebanyak 13.257 orang dengan kasus baru 48 orang dan kasus lama 13.209 orang, selesai isolasi sebanyak 11.881 orang, kasus kematian sebanyak 694 orang, dan kasus suspek sebanyak 183 orang. Sementara pada Kota Bandar Lampung 29 April 2021 yaitu terdapat kasus positif Covid-19 sebanyak 5.492 orang, dinyatakan sembuh sebanyak 4.240 orang, kasus meninggal sebanyak 336 orang, kasus suspek sebanyak 61 orang dan yang selesai isolasi sebanyak 5.027.

Pada Kecamatan Sukarame tanggal 6 Maret 2021 dinyatakan Suspek sebanyak 5 orang, kasus konfirmasi positif Covid-19 sebanyak 456 orang dengan kasus baru 1 orang dan kasus lama sebanyak 455 orang, kasus sembuh sebanyak 406 orang dan 24 orang meninggal.

Berdasarkan data Puskesmas Sukarame Kecamatan Sukarame pada bulan Maret-Oktober 2020 tercatat 19 orang positif Covid-19, suspek sebanyak 158 orang, dan remor (yang belum melakukan rapid test atau riwayat perjalanan jauh) sebanyak 257 orang.

PHBS bukalah hal baru lagi bagi negara Indonesia sudah ada sejak dahulu bahkan sebelum Covid-19 tetapi dengan adanya covid-19 membuat masyarakat untuk lebih mengoptimalkannya dipertegas pula pada anjuran pemerintah untuk lebih menerapkan social and physical distancing atau PHBS dalam kehidupan sehari-hari.Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah suatu kesadaran individu untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal, Indonesia hanya perlu menjaga kebiasaan tersebut dengan melaksanakan dan menerapkan lebih optimal PHBS pada era pandemik Covid-19.

Covid-19 memunculkan banyak masalah kesehatan jika PHBS tidak dijalankan dengan baik dapat membuat angka virus ini semakin meningkat.Oleh sebab itu dengan menerapkan PHBS diharapkan dapat mencegah setidaknya tidak membuat angka Covid-19 menjadi semakin meningkat. Profil kesehatan tahun 2009 menyajikan data baru bahwa 64,41% sarana yang telah dibina kesehatan lingkungannya, yang meliputi institusi pendidikan (67,52%) tempat kerja (59,15%), tempat ibadah (58,84%), fasilitas kesehatan (77,02%) dan sarana lain (62,26%). Hal ini menunjukkan bahwa PHBS belum berjalan sebagaimana mestinya dikarenakan faktor perilaku (Kemenkes RI, 2011).

(3)

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat dibagi menjadi tiga bagian yaitu faktor predisposisi (umur, tingkat pengetahuan masyarakat, dan tingkat pendidikan masyarakat), faktor pemungkin (fasilitas dan sarana) dan faktor penguat (dukungan tokoh masyarakat, perilaku petugas kesehatan, dan tersampaikan atau tidaknya promosi kesehatan PHBS (Green., 2005 dalam Prihanti et al., 2018).

Penelitian Anggraeni et al (2018) menyatakan bahwa penerapan PHBS merupakan perwujudan sikap, namun untuk mewujudkan sikap menjadi satu perbuatan yang nyata tetap diperlukan pendukung atau kondisi yang memungkinkan seperti fasilitas.

Pengetahuan juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor internal (pendidikan, pekerjaan, umur) dan faktor eksternal (faktor lingkungan dan sosial budaya)(Wawan & Dewi, 2010). Pada faktor pendidikan semakin tinggi pendidikan seseorang maka cenderung lebih banyak untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang didapat maka pengetahuan yang didapat tentang kesehatan pun semakin banyak (Nurbaya, 2014). Selain itu pada faktor pekerjaan juga mempengaruhi pengetahuan. Pengetahuan didapat dari hasil interaksi dalam lingkungan pekerjaan (Cahyaningrum & Masruroh, 2020).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di wilayah Puskesmas Sukarame pada tanggal 30 September 2020 dari 10 responden yang diwawancarai didapatkan 4 memiliki pengetahuan baik dan sekitar 2 orang pengetahuan tentang Covid-19 sedang dan 4 responden yang masih belum banyak paham terkait Covid-19. Sementara pada perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) hanya 3 orang yang menerapkan protokol kesehatan seperti mencuci tangan dan 7 lainnya mencuci tangan tetapi belum benar dan bahkan ada yang tidak mencuci tangan sebelum memasuki puskesmas.

Masyarakat masih banyak yang tidak memperdulikan bahayanya virus corona walaupun sudah banyak benner baik di jalan-jalan maupun di fasilitas pelayanan kesehatan, kemudian jika dilihat pada Profil PHBS Puskesmas Sukarame pada bulan April, Mei, dan Juli 2020 persentase nya masih cukup rendah dengan 46,8% untuk wilayah Kelurahan Sukarame.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Pengetahuan Covid-19 Dengan PHBS Adaptasi Kebiasaan Baru Pada Masyarakat di Puskesmas Sukarame Kecamatan Sukarame Tahun 2021”.

METODE

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, penelitian kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk pembuktian/konfirmasi yang dapat diukur dengan angka-angka dan analisis menggunakan statistik, sehingga gejala yang diteliti dapat diukur menggunakan skala-skala, indeks-indeks, atau tabel yang kesemuanya lebih banyak menggunakan ilmu pasti dengan tujuan untuk menggambarkan dan menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017).

Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Sukarame Kecamatan Sukarame.Adapun waktu pelaksanaannya pada pada 3-6 Februari 2021.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif jenis korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut (Notoatmodjo, 2014).Dalam penelitian ini populasi yang diteliti adalah pasien kunjungan rutin di daerah Puskesmas Sukarame berjumlah 480 orang dihitung dengan kunjungan terbanyak

(4)

sejak Februari sampai Oktober 2020 kemudian dibagi 8 bulan sehingga didapatkan hasil 60 orang.Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan insidental sampling.

HASIL

Hasil penelitian ini berkaitan dengan distribusi frekuensi masyarakat (umur, pekerjaan, jenis kelamin), pengetahuan Covid-19, PHBS adaptasi kebiasaan baru, serta hubungan antara pengetahuan covid-19 dengan PHBS adaptasi kebiasaan baru pada masyarakatditampilkan pada Tabel 4.1, Tabel 4.2, Tabel 4.3, dan Tabel 4.4.

1. Analisis Univariat Table 4.1

Distribusi frekuensi karakteristik masyarakat (n=60)

Karakteristik f %

Usia

11-19 Tahun 20-35 Tahun 36-45 Tahun

>45 Tahun

5 43

4 8

8,3 71,7

6,7 13,3 Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Karyawan Swasta PNS

Pelajar Klinik

23 5 28

1 2 1

38,3 8,3 46,7

1,7 3,3 1,7 Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan

9 51

15,0 85,0

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan mayoritas responden berusia 22-45 tahun sejumlah 34 responden (56,7%), memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta sebanyak 28 responden (46,7%), dan jenis kelamin perempuan sejumlah 51 responden (85,0%).

Tabel 4.2

Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan Covid-19 di Puskesmas Sukarame Kecamatan Sukarame Tahun 2021

Pengetahuan Covid-19 Frekuensi Persentase (%)

Rendah 3 5,0

Sedang 10 16,7

Tinggi 47 78,3

Jumlah 60 100

Dari tabel 4.2 didapatkan hasil penelitian responden memiliki pengetahuan Covid-19 rendah sebanyak 3 responden (5,0%), responden yang memiliki pengetahuan Covid-19 sedang sebanyak 10 responden (16,7%), dan responden yang memiliki pengetahuan Covid-19 tinggi sebanyak 47 responden (78,3%).

(5)

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Berdasarkan PHBS Adaptasi Kebiasaan Baru Di Puskesmas Sukarame Kecamatan Sukarame Tahun 2021.

PHBS Frekuensi Persentase (%)

Rendah 5 8,3

Sedang 12 20,0

Tinggi 43 71,7

Jumlah 60 100

Dari tabel 4.3 didapatkan hasil responden memiliki PHBS rendah sebanyak 5 responden (8,3%), PHBS sedang sebanyak 12 responden (20,0%), dan yang memiliki PHBS tinggi sejumlah 43 responden (71,7%).

2. Analisis Bivariat Tabel 4.4

Hubungan antara pengetahuan covid-19 dengan PHBS adaptasi kebiasaan baru pada masyarakat di Puskesmas Sukarame Kecamatan Sukarame Tahun 2021.

Pengetahuan covid-19

PHBS p-value

Rendah Sedang Tinggi Total

0,001

N % N % N % N %

Rendah 3 100 0 0 0 0 3 100

Sedang 0 0 7 70 3 30 10 100

Tinggi 2 4,3 5 10,6 40 85,1 47 100

Total 5 8,3 12 20 43 71,7 60 100

Dari hasil analisis pada tabel 4.6 tentang hubungan antara pengetahuan Covid-19 dengan PHBS adaptasi kebiasaan baru pada masyarakat dengan hasil uji statistic gamma diperoleh nilai p value = 0,001 <0,05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan pengetahuan Covid-19 dengan PHBS adaptasi kebiasaan baru pada masyarakat di Puskesmas Sukarame Kecamatan Sukarame, dan berarti Ho ditolak.

PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat

a. Distribusi karakteristik masyarakat

Menurut penelitian (Widodo & Alexandra, 2018) menunjukkan bahwa usia masyarakat terbanyak yaitu usia 26 -35 tahun sebanyak 34 orang (35,8%) yang termasuk dalam kategori usia dewasa awal. Daya tangkap dan pola pikir seseorang dipengaruhi oleh usia. Semakin bertambahnya usia akan semakin berkembang pula pengetahuan yang diperolehnya.

Secara teori menyatakan bahwa usia dewasa awal adalah usia ketika seseorang biasanya memiliki kematangan kognitif dalam puncak terbaik sehingga lebih mudah memahami sesuatu dan kemampuan produktivitas sangat baik, tetapi kemampuan kognitif seseorang berbeda.

(Widodo & Alexandra, 2018). Hal ini menunjukkan semakin baik pengetahuan responden mengenai Covid-19 maka responden akan menerapkan perilaku PHBS untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Peneliti beropini bahwa semakin cukup usia maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfikir maupun bekerja semakin baik sehingga mempengaruhi daya tangkap dan pola pikirnya. Selain itu juga responden sudah mampu dalam mengambil keputusan sendiri

(6)

terutama masalah kesehatannya mengenai dampak dari Covid-19 yang dapat mengancam nyawa sehingga responden akan lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan pencegahan menerapkan PHBS yang baik.

Studi di China melaporkan bahwa pendapatan seseorang dapat berkaitan dengan pengetahuan yang baik dan perilaku yang sesuai pada Covid-19.Hal ini disebabkan bahwa status ekonomi adalah penentu utama perilaku dan tindakan seseorang untuk menjaga kesehatannya. Peningkatan pendapatan lebih memungkinkan seseorang memenuhi kebutuhan untuk melindungi diri dari Covid-19 dengan membeli masker wajah dan pembersih tangan (Akalu dkk., 2020).

Peneliti beropini jenis pekerjaan memiliki peluang untuk menambah pengetahuan dan informasi dalam berbagai hal terkait Covid-19 lebih luas, selain itu pekerjaan yang memiliki pendapatan tinggi juga dapat memenuhi kebutuhan responden agar membeli kebutuhan yang diperlukan dalam pencegahan Covid-19.Responden dengan pekerjaan sebagai karyawan swasta tersebut juga sudah difasilitasi di tempat pekerjaannya tempat cuci tangan beserta sabunnya dan ketentuan 3 M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak) sehingga lebih mudah menerapkan PHBS.

Menurut penelitian Yue et al (2021) bahwa pengetahuan wanita lebih tinggi dari laki-laki sebanyak 57,2% wanita dalam survei pendidikannya sarjana atau lebih dari sarjana yang memiliki tingkat pemahaman yang lebih tinggi terkait pencegahan dan pengendalian penyakit menular yaitu Covid-19 yang saat ini sedang terjadi daripada laki. Laki-laki memiliki resiko lebih rentan tertular Covid-19 dengan jumlah kasus Covid-19 60% berjenis kelamin laki-laki (Wulandari et al., 2020).

Begitupun dengan penelitian Pascawati & Satoto (2020) bahwa menurut hasil penelitian dilakukan di Tanzania dan Cina perempuan memiliki pengetahuan Covid-19 yang lebih baik daripada pria. Hal ini disebabkan karena perempuan menunjukkan tingkat kepedulian yang lebih tinggi tentang efek pandemi Covid-19 pada hidup mereka daripada pria.

Peneliti berasumsi bahwa jenis kelamin merupakan salah satu faktor pemicu pengetahuan. Perempuan akan lebih memahami informasi yang didapatnya kemudian langsung diaplikasikan pada perilakunya sehingga responden perempuan lebih tinggi pemahamannya dalam pencegahan pengendalian Covid-19 dengan menunjukkan tingkat kepedulian yang lebih tinggi tentang efek pandemi Covid-19 pada hidup mereka.

b. Pengetahuan Covid-19 di Puskesmas Sukarame Kecamatan Sukarame Tahun 2021 Pada dasarnya memang pengetahuan masyarakat Indonesia tentang Covid-19 adalah baik.

Hal ini didukung oleh penelitian Yanti et al (2020) bahwa sebanyak 99% masyarakat Indonesia mempunyai pengetahuan yang baik, 59% mempunyai sikap positif, dan 93% mempunyai perilaku yang baik terhadap pencegahan Covid-19.

Selain itu pada penelitian Khasawneh et al., (2020)didapatkan hasil evaluasi tingkat pengetahuan mahasiswa kedokteran Yordania terhadap penularan Covid-19 didapatkan pengetahuan mahasiswa baik sekitar 42,5% dengan sebagian mahasiswa berfikir bahwa hewan kemungkinan besar menjadi sumber penularan Covid-19. Mahasiswa juga setuju bahwa virus dapat ditularkan melalui interaksi fisik langsung seperti berjabat tangan, berciuman, kontak kulit.

Pengetahuan adalah hasil tahu kemampuan/ ilmu yang dimiliki seseorang dan dapat digunakan kepada diri sendiri ataupun orang lain. Pengetahuan juga faktor penting terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2014). Pengetahuan yang perlu dimiliki

(7)

masyarakat saat ini untuk mengurangi penyebaran Covid-19 mencakup penyebab, tanda dan gejala, cara penularan, pencegahan hingga pengobatan. Pengetahuan dan perilaku memiliki hubungan yang positif (Saputra & Simbolon, 2020).

Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan Covid-19 yang tinggi akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam kesehatannya. Pengetahuan yang paling tinggi dalam penelitian ini yaitu mengenai pencegahan Covid-19 dengan menghindari pergi ke tempat-tempat ramai dan menghindari transportasi umum, penanganan Covid-19 dengan melakukan isolasi mandiri apabila terinfeksi Covid-19 dengan periode 14 hari, dan penyebaran virus Covid-19 bisa dari pasar, kontak dengan hewan hidup yang terinfeksi Covid-19 sampai bisa dari manusia ke manusia.

Dari ketiga hal tersebut lebih memiliki resiko mengancam karena jika tidak diketahui akan semakin memperburuk keadaan dan meningkatkan kasus Covid-19 sehingga 3 pertanyaan terkait pengetahuan Covid-19 tersebut semakin meningkat.

c. PHBS Adaptasi Kebiasaan Baru Di Puskesmas Sukarame Kecamatan Sukarame Tahun 2021

Menurut penelitian Hotima (2020) tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Era New Normal bahwa pada masa pandemik ini perlunya mengkonsumsi makanan kaya kandungan antioksidan, seperti sayur dan buah-buahan untuk membantu proses pencegahan radikal bebas yang dapat mengganggu kerja sistem imun.

Perilaku manusia merupakan aktivitas yang berasal dari manusia itu sendiri.Perilaku juga bermakna sebagai aktivitas manusia yang terjadi disebabkan oleh stimulus secara langsung ataupun tidak langsung. Suatu perilaku akan terwujud diawali dengan adanya pengalaman- pengalaman beserta faktor lingkungan fisik atau non fisik, selanjutnya hal tersebut setelah diketahui akan dipersepsikan, diyakini, sehingga tumbuh motivasi serta niat melakukan tindakan.

Hasil penelitian Andhika dkk (2019) membuktikan teori Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal mencangkup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik.

Peneliti berasumsi bahwa perilaku seseorang dapat dipengaruhi salah satunya dari pengetahuannya.Dalam penelitian ini didapatkan PHBS yang memiliki skor tertinggi yaitu kesehatan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya, responden yang memakai masker ketika berada di luar rumah serta etika batuk dengan menutup mulut dan hidung ketika batuk ataupun bersin.

Pembuangan sampah yang dimaksud adalah sampah padat domestik berasal dari kegiatan rumah tangga (sisa makanan, kertas, dll) selain itu adapun limbah padat khusus yaitu masker sekali pakai, sarung tangan bekas, dan tisu. Pada point penggunaan masker ini dianjurkan oleh WHO untuk membersihkan tangan terlebih dahulu, pastikan masker masih dalam kondisi tidak robek dan ganti masker jika yang sekali pakai hingga cara membuangnya dan pada etika batuk dimaksudkan untuk menggunakan tisu, tutup hidung dan mulut ketika bersin ataupun batuk lalu jangan lupa cuci tangan.

Dari ketiga pernyataan diatas memiliki dampak yang penting pada masyarakat karena lingkungan yang sehat akan berpengaruh pada kesehatan selain itu pentingnya menggunakan masker karena telah ada peraturan yang mengharuskannya serta etika batuk jika diterapkan

(8)

akan mengurangi penyebaran virus Covid-19 sehingga membuat PHBS ini pun semakin meningkat. Peningkatan ini juga didukung oleh fasilitas di lingkungan masyarakat.

Dari beberapa faktor perilaku PHBS yang menjadi salah satu penyebab PHBS rendah pada penelitian ini sebanyak 5 responden diantaranya responden kurang dalam asupan nutrisi seperti mengkonsumsi buah minimal 3x sehari, perilaku menyentuh bagian wajah ketika berada diluar rumah atau tempat umum, tidak menggunakan sarung tangan ketika membersihkan rumah serta kurangnya penerapan mencuci tangan dengan air dan sabun setidaknya 20 detik.

Responden tahu akan pentingnya nutrisi agar menjaga imun tubuh hanya saja 3x dalam sehari. Begitupun cuci tangan responden menerapkannya tetapi tidak sesuai dengan prosedur yaitu 20 detik.Perilaku lainnya dengan tetap menyentuh bagian wajah ketika berada diluar rumah sedangkan itu tidak diperbolehkan apalagi pada kondisi saat ini, tangan yang belum tentu bersih yang terdapat virus, bakteri atau kotoran yang mampu menempel dibagian wajah dan bisa membuat virus masuk.

Dengan beberapa faktor tersebut disimpulkan bahwa penyebabnya karena responden belum menerapkan secara optimal prosedurnya.Pada kondisi saat ini perlunya perilaku hidup bersih dan sehat yang optimal agar mencegah rantai penyebaran virus Covid-19.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Antara Pengetahuan Covid-19 Dengan PHBS Adaptasi Kebiasaan Baru Pada Masyarakat di Puskesmas Sukarame Kecamatan Sukarame Tahun 2021.

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa dari 60 responden pengetahuan rendah dengan PHBS rendah sebanyak 3 responden (100%), responden pengetahuan sedang dengan PHBS rendah sebanyak 0 responden (0%), kemudian responden dengan pengetahuan tinggi PHBS rendah sebanyak 2 responden (4,3%) responden pengetahuan rendah dengan PHBS sedang sebanyak 0 responden (0%), responden pengetahuan sedang dengan PHBS sedang sebanyak 7 responden (70%), kemudian responden dengan pengetahuan tinggi PHBS sedang sebanyak 5 responden (10,6%), dan pengetahuan rendah dengan PHBS tinggi sebanyak 0 responden (0%), responden pengetahuan sedang dengan PHBS tinggi sebanyak 3 (30,0%), kemudian sebanyak 40 responden (85,1) pengetahuan tinggi yang memiliki PHBS tinggi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Siswani & Rizky (2018) dengan Judul Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Dengan Penerapan PHBS Di Wilayah RW 07 Kelurahan Cijantung Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2017. Hasil uji statistic didapatkan p value = 0,000 < a 0,005, sehingga disimpulkan ada hubungan signifikan antara pengetahuan responden dengan perilaku hidup bersih dan sehat di wilayah RW 07 Kelurahan Cipatung Kecamatan Pasar Rebo Tahun 2017.

Berdasarkan penelitian Saputri et al (2021) dengan Judul Knowledge and Attitude Relationship on Clean and Healthy Lifestyle Towards The Prevention of Covid-19 Transmission in RW.03 Ciganjur Village South Jakarta. Hasil probabilitas nilai (sig) <0,05 dapat dilihat pada Asymp.Sig nilai p 0,000. Ini menunjukkan bahwa H0 ditolak yang artinya bahwa ada hubungan yang signifikan antara Pengetahuan Tentang Bersih dan Sehat Terhadap Perilaku Hidup Sehat Pencegahan Penularan Covid-19.

Dipertegas lagi dengan penelitian Mujiburrahman dkk (2020) menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang pencegahan Covid-19 sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 86 responden (82.7%). Perilaku responden dalam pencegahan Covid-19 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu sebanyak 53 responden (51.0%).

(9)

Menurut Rachman (2019) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu media massa informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

Pengetahuan yang baik akan menghasilkan perilaku yang baik dengan begitu semakin tinggi pengetahuan keluarga maka akan semakin mengerti tentang pentingnya PHBS. Oleh sebab itu pentingnya peran tokoh masyarakat untuk memberikan pemahaman PHBS pada masyarakat sehingga menjadi role model dalam menerapkan PHBS baik dalam kehidupan sehari-hari (Hermawan & Somantri, 2020).

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan upaya peningkatan pengetahuan kesadaran, kemampuan,dan kemauan untuk berperilaku hidup bersih dan sehati bagi pribadi, keluarga, masyarakat umum yang minimal dapat memberikan dampak bermakna pada kesehatan (Wahyuni & Fatmawati, 2020).

Dari sini peneliti simpulkan bahwa faktor pengetahuan memiliki andil dalam mengubah kebiasaan dan budaya dalam berperilaku PHBS.Pengetahuan yang tinggi akan berdampak pada perilaku untuk menerapkan PHBS yang tinggi begitupun sebaliknya pengetahuan yang kurang akan berdampak pada perilakunya menjadi kurang/rendah.

Faktor yang mempengaruhi yaitu usia, pekerjaan dan jenis kelamin. Pada usia 20-35 tahun yang memiliki kategori dewasa awal sehingga memiliki daya tangkap dan pola berfikir yang lebih matang sehingga sudah mampu mengambil keputusan yang baik bagi dirinya maupun orang lain, selain itu dalam menangkap informasi yang didapat juga semakin mudah.

Faktor kedua yaitu pekerjaan responden sebagai karyawan swasta dari sini informasi yang didapat juga semakin luas karena lingkungan tempat pekerjaannya yang pasti sudah menerapkan anjuran pemerintah yaitu protokol kesehatan.Pekerjaan yang memiliki nilai yang tinggi juga yaitu ibu rumah tangga bukan berarti hanya dirumah mereka tidak mendapatkan pengetahuan mengenai Covid-19 informasi dapat diperoleh dari televisi dan media social.

Selain itu ibu rumah tangga akan jauh lebih menjaga yang berjenis kelamin perempuan jelas akan lebih protektif dalam hal apapun termasuk kesehatan sehingga mereka akan lebih mencegah terutama untuk dirinya tindakan yang dapat mengancam nyawa mereka maupun keluarga, anak, dan lingkungannya yang di terapkan pada PHBS nya dengan memakai masker, membuang sampah pada tempatnya, serta etika batuk.

Pada point yang dijelaskan diatas bahwa pembuangan sampah yang dimaksud adalah sampah padat domestik yaitu limbah (sampah) yang berasal dari kegiatan rumah tangga (sisa makanan, kertas, dll) selain itu adapun limbah padat khusus yaitu masker sekali pakai, sarung tangan bekas, dan tisu. Pada point penggunaan masker ini dianjurkan oleh WHO untuk membersihkan tangan terlebih dahulu, pastikan masker masih dalam kondisi tidak robek dan ganti masker jika yang sekali pakai hingga cara membuangnya dan pada etika batuk dimaksudkan untuk menggunakan tisu, tutup hidung dan mulut ketika bersin ataupun batuk lalu jangan lupa cuci tangan.

Peneliti berpendapat bahwa pengetahuan dapat berpengaruh pada PHBS masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan responden didapatkan data bahwa tingkat pengetahuan mengenai Covid-19 seperti cara penyebarannya, pencegahan, penanganannya banyak yang mengetahuinya dengan pengetahuan kategori tinggi serta perilaku PHBS nya seperti kesehatan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya, memakai masker ketika berada diluar rumah serta etika batuk.

(10)

Pada penelitian ini didapatkan 3 responden dengan pengetahuan Covid-19 kategori rendah dan PHBS kategori rendah sebanyak 5 responden dan pengetahuan Covid-19 kategori tinggi sebanyak 47 sementara PHBS kategori tinggi menjadi 43 responden.

Terdapat 2 responden dengan pengetahuan tinggi tetapi PHBS rendah, dikarenakan responden yang belum menerapkannya secara optimal dan sesuai prosedur seperti mengkonsumsi buah seminggu 3x, cuci tangan kurang dari 20 detik, tetap menyentuh wajah saat berada diluar rumah, dan tidak menggunakan sarung tangan ketika membersihkan peralatan dirumah.

Perilaku yang kurang optimal tersebut menjadi salah satu penyebabnya, tanpa di sadari perilaku sering menyentuh wajah terutama saat diluar rumah akan membuat virus atau bakteri menempel yang membuat SARS COV-2 dapat memiliki peluang untuk menyerang tubuh kita.

Selain itu pada pengetahuan Covid-19 kategori sedang sebanyak 10 meningkatkan PHBS sebanyak 12 responden ini dikarenakan baik umur, pekerjaan, mendukung terlaksananya PHBS dengan baik sehingga ada penambahan 2 responden dengan perilaku sedang dari 10 pengetahuan Covid-19 kategori sedang.

Pengetahuan dan PHBS yang tinggi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia kategori dewasa awal yang mempunyai daya tangkap dan kematangan dalam berfikir dan bertindak, pekerjaan yang sudah memiliki fasilitas untuk lebih mudah menerapkan PHBS serta jenis kelamin perempuan yang lebih protektif dalam kesehatan dan keselamatan mereka.

KESIMPULAN

1. Karakteristik responden di Puskesmas Sukarame Kecamatan Sukarame diketahui usia terbanyak pada rentang usia 20-35 tahun sejumlah 43 responden, kemudian pekerjaan terbanyak sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak 28 responden, dan jenis kelamin perempuan menjadi terbanyak yaitu sebanyak 51 responden.

2. Pengetahuan Covid-19 responden di Puskesmas Sukarame Kecamatan Sukarame responden yang memiliki pengetahuan rendah sebanyak 3 responden (5,0%), responden yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 10 responden (16,7%), dan responden yang memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 47 responden (78,3%).

3. PHBS adaptasi kebiasaan baru responden di Puskesmas Sukarame Kecamatan Sukarame responden yang memiliki PHBS rendah sebanyak 5 responden (8,3%), PHBS sedang sebanyak 12 responden (20,0%), dan yang memiliki PHBS tinggi sejumlah 43 responden (71,7%).

4. Hasil uji statistik gamma diperoleh nilai p value = 0,001 < 0,05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan pengetahuan Covid-19 dengan PHBS adaptasi kebiasaan baru pada masyarakat di Puskesmas Sukarame Kecamatan Sukarame.

SARAN

1. Bagi responden

Bagi responden penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan responden mengenai pencegahan Covid-19 seperti menghindari pergi ketempat ramai dan transportasi umum, penanganan Covid-19 dengan isolasi mandiri selama 14 hari, serta penyebaran Covid-19 yang membuat masyarakat menerapkan PHBS seperti menjaga kesehatan lingkungan dengan

(11)

membuang sampah pada tempatnya, kesehatan diri dengan memakai masker, dan etika batuk dengan menutup mulut dan hidung. Selain itu perlunya peningkatan perilaku dalam cuci tangan setidaknya selama 20 detik, mengkonsumsi buah minimal 3x sehari, tidak menyentuh wajah ketika berada diluar rumah serta menggunakan sarung tangan ketika membersihkan peralatan rumah.

2. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan terutama bagi perawat dapat menjadi sumber informasi dalam upaya mempertahankan tempat cuci tangan bahkan dapat lebih meningkatkan pelayanan kesehatan dan memberikan promosi kesehatan mengenai Covid-19 dan PHBS dilaksanakan di puskesmas maupun langsung ke masyarakat.

3. Bagi Institusi Universitas Aisyah Pringsewu Lampung

Bagi Institusi Universitas Aisyah Pringsewu Lampung khususnya perpustakaan dapat dijadikan sumber data, informasi dan bahan bacaan bagi mahasiswa/mahasiswi mengenai Hubungan pengetahuan Covid-19 dengan PHBS adaptasi kebiasaan baru pada masyarakat.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi sumber informasi terkait pengetahuan Covid-19 yang paling berpengaruh terhadap PHBS kebiasaan baru pada masyarakat dan dapat dijadikan penelitian lain mengenai PHBS masyarakat yang masih kurang terkait cuci tangan lebih dari 20 detik, mengkonsumsi buah minimal 3x sehari, tidak menyentuh wajah ketika berada diluar rumah serta menggunakan sarung tangan ketika membersihkan peralatan rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Akalu, Y., Ayelign, B., & Molla, M. D. (2020). Knowledge, Attitude And Practice Towards Covid-19 Among Chronic Disease Patients At Addis Zemen Hospital, Northwest Ethiopia. Infection and Drug Resistance, 13, 1949–1960.

https://doi.org/10.2147/IDR.S258736

Andhika, R. F., Lismayanti, L., & Falah, M. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Lansia Di Tasikmalaya. Healthcare Nursing Journal, 1(2), 1–6.

Anggraeni, N. K. L., Suniyadewi, N. W., & Devhy, N. L. P. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dengan Penerapan Hidup Bersih Dan Sehat Pada Tatanan Rumah Tangga Di Desa Payangan Wilayah Kerja Puskesmas Marga I Tabanan. BMJ (Online), 5(2), 144–156.

Cahyaningrum, & Masruroh. (2020). Analisis Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Bahaya Bahan Kosmetik Pada Kesuburan Di Klinik Kecantikan Kanaya. Indonesian Journal Of Midwifery (IJM), 3(1), 1–7.

Hermawan, D., & Somantri, U. W. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Keluarga Di Kelurahan Muara Ciujung Barat Wilayah Kerja Puskesmas Rangkasbitung. Jurnal Abdidas, 1(3), 296–305.

https://doi.org/https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i4.66

Hotima, S. H. (2020). Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Era New Normal. Majalah Ilmiah

“Pelita Ilmu,”3(2), 188–205.

(12)

Kementerian Kesehatan, RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

2269/MENKES/PER/XI/2011. Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Infeksi Emerging (Media Informasi Resmi Terkait Penyakit Infeksi Emerging). covid19kemkes.go.id/category/situasi-infeksi-emerging/info-corona- virus/#.X7Wy4D0xfqB

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Rujukan, Rumah Sakit Darurat Dan Puskesmas Yang Menangani Pasien Covid-19: Pengelolaan Air Limbah Pengelolaan Limbah Padat Domestik Pengelolaan Limbah B3 Medis Padat.

1–14.

Khasawneh, A. I., Humeidan, A. A., Alsulaiman, J. W., Bloukh, S., Ramadan, M., Al- Shatanawi, T. N., Awad, H. H., Hijazi, W. Y., Al-Kammash, K. R., Obeidat, N., Saleh, T., & Kheirallah, K. A. (2020). Medical Students And COVID-19 : Knowledge , Attitudes , And Precautionary Measures . A Descriptive Study From Jordan. Frontiers In Public Health, 8, 1–9. https://doi.org/10.3389/fpubh.2020.00253

Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan (Jakarta). Rineka Cipta.

Nurbaya, S. (2014). T ingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Mengenai Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Di Dusun 2 Desa Gajah Mati Kec. Babat Supat Kab. Muba.

Pascawati, N. A., & Satoto, T. B. T. (2020). Public Knowledge , Attitudes And Practices Towards. International Journal of Public Health Science (IJPHS), 9(4), 292–302.

https://doi.org/10.11591/ijphs.v9i4.20539

Pradipta, J., & Nazaruddin, A. M. (2020). Antipanik! Buku Panduan Virus Corona. PT Elex Media Komputindo.

Prihanti, G. S., A., L. D., R, H., I., A. I., P., H. S., P., G. R., & F., S. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Tatanan Rumah Tangga Di Wilayah Kerja Puskesmas Poned X. Saintika Medika, 14(1), 7–14.

https://doi.org/10.22219/sm.vol14.smumm1.6644

Rachman, S. N. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Perilaku Merokok Dalam Rumah Tangga Di Desa Cilaku Kota Serang Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Kesehatan Delima, 3(2), 189–195.

Saputri, M. E., Suharyanto, T., & Khumaera, D. (2021). Knowledge and Attitude Relationship on Clean and Healthy Lifestyle Towards The Prevention of Covid-19 Transmission in RW . 03 Ciganjur Village South Jakarta n = n = n = n = n =. Journal Educational of Nursing (JEN), 4(1), 29–34. https://doi.org/10.37430/jen.v4i1.83

Siswani, S., & Rizky, A. C. (2018). Hubungan Antara Pengetahuan IBu Rumah Tangga Dengan Penerapan PHBS Di Wilayah RW 07 Kelurahan Cijantung Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2017. Jukmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat), 2(1), 16–31.

Sugiyono. (2017). Metodologi Penelitian Bisnis. Alfabeta.

Wahyuni, W., & Fatmawati, S. (2020). Peningkatan Pengetahuan PHBS Dan Penerapan Cuci Tangan Dalam Upaya Pencegahan Covid-19 Pada Santri Di Lingkungan Pondok Pesantren. GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2), 197–205.

Wawan, A., & Dewi, M. (2010). Pengetahuan Sikap, Dan Perilaku Manusia. Nuha Medika.

WHO. (2020). Corona Virus Disease (Covid-19) Dashboard. covid19.who.int/

(13)

Widodo, T., & Alexandra, F. D. (2018). Hubungan tingkat pengetahuan PHBS tatanan RT dengan PHBS warga di bantaran Sungai Kahayan Palangka Raya tahun 2016. Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management), 2(3), 175–184. https://doi.org/10.36813/jplb.2.3.175-184

Wulandari, A., Rahman, F., Pujianti, N., Sari, A. R., Laily, N., Anggraini, L., Muddin, F. I., Ridwan, A. M., Anhar, V. Y., Azmiyannoor, M., & Prasetio, D. B. (2020). Hubungan Karakteristik Individu Dengan Pengetahuan Tentang Pencegahan Coronavirus Disease 2019 pada Masyarakat di Kalimantan Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 15(1), 42–46. https://doi.org/10.26714/jkmi.15.1.2020.42-46

Yanti, B., Wahyudi, E., Wahiduddin, Novika, R. G. H., Arina, Y. M. D., Martani, N. S., &

Nawan, N. (2020). Community Knowledge, Attitudes, And Behavior Towards Social Distancing Policy As Prevention Transmission of Covid-19 in Indonesia. Jurnal

Administrasi Kesehatan Indonesia, 8(1), 4–14.

https://doi.org/10.20473/jaki.v8i2.2020.4-14

Yue, S., Zhang, J., Cao, M., & Chen, B. (2021). Knowledge, Attitudes and Practices of COVID-19 Among Urban and Rural Residents in China: A Cross-sectional Study.

Journal of Community Health, 46(2), 286–291. https://doi.org/10.1007/s10900-020- 00877-x

Referensi

Dokumen terkait

ISSN Cetak 1978 4880 ISSN Online 2580 2186 Volume 14(2) November 2021 Analisis Konten Instagram Arsip UGM Masa Pandemi Covid 19 Peluang dan Tantangan Thoriq Tri Prabowo Digitisasi Arsip

Hasil wawancara yang telah dilakukan pada beberapa responden pada saat Posyandu di Pekon Pariaman didapatkan bahwa ibu mengatakan sudah tahu manfaat pemberian

masih belum cukup atau belum matang dimana didalam UU Nomor 1 tahun 1974 pasal 71 yang menetapkan batas maksimum pernikahan diusia muda adalah perempuan umur 16 tahun dan

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muthoharoh (2019) dengan hasil data terdapat pengaruh sikap wanita usia subur dengan

Berdasarkan hasil prasurvei yang peneliti lakukan di SMP N II Sukoharjo pada tanggal 19 September 2020 terhadap 12 remaja putri kelas VII dengan tekhnik

Dari latar belakang diatas Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan dari akar rumput petiver bagi kesehatan kulit dengan kemampuan antiseptik tertinggi

Angka tersebut menunjukkan bahwa nilai p &lt; 0,05, artinya Ada Hubungan tumbuh kembang dengan kejadian stunting pada balita di posyadu latifah 1 gading rejo

Hasil dari penelitian ini adalah Hasil analisis univariat didapatkan (89,5 %) responden mempunyai perilaku merokok, 62,3% responden memiliki sikap negatif, 51,2%