Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-58512/PP/M.IIIB/15/2014
Jenis Pajak : PPh Badan
Tahun Pajak : 2008
Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi atas Penghasilan Neto Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2008 sebesar Rp.671.464.701.048,00, yang terdiri dari:
1. Koreksi Peredaran Usaha Rp. 361.793.757.212,00 2. Koreksi Harga Pokok Penjualan –
Biaya Royalti
Rp. 281.265.233.549,00 3. Koreksi Biaya Usaha – Laba/(Rugi)
Selisih Kurs
Rp. 28.405.710.287,00 Rp. 671.464.701.048,00
1. Koreksi Peredaran Usaha – Rp.361.793.757.212,00
Menurut Terbanding
: bahwa, persentase marjin laba bruto yang paling mencerminkan fakta dan keadaan dari Pemohon Banding adalah persentase laba bruto dari perusahaan pembanding Force Motor Limited India yaitu sebesar 6,98%
Menurut Pemohon Banding
: bahwa Pemohon Banding telah menunjukkan bahwa hasil penggunaan metode TNMM menunjukkan bahwa Pemohon Banding telah mendapatkan penghasilan yang sesuai dengan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha;
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Menurut Majelis : bahwa substansi koreksi peredaran usaha sebesar Rp. 361.793.757.212,00 adalah perbedaan penerapan harga wajar atas peredaran usaha, dimana Terbanding mendalilkan bahwa berdasarkan analisa yang dilakukan oleh Terbanding, Pemohon Banding adalah sebagai contract manufacturer dengan fungsi tambahan yaitu fungsi research and development, sehingga metode yang paling tepat yang digunakan untuk menghitung kembali harga wajar adalah dengan menggunakan metode cost plus;
bahwa Pemohon Banding mendalilkan bahwa jenis usaha Pemohon Banding bukan contract manufacturer tetapi lebih tepat dikarakterisasikan sebagai perusahaan manufaktur yang memproduksi barang jadi dibawah perjanjian yang relatif panjang dan menggunakan tekhnologi seperti patent, industrial know-how, design dan lain lain yang dimiliki oleh pemberi lisensi atau lebih dikenal sebagai
“licensed atau limited manufacturer”, selanjutnya, Pemohon Banding tidak hanya menjual produk yang memiliki brand Daihatsu saja namun brand lain selain Daihatsu, sehingga fungsi seperti pemasaran serta riset dan pengembangan (R&D) akan mengakibatkan perbedaan dan pengaruh yang material pada tingkat laba kotor sehingga penggunaan metode CPM tidak tepat digunakan;
bahwa berdasarkan bukti-bukti dan keterangan yang diberikan oleh para pihak yang terungkap dalam persidangan, Majelis berpendapat:
bahwa Majelis sependapat dengan Pemohon Banding bahwa jenis usaha Pemohon Banding adalah limited manufacturer hal ini dikuatkan dengan adanya penilaian dari pihak independen;
bahwa dengan demikian metode yang paling tepat digunakan oleh Pemohon Banding dalam menghitung tingkat kewajaran harga jual adalah dengan metode TNMM;
bahwa selanjutnya untuk menguatkan dalil yang dikemukakan oleh para pihak, para pihak sedikitnya harus mempunyai 2 (dua) alat bukti sesuai Pasal 76 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang menyatakan,“Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta penilaian pembuktian dan untuk sahnya pembuktian diperlukan paling sedikit 2 (dua) alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 Ayat (1)”;
bahwa ketentuan Pasal 78 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak menyatakan bahwa, "Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan, serta berdasarkan keyakinan Hakim";
bahwa berdasarkan pertimbangan hukum a quo Majelis berkesimpulan untuk mengabulkan permohonan Pemohon Banding, oleh karenanya koreksi Terbanding atas Peredaran Usaha sebesar Rp.361.793.757.212,00 harus dibatalkan;
2. Koreksi Harga Pokok Penjualan – Biaya Royalti – Rp.281.265.233.549,00
Menurut Terbanding
: bahwa berdasarkan Technical Assitance Agreement tanggal 20 November 2006 dan 31 Mei 2007, Pemohon Banding melakukan perjanjian lisensi dengan DMC di mana Pemohon Banding mendapatkan lisensi untuk memproduksi kendaraan jenis Terios, Rush dan Gran Max serta komponen terkait di wilayah Indonesia dan Timor Leste. Sebagai kompensasinya, Pemohon Banding membayar royalti kepada DMC sebesar 6% dari local value added untuk kendaraan dan 6% atas penjualan sebagai perlengkapan asli atau 3% atas penjualan sebagai suku cadang dari local value added;
Menurut Pemohon Banding
: bahwa salah satu cara untuk mencapai tujuan mencegah pengenaan pajak berganda tersebut adalah kedua Negara membagi hak pemajakan atas Royalti sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat (1) dan (2) Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda Indonesia – Jepang. Dalam ketentuan tersebut, hak pemajakan atas Royalti dibagi oleh kedua negara dengan cara membatasi hak pemajakan Indonesia sebagai negara sumber yaitu Indonesia tidak boleh mengenakan pajak melebihi 10% dari jumlah bruto Royalti. Apabila Indonesia, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak melakukan koreksi sehingga biaya Royalti tersebut tidak dapat dibebankan dalam menghitung Pajak Penghasilan Pemohon Banding, sedangkan Royalti tersebut merupakan penghasilan bagi pihak penerimanya dan terutang pajak di negaranya, maka koreksi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak telah menyebabkan terjadinya pajak berganda. Hal tersebut tentu saja bertentangan dengan maksud diadakannya Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda Indonesia – Jepang;
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Menurut Majelis : bahwa terkait koreksi positif Harga Pokok Penjualan, atas pembebanan Royalti sebesar Rp.281.265.233.549,00, berdasarkan pemeriksaan dan penilaian terhadap bukti-bukti dan keterangan yang diperoleh dari para pihak dalam persidangan, Majelis berpendapat sebagai berikut:
bahwa sesuai dokumen yang terkait dengan biaya royalty seperti:
a. Sertifikat paten, merek, dan desain b. Analisis fungsional;
c. Penjelasan tertulis dari Daihatsu Motor Corporation mengenai tarif royalty sebesar 6% untuk worldwide;
d. Technical Assistance Agreement antara Pemohon Banding dengan Daihatsu Motor Corporation dan Toyota Motor Corporation;
e. Invoice pembayaran royalty
telah diberikan oleh Pemohon Banding pada saat pemeriksaan;
bahwa Pemohon Banding pada saat keberatan telah membuat dokumentasi Transfer Pricing (TP) berupa Functional/Risk Analysis yang disusun oleh pihak konsultan independen untuk menganalisis penerapan metode CUP (Comparable Uncontrolled Price) atau CUT (Comparable Uncontrolled Transaction) dan TNMM (Transactional Net Margin Method) dan menyerahkan dokumen yang terkait koreksi biaya royalti terutama dokumentasi TP sebagaimana terlampir dalam surat keberatan, yaitu - Analisa fungsi dan risiko - Analisa CUT, dan Analisa TNMM;
bahwa lebih lanjut, dalam proses keberatan tersebut Pemohon Banding telah menyerahkan dokumen yang dijelaskan di dalam tanda terima tanggal 1 September 2010, seperti:
contoh dokumen terkait dengan informasi, know how, sertifikat paten, sertifikat merk, sertifikat desain;
Copy technical assistance agreement Xenia (U-IMV), Terios, Gran Max. - Rekap royalti, invoice dan bukti aplikasi transfer pembayaran royalti;
bahwa sesuai dengan OECD TP Guidelines bahwa penelitian kewajaran dan kelaziman usaha terhadap transaksi Intangible Property (dalam hal ini termasuk paten, trademark, tradenames, design dan model) meliputi:
1) Keberadaan harta tidak berwujud ditunjukan dengan adanya;
a. bukti kepemilikan atas harta tidak berwujud;
b. nilai dari harta tidak berwujud;
2) Keberadaan penyerahan hak untuk menggunakan harta tidak berwujud, jika IP tersebut memang memberikan manfaat; dan
3) Kewajaran Nilai Royalty;
bahwa berdasarkan pemeriksaan dan penilaian terhadap bukti-bukti yang disampaikan dalam persidangan, menurut Majelis umumnya royalti merupakan imbalan atas penggunaan merk atau hak untuk menggunakan (use or right to use) harta tidak berwujud (intangible properties/IP), dengan mengacu pada definisi ini, maka secara umum (baik untuk royalti kepada independent ataupun kepada afiliasi) setidaknya terdapat dua komponen penentu pembayaran royalti, yaitu adanya harta tidak berwujud (intangible properties/IP) dan adanya peristiwa penggunaan atau hak menggunakan IP tersebut. Tanpa dipenuhinya salah satu komponen, maka pembebanan biaya royalti menjadi tidak sesuai dengan ketentuan Undang-undang Pajak Penghasilan maupun praktik akuntansi yang diterima umum;
bahwa selanjutnya menurut Majelis, terkait dengan penggunaan merk Pemohon Banding secara nyata memang menggunakannya, dan perjanjian atas royalty dengan pemilik IP juga ada dan royalty tersebut memang benar-benar dibayarkan, dan telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 26 dan Pajak Pertambahan Nilai Jasa Luar Negerinya;
bahwa dalam persidangan Pemohon Banding dapat menunjukan bukti keberadaan harta tidak berwujud bagi pemilik IP, yang dapat ditunjukan dengan adanya bukti kepemilikan dan nilai dari harta tidak berwujud tersebut pada pemilik IP serta mencatat penghasilan atas royalty a quo;
bahwa sesuai Penjelasan Pasal 29 Ayat (2), Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 dalam penjelasannya disebutkan:
“Pendapat dan Simpulan petugas pemeriksa harus didasarkan bukti yang kuat dan berkaitan serta berlandaskan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”
bahwa selanjutnya untuk menguatkan dalil yang dikemukakan oleh para pihak, para pihak sedikitnya harus mempunyai 2 (dua) alat bukti sesuai Pasal 76 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang menyatakan, “Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta penilaian pembuktian dan untuk sahnya pembuktian diperlukan paling sedikit 2 (dua) alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 Ayat (1);
bahwa Pengadilan Pajak sebagai pengadilan tingkat banding dalam sengketa pajak, merupakan institusi yang menjalankan judex factie, artinya Majelis Hakim memutus perkara sesuai fakta yang terungkap dalam persidangan;
bahwa ketentuan Pasal 78 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak menyatakan bahwa, "Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan, serta berdasarkan keyakinan Hakim";
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
3. Koreksi Laba/(Rugi) Selisih Kurs – Rp.28.405.710.287,00
Menurut Terbanding
: bahwa koreksi atas Pengurang Penghasilan Bruto sebesar Rp.28.405.710.287,00 telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
Menurut Pemohon Banding
: bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan sisa koreksi yang dipertahankan oleh Terbanding atas Biaya Usaha – Laba (Rugi) Selisih Kurs yang disebabkan oleh Royalti.
Hal ini dikarenakan koreksi tersebut terkait dengan koreksi biaya Royalti (sebagaimana telah Pemohon Banding uraikan di atas);
Menurut Majelis : bahwa berdasarkan keterangan baik tertulis, maupun lisan yang disampaikan oleh para pihak, serta bukti-bukti yang terungkap dalam persidangan, maka Majelis berpendapat:
bahwa koreksi Terbanding atas Biaya Usaha berupa Laba/(Rugi) selisih kurs sebesar Rp.28.405.710.287,00 yang merupakan koreksi positif atas Laba/(Rugi) selisih kurs yang terkait langsung dengan pembayaran royalti yang telah dikoreksi positif oleh Terbanding yang juga diajukan banding dan diperiksa bersamaan dengan sengketa ini;
bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Majelis atas koreksi Harga Pokok Penjualan berupa Biaya Royalti sebesar Rp.281.265.233.549,00 dapat diketahui bahwa Majelis berkesimpulan koreksi Terbanding atas Harga Pokok Penjualan berupa Biaya Royalti sebesar Rp.281.265.233.549,00 tidak dapat dipertahankan;
bahwa dalam ketentuan Pasal 78 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak menyatakan bahwa, "Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan, serta berdasarkan keyakinan Hakim";
bahwa berdasarkan pertimbangan hukum a quo Majelis berkesimpulan untuk mengabulkan permohonan Pemohon Banding, oleh karenanya koreksi Terbanding atas Biaya Usaha – Laba (Rugi) Selisih Kurs sebesar Rp.28.405.710.287,00 harus dibatalkan;
Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak;
menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Kredit Pajak;
menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Sanksi Administrasi, kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya;
menimbang : bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berkesimpulan untuk mengabulkan seluruhnya permohonan banding Pemohon Banding, sehingga Penghasilan Neto Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2008 harus dihitung kembali menjadi sebagai berikut:
Penghasilan Neto menurut Terbanding Rp.904.698.774.113,00
Koreksi yang tidak dapat dipertahankan :
- Peredaran Usaha Rp.361.793.757.212,00
- Harga Pokok Penjualan – Biaya Royalti
Rp.281.265.233.549,00 - Biaya Usaha – Laba/(Rugi)
Selisih Kurs
Rp. 28.405.710.287,00
Penghasilan Neto menurut Majelis Rp.233.234.073.065,00
Mengingat :Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan ketentuan perundang.undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan perkara ini;
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Memutuskan : Menyatakan mengabulkan seluruhnya permohonan banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Terbanding Nomor: KEP-568/WPJ.19/BD.05/2011 tanggal 28 Juni 2011, tentang Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2008 Nomor:
00012/206/08/092/10 tanggal 04 Juni 2010, atas nama: PT. XXX, sehingga perhitungan Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2008 menjadi sebagai berikut :
Penghasilan Neto Rp. 233.234.073.065,00
Penghasilan Kena Pajak Rp. 233.234.073.065,00
Pajak Penghasilan Terutang :
10% x Rp.50.000.000,00 = Rp. 5.000.000,00 15% x Rp.50.000.000,00 = Rp. 7.500.000,00 30% x Rp.233.134.073.000,00 = Rp.69.940.221.900,00
Jumlah Pajak Penghasilan terutang Rp. 69.952.721.900,00
Kredit Pajak Rp. 151.262.364.103,00
Pajak Penghasilan Kurang/(Lebih) Dibayar (Rp. 81.309.642.203,00)
Demikian diputus di Jakarta berdasarkan musyawarah setelah pemeriksaan dalam persidangan dicukupkan pada hari Kamis tanggal 13 September 2012 oleh Hakim Majelis IIIB Pengadilan Pajak dengan susunan Hakim Majelis IIIB dan Panitera Pengganti sebagai berikut:
ABC, S.E., Ak., M.Sc.
DEF, S.H., LL.M.
GHI JKL
sebagai Hakim Ketua, sebagai Hakim Anggota, sebagai Hakim Anggota, sebagai Panitera Pengganti,
dan Putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua Majelis IIIB, pada hari Selasa, tanggal 16 Desember 2014 dengan susunan Majelis dan Panitera Pengganti sebagai berikut:
MNO, S.H., M.Kn.
PQR, S.H., M.H., M.Si.
STU, S.E., M.Si.
VWX
sebagai Hakim Ketua, sebagai Hakim Anggota, sebagai Hakim Anggota, sebagai Panitera Pengganti,
dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh Terbanding, namun tidak dihadiri oleh Pemohon Banding.