• Tidak ada hasil yang ditemukan

Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 5, Nomor 4, Agustus 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 5, Nomor 4, Agustus 2017"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

DEVIASI DAN

FOREGROUNDING

DALAM KUMPULAN PUISI

TIDAK ADA NEW YORK HARI INI

KARYA AAN MANSYUR DAN

99 UNTUK TUHANKU

KARYA EMHA AINUN NADJIB

Agus Susanto

Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma

agussusanto123451@gmail.com

Abstrak:Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran objektif tentang deviasi danforegroundingdalam kumpulan puisiTidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhanku karya Emha Ainun Nadjib. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan(1) jenis deviasi dan Foregrounding, (2) fungsi deviasi dan Foregrounding, dan(3) mendeskripsikan penyajian deviasi dan Foregrounding.Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian ini berupa wacana yang terdiri dari teks, pernyataan-pernyataan pengarang secara langsung maupun tidak langsung sehingga digunakan teknik analisis tekstual yaitu menelaah sesuatu hal yang ada di dalam teks puisi. Kegiatan analisis dimulai dari tahap penelaahan data, tahap klasifikasi data, tahap deskripsi data, dan tahap interpretasi data. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, diperoleh simpulan hasil penelitian bahwa karakteristik dari dua penulis kumpulan puisi tersebut berbeda satu sama lain dalam hal penyajian(1) deviasi leksikal(2)deviasi fonologis (3) deviasi morfologis. (4) deviasi sintaksis (5) deviasi semantik(6) deviasi grafologis(7)deviasi dialek(8) deviasi register(9) deviasi historis tidak ditemukan dalam kumpulan Puisi Tidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhanku karya Emha Ainun Nadjib, (10)

foregrounding. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan dalam pembelajaran teks puisi, sehingga upaya peningkatan pengetahuan tentang sastra Indonesia semakin berkembang.

Kata-kata Kunci:deviasi,foregrounding,puisi.

PENDAHULUAN

Puisi merupakan sebuah bentuk kar-ya sastra singkat untuk menuangkan apa yang ada di pikiran kita, apa yang ada di hati kita, dan apa yang ada di jiwa kita. Dikatakan singkat karena puisi adalah bentuk karya sastra yang paling pendek jika dibandingkan cerpen atau novel. Pe-nekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan,

(2)

penulis untuk menunjukkan pemikiran-nya. Puisi terkadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mung-kin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang mem-batasi keinginan penulis dalam mencip-takan sebuah puisi." Puisi sebagai salah satu karya sastra yang sangat menarik untuk dinikmati, karena dalam menga-presiasi suatu karya sastra berupa puisi adalah sepenuhnya hak apresiator atau penikmat puisi itu sendiri, puisi merupa-kan buah dari hasil imajinasi yang berasal dari kehidupan nyata yang ada dalam alam semesta ini.

Puisi selalu terkait dengan emosi, pengalaman sikap, dan pendapat-penda-pat tentang situasi atau kejadian yang ditampilkan secara abstrak atau implisit (Teeuw, 2013:80). Karena hal tersebut-lah pemahaman sebuah puisi juga diper-lukan keterlibatan emosi, pengalaman estetis, dan intuisi-intuisi.Menikmati puisi pada hakikatnya menghayati suatu pengalaman secara intens, secara menda-lam. Suatu istilah yang sering rancu dalam pengajaran puisi adalah ihwal pengkajian. Pengajaran puisi tak meno-lak pengkajian. Namun, keduanya ada beberapa perbedaan arahjika dalamlebih diarahkan pada penyelidikan, apre-siasi lebih menuju ke arah pemahaman.Ada beberapa alasanmengapa orang membaca puisiantara lain karena puisi dapat menggugah kita lebih dalam, puisi

menggoncang imajinasi, mendorong pikiran, menggerakkan hati, untuk kese-nangan dan hiburan.Betapa pun abstrak, imajiner, melangit, dan gelap sebuah puisi, jika pemahaman kita tidak keliru tentu akan memberikan kenikmatan. Kenikmatan inilah yang menjadi ‘pun-cak’ ataukulminasidari apresiasi puisi.

Dalam proses mengapresiasi puisi inilah yang akan melibatkan kemampuan apresiator atau penikmat seni dalam memahami serta mencerna apa yang tersurat maupun tersirat dalam puisi tersebut. Mengapresiasi karya sastra berupa puisi merupakan salah satu cara untuk dapat mengetahui dan menikmati keindahan yang terkandung dalam puisi. Namun faktanya, pada saat ini membaca puisi hanyalah sekedar membaca tidak peduli bagaimana diksi yang dipilih dalam puisi tersebut bahkan mengapresiasi ataupun memahami puisi hanya karena adanya unsur paksaan secara tidak langsung, misalnya melalui tugas sekolah maupun tugas kuliah. Pemahaman yang rendah terhadap unsur pembangun puisi khususnya diksi puisi yang digunakan oleh penulis puisi merupakan hal yang melatarbelakangi penelitian yang akan penulis lakukan dengan meneliti tentang Deviasi dan

Foregrounding dalam kumpulan puisi

(3)

mengabaikan keindahan tersembunyi di balik diksi-diksi dalam puisi tersebut. Bahkan penyimpangan-penyimpangan dalam puisi merupakan keindahan yang luput dari lidah penikmat karya sastra khususnya puisi tersebut.

Penyimpangan bahasa dalam karya sastra dimungkinkan. Hal ini karena karya sastra memiliki sistim linguistic yang lebih longgar dibandingkan dengan tekslainnya.Terlebih khusus dalam puisi, penyair memiliki kebebasan dalam menyampaikan pendapatnya karena ia memiliki apa yang disebut dengan

licencia poetica atau kebebasan/kewenangan dalam berpuisi. Pandangan semacam itu, membuat penyair bebas menyampaikan ekspresinya. Memainkan diksi dengan patahan-patahan simbol yang jauh dari maknadenotatif, juga mempermainkan enjabemen dengan membentuk tifografi tertentu sudah menjadi sesuatu yang lazim dalam puisi. Karena hal tersebutlah maka peneliti melakukan penelitian dengan obyek sastra berupa kumpulan puisi. Di Indonesia, Sutarji Calzoum Bahcri bahkan menjadikan puisinya dengan pakem mantra. Membentuk tipografi dan teks puisi dengan loncatan imajinasi yang terjal. Pembaca bukan hanya disajikan permainan rima,namun jugamisteri pemaknaan kata. Karena hal tersebutlah maka peneliti melakukan penelitian deviasi dan foregrounding dalam karya sastra berupa dua kumpulan puisi yang berbeda yaitu Tidak Ada New York Hari

Ini karya Aan Mansyur dan99 untuk Tuhankukarya Emha Ainun Nadjib.

METODE

Pendekatan penelitian yang diguna-kan adalah pendekatan kualitatif. Dinya-takan sebagai pendekatan kualitatif kare-na penelitian ini didasarkan pada bebera-pa konsep dan prinsip penelitian kualita-tif. Beberapa konsep yang dimaksud adalah (1) data merupakan data verbal, (2) penelitian bersifat deskriptif, (3) diorientasikan pada pemahaman makna, baik itu merujuk pada ciri, konsepsi, nilai, kaidah, dan pemahaman, (4) meng-utamakan hubungan secara langsung antara peneliti dengan dunia yang diteli-ti, dan (5) mengutamakan peran peneliti sebagai instrumen kunci. Berdasarkan pendekatan dan rumusan masalah yang dipilih, jenis penelitian ini merupakan penelitian analisis teks. Penelitian ini akan menganalisis teks yang terkandung dalam kumpulan puisi Tidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur dan

99 untuk Tuhanku karya Emha Ainun Nadjib dengan menggunakan sumber-sumber pustaka yang berkaitan dengan rumusan masalah yang akan dianalisis, yaitu jenis, fungsi, serta penyajian deviasi danforegrounding. Penelitian ini mendeskripsikan apa yang menjadi rumusan masalah penelitian, kemudian menganalisis dan menafsirkan data yang ada.

Teknik Pengumpulan Data

(4)

pene-litian. Peneliti sebagai manusia berhubungan langsung dan tidak dapat dipisahkan dalam proses pengumpulan data, analisis data dan interpretasi data. Oleh karena itu, realita yang berhasil digali dan ditemukan melalui penelitian kualitatif dianggap bersifat subjektif karena sangat bergantung dari kapasitas dan kredibilitas pihak yang terkait (Gunawan, 2016:142). Sesuai dengan judul penelitian, maka data penelitian diambil dari buku sumber yaitu kumpul-an puisi Tidak Ada New York Hari Ini

karya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhanku karya Emha Ainun Nadjib. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi dokumentasi. Teknik ini digunakan karena sumber data dalam penelitian ini bersifat dokumentasi, sedangkan data berupa hasil pemahaman deviasi dan foregrounding dalam kum-pulan puisiTidak Ada New York Hari Ini

karya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhankukarya Emha Ainun Nadjib.

Teknik Analisis Data

Data yang berupa paparan-paparan bahasa yang berhubungan dengan deviasi dan foregrounding, dianalisis menggunakan prosedur analisis data model interaktif (Mills dan Huberman, 2007:20) dengan adaptasi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi penelitian.Sete-lah data yang berupa paparan-paparan bahasa yang berhubungan deviasi dan

foregrounding dalam kumpulan puisi

Tidak Ada New York Hari Inikarya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhanku karya

Emha Ainun Nadjib terkumpul, selanjut-nya data tersebut dianalisis melalui tiga tahap(1) Klasifikasi DataData yang terkumpul diklasifikasikan sesuai dengan pembatasan masalah yang meli-puti Deviasi dan Foregrounding dalam kumpulan puisi Tidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhanku karya Ainun Nadjib. (2) Deskripsi Data, Tahap ini dilaksana-kan dalam rangka menyimpulkan hasil penelitian yang berisi hasil interpretasi penjelasan dari data yang dikumpulkan. (3) Interpretasi Data. Pada tahap ini peneliti melakukan interpretasi dengan cara menganalisis data terhadap data yang telah diklasifikasikan dalam rangka mendapatkan deskripsi Deviasi dan

Foregrounding dalam kumpulan puisi

Tidak Ada New York Hari Inikarya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhanku karya Emha Ainun Nadjibtersebut yang kemudian diwujudkan dalam bentuk hasil laporan.

Keabsahan Data

(5)

bermacam-macam sumber bacaan atau literatur yang relevan dengan obyek yang akan diteliti. Sehingga keabsahan temuan atau data-data yang disajikan baik dalam pengumpulan, penganalisisan serta penginterpretasian data dapat dipertang-gungjawabkan keabsahannya karena penelitian ini berangkat dari teori-teori serta literatur dari beberapa pengarang yang dapat diakui kredibilitasnya.

Pengecekan keabsahan temuan ini dimaksudkan untuk memeriksa kembali tentang validitas data yang didapat dalam penelitian. Pada penelitian ini diperlukan adanya kesesuaian antara sudut pandang peneliti dengan sudut pandang orang lain dalam menganalisis Deviasi dan Foregrounding dalam kumpulan puisi Tidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhanku karya Emha Ainun Nadjib. Peneliti merupakan instrumen kunci, besar kemungkinan unsur subjek-tivitas dalam perolehan data subjektif. Untuk menjaga kepercayaan data maka dalam penelitian ini peneliti melakukan pengecekan data penelitian dengan mengunakan (1) teknik ketekunan, (2) ketelitian pengamatan, (3) verifikasi, (4) pengecekan dengan teman sejawat. Teknik tersebut dilakukan dengan cara membaca kembali secara periodik terhadap data dan sumber data.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah karya penelitian dari awal hingga akhir, baik yang bersifat akademik maupun

(6)

Penyele-saian Penelitian. Tahap ini merupakan tahap akhir dari serangkaian penelitian. Setelah diadakan pembahasan, selanjut-nya peneliti membuat kesimpulan-kesimpulan dari penelitian. yang melipu-ti menyusun konsep laporan.Pada tahap ini penulis menyusun konsep tentang pelaksanaan dan hasil yang diperoleh dalam penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Bentuk Deviasi Leksikal

Munculnya bentuk deviasi leksikal ditandai dengan beberapa karakteristik antara lain pembentukan kata yang masih problematik, kata bentukan baru, neologisme, bentuk kata tanpa makna atau tidak ada di dalam kamus.

Pada kutipan puisi berjudul 21

tersebut terdapat jenis deviasi dalam karya sastra yaitu deviasi leksikal. Bentuk deviasi leksikal tersebut berupa kata- kata Alifbata, abcd, hanacaraka,

karena bentuk kata-kata tersebut tanpa makna yaitu Alifbata adalah tiga huruf pertama pada bahasa arab (huruf hijayah), abcd merupakan empat huruf dalam bahasa Indonesia danhanacaraka

merupakan lima aksara awal pada bahasa jawa. Kata-kata tanpa makna tersebut menjelaskan dan menegaskan baris puisi sebelumnya yaitu Aljabar tak mampu menampung anugerah-Mu.Bentuk deviasi leksikal pada puisi tersebut berfungsi untuk membangkitkan rasa penasaran, terkejut atau terasa lain kepada pembaca sehingga boleh dikatakan mampu memberikan dampak

psikologis. Penyajian bentuk deviasi leksikal dalam karya sastra berupa puisi tersebut disajikan penulis dengan diksi

Alifbata, abcd, hanacaraka, penulis menyajikan deviasi leksikal melalui kata-kata tersebut sebagai pendukung pada baris puisi sebelumnya yaitu

Aljabar tak mampu menampung anu-gerah-Mu.

Pada kutipan puisi tersebut terdapat jenis deviasi dalam karya sastra yaitu deviasi leksikal. Bentuk deviasi leksikal tersebut berupa kata- kata ci-luk-ba

karena bentuk kata-kata tersebut tanpa makna. ci-luk-ba biasanya digunakan untuk berkomunikasi dengan bayi atau anak dengan menutup wajah dengan kedua tangan kemudian dibuka sambil mengatakan ci-luk-ba. Kata-kata tanpa makna tersebut menjelaskan dan menegaskan baris puisi sebelumnya yaitu bahkan mendurhaka, sebab tahu kelahiran.

Bentuk deviasi leksikal pada puisi tersebut berfungsi untuk membangkitkan rasa penasaran, terkejut atau terasa lain kepada pembaca sehingga boleh dikatakan mampu memberikan dampak psikologis. Penyajian bentuk deviasi leksikal dalam karya sastra berupa puisi tersebut disajikan penulis dengan diksi

ci-luk-ba penulis menyajikan deviasi leksikal melalui kata-kata tersebut sebagai pendukung pada baris puisi sebelumnya yaitu bahkan mendurhaka, sebab tahu kelahiran.

(7)

Munculnya bentuk deviasi fonolo-gis ditandai dengan beberapa karakteris-tik antara lain berupa penulisan huruf-huruf, deretan huruf tertentu, dalam puisi namun tidak memiliki makna.Pada kutipan puisi yang berjudul 39terdapat deviasi fonologis. Bentuk deviasi fono-logis tersebut berupa kata- kata Jing! jing! jing!kata tersebut berupa penulisan huruf-huruf, deretan huruf tertentu, dalam puisi namun tidak memiliki makna. Kata-kata tanpa makna tersebut menjelaskan dan menegaskan baris puisi sebelumnya yaituDengar, kekasih musik mengeras.

Bentuk deviasi fonologis pada puisi tersebut berfungsi untuk memberikan efek sugestif, merasa tercekam, bunyi-bunyi yang tidak bermakna sanggup memberikan fungsi emotif dan memberi-kan dampak psikologis bagi pembaca. Penyajian bentuk deviasi fonologis dalam karya sastra berupa puisi tersebut disajikan penulis dengan diksi Jing! jing! jing! penulis menyajikan deviasi fonologis melalui kata-kata tersebut sebagai pendukung pada baris puisi sebelumnya yaituDengar, kekasih musik mengeras.

Bentuk Deviasi Morfologis

Munculnya bentuk deviasi morfo-logis ditandai dengan beberapa karak-teristik antara lain berupa penggunaan bentuk afiksasi yang tidak tepat, baik yang berupa penghilangan maupun penambahan pada bentuk dasar, atau

berupa bentukan struktur morfologi baru yang problematik.

Pada puisi yang berjudul sarapan sebelum tidur tersebut terdapat jenis deviasi dalam karya sastra yaitu deviasi morfologis. Bentuk deviasi morfologis tersebut berupa katapohonan. Kata tersebut merupakan bentuk dari jenis deviasi morfologis karena mengalami penghilangan afiksasi, kata yang seharusnya adalah pepohonan. Sehingga

pohonan merupakan bentuk deviasi morfologis dalam puisi tersebut.

Bentuk deviasi morfologis pada puisi tersebut berfungsi untuk mengejutkan, membuat terpana, atau paling tidak bertanya-tanya serta berfungsi untuk menarik perhatian pembaca. Selain itu deviasi morfologis berfungsi dalam menunjang efek estetis puisi. Penyajian bentuk deviasi morfologis dalam karya sastra berupa puisi tersebut disajikan penulis dengan diksi pohonan penulis menyajikan deviasi morfologis melalui kata-kata tersebut sebagai pendukung pada baris puisi tersebut yaitu duduk di pucuk-pucuk pohonan dan rerumputan.

Bentuk Deviasi Sintaksis

(8)

gramatikal, tidak kohesif, tidak kohe-rensif.

Pada puisi Tidak ada New York hari ini terdapat deviasi sintaksis. Bentuk deviasi sintaksis tersebut berupa katasemua kata tubuh mati semata. masa remaja dan negeri jauh. jatuh dan patah. foto-foto hitam putih. Kata tersebut merupakan bentuk dari jenis deviasi sintaksis karena mengalami enjabemen (perloncatan bagian satuan sintaksis suatu larik ke larik sesudahnya), diksi yang seharusnya dalam puisi tersebut adalah semua kata tubuh mati semata. masa remaja dan negeri jauh. jatuh dan patah. foto-foto hitam putih ditulis tanpa perloncatan ke baris berikutnya. Sehingga kata semua kata tubuh mati semata. masa remaja dan negeri jauh. jatuh dan patah. foto-foto hitam putih yang mengalami enjabemen merupakan bentuk deviasi sintaksis dalam puisi tersebut.

Bentuk deviasi sintaksis pada puisi tersebut berfungsi untuk memerindah puisi serta memunculkan ekspresif pembaca dan kepadatan makna yang kesemuanya adalah hal-hal yang esensial dalam sebuah puisi. Penyajian bentuk deviasi sintaksis dalam karya sastra berupa puisi tersebut disajikan penulis dengan diksi semua kata tubuh mati semata. masa remaja dan negeri jauh. jatuh dan patah. foto-foto hitam putih

yang penyajiannya mengalami perloncatan dari baris satu ke baris yang lain (enjabemen).

Bentuk Deviasi Semantis

Munculnya bentuk deviasi semantis ditandai dengan beberapa karakteristik antara lain adanya penyimpangan makna denotatif dan menyaran pada makna inntensional, makna konotatif.Pada puisi berjudul 15 terdapat deviasi semantis. Bentuk deviasi semantis tersebut berupa kata-kata Tuhanku kapan sukmaku bisa sekukuh kegelapan-Mu, hingga segala kekagumanku, segala kebanggaan, segala belenggu dan rumusan, tak mengotorinya. Kata tersebut merupakan bentuk dari jenis deviasi semantis karena mengalami penyimpangan dari makna konvensional sebagaimana yang terdapat di dalam kamus atau makna aktual, makna denotatif atau adanya penyimpangan makna denotatif dan menyaran pada makna intensional. Makna yang dimaksud penulis dalam puisi tersebut adalah hamba yang bertanya kepada sang pencipta, kapan hati ini bisa suci tanpa penyakit hati sedikitpun. Sehingga diksi Tuhanku kapan sukmaku bisa sekukuh kegelapan-Mu, hingga segala kekagumanku, segala kebanggaan, segala belenggu dan rumusan, tak mengotorinya merupakan bentuk deviasi semantis dalam puisi tersebut.

(9)

semantis dalam karya sastra berupa puisi tersebut disajikan penulis dengan diksi

Tuhanku kapan sukmaku bisa sekukuh kegelapan-Mu, hingga segala kekagu-manku, segala kebanggaan, segala belenggu dan rumusan, tak mengotori-nyapenulis menyajikan deviasi semantis melalui kata-kata tersebut dalam rangka efek puitis serta memberikan keindahan pada puisi.

Bentuk Deviasi Grafologis

Munculnya bentuk deviasi grafologi ditandai dengan beberapa karakteristik antara lain bentuk penyimpangan bahasa yang terdapat pada unsur ejaan dan tanda baca atau pungtuasi yang tidak tepat, grafologi. Suatu bentuk penulisan dipandang sebagai bentuk deviasi grafologi jika penulisan itu mengalami penyimpangan dari cara-cara penulisan konvensional dan baku.

Pada puisiTidak Ada New York Hari Initerdapat deviasi grafologi. Bentuk deviasi grafologi tersebut berupa katadi kenang.Kata tersebut merupakan bentuk dari jenis deviasi grafologi karena penulisan itu mengalami penyimpangan dari cara-cara penulisan konvensional dan baku. kata yang seharusnya adalah

dikenang. Sehingga di kenang meru-pakan bentuk deviasi grafologi dalam puisi tersebut.

Bentuk deviasi grafologi pada puisi tersebut berfungsi untuk memberikan/ memunculkan dampak psikologis, agar tulisan mendapat perhatian yang berbeda dan berfungsi untuk mencapai efek

keindahan. Selain itu deviasi grafologi berfungsi dalam menunjang efek estetis puisi. Penyajian bentuk deviasi grafologi dalam karya sastra berupa puisi tersebut disajikan penulis dengan diksi di kenang

penulis menyajikan deviasi grafologi melalui kata-kata tersebut sebagai pendukung pada larik puisi tersebut yaitu kau yang panas di kening, kau yang dingin di kenang.

Bentuk Deviasi Dialek

Munculnya bentuk deviasi dialek ditandai dengan beberapa karakteristik antara lainpenyimpangan unsur dialek berwujud penggunaan kata-kata kolo-kial, slang, kata-kata bahasa daerah, dan lain-lain yang tidak baku.Pada puisi yang berjudul 26 tersebut terdapat deviasi dialek. Bentuk deviasi dialek tersebut berupa katangungun. Kata tersebut merupakan bentuk dari jenis deviasi dialek karena penulisan dari penyair yang ingin mengungkapkan isi hatinya dengan tuntas tapi merasa bahwa bahasa standar yang ada tidak bisa mewakili apa yang dirasakannya; yang bisa mewakilinya adalah dialek suatu daerah (sunda) kata yang seharusnya adalah sedih. Sehingga kata ngungun

merupakan bentuk deviasi dialek dalam puisi tersebut.

(10)

dialek dalam karya sastra berupa puisi tersebut disajikan penulis dengan diksi

ngungun penulis menyajikan deviasi dialek melalui kata-kata tersebut sebagai pendukung pada puisi yang mempunyai arti sedih atau nelangsa.

Bentuk Deviasi Register

Sebuah puisi dipandang memiliki penyimpangan register jika puisi terse-but mengandung unsur register atau ragam bahasa lain di dalamnya. Ragam bahasa itu dapat berwujud ragam ilmiah, ragam pers, ragam surat, termasuk ragam bahasa sastra. Jadi, dalam pengertian ini dipergunakannya sebagai ragam bahasa lain selain ragam bahasa sastra ke dalam teks-teks sastra khususnya puisi. Penggunaan unsur register antara lain berupa pemakaian istilah-istilah teknis dari bidang keilmuan tertentu, misalnya ekonomi, kedokteran, fisika, kimia, dan lain-lain yang merupakan register bahasa ilmiah.

Pada kutipan puisi tersebut terdapat jenis deviasi dalam karya sastra yaitu deviasi register. Bentuk deviasi register tersebut berupa kataasmaulhusna. Kata tersebut merupakan bentuk dari jenis deviasi register karena sebagai ragam bahasa lain selain ragam bahasa sastra yang digunakan penulis ke dalam teks-teks sastra puisi tersebut. bahasa puisi tersebut termasuk register sastra, tetapi di dalamnya dimasukkan register dakwah dari kutipan bahasa arab yaitu kata asmaulhusna. Sehingga

asmaul-husnamerupakan bentuk deviasi register dalam puisi tersebut.

Bentuk deviasi register pada puisi tersebut berfungsi untuk merekam secara alamiah kata-kata serta untuk mengkon-kretkan situasi yang berlangsung dan berfungsi untuk memperkuat terjemahan bahasa Indonesia karena deviasi register tersebut menggunakan bahasa asing (arab). Penyajian bentuk deviasi register dalam karya sastra berupa puisi tersebut disajikan penulis dengan diksi asmaul-husna penulis menyajikan deviasi register melalui kata-kata tersebut sebagai pendukung pada larik-larik sebelumnya yaitu Tuhanku bimbinglah aku memahami ilmu-Mu, bumi dan angkasa, ruang dan waktu, logam tanah air apiilmu kapak Ibrahim dan tongkat Musa, badai dan samudra.

Bentuk Deviasi Historis

(11)

penggunaan kata-kata yang sudah usah, kata-kata kuno, arkais.

Bentuk deviasi historis tidak dite-mukan dalam kumpulan PuisiTidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhanku karya Emha Ainun Nadjib. Kedua kumpulan puisi tersebut termasuk puisi modern, sehing-ga dalam pilihan kata yang digunakan pengarang tidak menggunakan kata-kata arkais atau kata-kata yang sudah usang/kuno.

Foregrounding

Foregrounding dimaknai sebagai pengedepanan, pengaktualan, pemen-tingan, atau penekanan.Dalam peneliti-an ini pendayapeneliti-an bahasa sastra melalui

foregrounding terwujud dalam penggu-naan bentuk-bentuk repetisi sebagai upaya penulis dalam menekankan, pe-mentingan, pengedepanan pada sesuatu yang ingin ditonjolkan.

Pada kutipan puisi berjudul 4

tersebut terdapat foregrounding. Bentuk

foregrounding tersebut berupa kata

Tuhanku dan sembahyang. Kata-kata tersebut termasuk dalam bentuk fore-grounding karena mengandung unsur pengulangan (repetisi) yang menekankan atau menonjolkan kata-kata yang diu-lang tersebut. karena kata

sembahyangdiulang sebanyak 17 kali. Bentuk foregrounding pada puisi tersebut berfungsi untuk memberikan dampak psikologis kepada para pembaca puisi, yaitu pembaca lebih fokus dan memberi perhatian yang lebih. Penyajian

bentukforegroundingdalam karya sastra berupa puisi tersebut disajikan penulis dengan diksi Tuhanku dan sembahyang.

Penulis menyajikan bentuk foreground-ing melalui kata-kata tersebut untuk memberikan dampak psikologis kepada para pembaca puisi, yaitu pembaca lebih fokus dan memberi perhatian yang lebih pada diksi yang diulang tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN

Karakteristik dari dua penulis kumpulan puisi dalam hal penyajian deviasi leksikal. M. Aan Mansyur dalam kumpulan puisinya yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini tidak mengha-dirkan bentuk deviasi leksikal, sedang-kan Emha Ainun Nadjib dalam kumpul-an puisinya ykumpul-ang berjudul 99 Untuk Tuhanku menghadirkan bentuk deviasi leksikal yang terdapat pada tiga puisi yang berjudul 10,2 , dan 39 .Karakte-ristik dari dua penulis kumpulan puisi tersebut berbeda dalam hal penyajian deviasi morfologis. M. Aan Mansyur dalam kumpulan puisinya yang berjudul

(12)

Karakteristik dari dua penulis kumpulan puisi tersebut berbeda dalam hal penyajian deviasi sintaksis. M. Aan Mansyur dalam kumpulan puisinya yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini

menghadirkan puisi dengan tema percintaan dan bentuk deviasi sintaksis terdapat pada puisi yang berjudul Pukul 4 Pagi, Pagi Di Central Park, Aku Tidak Pernah Betul-Betul Pulang, Batas, Sarapan Sebelum Tidur, Sepasang Matamu, Di Bandara Hari Itu, Di Depan Lemari Pendingin, dan Ciuman Perpisahan. Secara keseluruhan deviasi sintaksis yang terdapat dalam puisi-puisi karya Aan Mansyur merupakan bentuk enjabemen. Emha Ainun Nadjib dalam kumpulan puisinya yang berjudul 99 Untuk Tuhanku menghadirkan bentuk deviasi sintaksis yang terdapat dalam puisinya yang berjudul 3, 7, 17, 26, dan

43.

Karakteristik dari dua penulis kum-pulan puisi tersebut berbeda dalam hal penyajian deviasi semantis. M. Aan Mansyur dalam kumpulan puisinya yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini

menghadirkan puisi dengan tema percintaan dan bentuk deviasi semantis terdapat pada puisi yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini, Pukul 4 Pagi, Pagi Di Central Park, Aku Tidak Pernah Betul-Betul Pulang, Batas, Sarapan Sebelum Tidur, Sepasang Matamu, Di Bandara Hari Itu, Di Depan Lemari Pendingin, dan Ciuman Perpisahan.

Emha Ainun Nadjib dalam kumpulan puisinya yang berjudul 99 Untuk

Tuhanku dengan tema religius mengha-dirkan bentuk deviasi semantis yang terdapat dalam puisinya yang berjudul3, 4,7, 15, 17, 26, 39, 43,dan76.

Karakteristik dari dua penulis kumpulan puisi tersebut berbeda dalam penyajian deviasi grafologis. M. Aan Mansyur dalam kumpulan puisinya yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini

menghadirkan puisi dengan tema percin-taan dan bentuk deviasi grafologis terdapat pada puisi yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini dan Ciuman Perpisahan. Emha Ainun Nadjib dalam kumpulan puisinya yang berjudul 99 Untuk Tuhanku dengan tema religius menghadirkan bentuk deviasi grafologis yang terdapat dalam puisinya yang berjudul43.

Karakteristik dari dua penulis kumpulan puisi tersebut berbeda dalam hal penyajian deviasi dialek. M. Aan Mansyur dalam kumpulan puisinya yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini

menghadirkan puisi dengan tema percintaan dan bentuk deviasi dialek terdapat pada puisi yang berjudul Pagi Di Central Park. Emha Ainun Nadjib dalam kumpulan puisinya yang berjudul

99 Untuk Tuhankumenghadirkan bentuk deviasi dialek yang terdapat dalam tiga puisinya yang berjudul 21, 26 dan 39. Karakteristik dari dua penulis kumpulan puisi tersebut berbeda dalam penyajian bentuk deviasi register. M. Aan Mansyur dalam kumpulan puisinya yang berjudul

(13)

kumpulan puisinya yang berjudul 99 Untuk Tuhanku menghadirkan bentuk deviasi register yang terdapat pada puisinya yang berjudul3.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk deviasi historis tidak ditemukan dalam kumpulan Puisi Tidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur dan

99 untuk Tuhanku karya Emha Ainun Nadjib. Kedua kumpulan puisi tersebut termasuk puisi modern, sehingga dalam pilihan kata yang digunakan pengarang tidak menggunakan kata-kata arkais atau kata-kata yang sudah usang/kuno.

Karakteristik dari dua penulis kumpulan puisi tersebut berbeda satu sama lain dalam hal penyajian

foregrounding dalam karyanya. M. Aan Mansyur dalam kumpulan puisinya yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini

menghadirkan puisi dengan tema percintaan dan bentuk foregrounding

terdapat pada puisi yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini, Aku Tidak Pernah Betul-Betul Pulang, danCiuman Perpisahan.Emha Ainun Nadjib dalam kumpulan puisinya yang berjudul 99 Untuk Tuhanku dengan tema religius menghadirkan bentuk foregrounding

yang terdapat dalam puisinya yang berjudul 3, 4,7, 15, 17, 21, 39, 43, dan

76.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta.

Gunawan, Imam. 2016. Metode Peneliti-an Kualitatif: teori dPeneliti-an praktik. Jakarta: PT. Bumi aksara.

Mansyur, Aan. 2016. Tidak Ada New York Hari Ini. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Moleong, L.J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nadjib, Emha Ainun. 2015. 99 untuk Tuhanku. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Lapisan air laut di bagian atas yang hangat, tipis dan sangat dipengaruhi oleh angin, gelombang dan sinar matahari disebut lapisan... Lereng di bawah laut yang sudut menunjamnya

Pada hari ini , RabuTanggal Sembilan Belas Bulan Juli Tahun dua ribu enam belas , sesuai dengan Jadwal yang termuat pada portal LPSE

Pada tanggal berapakah bumi akan berada pada posisi seperti gambar di bawah ini dimana sinar matahari akan jatuh tepat tegak lurus ke permukaan bumi pada lintang 23,5 o N..

Hasil studi ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai interaksi yang terjadi dalam proses karbonisasi gambut sehingga nilai atau relasi antara hasil

Adalah badan usaha perusahaan yang lebih banyak menggunakan mesin atau barang modal dari pada tenaga kerja manusia.. Penggolongan Badan Usaha menurut Bentuk

dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir Kecuali untuk Perusahaan yang berdiri kurang.. dari 3 (tiga) tahun, untuk Jasa Pelaksana Untuk Konstruksi Saluran Air, Pelabuhan,

Daerah (3) adalah tempat bintang-bintang berukuran kecil (dibandingkan bintang di daerah (1)) dengan luminositas tinggi dan temperatur rendah, disebut daerah Bintang Katai

informasi yang telah disediakan dengan cara membuka website Pengadilan Tata Usaha. Negara Bengkulu untuk mengakses informasi yang dibutuhkan publik atau