Universitas Kristen Maranatha
ii
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kemampuan self-regulation pada model pemula usia 13-18 tahun yang melakukan pengontrolan berat badan di Bandung.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik survei. Variabel penelitiannya adalah self-regulation. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di lima agensi modeling di Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah model wanita usia 13-18 tahun yang terdaftar dalam suatu agensi modeling dan melakukan pengontrolan berat badan, dengan jumlah responden 60 orang.
Alat ukur yang digunakan untuk menjaring data tentang kemampuan self-regulation adalah kuesioner self-self-regulation dengan jumlah item keseluruhan sebanyak 36 item, yang mewakili tiga tahap self-regulation.
Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan Rank Spearman dan Alpha Cronbach, diperoleh 36 item yang diterima dengan reabilitas sebesar 0,94. Dan nilai validitas dengan hasil berkisar 0,31-0,64 untuk fase forethought, 0,38-0,86 untuk fase performance or volitional control, dan 0,40-0,82 untuk fase self-reflection. Hasil pembahasan menggunakan teknik distribusi frekwensi dan tabulasi silang.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa model pemula yang melakukan pengontrolan berat badan di Bandung, terbanyak sejumlah 36,7% berada pada kriteria kurang mampu melakukan self-regulation, 35% di kategori mampu, 20% cenderung kurang mampu dan sisanya 8,3% termasuk kategori cenderung mampu. Untuk fase forethought, 50% model pemula memiliki kemampuan yang tinggi, dan 50% lainnya memiliki kemampuan yang rendah dalam menyusun perencanaan. Untuk fase performance or volitional control dan self-reflection, hasilnya 53,3% memiliki kemampuan yang tinggi, dan 46,7% memiliki kemampian yang rendah dalam melaksanakan perencanaan dan merefleksi diri.
Universitas Kristen Maranatha
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat, bimbingan
dan anugrah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul : STUDI
DESKRIPTIF MENGENAI SELF-REGULATION PADA MODEL PEMULA
USIA 13-18 TAHUN YANG MELAKUKAN PENGONTROLAN BERAT
BADAN DI BANDUNG, merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
pendidikan Program Sarjana Jurusan Psikologi, Universitas Kristen Maranatha
Bandung.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini, banyak
kendala yang dihadapi, terutama dikarenakan keterbatasan dan kurangnya
pengalaman pada diri penulis. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua
pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Sanusi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Maranatha Bandung.
2. Ibu Ria Wardani, M.Si selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan, saran, penjelasan, dan masukan bagi penulis.
3. Ibu Kristin Rahmani, Psik. selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah memberi bimbingan, semangat, masukan bagi penulis.
4. Bapak Paulus H. P, M.Si selaku koordinator skripsi Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha Bandung.
5. Para model atas kesediaannya membantu dan menyediakan waktu untuk
mengisi kuesioner penelitian ini, tanpa anda skripsi ini tidak dapat disusun.
6. Para pembimbing dan pemilik agensi modeling di Bandung, Bapak Denny,
Mas Hery, Ibu Lusi Diana, Bapak/Ibu Eka M. Gemma, dan Bapak Maxi
yang telah membantu dan mengijinkan penitili melakukan penelitian
Universitas Kristen Maranatha
iv
7. Papa, Mama, Ko Albert, Ci Iin, Noni Eva, Nso Yuanita, Nathan dan Titi
Edmund, serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa dan
semangatnya bagi penulis untuk menyelesaikan skipsi ini.
8. Agustina Entin, Krista J. Manis, Monika Cubby, Farel S., Kak Yerry,
keluarga L. A. N, dan Errik S. atas bantuan yang begitu besar diberikan
bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini.
9. Anak-anak kost Rabulers 9, Teh Ita, dkk, terima kasih kebersamaannya.
10. Rekan-rekan Psikologi lainnya yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi
ini, oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran
yang membangun.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak lain yang
berkepentingan.
Bandung, Februari 2007
Universitas Kristen Maranatha
v
There is none like You, no one else can touch my heart like You do.
I could search for all enternity long and find, there is none like You.
Your mercy flows like a river wide and healing comes
from Your hands, suffering children are save in Your arms.
Universitas Kristen Maranatha
vi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan...i
Abstrak...ii
Kata Pengantar...iii
Daftar Isi...vi
Daftar Tabel...ix
Daftar Skema...x
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah ...1
1.2 Identifikasi Masalah...10
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...10
1.3.1 Maksud Penelitian...10
1.3.2 Tujuan Penelitian………...…..…10
1.4 Kegunaan Penelitian...10
1.4.1 Kegunaan Ilmiah...10
1.4.2 Kegunaan Praktis...11
1.5 Kerangka Pemikiran...11
1.6 Asumsi...23
Universitas Kristen Maranatha
vii
2.1.1 Pendahuluan...24
2.1.2 Definisi Triadik Self-Regulation...25
2.1.3 Struktur dari Sistem Self-Regulatory...28
2.1.4 Pengaruh Faktor Sosial&Lingkungan terhadapSelf-Regulation...43
2.1.5 Disfungsi dalam Self-Regulation...45
2.1.6 Perkembangan Ketrampilan Self-Regulatory...51
2.2 Masa Remaja (Adolescence)...59
2.2.1 Pubertas...60
2.2.1.1 Perkembangan Fisik Masa Pubertas...60
2.2.1.2 Dimensi Psikologis Masa Pubertas...61
2.2.2 Perkembangan Kognitif dan Kognisi Sosial...61
2.2.2.1 Perkembangan Kognitif...61
2.2.2.2 Kognisi Sosial...62
2.2.3 Keluarga...63
2.3 Model...63
2.3.1 Pengertian Model...63
2.3.2 Agensi Modeling...64
2.4 Pengontrolan Berat Badan...65
BAB III Metodologi Penelitian 3.1 Rancangan Penelitian...68
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...68
Universitas Kristen Maranatha
viii
3.2.2 Definisi Operasional...69
3.3 Alat Ukur...72
3.3.1 Kuesioner Self-Regulation...72
3.3.1.1 Prosedur Pengisian Kuesioner…………...……74
3.3.1.2 Sistem Penilaian………....………..…74
3.3.2 Data Penunjang...75
3.3.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...76
3.3.3.1 Validitas Alat Ukur...76
3.3.3.2 Reliabilitas Alat Ukur...76
3.4 Populasi Penelitian dan Teknik Sampling...77
3.4.1 Karakteristik Sampel...77
3.4.2 Teknik Penarikan Sampel...77
3.5 Teknik Analisis Data...78
BAB IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Gambaran Responden...79
4.2 Hasil Pengolahan Data dan Pembahasan...79
4.2.1 Hasil Pengolahan Data...79
4.2.2 Pembahasan...82
BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan...90
Universitas Kristen Maranatha
ix
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Struktur fase dan sub-fase self-regulation………..…...30
Tabel 2.2 Perkembangan Ketrampilan self-regulation...…...53
Tabel 3.1 Alat ukur self-regulation...…...73
Tabel 3.3 Keterangan Pilihan Jawaban...74
Tabel 3.4 Sistem Penilaian...74
Tabel 3.5 Rentang nilaiforethought……….75
Tabel 3.6 Rentang nilai performance or volitional control……….……….75
Tabel 3.7 Rentang nilaiself-reflection ……….75
Tabel 4.1 Kategori self-regulation………...……...…….79
Tabel 4.2 Kategori persentase fase forethought, performance or volitional control, dan self-reflection...80
Tabel 4.3 Keterkaitan self-regulationsecara umum dengan fase-fasenya....81
Tabel 6.1 Persentase fase dan aspek self-regulation...a Tabel 6.2 Persentase aspek dan sub-aspek self-regulation...b
Tabel 6.3.1 Tabulasi silang self-regulation total dengan Indeks Massa Tubuh model pemula...c
Tabel 6.3.2 Tabulasi silang self-regulation total dengan penghayatan berat
Universitas Kristen Maranatha
x
Tabel 6.3.3 Tabulasi silang self-regulation total dengan program pengontrolan berat badan yang pernah dilakukan...c
Tabel 6.3.4 Tabulasi silang self-regulation total dengan alasan berhenti...d Tabel 6.3.5 Tabulasi silang self-regulation total dengan program yang dijalani
sekarang...d
Tabel 6.3.6 Tabulasi silang self-regulation total dengan alasan memilih program pengontrolan berat badan...d
Tabel 6.3.7 Tabulasi silang self-regulation total dengan keluarga...e Tabel 6.3.8 Tabulasi silang self-regulation total dengan kontribusi pihak
keluarga...e
Tabel 6.3.9 Tabulasi silang self-regulation total dengan apakah pihak agensi mengetahui model pemula melakukan pengontrolan berat badan..e
Tabel 6.3.10 Tabulasi silang self-regulation total dengan kontribusi pihak agensi...e
Tabel 6.3.11 Tabulasi silang self-regulation total dengan keefektifan yang dirasa oleh diri model pemula...f
Tabel 6.3.12 Tabulasi silang self-regulation total dengan situasi yang memicu
gangguan pada kegiatan pengontrolan berat badan...f
DAFTAR SKEMA
Skema 1.1 Kerangka Pemikiran...22
Skema 2.1 Proses Triadik………...27
Skema 2.2 Perputaran Fase Self-regulation...29
Kriteria Kapplan
> 0,3 dibuang = 7 item
< 0,3 dipakai = 36 item
Reliabilitas item Alat Ukur Self-Regulationmenggunakan SPSS 12
42 0,55 dipakai
Alpha Cronbach's N of Items
0,940 43
---Fase Aspek M KM Total
Task analysis 31 (51,7%) 29 (48,3%) 60 (100%)
Forethought
Self-motivation beliefs 37 (61,7%) 23 (38,3%) 60 (100%)
Self-control 30 (50%) 30 (50%) 60 (100%)
Performance
or V.C Self-observation 32 (53,3%) 28 (46,7%) 60 (100%)
Self-judgement 37 (61,7%) 23 (38,3%) 60 (100%)
Self-Reflection Self-reaction 35 (58,3%) 25 (41,7%) 60 (100%)
Tabel 6.1 Tabel persentase fase dan aspek self-regulation
Aspek Sub-aspek M KM Total
Goal setting 49 (81,7%) 11 (18,3%) 60 (100%)
Task
analysis Strategic planning 30 (50%) 30 (50%) 60 (100%)
Self-efficacy 34 (56,7%) 26 (43,3%) 60 (100%)
Outcome expectations 35 (58,3%) 25 (41,7%) 60 (100%)
Intrinsic interest/value 44 (73,3%) 16 (26,7%) 60 (100%)
Self-motivation
beliefs
Goal orientation 40 (66,7%) 20 (33,3%) 60 (100%)
Self-instruction 35 (58,3%) 25 (41,7%) 60 (100%)
Imagery 32 (53,3%) 28 (46,7%) 60 (100%)
Attention focusing 38 (63,3%) 22 (36,7%) 60 (100%)
Self-control
Task strategies 32 (53,3%) 28 (46,7%) 60 (100%)
Self-recording 36 (60%) 24(40%) 60 (100%)
Self-observation Self-experimentation 37 (61,7%) 23 (38,3%) 60 (100%)
Self-evaluation 43 (71,7%) 17 (28,3%) 60 (100%)
Self-judgement Causal attribution 42 (70%) 18 (30%) 60 (100%)
Self-satisfaction 43 (71,7%) 17 (28,3%) 60 (100%)
Self-reaction Adaptive-defensive inf. 35 (58,3%) 25 (41,7%) 60 (100%)
Tabel 6.2 Tabel persentase aspek dan sub-aspek self-regulation
Kategori self-regulation
Indeks Massa
Tubuh M CM CKM KM
Total
Normal 8 3 6 6 23
34,7% 13,04% 26,09% 26,09% 100%
Underweight 13 2 6 16 37
35,1% 5,4% 16,2% 43,2% 100%
Tabel 6.3.1 Tabulasi silang self-regulation total dengan Indeks Massa Tubuh model pemula
Kategori self-regulation
Penghayatan berat
badan model pemula M CM CKM KM
Total
Tabel 6.3.2 Tabulasi silang self-regulation total dengan penghayatan berat badan model pemula
Kategori self-regulation
Program yang pernah
dilakukan M CM CKM KM
Total
Produk pengontrol 2 2 3 7 14
berat badan 14,3% 14,3% 21,4% 50% 100%
Sebelumnya 12 2 4 12 30
belum pernah (x) 40% 6,7% 13,3% 40% 100%
Tabel 6.3.3 Tabulasi silang self-regulation total dengan program pengontrolan berat badan yang pernah dilakukan
Kategori self-regulation
Alasan berhenti
M CM CKM KM
Ada efek samping 0 0 1 2 3
yang merugikan 0% 0% 33,3% 66,7% 100%
Malas 3 0 5 2 10
30% 0% 50% 20% 100%
Puas 5 0 0 2 7
71,4% 0% 0% 28,6% 100%
Tidak mencapai hasil 1 3 2 4 10
10% 30% 20% 40% 100%
Sebelumnya 12 2 4 12 30
belum pernah (x) 40% 6,7% 13,3% 40% 100%
Tabel 6.3.4 Tabulasi silang self-regulation total dengan alasan berhenti
Kategori self-regulation
Program yang dijalani
sekarang M CM CKM KM
Total
Produk pengontrol 1 1 0 2 4
berat badan 25% 25% 0% 50% 100%
Tabel 6.3.5 Tabulasi silang self-regulation total dengan program yang dijalani sekarang
Kategori self-regulation
Alasan memilih
program M CM CKM KM
Total
Aman 4 0 0 3 7
57,1% 0% 0% 42,93% 100%
Cocok 2 2 4 3 11
18,2% 18,2% 36,4% 27,3% 100%
Hasil memuaskan 1 1 2 1 5
Tabel 6.3.6 Tabulasi silang self-regulation total dengan alasan memilih program pengontrolan berat badan
Kategori self-regulation
Keluarga M CM CKM KM
Tahu 13 5 7 15 40
32,5% 12,5% 17,5% 37,5% 100%
Tidak tahu (x) 8 0 5 7 20
40% 0% 25% 35% 100%
Tabel 6.3.7 Tabulasi silang self-regulation total dengan keluarga
Kategori self-regulation
Kontribusi pihak
keluarga M CM CKM KM
Total
16,7% 33,3% 16,7% 33,3% 100%
Memberi semangat 4 1 2 5 12
33,3% 8,3% 16,7% 41,7% 100%
Tidak ada 5 2 1 4 12
kontribusi 41,7% 16,7% 8,3% 33,3% 100%
Keluarga tidak 8 0 5 7 20
tahu 40% 0% 25% 35% 100%
Tabel 6.3.8 Tabulasi silang self-regulation total dengan kontribusi pihak keluarga
Kategori self-regulation
Tabel 6.3.9 Tabulasi silang self-regulation total dengan apakah pihak agensi mengetahui model pemula melakukan pengontrolan berat badan
Kategori self-regulation
kontribusi 50% 0% 50% 0% 100%
Agensi tidak tahu 16 3 10 16 45
35,6% 6,7% 22,2% 35,6% 100%
Tabel 6.3.10 Tabulasi silang self-regulation total dengan kontribusi pihak agensi
M CM CKM KM
Efektif (x) 17 3 6 10 36
47,2% 8,3% 16,7% 27,8% 100%
Kurang efektif 4 2 6 12 24
16,7% 8,3% 25% 50% 100%
Tabel 6.3.11 Tabulasi silang self-regulation total dengan keefektifan yang dirasa oleh diri model pemula
Kategori self-regulation
Situasi yang
mengganggu program M CM CKM KM
Total
Hasil kurang 0 1 1 2 4
memuaskan 0% 25% 25% 50% 100%
Ada makanan 2 1 3 2 8
25% 12,5% 37,5% 25% 100%
Malas 2 0 1 4 7
28,6% 0% 14,3% 57,1% 100%
Sibuk 0 0 1 4 5
0% 0% 20% 80% 100%
Efektif (x) / situasi 17 3 6 10 36
tidak mengganggu 47,2% 8,3% 16,7% 27,8% 100%
Tabel 6.3.12 Tabulasi silang self-regulation total dengan situasi yang memicu gangguan pada kegiatan pengontrolan berat badan
“Isilah bagian yang kosong
dan lingkari pilihan jawaban yang sesuai dengan keadaan diri Saudara”
1. Tinggi / berat badan : ...cm / ...kg
2. Dengan tubuh tersebut anda merasa : a. underweight
b. normal
c. overweight
3. Jenis program program pengontrolan berat badan yang pernah dilakukan
a. menggunakan produk makanan pelangsing (mis : WRP, dll)
b. berdiet (mis : diet serat, food combining, puasa, dll) c. obat diet
d. olah raga
e. ... .
Alasan program di atas dihentikan:...
... .
4. Jenis program program pengontrolan berat badan yang sekarang Saudara
jalani adalah ... .
alasan ... .
5. Apakah keluarga mengetahui keterlibatan Saudara dalam menjalankan
program pengontrolan berat badan? Ya / Tidak (lingkari yang sesuai)
Jika Ya, bentuk kontribusi apa yang diberikan oleh mereka terhadap program
yang dijalani?... .
6. Apakah pembimbing agensi mengetahui keterlibatan Saudara dalam
menjalankan program pengontrolan berat badan? Ya / Tidak
Jika Ya, bentuk kontribusi apa yang diberikan oleh mereka terhadap program
7. Sejauh ini, bagaimanakah penilaian Saudara mengenai program pengontrolan
berat badan yang sudah Saudara tetapkan?
a. efektif
b. kurang efektif
c. tidak efektif
Bila jawaban Saudara B / C, pada situasi apakah yang memicu gangguan
dalam menjalankan program pengontrolan berat badan?
...
...
... .
Pada halaman berikut berisi sejumlah pernyataan dan Saudara diminta
untuk menjawab setiap pernyataan sesuai dengan keadaan diri Saudara. Pilihlah
salah satu dari keempat pilihan jawaban yang tersedia, dengan cara memberi tanda
silang (X) pada kotak yang tersedia sesuai dengan pilihan jawabannya. Pilihannya
adalah :
Pilihan Jawaban Keterangan
Sesuai (S) Pernyataan yang ada sangat menggambarkan keadaan Saudara
Cukup Sesuai (CS) Pernyataan yang ada menggambarkan sebagian besar keadaan Saudara
Kurang Sesuai (KS) Pernyataan yang ada menggambarkan sebagian kecil keadaan Saudara
Tidak Sesuai (TS) Pernyataan yang ada sangat tidak menggambarkan keadaan Saudara
Jawaban Saudara tidak akan dinilai benar atau salah, dan jawaban Saudara
akan dijaga kerahasiaannya. Jika sudah selesai, mohon pastikan kembali agar
tidak ada nomor yang terlewat. Terima kasih untuk kesediannya.
No Item S CS KS TS
1 Saya mampu menetapkan target berat badan yang ingin dicapai 2 Saya akan membaca sejumlah buku untuk memenuhi rencana
pengontrolan berat badan
3 Saya yakin dengan program pengontrolan berat badan yang disusun, maka saya dapat mencapai target berat badan yang diinginkan
4 Saya akan berusaha untuk mempertahankan semangat
menjalankan program pengontrolan berat badan meskipun banyak hambatannya
5 Secara konsisten saya tetap menjalankan program pengontrolan berat badan
6 Saya membayangkan dengan menjalankan program
pengendalian berat badan, saya akan mendapatkan kesempatan mengembangkan karir
7 Saya dapat menerapkan program pengontrolan berat badan yang sudah dibuat
8 Saya mengingat dengan baik faktor-faktor yang mendukung dan menghambat program pengontrolan berat badan
9 Saya mencoba program pengontrolan berat badan yang baru agar mencapai berat badan yang diidamkan
10 Saya dapat menentukan hal-hal apa saja yang mempengaruhi pencapaian target berat badan
11 Saya akan menerima segala konsekuensi atas hasil program pengontrolan berat badan yang telah dijalankan
12 Saya akan melanjutkan program ini, jika program mencapai target berat badan yang ditetapkan
13 Secara konsisten saya akan mengubah program pengontrolan berat badan apabila hasilnya kurang memuaskan
14 Saya dapat mencapai target berat badan dengan disiplin yang saya miliki
15 Saya akan mempertahankan jadwal pengontrolan berat badan yang telah disusun
16 Saya memutuskan untuk menjalankan program pengontrolan berat badan dengan sungguh-sungguh
17 Saya menfokuskan perhatian pada program pengontrolan berat badan
18 Saya mampu melaksanakan program pengontrolan berat badan sebagaimana yang direncanakan
19 Saya mengingat situasi seperti apa yang dapat mendukung atau mengganggu program pengontrolan berat badan
No Item S CS KS TS
dilaksanakan
21 Saya akan mencoba menerimanya dengan pikiran positif jika program ini gagal membantu mencapai target berat badan
22 Saya berencana membuat jadwal program pengontrolan berat badan untuk dapat memperoleh target yang diinginkan
23 Saya mampu untuk membuat jadwal program pengontrolan berat badan
24 Saya yakin bila mampu mencapai target berat badan ideal maka profesi saya sebagai model akan berkembang
25 Saya tertarik untuk mencari informasi lebih banyak tentang program pengontrolan berat badan
26 Saya berusaha mengendalikan sepenuhnya program pengendalian berat badan yang telah disusun
27 Saya membayangkan akan mencapai target berat badan yang diinginkan dengan program pengontrolan berat badan saat ini 28 Saya berusaha untuk tidak tergoda oleh tawaran yang akan
mengganggu program pengontrolan berat badan
29 Saya tidak ragu untuk mencoba berbagai strategi pengontrolan berat badan guna mencapai target yang diidamkan
30 Saya akan mempertahankan program ini jika membuahkan hasil optimal
31 Saya mencoba memahami segala kejadian yang menghambat usaha untuk mencapai target berat badan
32 Saya berencana mencari tahu tentang program pengontrolan berat badan
33 Saya yakin akan mencapai target berat badan yang telah ditetapkan dengan kemampuan sendiri
34 Saya berusaha berkonsentrasi menjalankan program
pengontrolan berat badan meskipun ada gangguan dalam pelaksanaannya
35 Setelah menjalankan program pengontrolan berat badan, saya akan menilai sejauhmana program tersebut mencapai hasil 36 Saya merasa kecewa jika tidak mencapai target berat badan
yang diinginkan
pengalaman program alasan dihentikan program sekarang alasan klg yang tahu produk pelangsing puas diet mudah ya orang tua produk pelangsing malas olahraga mudah ya orang tua, saudara produk pelangsing tidak mencapai hasil diet cocok ya saudara
produk pelangsing malas diet hasil memuaskantidak x
olahraga tidak mencapai hasil diet hasil memuaskanya orang tua, saudara produk pelangsing tidak mencapai hasil diet hasil memuaskanya orang tua, saudara olahraga malas diet aman ya orang tua, saudara
x x diet cocok tidak x
olahraga malas obat diet mudah ya orang tua diet malas obat diet mudah ya orang tua, saudara produk pelangsing tidak mencapai hasil olahraga sehat tidak x
x x olahraga cocok ya orang tua x x olahraga sehat ya orang tua
x x diet aman tidak x
x x produk pelangsing praktis ya orang tua olahraga puas diet cocok ya orang tua, saudara x x olahraga sehat ya orang tua, saudara
x x diet aman tidak x
diet puas olahraga sehat ya orang tua, saudara diet malas olahraga aman ya orang tua x x diet sehat ya orang tua, saudara obat diet tidak mencapai hasil diet cocok tidak x
produk pelangsing tidak mencapai hasil olahraga praktis ya orang tua, saudara
x x diet cocok tidak x
x x diet cocok tidak x
x x diet cocok tidak x
x x diet cocok tidak x
x x olahraga cocok ya orang tua, saudara x x olahraga praktis ya orang tua, saudara x x diet hasil memuaskanya orang tua, saudara produk pelangsing puas diet aman ya orang tua, saudara produk pelangsing malas diet cocok ya orang tua, saudara
x x diet sehat tidak x
olahraga malas produk pelangsing mudah ya orang tua, saudara x x olahraga sehat ya orang tua x x olahraga sehat tidak x x x produk pelangsing mudah tidak x
olahraga malas diet praktis ya orang tua, saudara x x olahraga sehat ya orang tua, saudara produk penggemuk tidak mencapai hasil diet sehat ya orang tua
x x diet mudah tidak x
x x olahraga sehat ya orang tua, saudara produk pelangsing tidak mencapai hasil olahraga hasil memuaskantidak x
x x olahraga sehat ya orang tua, saudara x x olahraga mudah ya orang tua, saudara
x x diet mudah tidak x
x x diet mudah ya orang tua produk pelangsing ada efek samping diet aman ya orang tua x x diet aman ya orang tua olahraga malas diet mudah tidak x
olahraga puas diet mudah ya orang tua, saudara x x diet mudah ya orang tua, saudara obat penggemuk ada efek samping olahraga praktis ya orang tua, saudara obat diet ada efek samping olahraga mudah ya orang tua, saudara diet tidak mencapai hasil produk pelangsing mudah ya orang tua x x olahraga mudah tidak x diet puas olahraga mudah ya orang tua produk pelangsing tidak mencapai hasil diet mudah ya saudara
x x diet mudah tidak x
kontribusi agensi yang tahukontribusi keefektifan situasi gagal materi tidak x x a. efektif x
materi tidak x x a. efektif x mengingatkan ya pelatih mengingatkan b. kurang efektif makanan x tidak x x b. kurang efektif makanan semangat tidak x x b. kurang efektif makanan semangat tidak x x a. efektif x mengingatkan tidak x x b. kurang efektif makanan x tidak x x a. efektif x mengingatkan ya pelatih saran diet b. kurang efektif sibuk semangat tidak x x a. efektif x x tidak x x c. tidak efektif makanan materi ya pelatih mengingatkan a. efektif x semangat ya pelatih mengingatkan b. kurang efektif sibuk x ya pelatih mengingatkan a. efektif x tidak ada ya pelatih mengingatkan b. kurang efektif malas tidak ada ya pelatih tidak ada a. efektif x tidak ada ya pelatih tidak ada b. kurang efektif sibuk x tidak x x a. efektif x materi tidak x x a. efektif x semangat ya pelatih mengingatkan b. kurang efektif malas mengingatkan ya pelatih saran diet a. efektif x x tidak x x a. efektif x tidak ada tidak x x a. efektif x x tidak x x a. efektif x x tidak x x a. efektif x x tidak x x a. efektif x x tidak x x a. efektif x semangat tidak x x b. kurang efektif makanan tidak ada tidak x x b. kurang efektif makanan materi tidak x x b. kurang efektif malas tidak ada tidak x x a. efektif x tidak ada tidak x x a. efektif x x tidak x x a. efektif x semangat ya pelatih mengingatkan a. efektif x tidak ada tidak x x a. efektif x x tidak x x a. efektif x x tidak x x b. kurang efektif malas materi tidak x x a. efektif x semangat tidak x x a. efektif x
melarang tidak x x b. kurang efektif hasil kurang memuas x tidak x x a. efektif x
tidak ada tidak x x a. efektif x x tidak x x a. efektif x materi tidak x x a. efektif x materi tidak x x a. efektif x x tidak x x b. kurang efektif malas mengingatkan ya pelatih mengingatkan a. efektif x melarang tidak x x b. kurang efektif sibuk semangat ya pelatih mengingatkan c. tidak efektif malas x tidak x x b. kurang efektif makanan tidak ada ya pelatih saran diet a. efektif x
mengingatkan tidak x x b. kurang efektif hasil kurang memuas semangat ya pelatih mengingatkan c. tidak efektif hasil kurang memuas tidak ada tidak x x b. kurang efektif malas
tidak ada tidak x x a. efektif x x tidak x x a. efektif x semangat tidak x x a. efektif x
semangat tidak x x b. kurang efektif hasil kurang memuas x tidak x x a. efektif x
Universitas Kristen Maranatha
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Meningkatnya kemudahan dalam hidup menjadikan manusia semakin
meminimalkan penggunaan tenaga dalam beraktivitas. Dampak positifnya,
orang dapat memiliki lebih banyak energi yang bisa dipergunakan untuk
kepentingan lainnya. Namun jika ternyata energi yang ada di dalam diri tidak
dipergunakan, maka akan mengakibatkan menumpuknya lapisan lemak
sebagai transformasi bentuk dari energi yang tidak terpakai. Cadangan lemak
yang berlebih di dalam tubuh akan menyebabkan kelebihan berat badan.
Sekitar tahun 1950-an, kelebihan berat badan dianggap cerminan dari
kemakmuran, kemapanan, kesehatan serta kehidupan yang menyenangkan.
Tahun 1970-an, terjadi perubahan pandangan masyarakat yaitu mulai muncul
informasi-informasi ilmiah sebagai hasil penelitian kedokteran internasional
yang melaporkan bahwa orang yang kelebihan berat badan memiliki resiko
lebih tinggi terhadap berbagai penyakit yang berbahaya.
Banyak pandangan negatif bagi orang yang kelebihan berat badan,
seperti label tidak mampu mengontrol pola makan dan aktivitas, cenderung
malas, dan kurang mampu merawat diri serta dinilai mengalami
ketidaksempurnaan fisik. Hal ini juga dapat mengakibatkan munculnya
gangguan-gangguan psikologis, seperti banyak ditemukan kasus anak yang
Universitas Kristen Maranatha
2
mengalami krisis kepercayaan diri dan cenderung menarik diri dari
pergaulannya (H. Kunkun K. Wiramihardja, 2004).
Masyarakat akhir-akhir ini tampak sangat mengagumi bentuk tubuh
yang proporsional, dan cenderung kurus. Ini ditunjukkan oleh kenyataan,
orang kelebihan berat badan mengalami kesulitan dalam mendapatkan
pakaian jadi yang dijual di toko-toko, karena kebanyakan pengusaha garmen
di Indonesia cenderung memproduksi dan menyediakan pakaian ukuran kecil
atau berpotongan ketat, mengikuti “trend” pakaian masa kini. Para model dan
artis yang merupakan figur publik juga sebagian besar memiliki badan yang
kurus (www.kompas.com, 2004).
Dari himpunan masyarakat, terdapat sebagian orang yang secara
khusus memperhatikan penampilan dirinya, yaitu remaja usia 13-18 tahun
yang berkecimpung di industri mode sebagai model. Masa puber yang begitu
erat dengan remaja sangat berkaitan dengan perubahan dan pertumbuhan
pada tinggi dan berat badan remaja. Di usianya yang masih belia, usia
dimana rasa ingin tahu begitu besar, beberapa remaja tertarik untuk
mempelajari dan terjun menjadi model. Model bertugas mengantarkan image
atau citra sebuah produk kepada masyarakat luas (Ratih Sanggarwaty, 2003).
Model akan banyak bertemu dan menjadi pusat perhatian bagi orang
lain, sehingga diharapkan menampilkan sosok yang menarik dan dituntut
untuk memiliki penampilan yang sesempurna mungkin di setiap waktu,
Universitas Kristen Maranatha
3
Dengan penampilan yang menarik, diharapkan produk yang menggunakan
jasa model akan lebih dikenal di masyarakat sehingga pengguna jasa
memperoleh keuntungan. Industri mode menuntut model bertubuh yang lebih
kurus dari rata-rata wanita kebanyakan (Ninuk Mardiana Pambudy, 2007). Tuntutan profesi inilah yang kemudian semakin menuntut diri model untuk
tampil memiliki tubuh yang proporsional.
Dalam industri mode, tubuh yang proporsional lebih mengarah pada
tubuh dengan berat yang termasuk kategori normal bahkan cenderung
mengarah ke underweight. Hal ini seolah telah menjadi standar umum, dan
dapat dilihat pada bentuk tubuh model papan atas baik dalam ataupun luar
negeri, seperti super model Kate Moss, model Indonesia Indah Kalalo, Izabel
Yahya, Danish dan model lainnya yang selalu tampak kurus. Model yang
memperhatikan bentuk tubuh lebih banyak dijumpai di kalangan model
perempuan, karena umumnya perempuan identik dengan keindahan dan
kecantikan (Okky Asokawati, 2005).
Tuntutan untuk kurus tampaknya menyebabkan dua model Amerika
Latin tahun 2006 meninggal karena anoreksia. Kematian dua model ini
mendorong penyelenggara pekan mode di Spanyol melarang model dengan
indeks massa tubuh kurang dari 18 (underweight) untuk tampil (Kompas, 2007). Hal ini membuat beberapa model berusaha untuk menaikkan berat
badannya agar tetap dapat berkarir di industri mode.
Hampir sebagian besar model telah memiliki berat badan yang
Universitas Kristen Maranatha
4
tubuh, salah satu pengklasifikasian yang disusun oleh pakar-pakar WHO.
Namun karena adanya tuntutan industri mode yang begitu tinggi, termasuk
kewajiban untuk memiliki dan menjaga berat badan dalam kondisi
proporsional menurut standar industri mode, maka pengontrolan berat badan
merupakan kunci utama agar model tetap dapat bekerja di industri mode.
Ketika model lalai dalam mengontrol berat badannya, maka bobotnya
akan bertambah sehingga baju tidak terlihat bagus di panggung. Tuntutan
tampil kurus memang sangat besar pada model panggung, dan menjaga
tubuh tetap ramping adalah apresiasi model terhadap profesinya dan karya
desainer (Edward Hutabarat, 2007).
Semakin meningkatnya kebutuhan akan model, berhubungan dengan
semakin berkembangnya agensi modeling pada tahun 1990-an. Tugas agensi
adalah mewadahi model maupun calon model yang memenuhi persyaratan
standar, mengembangkan bakat yang ada pada diri model, menyalurkan
model sesuai dengan bakatnya (Ratih Sanggarwaty, 2003). Ada model yang bergerak tanpa didampingi agensi, namun sebagian lainnya menggunakan
jasa agensi modeling. Di usia antara 13-18 tahun, umumnya para model
merupakan model pemula. Model pemula terbilang baru berkecimpung di
industri modeling, dan masih akan banyak belajar serta adaptasi, salah
satunya berkaitan dengan tuntutan mengontrol berat badan.
Ungkapan ‘memiliki tubuh yang proporsional akan meningkatkan
kepercayaan diri’ seakan begitu erat, sehingga banyak model pemula
Universitas Kristen Maranatha
5
proporsional. Fenomena ini diperkuat jika melihat larisnya aneka program
pengontrolan berat badan yang ditawarkan dipasaran, baik untuk
menurunkan, mempertahankan atau menaikkan berat badan melalui produk
obat-obatan, makanan pengontrol berat badan, aneka treatment diet serta
program olahraga. Dalam melaksanakan program pengontrolan berat badan,
model pemula dituntut untuk mampu mengendalikan perilaku makan, atau
secara teratur mengkonsumsi obat, atau melakukan olahraga dengan tekun
dan disiplin.
Ada banyak cara untuk menjaga tubuh tetap proporsional, beberapa
program yang dikenal oleh sejumlah model pemula dapat dikategorikan pada
program diet atau puasa, penggunaan makanan khusus diet, obat-obatan
termasuk penggunaan serat makanan, program olahraga, akupuntur, dan
tindakan bedah seperti sedot lemak. Selanjutnya penentuan program
penurunan berat badan apa yang akan digunakan, sangat bergantung pada
pribadi masing-masing. Dalam penelitian ini, program pengontrolan berat
badan yang akan diukur dibatasi pada program diet, diet dengan
menggunakan produk khusus diet, obat-obatan dan olahraga. Pemilihan
tersebut didasarkan karena penggunaan program akupuntur dan tindakan
bedah tidak banyak melibatkan usaha model pemula itu sendiri dalam
meregulasi perilaku penurunan berat badan, melainkan lebih dipengaruhi
oleh tindakan dan keahlian dokter bedah atau terapis akupuntur.
Di usia remaja, model pemula berada dalam perkembangan kognitif
Universitas Kristen Maranatha
6
merencanakan dan mempertimbangkan program kegiatan pengontrolan berat
badan. Kemampuan mengendalikan diri dalam usaha mengontrol berat badan
berkaitan erat dengan self-regulation. Model pemula diharapkan mampu memikirkan, melibatkan perasaan dan melakukan tindakan nyata yaitu
berdiet atau berolahraga, serta secara berulang-ulang melakukan adaptasi
untuk pencapaian tujuan program pengontrolan berat badan, yaitu menjaga
berat badannya tetap proporsional di berat yang telah dimiliki saat ini,
mengurangi atau menambah berat badan beberapa kilogram lagi.
Terdapat tiga fase yang juga merupakan siklus dalam self-regulation,
yaitu membuat perencanaan, memutuskan untuk melaksanakan program
yang telah direncanakan, dan melakukan refleksi atas segala sesuatu yang
telah disusun pada fase perencanaan dan pelaksanaan.
Dari hasil wawancara awal terhadap lima model pemula usia 13-18
tahun, melibatkan tiga model yang underweight, dan dua model termasuk
kategori bertubuh ideal menurut standar indeks massa tubuh (IMT). Model pemula yang underweight mempersepsi keadaan tubuhnya saat ini sebagai keadaan yang ideal. Model pemula yang memiliki berat badan ideal merasa
bahwa tubuhnya saat ini cenderung kelebihan berat badan atau berada di atas
berat proporsional yang mereka harapkan.
Model pemula membuat perencanaan untuk mencapai tujuan
pengontrolan berat badan. Dari hasil penelitian awal, dua model memiliki
tujuan yang jelas dalam mengontrol berat badan, yaitu ingin menurunkan 1
Universitas Kristen Maranatha
7
berat badannya tetap stabil. Ada tiga model yang tidak menyusun jadwal
tetap untuk berolahraga atau berdiet, sementara dua lainnya merasa mampu
menyusun jadwal tetap. Terdapat dua model yang merasa kurang memiliki
keyakinan diri untuk dapat mencapai tujuan pengontrolan berat badannya,
dan satu model yang memiliki motivasi yang berasal dari faktor eksternal
yaitu atas saran pembimbing agensi (fase forethought).
Berikutnya para model memutuskan untuk melaksanakan program
yang telah direncanakan, yaitu terdapat lima model menyatakan akan
mempertahankan semangat dalam menjalankan rencana yang telah disusun
sebelumnya, namun terdapat satu model yang menyatakan dirinya kurang
mampu memutuskan untuk mengarahkan diri untuk berdiet sesuai dengan
langkah-langkah yang telah disusun, serta kurang memfokuskan
perhatiannya dalam mengontrol berat badan. Ada dua model yang kurang
mampu memutuskan untuk melaksanakan strategi kontrol berat badan yang
telah ditetapkan, sementara tiga model lainnya merasa mampu memutuskan
untuk melaksanakan strategi pengontrolan berat badan (fase performance or
volitional control).
Dari penelitian awal diperoleh data, lima model akan mengamati
aspek-aspek spesifik seperti situasi makan malam yang membuatnya gagal
menjalani diet atau kelelahan yang menyebabkan model tidak bisa
berolahraga. Kemudian model pemula menggunakan hasil pengamatannya
sebagai acuan dalam memperbaiki perilaku yang sebelumnya. Terdapat satu
Universitas Kristen Maranatha
8
ternyata berat badannya tidak berkurang, malah ia menjadi lemas, hal ini
menjadi bahan pengamatan, lalu ia memutuskan untuk mencoba hal yang
baru, yaitu mencoba menggunakan produk khusus diet. Terdapat empat
model pemula yang memutuskan untuk tidak mencoba hal-hal baru (fase
self-reflection).
Model pemula kemudian melakukan penilaian terhadap pelaksanaan
kegiatan olahraga dan diet yang telah ditetapkan. Terdapat lima model
merasa mampu menjelaskan penyebab dari hasil pengontrolan berat badan
yang dijalankannya, dengan membandingkan atau mengevaluasi apa yang
dilakukannya dengan target yang ditetapkan sebelumnya. Hal ini dilakukan
oleh model untuk menilai apakah programnya berhasil atau tidak. Didapati
faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pengontrolan berat badan dari lima model di survei awal ini. Terdapat tiga
model yang merasa puas terhadap tingkah laku yang telah ditampilkan, dan
dua model menyatakan kurang puas dengan hasil karena berat badannya
tidak sesuai dengan yang direncanakan di awal program. Didapati lima
model berniat untuk melanjutkan dan mempertahankan program
pengontrolan berat badannya guna menjaga kestabilan berat badan.
Faktor eksternal yang turut mempengaruhi keberhasilan para model
pemula untuk mencapai tujuan pengontrolan berat badan yang telah
ditetapkan adalah lingkungan modeling dan lingkungan rumah. Model
pemula yang mendapatkan umpan balik yang membangun dari lingkungan
Universitas Kristen Maranatha
9
model pemula yang kurang mendapatkan dukungan dari lingkungan
modeling dan lingkungan rumah, mungkin akan mengalami hambatan dalam
self-regulation.
Secara keseluruhan, terdapat variasi kemampuan dari setiap model
pemula yang melakukan kontrol berat badan, misalnya ada model yang
memiliki kemampuan yang tinggi di ketiga fase self-regulation, ada yang tinggi di fase tertentu dan rendah di fase lainnya, namun mungkin pula ada
yang rendah dalam ketiga fase tersebut. Penelitian berkaitan dengan
kemampuan self-regulationini menjadi menarik karena untuk dapat memiliki
tubuh yang proporsional, model yang mengontrol berat badan diharapkan
mampu meregulasi dirinya agar dapat merencanakan, mengatur dirinya
dalam melaksanakan kegiatan mengontrol berat badan, serta melakukan
refleksi atas umpan balik dari lingkungan modeling dan keluarga maupun
mengevaluasi strategi yang dipakainya berhasil atau tidak, perlu diubah atau
tidak, sehingga tujuan pengontrolan berat badannya dapat tercapai.
Berdasarkan keadaan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai self-regulation pada model pemula yang melakukan
Universitas Kristen Maranatha
10
1.2 Identifikasi Masalah
Sejauhmana derajat kemampuan self-regulation pada model pemula
yang melakukan pengontrolan berat badan di Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Memperoleh gambaran umum mengenai derajat self-regulation pada
model pemula yang melakukan pengontrolan berat badan di Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Memberikan informasi yang lebih mendalam mengenai fase-fase self-regulation dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada model pemula yang melakukan pengontrolan berat badan di Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Ilmiah
• Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
tentang self-regulation pada model pemula yang melakukan
pengontrolan berat badan, yang berguna bagi pengembangan kajian studi
Psikologi Kognitif.
• Menambah informasi dalam bidang Psikologi Perkembangan mengenai
kelompok remaja yang melakukan pengontrolan berat badan.
• Sebagai tambahan informasi dan referensi yang berguna bagi penelitian
Universitas Kristen Maranatha
11
1.4.2 Kegunaan Praktis
• Memberi informasi tentang gambaran kemampuan self-regulation bagi model pemula yang mengontrol berat badannya.
• Memberi informasi yang berguna bagi pihak keluarga dan agensi
modeling di Bandung dalam rangka meningkatkan kemampuan self-regulation pada model pemula yang melakukan pengontrolan berat badan.
1.5 Kerangka Pikir
Model pemula yang bergabung dalam suatu agensi modeling di
Bandung, yang memiliki usia 13 hingga 18 tahun, berada dalam tahapan
perkembangan remaja (adolescence). Model pemula berada di tahap remaja,
tahap yang penuh gejolak emosi, perubahan bentuk tubuh akibat pubertas,
dan adanya faktor lingkungan terutama keluaga yang dianggap penting bagi
dirinya. Usia remaja dipandang memiliki kondisi kognitif yang mulai matang
dan mulai mampu melakukan perencanaan yang lebih efektif dalam
meregulasi pikiran dan perilaku untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan (Schaie, dalam Santrock, 1995). Pubertas yang terjadi di usia remaja juga berdampak terutama bagi remaja perempuan, dimana
kebanyakan mereka tidak puas, memiliki citra diri yang negatif atas keadaan
tubuhnya dibanding remaja pria. Hal ini dapat dikarenakan lemak tubuhnya
Universitas Kristen Maranatha
12
Tugas utama model adalah mengantarkan image atau citra sebuah produk kepada masyarakat luas. Karenanya mereka diharapkan untuk selalu
menampilkan sosok yang menarik untuk dapat menciptakan citra diri yang
positif, sehingga produk yang dipasarkan juga bercitra positif. Citra diri yang
positif tercermin dari penampilan yang selalu segar, rapi, menarik serta
sesempurna mungkin di setiap waktu. Untuk itu diperlukan perawatan dari
luar, seperti scrub, lotion dan lain-lain, serta perawatan dari dalam, yaitu
dengan menjaga pola makan dan berolahraga (Ratih Sanggarwaty, 2003). Tuntutan profesi dalam industri mode semakin menuntut model untuk
menjaga bentuk tubuh serta penampilannya. Dalam menjaga bentuk tubuh,
indikator yang umum digunakan adalah mengukur berat badan. Yang
dimaksud dengan berat badan proporsional di industri mode adalah berat
badan dengan kategori normal bahkan cenderung underweight, tidak kelebihan berat badan.
Salah satu kelompok model pemula adalah mereka yang bernaung
dalam sebuah agensi modeling. Agensi merupakan perantara artis dengan
pengguna jasa artis, bertugas melihat bakat dan memasarkan kepada pihak
yang membutuhkan (Benny Simanjuntak, 2005). Model pemula berada di bawah pengaturan dan pengawasan sebuah agensi, dimana agensi semacam
lembaga pendidikan, menyediakan paket pendidikan yang sebaiknya diikuti
calon model, salah satunya yaitu mengenalkan strategi menjaga bentuk tubuh
Universitas Kristen Maranatha
13
Memiliki berat badan yang proporsional lebih dianggap indah daripada
yang kelebihan berat badan, sehingga banyak model pemula menginginkan
tubuhnya tetap proporsional. Mereka mulai melakukan berbagai program
pengontrolan berat badan, baik untuk mempertahankan atau memperoleh
berat badan yang lebih proporsional, dengan menurunkan atau menaikkan
berat badannya. Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung karir di industri
mode yang menuntut penampilan yang menarik, disamping juga
meningkatkan kepercayaan diri model pemula sehingga merasa lebih nyaman
dalam menjalankan profesinya. Konsep bahwa tubuh proporsional
merupakan salah satu keadaan yang dikagumi sekaligus diinginkan oleh
setiap model, kemudian menggiring pada maraknya perilaku model pemula
dalam usaha untuk mencapai tubuh yang proporsional sesuai dengan tuntutan
profesi.
Terdapat banyak cara untuk mengontrol berat badan yang ada di
Indonesia dan Kunkun K. Wiramihardja (2004) mengkategorikan beberapa bentuk program pengontrolan barat badan. Pertama, program diet
(seperti diet harimau, food combining, starvasi atau puasa total, semi puasa,
diet tanpa garam, diet serat). Kedua, program pengontrolan berat badan yang
menyertakan penggunaan makanan semacam susu, sup, biskuit khusus
pengontrolan berat badan, sliming tea, dan lainnya. Ketiga, penggunaan obat-obatan (seperti reductyl, serat tumbuhan semacam “vegeta” atau “merit”). Keempat yaitu dengan teknik akupuntur, kelima adalah program olahraga
Universitas Kristen Maranatha
14
pembedahan (seperti sedot lemak, operasi bedah lambung, dan “by-pass
usus”).
Untuk menentukan apakah berat badan model pemula tergolong
underweight, normal, atau mungkin overweight, digunakan rumus indeks
massa tubuh (IMT), yaitu berat (kg) : tinggi2 (m). Termasuk kategori normal
jika hasilnya antara 18,5 hingga 25, sementara jika dibawah 18,5
menunjukkan model pemula tergolong underweight menurut standar IMT,
serta hasil diatas 25, berarti model pemula mengalami overweight (Mary Courtney Moore, 1997)
Kemampuan untuk melakukan pengendalian diri dalam pengontrolan
berat badan berkaitan dengan kemampuan self-regulation. Self-regulation
adalah pemikiran (thought), perasaan (feeling) dan tindakan (action)
mengontrol yang terencana dan secara berulang-ulang di adaptasi untuk
pencapaian tujuan yang diinginkan. Kemampuan self-regulation mengacu
pada kemampuan seseorang dalam meregulasi dirinya, yang terdiri atas tiga
fase, yaitu fase forethought, performance or volitional control, dan fase
self-reflection.Definisi dari self-regulationditinjau dari tindakan dan proses yang
covert, yang keberadaan dan kualitasnya tergantung dari kualitas kemampuan dan motif (Boekaerts, Monique; et.al, 2002).
Model pemula membuat perencanaan pengontrolan berat badan yang
sesuai dengan tujuan mereka, dan proses perencanaan ini dikenal sebagai
fase forethought, terdiri atas proses-proses yang berpengaruh, yang
Universitas Kristen Maranatha
15
(Zimmerman, 2000). Fase forethought terdiri atas task analysis dan self-motivation beliefs. Task analysis meliputi keputusan penetapan tujuan target berat badan dan membuat suatu perencanaan atau memilih strategi
pengontrolan berat badan yang tepat untuk dilakukannya sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Misalnya seorang model pemula mengontrol
berat badan untuk menurunkan berat badannya hingga mencapai berat badan
tertentu, atau mempertahankan bentuk tubuh yang sudah dimiliki (goal
setting); kemudian model merencanakan menggunakan produk khusus pengontrolan berat badan sebagai pengganti makanan untuk dikonsumsi,
rajin berolahraga, atau melakukan puasa (strategic planning). Misalnya merencanakan mengganti makanan yang berkalori tinggi dengan susu khusus
pengontrolan berat badan, dapat menghindari kelebihan kalori yang bisa
menambah berat badan. Model pemula dikatakan kurang mampu
menetapkan tujuan, jika melakukan program pengontrolan berat badan tanpa
memiliki target berat badan yang jelas, misalnya karena terpaksa mengikuti
saran pembimbing.
Fase selanjutnya adalah self-motivation beliefs, yaitu keyakinan
model pemula yang mengontrol berat badan akan berperilaku sesuai dengan
tujuannya. Self-motivation beliefsterdiri dari keyakinan model pemula akan
kemampuan dirinya dalam menampilkan perilaku yang sesuai dengan
tujuannya (self-efficacy). Model pemula yang memiliki self-efficacy tinggi, akan merasa yakin bahwa faktor internal di dirinya dapat mendukung upaya
Universitas Kristen Maranatha
16
rendah, mereka akan merasa bahwa dirinya tidak akan mampu mencapai
berat badan yang diinginkan. Ini berkaitan dengan harapan model pemula
bahwa berat badan yang ditargetkan akan bermanfaat bagi dirinya (outcome expectations). Jika model pemula merasa dengan menurunkan berat
badannya beberapa kilogram, maka dirinya akan terlihat lebih menarik atau
dengan mempertahankan berat badan yang telah dimilikinya, maka pakaian
apa pun yang dikenakan akan selalu pas dan terlihat indah. Motivasi yang
mendasari model menampilkan perilaku mengontrol berat badan (intrinsic interest or valuing), misalnya keinginan berdiet karena keinginannya sendiri.
Model pemula yang kurang mendapat dukungan lingkungan, seperti nasehat
dan semangat, dapat menurunkan derajat motivasi melakukan kegiatan
kontrol berat badan. Fase selanjutnya mengacu pada usaha model pemula
yang mengontrol berat badan dalam mempertahankan semangatnya
mengontrol berat badan (goal orientation).
Setelah membuat perencanaan, model pemula akan memutuskan untuk
menampilkan perilaku yang sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat,
yang disebut faseperformance or volitional control. Fase ini terdiri dari
self-control dan self-observation. Dalam self-control yang mengacu pada kemampuan model pemula yang mengontrol berat badan untuk mengontrol
dirinya, terdiri dari bagaimana usaha yang dilakukan model dalam
mengarahkan dirinya untuk menumbuhkan keyakinan diri akan mencapai
tujuan yang ditetapkan (self-instruction). Misalnya model pemula dalam
Universitas Kristen Maranatha
17
melakukan olahraga sesuai jadwal yang ditetapkan, sehingga berat badan
yang telah dimiliki dapat dipertahankan.
Fase selanjutnya mengacu pada kemampuan model pemula untuk
membayangkan apa yang dilakukannya saat mengontrol berat badan untuk
berhasil mencapai tujuannya (imagery). Jika model pemula kurang mampu membayangkan, maka akan menghambatnya untuk memfokuskan
perhatiannya pada program pengontrolan berat badan. Kemampuan model
pemula untuk memusatkan perhatiannya atau berkonsentrasi agar tetap
berperilaku sesuai dengan tujuannya (attention focusing), misalnya walaupun
lingkungan sekitar model menyediakan aneka makanan dengan tampilan
yang menggugah selera, model yang mengontrol berat badan diharapkan
mampu berkonsentrasi agar tidak tergoda untuk mengkonsumsi berlebih.
Terakhir mengacu pada kemampuan model pemula untuk melaksanakan
langkah-langkah yang telah direncanakan (task strategies). Model pemula
yang mengontrol berat badan memutuskan untuk menerapkan strategi yang
telah dibuatnya, misalnya dengan selalu membeli obat pengurang nafsu
makan saat persediaannya hampir habis, sehingga program pengontrolan
berat badan dapat terus terlaksana.
Dalam self-observation, model pemula mengamati dan melakukan
penelusuran terhadap aspek-aspek spesifik dari pelaksanaan tujuan yang
telah ditetapkan. Dimensinya mengacu pada kemampuan untuk melakukan
pengamatan dan mengingat kegiatan mengontrol berat badan yang dapat
self-Universitas Kristen Maranatha
18
recording). Misalnya suatu kesempatan model pemula merasa sangat lelah karena terlalu memforsir waktu berolahraga, jika self-recordingbaik maka ia
tidak akan mengulanginya lagi, dan akan berolahraga secara teratur. Namun
jika kurang mampu dalam self-recording, model pemula akan mengalami hal
serupa karena tidak belajar dari pengalaman. Berikutnya yaitu model pemula
yang mengontrol berat badan akan mencoba menampilkan perilaku
pengontrolan berat badan yang baru, yang belum pernah dilakukan
sebelumnya (self-experimentation). Misalnya model pemula yang berolahraga tiga kali seminggu, dan karena tidak kunjung ada perubahan
berat badan, ia pun memutuskan untuk mengontrol pola makan, atau
mencoba hal baru lainnya yang belum pernah dicoba.
Seperti yang telah disebutkan, fase forethought dan performance or
volitional control berlangsung di dalam diri model pemula, artinya belum tampak secara aktual di lingkungan (covert self-regulation). Melalui
behavior (overt self-regulation), perilaku pengontrolan berat badan kemudian ditampilkan keluar dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati lingkungan
sekitar, seperti melakukan diet atau berolahraga di tempat fitnes.
Mengingat dalam melakukan self-regulation pengontrolan berat badan terdapat faktor eksternal yang memberi pengaruh dalam pelaksanaan
program pengontrolan berat badan. Faktor eksternal berupa lingkungan
tempat model pemula berada, turut mempengaruhi self-regulation
pengontrolan berat badan. Faktor eksternal terdiri dari lingkungan rumah,
Universitas Kristen Maranatha
19
kegiatan pengontrolan berat badan yang dilakukan model pemula. Faktor
eksternal kedua adalah lingkungan modeling, yang menunjuk pada
pembimbing agensi tempat model bernaung, dimana pembimbing berperan
memberi pengetahuan berkaitan dengan program pengontrolan berat badan,
memberi motivasi, umpan balik bagi model untuk dapat menjalankan
program sehingga tercapai tujuan yang ditetapkan.
Faktor eksternal ini dapat mempengaruhi perencanaan, pelaksanaan,
atau penilaian terhadap program pengontrolan berat badan, melalui umpan
balik berupa saran, kritik, atau masukan. Faktor eksternal ini sendiri dapat
dipersepsi sebagai sesuatu yang mendukung ataupun menghambat program
mengontrol berat badan, dan hal tersebut tergantung pada penghayatan model
pemula itu sendiri.
Umpan balik ini kemudian akan diolah model di tahap self-reflection, misalnya umpan balik tersebut berupa pujian atau kritik tentang perilaku
pengontrolan berat badannya. Model pemula yang mengontrol berat badan
akan memperoleh masukan dari orang lain atau menilai sendiri perilaku yang
ditampilkan, dan dapat digunakan dalam melakukan introspeksi.
Tingkah laku self-regulation yang ditampilkan dan umpan balik dari lingkungan, kemudian akan berpengaruh pada fase selanjutnya yaitu
self-judgement, dimana model yang mengontrol berat badan membandingkan berat badannya dengan standar berat badan yang ditetapkan sebelumnya,
apakah berhasil atau tidak (self-evaluation). Misalnya model pemula yang
Universitas Kristen Maranatha
20
sudah membantunya mencapai berat badan yang diinginkan sesuai dengan
target yang ingin dicapai di tahap perencanaan. Model pemula kemudian
akan mengevaluasi hasil yang dicapai lebih dipengaruhi oleh faktor internal
atau faktor eksternal (casual attribution). Jika motivasi dan keyakinan diri
model pemula yang mengontrol berat badan berasal dari dalam diri, maka
faktor internal yang lebih berperan, sementara jika tergantung dukungan
pembimbing agensi modeling atau keluarga, maka faktor eksternal yang
lebih berpengaruh.
Self-reaction mengacu pada kemampuan mengekspresikan kepuasan
atau ketidakpuasan model pemula terhadap berat badan yang diperoleh dari
kegiatan pengontrolan berat badan (self-satisfaction). Misalnya dengan melaksanakan puasa selama dua bulan dan hasil yang diperoleh ternyata
berat badannya hanya berkurang setengah kilogram, maka model pemula
merasa tidak puas. Kesimpulan mengenai perilaku yang akan ditampilkan
selanjutnya (adaptive or defensive inferences), dimana jika model pemula mempersepsi bahwa program pengontrolan berat badan yang dijalaninya
memberikan sesuatu yang positif, bermanfaat dan menyenangkan, maka
memungkinkan bila model pemula akan mengulanginya kembali dan ia akan
terus melakukan programnya untuk meningkatkan atau mempertahankan
berat badannya. Sebaliknya jika model pemula yang mengontrol berat badan
merasa tidak puas atau perasaan negatif lainnya, maka ia akan menghindari
program pengontrolan berat badan tersebut.
Universitas Kristen Maranatha
21
dilakukan secara berulang-ulang dan berjalan berurutan didalam diri model
yang melakukan kontrol berat badan. Hanya saja terdapat perbedaan
kemampuan self-regulation pada model pemula yang kemudian akan dikategorikan dalam empat kategori yaitu mampu, cenderung mampu,
cenderung kurang mampu dan kurang mampu.
Pengkategorian didasarkan pada variasi yang terjadi di dalam tiap-tiap
aspek fase forethought, performance or volitional control dan self-reflection.
Dikatakan mampu apabila model pemula memiliki kemampuan yang tinggi
pada fase forethought, performance or volitional control dan self-reflection.
Termasuk kategori cenderung mampu jika tinggi pada fase forethought dan
performance or volitional control dan rendah di fase self-reflection, atau tinggi di faseforethoughtdanself-reflection serta rendah di fase performance
or volitional control. Dikatakan cenderung kurang mampu apabila tinggi di fase forethought, dan rendah di dua fase lainnya, atau tinggi di fase
performance or volitional control dan rendah di dua fase lainnya, atau jika model pemula tinggi di fase performance or volitional control dan
self-reflection tetapi rendah di fase forethought. Termasuk kategori kurang mampu jika tinggi di fase self-reflection dan rendah pada fase forethought
dan performance or volitional control, atau rendah pada ketiga fase
self-regulation. Model pemula yang memiliki kemampuan tinggi dalam self-regulation, secara teori akan mampu dalam mengontrol berat badannya.
Model pemula yang memiliki kemampuan yang rendah dalam
Universitas Kristen Maranatha
Universitas Kristen Maranatha
23
1.6 Asumsi Penelitian
o Self-regulation merupakan proses yang terlibat di berbagai perilaku, salah satunya pada perilaku pengontrolan berat badan.
o Kemampuan self-regulation pada model pemula ditentukan oleh seberapa akurat berat badan yang ingin dicapainya (forethought), seberapa ketat disiplin yang dilakukan (performance or volitional control) dan peoses refleksi diri yang dilakukannya (self-reflection).
o Model pemula yang sedang melakukan mengontrol berat badan akan
memperlihatkan kemampuan self-regulation yang berbeda pada kategori
mampu, cenderung mampu, cenderung kurang mampu dan kurang mampu.
o Faktor eksternal (lingkungan rumah dan lingkungan modeling) dapat
mempengaruhi self-regulation model yang melakukan pengontrolan berat
22 Universitas Kristen Maranatha PERSON
Model pemula yang mengontrol berat badan mampu
(Covert self-regulation) cenderung
mampu
a. Tinggi dan berat badan model pemula b. Persepsi diri tentang berat badannya c. Data tentang pengontrolan berat badan
yang pernah dan sedang dilakukan (jenis dan alasan memilih program) d. Persepsi diri tentang keefektifan program e. Situasi yang dapat mengganggu pelaksanaan
Universitas Kristen Maranatha
90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai kemampuan self-regulation pada model
pemula yang melakukan pengontrolan berat badan di Bandung, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1) Persentase terbesar model pemula yang melakukan pengontrolan berat
badan kurang mampu melakukan self-regulation, terlihat melalui fase-fase
yang menyusun self-regulation yang termasuk dalam kategori kurang
mampu. Model pemula memiliki kemampuan yang rendah pada fase
forethought, performance or volitional control dan self-reflection.
Sebagian lagi memiliki kemampuan yang tinggi pada fase self-reflection,
namun rendah pada fase forethought, performance or volitional control.
2) Model pemula yang mampu melakukan self-regulation, memperlihatkan
kemampuan yang tinggi pada fase forethought, performance or volitional
controldan self-reflectionprogram pengontrolan berat badan.
3) Faktor-faktor yang berkaitan dengan kemampuan self-regulation pada
model pemula yang melakukan pengontrolan berat badan antara lain
penghayatan komponen personal, berupa persepsi telah berada pada skala
berat badan yang dituntut di industri mode, yaitu underweight dapat
Universitas Kristen Maranatha
91
dengan kemampuan mengatasi rasa malas dapat menurunkan derajat
kemampuan, persepsi kepuasan yang dirasakan oleh model akan
meningkatkan derajat kemampuan, kontribusi melarang dari pihak
keluarga dapat menurunkan derajat kemampuan, serta kontribusi berupa
saran diet dari lingkungan agensi dapat meningkatkan derajat kemampuan.
5.2 Saran
Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah :
1) Saran bagi penelitian lanjutan.
Dapat meneliti lebih lanjut mengenai variabel self-regulation dikaitkan
dengan variabel lain, seperti dukungan keluarga dan agensi tempat model
bergabung, guna memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai
pengaruh lingkungan terhadap kemampuan self-regulation dari program
pengontrolan berat badan yang dilakukan model.
2) Saran praktis.
a) Bagi model pemula yang melakukan pengontrolan berat badan di
Bandung untuk membantu meningkatkan kemampuan self-regulation
disarankan membuat perencanaan yang jelas, serta usaha yang lebih
giat dalam melaksanakan rencana guna tercapainya hasil.
b) Disarankan bagi model pemula yang merasa kurang efektif atas
program pengontrolan berat badan yang telah dijalani, untuk lebih
Universitas Kristen Maranatha
92
menyusun program pengontrolan berat badan serta lebih memotivasi
diri dalam melaksanakannya.
c) Bagi keluarga dan pembimbing agensi modeling, dalam rangka
meningkatkan kemampuan self-regulation pada model pemula yang
melakukan pengontrolan berat badan, dapat lebih intens memberikan
dukungan, masukan berupa saran, strategi pengontrolan berat badan
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Asokawati, Okky. 2005. Jangan Menoleh Ke Belakang. Jakarta : Gramedia.
Boekaerts, Monique; Pintrich, Paul. R.; Zeidner, Moshe. 2002. Handbook of Self-Regulation. California, USA : Academic Press.
Friendenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis, and Use. USA : Allyn & Bacon.
Moore, Mary Courtney. 1997. Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi. Jakarta : Hipokrates.
Nazir, M. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Sanggarwaty, Ratih. 2005. Kiat Menjadi Model Profesional. Jakarta : Gramedia.
Santrock, John W. 2003.Adolescent Development. McGraw-Hill, Inc.
Simanjuntak, Benny “Contoh”. 2005. Kiat Menjadi Artis. Jakarta : Intermasa CMA Press Entertainment Book Publishing.
Singarimbun, M.; Effendi.S. 1983. Metode penelitian Survai, Jakarta : LB3ES
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Skripsi Agustina Susanti. 2006. Studi deskriptif mengenai Self-Regulation Akademik pada siswa-siswi kelas 2 SMA “X” di Bandung.
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Kedua, 1993. Jakarta : Balai Pustaka
Rubrik Urban, “Kurus yang Sehat, Kurus Para Model“, Kompas, Minggu, 14 Januari 2007