• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unduh BRS Ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Unduh BRS Ini"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

 NTP Sumatera Barat bulan Januari 2015 tercatat sebesar 98,54 atau turun sebesar 0,62 persen bila dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 99,15 (Desember 2014). Indeks harga yang diterima petani (It) turun 1,27 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) juga turun sebesar 0,97 persen.

 Pada bulan Januari 2015 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 100,12 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTPP), 95,63 untuk Subsektor Hortikultura (NTPH), 96,51 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR), 100,62 untuk Subsektor Peternakan (NTPT), dan 105,65 untuk Subsektor Perikanan (NTN). Untuk Subsektor Perikanan terbagi menjadi dua, yaitu Subsektor Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya dengan NTP masing-masing sebesar 99,68 dan 107,16.

 Secara regional, di Sumatera Barat pada bulan Desember 2014 terjadi deflasi di daerah perdesaan sebesar 0,97 persen yang disebabkan oleh dua kelompok pengeluaran, yaitu kelompok Bahan Makanan (1,50%), dan Transportasi dan Komunikasi ( 6,47%) sedangkan lima kelompok lainnya mengalami inflasi Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau (1,13%), kelompok Perumahan (0,93%), kelompok Sandang (0,78%), kelompok Kesehatan (1,13%), dan kelompok kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga sebesar ( 0,24%).

No.09/2/13/Th.XVIII, 2 Februari 2015

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

,

D

AN

H

ARGA

P

RODUSEN

G

ABAH

A.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NTP SUMATERA BARAT JANUARI 2015 SEBESAR 98,54 ATAU TURUN 0,62%

1. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

(2)

2

Tabel1

Nilai Tukar Petani PerSubsektor dan Perubahannya Desember 2014 – Januari 2015

(2012=100)

Kelompokdan Sub kelompok Bulan Persentase Desember 2014 Januari 2015 Perubahan

(1) (2) (3) (4) d. Indeks Dibayar Petani 118,79 118,19 -0,51 - Indeks Konsumsi RumahTangga 121,43 120,31 -0,92 - Indeks BPPBM 111,18 112,06 0,79 2. Hortikultura

a. Nilai Tukar Petani (NTPH) 96,59 95,63 -1,00 b. NilaiTukar Usaha Pertanian 105,17 103,21 -1,86 c. Indeks Diterima Petani 113,97 112,07 -1,07 - Sayur-sayuran 118,08 114,90 -2,69 - Buah-buahan 106,73 107,01 0,27 -Tanaman Obat 104,83 107,82 2,86 d. Indeks Dibayar Petani 117,99 117,20 -0,67 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 120,08 119,07 -0,85

(3)

3 Kelompokdan Sub kelompok Bulan Persentase

Desember 2014 Januari 2015 Perubahan

(1) (2) (3) (4) b. NilaiTukar Usaha Pertanian 116,55 116,97 0,36 c. Indeks Diterima Petani 120,34 120,29 -0,04 - Budidaya Air Tawar 120,34 120,29 -0,04 d. Indeks Dibayar Petani 112,58 112,25 -0,30 - Indeks Konsumsi RumahTangga 119,16 118,89 -0,23

Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya pada bulan Januari 2015 NTP tiga subsektor mengalami penurunan, yaitu, Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,49 persen.Subsektor Hortikultura (1,00) persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (1,30) persen, Sedangkan Subsektor Peternakan dan Subsektor Perikanan mengalami kenaikan masing –masing sebesar 0,27 persen dan 0,94 persen.

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks harga yang diterima petani (It) dari kelima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Januari 2015 terjadi penurunan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,27 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 116,87 menjadi 115,38. Menurunnya nilai It diakibatkan oleh menurunnya nilai It pada empat subsektor, yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,99 persen, Subsektor Hortikultura sebesar 1,67 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 2,22 persen, Subsektor Peternakan sebesar 0,15 persen sedangkan Subsektor Perikanan mengalami kenaikan Sebesar 0,28 persen.

3.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

(4)

4 dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 0,49 persen. Hal ini dikarenakan menurunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,99 persen, Sedangkan indeks harga yang dibayar petani juga mengalami penurunan sebesar 0,51 persen.

Menurunnya nilai indeks harga yang diterima petani (It) disebabkan oleh menurunnya indeks sub kelompok padi sebesar 1,07 persen dan sub kelompok palawija mengalami penurunan sebesar 0,70 persen. Sementara itu, perubahan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami penurunan sebesar 0,51 persen diakibatkan oleh menurunnyaa indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,92 persen sementara subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,79 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Berbeda dengan bulan sebelumnya, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Hortikultura (NTPH) pada bulan Januari 2015 mengalami penurunan sebesar 1,00 persen dari 96,59 menjadi 95,63. Hal ini disebabkan oleh Menurunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,67 persen tetapi tidak sebesar menurunnya indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,67 persen.

(5)

5

subkelompok Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,85 persen sementara indeks subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,20 persen.

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

NTPR pada bulan Januari 2015 mengalami penurunan sebesar 1,30 persen, yaitu dari 97,79 menjadi 96,51. Menurunnya nilai NTPR ini disebabkan oleh menurunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 2,22 persen, Sementara disisi lain Indeks yang dibayar petani juga mengalami penurunan sebesar 0,93 persen. Menurunnya nilai Ib diakibatkan adanya penurunan indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 1,15 persen sementara subkelompok BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,45 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPi)

NTP pada Januari 2015 mengalami penurunan sebesar 0,27 persen, yaitu dari 100,36 menjadi 100,62. Penurunan yang terjadi diakibatkan oleh kenaikan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,15 persen. Sementara disisi lain, indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan yang lebih besar , yaitu sebesar 0,542 persen.

Penurunan indeks harga yang diterima petani (It) terjadi karena terjadinya menurunnya pada dua subkelompok yaitu : subkelompok. Ternak Besar, Ternak Kecil masing - masing sebesar 0,92 dan 0,47 persen. Sementara Subkelompok Unggas dan hasil Ternak mengalami kenaikan masing-masing sebesar 1,33 persen dan 1,88 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada bulan Januari 2015, Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan (NTNP) mengalami kenaikan sebesar 0,94 persen, yaitu dari 104,67 menjadi 105,65. Kondisi ini diakibatkan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,28 persen, Sementara disisi lain indeks yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,65 persen.

Kenaikan nilai It merupakan kontribusi dari kenaikan subkelompok penangkapan ikan yang naik sebesar 1,70 persen. Sementara subkelompok budidaya ikan mengalami penurunan sebesar 0,04 persen. Untuk indeks yang dibayar petani, penurunan yang terjadi diakibatkan oleh penurunan Indeks subkelompok Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,23 persen dan subkelompok BPPBM sebesar 1,29 persen.

4. Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan Januari 2015 terjadi deflasi di daerah perdesaan sebesar 0,97 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

(6)

6

Tabel 2

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Desember 2014-Januari 2015

(2012=100)

Transportasi dan Komunikasi 126,85 118,64 -6,47 -6,47 7,06

*) Persentaseperubahan IHK Perdesaan Bulan Januari 2015 terhadap Bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Januari 2015 terhadap Bulan Desember 2014 ***) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Januari 2015 terhadap Bulan Desember 2014

Laju inflasi pedesaan tahun kalender bulan Januari 2015 sebesar -0,97 persen, sedangkan nilai inflasi pedesaan tahun ketahun (year on year) sebesar 7,71 persen.

Grafik 2

(7)

7

 Komposisi jumlah observasi dari 99 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat selama Januari 2015, didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 93 persen sedangkan gabah kualitas rendah sebesar 7 %.

 Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Cisokan yaitu sebesar Rp 6.300,- per kg yang terjadi di Kabupaten Tanah Datar. Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas GKP varietas Batu Bara, yaitu senilai Rp 4.100,00- per kg, terjadi di Kabupaten Pasaman.

 Berbeda dengan bulan sebelumnya, pada bulan Januari 2015 rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani mengalami penurunan sebesar 4,86 persen dari 5.705,47,- per kg (Desember 2014) menjadi Rp 5.431,41,- per kg ( Januari 2015), dan di tingkat penggilingan turun 4,49 persen dari 5.795,82,- per kg (Desember 2014) menjadi Rp 5.538,72,- per kg ( Januari 2015). Sementara itu, rata–rata harga gabah kualitas rendah dan gabah kualitas GKG tidak dapat dibandingkan.

B.

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH JANUARI 2015

HARGA GABAH (GKP) DI PETANI TURUN 4,86%

Survei harga produsen gabah berasal dari 99 observasi di tujuh kabupaten di Sumatera Barat, yaitu:

Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman. Rata-rata

harga gabah di tingkat petani bulan Januari dibanding bulan Desember untuk kualitas GKP mengalami

penurunan sebesar 4,86 persen dari Rp 5.705,47 per kg (Desember 2014) menjadi Rp 5.431,41 per kg

(Januari 2015). Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP turun sebesar 4,49 persen dari Rp

5.795,82,- per kg (Desember 2014) menjadi Rp 5.538,72,- per kg (Januari 2015).

Tabel 3

Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Januari 2015

Kelompok Kualitas

Jumlah Observasi

Harga di Tk Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tkt Penggilingan

Pasaman, yaitu sebesar Rp 4.100,- per kg, sedangkan harga terendah di tingkat penggilingan juga terjadi

(8)

8

Kabupaten Tanah Datar , yaitu sebesar Rp6.300,00,- per kg Sedangkan harga tertinggi di tingkat

penggilingan juga terjadi di Kab Tanah Datar yaitu sebesar Rp6.350,00,- per kg.

Tabel 4

Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat November 2014 s/d Januari 2015

No. Kabupaten

Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg)

Nov.’14 Des.’14 Jan.’15 Bulan Jan. 2015 % Perubahan

Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan

Dan HPP Sumatera Barat Jan 2013 – Jan 2015

Berdasarkan Inpres No. 3 Tahun 2012 tentang Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh

Pemerintah, telah ditetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru yang berlaku sejak tanggal 27

Februari 2012, yaitu untuk gabah kualitas GKP sebesar Rp 3.300,00,- per kg di tingkat petani dan Rp

3.350,00,- per kg di tingkat penggilingan, sedangkan HPP untuk gabah kualitas GKG sebesar

Rp4.150,00,- per kg di tingkat penggilingan. Pada pemantauan bulan April 2014 tidak ditemukan kasus

(9)

9

`

Badan Pusat Statistik

Provinsi Sumatera Barat

Informasi lebih lanjut hubungi:

Azwir, S.Si

Kepala Bidang Statistik Distribusi

Jl.Khatib Sulaiman No.48 Padang 25135 Telp. (0751) 442158,442159, Fax.(0751) 442161

Gambar

Tabel 2 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan
Tabel 3 Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani  dan Penggilingan,
Grafik 3 Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pengembangan delivery channel baru yang disediakan Artajasa adalah untuk memperluas channel yang dapat digunakan pelanggan dalam melakukan transaksi elektronis

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP STANDAR MUTU STAIN SAR ... Latar Belakang ... Komponen Standar Mutu STAIN SAR ... Pelaksanaan Standar Mutu ... Strategi Pemenuhan Standar STAIN

Nilai signifikansi pada variabel pengalaman kerja kuadrat yaitu 0,001 sehingga nilai ini lebih kecil dari 0,01 atau tingkat signifikansi 1%, sehingga dapat diambil

Oleh karena kedua aspek di atas sangat penting dimiliki oleh siswa, maka peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara kedua kemampuan tersebut, yang diharapkan

Hanya saja, Kebun Raya Liwa belum tertata dengan rapih dibandingan dengan Kebun Raya lainnya seperti Kebun Raya Bogor yang sudah memiliki banyak taman koleksi

Asumsi ini didasarkan atas kondisi apabila pemerintah mengeluarkan kebijakan khusus yang berkaitan dengan belanja pegawai akan diikuti dengan pemberian DAU yang

ANALISIS BOOK TAX DIFFERENCES TERHADAP PERSISTENSI LABA (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Tahun 2011-2013). adalah hasil karya

Rasa jenuh (burnout) merupakan salah satu emosi negatif yang dapat muncul dalam aktivitas akademik yang akan berdampak pada prestasi yang dicapai individu. Chaplin