BAB II
LANDASAN TEORITIK
2.1. Prestasi Belajar
2.1.1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang berupa ilmu pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan sikap yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil akhir dari aktivitas belajar. Hasil merupakan pembuktian kompetensi dari proses belajar yang dinyatakan dengan nilai atau angka pencapaian kompetensi yang berupa pengalaman baru yang didapat dari proses belajar yang mengakibatkan perubahan dalam diri siswa dari tidak kompeten menjadi kompeten, menjadi terampil, dan mampu menjadi manusia yang mampu menggunakan akal pikirannya sebelum bertindak dan mengambil keputusan sebelum melakukan sesuatu (Gagne , dalam Djamarah 2011).
Gordon (dalam Mulyasa, 2006) mengungkapkan aspek yang terkandung dalam kompetensi sebagai berikut: (1) pengetahuan (knowledge), (2) pemahaman (understanding), (3) keterampilan (skills), (4) nilai (value), (5) sikap (attitude), (6) minat (interest).
digunakan sebagai ukuran dari prestasi belajar siswa. Salah satu ulangan untuk mengukur prestasi belajar siswa adalah ulangan semester, yang berfungsi melihat sejauhmana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program pelajaran selama satu semester (Azwar, 2011).
Untuk melakukan pengukuran prestasi belajar siswa dilakukan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada menjadi indikator-indikator. Penilaian oleh pendidik bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran dan disampaikan dalam bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran yang disampaikan pada akhir proses belajar mengajar. Setiap pendidik melaporkan nilai pada satuan pendidikan dalam bentuk nilai prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh (Depdiknas, 2008).
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar diungkap oleh Gagne (1977), dalam Nasution (1993), yang dijelaskan kembali oleh Djamarah (2011) sebagai berikut:
1. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa a. Motivasi
Menurut Nasution (dalam Djamarah 2011) menyatakan bahwa:
Motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan siswa tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Dengan kata lain, seseorang mempunyai tujuan tertentu dari segala aktivitasnya. Ada tidaknya motivasi individu untuk belajar sangat berpengaruh dalam proses aktivitas belajar itu sendiri. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar, tidak akan mungkin melakukan aktifitas belajar dan prestasi belajarnya pun akan rendah. Sebaliknya siswa yang mempunyai motivasi belajar, akan dengan baik melakukan aktivitas belajar dan memiliki prestasi belajar yang lebih baik.
b. Bakat
Sunarto & Hartono (dalam Djamarah 2011) mengungkapkan:
“Bakat memang diakui sebagai kemampuan bawaan yang
merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau latihan.”
c. Minat
Minat adalah kecenderungan atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan, sehingga apa yang diinginkannya dapat dicapai sesuai dengan keinginannya. Pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Apabila siswa kurang berminat dalam mata pelajaran yang diajarkan, dapat memakai insentif untuk menumbuhkan minat siswa. Djamarah (2011) menyatakan bahwa :
“Insentif merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau melakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik. Diharapkan pemberian insentif akan membangkitkan motivasi anak didik dan mungkin minat terhadap bahan yang diajarkan akan muncul.”
Minat belajar yang tinggi akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa tinggi. Sebaliknya minat belajar yang rendah akan berdampak pada prestasi belajar siswa rendah.
d. Disiplin belajar
Disiplin yang sejati harus datang dari dalam diri siswa itu sendiri, jika dipaksa dari luar hanya akan berlangsung selama orang yang memaksakannya ada atau memberikan ancaman hukuman. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin didalam belajar baik dalam menetapkan waktu belajar. Siswa yang mempunyai disiplin belajar dapat mengatur waktu belajar dan prestasi belajar yang baik akan dicapainya, sebaliknya siswa yang tidak mempunyai disiplin belajar akan membuang waktunya untuk kegiatan yang kurang bermanfaat, seperti bermain game, jalan-jalan dan prestasi belajar siswa akan menurun.
e. Kecerdasan/ Inteligensi
Kecerdasan merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang siswa dalam mencapai prestasi belajarnya. Dalyono (dalam Djamarah 2011) mengungkapkan:
“seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya, orang yang intelegensinya rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berfikir sehingga prestasi belajarnya pun rendah.”
suatu program pendidikan dan pengajaran. Dan orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas, (Nasution dalam Djamarah 2011).
f. Kesehatan
Proses belajar siswa akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu seperti: cepat lelah, mudah pusing, ngantuk dan gangguan- gangguan kesehatan lainnya. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan- ketentuan tentang belajar, tidur, makan, olah raga dan rekreasi. Apabila siswa dalam belajar kesehatannya terganggu maka siswa tersebut tidak akan dapat menerima materi, akibatnya prestasi belajarnya akan menurun.
g. Kemandirian belajar
Kemandirian belajar akan tercapai apabila didukung oleh faktor-faktor seperti: motivasi, minat, disiplin, kesehatan, fasilitas. Djamarah (2011), mengungkapkan bahwa:
“belajar anak didik tidak mesti harus selalu berinteraksi dengan guru dalam proses interaksi edukatif. Dia juga bisa belajar mandiri tanpa harus menerima pelajaran dari guru disekolah. Bagi anak didik belajar seorang diri merupakan kegiatan yang dominan. Setelah pulang sekolah, siswa harus belajar di rumah. Mereka mungkin menyusun jadwal belajar pada malam, pagi atau sore hari. Demikianlah siswa selalu belajar dengan jadwal belajar yang telah diprogramkan”.
Siswa yang mempunyai kemandirian belajar prestasi belajarnya akan jauh lebih baik dibandingkan siswa yang kurang mempunyai kemandirian belajar.
2. Faktor yang berasal dari luar diri siswa a. Metode belajar
Penggunaan suatu metode dapat membawa suasana interaksi pengajaran yang edukatif, menempatkan peserta didik pada keterlibatan aktif belajar, maupun menumbuhkan dan mengembangkan minat belajar dan membangkitkan semangat belajar dapat mempertinggi perolehan hasil belajar dan menghidupkan proses pengajaran yang sedang berlangsung.
b. Kurikulum
mengatur waktu belajar dengan baik. Sebagai contoh, Sejumlah bahan pelajaran yang seharusnya diberikan dalam waktu yang panjang, akan tetapi untuk mencapai target kurikulum diberikan kepada siswa dalam waktu yang masih sedikit tersisa, hal ini dapat menyebabkan prestasi belajar menurun.
c. Tata tertib
Tata tertip erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan seluruh staf dalam sekolah. Seluruh staf dalam sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu juga memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju siswa harus disiplin didalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru berserta staf yang lain disiplin pula sehingga proses dan hasil belajar siswa dapat dicapai seperti yang diharapkan. Apabila dalam sekolah tidak ada tata tertib maka proses belajar tidak akan berjalan dengan baik, dan akhirnya prestasi belajar siswa pun berkurang.
d. Keluarga
memungkinkan anak belajar dengan baik. Dari sikap tersebut akan sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, jadi siswa belajar perlu dorongan dan pengertian dari orang tua agar hasil belajar siswa akan tercapai sesuai yang diharapkan.
e. Teman sekelas
Menciptakan relasi yang baik dengan teman sekelas adalah perlu, dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa. misalnya saling bertukar pendapat atau memberikan arahan apabila menemukan materi pelajaran yang sulit/ kurang bisa dimengerti dan hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Apabila relasi dengan teman sekelas kurang baik maka siswa akan malas berangkat sekolah karena teman sekelas yang mempunyai perilaku yang tidak menyenangkan dan ini akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.
f. Fasilitas
siswa akan terganggu dalam belajarnya dan prestasi belajar akan menurun.
2.1.3. Pengukuran Prestasi Belajar
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan, Mengukur prestasi belajar diperoleh melalui Ulangan. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk mamantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Ulangan meliputi Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester.
Ulangan Harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih; Ulangan Tengah Semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran; Ulangan Akhir Semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.
Untuk mendapatkan prestasi belajar siswa akhir semester SMA N 3 Salatiga Tahun 2012/2013 digunakan rumus berikut ini:
P bel = 2UH + UTS + TG + US 1
Keterangan :
P bel = Prestasi Belajar Siswa Akhir Semester UH = Ulangan Harian
UTS = Ulangan Tengah Semester TG = Tugas
US = Ulangan Semester satu
Dari perhitungan rumus Ulangan Akhir Semester, maka akan diperoleh suatu nilai pencapaian kompetensi dalam bentuk angka yang dicantumkan dalam sebuah buku laporan pendidikan. Nilai pencapaian kompetensi harus diinformasikan kepada siswa untuk mengetahui tingkat pencapaian keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu. Apabila siswa yang bersangkutan mendapatkan nilai di bawah KKM, maka siswa tersebut harus mengikuti remedial untuk mencapai kompetensi.
adalah skor mentah yang telah diubah atau ditranformasikan secara linier kedalam bentuk lain berdasarkan mean dan deviasi standar distribusinya.
Salah satu skor standar yang paling popular adalah skor-z. konversi skor skor mentah menjadi skor standar z dilakukan dengan menggunakan rumusan konversi z, yaitu:
z = (X – M )/ s Keterangan:
z = Skor standar z
X = Skor mentah yang diperoleh siswa M = Rata-rata kelompok
s = Standart deviasi
Dari konversi skor z akan diperoleh disrtibusi skor z yang mempunyai mean 0 dan deviasi standar 1. Arti setiap skor yang diperoleh oleh masing-masing siswa dapat mengacu kepada besar dan arah penyimpangannya dari harga 0, yaitu mean distribuasi skor z. Distribusi skor yang mempunyai mean dan deviasi standar yang berbeda, akan dapat diperbandingkan setelah melalui konversi skor z (Azwar, 2011).
Bentuk Ulangan yang diberikan di SMA N 3 Salatiga dengan menggunakan dua cara sebagai berikut :
X = B – S / (a – 1)
Keterangan:
X = Skor setelah dikoreksi
B = Banyaknya item yang dijawab benar S = Banyaknya item yang dijawan salah a = Banyaknya pilihan jawaban ( alternatif)
2. Soal essay. Untuk menskor bentuk tes ini adalah membuat terlebih dahulu pedoman pemberian skor yang berisi garis besar atau pokok- pokok jawaban yang dikehendaki. Kalau menghendaki jawaban yang panjang, batasi cakupan jawaban yang dianggap benar sesuai dengan pernyataan dan hasil belajar yang ingin diukur. Kemudian tentukan bobot nilai untuk setiap item, yang dapat didasarkan pada banyaknya pokok jawaban yang harus terjawab atau didasarkan pada kisaran angka (misalnya antara 0 sampai 5) untuk setiap item, yang merupakan “rating” terhadap cakupan
isi jawaban dan relevansinya dengan pernyataan.
2.2. Kemandirian Belajar
Menurut Hiemstra (1998) kemandirian belajar adalah:
Kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki melalui: 1) penetapan tujuan belajar; 2) memiliki keterampilan belajar; 3) memiliki pendekatan ilmiah dalam belajar; 4) memiliki standar keberhasilan dalam belajar, dan 5) memiliki prakarsa untuk belajar.
Dari pengertian Hiemstra (1998), yang dimaksud belajar aktif adalah kegiatan belajar yang membuat siswa menjadi aktif, siswa diajak menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang mereka miliki dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari melalui:
1) Penetapan tujuan belajar, tujuan belajar adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam belajar. Penetapan tujuan belajar harus dirumuskan secara spesifik dan jelas supaya tidak kehilangan arah dan fokus.
2) Memiliki keterampilan belajar, keterampilan belajar adalah suatu cara yang dipakai untuk mendapat, mempertahankan, dan mengungkapkan pengetahuan serta merupakan cara untuk menyelesaikan masalah.
Hiemstra (1998) mengungkapkan keterampilan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Keterampilan bertanya, pencaritahuan dan memecahkan masalah 2) Keterampilan untuk tetap berpikir terbuka terhadap sudut pandang
3) Keterampilan menjaring data, dan kemudian memilih sumber- sumber yang relevan secara tepat
4) Keterampilan untuk mengumpulkan data tentang kinerja, melalui mawas diri dan feedback dari orang lain
5) Keterampilan menaksir kinerjanya sekarang dengan menggunakan data yang ada
6) Keterampilan menjabarkan kebutuhan hidup menjadi tujuan, rencana dan aktifitas belajar
7) Keterampilan menetapkan tujuan untuk meningkatkan kinerjanya sekarang
8) Keterampilan untuk mengamati dan meneladani kinerja orang lain, dengan tujuan untuk memajukan diri sendiri
9) Keterampilan untuk komitmen dengan tegas terhadap usaha kerja yang hanya untuk mencapai tujuan
10)Keterampilan mempertahankan motivasi diri secara terus menerus.
3) Memiliki pendekatan ilmiah dalam belajar, pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah.
4) Memiliki standart keberhasilan dalam belajar, standar keberhasilan dapat dijadikan tolok ukur berhasil atau tidak. Standart keberhasilan yang ditetapkan dapat menjadi pemicu semangat dalam belajar.
5) Memiliki prakarsa untuk belajar, prakarsa untuk belajar merupakan usaha untuk belajar. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
keterampilan dan teknik yang kreatif atas prakarsa (inisiatif dan motivasi) siswa yang bersangkutan.
Klein (dalam Slameto 2002) mengungkapkan bahwa belajar mandiri merupakan proses atau tujuan kegiatan sekolah, dan tidak mensyaratkan pengetahuan sebelumnya. Dalam kaitan ini kemandirian belajar terutama dimotivasi oleh sasaran siswa itu sendiri, diberi imbalan atas jerih payahnya secara intrinsik, dilakukan dibawah pengawasan sekolah, dan diselenggarakan secara mandiri oleh siswa yang bersangkutan dan atau dalam kelas biasa, atas prakarsa guru yang bersangkutan.
Dalam setiap kegiatan belajar mandiri dapat terjadi kendala-kendala belajar, seperti kurangnya sumber daya atau kurangnya waktu untuk belajar yang dapat menyebabkan terganggunya proses belajar mandiri siswa. Proses belajar mandiri memerlukan tanggung jawab, inisiatif dan keberanian dalam melaksanakannya. Selanjutnya Hiemstra (1998) mengemukakan ada 6 langkah kegiatan untuk membantu individu menjadi lebih mandiri dalam belajar, yaitu:
1) Preplanning atau aktivitas sebelum proses pembelajaran; 2) Menciptakan lingkungan belajar yang positif;
3) Mengembangkan rencana pembelajaran;
4) Mengidentifikasi aktivitas pembelajaran yang sesuai; 5) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan monitoring, 6) Mengevaluasi hasil pembelajar individu.
Gambar 2
Model Pembelajaran individual (Sumber: Hiemstra. 1998)
Hiemstra (dalam Keegan 1990) menyatakan bahwa derajat kemandirian belajar yang diberikan kepada pembelajar dapat dilihat dari 3 aspek :
1. Kemandirian dalam menentukan tujuan : apakah penentuan tujuan belajar ditentukan oleh guru atau siswa
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar. Guru harus memiliki kemandirian dalam menentukan tujuan belajar untuk mencapai keberhasilan belajar. Hal ini seperti kemampuan untuk mengenali sumber-sumber baik manusia, materi dan atau pengalaman.
2. Kemandirian dalam menentukan metode belajar: apakah pemilihan dan penggunaan sumber belajar dan media lain keputusannya dilakukan oleh guru atau siswa
strategi guna memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada untuk memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan belajar.
3. Kemandirian dalam menentukan evaluasi : apakah keputusan tentang metode evaluasi serta kriteria yang digunakan ditentukan oleh guru atau siswa.
Evaluasi adalah proses pengukuran dan penilaian untuk mengetahui hasil pekerjaan atau usaha yang telah dicapai seseorang sehingga diketahui kekurangannya, yang nantinya dapat diperbaiki untuk meningkatkan prestasi belajar berikutnya. Dalam hal ini guru melakukan evaluasi tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai bahan pelajaran, sehingga diketahui seberapa persenkah materi yang dikuasai siswa
2.3. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Slameto (2002) melakukan penelitian kepada siswa unggulan di SMU Laboratorium UKSW Salatiga dengan sampel 118 siswa, hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar siswa.
antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar dengan r hitung 0,634  r tabel
0,176.
Sari (2010) melakukan penelitian tentang hubungan antara kemandirian belajar matematika dengan prestasi belajar matematika pada siswa kelas XI IPA SMA N 1 Salatiga semester satu tahun ajaran 2009/2010 dengan sampel 224 orang siswa. pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner kemandirian belajar matematika berdasarkan teori Thoha (1996). Data prestasi belajar diambil berdasarkan nilai ulangan harian terpadu, UTS 1 dana nilai tes akhir semester 1. Hasil analisis menyatakan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara kemandirian belajar matematika dengan prestasi belajar matematika dengan koefisien korelasi r = 0,242 dengan p = 0,000  0,05.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdulkahar (1990) di SMA Negeri 2 Bandar Lampung dengan sampel 68 orang siswa, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar siswa dengan koefisien korelasi rxy = 0,073 dengan p 
0,05.
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: