• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh: STAR PARULIAN HUTABARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh: STAR PARULIAN HUTABARAT"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDI PUTUSAN NOMOR 305K/Pdt.Sus-HKI/2014) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

STAR PARULIAN HUTABARAT 150200328

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

PROGRAM SARJANA ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

(2)
(3)

Segala hormat, puji, dan syukur yang Penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkatNya yang melimpah dan kasih karuniaNya yang tidak ada habis-habisnya yang selalu menguatkan dan membimbing Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untu memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “Implementasi Perlindungan Hukum Terhadap Karya Film Yang Dibuat Produser Berdasarkan Referensi Naskah Pihak Ketiga (Studi Putusan Nomor 305K/Pdt.Sus-HKI/2014)”.

Selama penyusunan penulisan skripsi ini, Penulis juga banyak mendapatkan bimbingan, arahan, semangat, saran, motivasi serta doa dari berbagai pihak.

Untuk itu Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum. Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Prof. Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum. selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH., M.Hum. selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum. selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

(4)

7. Ibu Trimurti Lubis, SH., M.Hum. selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi;

8. Ibu Dr. Tengku Keizeirina Devi Azwar, SH.,CN.,M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan dan masukan kepada Penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik;

9. Ibu Dr. Detania Sukarja, SH., LLM. selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan dan masukan kepada Penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik;

10. Ibu Maria Kaban, SH., M.Hum. Selaku dosen Pembimbing Akademik Penulis;

11. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah member Ilmu kepada Penulis;

12. Lamdor Hutabarat dan Rosli Tamba selaku orang tua penulis yang telah membesarkan Penulis tanpa kenal lelah dan juga dukungannya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

13. Mindo Hutabarat, Sahat Hurabarat, Diana Hutabarat selaku saudara kandung dari Penulis yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam perkuliahan sampai penulisan skripsi ini;

14. David Hurabarat dan Friska Sinaga selaku keluarga yang juga telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

(5)

16. Akmal Fauzan, Faturrahman Aulia, Britandy Suryabhuana, Juha Naufal, Yoga selaku keluarga dalam band Daydream On Thursday

17. Andre Sigiro, Alm.Daniel Nikolas, Abraham Sitompul yang menjadi owner dari Warkop AADS bersama dengan penulis.

18. Andre Sigiro, Angel Silaban, Benedicta Manurung, Cici Sitorus, Cindy Sonia, Daniel Hutabarat, Elisabeth Matondang, Garcia Rangan, Lucy Karenina, Nico Sipayung, Revi Manalu, Samuel Pardosi, Surya Simanjuntak, Zethro Viery yang bersama-sama dengan penulis menjadi keluarga dalam ikatan Pengurus Komisariat GMKI Komisariat Fakultas Hukum USU.

19. Daniel Alex Siregar, Pasca Saragih, Yudika Sormin, Hans Maskulin Saragih selaku seniora yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

20. Teman-teman dari Gundaling Ishak, Ray, Yan Reinold, Richard, Rahul, Feberson, Amos, Andre, bang Adi, Revi dan lain-lain yang tidak mungkin penulis tuliskan satu persatu). Terimakasih karena telah memberikan kenyamanan dan kebahagiaan kepada Penulis. Semoga sukses untuk kita semua;

21. Keluarga Besar Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Komisariat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

(6)

maupun moral kepada Penulis;

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Penulis berharap kedepannya agar lebih baik lagi.

Medan, Oktober 2019

Penulis

Star Parulian Hutabarat NIM. 150200328

(7)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan ... 5

D. Keaslian Penulisan ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 8

F. Metode Penelitian ... 18

G. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II PERANAN PARA PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PRODUKSI FILM... 23

A. Konsep Dalam Film ... 23

1. Jenis-jenis Film ... 24

2. Produksi Film ... 25

B. Peranan Keseluruhan Pihak Yang Terlibat Dalam Produksi Sebuah Film ... 26

(8)

2.Tugas dan Fungsi Staf Artistik Dalam Produksi Film ... 29

C. Peranan Para Pihak Yang Terlibat Dalam Film Soekarno: Indonesia Merdeka ... 37

BAB III PENGATURAN HUKUM ATAS PERAN PARA PIHAK DALAM PRODUKSI FILM BERDASARKAN HUKUM DI INDONESIA ...51

A.Pengaturan Hak Para Pihak Yang Terlibat Dalam Produksi Film ...58

1.Cipta dan Pemegang Hak Cipta ...58

2.Hak Terkait dan Pemegang Hak Terkait ...62

B.Kedudukan Pencipta Naskah Dalam Produksi Film ... 63

BAB IV ANALISIS TERHADAP KASUS NOMOR 305K/Pdt.Sus- HKI/2014 ... 68

A. Kasus Posisi ... 68

B. Pertimbangan Majelis Hakim dan Putusan ... 75

C. Analisis atas Pertimbangan Majelis Hakim dan Putusan... 80

(9)

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ...85

DAFTAR PUSTAKA ...86

(10)

Dr.Tengku Keizeirina Devi Azwar, SH.,CN.,M.HuM ***

Dr. Detania Sukarja SH., LLM.**

Star Parulian Hutabarat*

Di Indonesia Pengaturan Hukum untuk pihak-pihak yang terlibat dalam produksi sebuah film tidak ada diatur secara terperinci sesuai dengan peranan yang ada dalam produksi sebuah film, semua pihak-pihak yang terlibat dalam sebuah produksi film digolongkan menjadi insan perfilman, yang hak dan kewajibannya dilindungi diatur dalam Pasal 49 dan 50 UU Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman, hal ini yang membuat terjadinya sengketa tentang siapa yang memiliki hak cipta dalam film Soekarno: Indonesia Merdeka dikarenakan naskah dari film tersebut merupakan karya dari pihak ketiga sesuai dengan Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dengan Nomor Register 305K/Pdt.Sus-HKI/2014.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian hukum normatif yang dilakukan dengan pengumpulan data primer dan data sekunder serta dengan penelitian kepustakaan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif.

Dalam penjabaran dari Pasal 20 ayat (1) dan (2) UU Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman seorang penulis/pencipta skenario film dimasukkan kedalam kategori insan perfilman dan tidak ada peraturan yang terpisah membahas tentang penulis/pencipta skenario film tersebut. kedudukan seorang pencipta/penulis naskah dalam sebuah produksi film hanya sebagai penulis cerita untuk film tersebut, terlepas dari mana ide cerita itu didapat. Dalam UU Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman juga tidak diatur secara terperinci mengenai kedudukan seorang pencipta/penulis naskah dalam sebuah produksi film.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum Film Soekarno, Hak Cipta Film Soekarno

***Dosen Pembimbing I

**Dosen Pembimbing II

*Mahasiswa

(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Produksi suatu film berawal dari sebuah cerita yang dituangkan menjadi skenario film.1 Cerita film dapat terinspirasi dari berbagai hal, baik kisah fiksi atau kejadian nyata. Pada tahap praproduksi tim produksi film akan menentukan jenis film yang akan dibuat hingga sumber untuk membuat skenario film. Film

“Harry Potter” merupakan sebuah contoh cerita film yang diadaptasi dari karya sastra, “Titanic” adalah film yang terinspirasi dari kisah nyata tenggelamnya kapal Titanic pada tahun 1912 sedangkan “Iron Lady” merupakan film yang mengangkat kisah hidup tokoh riil Margareth Thatcher. Terkadang tim produksi mengambil dan mengembangkan suatu ide atau tema dari cerita yang pernah ada untuk dijadikan cerita film seperti pada film “Pretty Woman”2 dan “Maid in Manhattan”3 yang mengambil dan mengembangkan ide cerita dari kisah

“Cinderela”.

Ide cerita film yang dapat terinspirasi dari berbagai hal, mulai dari cerita dengan tema yang bersifat umum hingga peristiwa/kisah tokoh yang telah diketahui publik (misalnya kisah tokoh sejarah). Film biografi, senantiasa mempunyai segmen yang fanatik. Artinya, Ide yang sering kali ditawarkan, mayoritas memang sudah dikenal oleh publik. Diakrabi oleh publik, lewat literatur

1Heru Effendy, Mari Membuat Film, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009), edisi ke-2, hlm. 7.

2Rebecca Bulnes, “Pretty Woman at 25: Hollywood‟s Cinderella Complex”, <https://

consequenceofsound.net/2015/03/pretty-woman-at-25-hollywoods-cinderella-complex/>, (diakses pada tanggal 16 Juli 2019 pada pukul 18.30 WIB)

3Deborah Hornblow, “J.Lo‟s „Maid‟ Proves Cinderella Never Dies”, <http://

articles.courant.com/2002-12-16/features/0212160678_1_cinderella-fairy-tale-marisa-ventura- jennifer-lopez>, (diakses pada tanggal 16 Juli 2019 pada pukul 19.00 WIB)

(12)

pustaka, ataupun kisah sejarah. Tidak heran, kondisi ini akan mendorong munculnya penonton yang fanatik dan spesifik.4

Berdasarkan pasal 20 ayat (4) huruf a UU Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman (selanjutnya disebut “UU Perfilman”) bahwa insan perfilman mendapatkan perlindungan hukum. Dimana selanjutnya pasal 200 ayat (6) UU Perfilman menegaskan bahwa perlindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibuat dalam perjanian tertulis yang mencakup hak dan kewajiban para pihak sesuai dengan ketentutan peraturan Perundang-undangan Nomor 33 Tahun 2009 tentang perfilman. Berdasarkan ketentuan pasal 20 ayat (4) UU Perfilman tersebut dapat dipahami bahwa ketegasan keberadaan hak yang dalam hal ini termasuk di dalamnya hak atas kepemilikan sebuah karya dapat dipertegas dengan membuat sebuah perjanjian. Namun permasalahannya adalah dalam praktek pembuatan sebuah karya cipta sinematografi yang melibatkan berbagai peran insan perfilman belum semua dilandasi dengan suatu perjanjian untuk menegaskan keberadaan kepemilikan Hak Cipta dari karya cipta, khususnya karya cipta sinematografi dalam perfilman.

Salah satu kasus film yang diangkat dari biografi atau kisah tokoh yang dikenal, diakrabi oleh publik adalah kasus film “Soekarno: Indonesia Merdeka”

(2013) produksi PT. Tripar Multivision Plus (Multivision). Film tersebut menjadi objek sengketa hak cipta antara Rachmawati Soekarnoputri (Rachmawati) dengan Multivision, Raam Punjabi dan Hanung Bramantyo (Hanung). Rachmawati (yang merupakan anak Ir. Soekarno) merupakan pencipta pertunjukan “Dharma Gita Maha Guru” yang mengangkat kisah hidup Ir. Soekarno. Rachmawati menyatakan

4Jenkins, Keith (Ed.). Postmodern History Reader. (London & New York: Routledg,1997).

(13)

dirinya sebagai pencipta naskah film Soekarno dan pihak yang pertama kali memiliki ide untuk membuat film mengenai Soekarno yang sebelumnya dipentaskan dalam “Dharma Gita Maha Guru”. Rachmawati bekerjasama dengan Multivision dan Hanung untuk membuat film Soekarno pada masa menjelang kemerdekaan Indonesia dan Hanung menunjuk Ben Sihombing menjadi penulis skenario film tersebut. Skenario yang ditulis oleh Ben kemudian diserahkan Hanung kepada Rachmawati untuk mendapat masukan atau revisi.

Ditengah proses produksi terjadi perbedaan pendapat antara Rahmawati dan Hanung selaku sutradara mengenai aktor yang memerankan tokoh Soekarno hingga berujung pada mundurnya Rachmawati dari kerjasama produksi film tersebut. Saat film siap ditayangkan di bioskop dan Multivision memulai promosi atas film yang kemudian diberi judul “Soekarno: Indonesia Merdeka”, Rachmawati mempermasalahkan hak cipta film tersebut dan melakukan berbagai upaya hukum terhadap Hanung, Raam Punjabi dan Multivision, diantaranya dengan mengajukan gugatan hak cipta pada Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dibawah register perkara nomor 93/Pdt.Sus- HakCipta/2013/PN.Niaga.JKT serta memohonkan penghentian dan peredaran film serta penyitaan naskah dan skrip film melalui permohonan Penetapan Sementara.

Majelis hakim Pengadilan Niaga melalui Penetapan Nomor 93/Pdt.Sus- HakCipta/2013/PN.Niaga.JKT.PST tanggal 11 Desember 2013 mengabulkan permohonan Penetapan Sementara yang diajukan Rachmawati dan memerintahkan para Tergugat untuk menyerahkan master film, naskah atau skrip film “Soekarno Indonesia Merdeka” serta menghentikan penyiaran, penyebarluasan, pengumuman film tersebut khususnya pada adegan dimana tokoh

(14)

Soekarno ditampar oleh polisi militer dan Soekarno dipukul dengan popor senapan polisi. Penetapan tersebut kemudian diubah oleh hakim tunggal yang memimpin sidang pemeriksaan Penetapan Sementara dengan Penetapan Nomor 93/Pdt.Sus-HakCipta/2013/PN.Niaga.JKT.PST tanggal 7 Januari 2014 yang menyatakan menolak permohonan Rachmawati untuk menghentikan penyiaran adegan pada film. Dalam pokok perkara, majelis hakim Pengadilan Niaga menyatakan Rachmawati sebagai pencipta naskah film “Bung Karno: Indonesia Merdeka”.5 Putusan pengadilan tingkat pertama dan Penetapan Sementara tersebut dibatalkan pada tingkat Kasasi oleh Majelis Hakim Agung melalui putusan nomor: 305 K/Pdt.Sus-HKI/2014 tanggal 19 Agustus 2014.

Dalam kasus tersebut, penulis melihat salah satu pangkal permasalahan terdapat pada kerancuan para pihak bersengketa mengenai kapan hak cipta suatu karya sinematografi lahir dan dapat diklaim oleh penciptanya serta tindakan apa saja yang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hak cipta. Sebelum membahas pelanggaran hak cipta atas sebuah film, penulis merasa perlu membahas peranan para pihak dalam setiap produksi film, agar memperjelas kedudukan para pihak dalam setiap produksi film sehingga kita mengetahui bagaimana pengaturan hukum atas peranan para pihak yang terlibat dalam produksi sebuah film berdasarkan hukum yang berlaku di indonesia.

Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba untuk melihat bagaimana implementasi perlindungan hukum terhadap karya film yang dibuat oleh produser berdasarkan referensi naskah pihak ketiga yang pada kasus ini mengangkat kisah

5Judul resmi dari film yang menjadi sengketa adalah “Soekarno: Indonesia Merdeka” (MVP Indonesia, “Hanung Bramantyo Wujudkan Impian Lewat Film Soekarno”,

<http://www.mvpindonesia.com/news-and-update/2012/12/19/hanung-bramantyo-wujudkan- impian-lewat-film-soekarno/>, (diakses pada tanggal 16 Juli 2019 pada pukul 22.00 WIB),

(15)

nyata atau biografi dari seorang tokoh nasional dengan judul skripsi

“Implementasi Perlindungan Hukum Terhadap Karya Film Yang Dibuat Produser Berdasarkan Referensi Naskah Pihak Ketiga (Studi Putusan Nomor 305/Pdt.Sus- HKI/2014)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis paparkan diatas, terdapat beberapa hal yang akan menjadi pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini, permasalah-permasalahnya antara lain:

1. Bagaimanakah peranan para pihak yang terlibat dalam produksi film?

2. Bagaimanakah pengaturan hukum atas peranan para pihak dalam produksi film berdasarkan hukum di indonesia?

3. Bagaimanakah analisis atas kasus nomor 305K/Pdt.Sus-HKI/2014?

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan-tujuan penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peranan para pihak yang terlibat dalam produksi film.

2. Untuk mengetahui pengaturan hukum atas peranan para pihak dalam produksi film berdasarkan hukum di indonesia.

3. Untuk mengetahui analisis atas kasus nomor 305K/Pdt.Sus-HKI/2014.

Penelitian merupakan cara pengamatan atau inkuiri dan tujuannya untuk mencari jawaban permasalah atau proses penemuan, baik itu discover maupun

(16)

Invention.6 Penulis berharap agar penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Adapun manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan kepustakaan yang membahas tentang implementasi perlindungan hukum terhadap karya film yang dibuat oleh produser berdasarkan referensi pihak ketiga. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama.

2. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi para pihak sebagai berikut:

a. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengambilan kebijakan hukum terkait film yang dibuat produser berdasarkan referensi pihak ketiga.

b. Bagi praktisi hukum agar memahami pengaturan hukum atas peranan para pihak dalam produksi film berdasarkan hukum di indonesia.

c. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk memahami peranan para pihak yang terlibat dalam produksi film.

D. Keaslian Penulisan

Karya tulis ini merupakan karya tulis asli, sebagai refleksi dan pemahaman dari apa yang telah Penulis pelajari selama menimba ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6Sukardi, “Penelitian adalah Cara Pengamatan”, http://penalaran-unm.org/apakah-penelitian-itu/, (diakses pada tanggal 17 Juli 2019 pada pukul. 23.00 WIB)

(17)

Untuk menghindari kesamaan dalam penelitian ini, maka dilakukan penelusuran kajian terdahulu yang mungkin berkaitan dengan penelitian ini, berikut kajian terdahulu yang ditemukan:

1. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang disusun oleh Sarah Alzagladi dengan judul “Status Kepemilikan Hak Cipta Film Dalam Hak Kekayaan Intelektual (HKI) (Studi Pada Film BUNG KARNO: INDONESIA MERDEKA).”

Dalam penelitian ini membahas tentang suatu ketidakjelasan mengenai siapa yang berhak mendapatkan hak cipta film dari suatu film yang memiliki banyak referensi dan mengenai hak untuk menentukan aktor dalam film yang diatur dalam peraturan Perundang-undangan di Indonesia. Berbeda dengan penelitian ini yang membahas tentang perlindungan hukum terhadap karya film yang dibuat oleh produser berdasarkan refensi pihak ketiga.

2. Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Jember, yang disusun oleh Arizki Dwi Wicaksono dengan judul “Perlindungan Hukum Bagi Pencipta Karya Cipta Sinematografi Dalam Film Soekarno (Analisa Putusan No. 305 K/Pdt.Sus- HKI/2014)”.

Dalam penelitian ini membahas perlindungan hukum bagi pencipta karya sinematografi, upaya penyelesaian yang dapat dilakukan pencipta film apabila terjadi sengketa kepemilikan atas karya sinematografi serta menganalisis pertimbangan hukum yang diberikan hakim agung dalam putusan kasus film Soekarno di tingkat kasasi terkait adanya ahli waris yang berkeberatan. Sementara dalam penelitian ini lebih membahas pengaturan hukum pengaturan hukum atas peranan para pihak dalam produksi film berdasarkan hukum di indonesia.

(18)

Khusus untuk yang terdapat di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, keaslian penulisan ini ditunjukkan dengan adanya penegasan dari pihak administrator bagian/jurusan hukum ekonomi.

E. Tinjauan Pustaka 1. Perlindungan Hukum

a. Pengertian Perlindungan Hukum

Kata hukum berasal dari bahasa Arab dan merupakan bentuk tunggal. Kata jamaknya adalah “akas” yang selanjutnya diambil alih dalam bahasa Indonesia menjadi “Hukum”. Dalam pengertian Hukum terkandung pengertian erat dengan pengertian yang “dapat melakukan paksaann”. Hukum adalah peraturan yang memaksa, akan tetapi tidak untuk memaksa sesuatu pada seseorang melainkan untuk melindungi kepentingan-kepentingan manusia. Hal ini disebabkan karena kepentingan itu kerap kali diancam atau dilanggar oleh pihak tertentu sehingga perlu mengamankannya dan bila perlu memaksa.7

Perlindungan hukum menurut Philipus M. Hadjon adalah suatu kondisi subjektif yang menyatakan hadirnya keharusan pada diri sejumlah subjek hukum untuk segera memperoleh sejumlah sumber daya guna kelangsungan eksistensi subjek hukum yang dijamin dan dilindungi oleh hukum agar kekuatannya secara terorganisir dalam proses pengamnilan putusan politik maupun ekonomi khususnya pada distribusi sumber daya baik pada prangkat individu maupun struktural.8 Perlingan hukum terdiri dari 2 (dua) suku kata yaitu “perlindungan”

dan “hukum” artinya perlindungan hukum menurut UU yang berlaku. Perlindunga

7R. Soeroso, Penghantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 1992) hlm.24

8Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT.Bina Ilmu,1987) hlm.2

(19)

hukum merupakan sarana untuk mewujudkan dan mempertahankan keadilan yang menjadi jiwa dan tujuan hukum.

b. Unsur-unsur Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah perbuatan (hal dan sebagainya) melindungi : pertolongan (penjagaan dan sebagainya).9 Sehingga berdasarkan pengertian diatas seseorang berhak mendapatkan perlindungan dan melindungi orang lain. Perlindunga hukum haruslah tercermin dari berjalannya hukum, proses hukum dan akibat dilaksanakannya atau ditegakkannya hukum tersebut. Jika dilihat dari pengertian dan pemahaman terhadap perlindunga hukum diatas maka dapat diketahui unsur- unsur perlindungan hukum yaitu:

1) Hukum tersebut merupakan sarana bagi siapa saja, artinya bahwa siapa saja yang haknya dilanggar dalam hidup bermasyarakat maka ia hendak mengajukan agar orang lain yang telah melakukan pelanggaran tersebut untuk ditindak oleh hukum itu,

2) Orang yang terbukti bersalah secarahukum tersebut dikenai sanksi yang telah ditentukan oleh hukum,

3) Asas kesamaan hukum (rechtsgleichheit) dalam arti material yaitu hukum dituntut sesuai dengan cita-cita keadilan dalam masyarakat, 4) Tujuan dari hukum itu adalah untuk menciptakan dan mempertahankan

ketertiban dan keadilan dalam masyarakat,

5) Tidak adanya kesewenang-wenangan pihak yang mempunyai kekuasaan atau kesewenang-wenangan atas hukum tersebut.10

9W.J.S, Poerdarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka,1999) hlm.600

10Sri Soemantri, Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia, (Bandung: Alumni, 1992) hlm.15.

(20)

Berdasarkan unsur-unsur yang terdapat dalam makna perlindungan hukum sebagaimana di atas, maka penulis menyimpulkan adanya suatu perlindungan hukum. apabila unsur-unsur tersebut tidak tercermin maka dapat dipertanyakan akan terwujudnya perlindungan hukum dan kepastian dari hukum itu, juga tujuan hukum itu sendiri.

c. Tujuan Perlindungan Hukum

Tujuan perlindungan hukum dalam hal ini dimaksudkan sebagai upaya dari apa yang diatur oleh UU guna mencegah terjadinya pelanggaran hak oleh orang lain yang tidak berhak. Jika terjadi pelanggaran, maka pelanggaran tersebut harus diproses secara hukum, dan bila terbukti bersalah, maka dapat dijatuhi hukuman sesuai dengan peraturan yang berlaku.11

Roscoe Pounds menyebutkan bahwa :

“Hukum itu adalah keseimbangan kepentingan, bahwa : hukum itu adalah menata kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat. Kepentingan- kepentingan tersebut harus ditata sedemikian rupa agar tercapai keseimbangan yang proposional, perlindungan hukum pada akhirnya mewujudkan keseimbangan kepentingan dalam masyarakat.”12

Hukum juga memberikan petunjuk apa yang harus diperbuatan mana yangtidak boleh, sehingga segala sesuatu dapat berjalan tertib dan teratur.

Kesemuanya ini dimungkinkan karena hukum mempunyai sifat dan watak mengatur tingkah laku manusia serta mempunyai ciri memerintah dan melarang.

11Hery Firmansyah, Perlindungan Hukum Terhadap Merek, (Yogyakarta: Medpress Digital, 2013) hlm.11.

12Roscoe Pounds dalam Bernad L. Tanya,Teory Hukum : Strategi Lintas Ruang dan Generasi, (Surabaya: CV.Kita,2006) hlm.36.

(21)

Begitu pula hukum dapat memaksa agar hukum itu ditaati anggota masyarakat.13 Peraturan-peraturan hukum yang bersifat mengatur dalam perhubungan anggota masyarakat untuk patuh mentaatinya, menyebabkan terdapatnya keseimbangan dalam tiap hubungan dalam masyarakat.

d. Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum

Pengertian perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subjek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventive maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilian, kertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.

Philipus M. Hadjon membagi bentuk perlindungan hukum menjadi 2 (dua) macam, yaitu:14

1) Perlindungan Hukum Preventif 2) Perlindungan Hukum Represif

Pengertian ringkas dari preventive itu sendiri adalah tindakan sebagi upaya pencegahan agar tidak terjadi pelanggaran terhadap suatu hukum. Sedangkan refresif adalah tindakan yang dilakukan sebagai upaya penanggulangan atas terjadinya pelanggaran.

13Ibid, hlm.54

14Philipus M.hadjon, Op.cit., hlm.15

(22)

2. Hak Cipta

a. Pengertian Hak Cipta

Hak Cipta berasal dari Bahasa Inggris copyright yang dalam terjemahannya (to) copy, yang dapat berarti untuk menggandakan dan right berarti hak. Dengan demikian secara bahasa, copyright pada perinsipnya adalah hak untuk menggandakan atau menyebarluaskan suatau hasil karya. Istilah copyright diartikan kedalam bahasa Indonesia (secara tidak cermat) sebagai Hak Cipta.15Setiap ciptaan seseorang atau badan hukum dilindungi oleh UU,karena pada ciptaan tersebut melekat hak cipta. Setiap pencipta atau pemegang hak cipta bebas menggunakan hak ciptanya, tetapi UU menentukan pula pembatasan terhadap kebebasan penggunaan hak cipta, sehingga tidak boleh melanggarnya.

Hak cipta tersebut merupakan salah satu jenis perlindungan HKI yang disediakan untuk melindungi karya pengetahuan seni dan sastra.

Istilah Hak Cipta mula-mula diusulkan oleh St. Moch. Syah pada tahun 1951 di Bandung pada kongres kebudayaan (yang kemu diandi terima oleh kongres tersebut) sebagai penggati istilah hak pengarang yang dianggap kurang luas ruang lingkup pengertiannya. Istilah Hak Penggarang itu sendiri merupakan terjemahan dari bahasa Belanda Auteursrecht.16

UU Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak cipta disebutkan bahwa17:

“Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam

15Rahmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual,(Bandung: PT.Alumni ,2003) hlm.97

16Naning Ramdion, Perihal Hak Cipta Indonesia, Tinjauan Terhadap Auteursrecht 1912Dan UU Hak Cipta,(Yogyakarta,1997) hlm.36

17Pasal 1 UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak cipta

(23)

bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuang peraturan Perundang-undangan”

b. Subjek dan Objek Hak Cipta

Hak cipta merupakan bagian dari HKI. Pada prinsipnya subjek HKI adalah orang yang memiliki hak, sedangkan objek HKI adalah ciptaan atau hasil dari subjek. Jika ditelusuri lebih jauh, sebenarnya HKI merupakan bagian dari benda, yaitu benda tidak berwujud (benda imaterial). Benda dalam kerangka hukum perdata dapat diklarifikasikan dalam berbagai kategori. Salah satu diantara kategori tersebut, adalah pengelompokan benda dalam klasifikasi benda berwujud dan benda tidak berwujud. Untuk hal ini dapat dilihat dalam batasan benda sebagaimana disebutkan dalam batasan benda sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 499 KUHPerdata yang menyatakan : menurut paham UU yang dimaksud dengan benda adalah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik.

Barang yang dimaksud dalam pasal 499 KUHPerdata tersebut adalah benda materiil (stoffelijk veerwerp), sedangkan hak adalah benda imaterial. Hal ini sejalan dengan klasifikasi benda menurut Pasal 503 KUHPerdata yaitu penggolongan benda kedalam kelompok benda berwujud (bertubuh) dan tidak berwujud (tidak bertubuh) selanjutnya hak immaterial termasuk dalam hak-hak yang disebutkan dalam Pasal 499 KUHPerdata. Oleh karena itu, hak milik immaterial itu sendiri dapat menjadi objek dari suatu hak benda. Selanjutnya disebutkan pula bahwa hak benda adalah hak absolut atas suatu benda, tetapi ada

(24)

hak absolut yang objeknya bukan benda, itulah yang disebut dengan Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual property right)18

1) Subjek Hak Cipta

Sebagai subjek hak cipta, manusia dan badan hukum bisa menjadi subjek dari hak cipta. Inilah yang kemudian oleh UU Hak cipta dinamakan dengan pencipta. Secara ringkas yang dimaksud dengan pencipta adalah seseorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama melahirkan suatu ciptaan. Selanjutnya dapat pula diterangkan bahwa pencipta menjadi pemilik pertama dari hak cipta atas ciptaan bersangkutan.19

UU Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta mendefinisikan pencipta secara rinci sebagai berikut20 :

“Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampiln atau keahlihan, yang dituangkan dalam bentuk yang bersifat khas dan pribadi.”

UU Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta mendefinisikan pemegang hak cipta sebagai berikut21 :

“Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang

18Abdulkadir Muhamad,Kajian Hukim Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual,(Bandung : Citra Aditya Bakti,1999) hlm.115.

19Edy Damian,Hukum Hak Cipta.(Bandung: PT. Alumni.,2002) hlm.124.

20Pasal 1 angka 2 UU Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

21Pasal 1 angka 4 UU Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

(25)

menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah.”

Berdasarkan uraian tersebut, pencipta secara otomatis menjadi pemegang hak cipta, yang merupakan pemilik hak cipta, sedangkan yang menjadi pemegang hak cipta tidak harus penciptanya, tetapi bisa pihak lain yang menerima hak tersebut dari pencipta atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut dari pencipta maupun pemegang hak cipta yang bersangkutan.22

2) Objek Hak Cipta

J. Taylor menyatakan bahwa yang dilindungi hak cipta adalah ekspresi dari sebuah ide, jadi bukan melindungi idenya itu sendiri. Artinya, yang dilindungi hak cipta adalah sudah dalam bentuk nyata sebagai sebuah ciptaan, bukan masih merupakan gagasan.23

UU Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta24:

”Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.” Ciptaan atau karya cipta yang mendapat perlindungan hak cipta yaitu25:

22Ibid, hlm.127.

23Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah,Hak Milik Intelektual: Sejarah Teori danPrakteknya di Indonesia,(Bandung: PT.Citra Aditya Bakti,1997) hlm.56.

24Pasal 1 angka 3 UU Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

25Rahmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual, (Bandung: PT.Alumni,2003) hlm.21

(26)

a) Ciptaan yang merupakan hasil proses penciptaan atas inspirasi gagasan, atau ide berdasarkan kemampuan dan kreativitas pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian pencipta;

b) Dalam penuangannya harus memiliki bentuk yang khas dan menunjukan keaslian (orisinal) sebagai ciptaan seseorang yang bersifat pribadi. Dalam bentuk yang khas. Artinya, karya tersebut harus telah selesai diwujudkan, sehingga dapat dilihat atau didengarkan atau dibaca, termasuk pembacaan huruf braile karena suatu karya harus terwujud dalam khas, perlindungan hak cipta tidak harus terwujud dalam bentuk khas, perlindungan suatu hak cipta tidak diberikan pada sekedar ide;

Berdasarkan uraian diatas tersebut, terdapat persyaratan produk untuk mendapatkan perlindungan hak cipta, yaitu unsur keaslian dan kreativitas darisuatu karya cipta. Bahwa suatu karya cipta adalah hasil dari krativitas penciptanya itu sendiri dan bukan tiruan serta tidak harus baru dan unik. Namun harus menunjukkan keaslian sebagai suatu ciptaan seseorang atas dasar kemampuan dan kreativitasnya yang bersifat pribadi.26

3. Sinematografi

a. Pengertian Sinematografi

Sinematografi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu Cinematography yang berasal dari bahasa Latin sinema 'gambar'. Sebagai ilmu terapan sinematografi merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik

26Gambiro, Ita,Hak Cipta Beserta Peraturan PerUUan Tentang Hak Cipta danKonvensi-Konvensi Internasional Tentang Hak Cipta,(Jakarta: CV. Sebelas Print,1995) hlm .2.

(27)

menangkap gambar dan menggabung gambar-gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat mengemban cerita).

Sinematografi memiliki objek yang sserupa dengan fotografi yakni menangkap/mengambil pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannya pun hampir sama. Perbedaannya, peralatan fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar. Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik perangkaian gambar atau dalam sinematografi disebut montase (montage).27

b. Unsur-unsur Sinematografi

Sinematografi sebagai suatu karya cipta dapat berupa film dokumenter, film iklan, reportase atau film cerita yang dibuat dengan skenario, dan film kartun.

Dalam Sinematografi ada dua macam yaitu unsur utama dan unsur penunjang yang terdiri dari :

1) Unsur utama terdiri dari :

a) Visual Gerak, berupa lambang-lambang komunikasi visual yang disajikan dengan metode fotografi yaitu “tanpa cahaya, maka tak ada Gambar”

27Estu Miyarso, Pengembangan Multimedia dan pengantar Sinematografi.(Yogyakarta : Bina Citra,2009) hlm.33.

(28)

b) Audio, unsur audio berperan besar untuk memperjelas maupun mempertegas pesan informasi maupun komunikasi yang terkandung pada unsur visual sinematografi

c) Jalan Cerita, tidak seperti gambar diam yang dapat ditafsirkan sendiri oleh yang melihatnya (satu gambar mewakili seribu kata), suatu karya sinematografi memiliki makna yang universal dari berbagai penonton yang melihatnya.

2) Unsur penunjang terdiri dari :

a) Setting, adalah tata ruang yang menjadi objek visual untuk tiap adegan.

b) Properti, meliputi kostum, tata rias dan segala jenis perlengkapan yang diperlukan untuk lebih memberikan kesan alami maupun dramatis pada cerita yang akan direkam.

c) Efek, meliputi efek gambar, suara, cahaya, transisi waktu, hingga spesial efek yang didesain secara animasi melalui progam komputer agar lebih memberikan kesan dramatis pada cerita.28

F. Metode Penelitian

Penelitian hukum menurut Sue Milne dan Key Tucker sebagaimana dikutip dari buku Dyah Octorina29 yaitu suatu proses yang berkaitan dengan analisis suatu

28Ibid.hlm.17

29Dyah Octorina Susanti dan A‟an Efendi, Penelitian Hukum (Legal Research), (Sinar Grafika:

Jakarta, 2014), hlm.2

(29)

permasalahan hukum tertentu yang disertai dengan penyelesaian permasalahan tersebut dengan menerapkan hukum yang sesuai dengan fakta-fakta yang terkait.

Maka dari itu agar skripsi ini dapat berguna dan mudah dipahami, maka metode penelitian yang digunakan antara lain:

1. Jenis dan sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu disesuaikan dengan rumusan masalah yang diangkat dalam skripsi ini. Dengan demikian, penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif atau perpustakaan yakni penelitian yang menunjukkan perpustakaan sebagai tempat dilaksanakannya suatu penelitian. Peneliti dapat memilih dan menelaah bahan- bahan kepustakaan yang diperlukan guna dapat memecahkan dan menjawab permasalahan pada penelitian yang dilaksanakan.30 Penelitian ini dilakukan dengan penelitian normatif dikarenakan bahan-bahan yang penulis gunakan yaitu dari buku-buku maupun bahan cetak serta bahan elektronik lainnya. Terkait dengan penelitian ini yaitu penulis hanya mengambil data dari putusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu adalah penelitian deskriptif, yang menurut Soerjono Soekanto, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang keadaan yang menjadi objek penelitian sehingga akan mempertegas hipotesa dan dapat membantu memperkuat teori lama atau membuat teori baru.31

30Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum, (Medan: Multi Grafik Medan, 2007), hlm.21.

31 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2014), hlm.10.

(30)

2. Sumber Data

Sumber data dari penyusunan skripsi ini adalah dengan data sekunder yang terdiri dari bahan-bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Data sekunder yaitu disamping hasil-hasil penelitian lain. Disamping itu juga, kamus-kamus hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan32

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan primer terdiri dari Perundang - undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam permbuatan peraturan Perundang – undangan dan putusan-putusan hakim.33 Bahan-bahan Hukum Primer dalam penulisan ini yaitu :

1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1992 Tentang Perfilman 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 5. Kep. No. 71 Th. 1971 oleh Menteri Penerangan Budiharjo

6. SK Menteri RI No. 216/Kep/Men/1983 mengenai Dewan Film Nasional 7. Putusan Mahkamah Agung Nomor 305 K/Pdt.Sus-HKI/2014

Sedangkan bahan hukum sekunder yaitu bahan penunjang bahan hukum primer yang akan menjadi sumber penelitian yaitu, buku-buku teks hukum, kamus hukum, ensiklopedia hukum, dan jurnal-jurnal hukum.34

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penulisan skripsi ini, penelitian yang dilakukan adalah studi kepustakaan yang merupakan kegiatan menghimpun informasi yang relevan

32 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet.XI, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.155.

33Ibid, hlm.141.

34 Dyah Octorina Susanti dan A‟an Efendi, op.cit, hlm.90-95.

(31)

dengan topik atau masalah yang menjadi objek penelitian. Informasi tersebut dapat diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, tesis, disertasi, ensiklopedia, internet, dan sumber - sumber lain.35

4. Analisis Data

Pengolahan data diperlukan agar dapat menarik kesimpulan bagi tujuan penelitiannya sebab data tersebut masih data mentah36. Pengolahan data pada hakekatnya ada analisa pada permasalahan yang akan dibahas. Analisis data dilakukan dengan mengumpulkan data yang berhubungan dengan pokok permasalahan, menjelaskan hubungan antara berbagai konsep, menarik kesimpulan.

Analisis data yang digunakan dalam penulisan ini yaitu analisis kualitatif.

Analisis kualitatif adalah analisis yang dilakukan dengan menggunakan nalar si peneliti.37 Hasil dari analisis kualitatif akan berbeda-beda hasilnya antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain, berbeda dengan analisis kuantitatif, kesimpulannya akan sama persis dengan peneliti yang lainnya.38

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini sangat penting agar pembaca dapat melihat gambarannya secara singkat. Sistematika penulisannya yaitu :

35Agus Setiawan, “Pengertian Studi Kepustakaan”,

http://www.transiskom.com/2016/03/pengertian-studi-kepustakaan.html, (diakses pada tanggal 23 Juli 2018 pada pukul 15.05 WIB).

36 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), hlm.80.

37 Tampil Anshari Siregar, op.cit, hlm.104.

38Ibid, hlm.132.

(32)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menyajikan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Tinjauan Kepustakaan, Keaslian Penelitian, dan Sistematika Penulisan ini.

BAB II PERANAN PARA PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PRODUKSI FILM

Pada bab ini menjelaskan tentang peranan para pihak yang terlibat dalam suatu produksi film pada umumnya dan peranan para pihak yang terlibat dalam film Soekarno: Indonesia Merdeka.

BAB III PENGATURAN HUKUM ATAS PERAN PARA PIHAK DALAM PRODUKSI FILM BERDASARKAN HUKUM DI INDONESIA

Bab ini menjelaskan tentang pengaturan hukum atas peran para pihak dalam produksi film berdasarkan hukum di Indonesia dan menjelaskan kedudukan pencipta naskah dalam suatu produksi film.

BAB IV ANALISIS TERHADAP KASUS NOMOR 305K/Pdt.Sus-HKI/2014

Pada bab ini menjelaskan tentang bagaimana analisis kasus terhadap film Soekarno: Indonesia Merdeka.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran mengenai permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

(33)

BAB II

PERANAN PARA PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PRODUKSI FILM

A. Konsep dalam Film

Film adalah serangkaian gambar yang bergerak. Bahasa yang digunakan dalam film adalah bahasa gambar. Film menyampaikan ceritanya melalui serangkaian gambar yang bergerak, dari satu adegan ke adegan lain, dari satu konflik ke konflik lain, dari peristiwa satu ke peristiwa lain. Secara menyeluruh maksud dan tujuan yang ingin diungkapkan dipaparkan dengan gambar yang bergerak.39

Film sebagai karya seni sering diartikan hasil cipta karya seni yang memiliki kelengkapan dari beberapa unsur seni untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya spiritual. Dalam hal ini unsur seni yang terdapat dan menunjang sebuah karya film adalah seni rupa, seni fotografi, seni arsitektur, seni tari, seni puisi sastra, seni teater, seni musik. Kemudian ditambah lagi dengan seni pantomin dan novel.

Kesemuannya merupakan pemahaman dari sebuah karya film yang terpadu dan biasa kita lihat.40

UU Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman, yaitu41 :

“Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi masa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan.”

39Yustinah dan Ahmad Iskak, Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2018) hlm.23.

40Sumarn Marseli,Dasar-dasar Apresiasi Film,(Jakarta : PT.Grasindo,1996)hlm.95

41 Pasal 1 angka 1 UU Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman

(34)

1. Jenis-Jenis Film

Jenis film berdasarkan bahan pembuatnya dibedakan menjadi: jenis film 8 mm, 16 mm, 35 mm, 70 mm. Pada zamannya, jenis film 8 mm dan 16 mm banyak digunakan untuk memproduksi film-film pendidikan dan penerangan serta dokumentasi. Untuk kepentingan rumah tangga, banyak digunakan 8 mm.

Sedangkan film untuk diputar di gedung - gedung biosop menggunakan fillm jenis 35 mm dan 70 mm.42

Sedangkan dalam proses produksinya Heru Effendy membagi jenis film menjadi 4 antara lain:

a. Film dokumenter

b. Film cerita pendek (short films)

c. Film cerita panjang (feature-lenght films)

d. Film-film jenis lain: profil perusahaan (corporate profil), iklan televisi (TV commercialltvc), program televisi (TV programme), dan video klip (music video)43

Dan menurut Himawan Pratista, jenis film dibagi 3 jenis yakni:

a. Film dokumenter b. Film fiksi

c. Film eksperimental (abstrak)44

42 Anton Mabruki KN, Produksi Program TV Drama, (Jakarta: PT. Gramedia, 2018), hlm.7.

43Heru Effendy, Mari Membuat Film (Jakarta: konfiden, 2002) hlm.27.

44Hinawab Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008) hlm.33.

(35)

2. Produksi Film

Kegiatan produksi film dan produk audio visual lainnya secara umum terdiri atas lima proses. Akan tetapi dari kelima kegiatan tersebut, yang utama dan menyangkut dengan proses produksi meliputi kegiatan Pra-produksi, Produksi, dan Post-produksi.

a. Pra-Produksi

Pra produksi adalah sebuah proses sebelum produksi sebuah film dijalankan.

Pra produksi merupakan suatu tahap persiapan sebelum kegiatan atau proses syuting dimulai. Proses ini sangat menentukan kelancaran kegiatan syuting nantinya. Oleh karena itu, proses ini harus dijalankan dengan sangat baik. Pra produksi meliputi penulisan skenario, penyutradaraan, produser dan modal, story board, kostum, pemeran, hunting, lokasi, dan jadwal dari kegiatan.45

b. Produksi

Tahap produksi adalah tahapan dimana seluruh tim mulai aktif bekerja.

Seorang sutradara, produser sangat dituntut kehandalannya untuk mengatasi kru dalam tiap tahapan yang ada.46

c. Post-produksi

Tahap ini adalah tahapan penyelesaian akhir dari semua kegiatan shoting yang sudah dilakukan sebelumnya. Kesalahan pada waktu dilaksanakannya kegiatan shoting sebagian mungkin diperbaiki pada tahap ini. Pasca produksi meliputi editing, dan tata musik.47

45Fitryan G. Dennis, Bekerja Sebagai Sutradara (Jakarta: Erlangga, 2008) hlm.30.

46Ibid, hlm.33.

47Ibid, hlm.34.

(36)

B. Peranan Keseluruhan Pihak Yang Terlibat Dalam Produksi Sebuah Film

1. Tugas dan Fungsi Staf Non-Artistik Dalam Produksi Film a. Produser

Produser merupakan seorang sineas profesional yang bekerja membuat film.

Produser memiliki wewenang dan tanggung jawab secara manajemen dan artistik terhadap proses produksi sebuah film, dalam hal penentuan ide cerita, penulisan skenario, sutradara, tim kreatif (crew), dan pemain (artis). Merancang produksi, promosi, pemasaran, dan menyusun anggaran. Memberikan panduan (arahan) kepadan manajer produksi/pimpinan produksi, beserta seluruh staf produksi yang dipimpinnya. Mendapatkan laporan dari semua departemen (progress report).

Adakalanya dimana produser adalah pemilik modal (investor) atau pemilik perusahaan rumah produksi (owner). Tetapi, ada kalanya juga produser yang hanya tenaga profesional (orang yang mengerti pola produksi dan industri film), yang dipercaya pemilik modal untuk menggerakkan usaha pembuatan film.

Seorang produser harus memililiki kreativitas yang tinggi guna menciptakan sesuatu yang baru (baik film maupun program acara TV) yang bermutu dan menarik bagi masyarakat, sekaligus menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya.48

b. Produser Pelaksana

Produser pelaksana dalam hal ini merupakan tangan kanan produser dalam hal teknis. Dengan kata lain produser merancang satu produksi secara

48 Fitryan G. Dennis, Bekerja Sebagai Produser, hlm.6.

(37)

keseluruhan, produser pelaksana yang menjalankan rencangan tersebut setiap harinya selama produksi film berlangsung.49

c. Casting Director

Casting director mempunyai tugas dan wewenang dalam hal menemukan aktris dan aktor melalui audisi sesuai dengan yang dibutuhkan dalam film tersebut. Mengkoordinasikan hasil casting dengan unit produksi lainnya, khususnya kepada produser dan sutradara.50

d. Pimpinan produksi

Pimpinan produksi adalah sineas profesional yang berfungsi memimpin (koordinator) seluruh pengelolaan kegiatan produksi film. Menjadi fasilitator antara produser, crew, dan artis. Tugas-tugasnya lebih terkait pada masalah administrasi dan keungan. Manajer produksi membentuk staf produksi sesuai kebutuhan berdasarkan fungsi, tugas, tanggung jawab, dan kewenangannya.

Melakukan persiapan, dari mulai tahapan pra-produksi (persiapan), produksi (shooting day), hingga pasca-produksi. Mengurus kontrak kerja (ikatan kerja secara hukum) bagi crew dan artis. Menyiapkan seluruh peralatan shooting, mengurus perizinan, menyewa lokasi shooting, studio dan aspek lainnya terkait dengan kegiatan produksi. Membuat laporan tentang jalannya produksi secara berkesinambungan dan bertanggung jawab kepada produser.51

49 Willy Prasetyonoh, “Susunan Lengkap Kru Dalam Film Pendek”,

https://concreation.co.id/2018/01/29/susunan-lengkap-kru-dalam-film-pendek/ (diakses pada tanggal 29 agustus 2019, pada pukul 12.03 WIB).

50 Mokhammad Zakky, “Tugas dan Job Description Crew Produksi Film”,

http://namafilm.blogspot.com/2014/07/job-description-produksi-film.html?m=1 (diakses pada tanggal 29 agustus 2019, pada pukul 12.39 WIB).

51Eddie Karsito, Menjadi Bintang, Kiat Sukses Jadi Artis Panggung, Film, dan Televisi, (Jakarta:

PT. Cahaya Insan Suci, 2008) hlm.57.

(38)

e. Manajer Unit

Manajer unit adalah sineas profesional yang turut membantu pekerjaan pimpinan produksi. Manajer unit menangani unit-unit atau departemen produksi.

Menjadi penghubung pihak eksternal yang berkepentingan dengan produksi, antar unit kerja, crew, dan artis. Mengurus segala sarana dan prasarana, akomodasi, transportasi dan konsumsi, bagi crew dan artis selama shooting. Dan bersama dengan unit terkait melakukan pencarian lokasi. Mengurus lokasi izin shooting.

Berhubungan dengan asisten sutradara untuk menyusun jadwal produksi, callidhng crew dan pemain. Melakukan pengecekan ke setiap departemen.

Bertanggung jawab terhadap hasil rekaman shooting untuk diserahkan kepada pimpinan produksi, dan juga terlibat kerja hingga proses pasca-produksi.

Merekrut assisten unit atau assisten produksi dan pembantu umum (PU) sesuai kebutuhan.52

f. Still Foto

Still foto dalam hal ini adalah seorang fotografer profesional yang tugasnya membuat foto di dalam set. Menggunakan kamera foto. Hasil foto digunakan untuk tetap menjaga kontinitas gambar setiap shot yang akan digunakan oleh DOP (Director of Photography). Sebelum masuk dalam era kamera digital (produksi sebuah film menggunakan kamera film 35 mm), still foto lebih difungsikan untuk memonitor kualitas artistik, property, kostum, dan kebutuhan gambar yang lain.

Oleh karena itu, still foto lazimnya dibawah manajemen artistik secara struktural.

Belakangan still foto lebih difungsikan untuk memenuhi kebutuhan manajemen.

Sebagai tukang potret untuk keperluan dokumentasi, promosi, poster, media kit

52Ibid.hlm.58.

(39)

film bersangkutan. Cabang fotografi ini sangat memerlukan tingkat keterampilan teknis yang sangat tinggi karena kualitas sangat penting.53

g. Pengawal Alat

Pengawal alat merupakan orang yang telah dipercaya oleh pihak rental equipment shooting untuk menjaga dan mengawasi peralatan shooting yang disewa pihak rumah produksi.54

h. Pembantu Umum

Biasa disebut dengan PU (Pembantu Umum), dalam produksi film bertugas membantu tim produksi secara menyeluruh. Apabila ada kebutuhan mendesak secara tiba-tiba, maka PU lah yang bergerak cepat. PU juga turut membantu dalam menyiapkan logistik konsumsi dan mendistribusikannya ke kru.55

2. Tugas dan Fungsi Staf Artistik Dalam Produksi Film a. Penulis Skenario

Penulis skenario merupakan penulis cerita untuk sebuah film. Dalam prakteknya penulis skenario tidak selalu sebagai penggagas cerita. Karena ide cerita bisa saja dari penulis skenario sendiri, bisa dari produser, sutradara, atau dari orang lain. Penulis skenario bekerja berdasarkan kaidah dan teknik sinematografi. Penulis skenario pada umumnya bukan karyawan perusahaan film (non-struktural) dan bukan crew teknis (lapangan). Tetapi namanya tercantum di credit title film. Penulis skenario sangat dituntut memahai bahasa gambar/visual.

Ia tidak dapat seenaknya mengganti Scene Heading dengan lokasi-lokasi yang

53Sylvie Nurfebiaraning, Manajemen Periklanan, (Sleman: Penerbit Deepublish, 2017) hlm.48.

54Eddie Karsito, Op.cit., hlm.58.

55Willy Prasetyonoh, Op.cit.

(40)

tidak mencerminkan kondisi dari action/aksi. Ia harus dapat merasakan nuansa yang terjadi pada setiap scene dan mengalaminya dalaam imajinasi tulisan.56

b. Sutradara

Seorang sutradara bertugas untuk menentukan alur cerita dan menemukan tokoh yang tepat untuk memainkan peran sesuai dengan apa yang diinginkan oleh sutradra itu sendiri.57Kemudian mendiskusikan untuk membangun persamaan persepsi tentang karakter tokoh tersebut. Sutradara juga menyelenggarakan bedah naskah (reading), latihan akting, dan evaluasi dengan seluruh pemain.

Sutradara melakukan hunting lokasi (mencari set sesuai tuntutan artistik).

Menentukan lokasi shooting bersama penata fotografi, penata artistik, assisten sutradara dana manajer produksi. Kemudian membuat perencanaan shot dan blocking (planning coverage and staging). Merumuskan director shot pada setiap scene, floorplan, dan membuat storyboard. Melakukan evaluasi (script conference) bersama crew dan pemain untuk persiapan shooting perihal teknik penyutradaraan berdasarkan tuntutan pencapaian artistik. Men-direct (menyutradarai) pemain.58

c. Assisten Sutradara

Assisten sutradara adalah orang yang bertugas untuk membantu tugas-tugas sutradara, dari mulai persiapan shooting, casting, latihan, reading, hunting lokasi, hingga tugas lainnya. Menjadi penghubung untuk meneruskan gagasan sutradara dengan semua crew dan pemain. Membuat breakdown dari skenario dan membuat

56Sony Set dan Sita Sodharta, Menjadi Penulis Skenario Profesional, (Jakarta: Grasindo, 2006) hlm.22.

57Edi Susanto, Unlimited Success, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011) hlm.49.

58Eddie Karsito, Op.cit., hlm.60.

(41)

jadwal shooting berdasarkan breakdown, calling crew, dan pemain bersama manajer produksi yang dibuat pencatat skrip untuk disampaikan ke produser.59

d. Pencatat Skrip

Pencatat skrip bertugas mencatat seluruh adegan yang telah diambil pada saat hari itu, mulai dari scene, shot, dan take yang bagus dan gagal. Pencatat skrip juga bertugas dalam hal mencatat perubahan adegan, adegan yang ditambahkan, dan adegan yang telah dihapus. Catatan ini sangat penting karena akan memudahkan saat memasuki proses digitizing, yaitu memindahkan file dari hard disk ke komputer editing. Di Indonesia, biasanya pekerjaan pencatat skrip merangkap tugas sebagai clapper boy.60

Pencatat skrip juga bertugas mengingatkan sutradara atau assisten sutradara mengenai kesinambungan (continuty) pengadeganan, membuat laporan shooting (teknis) untuk disampaikan kepada sutradara, editor, produser secara tertulis.

Laporan tersebut juga harus diketahui assisten sutradara dan manajer produksi.

Membuat laporan harian (administratif) untuk disampaikan kepada produser secara tertulis. Laporan tersebut juga harus diperiksa lebih dahulu oleh assisten sutradara dan manajer produksi. Membuat dialog sheet untuk keperluan after recording dan bila mana diperlukan hadir pada saat afer recording dilaksanakan.

Bila diperlukan hadir mendampingi aditor dengan tugas sebagai narasumber mengenai catatan yang dibuat pada saat shooting.

e. Penata Kamera

Disebut juga sebagai sinematografer, bertugas dalam mempersiapkan rancangan blocking dan equipment-nya, seperti kamera, lensa, linghting, grip

59Willy Prasetyonoh, Op.cit., hlm.60.

60Ensadi J Santoso, Bikin Video Dengan Kamera DSLR, (Ciganjur: Mediakita, 2013) hlm.111.

(42)

yang sesuai dengan konsep, dan penafsiran kreatif atas skenario yang telah dibuat oleh sutradara. Seorang DOP akan menafsirkan skenario ke dalam gambar, baik itu dalam type of shot LS, MS, MCU dan penempatan lighting-nya.61

f. Assisten Penata Kamera

Assisten penata kamera tugasnya yang bantu penata kamera dalam melaksanakan tugas bersifat teknis, Assisten penata kamera juga memiliki pengetahuan fotografi. Menyiapkan peralatan visual, seperti kamera, lensa, threefoot dan keperluan lain terkait dengan tugas-tugasnya di departemen kamera.

Memasang atau memindahkan kamera pada posisi (angel) yang telah ditetapkan.

Bertanggung jawab terhadap keamanan dan keselamatan seluruh peralatan dan perlengkapan kamera. Memberi tanda (catatan) pada tiap kaleng film negatif atau kaset video yang sudah berisi rekaman gambar (exposed). Bertanggung jawab menyimpan rekamana gambar sampai diserahkan kepada petugas post production (pasca-produksi). Dalam melaksanakan tugasnya assisten penata kamera bertanggung jawab langsung kepada penata kamera.62

g. Penata Cahaya

Penata cahaya adalah seorang yang mengetahui berbagai jenis dan fungsi masing-masing lampu. Penata cahaya juga bertugas untuk menata cahaya agar bagus selama proses shoting berlangsung. Bukan hanya terlihat terang, tetapi sesuai dengan konsep yang sudah dibuat oleh produser.63Mengkoordinasikan semua hal yang berhubungan dengan listrik termasuk pengoperasian generator (diesel). Mencatat, menginventarisasi dan merawat peralatan lampu. Penata

61Loc.cit.

62Eddie Karsito, Op.cit., hlm.61.

63Dewi Hughes, Public Speaking For Kids, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2011) hlm.84.

(43)

cahaya sering disebut chief lighting. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu beberapa assisten penata cahaya.

h. Penata Suara

Penata suara adalah orang yang bertugas memastikan peralatan suara yang digunakan selama shoting berjalan dengan baik. Karena, para pemeran film menggunakan peralatan canggih. Ada yang namanya clip on, yakni mikrofon kecil yang disimpan dalam pakaian. Alat ini cukup sensitif. Bergoyang sedikit saja maka akan timbul suara berisik. Nah, salah satu tugas dari seseorang penata suara adalah memastikan tidak timbul suara berisik.64

i. Boomer

Boomer adalah petugas teknis yang membantu penata suara untuk merekam suara pemain dengan menggunakan alat yang lazim disebut microphone boom atau stake boom microphone (mikropon yang dilengkapi dengan tiang panjang).

Alat ini sangat sensitif terhadap suara.65 j. Penata Artistik

Penata artistik adalah orang-orang yang mempunyai tanggung jawab untuk mewujudkan ide sutradara dalam bentuk benda-benda visual yang dihadirkan di depan publik atau penonton untuk membantu memperjelas ide sutradara.66 Pekerjaan penata artistik sangat menantang. Ia harus melawan egonya, lalu menggabungkan seluruh interpretasi artistik dan taste kru lainnya secara subjektif.

Tata artistik bisa jadi bagian dari kerja film yang paling banyak „mengelabui‟

penonton. Mengapa disebut mengelabui? Sebab bagian inilah yang paling banyak menciptakan rekayasa, membuat duplikasi dan trik-trik tertentu dalam pencapaian

64Loc.cit.

65Eddie Karsito, Op.cit., hlm.62.

66Harry Sulastianto, Seni Budaya, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2006) hlm.208.

(44)

artistik. Dari mulai membangun set kerajaan tempo dulu, meledakkan gedung atau jembatan, membakar rumah, merekayasa mobil tabrakan, hingga pernak-pernik artistik yang paling kecil. Semua dilakukan penuh rekayasa dan tipuan. Dan, publik hanya tahu hasil akhirnya. Tanpa tahu bagaimana proses kreatif penciptaannya.

k. Property

Bidang property tugasnya membantu tugas-tugas penata artistik. Jeli dan teliti terhadap barang-barang artistik dan aksesoris yang digunakan pemain.

Seperti ada pemain yang dalam adegan menggunakan kaca mata, topi, dasi, ikat pinggang, atau ada pulpen di kantong baju. Pemain ketika berakting memegang sapu tangan, tas, buku, koran dan lain-lain. Semua barang-barang artistik yang kecil-kecil itu disebut property. Ketelitian terhadap barang-barang property tersebut sangat penting. Apalagi jiga pengambilan gambar tidak sesuai denga urutan scene (jumping shot). Bidang property wajib mencatat, menyimpan, dan merawat continuity property pemain tersebut. Bidang property bertanggung jawab langsung kepada penata artistik.

l. Penata Busana

Seorang penata busana bertugas menyiapkan dan menginventariskan kostum pemain sesuai kebutuhan artistik dan karakter peran. Penata busana sebaiknya tahu ukuran pakaian (baju,celana), sepatu, berat, dan tinggi badan masing-masing pemain. Hal ini penting karena dimungkinkan bagian produksi harus menyiapkan kostum tertentu dengan desain khusus yang mungkin tak dimiliki pemain. Penata busana mencatat kebutuhan kostum secara detail, adegan per-adegan (scene by scene) dan karakter per-karakter sesuai penokohan. Karena pola pengambilan

(45)

gambar sering tidak runtut sesuai urutan scene (jumping shot), penata busana wajib mencatat kontinitas kostum pemain. Menyimpan dan merawat kostum terutama kostum kontiniti (continuity). Penata busana bertanggung jawab langsung kepada penata artistik.67

m. Penata Rias

Penata rias adalah orang yang bertugas untuk merias (mendandani) pemain agar pemain itu menampakkan rupa seperti tokoh yang diperankan. Seperti make up beauty (indah, cantik, muda), make up character (watak atau peran), spesial effect (tampak cacat, terluka), rambut panjang terurai, rambut pendek dan lain- lain. Penata rias bertanggung jawab langsung kepada penata artistik.68

n. Penata Musik

Seorang penata musik dalam produksi sebuah film biasanya bekerja pada waktu gambar-gambar hasil shot digabungkan atau bisa dikatakan pada waktu proses editing dilakukan. Musik-musik yang dimunculkan dalam film biasanya berupa suatu lagu ataupun bisa hanya sebuah musik instrumental. Musik dalam sebuah film biasanya berfungsi untuk menutupi adegan-adegan yang dianggap kurang baik, bisa juga berfungsi untuk mempertegas suasana yang terjadi, misalnya pada film horor, saat adegan tertentu dipakai musik yang mencekam atau menakutkan dengan tujuan agar penonton terbawa arus sugesti terhadap film yang ditontonnya. Pada saat adegan pertengkaran ataupun kejar-kejaran diberi musik cepat ataupun rock agar suasana terlihat lebih meriah dan dinamis. Seorang penata musik haruslah peka terhadap gambar-gambar film yang akan dikerjakannya, dan tahu betul alur cerita dan karakter dari cerita tersebut sehingga

67Eddie Karsito, Op.cit., hlm.63.

68 Asul Wiyanto, Kitab Bahasa Indonesia, (Jogja: Jogja Bangkit Publisher, 2012) hlm.234.

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan adalah Koperasi yang masih menimbulkan faktor kekeluargaan, Koperasi Harapan Kita Kota Medan lebih ,mengambil

yuridis yang cukup berarti dalam perkembangan jaminan fidusia. Selanjutnya Pasal 12 dengan tegas mengatur bahwa satuan rumah susun dapat dijaminkan dengan ikatan

22 Faktor diskresi POLRI adalah suatu perbuatan untuk melakukan tindakan berdasarkan kekuasaan dan kewenangan yang dinilai benar oleh seorang yang mempunyai kekuasaan

Faktor lainnya yaitu adanya rasa malu dari pasangan suami istri tersebut untuk mengakui bahwa dalam rumah tangganya telah terjadi kekerasan dalam rumah tangga,

Kelemahan dalam pasal ini adalah, tidak disebutkannya bentuk perjudian apa yang diperbolehkan tersebut, ataukah sama bentuk perjudian sebagaimana yang

memperoleh kompensasi atas kerugian yang diderita maka konsumen dapat menuntut pertanggungjawaban secara perdata kepada pelaku usaha. Terdapat dua bentuk pertanggungjawaban

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyelesaian kredit yang mengalami kemacetan pada Kredit Usaha Rakyat di PT.Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai

Dalam UU Nomor 5 Tahun 1999, kartel adalah apabila pelaku usaha membuat perjanjian dengan pelaku usaha lainnya yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan