• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelembagaan UMKM yang baik untuk menopan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kelembagaan UMKM yang baik untuk menopan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Hairul Rahman1 Nila Faricha2 Muhammad Aris Siswanto3

Dita Wahyu Permata4

(2)

Abstract

Beberapa tahun kedepan Madura akan menjadi Provinsi baru di Indonesia, maka hal ini harus di dukung dengan perekonomian regional yang baik, dengan memanfaatkan potensi yang ada. Salah satu cara yang dapat diambil dengan memaksimalkan UMKM yang ada di kawasan Madura. UMKM akan memberikan peran yang maksimal terhadap perekonomian regional apabila adanya kelembagaan yang baik dalam UMKM tersebut. Di kawasan madura terdapat banyak UMKM yang masih belum memberikan peran yang maksimal terhadap perekonomian regional dikarenakan buruknya kelembagaan dalam UMKM tersebut. Menurut data dari Badan Pusat Statistik UMKM di Indonesia dari tahun 2000-2012 memberikan sumbangan terhadap PDB rata-rata sebesar 6,75% pertahun dan dapat menyerap tenaga kerja rata-rata sebesar 3,72% pertahun. Hal ini menandakan bahwa UMKM memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian. Kelembagaan yang baik dalam UMKM akan memaksimalkan potensi yang dimiliki UMKM tersebut, sehingga pada akhirnya akan memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya peningkatan PDRB pada kabupaten yang ada di pulau Madura.

Kata Kunci : Kelembagaan, UMKM, Pertumbuhan Ekonomi

Abstract

Madura next few years will be a new province in Indonesia, then this should be supported with good regional economies, by utilizing the existing potential. One way that can be taken to maximize the UMKM in the area of Madura. UMKM will provide maximum role of the regional economy if their institutions both in the UMKM. In the area of Madura there are many UMKM are still not giving up the role of the regional economy due to poor institutional capacities in the UMKM. According to data from the Central Bureau of Statistics of UMKM in Indonesia than in 2000-2012 contributed to GDP by an average of 6.75% per annum and can absorb the workforce an average of 3.72% per year. This indicates that UMKM have a considerable influence on the economy. Institutions both in UMKM will maximize the potential of UMKM, which in turn will make a major contribution to economic growth, especially the increase in GDP in the district on the island of Madura.

Keywords : Institutional, UMKM, Economic growth

PENDAHULUAN

Menurut P4M(Panitia Persiapan Pembentukan Provinsi Madura) beberapa tahun kedepan Madura akan didaulat menjadi sebuah provinsi, untuk mempersipakan pembentukan provinsi Madura maka diperlukan peranan ekonomi yang kuat salah satunya adalah melalui pengembangan UMKM. UMKM merupakan suatu wadah yang dibuat oleh masyarakat untuk mengembangkan usaha dalam skala kecil dan menengah namun dalam hal pembiayaan dibantu oleh pemerintah. Keberadaan UMKM juga mampu membantu pemerintah dalam mengurangi pengangguran di masyarakat karena UMKM mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar karena hal tersebut membuat UMKM mampu menggerakan dan mengembangkan ekonomi baik dalam lingkup regional maupun nasional. Menurut data BPS pada tahun 2011 UMKM mampu menyumbang produk domestik bruto (PDB) sebesar 61,9% melalui pembayaran pajak (usaha mikro menyumbang sebesar 36,28%, usaha kecil menyumbang sebesar 10,9%, usaha menengah menyumbang sebesar 14,7 %), UMKM juga tidak terpengaruh oleh krisis global karena sebagian besar UMKM menggunakan sumber

daya lokal sehingga ketika krisis global UMKM mampu betahan. Namun saat ini UMKM sebagian besar UMKM belum berkembang sesuai dengan harapan, hal ini terjadi karena terbatasnya modal, rendahnya sumber daya manusia dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta buruknya suatu kelembagaan yang ada di dalam masyarakat tersebut (Wijayanti, n.d.). Kelembagaan merupakan salah satu yang harus di bangun sebaik mungkin, dimana peran kelembagaan itu sendiri sangatlah menentukan masa depan suatu organisasi, perusahaan, kerjasama dan lain sebagainya. Kelembagaan merupakan suatu aturan yang mengatur bagaimana pembagian kinerja, tanggung jawab, serta batasan-batasan yang dimiliki seseorang dalam suatu organisasi, perusahaan dan lain sebagainya.

Kelembagaan yang baik dalam UMKM ini adalah untuk menghilangkan ketidakpastian, dimana ketidakpastian ini yang membuat UMKM itu sendiri tidak bisa memaksimalkan potensi yang dimiliki. Dengan adanya kelembagaan yang baik dalam UMKM itu sendiri diharapkan UMKM dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki, sehingga pada

KELEMBAGAAN UMKM YANG BAIK UNTUK MENOPANG SEKTOR EKONOMI

(3)

akhirnya mempermudah mereka untuk melakukan kerjasama yang saling menguntungkan baik itu antar UMKM atau UMKM dengan non UMKM, dimana kelembagaan itu akan mengatur tentang kerjasama yang mereka lakukan, juga diharapkan kelembagaan ini akan menghindarkan UMKM dari ketidakpastian kerjasama yang mereka lakukan. Ketika UMKM sudah memiliki kelembagaan yang baik, diharapkan UMKM ini dapat lebih banyak menyerap tenaga kerja dikarenakan kemajuan yang mereka dapat ketika menerapkan kelembagaan yang baik, dan pada akhirnya ini juga akan sangat berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja di daerah madura itu sendiri. UMKM akan membuat dampak yang sangat baik untuk perekonomian yang ada di Daerah Madura, karena kedepannya Madura tidak perlu tergantung kepada perusahaan-perusahaan yang ketika terjadi krisis ekonomi akan sangat berdampak sekali terhadap perekonomian, sebab UMKM itu sendiri dalam hal pendanaan sangatlah mandiri, akan tetapi perlu juga adanya bantuan dari pemerintah, jadi secara tidak langsung ketika terjadi krisis ekonomi maka Madura akan tetap memiliki sektor ekonomi yang kuat untuk tetap menjaga stabilitas ekonomi itu sendiri. Perkembangan UMKM yang terus tumbuh perlu didukung dengan kelembagaan yang baik, agar pertumbuhan jumlah UMKM tersebut berkualitas dan dapat memberikan manfaat yang signifikan untuk perekonomian di wilayah Madura itu sendiri. Untuk membentuk sebuah provinsi baru diperlukan persiapan yang baik, terutama adalah persiapan bagaimana menciptakan perekonomian yang kuat dan stabil. Potensi yang dimiliki saat ini sudah jelas, yakni potensi UMKM yang apabila dikelola menggunakan kelembagaan yang baik akan menciptakan perekonomian yang telah diharapkan sebelumnya.

Provinsi Madura merupakan sebuah langkah maju dimana masyarakat Madura sadar betul akan potensi yang dimiliki, yakni potensi dari segi sumber daya alam dan sumber daya manusianya, akan tetapi hal ini jika tidak dimanfaatkan dengan baik, maka Madura tidak mempunyai power yang kuat untuk bisa membangun Provinsi Madura itu sendiri. Yang dimaksud power di sini adalah perekonomian, dimana perekonomian itu sendiri menjadi penentu utama tentang kemajuan sebuah peradaban manusia, dimana jika suatu daerah yang didukung dengan sektor ekonomi yang kuat, sehingga perekonomian tersebut bisa tetap stabil ketika terjadinya krisis, maka daerah tersebut akan dipandang dan dijadikan acuan oleh Madura dengan menggunakan kelembagaan yang baik dalam UMKM itu sendiri, jika UMKM bisa dimaksimalkan, maka akan menambah pemasukan PDRB yang secara langsung akan berdampak terhadap perekonomian di wilayah Madura itu sendiri. Perekonomian yang baik sangat dibutuhkan untuk menopang persiapan pembentukan provinsi Madura.

Organisasi penulisan paper ini tersusun sebagai berikut. Bagian kedua dalam paper ini menguraikan tentang tinjauan pustaka. Bagian ketiga membahas tentang metode penelitian, sementara bagian keempat menyajikan tentang hasil dan pembahasan. Kesimpulan dan saran diberikan kepada bagian kelima dan menjadi penutup dalam paper ini

.

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Kelembagaan merupakan suatu aturan, prosedur pengambilan keputusan, program dan lain-lain, yang dibuat oleh manusia untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam berinteraksi antara satu dengan yang lain termasuk dalam interaksi manusia dalam kelembagaan. Menurut Ollila (2009), kelembagaan merupakan suatu aturan yang lebih tentang cara-cara bagaimana interaksi tersebut dilakukan dan organisasi sebagai pembagin peran pemain “role from the player” yang menjelaskan tentang peran setiap individu yang berada dalam suatu kelembagaan. Rule of the game dan rule of the player sama-sama dibutuhkan untuk mencapai tujuan (Nurida, 2014)

Kelembagaan UMK adalah suatu kelembagaan yang meliputi:

1. Political bodies (firma, usaha perdaganagan, usaha pertanian keluarga, kerjasama usaha). 2. Sosial bodies ( Dewan Kemakmuran Masjid,

klub-klub, asosiasi olah raga)

3. Educational bodies ( sekolah, universitas, pusat-pusat pelatihan)

(4)

dengan demikian kelembagaan ekonomi sangat berpengaruh terhadap perekonomian (Nurida, 2014)

Menurut Kementrian Mentri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM) UMK ( Usaha Mikro Kecil ) adalah jenis uasaha yang memiliki kekayaan bersih maksimal adlah Rp. 10.000.000.000 belum termasuk tanah dan bangunan tempat usaha (Perdagangan, 2013)

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil adalah jenis usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang, usaha menengah adalah jenis usaha yang memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang (Wijayanti, n.d.)

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan usaha kecil adalah perorangan atau badan usaha yang melakukan kegiatan usaha dan mempunyai omset pertahun maksimal sebesar Rp.600.000.000 atau aset setinggi- tingginya sebesar Rp. 600.000.000 selain tanah dan bangunan tempat usaha yang terdiri dari : 1. Badan usaha ( Fa, CV,PT, dan koperasi),

2. Perorangan ( pengrajin/ indusri rumah tangga, petani, nelayan, perambah hutan, pedagang barang dan jasa)

Menurut Kementrian Perdagangan bahwa UMKM mampu menggerakkan sektor rill dan berpengaruh langsung terhadap perekonomian nasional, menurut data dari kementrian koperasi dan usaha kecil dan menengah pada tahun 2011 UMKM berjumlah 55,2 juta unit karena banyaknya UMKM tersebut pada tahun 2011 UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 97,24 %, dalam penyerapan tenaga kerja UMKM lebih tinggi jika di bandingkan dengan usaha-usaha besar (Perdagangan, 2013)

Ida Nurnida (2014) dalam penelitian kelembagaan UMKM di Jawa Barat menyatakan bahwa kelembagaan UMKM memiliki peran penting terhadap penyerapan tenaga kerja dengan kontribusi lebih dari 80% dari total tenaga kerja, kelembagaan UMK berkontribusi cukup signifikan terhadap PDRB Jawa Barat mencapai 42,78% jika dibandingkan dengan usaha menengah yang hanya mencapai 11,24%, kelembagaan UMK juga berkontribusi cukup

signifikan terhadap LPE sebasar 2,95% (Nurida, 2014).

Prihatin Lumbanraja dalam penelitian bersama UKM membangun ekonomi rakyat menyatakan bahwa kendala utama dalam pengembangan UKM adalah

a. Terbatasnya kemampuan SDM UKM dalam menerapkan kebijakan yang ada.

b. Adanya ketiakstabilan politik dan ekonomi c. Rendahnya tingkat kepedulian birokrasi terkait

terhadap pengembangan UMK. Mikro, Kecil, dan Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh Undang-Undang no 20 Tahun 2008. Kriteria tersebut antara lain memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Kedua, menurut kategori Badan Pusat Statistik (BPS), pedesaan, pertumbuhan identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga. BPS mengklasifikasikan industri berdasrakan jumlah pekerjanya, yaitu: (1) industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang; (2) industri kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah dengan pekerja 20-99 orang; (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih (BPS, 1999:250).

(5)

dekatnya. Data BPS (1994) menunjukkan hingga saat ini jumlah pengusaha kecil telah mencapai 34,316 juta orang yang meliputi 15, 635 juta pengusaha kecil mandiri (tanpa menggunakan tenaga kerja lain), 18,227 juta orang pengusaha kecil yang menggunakan tenaga kerja anggota keluarga sendiri serta 54 ribu orang pengusaha kecil yang memiliki tenaga kerja tetap. Kedua, rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga- lembaga kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir. Ketiga, sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dipunyainya status badan hukum Menurut catatan BPS (1994), dari jumlah perusahaan kecil sebanyak sebanyak 124.990, ternyata 90,6 persen merupakan perusahaan perorangan yang tidak berakta notaris; 4,7 persen tergolong perusahaan perorangan berakta notaris; dan hanya 1,7 persen yang sudah mempunyai badan hukum (PT/NV, CV, Firma, atau Koperasi). Keempat, dilihat menurut golongan industri tampak bahwa hampir sepertiga bagian dari seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri makanan, minuman dan tembakau (ISIC31), diikuti oleh kelompok industri barang galian bukan logam (ISIC36), industry tekstil (ISIC32), dan industri kayu,bambu, rotan, rumput dan sejenisnya termasuk perabotan rumahtangga (ISIC33) masing-masing berkisar antara 21% hingga 22% dari seluruh industri kecil yang ada. Sedangkan yang bergerak pada kelompok usaha industri kertas (34) dan kimia (35) relatif masih sangat sedikit sekali yaitu kurang dari 1%. Padahal, UMKM memiliki peranan yang cukup besar dalam industri manufaktur dilihat dari sisi jumlah unit usaha dan daya serap tenaga kerja, namun lemah dalam menyumbang nilai output. Pada tahun 2002, dari total unit usaha manufaktur di Indonesia sebanyak 2,732 juta, ternyata 99,2 % merupakan unit usaha UMKM. UMKM, dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang, mampu menyediakan kesempatan kerja sebesar 59,3 % dari total kesempatan kerja. Kendati demikian, sumbangan nilai output UMKM terhadap industri manufaktur hanya sebesar 17,8 %. Pola ini cenderung sama dari tahun ke tahunnya (1997-2002). Banyaknya jumlah orang yang bekerja pada UKM memperlihatkan betapa adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dengan

cara studi kepustakaan yaitu dengan cara mempelajari berbagai tulisan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, studi dokumenter yaitu mencari data sekunder yang diperlukan untuk penelitian yang berasal dari Badan Pusat Statistik maupun dari Dinas Koperasi dan UMKM, data yang diperoleh yaitu data UMKM di Indonesia periode 2000 sampai dengan 2012 dan data UMKM kabupaten di wilayah Madura.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yaitu penelitian yang tidak menggunakan hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu menggunakan rumusan hipotesis. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran/lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis trend yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui pola secara grafis mengenai fenomena UMKM pada tiap-tiap kabupaten di Provinsi Madura.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam wacana dari panita persiapan pembentukan Provinsi Madura dalam beberapa tahun kedepan Madura akan menjadi sebuah provinsi. Dalam persipan pembentukan provinsi tersebut diperlukan sebuah perekonomian yang kuat salah satunya adalah melalui UMKM, menurut kementrian perdagangan UMKM berdampak terhadap perekonomian, pada tahun 2011 jumlah UMKM berjumlah 55,2 unit dan dapat menyerap tenaga kerja sebesar 97,2%.

Sumber : Badan Pusat Statistik

(6)

Perekonomian yang baik tidak hanya mengacu

seberapa cepat perekonomian itu tumbuh, akan

tetapi mengenai dampak dari pertumbuhan

ekonomi itu sendiri terhadap masyarakat, karena

pertumbuhan ekonomi itu sendiri tidak akan lepas

dari ketidakrataan distribusi pendapatan dengan

kata lain hanya segelintir orang yang menikmati

pertumbuhan ekonomi tersebut. Perekonomian

bisa dikatakan baik ketika perekonomian tersebut

ditopang oleh sektor-sektor ekonomi yang kuat,

dimana kekuatan ekonomi suatu wilayah bisa

diukur ketika terjadinya krisis. Ketika terjadi

krisis perekonomian di suatu wilayah secara tidak

langsung akan berpengaruh terhadap wilayah

lain, akan tetapi hal ini bisa diantisipasi dengan

sektor penopang ekonomi yang kuat. Sektor

perekonomian yang kuat untuk menopang

ekonomi disini yakni UMKM, UMKM itu sendiri

akan memberikan dampak yang sangat baik

terhadap perekonomian apabila UMKM tersebut

dikelola secara maksimal menggunakan

kelembagaan ekonomi yang baik. UMKM akan

bisa menyelamatkan perekonomian ketika terjadi

suatu krisis ekonomi sebab UMKM ditopang

dengan dana yang mandiri bukan mengandalkan

dana-dana investasi, yang ketika terjadi krisis

ekonomi akan kurang berdampak terhadap

perekonomian.

Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM jawa timur

Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur

Berdasarkan jumlah UMKM dan jumlah tenaga kerja UMKM di wilayah Madura yang di tampilkan pada tabel di atas menunjukan bahwa UMKM belum menyerap tenaga kerja dengan maksimal. UMKM di Bangkalan berjumlah 166.768 hanya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 210.003, UMKM di Sampang berjumlah 195.215 hanya mampu myerap tenaga kerja sebesar 264.569, UMKM di Pamekasan berjumlah 195.554 hanya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 257.481, dan UMKM di Sumenep berjumlah 269.005 hanya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 486.196. Berdasarkan jumlah tersebut penyerapan tenaga kerja dalam UMKM sangat rendah.

Kelembagaan memberikan peranan penting untuk mengatasi permasalahan dalam UMKM yang pengelolaannya belum dikelola sebaik mungkin. Kelembagaan UMKM akan memberikan dampak positif untuk kemajuan UMKM di wilayah Madura. Dalam hal ini kelembagaan menghilangkan ketidakpastian, dimana ada sebuah ketidakpastian ekonomi dalam UMKM yang membuat UMKM tersebut kurang memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian, yakni PDRB dan penyerapan tenaga kerja. UMKM harus memberikan perannya terhadap perekonomian di wilayah Madura untuk persiapan pembentukan Provinsi Madura. Suatu wilayah harus didukung dengan perekonomian yang kuat agar wilayah tersebut dapat bersaing dengan wilayah lain, tentunya persaingan secara sehat dimana suatu wilayah menonjolkan potensi yang dimiliki dengan menggunakan kelembagaan yang baik.

(7)

(UMKM) tidak terlalu bergantung kepada pihak ketiga sehingga ketika terjadi krisis perekonomian UMKM tidak terlalu begitu terkena dampak dari krisis tersebut, dengan adanya suatu kelembagaan yang baik maka dapat membantu UMKM berkembang dan memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian Madura.

Kelembagaan yang baik merupakan sebuah aturan yang mengatur kegiatan dalam suatu organisasi diaman aturan tersebut memberikan peran, tanggung jawab, serta batasan-batasan terhadap anggota organisasi itu sendiri. Kelembagaan ini diperlukan agar tujuan organisasi tersebut dapat tercapai. Kelembagaan juga mengatur tentang interaksi, hubungan, kerjasama antara suatu organisasi dengan organisasi lain yang dalam hal ini akan berjalan sangat baik dan saling memberikan keuntungan antar organisasi tersebut. Keuntungan dan kerjasama yang baik bisa dicapai jika organisasi yang bekerja sama tersebut menerapkan kelembagaan atau aturan sehingga tidak terjadi permasalahan dalam kerja sama yang dilakukan antar organisasi tersebut. Kelembagaan merupakan sebuah wadah yang didalamnya memasukkan banyak kepentingan, orang-orang atau organisasi-organisasi yang ingin membuat suatu kepastian tentang hal-hal yang tidak pasti.

Kelembagaan UMKM di wilayah Madura sendiri belum memenuhi kelembagaan yang baik. Hal ini dibuktikan dengan data sumbangan UMKM terhadap PDB :

Sumber : Kementrian Koperasi dan UMKM

Sumber : Kementrian Koperasi dan UMKM

Data menunjukkan bahwa perkembangan sumbangan UMKM terhadap PDB terjadi penurunan, hal ini terjadi karena tidak adanya kelembagaan UMKM yang baik. Persentase pertumbuhan sumbangan UMKM terhadap PDB juga mengalami penurunan, pengelolaan UMKM dengan kelembagaan yang baik bisa mengatasi permasalahan ini. Potensi yang ada dalam UMKM tersebut belum dikelola secara maksimal, jika pengelolaan UMKM tersebut dikelola secara maksimal maka UMKM tersebut akan memberikan peran dan dampak yang sangat besar dan signifikan terhadap PDB.

KESIMPULAN

(8)

terciptanya kemajuan suatu organisasi, instansi, ataupun lembaga itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Lumbanraja, P. (2011). BERSAMA UKM MEMBANGUN EKONOMI RAKYAT DAN LINGKUNGAN HIDUP Prihatin, 14(2), 87–93. Nurida, I. (2014). Peran Kelembagaan Usaha Mikro

dan Kecil (UMK) terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jawa Barat, 159–170.

Perdagangan, K. (2013). Analisis peran lembaga pembiayaan dalam pengembangan umkm, 90. Wijayanti, R. R. (n.d.). Strategi Pemberdayaan

UMKM Menghadapi Pasar Bebas Asean, 1–32. Bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti tentang pemahaman perawat tentang penerapanRJPdipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu umur, pendidikan,

Hipotesis yang berbunyi “ Ada hubungan yang signifikan anta ra motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa SMAN 3 Klaten tahun pelajaran 2012/2013”

Tekniknya dengan cara mengambil data perilaku melalui pembagian kategori waktu aktivitas satwa target, pengamatan karakteristik daerah jelajah (tipe vegetasi) dan posisi

 Jakarta:  Balai  Pustaka..  Jakarta:  Balai

Seluruh dosen, staff Tata Usaha dan karyawan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas udayana yang selalu memberikan dukungan dan kelancaran dalam

Kelemahan dari penggunaan kombinasi obat dibandingkan dengan sediaan yang mengandung hanya satu senyawa aktif ilaha rasio dosis yang tidak dapat dikendalikan; dalam kombinasi

Segara Anakan merupakan suatu laguna yang dipengaruhi oleh dua massa air yang berbeda, yaitu massa air laut yang berasal dari Samudra Hindia melalui kedua celah (timur dan barat)

Pada luka insisi operasi dilakukan infiltrasi anestesi local levobupivakain pada sekitar luka karena sekresi IL-10 akan tetap dipertahankan dibandingkan tanpa