• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN KARIKATUR “OOM PASIKOM” PADA SURAT KABAR KOMPAS EDISI, 2 OKTOBAR 2010. (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur “Oom Pasikom” Pada Surat Kabar Kompas Edisi, 2 Oktober 2010).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN KARIKATUR “OOM PASIKOM” PADA SURAT KABAR KOMPAS EDISI, 2 OKTOBAR 2010. (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur “Oom Pasikom” Pada Surat Kabar Kompas Edisi, 2 Oktober 2010)."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

OLEH :

Marselino Steven Maspaitella

NPM. 0643010244

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

(2)

MARSELINO STEVEN MASPAITELLA

NPM. 0643010244

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 02 Desember 2010

PEMBIMBING TIM PENGUJI :

1. Ketua

Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si NIP. 19581225 19900 1001

Dra. Diana Amalia, M.Si NIP. 19630907 199103 2 00 1

(3)

KATA PENGANTAR

 

Halleluya, Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena penyertaan-Nya dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan sehingga

penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Hanya kepada Tuhan Yesus rasa syukur yang penulis panjatkan atas

segala keberhasilan dan kelancaran selama proses mengerjakan skripsi ini.

Sejujurnya penulis akui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan

penelitian skripsi ini, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri

sendiri. Kesulitan itu akan terasa lebih mudah apabila kita yakin terhadap

kemampuan yang kita miliki dan percaya bahwa Tuhan Yesus selalu menyertai

hingga terselesaikannya penelitian skripsi ini.

Semua proses kemudahan dan kelancaran pada saat pembuatan

penelitian Skripsi ini tidak lepas dari segala bantuan dari berbagai pihak yang

sengaja maupun yang tidak sengaja telah memberikan perhatian dan

sumbangsihnya. Maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1.Ibu Dra. H.Suparwati, Ec, Msi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk

menyelesaikan penelitian skripsi ini.

2.Bapak Juwito, S.Sos, Msi, Ketua Progdi Ilmu Komunikasi

(4)

3.Ibu Dra. Diana Amalia, Msi, Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan,

saran dan petunjuk sampai terselesainya penelitian skripsi ini.

4.Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan

ilmunya.

5.(Alm) Papa yang menjadi inspirasi dan semangat dalam

menyelesaikan studi S1. Mama dan Marsel yang telah

mendukung, membimbing dengan penuh kasih sayang yang tulus

dan perhatian secara moriil maupun materiil, serta doa restunya

demi keberhasilan penelitian skripsi ini.

6.Keluarga besar Maspaitella – Yokohael yang telah memberikan

semangat dan motivasi kepada penulis.

7.Mytha Febryani Pondaang tercinta yang selalu memberikan

motivasi, semangat, perhatian,dukungan dan kasih sayangnya

yang tidak henti-hentinya demi kelancaran dan keberhasilan

penelitian skripsi ini.

8.Renato H, Erwin Weber, Dimas Agil, Taufiq Prabowo, Immanuel

Yoyakhim, Rizqisyah Dwijaya Irawan, Cleveland Ronaldo, Dicky

Ariesta, Eko Agus C, dan seluruh teman – teman jurusan IKOM

‘06 yang telah membantu dan memberikan dorongan hingga

terselesaikannya penelitian skripsi ini.

9. Teman-teman GP dan jemaat GPIB SHALOM yang selalu

(5)

10.Teman-teman vocal group Serafika yang telah selalu memberikan

pengertian dalam pelayanan dalam Tuhan dan kelancaran dalam

menyelesaikan penelitian skripsi ini.

11.Keluarga Bapak Edi dan mas Erik yang menjadi tempat

nongkrong di saat melepas penat dengan penelitian skripsi ini.

12.Kepada mbak Tiwi yang sudah menyempatkan waktu

membimbing dan menyuport penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan - kekurangan dalam

penyusunan penelitian skripsi ini. Maka penulis mengharapkan saran dan kritik

yang membangun. Dan semoga penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang

menggunakannya. Terima kasih.

Surabaya, November 2010

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

ABTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 16

1.3 Tujuan Penelitian ... 16

1.4 Kegunaan Penelitian ... 16

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 16

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 18

2.1 Landasan Teori ... 18

vi

(7)

2.1.1 Media Massa ... 17

2.1.1.1 Surat Kabar ... 19

2.1.2 Tipografi Huruf ... 21

2.1.3 Kartun dan Karikatur ... 24

2.1.4 Karikatur Dalam Media Cetak... 26

2.1.5 Kritik Sosial ... 27

2.1.6 Teroris ... 32

2.1.7 Korupsi ... 33

2.1.8 Pengertian Hukum di Indonesia ... 34

2.1.9 Pendekatan Semiotika ... 35

2.1.10 Semiotika Charles Sanders ... 37

2.1.11 Konsep Makna ... 40

2.2 Kerangka Berpikir ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

3.1 Metode Penelitian ... 45

3.2 Korpus ... 46

3.3 Unit Analisis ... 47

vii

(8)

3.3.1 Ikon ... 48

3.3.2 Indeks ... 48

3.3.3 Simbol ... 48

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.5 Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 53

4.1.1 Gambaran Umum Harian Kompas ... 53

4.1.2 Sejarah Harian Kompas ... 54

4.2 Penyajian Data ... 57

4.3 Analisis Data ... 57

4.4 Karikatur Oom Pasikom Pada Surat Kabar Kompas “Kinerja Penegak Hukum Trehadap Kasus Teroris dan Kasus Korupsi” Edisi Sabtu, 2 Oktober 2010 ... 58

4.5 Karikatur Oom Pasikom Pada Surat Kabar Kompas “Kinerja Penegak Terhadap Kasus Teroris dan Kasus Korupsi” Edisi Sabtu, 2 Oktober 2010 Dalam Kategori Tanda Pierce ... 60

4.6 Analisis Data Pemaknaan Karikatur “Oom Pasikom” Edisi, 2 Oktober 2010 ... 66

viii

(9)

ix

 

4.6.1 Ikon ... 66

4.6.2 Indeks ... 68

4.6.3 Simbol ... 70

4.7 Makna Keseluruhan Pemaknaan Karikatur ”Oom Pasikom” (dalam model triangle of meaning Pierce) ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(10)

KOMPAS EDISI, 2 OKTOBAR 2010.

(Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur “Oom Pasikom” Pada Surat

Kabar Kompas Edisi, 2 Oktober 2010)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang dikomunikasikan karikatur tentang kinerja penegak hukum terhadap kasus teroris dan kasus korupsi pada surat kabar Kompas “Oom Pasikom” yang dimuat 2 Oktober 2010.

Teori yang digunakan adalah semiotika Charles Sanders Peirce yang mengemukakan membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi kategori yaitu : ikon, indeks, simbol adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada Frame of Reference (berdasarkan pengetahuan) serta Field of Experience (latar belakang pengalaman).

Metode semiotik dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebuah metode yang lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu data yg dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar.

Hasil yang didapat dari interpretasi karikatur adalah adanya sebuah kinerja penegak hukum terhadap kasus teroris dan kasus korupsi yang digambarkan karikaturis dalam sebuah karikatur.

Kesimpulan yang didapat adalah karikatur memberikan pesan agar penindak lanjutan dalam menindak kasus-kasus yang ada di Indonesia tanpa tebang pilih dan lebih merata dalam penindakannya.

(11)

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk

menyampaikan pesan dari komunikator pada khalayak. Masyarakat haus

akan informasi, sehingga media massa sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Media massa terdiri dari media massa cetak, dan media massa elektronik.

Media massa cetak terdiri dari majalah, surat kabar, dan buku. Sedangkan

media massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film, internet, dan lain -

lain. Media cetak seperti, majalah, buku, surat kabar justru mampu

memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya, karena ia sarat

dengan analisa yang mendalam dibanding media lainnya. (Cangara,

2005:128)

Selama ini media cetak seperti surat kabar tidak hanya berperan

sebagai pencarian informasi yang utama dalam fungsinya, tetapi bisa juga

mempunyi suatu karakteristik yang menarik yang perlu di perhatikan untuk

memberikan analisis yang sangat kritis yang akan menumbuhkan motivasi,

mendorong serta dapat mengembangkan pola pikir bagi masyarakat agar

semakin kritis dan selektif dalam menyikapi berita-berita yang ada di dalam

media. Belakangan ini media pers Indonesia menampilkan komik kartun

dan karikatur sebagai ungkapan kritis terhadap berbagai masalah yang

berkembang secara tersamar dan tersembunyi. Pembaca di ajak berpikir,

       

(12)

merenungkan dan memahami pesan-pesan yang tersurat dan tersirat dalam

gambar tersebut. (Sobur, 2006:140)

Keberadaan karikatur pada surat kabar, bukan berarti hanya

melengkapi surat kabar dan memberikan hiburan selain berita-berita utama

yang di sajikan. Tetapi juga dapat memberikan informasi dan tambahan

pengetahuan terhadap masyarakat. Karikatur membangun masyarakat

melalui pesan-pesan sosial yang dikemas secara kreatif dengan pendekatan

simbolis. Sayangnya muatan pesan verbal dan pesan visual yang di

tuangkan pada karikatur terlalu banyak. Secara visual, desain karikatur yang

disajikan pun jelek, tidak komunikatif, kurang cerdas, dan terkesan

menggurui. Akibatnya masyarakat luas diposisikan sebagai target sasaran

dari karikatur dengan serta merta mengabaikan pesan sosial yang ingin

disampaikan oleh karikatur. (www.desaingrafisindonesia.com).

Digunakannya gambar karikatur dari harian Kompas edisi Oktober

2010 sebagai objek penelitian dikarenakan gambar karikatur tersebut

merupakan penggambaran suatu dari peristiwa yang sedang dialami bangsa

Indonesia yaitu membrantas para teroris yang berganti motif penyerangan

dengan perampokan di bank CIMB Niaga Medan dan polsek Hamparan

Perak yang dilakukan di Deli Serdang Sumatera Utara. Dan kasus korupsi

yang belum tuntas dan pemberian hukuman yang terlalu ringan pada

tersangka atau koruptor. Bahkan pemberian vonis bebas kepada koruptor

(13)

Terorisme menjadi problem yang seakan tak bisa lagi dipisahkan

dengan Indonesia. Semenjak bom bali satu di Legian Bali hingga

perampokan perampok yang di duga aksi teroris yang menggalang dana

untuk aksi beriktutnya. Belakangan, masalah terorisme pun kembali

mencuat. Sabtu (2/10), ratusan Polisi dari berbagai kesatuan, juga masih

mengejar komplotan bersenjata yang diduga sebagai teroris, di Kabupaten

Serdang Bedagai, Sumatera Utara (Sumut).

Kasus terorisme sangat sering terjadi di Indonesia. Dari berbagai

catatan yang berhasil dihimpun, sejak 2000, Markas Besar Kepolisian RI

telah menembak mati 44 pelaku terduga teroris dan 10 teroris yang tercatat

melakukan aksi bunuh sebanyak 10 orang. (Blora, CyberNews)

Setelah Imam Samudera dan Hambali telah menjalani hukuman

mati. Dan yang terakhir Nurdin M Top yang meninggal dalam penyergapan

Densus88. Aksi teroris kini kembali muncul dengan aksi yang frontal

dengan melakukan perampokan dan serangan ke markas polisi. Kapolri

menjelaskan, tersangka teroris menganggap perampokan yang di lakukan

terhadap bank sebagai perampokan terhadap harta benda milik orang kafir

(fa’i). Dengan dana itu, mereka membiayai kegiatan terorisme, yaitu

membangun kekuatan militer, melakukan latihan, serta membeli sanjata api

(14)

Di dalam kegiatan teroris terjadi pergeseran pola yang di kontrol

oleh Abu Tholut sebagai pimpinan menurut kepolisian. Ada tiga aspek

terjadinya pergeseran pola yaitu :

Ada masalah pergeseran target masalah target sasaran serang far

enemy (musuh jauh), yaitu simbol-simbol kepentingan Amerika dan

sekutunya seperti kedutaan asing, hotel, bar, kafe dan mall. Ke near enemy

(musuh dekat) yang lebih tertuju kepada aparat kepolisian terlebih Densus

88. Ada tiga alasan teroris menyerang kepolisian. Pertama, polimereka

perlu dihukum karena menjadi thoghut (penguasa yang lalim) karena

termasuk aparat pemerintah yang dianggap sekuler. Kedua, Densus 88

dituding sebagai antek-antek asing, terutama Amerika dan Australia yang

melatih kepolisian. Yang terakhir, Densus 88 di yakini melanggar HAM

karena telah melakukan extra judicial killing dan penyiksaan terhadap

tindak terorisme.

Aspek ke dua, adalah perubahan dari cara penyerangan dari bom

bunuh diri ke penggunaan senjata api yang di barengi dengan kemampuan

urban guerilla warfare. Aspek ke tiga, adalah saat donatur dari luar ataupun

internal kelompok mulai kekurangan dana, perampokan menjadi cara yang

efisien untuk mendapatkan dana segar dan ini ukan pola baru. Tahun 2002

Imam Samudra merampok toko emas di Serang untuk mendanai aksi bom

(15)

Kinerja penegak hukum dalam mengungkap jaringan-jaringan

teroris di Indonsia sangat baik terutama kepolisian. Hal ini terbukti dengan

tertangkapnya para klomplotan perampok bersenjata yang melakukan aksi

di Bank CIMB Niaga Medan yang di curigai sebagai teroris. Dan

melakukan pengerjaran sampai kota Serdang Begadai Sumatera Utara di

mana menjadi sarang para perampok teroris. Dan sebagian para pelaku

mulai terdesak dan menyerahkan diri ke kepolisian setempat karena ruang

geraknya telah terlacak oleh polisi. Tetapi kinerja penegak hukum dalam

mengungkap korupsi sangatlah bertolak belakang dengan pemberantasan

aksi teroris. Pengadilan umum dinilai masih mengobral vonis bebas

terhadap terdakwa kasus korupsi. Selama semester pertama tahun 2010 saja,

pengadilan telah memvonis bebas lebih dari separuh terdakwa korupsi.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis

besar mencakup unsur-unsur sebagai berikut. Yang pertama, perbuatan

melawan hukum. Ke dua, penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau

sarana. Ke tiga, memeperkaya diri sendiri, orang lain dan korporasi. Yang

terakhir, merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain,

diantaranya. Memberikan atau menerima hadiah atau janji, penggelapan

dalam jabatan, pemerasan dalam jabatan, ikut serta dalam pengadaan (bagi

pegawai atau penyelenggara negara), dan menerima gratifikasi (bagi

(16)

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah

penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk

pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya

korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan

pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai

dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi

adalah kleptokrasi, yang arti harfiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di

mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa

berbentuk sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering

memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian

uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja.

Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting

untuk membedakan antara korupsi dan kriminalitas kejahatan. Tergantung

dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang

dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada

yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.

Menurut Indoneisa Corruption Watch (ICW), sebanyak 54,82

persen atau 91 terdakwa atas kasus korupsi di vonis bebas oleh pengadilan

umum dalam enam bulan pertama tahun 2010. Berdasarkn catatan ICW,

sepanjang 2010 pengadilan umum telah menyidang 166 terdakwa korupsi

(17)

ringan para terdakwa. Dari 166 orang tersebut, yang dihukum satu-dua

tahun berjumlah 38 terdakwa (22,89 persen), sedangkan hukuman dua

hingga lima tahun dijatuhkan kepada 30 terdakwa (18,07 persen). Rata-rata

para pelaku koruptor yang di vonis bebas adalah orang yang berlatar

belakang birokrat, anggota DPRD/DPR, pengusaha atau swasta, dan

pegawai BUMD.

Contoh kasus, pembebasan mantan Bupati Kutai Kartanegara

Syaukani Hassan Rais dengan kasus Rp 7,18 miliar untuk studi kelayakan

pembangunan bandara yang dilakukan PT Mahakam Diastar Internasional.

Soal dana bantuan sosial, hakim menilai Syaukani tidak dapat

mempertanggungjawabkan dana Rp 6,27 miliar. Pada Desember 2007, ia

dijatuhi hukuman dua setengah tahun penjara. Hukuman diperberat

Mahkamah Agung, yang menjatuhkan vonis enam tahun penjara plus denda

Rp 49,36 miliar pada September tahun lalu. Tapi mendapat vonis bebas

karena tersangka mengidap penyakit berat. Dia pulangkan dan tinggal di

pendapa Kabupaten Kutai Kartanegara, tempatnya dulu ketika menjadi

bupati.

Fungsi media sebagai kontrol sosial dan persuasif secara sadar atau

tidak dapat mengarahkan khalayak untuk mengikuti pola pikir yang di

sajikan media. Kebutuhan khalayak akan berita yang paling penting adalah

nilai “kebaruan”, nilai ini pada media cetak terletak pada surat kabar.

(18)

menyajikan informasi yang berupa visualisasi karikatur. Informasi yang

ringan dan humoris namun tetap kritis dan faktual membuat khalayak

terhibur dan tertarik dengan informasi tersebut. (Effendy. 2000;92)

Selama ini kita tahu bahwa surat kabar tidak hanya saja sebagai

pencarian informasi yang utama dalam fungsi - fungsinya, tetapi bisa juga

mempunyai suatu karakteristik yang menarik yang perlu diperhatikan untuk

memberikan analisis yang sangat kritis yang akan menumbuhkan motivasi,

mendorong serta mengembangkan pola pikir bagi masyarakat untuk

semakin kirits dan selektif dalam menyikapi berita - berita yang ada di

dalam media, khususnya surat kabar. (Sumadria, 2005:86)

Surat kabar saat ini, seiring dengan perkembangan zaman,

perubahan - perubahan dalam isi atau content yang ditampilkan oleh koran

sangat bervariasi, mulai dari informasi berita (baik dalam maupun luar),

hiburan, gaya hidup, informasi lowongan pekerjaan, iklan dan tips - tips

kesehatan. Koran (dari Bahasa Belanda : Krant, dari Bahasa Perancis :

Courant) atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah

dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas

koran, yang berisi berita - berita terkini dalam berbagai topik. Topiknya bisa

berupa even politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca. Surat

kabar juga berisi komik, TTS dan hiburan lainnya. Ada juga surat kabar

yang dikembangkan untuk bidang - bidang tertentu, misalnya berita untuk

industri tertentu, penggemar olahraga tertentu, penggemar seni atau

(19)

setiap hari, kecuali pada hari - hari libur. Selain itu, juga terdepat surat

kabar mingguan yang biasanya lebih kecil dan kurang prestisius dengan

surat kabar harian dan isinya biasanya lebih bersifat hiburan. Kebanyakan

negara mempunyai setidaknya satu surat kabar nasional yang terbit di

seluruh bagian negara. Di Indonesia contohnya adalah Kompas. Pemilik

surat kabar atau penanggung jawab adalah Penerbit, orang yang

bertanggung jawab terhadap isi surat kabar disebut Editor.

Saat ini media massa lebih menyentuh persoalan - persoalan yang

terjadi di masyarakat secara aktual, seperti harus lebih spesifik dan

proporsional dalam melihat sebuah persoalan sehingga mampu menjadi

media edukasi dan informasi sebagaimana diharapkan oleh masyarakat.

Sebagai lembaga edukasi, media massa harus dapat memilah kepentingan

pencerahan dengan kepentingan media massa sebagai lembaga produksi

sehingga kasus - kasus pengaburan berita tidak harus terjadi dan merugikan

masyarakat.

Dalam buku Desain Komunikasi Visual, Kusmiati (1999:36),

mengatakan bahwa Visualisasi adalah cara atau sarana untuk membuat

sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas secara visual yang mampu menarik

emosi pembaca, dapat menolong seseorang untuk menganalisa,

merencanakan dan memutuskan suatu problema dengan mengkhayalkannya

pada kejadian yang sebenarnya. Media verbal gambar merupakan media

yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman. Informasi bergambar

(20)

gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Gambar berdiri sendiri, memiliki

subjek yang mudah dipahami dan merupakan “simbol” yang jelas dan

mudah dikenal (Waluyanto, 2000:128).

Karikatur sebagai wahana penyampai kritik sosial seringkali kita

temui didalam berbagai media massa baik media cetak maupun media

elektronik. Didalam media ini, karikatur menjadi pelengkap artikel dan

opini. Keberadaannya biasanya disajikan sebagai selingan atau dapat

dikatakan sebagai penyejuk setelah para pembaca menikmati artikel -

artikel yang lebih serius dengan sederetan huruf yang cukup melelahkan

mata dan pikiran. Meskipun sebenarnya pesan - pesan yang disampaikan

dalam sebuah karikatur sama seriusnya dengan pesan - pesan yang

disampaikan lewat berita dan artikel, namun pesan - pesan dalam karikatur

lebih mudah dicerna karena sifatnya yang menghibur. Seringkali gambar itu

terkesan lucu dan menggelikan sehingga membuat kritikan yang

disampaikan oleh karikatur tidak begitu dirasakan melecehkan atau

mempermalukan. (Indarto, 1999: 5).

Karikatur sebenarnya memiliki arti sebagai gambar yang

didistorsikan, diplesetkan atau dipelototkan secara karakteristik tanpa

bermaksud melecehkan si pemilik wajah. Karikatur membangun

masyarakat melalui pesan-pesan sosial yang dikemas secara kreatif dengan

pendekatan simbolis. Jika dilihat dari wujudnya, karikatur mengandung

tanda-tanda komunikatif. Lewat bentuk-bentuk komunikasi itulah pesan

(21)

pesan yang ada pada karikatur diharapkan mampu mempersuasi khalayak

yang dituju. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tanda verbal (terkait

dengan judul, subjudul, dan teks) dan tanda visual (terkait dengan ilustrasi,

logo, tipografi dan tata visual) karikatur dengan pendekatan semiotika.

Dengan demikian, analisis semiotika diharapkan menjadi salah satu

pendekatan untuk memperoleh makna yang terkandung dibalik tanda verbal

dan tanda visual dalam iklan layanan masyarakat.

Dalam sebuah karikatur yang baik, kita menemukan perpaduan

dari unsur - unsur kecerdasan, ketajaman, dan ketepatan berpikir secara

kritis serta ekspresif melauli seni lukis dalam menanggapi fenomena

permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat luas, yang secara

keseluruhan dikemas secara humoris, dengan demikian memahami

karikatur juga perlu memiliki referensi - referensi sosial agar mampu

menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh karikaturisnya. Tokoh, isi,

maupun metode pengungkapan kritik yang dilukiskan secara karikatural

sangat bergantung pada isu besar yang berkembang yang dijadikan

headline.

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa karikatur merupakan salah

satu wujud lambang (symbol) atau bahasa visual yang keberadaannya

dikelompokkan dalam kategori komunikasi non verbal dan dibedakan

(22)

merupakan ungkapan ide atau pesan dari karikaturis kepada publik yang

dituju melalui simbol yang berwujud gambar, tulisan dan lainnya.

Gagasan menampilkan tokoh atau simbol yang realistis

diharapkan membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah

dimengerti dibandingkan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar

merupakan pesan nonverbal yang dapat menjelaskan dan memberikan

penekanan tertentu pada isi pesan. Gambar dalam karikatur sangat

berpengaruh, karena gambar lebih mudah diingat daripada kata - kata,

paling cepat pemahamannya dan mudah dimengerti, karena terkait dengan

maksud pesan yang terkandung dalam isi dan menampilkan tokoh yang

sudah dikenal. Gambar mempunyai kekuatan berupa fleksibilitas yang

tinggi untuk menghadirkan bentuk atau perwujudan gambar menurut

kebutuhan informasi visual yang diperlukan. Simbol atau tanda pada sebuah

karikatur mempunyai makna yang dapat digali kandungan faktualnya.

Dengan kata lain, bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula.

Dimana didalamnya terkandung makna, maksud dan arti yang harus

diungkap.

Simbol pada gambar merupakan simbol yang disertai maksud

(signal). Sobur (2003: 163) menyatakan bahwa pada dasarnya simbol

adalah sesuatu yang berdiri atau ada sesuatu yang lain, kebanyakan

diantaranya tersembunyi atau tidak jelas. Sebuah simbol dapat berdiri untuk

(23)

bahwa simbol atau tanda pada sebuah gambar memiliki makna yang dapat

digali, dengan kata lain, bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis

pula atau memiliki sesuatu yang mesti diungkap maksud dan artinya.

Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam pesan karikatur,

disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar,

tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual.

Tanda verbal akan didekati dari ragam bahasanya, tema dan pengertian

yang didapatkan, sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara

menggambarkannya apakah secara ikon, indeks, maupun simbolis.

Oom Pasikom merupakan opini redaksi media Kompas yang

dituangkan dalam bentuk gambar karikatur yang menggambarkan berbagai

permasalahan bangsa ini. Baik masalah sosial, ekonomi, politik, budaya,

bahkan musibah yang sedang dialami masyarakat. Isi pesan dari gambar

tersebut biasanya ditujukan untuk mengkritik kebijakan atau langkah

pemerintah atau lembaga dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang

berkaiatan dengan kepentingan masyarakat luas. Tentu saja kritik yang

diopinikan media tersebut adalah kritik yang membangun, kritik yang

ditujukan kearah perbaikan untuk semua pihak yang bersangkutan.

Dalam gambar editorial Oom Pasikom edisi 2 Oktober 2010,

ditampilkan di antaranya dengan visualisasi gambar orang laki-laki

menggunakan topi dengan mata yang melotot. Orang itu berusaha

(24)

pada badan belut. Dan seorang laki-laki dengan berpakaian gelap memakai

topi baja atau helm perang dan membawa senjata berkata “ Nangkap belut

lebih sulit dari nengkap teroris, ya pak? TEMBAK DI TEMPAT SAJA !! “.

Peneliti memilih Kompas karena merupakan salah satu media yang

memberikan porsi pada idelaisme yang termasuk pula pada visinya

“Amanat Hati Nurani Rakyat” yang sekaligus menjadi merek dagang

Kompas yang membidik pasar kelas menengah ke atas. Media Kompas

merupakan salah satu saluran komunikasi politik di Indonesia sela era

reformasi, relaitas media dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Di

samping menggunakan bahasa tulis sebagai media utama penyampaian

informasi, juga dapat menggunakan dengan memaknai gambar kartun.

Sebagai Koran Nasional peredaran Kompas meliputi hampir seluruh kota di

Indonesia dan selalu menjadi market leader.

Dalam rubrik karikatur Kompas yang di sebut “Oom Pasikom”,

Kompas lebih kritis dan menggambarkan situasi sosial yang terjadi di

masyarakat. Sekmen Karikatur pada koran Kompas yaitu Oom Pasikom

lebih berani dalam mengkritisi sosial yang sedang terjadi. Oom pasikom

berani menggambarkan seorang koruptor dengan hewan melatah yaitu

seekor belut. Dalam kasus teroris dan kasus teroris kompas berani

mengkritik dengan menggunakan sisi lain yaitu hewan dalam gambar

karikatur tersebut. Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan

(25)

Dari beberapa uraian di atas, pemilihan gambar karikatur Oom

Pasikom yang bertema “Kinerja Penegak Hukum Terhadap Kasus Teroris

dan Kasus Korupsi” sebagai objek penelitian karena gambar karikaturnya

yang unik, karena apa yang disajikan dalam gambar karikatur editorial

tersebut seakan - akan menggambarkan tanggapan permasalahan yang

terjadi dalam sudut pandang masyarakat Indonesia yang diwakili oleh

kartunis. Dalam mengungkapkan makna pesan gambar karikatur tersebut,

peneliti menggunakan pendekatan Semiotik menurut Charles Sanders

Peirce yaitu tanda atas ikon, indeks dan simbol yang berhubungan dengan

acuannya.

Semiotik untuk studi media massa tidak hanya terbatas sebagai

kerangka teori, namun sekaligus juga sebagai metode analisis (Sobur, 2004:

83). Menurut Peirce salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek

adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sesuatu yang digunakan agar tanda

dapat berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Sementara itu, pesan yang

dikemukakan dalam pesan karikatur, disosialisaikan kepada khalayak

sasaran melalui tanda. Secara garis besar, tanda dapat dilihat dari dua aspek,

yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal akan didekati dengan

ragam bahasanya, tema, dan pengertian yang didapatkan. Sedangkan tanda

visual akan dilihat dari cara menggambarkan, apakah secara ikonis,

indeksikal, atau simbolis, dan bagaimana cara mengungkapkan idiom

estetiknya dimana hal tersebut terangkum dalam teori Charles Sanders

(26)

terpisah, kemudian diklasifikasikan dan dicari hubungan antara yang satu

dengan yang lainnya. (Sobur, 2004: 86)

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana makna karikatur “Oom

Pasikom” pada Koran Kompas Edisi Sabtu, 2 Oktober 2010 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna

yang dikomunikasikan karikatur “Oom Pasikom” pada Koran Kompas

Edisi Sabtu, 2 Oktober 2010 dengan menggunakan pendekatan semiotika.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran pada Ilmu Komunikasi mengenai karikatur “Oom

Pasikom” pada Koran Kompas Edisi Sabtu, 2 Oktober 2010.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

(27)

semiotik sehingga dapat memberi makna bagi para pembaca Koran Kompas

mengenai makna dari karikatur.

(28)

 

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Media Massa

Media massa merupakan “kependekan” dari komunikasi massa.

Media massa lahir untuk menjembatani komunikasi antar massa. Massa

adalah masyarakat luas yang heterogen, tetapi saling bergantung satu sama

lain. Ketergantungan antar massa menjadi penyebab lahirnya media yang

mampu menyalurkan hasrat, gagasan dan kepentingan masing - masing agar

diketahui dan dipahami oleh yang lain. Penyaluran hasrat, gagasan dan

kepentingan tersebut dinamai pesan (message). Dengan demikian, pada

hakikatnya media massa adalah saling - silang pesan antar massa. Oleh

karena itu, kita patut memahami posisi (kedudukan) media massa dan saling

- silang pesan. (Pareno: 2005,7). Media massa yang kita kenal saat ini

adalah :

1. Media cetak, terdiri dari surat kabar, tabloid, majalah.

2. Media elektronik, terdiri dari radio siaran, televise siaran

(Abdullah: 2001, 9)

18 

(29)

Menurut Pareno (2005:7) dalam berbagai wacana tentang fungsi

media massa, disebutkan empat fungsi media massa yaitu : penyalur

informasi, fungsi mendidik, fungsi menghibur, dan fungsi mempengaruhi.

Keempat fungsi tersebut melekat dalam media massa secara utuh, dalam arti

luas harus dilaksanakan secara bersama - sama, tidak boleh mengutamakan

satu atau dua fungsi tapi mengabaikan fungsi - fungsi lainnya.

Media juga mengubah bentuk kontrol sosial. Paul Lazarsfeld dan

Robert K. Merton (Rivers dan Peterson, 2003:39) juga melihat media dapat

menghaluskan paksaan sehingga tampak sebagai bujukan. Mereka

mengatakan bahwa kelompok - kelompok kuat kian mengandalkan teknik

manipulasi melalui media untuk mencapai apa yang diinginkannya,

termasuk agar mereka bisa mengontrol secara lebih halus.

Sebagai suatu sistem, media massa berinteraksi dengan system -

system sosial, politik, dan ekonomi. Sistem media massa dengan sistem

tersebut saling mempengaruhi dan saling bergantung. Artinya, sistem media

massa tidak dapat berjalan apabila system - system lainnya itu juga tidak

dapat berjalan sebagaimana mestinya. Demikian juga sebaliknya, sistem

sosial ataupun sistem politik atau juga system ekonomi tidak berfungsi

manakala sistem media massa juga tidak berfungsi. (Pareno: 2005, 69)

2.1.1.1 Surat Kabar

Salah satu komunikasi massa dalam bentuk media cetak

adalah surat kabar. Dengan sendirinya surat kabar juga mempunyai

(30)

fungsi - fungsi komunikasi massa. Hal ini dapat diketahui batasan

ataupun kriteria standard surat kabar.

Menurut Assegaf (1991: 140) surat kabar adalah

penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita - berita,

karangan - karangan dan iklan yang dicetak dan terbit secara tetap

dan periodik dan dijual untuk umum. Selain itu surat kabar juga

mempunyai beberapa karakteristik. Menurut Pareno (2005 : 24)

karakteristik surat kabar adalah sebagai berikut :

1) Berita merupakan unsur utama yang dominan.

2) Memiliki ruang yang relatif lebih leluasa.

3) Memiliki waktu untuk “dibaca ulang” lebih lama.

4) Umpan balik relatif lebih lamban.

5) Kesegaran (immediately) relatif lebih lamban.

6) Dalam hal kenyataan relatif kurang kredibel.

7) Ditentukan oleh jalur distribusi.

Ada beberapa alasan orang membaca surat kabar.

Seseorang ingin tahu sesuatu karena berbagai alasan : untuk meraih

prestise, menghilangkan kebosanan, agar merasa lebih dekat

dengan lingkungannya, atau untuk menyesuaikan perannya di

masyarakat. Bagi sebagian orang, koran merupakan sumber

(31)

informasi dan gagasan tentang berbagai masalah publik yang

seruis. Bagi sebagian yang lain, koran bukan untuk mencari

informasi, melainkan untuk mengisi rutinitas. Sebagian pembaca

juga menjadikan koran sebagai alat kontak sosial. Ada pula yang

menjadikan koran untuk membuang kejenuhan dari kehidupan

sehari - hari. (Rivers dan Peterson, 2003: 313)

2.1.2 Tipografi Huruf

Tipografi didefinisikan sebagai suatu proses seni untuk menyusun

bahan publikasi menggunakan huruf cetak. Oleh karena itu, “menyusun

meliputi merancang bentuk huruf cetak hingga merangkainya dalam sebuah

komposisi yang tepat untuk memeroleh suatu efek tampilan yang

dikehendaki. Huruf cetak memang huruf yang akan dicetakkan pada suatu

media tertentu, baik menggunakan mesin cetak offset, mesin cetak desktop,

cetak sablon pada body pesawat terbang, bordir pada kostum pemain sepak

bola, maupun publikasi di halaman web.

Pemilihan huruf tidak semudah yang dibayangkan, ribuan bahkan

jutaan jumlah huruf menyebabkan desainer harus cermat dalam memilih

tipografi yang tepat untuk karyanya. Rangkaian huruf dalam sebuah kata

atau kalimat bukan saja bisa berarti suatu makna yang mengacu kepada

sebuah objek ataupun gagasan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk

menyuarakan suatu citra ataupun kesan secara visual. Hal itu dikarenakan

(32)

terdapatnya nilai fungsional dan nilai estetika dalam suatu huruf. Pemilihan

jenis uruf disesuakan dengan citra yang ingin diungkapkan.

Ada berbagai cara pendekatan untuk memperdalam ilmu maupun

wawasan mengenai ilmu tentang huruf :

- Melalui pengenalan sejarah tentang huruf

- Mengenali anatomi bentuk huruf

- Membandingkan ciri masing-masing bentuk huruf

- Mempelajari tata letak huruf

- Mempelajari komposisi penggabungan huruf

- Mempelajari ilmu wara

- Mempelajari cirri bentuk huruf dengan emosi pesan yang hendak

disampaikan. ( Kusrianto, 2007 : 190 )

Teks menurut Aart Van Zoest, tak pernah lepas dari ideologi dan

memiliki kemampuan untuk memanipulasi pembaca kearah suatu ideologi

(Zoest, 1991 : 70). Ideologi adalah sistem ide-ide yang diungkapkan dalam

komunikasi.

Tipografi juga merupakan bagian dari teks. Tipografi, atau sering

juga disebut jenis huruf. Biasanya, jenis huruf yang dipakai dalam

pembuatan poster tidak banyak, maksimal 3 jenis. Itu pun, huruf-huruf yang

jelas-tegas, tidak berkaitan. Teorinya: jangan menyulitkan audience

(33)

memahami pesan anda! Dibuat mudah saja orang sering malas membaca,

apalagi kalau tulisannya tidak jelas dan ada bayang-bayangnya. (Putra, 2007

: 74)

Perancang poster dapat memilih jenis-jenis huruf yang tersedia, ada

begitu banyak pilihan, dengan mempertimbangkan keindahan dan

karakternya.

Sebagai contoh :

1. Broadway

2. Kodchiang UPC

3. Lucida Bright

4. Arial Black

5. AvantGarde Md BT

6. Bodoni MT Black

7. Gill Sans Ultra Bold

8. Century, Century Gothic

9. Britanic Bold (Putra, 2007 : 74).

Arial dirancang untuk jenis yang satu pada tahun 1982 oleh Robin

Saunders Patricia Nicholas dan desain A kontemporer sans serif, Arial berisi

karakteristik lebih humanis daripada banyak dari pendahulunya dan sebagai

(34)

tersebut lebih cocok dengan suasana dekade terakhir abad kedua puluh.

Perlakuan keseluruhan kurva adalah lebih lembut dan lebih lengkap

dibandingkan di sebagian besar industri gaya sans serif wajah. stroke

Terminal yang dipotong diagonal yang membantu untuk memberikan wajah

penampilan kurang mekanis. Arial adalah sebuah keluarga yang sangat

serbaguna dari tipografi yang dapat digunakan dengan keberhasilan yang

sama bagi teks pengaturan dalam laporan, presentasi, majalah dll, dan untuk

menampilkan digunakan dalam surat kabar, periklanan dan promosi

(http://www.searchfreefonts.com/font/arial.htm).

2.1.3 Kartun dan Karikatur

Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa karikatur seperti halnya

kartun strip, kartun gags (kartun kata), kartun komik dan kartun animasi

adalah bagian dari apa yang dinamakan kartun.

Karikatur adalah produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik

dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi,

referensi bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat.

Karena itu, kita bisa mendeteksi intelektual seorang karikaturis dari sudut

ini. Juga, cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang

dikritik justru tersenyum (Sobur, 2006: 140)

Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam

bentuk gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan

(35)

selingan atau ilustrasi belaka. Namun, pada perkembangan selanjutnya,

karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat.

Dikatakan kritik yang sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan

gambar-gambar lucu dan menarik (Sobur, 2006: 40).

Kartun sendiri merupakan produk keahlian seorang kartunis, baik

dari segi pengetahuan, intelektual, teknik menulis, psikologis, cara melobi,

referensi, bacaan, maupun bagaimana tanggapan atau opini secara subjektif

terhadap suatu kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran, atau pesan tertentu,

karena itu kita bisa mendeteksi tingkat intelektual sang kartunis dari sudut

ini. Juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang

dikritik justru tersenyum (Sobur, 2003: 140).

Kartun merupakan symbolic speech (komunikasi tidak langsung),

artinya bahwa penyampaian pesan yang terdapat dalam gambar kartun tidak

dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan bahasa simbol.

Dengan kata lain, makna yang terkandung dalam gambar kartun tersebut

merupakan makna yang terselubung. Simbol - simbol pada gambar kartun

tersebut merupakan simbol yang disertai signal (maksud) yang digunakan

dengan sadar oleh orang yang mengirimnya dan mereka yang menerimanya.

(36)

2.1.4 Karikatur Dalam Media Cetak

Komunikasi massa secara umum diartikan sebagai komunikasi

yang dilakukan melalui media cetak seperti majalah, surat kabar, radio,

televisi dan lain sebagainya. Komunikasi massa merupakan komunikasi

dimana penyampaian pesan kepada sejumlah orang dilakukan melalui media

cetak. Baik kartun maupun karikatur di Indonesia belakangan ini sudah bisa

menjadi karya seni yang menyimpan gema panjang, sarat oleh pesan dan

estetika, disamping kadar humornya. Karikatur penuh dengan

perlambangan-perlambangan yang kaya akan makna, oleh karena itu

karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang menonjol di dalam

masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang diampaikan sebuah

gambar karikatur, tidak akan menyebabkan terjadinya evolusi. Dengan kata

lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu permasalahan yang sedang

hangat di permukaan.

Menurut Anderson, dalam memahami studi komunikasi politik di

Indonesia akan lebih mudah dianalisa mengenai konsep politik Indonesia

dengan membedakan dalam dua konsep, yaitu dengan Direct Speech

(komunikasi langsung) dan Symbolic Speech (komunikasi tidak langsung).

Komunikasi langsung merupakan konsepsi politik yang analisanya dipahami

sejauh penelitian tersebut ditinjau dari komunikasi yang bersifat langsung,

seperti humor, gossip, diskusi, argumen, intrik, dan lain - lain. Sedangkan

komunikasi tidak langsung, tidak dapat secara langsung dipahami maupun

(37)

diteliti seperti patung, monument dan simbol - simbol lainnya (Bintoro

dalam Marliani, 2004: 49).

Peran karikatur yang tertulis seperti yang telah diuraikan di atas,

merupakan alasan utama dijadikannya karikatur sebagai objek studi ini.

Selain karena karikatur merupakan suatu penyampaian pesan lewat kritik

yang sehat dan juga suatu keahlian karikaturis adalah bagaimana dia

memilih topik - topik isu yang tepat dan masih hangat.

2.1.5 Kritik Sosial

Indonesia terbangun ketika budaya tulis sudah menyebar luas,

ketika segala tatanan kehidupan dirumuskan secara tertulis dan tidak tertulis

baik dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, radio, televisi, dan internet.

Semakin luas melalui pendidikan modern dan yang tak kalah pentingnya,

ketika segala bentuk tulisan sebagian besar menyampaikan berbagai

informasi melalui bahasa Indonesia dijadikan media resmi pendidikan

nasional dan sebagai alat komunikasi dalam birokrasi (Masoed, 1999: 42).

Dengan demikian melestarikan atau mempertahankan kritik

terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya, sama saja

dengan membunuh eksistensi kritik sehingga sebuah institusi sosial yang

lahir dari kebutuhan pengembangan hidup bersama manusia. Dalam konteks

budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada budaya

tulis di atas pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik sama

(38)

statusnya dengan pembangunan dan pengembangan, dan penyebaran kritik

itu sendiri.

Dalam beberapa pengertian kritik sosial mengandung konotasi

negatif seperti “celaan”, namun kata “kecaman” mengandung kemungkinan

kata positif yaitu dukungan, usulan, atau saran, penyelidikan yang cermat.

(Masoed, 1999: 36). Definisi “kritik” menurut kamus Oxford adalah “one

who appreises literaryor artistic work” atau suatu hal yang membentuk dan

memberikan penilaian untuk menemukan kesalahan terhadap sesuatu. Kritik

awalnya dari bahasa Yunani (Kritike = pemisahan, Krinoo = memutuskan)

dan berkembang dalam bahasa Inggris “critism” yang berarti evaluasi atau

penilaian tentang sesuatu. Sementara sosial adalah suatu kajian yang

menyangkut kehidupan dalam bermasyarakat menciptakan suatu kondisi

sosial yang tertib dan stabil (Susanto, 1986: 7).

Dalam kritik sosial, pers dan politik Indonesia kritik sosial adalah

salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau

berfungsi sebagai sumber kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial

atau proses bermasyarakat. Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan

salah satu unsur penting dalam memelihara sistem sosial. Dengan kata lain,

kriti sosial dalam hal ini berfungsi sebagai wahana untuk konservasi dan

reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat (Abar dalam Masoed,

1999: 47).

(39)

Kritik sosial juga dapat berarti sebuah inovasi sosial dalam arti

bahwa kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan baru, sembari

menilai gagasan lama, untuk suatu perubahan sosial. Kritik sosial

konservatif, status quo dalam masyarakat untuk perubahan sosial, kritik

sosial dalam pengertian ini sering muncul ketika masyarakat atau sejumlah

orang atau kelompok sosial dalam masyarakat yang menginginkan suasana

baru, suasana yang lebih bai dan lebih maju, atau secara kritik sosial yang

demikian yang lebih banyak dianut kaum oleh kritis dan strutualis. Mereka

melihat kritik sosial adalah wahana komunikatif untuk suatu tujuan

perubahan sosial. Suatu kritik sosial selalu menginginkan perbaikan, ini

berarti bahwa suatu kritik sosial yang murni kurang didasarkan pada

peneropongan kepentingan diri saja, melainkan justru menitikberatkan dan

mengajak masyarakat atau khalayak untuk memperhatikan kebutuhan -

kebutuhan nyata dalam masyarakat. Suatu kritik sosial kiranya didasarkan

pada rasa tanggung jawab atas perkembangan lingkungan sosialnya,

sehingga diharapkan dapat menuju ke arah perbaikan dalam masyarakat

untuk mewujudkan suatu ketertiban sosial. (Susanto, 1986: 105).

Kritik sosial dapat disampaikan melalui berbagai wahana, mulai

dari cara yang paling tradisional, seperti berjemur diri, ungkapan - ungkapan

sindiran melalui komunikasi antar personal dan komunikasi sosial melalui

berbagai pertunjukan sosial dan kesenian dalam komunikasi publik, seni

sastra, dan melalui media massa. Kritik dari masyarakat ini hendaknya

ditanggapi dengan serius oleh pemerintah. Memang dalam menanggapi

(40)

kritik dari masyarakat, belum menjamin persoalan akan selesai, tetapi itu

menunjukkan adanya perhatian dari pemerintah. Perhatian inilah yang

secara akumulatif membentuk kesan, pemerintah mempunyai kepedulian

yang tinggi terhadap rakyatnya. Apabila masyarakat sudah diperhatikan

aspirasinya, masyarakat tidak akan lupa budi, sehingga apabila pemerintah

mempunyai program kerja maka partispasi masyarakat akan muncul dengan

sendirinya (Panuju, 1999: 49).

Kritik sosial itu sebenarnya merupakan sesuatu yang positif karena

ia mendorong sesuatu yang terjadi didalam masyarakat untuk kembali ke

kriteria yang dianggap wajar dan telah disepakati bersama. Menurut Aris

Susanto dalam bidang politik istilah kritik sosial seringkali memperoleh

konotasi negatif karena diartikan mencari kelemahan - kelemahan pihak lain

dalam pertarungan politik sehingga arti yang substansial dari kritik sosial itu

menjadi kabur (Masoed, 1999: 71).

Kesan oposisi sejauh mungkin harus dapat dihindarkan,

masyarakat awam menganggap kritik sama dengan oposisi, yang artinya

“pihak sana” (out group) sehingga kritik tertuju kebijaksanaan atau oknum

aparat pemerintah, diidentifikasi sebagai penentang atau melawan

pemerintah. Padahal, kritik bukanlah seperti itu. Kritik tidak selamanya

berarti melawan. Kritik itu mengandung muatan - muatan saling memberi

arti. Setidaknya menjadi masukan yang dapat dipertimbangkan dalam

merumuskan kebijaksanaan dan tindak lanjutnya. (Ali, 1999: 84).

(41)

Kritik - kritik terbaik, sesuai dengan setting sosial, politik, dan

budaya kita adalah kritik yang membuat saran kritik menangis, tapi dalam

mimik mukanya yang tetap tertawa, artinya jika kita melaksanakan kritik

kepada sasaran tertentu, kritik tersebut tidak boleh membuat malu sasaran

kritik dihadapan publik, apalagi secara meluas.

Sesuai dengan ciri makhluk rasional, maka keterbukaan dan kritik

harus mengandung beberapa unsur utama. Diantaranya adalah peningkatan

supremasi individu, kompetisi dan membuka peluang pengarahan bagi

tindakan manusia untuk meraih sukses dan keuntungan di planet bumi ini.

(Ali, 1999: 194).

Dengan demikian, melestarikan atau mempertahankan kritik

terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya sama saja

membunuh eksistensi kritik sebagai sebuah institusi sosial yang lahir dari

kebutuhan pengembangan hidup kebersamaan manusia. Dalam konteks

budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada budaya

tulis diatas, pembangunan, pengembangan, penyebaran kritik sama

statusnya dengan pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik itu

sendiri.

(42)

2.1.6 Teroris

Teroris adalah orang yang menggunakan kekerasan untuk

menimbulkan ketakutan, biasanya untuk tujuan politik. Misalnya, organisasi

“ black september “

Terorisme adalah praktek2 tindakan teror, penggunaan kekerasan

untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai suatu tujuan (

terutama tujuan politik). (Poerwadarminta 1982:1063)

Peda awal abad ke- 20, terorisme merujuk pada pengeboman yang

di lakukan kaum anarki di Rusia, Perancis, dan Spayol. Perbuatan teror

adalah pernyataan membangkang terhadap kemapanan. Sementara pada

awal abad ke- 21, terorisme menjadi konsep politik yang merujuk pada tiga

fenomena utama. Pertama, terorisme sebagai pembangkangan terhadap

pemerintahan yang sah. Kedua, aksentuasi kekerasan politik oleh negara

pada warganya. Ketiga, penggunaan kekuatan yang menyalahi rules of

engagement, misalnya penyerangan terhadap warga sipil. Terlepas kesulitan

yang muncul dari tiga difinisi di atas, terorisme sejatinya adalah strategi

politik. (kompas22/9)

(43)

2.1.7 Korupsi

Definisi korupsi (bahasa latin : corruptio dari kata kerja

corrumpere = busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok)

menurut Transparency International adalah perilaku pejabat publik, baik

politikus politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak

legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya,

dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada

mereka.

Definisi tentang korupsi dapat di pandang dari beberapa aspek,

bergantung pada disiplin ilmu yang di pergunakan sebagaimana

dikemukakan oleh Benveniste dalam Suyatno, korupsi di difinisikan menjadi

empat jenis. ( Suyatno : 2005 )

1. Discretionery corruption adalah korupsi yang dilakukan karena adanya

kebebasan dalam menentukan kebijaksanaan, sekalipun nampaknya

bersifat sah, bukanlah praktik-praktik yang dapat di terima oleh para

anggota organisasi.

2. Illegal coruption adalah suatu jenis tindakan yang bermaksud

mengacaukan bahasa atau maksud-maksud hukum, peraturan, dan

regulasi tertentu.

3. Mercenery corruption adalah jenis tindak pidana korupsi yang dimaksud

untuk memperoleh keuntungan pribadi, melalui penyalahgunaan

wewenang dan kekuasaan.

(44)

4. Ideologi corruption adalah jenis korupsi ilegal maupun discretionery

yang dimaksudkan untuk mengejar tujuan kelompok.

2.1.8 Pengertian Hukum di Indonesia

Menurut Satjipto Raharjo mennyebutkan bahwa hukum adalah

norma-norma yang berisi petunjuk-petunjuk tingkah laku. Ini merupakan

pencerminan dari kehendak menusia tentang bagaimana seharusnya

masyarakat di bina dan kemana harus di arahkan. Karena itu, hukum

mengenang dari ide-ide yang di pilih masyarakat tempat hukum itu

diciptakan. Ide-ide ini adalah ide mengenai keadilan.

Dari sisi pandangan sosiologis, hukum adalah bagian dari sebuah

fenomena sosial. Keberadaan hukum adalah untuk melayani masyarakat

karena ia melayani masyarakatnya, maka sedikit banyak juga di dikte dan di

batasi oleh kemungkinan yang bisa di sediakan oleh masyarakat.

Yang di maksud dengan tata hukum di Indonesia adalah

seperangkat peraturan hukum yang berlaku di Indonesia sedemikian rupa

sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh yang berdasarkan pada UUD

1945. Di Indonesia kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh dua lembaga

yaitu :

(45)

1. Mahkamah Agung dan peradilan yang berada di bawahnya

dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan

militer, dan peradilan tata usaha negara.

2. Mahkamah Konstitusi yang bertugas untuk menangani sengketa di

tingkat pertam sekaligus di tingkay akhir dalam hal menguji UU

terhadap UUD 1945.

2.1.9 Pendekatan Semiotika

Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani, Semeion yang berarti

tanda, atau Seme yang berarti penafsir tanda. Semiotika sendiri berakar dari

studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, poetika. Semiotika

adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tanda. Tanda

terdapat dimana - mana “kata” adalah tanda, demikian pula gerak isyarat,

lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur

film, bangunan (arsitektur) atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai

tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda, tanda - tanda tersebut

menyampaikan suatu informasi atau pesan baik secara verbal maupun non

verbal sehingga bersifat komunikatif. Hal tersebut memunculkan suatu

proses pemaknaan oleh penerima tanda akan makna informasi atau pesan

dari pengirim pesan. Semiotika merupakan cabang ilmu yang semula

berkembang dalam bidang bahasa. Dalam perkembangannya kemudian

semiotika bahkan masuk pada semua segi kehidupan manusia, sehingga

(46)

Derrida (dalam kurniawan, 2008: 34), mengikrarkan bahwa tidak ada

sesuatu pun di dunia ini sepenting bahasa. “there is nothing outside

languange”. Bahasa dalam hal ini dibaca sebagai “teks” atau “tanda”. Dalam

konteks ini tanda memegang peranan penting dalam kehidupan umat

manusia sehingga : “manusia yang tak mampu mengenal tanda, tak akan

bertahan hidup” (Widagdo dalam Kurniawan, 2008). Charles Sanders Peirce

merupakan ahli filsafat dan tokoh terkemuka dalam semiotika modern

Amerika menegaskan bahwa, manusia hanya dapat berfikir dengan sarana

tanda dan manusia hanya dapat berkomunikasi dengan tanda. Tanda yang

dapat dimanfaatan dalam seni rupa berupa tanda visual yang bersifat non

verbal, terdiri dari unsur dasar berupa seperti grafis, warna, bentuk, tekstur,

komposisi, dan sebagainya. Tanda - tanda yang bersifat verbal adalah objek

yang dilukiskan, seperti objek, manusia, binatang, alam, imajinasi atau hal

hal lainnya yang abstrak. Apapun alasan (senirupawan, designer) untuk

berkarya, karyanya adalah sesuatu yang kasat mata, karena itu secara umum

bahasa digunakan untuk merangkul segala yang kasat mata dan merupakan

media atara perupa dengan pemerhati atau penonton. Seniman dan designer

membatasi bahasa rupa pada segitiga, estetis - simbolis - bercerita (story

telling). Bahasa merupakan imaji dan tata ungkapan. Imaji mencakup makna

yang luas, baik imaji yang kasat mata maupun imaji yang ada khayalnya.

Menurut Pierce model yang membahas mengenai makna dalam

studi semiotik mempunyai tiga fundamental yaitu :

1. Ikon

(47)

Adalah tanda yang berhubungan antara tanda dan acuannya

bersifat bersamaan bentuk alamiah ( berupa hubungan

kemiripan ). Misalnya adalah potret dan peta. Potret

merupakan ikonik dari pulau yang ada dalam potret tersebut,

sedangkan peta merupakan ikonik dari pulau yang ada dalam

peta tersebut.

2. Indeks

Adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara

tanda dan acuannya yang bersifat kausal atau hubungan sebab

akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataannya.

Misalnya ada asap sebagai tanda apinya.

3. Simbol

Adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara

tanda dan acuannya ( berdasarkan hubungan konvensi atau

perjanjian ). Misalnya orang yang menggelengkan kepalanya

merupakan simbol yang menandakan ketidak setujuan yang

termasuk secara konvensional. ( Sobur 2006 : 41 ).

Dalam semiotik model yang digunakan dapat berasal dari berbagai

ahli, seperti Saussure, Peirce, dan sebagainya. Pada penelitian ini yang akan

digunakan adalah model semiotik milik Peirce karena adanya kelebihan

yang dimiliki yaitu tidak mengkhususkan analisisnya pada studi linguistik.

(48)

2.1.10 Semiotika Charles Sanders Peirce

Semiotik untuk studi media massa tidak hanya terbatas sebagai

kerangka teori, namun sekaligus juga sebagai metode analisis (Sobur, 2004:

83). Bagi Peirce tanda “is something which stand to somebody for

something in some respect or capacity”. Kita misalnya dapat menjadikan

teori Segitiga Makna (Triangel Meaning), menurut Peirce salah satu bentuk

tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda.

Sesuatu yang digunakan agar tanda dapat berfungsi, oleh Peirce disebut

ground. Konsekuensinya, tanda (Sign atau Represetamen) selalu terdapat

dalam sebuah triadik, yakni ground, object dan interpretant (Sobur, 2004:

41).

Sementara itu interpretant adalah suatu tanda yang ada dalam

benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga

elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah

makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Makna adalah

persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu

digunakan orang pada waktu berkomunikasi (Barthes dalam Kurniawan,

2008: 37).

Charles Sanders Peirce membagi antara tanda dan acuannya

tersebut menjadi kategori yaitu ikon, indeks, simbol adalah tanda yang

hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk

(49)

alamiah. Atau dengan kata lain ikon adalah hubungan antara tanda objek

atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya potret dan peta. Indeks adalah

tanda yang menunjuk adanya hubungan alamiah antara tanda dan penanda

yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung

mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda

adanya api. Tanda dapat pula mengacu pada denotatum melalui konvensi.

Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol. Jadi,

simbol tanda yang menunjuk hubungan alamiah antara penanda dan

petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan

berdasarkan konvensi atau perjanjian masyarakat (Sobur, 2004: 42).

Hubungan segitiga makna Peirce lazimnya ditampilkan dalam gambar

berikut.

(Fiske dalam Sobur, 2001: 85)

Sign

Interpretant Object

Gambar 2.1 : Hubungan Tanda, Objek, dan Interpretant Peirce

(50)

Menurut Pierce sebuah tanda itu mengacu pada sebuah acuan, dan

representasi adalah fungsi utamanya. Hal ini sesuai dengan definisi dari

tanda itu sendiri yaitu sebagai sesuatu yang memiliki bentuk fisik, dan harus

merujuk pada sesuatu yang lain dari tanda tersebut. Pierce ingin

mengidentifikasikan partikel dasar dari tanda dan mengembangkannya

kembali semua komponen dalam struktur tunggal. Dalam pendekatan

semiotik model Charles S. Pierce, diperlukan adanya 3 unsur utama yang

bisa digunakan sebagai model analisis, yaitu tanda, objek, dan interpretant.

Charles S. Peirce membagi antara tanda dan acuannya tersebut

menjadi tiga kategori, yaitu : ikon, indeks, simbol. Ketiga kategori tersebut

digambarkan dalam sebuah model segitiga sebagai berikut :

Icon

Index Simbol

Gambar 2.2 : Model Kategori Tanda Oleh Peirce

2.1.11 Konsep Makna

(51)

Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan

kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of

Meaning, (Odgen dan Richards dalam buku Kurniawan, 2008: 27) telah

mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.

Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher (dalam Sobur, 2004:

248), merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para

ahli filsafat dan para teoritis ilmu sosial selama 2000 tahun silam. Semenjak

Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan

“ultrarealitas”, para pemikir besar telah sering mempergunakan konsep itu

dengan penafsiran yang sangat luas yang merentang sejak pengungkapan

mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner.

“Tetapi”, (kata Jerold Katz dalam Kurniawan, 2008: 47), “setiap usaha

untuk memberikan jawaban yang langsung telah gagal. Beberapa seperti

misalnya Plato, telah terbukti terlalu samar dan pekulatif. Yang lainnya

memberikan jawaban salah.”

Menurut Devito, makna bukan terletak pada kata - kata melainkan

pada manusia. “Kita”, lanjut Devito, menggunakan kata - kata untuk

mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi kata - kata ini

secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan.

Demikian pula makna yang didapat pendengar dari pesan - pesan akan

sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan. Komunikasi

adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar

dan apa yang ada dalam benak kita.

(52)

Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan

dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah (1)

menjelaskan makna secara alamiah, (2) mendeskripsikan secara alamiah, (3)

menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson dalam Sobur,

2004: 258).

Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep

makna. Model konsep makna (Johnson dalam Devito 1997: 123 - 125)

sebagai berikut :

1) Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata - kata

melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata - kata untuk

mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata - kata

tersebut tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan

makna yang ingin kita gunakan untuk memproduksi dibenak

pendengar apa yang ada dalam benak kita dan proses ini adalah

proses yang bisa salah.

2) Makna berubah. Kata - kata relatif statis, banyak dari kata - kata

yang kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari

kata - kata ini dan berubah khusus yang terjadi pada dimensi

emosional makna.

3) Makna membutuhkan acuan, walaupun tidak semua komunikasi

mengacu pada dunia nyata. Komunikasi hanya masuk akal

bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan

eksternal.

(53)

4) Penyingkiran berlebihan akun mengubah makna. Berkaitan erat

dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana

terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan

tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang

cerita, persahabatan, kebahagiaan, kejahatan dan konsep - konsep

lain yang serupa tanpa mengaitkannya dengan sesuatu yang

spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara.

5) Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah

kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas.

Karena itu kebanyakan kita mempunyai banyak makna. Ini bisa

menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara

berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.

Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita

peroleh dari suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat kompleks. Tetapi

hanya sebagian saja dari makna - makna ini yang benar - benar dapat

dijelaskan. Banyak dari makna tersebut yang tetap tinggal dalam benak kita,

karenanya pemaknaan yang sebenarnya mungkin juga merupakan tujuan

yang ingin kita capai tetap tidak pernah tercapai (Sobur, 2003: 285 - 289).

2.2 Kerangka Berpikir

Setiap individu mempunyai latar belakang pendidikan yang

berbeda - beda dalam memahami suatu peristiwa atau obyek. Hal ini

(54)

dikarenakan latar belakang pengalaman (field of experience) dan

pengetahuan (frame of reference) yang berbeda - beda dari setiap individu

tersebut. Begitu juga penelitian yang memahami lambang dan tanda yang

ada, dalam obyek yang berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti.

Berdasarkan landasan teori yang telah disampaikan, maka peneliti

dalam memaknai kartun editorial Oom Pasikom melakukan pemaknaan

terhadap tanda dan lambing berbentuk gambar dengan menggunakan teori

sgitiga makna Pierce (triangle meaning) yang meliputi tanda, obyek, dan

interpretan sehingga diperoleh hasil intrepetasi data mengenai kartun

editorial Oom Pasikom tersebut.

Tanda yang dimaksud disini adalah gambar dalam media cetak

yang kemudian tanda tersebut dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu : ikon,

indeks, dan symbol. Obyek disini adalah karikatur Oom Pasikom pada surat

kabar Kompas yang bertema “ Kinerja Penegak Hukum Terhadap Kasus

Teroris dan Kasus Korupsi ” pada edisi Sabtu, 2 Oktober 2010. Setelah

menganalisis kategori tanda tersebut, maka peneliti akan mengetahui makna

gambar kartun editorial Oom Pasikom tersebut. Sistematika tersebut

digambarkan sebagai berikut :

(55)

 

Pemaknaan dengan Pendekatan Semiotika Charles Sanders Pierce

1. Ikon

 Beberapa ekor belut yang dengan

bertuliskan koruptor pada badannya

2. Indeks

 Tulisan “NANGKAP BELUT

LEBIH SULIT DARI PADA MENANGKAP TERORIS, YA PAK?”

 Tulisan “TEMBAK SAJA DI

TEMPAT!!”

 Tulisan pada badan belut

“KORUPSI”.

3. Simbol

 Laki-laki yang memakai membawa

senjata api.

Hasil Interpretasi

(56)

45 

 

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan

menggunakan pendekatan semiotik. Alasan digunakannya metode deskriptif

kualitatif terdapat beberapa faktor pertimbangan, yaitu pertama metode

deskriptif kualitatif akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian

ini kenyataannya ganda, kedua metode deskriptif kualitatif menyajikan

secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, ketiga

metode deskriptif kualitatif lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan

banyak pengaruh terhadap pola - pola nilai yang dihadapi (Moeloeng, 2002:

33).

Selain itu pada dasarnya semiotik bersifat kualitatif interpretatif,

yaitu suatu metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan teks sebagai

objek kajian, serta bagaimana menafsirkan dan memahami kode dibalik

tanda dan teks tersebut (Christomy dan Yuwono dalam Marliani, 2004: 48).

Oleh karena itulah peneliti harus memperhatikan beberapa hal

dalam penelitian ini, pertama adalah konteks atau situasi sosial di seputar

dokumen atau teks yang diteliti. Disini peneliti diharapkan dapat memahami

Gambar

Gambar 2.1 : Hubungan Tanda, Objek, dan Interpretant Peirce
Gambar 4.5.1
Gambar karikatur Kinerja Penegak Hukum

Referensi

Dokumen terkait

Batas pernyataan bersedia/tidak bersedia peserta seleksi dimaksudkan untuk melihat kesiapan tiap peserta untuk mengikuti tahapan seleksi tersebut guna kepentingan

[r]

Simpulan dari penelitian ini adalah pemberian vitamin B1, B6, dan B12 dapat memperpanjang onset terjadinya kelelahan otot pada mencit Swiss Webster jantan.. Kata kunci

renakan suatu lokasi sejarah dengan bangunan-bangunan tua yang dilin- dungi dan dihuni oleh banyak pelaku usaha batik yang tidak hanya mela- kukan penjualan dan display barang,

Penelitian yang penulis lakukan memiliki keterbatasan yaitu penelitian yang penulis lakukan hanya memakai tiga variabel saja diantara beberapa variabel makro ekonomi yang ada

Pada dasarnya dalam gaya kepemimpinan situasional, tingkat kematangan bawahan, baik dari sisi kemauannya maupun kemampuannya akan sangat menjadi pertimbangan pemimpin,

1) Sistem kontak tinggi (high-contact system), konsumen harus menjadi bagian dari sistem untuk menerima jasa. Contoh: jasa pendidikan, rumah sakit, dan transportasi. 2) Sistem

Kalau kemurnian oksigen lebih rendah dari 95 % maka proses pemotongan sudah sangat kurang baik karena yang akan terjadi adalah pelelehan logam dengan bentuk hasil