• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu. No Pnelitian Terdahulu Uraian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu. No Pnelitian Terdahulu Uraian"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang dirasa relevan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

No Pnelitian Terdahulu Uraian

1. Judul Penelitian Brand image memediasi kualitas produk dan harga dengan keputusan pembelian smartphone Apple di kota Denpasar (Saraswati dan Rahyuda, 2015)

Metode Penelitian Purposive sampling, Analisis jalur, Uji sobel

Hasil Penelitain 1.Kualitas produk berpengaruh positif secara signifikan terhadap brand image.

2.Haga berpengaruh positif secara signifikan terhadap brand image

3.Brand imange berpengaruh positif dan signifikan memediasi pengaruh antara kualitas produk terhadap keputusan pembelian

2. Judul Penelitian Pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian handphone Nokia dengan citra merek sebagai pemediasi.

( Oktavenia dan Ardani, 2019)

Metode Penelitian Metode nonprobability sampling

khususnya Accidental sampling atau

convenience sampling,Uji validitas, Uji

(2)

9

reliabilitas, Analisis partial Least Square (PLS)

Hasil Penelitian 1.Kualitas produk berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pembelian

2.Citra merek berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pembelian

3.Kualitas produk berpengaruh positif signifikan terhadap citra meek

4.Citra merek memediasi pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian

3. Judul Penelitian Pengaruh celebrity endorser dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian melalui citra merek kosmetik Wardah dikota Semarang (Nuraini dan Maftukhah,2015)

Metode Penelitian Asidental sampling, Uji reliabilitas, Uji validitas, Uji asumsi klasik dan Analisis jalur

Hasil Peneitian 1.Variabel celebrity endorser dan kualitas produk berpengaruh langsung terhadap keputusan pembelian.

2.Variabel celebrity endorser dan kualitas produk berpengaruh tidak langsung terhadap keputusan pembelian 3.Citra merek berpengaruh signfikan terhadap pengambilan keputusan

4.Kualitas produk berpengauh signifikan terhadap pengambilan keputusan

5.Citra merek dan kualitas produk

secara bersamaan memiliki efek

keputusan pembelian

(3)

10

4. Judul Penelitian Pengaruh citra merek dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian pada produk kosmetik

(Wulandari dan Iskandar,2018)

Metode Penelitian Metode puposive sampling, Uji Asumsi klasik, Analisi regresi linier berganda, uji t

Hasil Penelitian -Citra merek berpengaruh signfikan terhadap pengambilan keputusan

-Kualitas produk berpengauh signifikan terhadap pengambilan keputusan

-Citra merek dan kualitas produk secara bersamaan memiliki efek keputusan pembelian

5. Judul penelitian Pengaruh citra merek, harga dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian merek Xiomi di kota Langsa(Amilia dan Asmara, 2017)

Metode Penelitian Non probality sampling dengan menggunakan accidental sampling, Analisis regresi linier berganda

Hasil Penelitian Citra merek, harga, dan kualitas produk mempengaruhi keputusan pembelian handphone Xiaomi di Kota Langsa 6. Judul Penelitian Pengaruh kualitas produk, desain

produk dan harga terhadap keputusan pembelian laptop Lenovo Ideapad 120S- 11 di kota Padang (Oktaviani, Johar dan Kamener,2018)

Metode Penelitian purposive sampling, Regresi linier berganda, Uji f dan Uji t

Hasil Penelitian 1.variabel harga tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

2.variabel kualitas produk berpengaruh

signifikan terhadap keputusan

pembelian

(4)

11

3.variabel desain produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

7. Judul Penelitian Analisi pengaruh citra merek, harga dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian laptop Thoshiba.

(Permana,2017)

Metode Penelitian Accidental Sampling, Regresi linier berganda, Uji validitas, Uji Reliabilitas, Uji Asumsi Klasik, uji goodness of fit, Uji f, Uji t

Hasil Penelitian Hasil analisis regresi pada penelitian ini menunjukkan bahwa citra merek, harga, dan kualitas produk memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian

Pada tabel 2.1 terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian sekarang. Persamaan dari penelitian tersebut yaitu beberapa variabel yang digunakan dalam penelitihan dahulu sama dengan penelitihan yang dilakukan sekarang yaitu kualitas produk, citra merek dan keputusan pembelian. Sedangkan perbedaannya yaitu jumlah sempel yang digunakan dengan penelitihan sekarang dan salah satu teknis analisis data dalam penelitian sekarang yaitu alat analisis rentang skala yang tidak digunakan penelitian terdalu

B. Landasan Teori

1. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian adalah pemilihan dari dua atau lebih

alternatif pilihan keputusan pembelian yang artinya bahwa seseorang

dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan

(5)

12

(Schiffman dan kanuk, 2004). Pembelian pada pasar konsumen maupun pasar organisasi adalah serangkaian tahap yang dilalui pembeli dalam membeli sebuah produk atau jasa.

Inti dari proses pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making) adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian adalah suatu pilihan (choice) yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku (BI).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian (Kotler dan Armstrong, 2008), yaitu :

a. Faktor Budaya

Faktor budaya mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku, mencakup budaya (kultur, sub budaya, dan kelas sosial). Budaya adalah susunan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari anggota suatu masyarakat dari keluarga dan institusi penting lainnya

b. Faktor Sosial

Selain faktor budaya, perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status

c. Faktor Pribadi

(6)

13

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur pembeli dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup dan kepribadian.

d. Faktor Psikologis

a) Motivasi, seseorang memiliki banyak kebutuhan pada setiap waktu tertentu. Sebagian kebutuhan bersifat biogenic. Kebutuhan yang demikian berasal dari keadaan psikologis berkaitan dengan tensi/ketegangan seperti rasa lapar, haus dan tidak senang.

Motivasi adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang agar bertindak.

b) Persepsi, proses bagaimana seseorang memilih, mengatur dan menginterpretasikan masukan informasi untuk menciptakan gambaran yang berarti.

Tingkatan pengambilan keputusan konsumen sepeti yang dikemukakan oleh Kotler dan Keller (2014), yaitu :

a. Pemecahan masalah secara luas (extended problem solving), suatu proses pengambilan keputusan pembelian, pelanggan memerlukan usaha dan waktu yang cukup besar untuk meneliti dan menganalisis berbagai alternatif

b. Pemecahan masalah secara terbatas (limited problem solving), yaitu

proses pengambilan keputusan belanja yang melibatkan upaya dan

waktu yang tidak terlalu besar. Dalam hal ini, pelanggan lebih

(7)

14

mengandalkan pengetahuan pribadi dibandingkan dengan informasi eksternal.

c. Pengambilan keputusan yang besifat kebiasaan (habitual decision making), yaitu proses keputusan belanja yang melibatkan sedikit

sekali usaha dan waktu.

Seberapa mendalam tingkat pemecahan masalah konsumen dalam mengambil keputusan pembelian bergantung pada seberapa baik kriteria pemilihan yang ditetapkan, seberapa banyak informasi yang telah dimiliki mengenai setiap produk yang sedang dipertimbangkan konsumen, dan seberapa terbatas rangkaian produk yang akan dipilih.

Jelas bahwa untuk pemecahan masalah yang luas, konsumen harus mencari informasi yang lebih banyak untuk melakukan pilihan dalam keputusan pembelian, namun sebaliknya untuk perilaku respon yang rutin hanya sedikit informasi tambahan yang dibutuhkan.

Dalam keputusan pembelian konsumen, terdapat 3 indikator dalam keputusan pembelian (Kotler, 2012) yaitu:

1. Kemantapan pada sebuah produk

Pada saat melakukan pembalian, konsumen memilih salah stu dari

beberapa alternatif. Pilihan yang ada didasarkan pada mutu, kualitas

dan factor lain yang memberikan kemantapan bagi konsumen untuk

membeli produk yang dibutuhkan. Kualitas produk yang baik akan

membangun semangat konsumen sehingga menjadi penunjang

kepuasan konsumen.

(8)

15

2. Kebiasaan dalam membeli produk

Kebiasaan adalah pengulangan sesuatu secara terus-menerus dalam melakukan pembelian produk yang sama. Ketika konsumen telah melakukan keputusan pembelian dan mereka merasa produk sudah melekat dibenaknya bahkan manfaat produk sudah dirasakan.

konsumen akan merasa tidak nyaman jika membeli produk lain.

3. kecepatan dalam membeli produk

Konsumen sering mengambil sebuah keputusan dengan menggunakan aturan (heuristik) pilihan yang sederhana. Heuristik adalah sebuah proses proses yang dilakukan seseorang dalam mengambil sebuah keputusan secara cepat, menggunakan sebuah pedoman umum dalam sebagian informasi saja.

2. Kualitas Produk

Perspektif kualitas merupakan persepsi seorang konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa dengan maksud yang diharapkan. Perspektif kualitas dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok sebagai berikut (Tjiptono dan Candra, 2016) :

a. Transcendantal Approach

Kualitas dalam pendekatan ini dipandang sebagai innate excellence,

yaitu seuatu yang bisa dirasakan atau diketahui, namun sukar

didefinisikan,dirumuskan atau dioperasionalisasikan. Perspektif ini

menegaskan bahwa orang hanya bisa belajar memahami kualitas

(9)

16

melalui pengalaman yang didapatkan dari eksposur berulang kali (repeated exposure). Sudut pandang ini biasanya diterapkan dalam dunia seni, misalnya seni music,seni drama, seni tari, dan seni rupa.

b. Product-based Approach

Ancangan ini mengasumsikan bahwa kualitas merupakan karakteristik atau atribut obyektif yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang dimiliki produk.

Contoh spesifik untuk sebuah sepeda motor misalnya harga, konsumsi BBM, kecepatan, ketersediaan fitur spesifiknya (contohnya rem cakram, knalpot racing, dan lain-lain), ketersediaan pilihan warna sepeda motor, dan seterusnya. Karena perspektif ini sangat obyektif maka kelemahannya adalah tidak bisa menjelaskan perbedaan dalam selera, kebutuhan, dan preferensi individual (atau bahkan segmen pasar tertentu).

c. User-based Approach

Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung

pada orang yang menilainya (eyes of the beholder), sehingga produk

yang paling memuaskan preferensi orang (maximum satisfaction)

merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. Perspektif yang

bersifat subyektif dan demand-oriented ini juga menyatakan bahwa

setiap pelanggan memiliki kebutuhan dan keinginan masing-masing

yang berbeda satu sama lain, sehingga kualitas bagi seseorang adalah

(10)

17

sama dengan kepuasan maksimum yang dirasakannya. Produk yang dinilai berkualitas baik oleh individu tertentu belum tentu dinilai sama oleh orang lain.

d. Manufacturing-based Approach

Perspektif ini bersifat supply-based dan lebih berfokus pada praktik praktik perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaian atau kecocokan dengan persyaratan (conformance to requirement). Dalam konteks bisnis jasa, kualitas berdasarkan perspektif ini cenderung bersifat operations-driven.

Ancangan semacam ini menekankan penyesuaian spesifikasi produksi dan operasi yang disusun secara internal, yang seringkali dipicu oleh keinginan untuk meningkatkan produktivitas dan menekankan biaya.

Jadi, yang menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan perusahaan, bukan konsumen yang membeli dan menggunakan produk atau jasa.

e. Value-based Approach

Pendekatan ini memandang kualitas dari aspek nilai (value) dan harga (price). Dengan mempertimbangkan trade-off antara kinerja dan

harga, kualitas, didefinisikan sebagai “affordable excellence”.

Kualitas dalam perspektif ini bersifat relatif, sehingga produk yang

memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling

bernilai. Akan tetapi yang paling bernilai adalah produk atau jasa yang

paling tepat dibeli.

(11)

18

Kualitas produk adalah keseluruhan fitur dan karakteristik produk yang mampu memuaskan kebutuhan yang terlihat maupun tidak terlihat (Haizer dan Render, 2012). Kualitas produk adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat (Kotler dan Keller, 2009). Perusahaan dengan kualitas produk yang paling baik yang akan tumbuh dengan pesat, dan dalam jangka panjang perusahaan tersebut akan berhasil dan lebih unggul dari perusahaan yang lain. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas produk menggambarkan baik buruknya suatu produk yang terdiri semua faktor yang melekat pada barang atau jasa, sehingga produk tersebut memiliki kemampuan untuk dipergunakan sebagaimana yang diinginkan konsumen produk tersebut.

Ada 8 indikator produk yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas produk. (Tjiptono,2008) sebagai berikut:

a. Kinerja (performance) merupakan karakteristik operasi dan produk inti (core product) yang dibeli

b. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan(Features) yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap

c. Keandalan (Realibility) yaitu kemungkinan kecil akan mengalami

kerusakan atau gagal pakai

(12)

19

d. Kesesuaian dengan spesifkasi (conformance to specification) Sejauh mana karakteristik desain operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

e. Daya tahan (durability) Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. Daya tahan produk biasanya berlaku untuk produk yang bersifat dapat dikonsumsi dalam jangka panjang.

f. Kegunaan (serviceability)

Meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, serta penanganan keluhan yang memuaskan.

g. Estetika (aestethic)

Daya tarik produk terhadap panca indera. Konsumen akan tertarik terhadap suatu produk ketika konsumen melihat tampilan awal dari produk tersebut.

h. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)

Meliputi cita rasa, reputasi produk, dan tanggung jawab perusahaan terhadap produk yang dikonsumsi oleh konsumen.

3. Cita Merek

Citra adalah sejumlah keyakinan, ide, dan kesan yang dipegang

oleh seseorang tentang sebuah objek (Kotler dan Keller, 2009)

Sedangkan merek(brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain

atau kombinasi darinya yang digunakan sebagai tanda pengenal barang

atau jasa saingan. Merek bervariasi dalam hal kekuatan dan nilai yang

(13)

20

dimilikinya dipasar. Pada satu sisi ada merek yang tidak dikenal oleh sebagian besar pembeli pasar. Kemudian, ada merek yang terhadapnya pembeli memiliki tingkat kesadaran merek (brand awareness) yang tinggi. Diatas itu terdapat merek yang memiliki tingkat penerimaan merek (brand acceptability) yang tinggi, kemudian, ada merek yang menikmati tingkat preferensi merek (brand prefeence) yang tinggi.

Akhirnya, ada merek yang memiliki tingkat kesetiaaan merek (brand loyality).

Jika suatu perusahaan mempelakukan merek hanya sebagai nama, perusahaan tersebut tidak melihat tujuan merek yang sebenarnya.

Tantangan dalam pemberian merek adalah mengembaangkan satu kumpulan makna yang mendalam untuk merek tersebut. Pemasar harus menentukan pada level mana akan menanamkan identifikasi merek.

Merupakan suatu kesalahan untuk memposisikan hanya atibut merek.

Pertama, pembeli tidak begitu tertarik pada atribut merek dibandingkan

dengan manfaat merek. Kedua, pesaing dapat dengan mudah meniru

atribut tersebut. Ketiga, atribut yang sekarang mungkin nanti akan

berkurang nilainya, sehingga merugikan merek yang terlalu terikat pada

atribut tesebut. Penggunaan merek pada barang dapat memberikan

keuntungan atau manfaat bagi kedua belah pihak, baik pembeli maupun

penjual. Dalam hal ini kita akan memisahkan antara keuntungan-

keuntungan yang dinikmati oleh penjua serta keuntungan bagi

masyarakat.

(14)

21

Keuntungan pengguna merek bagi konsumen sebagai adalah mempemudah pembeli mengenalkan barang yang diinginkan, pembeli dapat mengandalkan keseragaman kualitas barang-barang yang bermerek, melindungu konsumen karena dari merek barang dapat diketahui perusahaan yang membuatnya, barang-barang yang bermerek cenderung ditingkatkan kualitasnya karena perusahaan yang memiliki merek akan berusaha mempertahankan dan meningkatkan nama baik mereknya, sengkan keuntungan penggunaan merek bagi podusen adalah membantu program periklanan dan peragaan perusahaan, meningkatkan pengawasan terhadap barang yang dijual, memperluas pangsa pasar, membangun citra perusahaan, membantu segmentasi pasar, memperbudah perluasan bauran produk, merupakan perlindungan hukum terhadap sifat khas produk

Merek dapat memiliki enam level pengertian, yaitu merek merupakan suatu simbol yang rumit yang menjelaskan enam tingkatan makna (Sangadji dan Shopia,2013) yaitu:

a. Atribut : sebuah merek diharapkan mengingatkan suatu atribut atau sifat-sifat tertentu dari suatu produk

b. Manfaat : suatu merek lebih dari seperangkat atribut. Atribut harus diterjemahkankedalam manfaat fungsional dan emosional.

c. Nilai : merek mencerminkan nilai yang dimiliki oleh produsen sebuah produk.

d. Budaya : merek mempersentasikan budaya tertentu.

(15)

22

e. Kepribadian : suatu merek dapat memproyeksikan pada suatu kepribadian tertentu.

f. Pengguna : merek mengelompokan tipe-tipe konsumen yang akan membeli atau mengkomsumsi suatu produk

Citra Merek adalah seperangkat keyakinan konsumen mengenai merek tertentu (Kotler dan Amstrong,2001). Citra merek (Brand Image) merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu.

Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian (Setiadi, 2003).

Ada 3 indikator citra merek (Akker dan Biel,2009) a. Citra pembuat

Persepsi konsumen akan pembuat produk dan memberikan tanggapan dari konsumen akan produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Citra pembuat dapat dilihat dari nama baik, reputasi, dan prestasi yang dimiliki perusahaan tersebut.

b. Citra produk

Persepsi konsumen terhadap produk yang terkait dengan atribut

produk, manfaat dan jaminan yang diberikan. Sehingga citra produk

menjadi pertimbangan konsumen untuk melakukan pembelian.Citra

produk dapat dilihat dari persepsi konsumen seperti kesan produk

(16)

23

yang moderen, memiliki perbedaan/unik, berkualitas tinggi dan lain- lainnya

c. Citra pemakai

Persepsi dari pelanggan yang sudah memakai produk yang menunjukkan selera pelanggan dalam pemakaian. Citra pemakai menjadi bagian penting dalam mempengaruhi konsumen untuk menetukan niat pembelian. Citra pemakai berpengaruh karena secara langsung adanya pengaruh, ajakan, dan informasi untuk menggunakan produk dari pemakai

Agar suatu merek memiliki citra merek yang baik, maka perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor mempengaruhi citra merek. Faktor-faktor yang mempengaruhi citra merek (Kertajaya, 2007)

a. Kualitas atau mutu berkaitan dengan produk barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu

b. Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat atau kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang dikonsumsi.

c. Kegunaan atau manfaat, yang berkaitan dengan fungsi dari suatu produk barang atau jasa yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen.

d. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani

konsumen

(17)

24

e. Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untug rugi yang mungkin dialami oleh konsumen

f. Harga, dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk mempengaruhi suatu produk, juga mempengaruhi citra jangkah panjang

g. Citra yang dimiliki merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan, kesepakatan, dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari produk tertentu

Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut maka perusahaan akan memiliki citra merek yang baik atas produknya. Apabila merek produk perusahaan dapat diingat di benak konsumen, maka itu akan mempermudah perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dan mencapai tujuan perusahaan

C. Kerangka Pikir

Saat ini terdapat banyak merek laptop yang beredar di pasar,

sehingga menyebabkan persaingan di pasar laptop semakin ketat. Hal ini

juga menyebabkan konsumen bebas untuk memilih merek laptop yang akan

digunakan. Oleh karena itu upaya untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian menjadi

sangat penting. Ada indikator keputusan pembelian yaitu kemantapan pada

sebuah produk, kebiasaan dalam membeli produk dan kecepatan dalam

membeli produk

(18)

25

Kualitas produk merupakan salah satu strategi yang dilakukan perusahaan untuk bertahan di pangsa pasar, kualitas yang bagus akan memberikan kepuasan dibenak konsumen, hal ini pula yang akan menimbulkan citra merek positif bagi perusahaan. Setiap perusahaan akan berusaha memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen melalui produk yang ditawarkan sedangkan konsumen mencari manfaat-manfaat tertentu yang ada pada suatu produk. Konsumen melihat suatu produk dari kemampuannya untuk melakukan fungsi-fungsi tertentu yang tercermin dalam kualitas yang melekat pada suatu produk. Konsumen memandang kualitas produk sebagai bagian yang penting. Karena itu penjual berusaha keras memberikan kualitas yang terbaik dalam produk untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Berdasakan penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kualitas produk mempengaruhi keputusan pembelian, seperti penelitian yang dilakukan Wulandari dan Iskandar (2018) yang menyatakan bahwa variabel kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

Hasil penelitian serupa Oktavenia dan Ardani (2019), Sarawati dan Rahyuda (2017), Amilia dan Asmara (2017).

Sebelum melakukan pembelian konsumen menempatkan citra

merek sebagai salah satu pertimbangan penting dalam proses keputusan

pembelian. Citra akan terbentuk setelah konsumen membeli dan merasakan

manfaat dari produk tersebut. Apabila produk tersebut dirasa sudah

memenuhi harapan konsumen setelah digunakan, secara otomatis seseorang

(19)

26

tersebut akan mempresepsikan produk tersebut memiliki citra yang baik.

Citra merek yang positif pada benak konsumen akan berpengaruh pada keputusan pembelian. Citra merek adalah bagaimana pelanggan dan orang lain memandang suatu merek. Citra merek dipengaruhi beberapa faktor di antaranya adalah rekognisi, reputasi, dan afinitas. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian.

Bedasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa citra merek memiliki hubungan dengan keputusan pembelian hal ini dibuktikan dengan adanya penelitian terdahulu Saraswati dan Rahyuda (2017) yang menyatakan citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Hasil penelitian serupa Oktavenia dan Ardani (2019), Wulandari dan Iskandar (2018), Amilia dan Asmara (2017), Permana (2017).

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas, maka paradigma penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

H2 H4 H3 H1

Citra merek

Keputusan pembelian Kualitas

produk

(20)

27

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiono, 2015). Berdasarkan kajian teoritis dan landasan penelitian terdahulu maka, peneliti mengemukakan hipotesis seperti dibawah ini.

Kualitas produk adalah keseluruhan fitur dan karakteristik produk yang mampu memuaskan kebutuhan yang terlihat maupun tidak terlihat (Haizer dan Render,2012). Faktor kualitas produk merupakan hal yang diperhatikan konsumen dalam mengambil keputusan.

Berdasarkan penelitian terdahulu menunjukan bahwa kualitas produk mempengaruhi keputusan pembelian, seperti penelitian yang dilakukan Wulandary dan Iskandar (2018) yang menyatakan bahwa variabel kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

Hasil penelitian serupa Oktavenia dan Adani (2019), Saraswati dan Rahyuda (2017), Nuraini dan Maftukhah (2015), Amilia dan Asmara (2017),Oktaviani, Johar dan Kamener (2018), Permana (2017). Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis pertama sebagai berikut:

H1 : Kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

Kualitas produk adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau

jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan

yang dinyatakan atau tersirat (Kotler dan Keller, 2009). Kualitas produk

(21)

28

menggambarkan baik buruknya suatu produk yang terdiri semua faktor yang melekat pada barang atau jasa.

Berdasarkan penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kualitas produk mempengaruhi citra merek, seperti penelitian yang dilakukan oleh Oktavenia dan Ardani (2019) yang menyatakan bahwa kualitas produk berpengaruh positif signifikan terhadap citra merek. Hasil penelitian serupa oleh Saraswati dan Rahyuda (2017). Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis pertama sebagai berikut:

H2: kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap citra merek

Citra Merek adalah seperangkat keyakinan konsumen mengenai merek tertentu (Kotler dan Amstrong,2001). Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian (Setiadi, 2003).

Berdasarkan penelitian terdahulu menunjukan bahwa citra merek

berpengaruh terhadap keputusan pembelian, seperti penelitian yang

dilakukan Nuraini dan Maftukhah (2015) yang menyatakan citra merek

berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Hasil penelitian serupa

Oktaveani dan Ardani (2019), Wulandari dan Iskandar (2018), Amilia dan

Asmara (2017), Permana (2017). Berdasarkan uraian tersebut maka

dirumuskan hipotesis pertama sebagai berikut:

(22)

29

H3 : Citra merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Dalam penelitian ini terdapat suatu pengembangan penelitian baru yaitu citra merek sebagai variabel intervening antara kualitas produk dengan keputusan pembelian. Kualitas produk yang menggambarkan baik buruknya suatu produk yang terdiri semua faktor yang melekat pada barang atau jasa akan mempengaruhi citra merek dan keputusan pembelian.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wulandari dan Iskandar (2018), Nuraini dan Maftukhah (2015), Amilia dan Asmara (2017), Permana (2017) yang menyatakan bahwa kualitas produk dan citra merek mempengaruhi keputusan pembelian. Dan penelitian yang dilakukan oleh Saraswati dan Rahyuda (2017), Oktaviani dan Ardani (2019), yang menyatakan bahwa kualitas produk positif signifikan terhadap brand image dan brand image berpengaruh positif dan signifikan memediasi kualitas produk terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis pertama sebagai berikut:

H4 : Kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian melalui

citra merek

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat lima tahap dari proses keputusan pembelian yang dikembangkan oleh (Kotler & Keller, 2016). 1) Pengenalan masalah : Proses keputusan pembelian diawali dengan

1) Keterlibatan dengan produk seseorang akan terlibat dengan suatu produk tertentu dan bermaksud untuk membicarakan mengenai hal itu dengan orang lain, sehingga terjadi

Secara sederhana kemampuan kerja yang harus dimiliki oleh setiap karyawan terletak pada kecakapan, keterampilan, pengalaman, serta kesungguhannya terhadap pekerjaan

Keputusan investasi juga merupakan suatu keputusan diambil dalam penanaman modal yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan investasi yang telah

keinginan membeli secara umum didasarkan pada upaya mencocokkan motif pembelian dengan atribut atau karakteristik merek yang tengah dipertimbangkan dengan melibatkan

Pada penelitian Leksono dan Herwin (2017) ditemukan bahwa variabel harga dan promosi berpengaruh secara simultan terhadap keputusan penggunaan jasa transportasi

Kepuasan kerja yang tinggi tidak akan membuat pergantian karyawan menjadi rendah, tetapi hal tersebut mungkin membantu. Sebaliknya, jika terdapat ketidakpuasan

Menurut Sudana (2011), struktur modal berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan perbandingan utang jangka.. panjang dengan modal