BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, landasan teori dan review penelitian terdahulu sebagaimana telah dikemukakan maka hubungan antar variabel dapat digambarkan melalui model kerangka konsep penelitian pada gambar 3.1 berikut ini :
Belanja Daerah (X)
Variabel Independen Variabel Intervening Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Dalam gambar di atas menunjukkan variabel independen yaitu belanja langsung, belanja tidak langsung dan Jumlah Penduduk serta variabel dependen yaitu kemandirian keuangan daerah dan penadapatan asli daerah menjadi variabel
38
intervening dalam penelitian ini. Variabel independen ini diprediksi akan mempengaruhi variabel dependen dalam arti peningkatan dan penurunan yaitu belanja langsung, belanja tidak langsung dan Jumlah Penduduk akan menaikkan atau menurunkan kemandirian keuangan daerah.
Belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa; dan belanja modal diprediksi akan mempengaruhi pendapatan asli daerah. Dalam merealisasikan pengadaan barang jasa pemerintah, bagi pihak penyedia barang dan jasa akan membutuhkan perijinan yang diperoleh dengan membayar pajak dan retribusi daerah, hal ini tentunya akan meningkatkan pendapatan asli daerah.
Begitu juga halnya dengan belanja tidak langsung yang terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi basil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga diprediksi juga mempengaruhi pendapatan asli daerah. Dengan dikucurkannya bantuan sosial kepada masyarakat tentu memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan asli daerah.
3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dijelaskan dan digambarkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H1 : Belanja daerah (diproksi dengan belanja langsung dan belanja tidak langsung), jumlah penduduk dan pendapatan asli daerah secara simultan dan parsial berpengaruh langsung terhadap kemandirian keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara. H2 : Belanja daerah (diproksi dengan belanja langsung dan belanja tidak
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenispenelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausalitas.Desain penelitian kausalitas adalah desain penelitian yang disusun untuk meneliti kemungkinan adanya hubungan sebab akibat antar variabel (Sanusi, 2011 : 14).
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini peneliti memperolehnya dari Perpustakaan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara yang beralamat di Jalan Asrama No 179, Medan disamping juga menggunakan laporan dan pertanggungjawaban APBD Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara, sekaligus
mengakses situsPenelitian dilakukan
dengan waktu yang bertahap (bulan September 2015-Juni 2016).
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
sampel penelitian yaitu sampel sebanyak 33 Kabupaten/Kota (tabel 4.1), periode amatan penelitian selama 5 tahun (2010-2014), sehingga unit analisis observasi menjadi 165 sampel (5 x 33 = 165).
Tabel 4.1
Daftar Pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2014
No. Nama Kabupaten/Kota
1 Kabupaten Nias
2 Kabupaten Mandailing Natal 3 Kabupaten Tapanuli Selatan 4 Kabupaten Tapanuli Tengah 5 Kabupaten Tapanuli Utara 6 Kabupaten Toba Samosir 7 Kabupaten Labuhan Batu 8 Kabupaten Asahan 9 Kabupaten Simalungun 10 Kabupaten Dairi 11 Kabupaten Karo
12 Kabupaten Deli Serdang 13 Kabupaten Langkat 14 Kabupaten Nias Selatan
15 Kabupaten Humbang Hasundutan 16 Kabupaten Pakpak Barat
17 Kabupaten Samosir
18 Kabupaten Serdang Badagai 19 Kabupaten Batubara
20 Kabupaten Padang Lawas Utara 21 Kabupaten Padang Lawas
22 Kabupaten Labuhan Batu Selatan 23 Kabupaten Labuhan Batu Utara 24 Kabupaten Nias Utara
25 Kabupaten Nias Barat 26 Kota Sibolga
27 Kota Tanjung Balai 28 Kota Pematang Siantar 29 Kota Tebing Tinggi 30 Kota Medan
31 Kota Binjai
32 Kota Padang Sidimpuan 33 Kota Gunung Sitoli Sumber :
4.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Metode pengumpulan data dengan dokumentasi merupakan suatu cara untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang terkait dengan penelitian. Metode ini ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi laporan, buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, dan data-data yang relevan dengan penelitian tersebut (Ridwan, 2008). Data penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari arsip perpustakaan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara.
4.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah memberikan pengertian terhadap suatu variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang diperlukan peneliti untuk mengukur atau memanipulasinya (Sularso, 2003).
4.5.1. Variabel Independen
1. Belanja Langsung (X1)
Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan (dalam satuan trilyun rupiah) dengan skala rasio.
2. Belanja Tidak Langsung (X2)
44
3. Jumlah Penduduk (X3)
Jumlah penduduk adalah jumlah semua orang yang berdomisili di wilayah kabupaten/kota Sumatera Utara selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap, (dalam satuan ratusan jiwa) dengan skala rasio.
4.5.2. Variabel Intervening
Pendapatan Asli Daerah (Z)
Pendapatan asli daerah adalah merupakan semua penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (dalam satuan trilyun rupiah) dengan skala rasio.
4.5.3. Variabel Dependen
Kemandirian Keuangan Daerah (Y)
Kemandirian keuangan daerah yaitu kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Rasio kemandirian ditunjukkan oleh besarnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan total pendapatan daerah yang diukur dengan skala rasio dalam satuan persen.
Tabel 4.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel
Penelitian Definisi Operasional Parameter
Skala
Jumlah anggaran yang dianggarkan terkait secara
Jumlah anggaran yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan
Jumlah semua orang yang berdomisili di wilayah kabupaten/kota Sumatera Utara selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap.
Angka sumber dalam wilahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahannya.
=Pendapatan Asli Daerah Total Pendapatan Daerah
(%)
46
4.6. Metode Analisis Data
Metode Analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Hipotesis diuji dengaan analisis linear berganda dan analisis jalur (path analyisis). Ghozali (2013:96) mengatakan “Analisis regresi berganda adalah hubungan dua variabel atau lebih serta menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dan variabel independen”. Menurut Ghozali (2013: 249), “Analisis jalur merupakan perluasan jalur dari analisis regresi linear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model causal) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori”.
Untuk hipotesis 1
Y = α + β1X1+ β2X2+β3X3 + β4Z + ε ... (1)
Untuk hipotesis 2
Z = α + β1X1+ β2X2+β3X3 + ε .....(2)
Keterangan : Y = kemandirian keuangan daerah Z = pendapatan asli daerah X1 = belanja langsung
X2 = belanja tidak langsung
X3 = jumlah penduduk
β1, β2, β3, β4 = koefisien regresi
α = konstanta
4.6.1. AnalisisStatistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel penelitian serta ringkasan data-data penelitian seperti belanja langsung, belanja tidak langsung, jumlah penduduk, pendapatan asli daerah dan kemandirian keuangan daerah. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, standar deviasi dan skewness (kemencengan distribusi).
4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik. Pada penelitian ini data yang digunakan adalah pool data yaitu gabungan
cross sectional dan time series sehingga uji autokorelasi tidak dibutuhkan dalam pengujian penelitian ini. Uji Autokorelasi yaitu data yang digunakan pada data runtun waktu (time series). Uji ini bertujuan umtuk melihat apakah dalam suatu regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Uji Autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW), Ghozali (2013). Uji asumsi klasik yang akan dipakai adalah uji normalitas, Multikoloniearitas, dan heteroskedastisitas.
4.6.2.1. Uji Normalitas
48
parametrik tidak dapat digunakan.” Dalam penelitian ini uji normalitas data yang digunakan adalah dengan uji Kolmogorov Smirnov, dengan melihat tingkat signifikansi 5%. Dasar pengambilan keputusan daru uji normalitas adalah dengan melihat probabilitas asymp.sig(2-tailed)> 0,05 maka data terdistribusi normaldan sebaliknya jika asymp.sig (2-tailed)< 0,05 maka data terdistribusi tidak normal.
4.6.2.2. Uji Multikolinearitas
Ghozali (2013) menyatakan uji multikolinearitas bertujuan “untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (tidak terjadi multikolinieritas). Untuk melakukan uji multikolinearitas dalam penelitian ini, penelitian menilai dari nilai tolerance dan
variance inflationfactor (VIF). Batas nilai tolerance adalah 0,10 dan batas VIF
adalah 10. Apabila nilai tolerance kurang dari 0,10 atau VIF lebih dari 10 maka disimpulkan terjadi multikolinieritas.
4.6.2.3. Uji Heterokedastisitas
Ghozali (2013) menyatakan uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
absolute residualnya (Gujarati, 2006). Nilai residual adalah selisih antara nilai observasi dengan nilai prediksi dan absolut adalah nilai mutlaknya, apabila nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel independen dalam model regresi ini tidak signifikan secara statistik, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas.
4.6.3. Pengujian Hipotesis Penelitian
4.6.3.1. Uji Hipotesis Pertama (H1) dengan Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen).
1. Besaran koefisien determinasi
Uji goodness of fit adalah untuk melihat kesesuaian model, atau seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel terikatnya. Uji goodness of fit ditentukan dengan nilai R Square yang tinggi yang mampu menjelaskan model dengan baik.
2. Uji simultan (uji statistik F)
Dalam penelitian ini akan dilakukan juga penelitian secara simultan (uji F). Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1,X2,…Xn)
50
keputusan berdasarkan probabilitas, dengan dasar pengambilan keputusan adalah :
a. Apabila Fhitung > Ftabel atau sig < α = 5%, maka H1 diterima.
b. Apabila Fhitung < Ftabelatau sig > α = 5%,, maka H1 tidak dapat diterima.
3. uji parsial (uji statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen (X1,X2,…Xn) secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen (Y). Nilai ttabeldapat dilihat dengan
menggunakan table-t. Dasar pengambilan keputusan adalah : a. Apabila thitung > ttabel atau sig < α = 5%, maka H1 diterima.
b. Apabila thitung < ttabelatau sig > α = 5%, maka H1 tidak dapat diterima.
4.6.3.2. Uji Hipotesis Kedua (H2) dengan Path Analysis
Hipotesis kedua diuji dengan Path Analysis, meliputi uji pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total antara variabel belanja langsung,
belanja tidak langsung dan jumlah pendudukterhadap kemandirian keuangan daerahmelalui pendapatan asli daerah. Menurut Ghozali (2013:249) uji path analysis untuk dapat menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka kita perlu menghitung nilai t hitung uji Sobel dari koefisien dari persamaan αβ dengan
rumus sebagai berikut: t = αβ / Sαβ.
Nilai thitung uji Sobel ini dibandingkan dengan nilai ttabel, jika thitung uji Sobel
> nilai ttabel maka H2 dapat diterima. Pengaruh mediasi juga dapat dilakukan
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Statistik Deskripsi
Pada dasarnya statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai variabel-variabel penelitian yang diamati. Pengukuran statistik deskriptif dalam penelitian ini menghasilkan perhitungan sebagaimana tercantum dalam Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kemandirian Keuangan 165 ,0061 ,4062 ,0598 ,06016
Belanja Langsung 165 ,0527 2,6459 ,3545 ,34804
Belanja Tidak Langsung 165 ,0472 1,9514 ,4122 ,32137
Jumlah Penduduk 165 ,4051 21,9114 4,0239 4,57207
Pendapatan Asli Daerah 165 ,0010 1,7588 ,0763 ,22599
Valid N (listwise) 165
Sumber: Lampiran 3 (Data Diolah, 2016)
sebesar 0,0598 artinya keseluruhan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara mampu dan mandiri dalam membiayai kegiatan pemerintahannya.
Kemampuan atau kemandirian daerah dengan nilai tertinggi disandang oleh daerah Medan dengan nilai 0,4062 sedangkan kemampuan atau kemandirian daerah dengan nilai terendah disandang oleh Nias Utara dengan nilai 0,0061, adapun nilai standar deviasi Variabel Kemandirian Keuangan (Y) dalam penelitian ini adalah sebesar 0,06016. Nilai rata-rata lebih kecil dari nilai standar deviasi artinya menunjukan perbedaan kemampuan atau kemandirian daerah-daerah di Propinsi Sumatera Utara.
Kemudian halnya dengan variabel independen yaitu Belanja Langsung (X1) yang merupakan jumlah atau besarnya anggaran Daerah Kabupaten/Kota di
Propinsi Sumatera Utara yang dianggarkan terkait secara langsung dalam pelaksanaan program dan kegiatan yang terendah adalah diperoleh daerah Gunung Sitoli dengan nilai 0,0527 sedangkan penganggaran tertinggi dilakukan oleh daerah Medan dengan nilai 2,6459. Akan halnya dengan nilai standar deviasi pada variabel ini adalah sebesar 0,34804 sedangkan nilai rata-ratanya adalah sebesar 0,3545. Ini menjelaskan bahwa terdapat kesenjangan Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara dalam penganggaran Belanja Langsung ini.
Seterusnya variabel independen Belanja Tidak Langsung (X2), nilai
54
tidak terkait langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Nilai rata-rata pada variabel ini adalah sebesar 0,4122 dibandingkan dengan nilai standar deviasi yang hanya berjumlah 0,32137. Dengan demikian kondisi ini menggambarkan bahwa juga terdapat kesenjangan Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara dalam penganggaran Belanja Tidak Langsung ini, meliputi penganggaran belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga.
Untuk variabel Jumlah Penduduk (X3) nilai tertinggi adalah diperoleh
daerah Medan dengan nilai 21,9114 sedangkan terendah diperoleh daerah Pakpak Barat dengan nilai 0,4051. Standar deviasi sebesar 4,57207 artinya terdapat tingkat kesenjangan jumlah penduduk Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara sebesar 4,57207. Nilai rata-rata jumlah penduduk adalah sebesar 4,0239.
5.1.2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian Classical Normal Linear Regression Model untuk semua variabel yang terdiri dari uji normalitas, uji Multikoloniearitas, dan uji heteroskedastisitas dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian model regresi linear berganda metode enter dan PATH analysis.
5.1.2.1. Uji Normalitas Sebelum Transformasi
Uji Normalitas sebelum transformasidapat dilihat pada tabel 5.2, diperoleh nilai signifikan sebesar 0,000 < α = 0,05, menunjukkan bahwa sebaran data terjadi secara tidak normal. Dengan demikian dapat disimpulkan hasil pengujian tidak berdistribusi normal.
Tabel 5.2 Uji Normalitas Sebelum Transformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 165
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 0,02233796
Most Extreme Differences
Absolute ,110
Positive ,110
Negative -,060
Test Statistic ,110
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Lampiran 4 (Data Diolah, 2016)
5.1.2.2. Uji Multikoloniearitas Sebelum Transformasi
Untuk menguji ada tidaknya Multikoloniearitas di antara variabel independen maka digunakan nilai variance inflation factors (VIF) dan nilai
56
Multikoloniearitas. Dalam hal tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10 maka Multikoloniearitas ditolak. Uji Multikoloniearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.3, menunjukkan variabel independen yaitu Belanja Langsung, Belanja Tidak Langsung, Jumlah Penduduk dan Pendapatan Asli Daerah terjadi Multikoloniearitas karena nilai Tolerance < 0,10 dan VIF > 10.
Tabel 5.3 Uji Multikoloniearitas Sebelum Transformasi
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Belanja Langsung ,064 15,716
Belanja Tidak Langsung ,126 7,946
Jumlah Penduduk ,151 6,620
Pendapatan Asli Daerah ,091 10,931
a. Dependent Variable: Kemandirian Keuangan
Sumber: Lampiran 5 (Data Diolah, 2016)
5.1.2.3. Uji Heteroskedastisitas Sebelum Transformasi
Pengujian Heteroskedastisitas, jika setiap variabel independen nilai signifikannya lebih besar dari α = 0,05, maka dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas. Jika variabel independen (X) signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen (Y) nilai Absolut Residual (ABS_RES), maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas, sebaliknya apabila variabel independen (X) signifikan secara statistik memengaruhi variabel dependen (Y) dengan nilai probabilitas signifikannya lebih tinggi dari tingkat kepercayaan α = 0,05, maka
bahwa tingkat signifikansi masing-masing variabel lebih kecil dari 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi mengandung adanya heteroskedastisitas.
Tabel 5.4 Uji Heteroskedastisitas Sebelum Transformasi
Coefficientsa
a. Dependent Variable: ABS_RES
Sumber : Lampiran 6 (Data Diolah, 2016)
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan, diketahui bahwa model regresi mengalami heteroskedastisitas, multikoloniearitasdan sebaran data tidak normal. Untuk mengobati terhadap pelanggaran asumsi klasik ini, model regresi ditransformasi dalam bentuk semi-log yaitu sebelah kanan persamaan yaitu variabel dependen ditransformasi menjadi bentuk logaritma natural (ln) dan sebelah kiri persamaan tetap, sehingga data belanja langsung (X1), belanja tidak
langsung (X2), jumlah penduduk (X3), pendapatan asli daerah (Z), menjadi Ln
belanja langsung (LnX1), Ln belanja tidak langsung (LnX2), Ln jumlah penduduk
(LnX3), Ln pendapatan asli daerah (LnZ).
5.1.2.4. Uji Normalitas Setelah Transformasi
58
Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan One Sample
Kolmogorov-Smirnov Test, dengan melihat tingkat signifikansi 5%. Uji
Normalitas dapat dilihat pada tabel 5.5, diperoleh nilai signifikan sebesar 0,200 > α = 0,05,disimpulkan hasil pengujian berdistribusi normal.
Tabel 5.5 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 165
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 0,50984583
Most Extreme Differences
Absolute ,053
Positive ,039
Negative -,053
Test Statistic ,053
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Lampiran 4 (Data Diolah, 2016)
5.1.2.5. Uji Multikoloniearitas Setelah Transformasi
Tabel 5.6 Uji Multikoloniearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Ln Belanja Langsung ,306 3,266
Ln Belanja Tidak Langsung ,141 7,094
Ln Jumlah Penduduk ,238 4,206
Ln Pendapatan Asli Daerah ,169 5,909
a. Dependent Variable: Kemandirian Keuangan
Sumber: Lampiran 5 (Data Diolah, 2016)
Pada tabel 5.6 menunjukkan variabel independen yaitu Belanja Langsung, Belanja Tidak Langsung, Jumlah Penduduk dan Pendapatan Asli Daerah tidak terjadi Multikoloniearitas karena nilai Tolerance > 0,10 dan VIF < 10. Hal ini menunjukkan bahwa indikator variabel independen dalam penelitian ini tidak saling berkorelasi.
5.1.2.6. Uji Heteroskedastisitas Setelah Transformasi
Pengujian Heteroskedastisitas merupakan situasi dimana dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu observasi ke observasi yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk menguji heteroskedastisitas yaitu dengan uji Glejser. Uji Glejser meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati dalam Ghozali, 2005:142). Jika setiap variabel independen nilai signifikannya lebih besar dari α = 0,05, maka dapat disimpulkan tidak terjadi
60
(X) signifikan secara statistik memengaruhi variabel dependen (Y) dengan nilai probabilitas signifikannya lebih tinggi dari tingkat kepercayaan α = 0,05, maka asumsi homoskedastisitas pada data model tersebut diterima. Uji Heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
a. Dependent Variable: ABS_RES2
Sumber : Lampiran 6 (Data Diolah, 2016)
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel 5.7, dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi masing-masing variabel lebih besar dari 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
5.1.3. Hasil Pengujian Hipotesis
5.1.3.1. Hasil Uji Hipotesis Pertama (H1) dengan Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen). Tahapan analisis regresi linear berganda pada penelitian ini adalah uji koefisien determinasi, uji parsial (uji statistik t) dan uji simultan (uji statistik F).
5.1.3.1.1. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Hasil Uji koefisien determinasi (R2) dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini.
Tabel 5.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 ,883a ,779 ,774 ,0286118 1,620
a. Predictors: (Constant), Ln Pendapatan Asli Daerah, Ln Belanja Langsung, Ln Belanja Tidak Langsung, Ln Jumlah Penduduk
b. Dependent Variable: Kemandirian Keuangan
Sumber : Lampiran 7 (Data Diolah, 2016)
1. Dari uji koefisien determinasi pada tabel 5.8, nilai R-square adalah 0,779. Hal ini berarti 77,9% variabel dependen Kemandirian Keuangan dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu Belanja Langsung, Belanja Tidak Langsung, Jumlah Penduduk dan Pendapatan Asli Daerah, sedangkan sisanya 22,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini.
62
5.1.3.1.2. Hasil Uji Hipotesis secara Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Jika nilai Fhitung >
Ftabel atau sig < α = 5%, maka H1 diterima. Sebaliknya apabila nilai Fhitung <
Ftabelatau atau sig > α = 5%, maka H1 tidak dapat diterima. Hasil uji hipotesis
secara simultan (uji statistik F) dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut ini.
Tabel 5.9 Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression ,463 4 ,116 141,275 ,000b
Residual ,131 160 ,001
Total ,594 164
a. Dependent Variable: Kemandirian Keuangan
b. Predictors: (Constant), Ln Pendapatan Asli Daerah, Ln Belanja Langsung, Ln Belanja Tidak Langsung, Ln Jumlah Penduduk
Sumber : Lampiran 7 (Data Diolah, 2016)
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 5.9 diperoleh nilai Fhitung sebesar
141,275 lebih besar dari nilai Ftabel= 3,14, jadi dapat disimpulkan secara simultan
berpengaruh signifikan pada α = 5% (Sig = 0,000 < α = 5%).
5.1.3.1.3. Hasil Uji Hipotesis secara Parsial (Uji Statistik t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan untuk uji statistik t, apabila thitung > ttabelatau sig < α = 5%,
maka H1 diterima atau apabila thitung < ttabel atau sig > α = 5 %, mak a H1 tid ak
dapat diterima.Hasil uji hipotesis secara parsial dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut ini.
Tabel 5.10 Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
a. Dependent Variable: Kemandirian Keuangan
Sumber : Lampiran 7 (Data Diolah, 2016)
Berdasarkan hasil perhitungan statistik seperti pada tabel 5.10, maka diperoleh persamaan regresi linear berganda berikut ini.
Y = 0,214 + 0,009 LnX1 – 0,059 LnX2 + 0,012 LnX3 + 0,061 LnZ
Dimana : Y = Kemandirian Keuangan LnX1 = Ln Belanja Langsung
LnX2 = Ln Belanja Tidak Langsung
64
1. Konstanta
Berdasarkan tabel 5.10 dan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa konstanta (a) mempunyai koefisien regresi sebesar 0,214 artinya jika variabel Belanja Langsung (X1), Belanja Tidak Langsung (X2), Jumlah Penduduk (X3),
dan Pendapatan Asli Daerah (Z) dianggap nol, maka adanya kenaikkan Kemandirian Keuangan sebesar 0,214 atau 21,4 % pada Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara selama tahun 2010-2014.
2. Belanja Langsung (X1)
Variabel Belanja Langsung (X1) mempunyai koefisien regresi sebesar
0,009, artinya setiap kenaikan variabel Belanja Langsung sebesar 1%, maka akan terjadi peningkatan Kemandirian Keuangan sebesar 0,9% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Nilai thitung (1,335)< ttabel (1,960) dan signifikansi variabel
Belanja Langsung sebesar 0,184 atau 18,4 % > α = 5%, maka secara parsial Belanja Langsung tidak berpengaruh terhadap Kemandirian Keuangan (H1 tidak dapat diterima).
3. Belanja Tidak Langsung (X2)
Variabel kedua adalah Belanja Tidak Langsung (X2) yang mempunyai
koefisien regresi -0,059 artinya setiap kenaikan variabel Belanja Tidak Langsung sebesar 1%, maka akan terjadi penurunan Kemandirian Keuangan sebesar 5.9 % dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Nilai thitung (-6,273)< ttabel (1,960)
4. Jumlah Penduduk (X3)
Variabel ketiga dalam penelitian ini merupakan Jumlah Penduduk (X3)
yang mempunyai koefisien regresi 0,012, artinya setiap kenaikan variabel Jumlah Penduduk sebesar 1%, maka akan terjadi peningkatan Kemandirian Keuangan sebesar 1,2 % dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Nilai thitung (2,226)>
ttabel (1,960) dan signifikansi variabel Jumlah Penduduk sebesar 0.027 atau 2,7 %
< α = 5%, maka secara parsial Jumlah Penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kemandirian Keuangan.
5. Pendapatan Asli Daerah (Z)
Variabel kelima adalah Pendapatan Asli Daerah yang mempunyai koefisien regresi 0.061, artinya setiap kenaikan variabel Pendapatan Asli Daerah sebesar 1%, maka akan terjadi peningkatan Kemandirian Keuamgam sebesar 6,1% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Nilai thitung (13,065)> ttabel
(1,960) dan signifikansi variabel Pendapatan Asli Daerah sebesar 0,000 atau 0 % < α = 5%, maka secara parsial Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positifdan signifikan terhadap Kemandirian Keuangan.
5.1.3.2. Hasil Uji Hipotesis Kedua (H2) dengan PATH Analysis
66
Tabel 5.11 Hasil Uji PATH Analysis
Coefficientsa
a. Dependent Variable: Ln Pendapatan Asli Daerah
Sumber : Lampiran 8 (Data Diolah, 2016)
Tabel 5.12 Uji ANOVA PATH Analysis
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 182,523 3 60,841 263,471 ,000b
Residual 37,178 161 ,231
Total 219,701 164
a. Dependent Variable: Ln Pendapatan Asli Daerah
b. Predictors: (Constant), Ln Jumlah Penduduk, Ln Belanja Langsung, Ln Belanja Tidak Langsung
Sumber : Lampiran 8 (Data Diolah, 2016)
Tabel 5.13 Uji Determinasi PATH Analysis
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 ,911a ,831 ,828 ,481 1,494
a. Predictors: (Constant), Ln Jumlah Penduduk, Ln Belanja Langsung, Ln Belanja Tidak Langsung
b. Dependent Variable: Ln Pendapatan Asli Daerah
Sumber : Lampiran 8 (Data Diolah, 2016)
LnZ = -1,044 + 0,860 LnX1 + 1,195 LnX2 – 0,155 LnX3
Dimana : Ln Z = Ln Pendapatan Asli Daerah LnX1 = Ln Belanja Langsung
LnX2 = Ln Belanja Tidak Langsung
LnX3 = Ln Jumlah Penduduk
1. Konstanta
Berdasarkan tabel 5.11 dan persamaan diatas dapat diketahui konstanta (a) mempunyai koefisien regresi sebesar -1,044, artinya jika variabel Belanja Langsung (X1), Belanja Tidak Langsung (X2), Jumlah Penduduk (X3) dianggap
nol, maka adanya penurunan Pendapatan Asli Daerah sebesar 1,044 pada Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara selama tahun 2010-2014.
2. Belanja Langsung (X1)
Variabel Belanja Langsung (X1) mempunyai koefisien regresi sebesar
0,860, artinya setiap kenaikan variabel Belanja Langsung sebesar 1%, maka akan terjadi peningkatan Pendapatan Asli Daerah sebesar 86% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi variabel Belanja Langsung (X1) sebesar 0,000
atau 0% < α = 5%, maka Belanja Langsung secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.
3. Belanja Tidak Langsung (X2)
Variabel Belanja Tidak Langsung (X2) mempunyai koefisien regresi
68
dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi variabel Belanja Tidak Langsung (X2) sebesar 0,000 atau 0% < α = 5%, maka Belanja Tidak
Langsungsecara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.
4. Jumlah Penduduk (X3)
Variabel Jumlah Penduduk (X3) mempunyai koefisien regresi sebesar
-0,155, artinya setiap kenaikan variabel Jumlah Penduduksebesar 1%, maka akan terjadi penurunan Pendapatan Asli Daerah sebesar 15,5 % dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi variabel Jumlah Penduduk (X3) sebesar 0,092
atau 9,2% > α = 5%, maka Jumlah Penduduk secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.
5. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Dari uji koefisien determinasi pada tabel 5.13, nilai R-square adalah 0,831. Hal ini berarti 83,1% variabel dependen Pendapatan Asli Daerah dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu Belanja Langsung, Belanja Tidak Langsung dan Jumlah Penduduk, sedangkan sisanya 16,9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini.
6. Hasil Error
5.1.3.3. Hasil Analisis Jalur (PATH Analysis)
Analisis Jalur (PATH Analysis) dalam penelitian ini dapat digambarkan melalui PATH Analysis seperti pada gambar 5.1 berikut ini.
Variabel Independen Variabel Intervening Variabel Dependen
Gambar 5.1 Hasil PATH Analysis
Pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total dapat dijelaskan dengan melihat besarnya nilai koefisien standardized beta seperti pada tabel 5.14 berikut ini.
Tabel 5.14. Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Total
Keterangan
Pengaruh
Langsung Tidak Langsung Total
70
PAD terhadap KK (p7) 0,061
BL terhadap KK (p4) 0,009 0,052460 0,061460
BTL terhadap KK (p5) -0,059 0,072895 0,013895
JP terhadap KK (p6) 0,012 -0,009455 0,002545
Sumber : Lampiran 9 (Data Diolah, 2016)
Berdasarkan perhitungan seperti tabel 5.14, perhitungan pengaruh tidak langsung diperoleh dari perkalian koefisien pengaruh langsung Belanja Langsung terhadap Pendapatan Asli Daerah dengan koefisien pengaruh langsung Pendapatan Asli Daerah terhadap Kemandirian Keuangan (0,860 x 0,061) = 0,05246. Perhitungan yang sama juga untuk variabel Belanja Tidak Langsung dan Jumlah Penduduk. Pengaruh total diperoleh dengan menjumlahkan pengaruh langsung dan tidak langsung.
Menurut Ghozali (2013:249) bahwa uji Path analysis dapat dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka kita perlu menghitung nilai t dari koefisien uji Sobel dari persamaan αβ.
1. Pengaruh Belanja Langsung terhadap Kemandirian Keuangan melalui Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel intervening.
Standar error dari koefisien indirect effect (Sp1p7) berikut ini.
Sp1p7 = ��72��12+ �12��72 +��12��72
Sp1p7 = �(0,061)2(0,095)2+ (0,860)2(0,005)2 + (0,095)2 (0,005)2
Sp1p7 = �0,00003358 + 0,00001849 + 0,00000023
Sp1p7 = 0,00723
Berdasarkan hasil Sp1p7 ini dapat dihitung nilai t statistik uji Sobel pengaruh mediasi dengan rumus berikut ini.
t = �1�7 ��1�7 =
0,052460
0,00723 = 7,256
Oleh karena nilai thitung uji Sobel = 7,256 lebih besar dari ttabel = 1,96 dengan
tingkat signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah merupakan variabel intervening antara pengaruh Belanja Langsung terhadap Kemandirian Keuangan dengan koefisien mediasi 0,052460.
2. Pengaruh Belanja Tidak Langsung terhadap Kemandirian Keuangan melalui Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel intervening.
Standar error dari koefisien indirect effect (Sp2p7) berikut ini.
Sp2p7 = ��72��22+ �22��72 +��22��72
Sp2p7 = �(0,061)2(0,128)2+ (1,195)2(0,005)2 + (0,128)2 (0,005)2
Sp2p7 = �0,00006097 + 0,00003570 + 0,00000040
Sp2p7 = √0,000970796
Sp2p7 = 0,00985
Berdasarkan hasil Sp2p7 ini dapat dihitung nilai t statistik uji Sobel pengaruh mediasi dengan rumus berikut ini.
t = �2�7 ��2�7 =
0,072895
72
Oleh karena nilai thitung uji Sobel = 7,401 lebih besar dari ttabel = 1,96 dengan
tingkat signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah merupakan variabel intervening antara pengaruh Belanja Tidak Langsung terhadap Kemandirian Keuangan dengan koefisien mediasi 0,072895.
3. Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Kemandirian Keuangan melalui Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel intervening.
Standar error dari koefisien indirect effect (Sp3p7) berikut ini.
Sp3p7 = ��72��32+ �32��72 +��32��72
Sp3p7 = �(0,061)2(0,092)2+ (−0,155)2(0,005)2+ (0,092)2 (0,005)2
Sp3p7 = √0,00003149 + 0,00000060 + 0,00000021
Sp3p7 = √0,0000323
Sp3p7 = 0,00568
Berdasarkan hasil Sp3p7 ini dapat dihitung nilai t statistik uji Sobel pengaruh mediasi dengan rumus berikut ini.
t = �3�7 ��3�7 =
−0,009455
0,00568 = -1,665
Oleh karena nilai thitung uji Sobel = -1,665 lebih kecil dari ttabel = 1,96 dengan
5.2. Pembahasan Hasil Penelitian
5.2.1. Pengaruh Belanja Langsung (X1) terhadap Kemandirian Keuangan (Y)
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Belanja Langsung berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Kemandirian Keuangan. Hal ini tentunya sejalan dengan ungkapan Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah DepartemenKeuangan Republik Indonesia yang menyatakan bahwapadadasarnya, pemerintahandaerah memilikiperananpentingdalam pemberianpelayananpublik.Teoritisnya,terdapat duapendekatanyangberbedadalam pendelegasian fungsibelanja,yaitupendekatan “pengeluaran”danpendekatan “pendapatan”. Menurutpendekatan“pengeluaran”, pendelegasianditentukanberdasarkankriteria
74
5.2.2. Pengaruh Belanja Tidak Langsung (X2) terhadap Kemandirian Keuangan (Y)
Hasil pengujian hipotesis ini menunjukkan bahwaBelanja Tidak Langsung berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kemandirian Keuangan. Hasil penelitan ini sejalan dan konsisten sebagaimana ungkapan Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah DepartemenKeuangan Republik Indonesia yang menyatakan bahwapadadasarnya, pemerintahandaerah memilikiperananpentingdalam pemberianpelayananpublik, dengan asumsi bahwa permintaan terhadap pelayanan publik dapat berbeda-beda antar daerah, contoh permintaan pelayanan publik di Gunung Sitoli berbeda dengan di Batubara.
Teoritisnya,terdapat duapendekatanyangberbedadalam pendelegasian fungsibelanja,yaitupendekatan “pengeluaran”danpendekatan “pendapatan”. Menurutpendekatan“pengeluaran”, pendelegasianditentukanberdasarkankriteria yangbersifatobyektif,sedangkanmenurutpendekatan “pendapatan”,sumber pendapatan publik dialokasikan antar berbagai tingkat pemerintah yang merupakan hasil dari tawar-menawar politik. Pertuakaran iklimpolitik sangat mempengaruhidalam pengalokasiansumberdanaantartingkatpemerintahan.
5.2.3. Pengaruh Jumlah Penduduk (X3) terhadap Kemandirian Keuangan (Y)
Pengujian pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Kemandirian Keuangan menunjukkan bahwa Jumlah Penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kemandirian Keuangan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Lestari (2015) yang menyimpulkan bahwan jumlah penduduk berpengaruh terhadap kemandirian keuangan daerah pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.
5.2.4. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Z) terhadap Kemandirian Keuangan (Y)
Hasil pengujian pengaruh variabel Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Z) terhadap Kemandirian Keuangan (Y) diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positifdan signifikan terhadap Kemandirian Keuangan (Y). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Dian (2008) yang menyimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kemandirian Keuangan Daerah.Hal senada juga dikemukakan oleh Helvyra (2010) dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaaruh signifikan terhadap kapasitas fiscal proxy kemandirian daerah.
76
5.2.5. Pengaruh Secara Simultan Belanja Langsung (X1), Belanja Tidak
Langsung (X2), Jumlah Penduduk (X3) dan Pendapatan Asli Daerah
(Z)terhadap Kemandirian Keuangan(Y)
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa H1 diterima artinya Belanja Langsung (X1), Belanja Tidak Langsung (X2), Jumlah
Penduduk (X3) dan Pendapatan Asli Daerah (Z)secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Kemandirian Keuangan(Y). Belanja langsung dan belanja tidak langsung yang merupakan komponen dari belanja daerah, jumlah penduduk dan Pendapatan Asli Daerah secara simultan tentunya akan mempengaruhi kemandirian keuangan daerah.
Serapan anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara berupa belanja daerah akan mempengaruhi peningkatan Kemandirian Keuangan. Jumlah penduduk tentunya akan berperan sekaligus berkontribusi terhadap naik turunnya Pedapatan Asli Daerah. Begitu juga halnya dengan peranan Pedapatan Asli Daerah tentunya juga tidak terlepas dan menentukan Kemandirian Keuangan Daerah. Oleh karena itu variabel-variabel ini secara simultan tentu berpengaruh terhadap Kemandirian Keuangan Daerah.
5.2.6. Pengaruh Belanja Langsung (X1) terhadap Pendapatan Asli Daerah (Z)
sebagai Variabel Intervening
langsung menurunkan Pendapatan Asli Daerah. Sebagai contah pengadaan barang dan jasa yang ditampung dalam kelompok belanja langsung akan menumbuhkembangkan para penyedia barang dan jasa untuk mengurus perijinan perusahaannya. Hal ini tentu akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah dimana perusahaan penyedia barang dan jasa akan dikenakan retribusi perijinan yang merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah.
5.2.7. Pengaruh Belanja Tidak Langsung (X2) terhadap Pendapatan Asli Daerah
(Z) sebagai Variabel Intervening
78
5.2.8. Pengaruh Jumlah Penduduk (X3) terhadap Pendapatan Asli Daerah (Z)
sebagai Variabel Intervening
Hasil pengujian hipotesis atas Pengaruh Jumlah Penduduk menunjukkan menunjukkan bahwa secara langsung Jumlah Penduduk berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Hasil penelitian ini menunjukkan ketidakkonsitenan dengan teori yang ada yang berpandangan bahwa jumlah penduduk berpengaruh atas pajak. Peningkatan pajak daerah sebagai komponen Pendapatan Asli Daerah ditopang oleh jumlah penduduk di suatu kawasan.
Sebaran jumlah penduduk dalam daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara kurang merata atau hanya berfokus pada kota-kota besar ditenggarai menyebabkan tidak terdapatnya pengaruh langsung Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah dalam pengujian pada penelitian ini. Atau kata lainnya meskipun identitas penduduk tercatat pada suatu daerah namun berdomisili di daerah lainnya. Hal ini tentunya meyebabkan penduduk tersebut tidak berkontribusi pada daerah tercatatnya (asal) namun sebaliknya kontribusi dari penduduk tersebut akan dirasakan oleh daerah domisilinya.
menuntut pelayanan sosial dan tingkat produksinya rendah sehingga menjadi tanggungan penduduk yang bekerja secara efektif.
5.2.9. Pengaruh Belanja Langsung (X1) terhadap Kemandirian Keuangan(Y)
Melalui Pendapatan Asli Daerah (Z) sebagai Variabel Intervening
Koefisien regresi pengaruh langsung Belanja Langsung terhadap Kemandirian Keuanganadalah 0,009. Sedangkan pengaruh tidak langsung Belanja Langsung terhadap Kemandirian Keuangan melalui Pendapatan Asli Daerah adalah 0,052460. Pengaruh langsung lebih kecil dari pengaruh tidak langsung (0,009 < 0,052460) dan karena nilai t hitung uji Sobel = 7,256 lebih besar dari t tabel
= 1,96 dengan tingkat signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah merupakan variabel intervening antara pengaruh Belanja Langsung terhadap Kemandirian Keuangan dengan koefisien mediasi 0,052460. Hasil pengujian hipotesis yang peneliti teliti tidak menemukan hasil penelitian sebelumnya untuk pengujian yang sama.
5.2.10. Pengaruh Belanja Tidak Langsung (X2) terhadap Kemandirian
Keuangan(Y) Melalui Pendapatan Asli Daerah (Z) sebagai Variabel Intervening
Koefisien regresi pengaruh langsung Belanja Tidak Langsung terhadap Kemandirian Keuanganadalah - 0,059. Sedangkan pengaruh Belanja Langsung terhadap Kemandirian Keuangan melalui Pendapatan Asli Daerah adalah 0,072895. Pengaruh langsung lebih kecil dari pengaruh tidak langsung (- 0,059 < 0,072895) dan karena nilai t hitung uji Sobel = 7,401 lebih besar dari t tabel = 1,96
80
Langsungterhadap Kemandirian Keuangan dengan koefisien mediasi 0,072895. Hasil pengujian hipotesis yang peneliti teliti tidak menemukan hasil penelitian sebelumnya untuk pengujian yang sama.
5.2.11. Pengaruh Jumlah Penduduk (X3) terhadap Kemandirian Keuangan(Y)
Melalui Pendapatan Asli Daerah (Z) sebagai Variabel Intervening
Koefisien regresi pengaruh langsung Jumlah Penduduk terhadap Kemandirian Keuanganadalah 0,012. Sedangkan pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Kemandirian Keuangan melalui Pendapatan Asli Daerah adalah 0,009455. Pengaruh langsung lebih besar dari pengaruh tidak langsung (0,012> -0,009455) dan karena nilai t hitung uji Sobel = -1,665 lebih kecil dari t tabel = 1,96
81
BAB VI
KESIMPULANDAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti berkesimpulan bahwa pengaruh Belanja Langsung, Belanja Tidak Langsung, Jumlah Penduduk terhadap Variabel Kemandirian Keuangan melalui Pendapatan Asli Daerah sebagai berikut:
1. bahwa belanja langsung, belanja tidak langsung, Jumlah Penduduk dan Pendapatan Asli Daerah secara simultan berpengaruh langsung dan signifikan terhadap Kemandirian Keuangan Daerah. Secara parsial belanja langsung tidak berpengaruh, tetapi belanja tidak langsung berpengaruh negatif dan signifikan, jumlah penduduk dan pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemandirian keuangan daerahpada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.
82
6.2. Keterbatasan Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai dua keterbatasan yaitu :
1. Penelitian mengenai Kemandirian Keuangan Daerah sebenarnya merupakan penelitian runtut waktu yang memerlukan kurun waktu amatan yang cukup panjang sedangkan pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini hanya lima periode.
2. Penelitian ini hanya mengambil 4 (empat) variabel independen yaitu Belanja Langsung, Belanja Tidak Langsung, Jumlah Penduduk dan Pendapatan Asli Daerah.
6.3. Saran
Dengan mempertimbangkan hasil analisis, kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti memberikan saran untuk penelitian berikutnya yaitu:
1. Pada penelitian selanjutnya dapat diperpanjang periode pengamatan sehingga hasil penelitian diharapkan lebih akurat.