PENGGUNAAN KONTRIBUSI SISWA UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP
GEOMETRI BANGUN RUANG DENGAN
PENDEKATAN PMRI DI KELAS V SDK NGLINGGI KLATEN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Hidayah
NIM: 101134137
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
▸ Baca selengkapnya: pendekatan konsep ruang pada teks tersebut yang berhubungan dengan sejarah lokal kota bekasi tampak pada pernyataan dibawah ini , yaitu …
(2)i
PENGGUNAAN KONTRIBUSI SISWA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP
GEOMETRI BANGUN RUANG DENGAN
PENDEKATAN PMRI DI KELAS V SDK NGLINGGI KLATEN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Hidayah
NIM: 101134137
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk :
Tuhan YME yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya
Orangtuaku tersayang
Kakak-kakakku serta keponakanku
Teman spesial tercinta
Sahabat dan teman-temanku PGSD „10 kelas E
v MOTTO
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”
(Al-Baqarah: 153)
“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”
(Aristoteles)
“Teman sejati adalah ia yang meraih tangan Anda dan menyentuh hati Anda”
(Mahatma Ghandi)
“Ketergesaan dalam setiap usaha akan membawa kegagalan”
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Juni 2014
Peneliti,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Hidayah
Nomor Mahasiswa : 101134137
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“PENGGUNAAN KONTRIBUSI SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP GEOMETRI BANGUN RUANG
DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS V SDK NGLINGGI
KLATEN”
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian ini pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal : 10 Juni 2014
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
Hidayah. 2014. Penggunaan Kontribusi Siswa untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Konsep Geometri Bangun Ruang dengan Pendekatan PMRI di Kelas V SDK Nglinggi Klaten. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan penggunaan kontribusi siswa dengan pendekatan PMRI dalam meningkatkan kemampuan memahami konsep geometri bangun ruang siswa kelas V di SDK Nglinggi tahun ajaran 2013/2014. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V di SDK Nglinggi tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 19 siswa. Data dikumpulkan melalui tes kemampuan memahami bangun ruang, observasi pembelajaran, kuesioner respon siswa, dan wawancara dengan guru mata pelajaran Matematika kelas V. Data hasil tes kemampuan memahami dianalisis dengan cara menghitung banyaknya siswa yang nilainya tuntas diatas kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada masing-masing indikator kemampuan memahami yang dituangkan dalam item tes.
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan kontribusi siswa sudah terlaksana dalam pembelajaran. Kontribusi siswa yang ditunjukkan yaitu adanya berbagai strategi pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa, adanya berbagai variasi jawaban terhadap pertanyaan dari guru, adanya berbagai tanggapan terhadap pemecahan masalah yang dikemukakan oleh siswa, pemberian kesempatan oleh guru kepada siswa untuk mengembangkan strategi pemecahan masalahnya, dan respon siswa terhadap penggunaan kontribusi siswa tergolong baik.
Berdasarkan hasil tes kemampuan memahami dapat diketahui adanya peningkatan kemampuan memahami pada masing-masing indikator setelah diterapkan penggunaan kontribusi siswa dalam pendekatan PMRI pada pembelajaran Matematika Bangun Ruang. Indikator memberikan contoh dari suatu konsep mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 48% menjadi 79%. Indikator menggambarkan konsep dengan suatu model mengalami peningkatan dari kondisi awal 48% menjadi 74%. Indikator mengubah suatu bentuk ke bentuk lain mengalami peningkatan dari kondisi awal 48% menjadi 74%. Indikator membandingkan beberapa bentuk dalam sebuah konsep mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 48% menjadi 69%. Indikator menyatakan ulang sebuah konsep mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 48% menjadi 84%. Data tersebut menunjukkan hasil peningkatan kemampuan memahami dari kondisi awal dan akhir siklus.
ix
ABSTRACT
Hidayah. 2014. The use of student contribution to improve the ability to understand the concept of solid geometry concept by PMRI approach in fifth grade of SDK Nglinggi Klaten. Thesis. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
The type of this research was a class action research. The purpose of this research was described the use of student contribution by PMRI approach to increase ability to understand of solid geometry concept for fifth grade student of SDK Nglinggi Klaten. The subject of this research are 19 fifth grade student of SDK Nglinggi Klaten in the academic year 2013/1014. The data was obtained by test of solid geometry, observation, kuesioner, and fifth grade mathematic‟s teacher interview. The results of the tests the ability understand analyzed by means of a count of the number of students who its value had been completed on Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) on each an indicator of the ability understand that was poured in items test.
The results showed the use of student contribution was done in learning. The contributions of students who demonstrated the existence of a variety of problem solving strategies undertaken by students, the existence of different variations answer from the teacher‟s questions, the existence of different responses to problem solving propounded by students, giving an opportunity to the students by the teacher to develop a stategy for problem solving, and students response to the use of students contribution was in good.
Based on the test results the ability to understand the concept of solid geometry had been increased on the respective indicators after applied the use of students contribution in Mathematics learning by PMRI approach. Giving an example of a concept indicator had been increased from initial conditions of 48% to 79%. Illustrating the concept with a model indicator had been increased from initial conditions of 48% to 74%. Transforming a form to another indicator had been increased from initial conditions of 48% to 74%. Comparing several forms in a concept indicator had been increased from initial conditions of 48% to 69%. Declaring reexamined a concept indicator had been increased from initial conditions of 48% to 84%. The data showed the results of the ability to understand improvement of the initial conditions and the end of cycle.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat melakukan penelitian dan
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Penggunaan Kontribusi Siswa
untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Konsep Geometri Bangun Ruang
dengan Pendekatan PMRI di SDK Nglinggi Klaten”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Peneliti menyadari penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa arahan,
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan;
2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Kepala Program
Studi PGSD;
3. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dorongan, tenaga, dan pikiran sehingga
penulisan skripsi dapat berjalan lancar;
4. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku pembimbing II yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran;
5. YB. Sumarsa selaku kepala sekolah SDK Nglinggi yang telah memberikan
ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SDK Nglinggi;
6. Supriyadi selaku guru mata pelajaran Matematika kelas V SDK Nglinggi
yang telah membantu pelaksanaan penelitian;
7. Siswa kelas V SDK Nglinggi yang telah bersedia menjadi subjek
penelitian ini;
8. Orangtuaku (Bapak Sarmin dan Ibu Subini) yang telah memberikan
dukungan, semangat, doa, dan kasih sayang kepada peneliti sehingga
xi
9. Kakak-kakakku (Mas Aris dan Mb. Andri), dan Keponakanku tersayang
(Adik Fifi) yang telah memberikan dukungan, semangat, dan doa;
10.Teman spesialku Ardian Jiwandana yang telah memberikan semangat,
doa, dan motivasi selama menyelesaikan skripsi ini;
11.Sahabat-sahabatku (Avi, Astri, dan Fitria) dan teman seperjuanganku satu
payung (Sintia, Lidia, dan Wulan) dan teman-teman kelas E PGSD USD
‟10 yang telah membantu dalam karya dan doa untuk menyelesaikan skripsi ini;
12.Teman-teman kos Nida (Mb. Ayu, Mb. Kiki, Iin, Mutia, Riska, dan adik
Nida) yang selalu menyemangati dan memberi keceriaan pada peneliti;
13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian dan penyusunan
skripsi.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu dengan rendah hati peneliti mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 10 Juni 2014
Peneliti,
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Pembatasan Masalah ... 5
1.3 Perumusan Masalah ... 6
1.4 Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Manfaat Penelitian ... 6
1.6 Definisi Operasional ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
2.1 Kajian Pustaka ... 9
2.2 Penelitian yang Relevan ... 25
2.3 Kerangka Berpikir ... 29
2.4 Hipotesis Tindakan ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
3.1 Jenis Penelitian ... 32
xiii
3.3 Rencana Tindakan ... 34
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 43
3.5 Instrumen Penelitian ... 45
3.6 Validitas, Reliabilitas, dan IK Soal ... 50
3.7 Indikator Keberhasilan... 62
3.8 Teknik Analisis Data ... 64
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69
4.1 Pra Penelitian Tindakan Kelas ... 69
4.2 Hasil Penelitian ... 70
4.3 Pembahasan ... 117
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 131
5.1 Kesimpulan ... 131
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 132
5.3 Saran ... 132
Daftar Pustaka ... 133
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Diagram Penelitian yang Relevan ... 29
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus I dan Siklus II ... 46
Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi Penggunaan Masalah Kontekstual ... 47
Tabel 3.3 Kisi-kisi Observasi Penggunaan Model ... 47
Tabel 3.4 Kisi-kisi Observasi Penggunaan Kontribusi Siswa dalam Pembelajaran ... 48
Tabel 3.5 Kisi-kisi Observasi Interaktivitas dalam Pembelajaran ... 48
Tabel 3.6 Kisi-kisi Observasi Intertwining dalam Pembelajaran... 48
Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Respon Siswa Mengenai Pendekatan PMRI ... 49
Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrumen Pengumpulan Data Wawancara Keterlaksanaan PMRI ... 50
Tabel 3.9 Hasil Skor Penilaian RPP ... 51
Tabel 3.10 Hasil Skor Penilaian Soal Evaluasi ... 52
Tabel 3.11 Hasil Skor Penilaian Item Kuesioner ... 53
Tabel 3.12 Hasil Skor Penilaian Item Wawancara... 53
Tabel 3.13 Hasil Skor Penilaian Item Tes Siklus I ... 54
Tabel 3.14 Hasil Skor Penilaian Item Tes Siklus II ... 55
Tabel 3.15 Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Memahami Siklus I ... 56
Tabel 3.16 Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Memahami Siklus II... 57
Tabel 3.17 Kriteria Reliabilitas ... 59
Tabel 3.18 Reliabilitas Soal Tes Siklus I dan Siklus II ... 59
Tabel 3.19 Indeks Kesukaran ... 60
Tabel 3.20 Hasil Penghitungan Indeks Kesukaran tes pada Siklus I ... 61
Tabel 3.21 Hasil Penghitungan Indeks Kesukaran tes pada Siklus II ... 61
Tabel 3.22 Indikator keberhasilan ... 63
Tabel 3.23 Tingkat Penguasaan Kompetensi ... 67
Tabel 3.24 Kategori Skor ... 68
xvi
Tabel 4.2 Hasil tes kemampuan memahami pada indikator memberikan
contoh dari suatu konsep ... 76
Tabel 4.3 Hasil tes kemampuan memahami pada indikator menggambarkan konsep dengan suatu model ... 77
Tabel 4.4 Hasil tes kemampuan memahami pada indikator mengubah suatu bentuk ke bentuk lain ... 78
Tabel 4.5 Hasil tes kemampuan memahami pada indikator membandingkan beberapa bentuk dalam sebuah konsep ... 79
Tabel 4.6 Hasil tes kemampuan memahami pada indikator menyatakan ulang sebuah konsep... 80
Tabel 4.7 Hasil observasi penggunaan konteks ... 81
Tabel 4.8 Hasil observasi penggunaan model ... 82
Tabel 4.9 Hasil observasi penggunaan kontribusi siswa ... 83
Tabel 4.10 Hasil observasi interaktivitas siswa ... 84
Tabel 4.11 Observasi penggunaan intertwining ... 85
Tabel 4.12 Hasil kuesioner respon siswa mengenai penggunaan konteks ... 86
Tabel 4.13 Hasil kuesioner respon siswa mengenai penggunaan model ... 87
Tabel 4.14 Hasil kuesioner respon siswa mengenai penggunaan kontribusi siswa ... 88
Tabel 4.15 Hasil kuesioner respon siswa mengenai penggunaan interaktivitas siswa ... 89
Tabel 4.16 Hasil kuesioner respon siswa mengenai penggunaan konteks intertwining ... 90
Tabel 4.17 Hasil wawancara guru mata pelajaran matematika ... 91
Tabel 4.18 Waktu pelaksanaan penelitian siklus II ... 94
Tabel 4.20 Hasil tes kemampuan memahami pada indikator memberikan contoh dari suatu konsep ... 99
Tabel 4.21 Hasil tes kemampuan memahami pada indikator menggambarkan konsep dengan suatu model ... 100
xvii
Tabel 4.23 Hasil tes kemampuan memahami pada indikator
membandingkan beberapa bentuk dalam sebuah konsep ... 102
Tabel 4.24 Hasil tes kemampuan memahami pada indikator menyatakan ulang sebuah konsep... 103
Tabel 4.25 Hasil observasi penggunaan konteks ... 104
Tabel 4.26 Hasil observasi penggunaan model ... 105
Tabel 4.27 Hasil observasi penggunaan kontribusi siswa ... 106
Tabel 4.28 Hasil observasi interaktivitas siswa ... 108
Tabel 4.29 Observasi penggunaan intertwining ... 109
Tabel 4.30 Hasil kuesioner respon siswa mengenai penggunaan konteks ... 110
Tabel 4.31 Hasil kuesioner respon siswa mengenai penggunaan model ... 111
Tabel 4.32 Hasil kuesioner respon siswa mengenai penggunaan kontribusi siswa ... 112
Tabel 4.33 Hasil kuesioner respon siswa mengenai penggunaan interaktivitas siswa ... 113
Tabel 4.34 Hasil kuesioner respon siswa mengenai penggunaan konteks intertwining ... 114
Tabel 4.35 Hasil wawancara guru mata pelajaran matematika ... 115
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Validasi Ahli ... 137
1. Validasi instrumen tes ... 138
2. Validasi instrumen kueasioner ... 147
3. Validasi instrumen wawancara ... 152
4. Validasi perangkat pembelajaran ... 159
Lampiran 2: Uji Coba Validitas dan Reliabilitas... 166
1. Instrumen Uji Coba Tes Kemampuan Memahami... 167
2. Hasil Pengisian Uji Coba Tes Kemampuan Memahami ... 182
3. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Tes Kemampuan Memahami... 197
4. Rincian Hasil Validitas Uji Coba Tes Kemampuan Memahami ... 207
Lampiran 3: Tes, Observasi, Kuesioner, Wawancara ... 209
1. Instrumen Tes Kemampuan Memahami ... 210
2. Hasil Pengisian Tes Kemampuan Memahami ... 219
3. Instrumen Observasi... 228
4. Hasil Pengisian Lembar Observasi ... 234
5. Instrumen Kuesioner ... 245
6. Hasil Pengisian Lembar Kuesioner ... 249
7. Instrumen Wawancara ... 256
8. Verbaltim Hasil Wawancara ... 259
Lampiran 4: Silabus dan RPP ... 266
1. Silabus Siklus 1 ... 267
2. RPP Siklus I ... 271
3. Silabus Siklus II ... 305
4. RPP Siklus II ... 311
Lampiran 5: Dokumentasi dan Surat-surat ... 345
1. Foto-foto ... 346
2. Surat Penelitian ... 350
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I memaparkan mengenai latar belakang masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi
operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan
mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah lanjutan, matematika juga
merupakan pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional yang menentukan
kelulusan siswa. Menurut Marks et al (dalam Sumantri, 1988: 138), tujuan
umum pendidikan matematika masa kini adalah untuk memberi bekal agar
kita dapat berfungsi secara efektif dalam zaman teknologi ini. Matematika
memiliki peranan bagi perkembangan siswa dalam kehidupan sehari-hari,
selain itu matematika juga menjadi ilmu pengetahuan yang berpengaruh bagi
perkembangan ilmu-ilmu lain, misalnya ilmu teknologi, tanpa menggunakan
matematika, ilmu teknologi tidak akan berkembang. Melalui pelajaran
matematika siswa dibimbing dalam pembentukan kemampuan kognitif dan
sikap. Menurut Johnson dan Rising (dalam Suherman, 2003: 17) matematika
adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik,
representasinya dengan simbol dan padat, dan lebih membahasakan ide
dengan simbol daripada bunyi. Selain untuk mencapai kompetensi dari
kompetensi dasar di sekolah, matematika juga berguna untuk melatih pola
pikir siswa sebagai bekal siswa dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika sebaiknya didasarkan pada perkembangan
kognitif siswa yaitu dimulai dari hal yang konkrit menuju hal yang abstrak.
Adams dan Hamm (dalam Ariyadi, 2012: 5) mengemukakan bahwa salah
satu peran matematika adalah sebagai suatu pemahaman tentang pola dan
hubungan (pattern and relationship), siswa perlu menghubungkan suatu
konsep matematika dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki.
Konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis, terstruktur, logis, dan sistematis
mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling
kompleks. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
pembelajaran matematika seharusnya dapat diubah menjadi sebuah mata
pelajaran yang lebih mudah dipahami oleh siswa. Dalam hal ini guru juga
dituntut untuk mampu memvariasikan metode pembelajaran agar siswa lebih
tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang menarik
perhatian siswa akan berdampak pada peningkatan pemahaman siswa
terhadap konsep-konsep yang dipelajarinya (Sabrinah, 2006: 127).
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran matematika kelas V SD
Kanisius Nglinggi tanggal 4 Desember 2013 dengan kompetensi dasar
menyelesaikan masalah yang berkaiatan dengan volume kubus dan balok,
pembelajaran matematika mulai berlangsung. Pembelajaran matematika lebih
didominasi dengan metode ceramah sehingga ketika sudah memasuki
pertengahan waktu pelajaran siswa menjadi ramai sendiri hingga berakhirnya
pelajaran, hanya pada saat diberi tugas oleh guru siswa terlihat lebih tenang.
Namun ketika mendapati soal yang sulit siswa cenderung tidak mau
mengerjakan dan membiarkan saja tanpa bertanya pada guru.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas V SDK
Nglinggi, guru mengakui bahwa siswa-siswa di SD Kanisius Nglinggi
memang sulit memahami materi-materi dalam mata pelajaran matematika
terutama pada materi bangun ruang. Guru sudah beberapa kali berupaya
untuk menyediakan media nyata baik dengan membuat media baru maupun
menggunakan lingkungan sekitar menjadi media pembelajaran. Meskipun
sudah menggunakan media tersebut, siswa masih kesulitan dalam memahami
konsep materi pembelajaran khususnya dalam materi bangun ruang. Siswa
yang kurang paham dalam menggunakan alat peraga justru menjadikan alat
peraga sebagai mainan dan tidak bertanya kepada guru. Apalagi siswa yang
kurang aktif atau cenderung pasif lebih memilih untuk santai-santai dan tidak
mengikuti pembelajaran dengan baik. Hal ini tentu menjadi masalah
tersendiri bagi guru, guru merasa sudah kehabisan akal untuk mengajarkan
kepada siswa khususnya materi bangun ruang yang terasa menjadi materi
paling sulit.
Berdasarkan hasil penilaian siswa materi bangun ruang kelas V
siswa atau sebesar 48% dari keseluruhan siswa yang nilainya lulus mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai KKM untuk mata pelajaran
matematika di SD Kanisius Nglinggi adalah 63. Berdasarkan masalah yang
ditemui di kelas V SD K Nglinggi mengenai pembelajaran matematika,
peneliti menerapkan pendekatan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia) sebagai solusi dalam mengajarkan matematika di sekolah.
Pendidikan matematika realistik Indonesia adalah suatu pendekatan
pembelajaran dengan lebih menekankan pada pembelajaran matematika yang
berawal dari masalah realistik siswa dan mudah dijumpai siswa dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan lima karakteristik PMRI menurut De Lange (Zulkardi,
2005: 14) yaitu 1) The use of context (menggunakan masalah kontekstual) 2)
The use of models (menggunakan berbagai model) 3) Student contributions
(kontribusi siswa) 4) Interactivity (interaktivitas) 5) Intertwining (keterkaitan)
peneliti memfokuskan penelitian pada karakteristik yang ketiga yaitu
kontribusi siswa. Karakteristik ini lebih menekankan pada siswa dimana
siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan strategi-strategi informal
dalam menyelesaikan masalah yang dapat mengarahkan mereka pada
pengkontribusian prosedur pemecahan, dengan bimbingan guru diharapkan
siswa bisa menemukan penyelesaiannya. Siswa harus aktif baik secara fisik
maupun mental karena siswa bukan merupakan suatu objek yang pasif
menerima apa yang disampaikan oleh guru, malainkan harus aktif dalam
Dengan penggunaan kontribusi siswa, siswa diharapkan menjadi lebih aktif
membangun pengetahuannya sendiri dalam belajar dan tidak ramai sendiri
sehingga materi pembelajaran dapat diterima oleh siswa dengan lebih
optimal.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diungkapkan di
atas, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Memahami Konsep Geometri Bangun Ruang Dalam Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan PMRI Kontribusi Siswa Kelas V SDK
Nglinggi”. Upaya pembenahan dalam rangka meningkatkan kemampuan
memahami konsep geometri bangun ruang dengan pendekatan PMRI ini
dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada siswa dalam membangun
pengetahuan yang aktif baik secara mental maupun fisik dengan menganalisis
dan merefleksi pembelajaran dari hal yang dekat, akrab, dialami, dan relevan
dengan kehidupan siswa dan diharapkan kemampuan memahami konsep
geometri bangun ruang akan meningkat.
B. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada masalah penggunaan kontribusi siswa
dalam meningkatan kemampuan memahami konsep geometri bangun ruang
pada SK 6 yaitu “Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun”
KD 6.2 yaitu “Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang” dan KD 6.3 yaitu
“Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana” kelas V dengan
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, maka
peneliti merumuskan masalah “Bagaimana penggunaan kontribusi siswa
dengan pendekatan PMRI dapat meningkatkan kemampuan memahami
konsep geometri bangun ruang siswa kelas V di SDK Nglinggi?”
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan kontribusi
siswa dengan pendekatan PMRI dalam meningkatkan kemampuan
memahami konsep geometri bangun ruang siswa kelas V di SDK Nglinggi.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang
pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
memahami konsep geometri bangun ruang.
2. Secara Praktis
a. Bagi Guru
Memberi referensi kepada guru dalam mengembangkan
salah satunya dengan menggunakan kontribusi siswa dalam
Pendekatan PMRI.
b. Bagi Sekolah
Memberi tambahan bacaan bagi warga sekolah mengenai
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) khususnya tentang penggunaan
kontribusi siswa untuk meningkatkan kemampuan mamahami
konsep geometri bangun ruang dengan Pendekatan PMRI pada siswa
kelas V SD Kanisius Nglinggi dengan pendekatan PMRI.
c. Bagi Peneliti
Menambah wawasan tentang salah satu pendekatan dalam
pembelajaran matematika yaitu pendekatan PMRI terhadap upaya
peningkatan kemampuan memahami melalui penggunan kontribusi
siswa dalam pembelajaran.
F. Definisi Operasional
Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh sesuatu yang baru dalam memecahkan berbagai
persoalan melalui pemikiran yang logis, analitis, sistematis, dan kritis
2. Pendekatan PMRI yaitu suatu pendekatan pembelajaran dengan lebih
menekankan pada pembelajaran matematika yang berawal dari masalah
3. Penggunaan kontribusi siswa adalah pemecahan masalah atau penemuan
konsep dengan jalan siswa aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya
yang dapat berupa variasi ide atau jawaban pemecahan masalah dengan
mengembangkan strategi-strategi informal
4. Kemampuan memahami konsep adalah kecapakan atau potensi seseorang
dalam memberikan contoh, menggambarkan, mengubah,
membandingkan dan menyatakan ulang sebuah konsep
5. Geometri bangun ruang adalah cabang matematika yang membahas
tentang benda-benda ruang yang terbentuk dari bagian-bagian yang tidak
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini memaparkan mengenai kajian pustaka, penelitian yang relevan,
kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.
A. Kajian Pustaka
1. Pembelajaran Matematika
Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antar individu dan individu dengan lingkungannya
sehingga dapat lebih baik dalam berinteraksi dengan lingkungan (Usman,
1993: 4). Pembelajaran menurut Surya (2004: 62) adalah suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Susanto (2013:
18) mengartikan pembelajaran sebagai perpaduan dari dua aktivitas belajar
dan mengajar. Jadi pembelajaran adalah aktivitas belajar mengajar untuk
memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru.
Kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau
mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari,” sedang dalam
bahasa belanda matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti yang
kesemuanya berkaitan dengan penalaran (Depdiknas, 2001: 7). Sedangkan
sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir berkomunikasi, alat
untuk memecakan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika
dan intuisi, analisis dan kontruksi, generalitas dan individualitas
sedangkan Hudojo (1988: 3) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu
yang berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun
secara hierarkis dan penalarannya deduktif.
Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar
yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir siswa
yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat
meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sabagai
upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika
(Susanto, 2013: 186).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, pembelajaran matematika
dalam penelitian ini adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh sesuatu yang baru dalam memecahkan berbagai persoalan
melalui pemikiran yang logis, analitis, sistematis, dan kritis.
2. Pendekatan PMRI
a. Pengertian pendekatan PMRI
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) diadaptasi
dari Realistic Mathematics Education (RME) yaitu sebuah pendekatan
pembelajaran matematika yang dikembangkan oleh Freudenthal di
Belanda pada tahun 1973. Realistic mathematics education pertama
Netherland yaitu Hans Freudental (Susanto, 2013: 205). Realistic
mathematics education sudah melalui proses uji coba dan penelitian
lebih dari 25 tahun, implementasinya telah terbukti berhasil
merangsang penalaran dan kegiatan berpikir siswa. Matematika
realistik yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pembelajaran
matematika di sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan
realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran.
Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya
konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.
Pembelajaran matematika realistik diawali dengan dunia nyata,
agar dapat memudahkan siswa dalam belajar matematika, kemudian
siswa dengan bantuan guru diberikan kesempatan untuk menemukan
sendiri konsep-konsep matematika. Setelah itu, diaplikasikan dalam
masalah sehari-hari atau dalam bidang lain. Jadi pembelajaran tidak
mulai dari definisi, teorema atau sifat-sifat dan selanjutnya diikuti
dengan contoh-contoh, namun sifat, definisi, teorema itu diharapkan
“seolah-olah ditemukan kembali” oleh siswa (Soedjadi, 2001: 2).
Namun menurut Wijaya (2012, 20-21) suatu masalah realistik
tidak harus selalu berupa masalah yang ada di dunia nyata (real world
problem) dan dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
melainkan dapat juga berupa masalah yang dapat dibayangkan
(imaginable) atau nyata (real) dalam pikiran siswa, misalnya suatu
Jelas bahwa dalam pembelajaran matematika realistik siswa
ditantang untuk aktif bekerja bahkan diharapkan agar dapat
mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang akan
diperolehnya. Menurut Marpaung (2001: 3-4) pendekatan RME
bertolak dari masalah-masalah yang kontekstual, siswa aktif, guru
berperan sebagai fasilitator, anak bebas mengeluarkan idenya, siswa
sharing idenya artinya siswa bebas mengkomunikasikan
ide-idenya satu sama lain, guru membandingkan ide-ide itu dan
membimbing mereka untuk mengambil keputusan tentang ide mana
yang lebih baik untuk mereka.
Kegiatan inti dalam pembelajaran matematika realistik diawali
dengan masalah kontekstual, siswa aktif, siswa dapat mengeluarkan
ide-idenya, siswa mendiskusikan dan membandingkan jawabannya
dengan temannya. Guru memfasilitasi diskusi dengan temannya dan
mengarahkan siswa untuk memilih suatu jawaban yang benar. Guru
dapat meminta beberapa siswa untuk mengungkapkan jawabannya.
Melalui diskusi kelas jawaban siswa dibahas atau dibandingkan, guru
membantu menganalisa jawaban-jawaban siswa. Jawaban siswa
mungkin salah semua, mungkin benar semua atau sebagian benar
sebagian salah. Jika jawaban benar maka guru hanya menegaskan
jawaban tersebut. Jika jawaban salah guru secara tidak langsung
memberitahu letak kesalahan siswa yaitu dengan mengajukan
Siswa dapat memperbaiki jawabannya dari hasil diskusi. Pada akhir
pembelajaran, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, pendekatan PMRI dalam
penelitian ini yaitu suatu pendekatan pembelajaran dengan lebih
menekankan pada pembelajaran matematika yang berawal dari masalah
realistik siswa dan mudah dijumpai siswa dalam dunia nyata.
b. Prinsip PMRI
Menurut Freudental (dalam Zulkardi, 2005: 2-3) PMRI memiliki
tiga prinsip utama yaitu 1) Guided reinvention through
Mathematization (penemuan terbimbing melalui matematisasi), 2)
didactical phenomenology (fenomena didaktik), dan 3) self develoved
models (pengembangan model sendiri).
Prinsip PMRI yang pertama yaitu guided reinvention through
Mathematization (penemuan terbimbing melalui matematisasi). Prinsip
penemuan kembali dapat diinspirasikan melalui prosedur penyelesaian
masalah secara informal. Strategi siswa secara informal sering
ditafsirkan sebagai prosedur secara formal.
Pembelajaran matematika realistik Indonesia dimulai dengan
suatu masalah yang kontekstual atau realistik yang selanjutnya melalui
aktivitas siswa diharapkan menemukan kembali sifat, teorema, definisi,
atau prosedur-prosedur. Masalah kontekstual dipilih yang mempunyai
berbagai kemungkinan solusi. Perbedaan penyelesaian atau prosedur
matematisasi horizontal maupun vertikal. Matematisasi horizontal yaitu
proses pengubahan matematika informal ke matematika formal.
Matematisasi vertikal yaitu proses pengubahan matematika formal
menuju matematika yang lebih bermakna.
Prinsip PMRI yang kedua yaitu didactical phenomenology
(fenomena didaktik). Situasi yang berisikan fenomena mendidik yang
dijadikan bahan dan area aplikasi dalam pengajaran metematika
haruslah berangkat dari keadaan yang nyata terhadap siswa sebelum
mencapai tingkatan matematika secara formal.
Kegiatan self develoved models (pengembangan model sendiri),
berperan sebagai jembatan antara pengetahuan bagi siswa dari situasi
real ke situasi abstrak atau dari informal ke formal matematika. Siswa
membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah, dengan suatu
proses generalisasi dan formalisasi, model tersebut akhirnya menjadi
suatu model sesuai penalaran matematika.
Sejalan dengan pendapat ahli di atas, prinsip PMRI yang
diterapkan dalam penelitian ini adalah guided reinvention through
Mathematization (penemuan terbimbing melalui matematisasi),
didactical phenomenology (fenomena didaktik), dan self develoved
models (pengembangan model sendiri).
c. Karakteristik PMRI
De Lange (Zulkardi, 2005: 14) merumuskan lima karakteristik
contributions, 4) interactivity, dan 5) intertwining. Karakteristik PMRI
yang pertama yaitu the use of context (menggunakan masalah
kontekstual). Masalah kontekstual berfungsi untuk memanfaatkan
realitas sebagai sumber aplikasi matematika, selain itu juga untuk
melatih kemampuan siswa khususnya dalam menerapkan matematika
pada situasi nyata.
Karakteristik PMRI yang kedua yaitu the use of
models (menggunakan berbagai model). Istilah model berkaitan dengan
model matematika yang merupakan jembatan bagi siswa jembatan bagi
siswa dari situasi informal ke formal.
Karakteristik PMRI yang ketiga yaitu student
contributions (kontribusi siswa). Dalam penggunaan kontribusi siswa,
siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan strategi-strategi
informal dalam menyelesaikan masalah yang dapat mengarahkan
mereka pada pengkontribusian prosedur pemecahan, dengan bimbingan
guru diharapkan siswa bisa menemukan.
Karakteristik PMRI yang keempat yaitu interactivity
(interaktivitas). Interaksi yang dimaksud yaitu interaksi antara siswa
dengan siswa, siswa dengan guru serta siswa dengan perangkat
pembelajaran juga harus ada dalam pembelajaran. Bentuk-bentuk
interaksi misalnya diskusi, penjelasan, persetujuan, pertanyaan, dan
formal dari bentuk-bentuk pengetahuan matematika informal yang
ditentukan sendiri oleh siswa.
Karakteristik PMRI yang keempat yaitu intertwining
(keterkaitan). Karakteristik ini dimaksudkan bahwa struktur dan
konsep matematika saling berkaitan, biasanya pembahasan suatu topik
(unit pelajaran) harus dieksplorasi untuk mendukung terjadinya proses
pembelajaran yang lebih bermakna.
Sedangkan menurut Treffers (1987, dalam Wijaya, 2013: 21-23)
karakteristik PMRI yaitu 1) penggunaan konteks, 2) penggunaan model
untuk matematisasi progresif, 3) pemanfaatan hasil konstruksi siswa, 4)
interaktivitas, dan 5) keterkaitan. Konteks atau permasalahan realistik
digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika, melalui
penggunaan konteks siswa dilibatkan secara aktif untuk melakukan
kegiatan eksplorasi permasalahan. Penggunaan model berfungsi sebagai
jembatan (bridge) dari pengetahuan dan matematika tingkat konkrit
menuju pengetahuan matematika tingkat formal. Hasil konstruksi siswa
menunjukkan pengembangan aktivitas dan kreativitas siswa. Dalam
interaktivitas, belajar bukan hanya suatu proses individu namun juga
proses sosial. PMRI juga mengandung karakteristik keterkaitan, artinya
konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat parsial melainkan
memiliki keterkaitan dengan konsep-konsep lain.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, karakteristik PMRI yang
kontekstual, penggunaan model, penggunaan kontribusi siswa,
interaktivitas, dan keterkaitan.
3. Pendekatan PMRI kontribusi siswa
Salah satu karakteristik PMRI adalah kontribusi siswa. Menurut
Soedjadi (2001: 3) Students constribution (menggunakan kontribusi
siswa), artinya pemecahan masalah atau penemuan konsep didasarkan
pada sumbangan gagasan siswa. Siswa aktif mengkonstruksi sendiri bahan
matematika berdasarkan fasilitas dengan lingkungan belajar yang
disediakan guru, secara aktif menyelesaikan soal dengan cara
masing-masing.
Menurut De Lange (dikutip Zulkardi, 2005: 14) Student
contributions (kontribusi siswa) yaitu pembelajaran PMRI menggunakan
kontribusi siswa dimana siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan
strategi-strategi informal dalam menyelesaikan masalah yang dapat
mengarahkan mereka pada pengkontribusian prosedur pemecahan, dengan
bimbingan guru diharapkan siswa bisa menemukan.
Suryanto (2010: 45) menyatakan bahwa kontribusi siswa dapat
berupa ide, atau variasi jawaban, atau variasi pemecahan masalah. Hasil
kerja dan konstruksi siswa selanjutnya digunakan untuk landasan
pengembangan konsep matematika.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, pendekatan PMRI
kontribusi siswa dalam penelitian ini adalah ide atau jawaban sebagai
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya yang dapat berupa variasi ide atau
jawaban pemecahan masalah dengan mengembangkan strategi-strategi
informal.
4. Kemampuan Memahami
a. Pengertian kemampuan
Menurut Ivancevich M. John, dkk (2007: 85) kemampuan
adalah bakat seseorang untuk melakukan tugas mental atau fisik.
Sedangkan Robbins (2001: 46) mendefiniskan bahwa kemampuan
adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas
dalam suatu pekerjaan. Dimana kemampuan individu pada hakekatnya
tersusun dari dua faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan
fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan
untuk menjalankan kegiatan mental. Kemampuan fisik adalah
kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang
menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan. Lebih lanjut
Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah
penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, kemampuan (ability)
dalam penelitian ini adalah kecakapan atau potensi seseorang individu
untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerrjakan
beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas
b. Pengertian memahami
Usman (2002: 35) melibatkan pemahaman sebagai bagian dari
domain kognitif hasil belajar. Ia menjelaskan bahwa pemahaman
mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini
satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berpikir yang
rendah. Selanjutnya, Susanto (2013: 208) mengutarakan bahwa
pemahaman adalah suatu proses mental terjadinya adaptasi dan
transformasi ilmu pengetahuan. Sementara Mulyasa (2005: 78)
menyatakan bahwa pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif
yang dimiliki oleh individu.
Sudjana (2010: 24) membagi pemahaman ke dalam tiga
kategori, yakni sebagai berikut: (a) tingkat pertama atau tingkat
terendah, yaitu pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam
arti sebenarnya; (b) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran,
yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang
diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari
grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan
pokok; dan (c) pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi, yakni
pemahaman ekstrapolasi.
Arikunto (2009: 118) menyatakan bahwa pemahaman
(comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan,
membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas,
menuliskan kembali, dan memperkirakan. Dengan pemahaman, siswa
diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang
sederhana di antara fakta-fakta atau konsep. Pembelajaran yang
dilaksanakan lebih mengaktifkan siswa untuk telibat selama proses
pembelajaran berlangsung. Interaksi antara guru dengan siswa lebih
akrab sehingga guru lebih mengenal anak didiknya dengan baik.
Bloom mengklasifikasikan pemahaman (Comprehension) ke
dalam jenjang kognitif kedua yang menggambarkan suatu pengertian,
sehingga siswa diharapkan mampu memahami ide-ide matematika
bila mereka dapat menggunakan beberapa kaidah yang relevan
(Susanto, 2012: 211). Dalam tingkatan ini siswa diharapkan
mengetahui bagaimana berkomunikasi dan menggunakan idenya
untuk berkomunikasi. Dalam pemahaman tidak hanya sekedar
memahami sebuah informasi tetapi termasuk juga keobjektifan, sikap
dan makna yang terkandung dari sebuah informasi. Dengan kata lain
seorang siswa dapat mengubah suatu informasi yang ada dalam
pikirannya kedalam bentuk lain yang lebih berarti.
c. Pengertian kemampuan memahami
Menurut Daryanto (2008: 106) dalam kemampuan memahami
siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan,
mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat
hal-hal lain. Bentuk soal yang sering digunakan untuk mengukur
kemampuan ini adalah pilihan ganda dan uraian.
Bloom (dalam David & Lorin, 2008: 105-114) membagi
proses-proses kognitif dalam kategori memahami meliputi
menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum,
menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. Sedangkan
Daryanto (2008: 106) menjabarkan kemampuan pemahaman menjadi
tiga, yaitu 1) menerjemahkan (translation), 2) menginterpretasi
(interpretation), 3) mengekstrapolasi (extrapolation).
Pengertian menerjemahkan disini bukan saja pengalihan
(translation) arti dari bahasa yang satu dalam bahasa yang lain. Dapat
juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik
untuk mempermudah orang mempelajarinya. Pengalihan konsep yang
dirumuskan dengan kata-kata ke dalam gambar grafik dapat
dimasukkan dalam kategori menerjemahkan.
Kemampuan menginterpretasi (interpretation) yaitu
kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama suatu
komunikasi. Misalnya diberikan suatu diagram, tabel, grafik, atau
gambar-gambar lainnya dalam IPS atau fisika, dan minta ditafsirkan.
Dapat saja siswa tidak mampu menafsirkannya lantaran mereka tidak
cukup terlatih (well-trained) untuk itu.
Mengekstrapolasi (extrapolation) sedikit berbeda dengan
Kemampuan ini menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.
Kata kerja yang dapat dipakai untuk mengukur kemampuan ini adalah
memperhitungkan, memprakirakan, menduga, menyimpulkan,
meramalkan, membedakan, menentukan, mengisi, dan menarik
kesimpulan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, kemampuan
memahami dalam penelitian ini adalah kecakapan atau potensi
seseorang dalam menerjemahkan, mengiterpretasi, dan
mengektrapolasikan pengetahuan kognitif dan afektif.
d. Kemampuan memahami konsep
Menurut Sanjaya (2009) mengemukakan “Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi
pelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain
yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu
mengaplikasi konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang
dimilikinya.
Salimi (Susanto, 2013: 209) indikator siswa dikatakan paham
terhadap konsep matematika yaitu siswa mampu 1) mendefinisikan
konsep secara verbal dan tulisan, 2) membuat contoh dan noncontoh
penyangkal, 3) mempresentasikan suatu konsep dengan model,
diagram, dan simbol, 4) mengubah suatu bentuk representasi ke
bentuk lain, 5) mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep, 6)
yang menentukan suatu konsep, dan 7) membandingkan dan
membedakan konsep-konsep. Sedangkan menurut Sanjaya (2009)
indikator pemahaman konsep diantaranya yaitu 1) mampu
menerangkan secara verbal mengenai apa yang telah dicapainya, 2)
mampu menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara serta
mengetahui perbedaan, 3) mampu mengklasifikasikan objek-objek
berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk
konsep tersebut, 4) mampu menerapkan hubungan antara konsep dan
prosedur, 5) mampu menberikan contoh dan kontra dari konsep yang
dipelajari, 6) mampu menerapkan konsep secara algoritma mampu
mengembangkan konsep yang telah dipelajari.
Berdasarkan penjabaran memahami dan kemampuan
memahami konsep dari para ahli di atas, pengertian kemampuan
memahami konsep dalam penelitian ini adalah kecapakan atau potensi
seseorang dalam memberikan contoh, menggambarkan, mengubah,
membandingkan dan menyatakan ulang sebuah konsep.
5. Geometri Bangun Ruang
Alders (1961, dalam Intan & Bagus, 2012: 2) menyatakan bahwa
pengertian geometri yaitu salah satu cabang matematika yang mempelajari
tentang titik, garis, bidang dan benda-benda ruang beserta sifat-sifatnya,
ukuran-ukurannya, dan hubungannya antara yang satu dengan yang lain.
Travers, et al (1987: 6) menyatakan “Geometry is the study of the
Berdasarkan pernyataan ahli tersebut, dapat diketahui bahwa pengertian
geometri adalah ilmu yang membahas tentang hubungan antara titik, garis,
sudut, bidang dan bangun-bangun ruang. Ada dua macam geometri, yaitu
geometri datar dan geometri ruang. Geometri bidang (geometri datar atau
geometri dimensi dua) membicarakan bangun-bangun datar, sedangkan
geometri ruang membicarakan bangun-bangun ruang dan bangun-bangun
datar yang merupakan bagian dari bangun ruang. Suatu bangun disebut
bangun datar apabila keseluruhan bangun itu terletak pada satu bidang.
Menurut Marks et al (dalam Sumantri (1988: 138) bangun ruang diartikan
sebagai himpunan titik-titik yang tidak semuanya terletak pada satu bidang
yang sama. Wahyudin (2007, dalam Anggoro (2012: 3)) menyatakan
bahwa bangun ruang adalah suatu bangun yang bagian-bagiannya tidak
berada dalam satu bidang.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, pengertian geometri bangun
ruang dalam penelitian ini adalah cabang matematika yang membahas
tentang benda-benda ruang yang terbentuk dari bagian-bagian yang tidak
terletak pada bidang yang sama. Bangun ruang yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kubus, balok, limas, tabung, dan kerucut. Berikut
adalah pengertian kubus, balok, limas, tabung, dan kerucut menurut Amin
& Sani (2004: 80-83).
1. Kubus adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh enam
2. Balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh tiga pasang persegi atau
persegi panjang dan satu pasang diantaranya memiliki ukuran yang
berbeda.
3. Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sisi alas yang
berbentuk segi-n dan n segitiga yang bertemu pada satu titik puncak.
4. Tabung adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua sisi berhadapan
dan sejajar, berbentuk lingkaran dan satu sisi lengkung.
5. Kerucut adalah bangun ruang yang dibatasi oleh satu sisi alas yang
berbentuk lingkaran dan satu sisi lengkung.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai pendekatan PMRI dalam pembelajaran matematika
memang bukanlah penelitian yang baru pertama kali dilakukan, sebelumnya
sudah ada penelitian-penelitian mengenai pendekatan PMRI meskipun dengan
sudut bahasan yang berbeda. Berikut ini akan dipaparkan beberapa penelitian
yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti yang relevan dengan penelitian
yang dilakukan.
Danoebroto (2008) melakukan penelitian dengan judul
“Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah melalui pendekatan PMRI
dan pelatihan metakognitif” yang bertujuan untuk menguji pengaruh
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dan pelatihan
metakognitif terhadap peningkatan kemampuan siswa dan proses
ini dengan desain pretes-postes menggunakan kelompok non-ekuivalen, dua
kelompok eksperimen dan dua kelompok kontrol. Populasi penelitian adalah
seluruh siswa kelas IV sekolah dasar di Kabupaten Sleman. Sampel diambil
menggunakan teknik sampling tersedia. Data dikumpulkan menggunakan tes,
angket, wawancara, dan observasi dan dianalisis dengan analisis kovarians.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa
memecahkan masalah yang memperoleh pembelajaran matematika dengan
pendekatan PMRI dan pelatihan metakognitif lebih unggul dibandingkan
dengan pendekatan konvensional, yaitu terdapat perbedaan pengaruh yang
signifikan, dengan nilai F=5,506 dan p<0,05 dan uji lanjut dengan
qTK=5,0612 dan p<0,05, ada perbedaan peningkatan kemampuan
mengevalusi solusi (Effect Size=3,478) dan kemampuan memahami ruang
lingkup masalah (Effect Size=0,64), serta siswa menyatakan senang
pembelajaran dan kegiatan pemecahan masalah, memiliki keyakinan positif,
menunjukkan antusiasme, keceriaan dan kreativitas yang tinggi dalam proses
pembelajaran matematika.
Penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang peneliti lakukan. Persamaan terletak pada pendekatan
pembelajaran yang digunakan yaitu pendekatan PMRI. Perbedaan terletak
pada objek yang ditingkatkan. Penelitian tersebut dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, sedangkan pada penelitian
ini penelitian dilakukan untu meningkatkan kemampuan memahami konsep
Nurmila (2011) melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk Materi Pokok
Bangun Ruang Sederhana di Kelas IV MI Bustanul Ulum Mlaras Sumobito”
yang bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dan aktifitas siswa
dalam pembelajaran. Penelitian tersebut dilaksanakan pada siswa kelas IV MI
Bustanul Ulum Mlaras Sumobito Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian ini
menggunakan teknik penelitian analisis deskriptif.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar
mengalami peningkatan menjadi 75,6 dan aktifitas siswa selama proses
pembelajaran juga mengalami peningkatan, untuk kategori siswa senang
menyelesaikan permasalahan secara kelompok meningkat menjadi 87,5%,
aktif berdiskusi dengan anggota kelompok meningkat menjadi 82,5%,
menyelesaikan masalah dengan berbagai cara meningkat menjadi 80%, dan
membuat kesimpulan meningkat menjadi 85%.
Penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang peneliti lakukan. Persamaan terletak pada pendekatan
pembelajaran yang digunakan yaitu pendekatan PMRI dan materi yang
diajarkan yaitu bangun ruang. Perbedaan terletak pada tujuan penelitian.
Dalam penelitian tersebut penelitian dilakukan untuk mendeskripsikan hasil
belajar siswa dan aktifitas siswa, sedangkan pada penelitian ini lebih
menekankan kepada tingkat kemampuan memahami siswa.
Putri (2011) melakukan penelitian dengan judul “Pembelajaran
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di sekolah dasar”. Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh gambaran pembelajaran materi bangun datar menggunakan pendekatan PMRI di Sekolah Dasar (SD). Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN 117 Palembang yang terdiri dari 36 siswa. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah observasi untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, serta dokumen untuk mengetahui hasil kerja siswa pada Lembar Aktivitas Siswa (LAS) saat proses pembelajaran untuk mengetahui kemampuan siswa. Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa hasil observasi menunjukkan semua siswa aktif mengikuti pembelajaran dengan baik. Dari hasil kerja siswa pada LAS dan latihan menunjukkan bahwa rata-rata hasil kerja siswa pada materi bangun datar adalah 86,3% termasuk dalam kategori sangat baik.
Penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang peneliti lakukan. Persamaan terletak pada pendekatan
pembelajaran yang digunakan yaitu pendekatan PMRI. Perbedaan tersebut
terletak pada materi matematika yang diteliti. Dalam penelitian tersebut
penelitian dilakukan pada materi bangun datar, sedangkan peneliti melakukan
Desain diagram penelitian yang relevan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.1 Diagram penelitian yang relavan
Berdasarkan gambar diagram penelitian yang relevan di atas dapat
diketahui bahwa pendekatan PMRI dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah. Selain itu dengan penerapan pendekatan PMRI, siswa
memiliki aktivitas dan minat yang tinggi terhadap pembelajaran matematika.
Hasil kerja siswa termasuk dalam kategori sangat baik pada materi bangun
datar setelah pendekatan PMRI diterapkan dalam pembelajaran.
C. Kerangka Berfikir
Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran
penting yang harus diajarkan di sekolah dasar. Belajar matematika tidak
hanya sekedar mampu menghitung dan menyelesaikan soal matematika saja
melainkan juga memahami konsepnya sehingga dapat diterapkan dalam
Yang perlu diteliti: kontribusi siswa kelas V SDK
kehidupan sehari-hari. Materi pembelajaran matematika mengenai geometri
termasuk salah satu materi yang dianggap sulit dipahami oleh siswa karena
seperti yang kita tahu sifat-sifat geometri menuntut siswa untuk berfikir
secara abstrak. Sehubungan dengan perkembangan anak usia SD yang masih
berada pada tahap operasional konkrit, maka pendidik harus mampu
membawa pengajaran kedalam hal-hal konkrit atau nyata yang sering
dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga materi bangun ruang
dapat lebih mudah dipahami oleh siswa.
Dengan semakin berkembangnya pendekatan, model dan metode
pembelajaran, seharusnya mengajarkan matematika bukanlah merupakan hal
yang sulit lagi. Oleh karena itu pendidik harus berani melakukan inovasi agar
materi dapat tersampaikan dengan lebih mudah. Pendekatan PMRI
merupakan salah satu pendekatan khusus untuk mengajarkan matematika.
Dalam pendekatan PMRI, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata dan
sering ditemui. Guru bertindak sebagai fasilitator karena pendekatan ini
memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih berpikir kritis dan
membangun pengetahuannya sendiri. Selain itu siswa diberi kesempatan
untuk mengembangkan interaktivitasnya baik dengan siswa maupun dengan
guru.
Berdasarkan penjabaran kajian teori dan penelitian yang relevan,
peneliti menerapkan pendekatan PMRI dengan fokus penggunaan kontribusi
siswa. Dengan menerapkan pendekatan ini, diharapkan kemampuan siswa
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian ini adalah penggunaan kontribusi siswa dapat
meningkatkan kemampuan memahami konsep geometri bangun ruang dengan
pendekatan PMRI dalam pembelajaran matematika kelas V SDK Nglinggi
32
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab berikut memaparkan tentang jenis penelitian, setting penelitian,
rencana penelitian, persiapan, rencana setiap siklus, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, indikator keberhasilan, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model penelitian tindakan
kelas yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart (Arikunto, 2010: 137).
Model penelitian tindakan kelas ini menggambarkan adanya empat langkah
(dan pengulangannya). Model PTK ini dapat dilihat dalam bagan berikut.
Gambar 3.1 Model PTK oleh Kemmis & Mc Taggart
Perencanaan
Pelaksanaan Pengamatan
Refleksi
Pelaksanaan Pengamatan
Refleksi
Perencanaan Siklus I
Siklus II
Penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc
Taggart ini terdiri dari 4 tahap dalam setiap siklusnya. Tahap pertama yaitu
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan yang terakhir
yaitu tahap refleksi. Hasil refleksi digunakan untuk menentukan bahwa
penelitian sudah berhasil atau perlu melakukan siklus selanjutnya. Apabila
hasil dari sebuah siklus belum mencapai target yang diinginkan, maka
penelitian harus dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan cara dan tahapan
yang sama hingga target yang diinginkan tercapai (Arikunto, 2010: 141).
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di SDK Nglinggi.
Peneliti memilih SDK Nglinggi karena berdasarkan hasil wawancara dan
observasi, guru matematika di SDK Nglinggi belum menerapkan
pendekatan PMRI dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu
peneliti ingin mengimplementasikan pendekatan PMRI untuk
meningkatkan kemampuan memahami konsep geometri bangun ruang
khususnya bagi siswa kelas V SDK Nglinggi. SD Kanisius Nglinggi
beralamatkan di Desa Nglinggi, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa-siswi kelas
V SDK Nglinggi Klaten tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 19 siswa
yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.
3. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan
memahami konsep geometri bangun ruang siswa kelas V SDK Nglinggi
Klaten tahun ajaran 2013/2014 dengan menggunakan pendekatan PMRI.
C. Rencana Tindakan
1. Persiapan
Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas ini, peneliti akan
melakukan beberapa persiapan diantaranya yaitu:
a. Mempersiapkan surat izin dari kampus untuk melakukan penelitian di
SDK Nglinggi.
b. Meminta izin serta menyerahkan surat izin kepada kepala sekolah
SDK Nglinggi untuk mengadakan penelitian tindakan kelas disana.
c. Melakukan observasi kegiatan pembelajaran matematika di kelas V
dan mewawancarai guru kelas V.
d. Mengidentifikasi masalah pembelajaran matematika yang ada di kelas
V.
e. Merumuskan masalah
g. Menyusun silabus, RPP, kisi-kisi soal, instrumen penilaian serta
instrumen penelitian
h. Mempersiapkan media dan alat peraga pembelajaran.
2. Rencana tiap siklus
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam satu siklus
terlebih dahulu. Penelitian akan dilaksanakan dalam empat tahap yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus selanjutnya
akan dilakukan apabila indikator ketercapaian pada siklus yang telah
dilakukan belum tercapai.
Dari hasil pengamatan dan observasi awal, maka ditentukan bahwa
tindakan yang akan dilakukan dalam meningkatkan kemampuan memahami
konsep geometri bangun ruang siswa kelas V SDK Nglinggi adalah dengan
menerapkan pendekatan PMRI. Secara lebih rinci rencana tindakan tiap
siklus yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut.
a. Siklus 1
Siklus 1 akan dilaksanakan dalam 4 tahap yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
1) Tahap perencanaan
Peneliti merencanakan waktu dilaksanakannya penelitian ini
bersama pihak-pihak terkait, seperti guru kelas. Setelah itu, peneliti
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksanaan
media dan alat peraga, lembar observasi dan lembar soal serta
perangkat lain yang digunakan dalam melaksanakan pendekatan
PMRI dalam pembelajaran matematika.
2) Tahap pelaksanaan
Pada pertemuan pertama peneliti akan bekerja sama dengan
guru kelas melakukan pembelajaran dengan topik pembelajaran
“Sifat-sifat bangun ruang” yang berlangsung selama 2x35 menit.
Pertemuan kedua pembelajaran dilakukan dengan topik “Menggambar bangun ruang kubus dan balok” yang berlangsung selama 2x35 menit. Pertemuan ketiga pembelajaran dilakukan dengan topik “Menggambar bangun ruang limas, tabung, & kerucut”, pertemuan ini berlangsung selama 2x35 menit.
a) Kegiatan Awal
1. Salam, doa, dan absensi
2. Guru melakukan tanya jawab kepada siswa dengan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada materi inti,
misalnya guru menanyakan “Apakah anak-anak pernah
bermain bola? Berbentuk apakah bola itu? Apakah anak-anak
pernah melihat balok? Ruang kelas ini berbentuk apa
anak-anak? Apakah anak-anak pernah melihat kubus? Apa contoh
benda yang bentuknya menyerupai kubus?”
3. Guru mengajak siswa untuk melakukan sedikit permainan