• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SOCIAL SKILLS TRAINING DALAM MENGURANGI PERASAAN TERISOLIR SISWA KELAS XI SMA HKBP SIDORAME MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SOCIAL SKILLS TRAINING DALAM MENGURANGI PERASAAN TERISOLIR SISWA KELAS XI SMA HKBP SIDORAME MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SOCIAL SKILLS TRAINING DALAM MENGURANGI PERASAAN TERISOLIR SISWA DI KELAS XI SMA SWASTA

HKBP SIDORAME MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Oleh :

NOVA ROTUA HUTAGALUNG NIM : 110 3151 046

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

PENGARUH SOCIAL SKILLS TRAINING DALAM MENGURANGI PERASAAN TERISOLIR SISWA DI KELAS XI SMA SWASTA

HKBP SIDORAME MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Oleh :

NOVA ROTUA HUTAGALUNG NIM : 110 3151 046

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(3)

PENGARUH SOCIAL SKILLS TRAINING DALAM MENGURANGI PERASAAN TERISOLIR SISWA DI KELAS XI SMA SWASTA

HKBP SIDORAME MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

NOVA ROTUA HUTAGALUNG NIM : 110 3151 046

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(4)
(5)
(6)

PERSEMBAHAN

Selain KAU tiada yang lain, ada padaku di surga

Selain KAU tiada yang lain, yang ku ingini di bumi

Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku

Dan bagianku tetaplah ALLAH selama-lamanya.

“Tuhan aku bersyukur karena seumur hidupku aku

belum melihat apa pun yang lebih kuinginkan

selain diri-Mu.

Apa yang tampak lemah bagi dunia dapat Kau pakai luar biasa. Aku yang tak berarti

telah Kau pilih untuk menyatakan anug’rahMu yang luar biasa.

Ketika Kristus memanggil seseorang, Ia memintanya untuk datang

dan mati. - Bonhoeffer

Slogan pengikut Kristus adalah mati setiap hari. (1 Korintus 15:31)

Sepertinya Yesus sengaja memilih prestasi rohani yang lebih dramatis

dan luar biasa untuk memperjelas satu hal: sebaik apa pun

perbuatanku, apa pun prestasi yang ku raih bagi kerajaan Allah, bukan

itu yang menjadikan ku pengikut yang sejati.

(7)

RIWAYAT HIDUP

1. Biodata Pribadi

a. Nama : Nova Rotua Hutagalung

b. Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 22 Nopember 1992

c. Agama : Kristen Protestan

d. Jumlah Saudara : 4 Orang

e. Nama Ayah : J Hutagalung

f. Nama Ibu : B Panjaitan

g. Perkerjaan Orang Tua : Guru

h. Alamat Orang Tua : Tebing Tinggi

2. Riwayat Pendidikan

a. Sekolah Dasar : SD Negeri No 163089 Tebing Tinggi

Tahun 1998-2004

b. SLTP : SMP Negeri 2 Tebing Tinggi

Tahun 2004-2007

c. SMA : SMA Negeri 3 Tebing Tinggi

Tahun 2007-2010

d. Perguruan Tinggi : Bimbingan Konseling S-1 UNIMED

(8)

i

ABSTRAK

Nova Rotua Hutagalung. Nim. 1103151046. Pengaruh Social Skills Training dalam Mengurangi Perasaan Terisolir Siswa Kelas XI SMA HKBP Sidorame Medan Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Program Studi Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana social skills training dapat mengurangi perasaan terisolir siswa di kelas XI SMA Swasta HKBP Sidorame. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian pre-test and post-test one group design. Subjek dalam penelitian ini adalah 12 siswa kelas XI SMA Swasta HKBP Sidorame yang teridentifikasi memiliki skor terisolasi tinggi.

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner siswa terisolir dan sosiometri. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik non parametrik dengan uji wilcoxon signed rank test. Setelah diadakan analisis data dengan uji tanda, N=12 maka dapat diketahui zhitung = -3,061, Ztabel 1,96

dalam ketetapan α sebesar 5% adalah 0,05, harga -3,061< 1,96. Dengan demikian Ho ditolak. Artinya setelah diberi layanan social skills training, siswa yang sebelumnya mempunyai skor keterisolasian tinggi menjadi skor keterisoalsiannya menjadi sedang dan rendah. Jadi hipotesis penelitian “pengaruh social skills

training dalam mengurangi perasaan terisolir siswa di kelas XI SMA Swasta

HKBP Sidorame” dapat diterima. Implementasi hasil penelitian bahwa guru BK dapat menggunakan social skills training untuk membantu siswa terisolir.

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator dan Materi Pelatihan Social Skills Training... 20

Tabel 2.2 Komponen Keterampilan melalui role play ... 21

Tabel 3.1 Pemberian Skor Ke-terisolir-an ... 30

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Ke-terisolir-an ... 30

Tabel 4.1 Hasil Pre –Test ... 36

Tabel 4.2 Skoring Pre-test Angket Pada Subjek Penelitian ... 36

Tabel 4.3Hasil Post – Test (Setelah Diberi Social Skills Training) ... 37

Tabel 4.4 Deskripsi Data Pre-test dan Post-test ... 38

(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Format Angket Sosiometri ... 47

Lampiran 2 Angket Uji Coba ... 48

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Layanan dan Materi ... 50

Lampiran 4 Sebaran Data Uji Coba ... 68

Lampiran 5 Hasil Validitas dan Realibilitas Dengan Ms.Exel ... 69

Lampiran 6 Angket Terisolir ... 71

Lampiran 7 Pre – Test Keterisoliran ... 72

Lampiran 8 Post – Test Keterisoliran ... 73

Lampiran 9 Penghitungan Uji Validitas Angket ... 74

Lampiran 10 Penghitungan Uji Reliabilitas Angket ... 76

Lampiran 11 Penghitungan Kategori/Rentang Keterisoliran ... 78

Lampiran 12 Pre – Test Sosiometri ... 79

Lampiran 13 Post – Test Sosiometri ... 84

(11)

1

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara

masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan

sosial – emosional. Melihat masa remaja sangat potensial dan dapat berkembang

ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

pendidikan, bimbingan, maupun pendampingan sangat diperlukan untuk

mengarahkan perkembangan potensi remaja tersebut agar berkembang ke arah

positif dan produktif sesuai dengan kebutuhan perkembangan sosial remaja.

Pada tahun awal-awal remaja, penyesuaian diri dengan kelompok penting bagi

remaja laki-laki maupun perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan

identitas diri, seperti yang dijelaskan oleh Erikson dalam Hurlock (1980:208)

identitas yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa, apa

peranannya dalam masyarakat, apakah dia seorang anak atau seorang dewasa,

apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau agama atau

nasionalnya membuat beberapa orang merendahkannya. Secara keseluruhan

apakah berhasil atau gagal.

Kekhasan dalam perkembangan fase remaja dibandingkan dengan fase

perkembangan lainnya membawa konsekuensi pada kebutuhan yang khas pula

pada remaja. Menurut Garrison (Mappiare, 1982:125) setidaknya ada tujuh

kebutuhan yang khas pada remaja, yaitu 1) Kebutuhan akan kasih sayang, 2)

Kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima oleh kelompok, 3) Kebutuhan untuk

(12)

2

2

dari orang lain, 6) Kebutuhan untuk dihargai, dan 7) Kebutuhan untuk

memperoleh falsafah hidup.

Maslow menegaskan bahwa setiap orang harus berkembang sepenuh

kemampuan yang dimilikinya. Kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan,

mengembangkan, dan menggunakan kemampuannya secara penuh merupakan hal

yang harus dipahami oleh setiap remaja untuk mencapai tingkat perkembangan

yang sesuai dengan kebutuhan remaja dan yang menjadi hal terpenting adalah

bagaimana remaja itu sendiri mampu mengaktualisasikan dirinya. Oleh karena itu,

setiap remaja dituntut untuk mampu mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan

kebutuhan perkembangannya. Hal ini menjadi sangat penting manakala anak

sudah menginjak remaja, sebab pada masa remaja individu sudah memasuki dunia

pergaulan yang lebih luas, pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan

sangat menentukan, seperti teman sebaya.

Pemenuhan kebutuhan siswa untuk saling bergaul sesama teman, guru

merupakan salah satu kebutuhan siswa untuk bersosialisasi. Dalam masalah ini,

sekolah adalah suatu lembaga yang dianggap penting dalam memainkan perannya

sebagai tempat belajar bagi siswa, bergaul dan beradaptasi dengan lingkungannya.

Dengan demikian sekolah tidak hanya berperan sebagai transformer (penyalur –

penulis) ilmu pengetahuan, tetapi sekolah juga berperan dalam mengembangkan

potensi diri siswa untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas UU RI No. 20 Tahun 2003).

Tampak bahwa sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang

(13)

3

3

tidak hanya mendidik siswa dalam aspek kognitif saja, tetapi juga

mengembangkan aspek– aspek lainnya, termasuk aspek sosial. Kenyataan yang

ditemui di sekolah ada siswa yang terisolir dari teman dalam belajar, siswa

terisolir menjauhkan diri dan sulit bergaul dengan yang lain.

Kualitas kemampuan dalam bersosialisasi merupakan prestasi yang harus

dicapai oleh siswa di sekolah. Selanjutnya jika dilihat dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Sunarya (2005:10) dapat diketahui bahwa dalam tahap pertama

(pengolahan hasil sosiometri) diperoleh gambaran dari 294 orang siswa sebanyak

67 orang (22,79%) mendapat status sebagai siswa terisolir dan 35 orang (44,8%)

siswa laki-laki dan 37 orang atau 55,2% adalah perempuan. Sedangkan untuk

siswa populer dari 35 orang terdapat 20 orang (57,1%) siswa laki-laki dan 15

orang (42,9%) adalah siswa perempuan. Terkait dengan perolehan hasil penelitian

Sunarya (2005) di atas, menunjukkan bahwa pada kelompok siswa terisolir, siswa

perempuan lebih banyak jumlahnya. Adapun pada kelompok populer siswa

laki-laki lebih banyak jumlahnya. Secara keseluruhan terkait dengan masalah bagi

siswa yang terisolir yang terjadi adalah permasalahan relasi (hubungan sosial

psikologis) dalam hal mengaktualisasikan dirinya.

Sehubungan dengan penelitian Sunarya (2005:10) di atas juga menjelaskan

bahwa para siswa terisolir merasa bahwa mereka susah bergaul, tidak akrab

dengan teman, merasa tidak ada orang yang dapat dijadikan tempat mengeluh dan

sebagainya. Artinya bahwa siswa terisolir memang mempunyai masalah dalam

membina hubungan atau melakukan relasi dengan teman yang lain. Para siswa

terisolir-pun punya perasaan tidak disukai oleh teman yang lain, walaupun tidak

(14)

4

4

Persepsi/pandangan terhadap aspek diri yang terbentuk karena pengalaman masa

lalu dan interaksi dengan orang lain sangat mempengaruhi perasaan terisolir

tersebut.

Dari hasil penelitian Sunarya (2005:10) di atas dapat disimpulkan bahwa

banyak siswa terisolir tidak mampu mengaktualisasikan dirinya dalam hal

perannya sebagai makhluk sosial yang selanjutnya akan mempengaruhi kehidupan

sosial siswa dimasa yang akan datang. Karena pada hakekatnya setiap remaja

akan sangat memerlukan orang-orang disekitarnya untuk membangun pribadinya

menjadi lebih baik. Mendukung hasil dari penelitian di atas peneliti juga telah

melakukan observasi dan wawancara kepada guru BK SMA HKBP Sidorame,

bahwasanya guru BK menemui masalah yaitu mengenai adanya hubungan sosial

individu dalam kelompok yang kurang baik yang dicurigai teridentifikasi

terisolasi yakni mengalami penolakan oleh kelompoknya, siswa tersebut

menunjukkan ciri-ciri seperti ada anak yang suka menyendiri di kelas ketika jam

istirahat, ada anak yang suka membuat gaduh di kelas, tidak mempunyai teman

ataupun hanya berteman dengan teman tertentu saja, ketika pembagian kelompok

sering tidak dapat kelompok.

Keterisoliran atau penolakan lingkungan ini justru semakin berdampak buruk

bagi siswa, seperti Jaringan sosial dan kualitas hubungan mereka dengan

lingkungan menjadi rendah, padahal kedua kondisi ini merupakan media yang

paling dibutuhkan remaja untuk mengembangkan diri. Remaja juga menjadi lebih

suka bergaul dengan teman yang memiliki karakteristik yang sama dengan

mereka. Seolah-olah seperti “lingkaran setan”, hal ini akan membuat anak tetap

(15)

5

5

semakin parah yang pada akhirnya akan membuat mereka semakin dijauhi oleh

lingkungan.

Keterisoliran itu dimungkinkan akan menjadi karakter, apabila tidak diberi

bimbingan dengan baik khususnya oleh lingkungan yang paling dekat dengan

anak, yaitu keluarga, sekolah dan teman bermain. Siswa membutuhkan bantuan

untuk mengurangi perasaan terisolir tersebut melalui bimbingan kelompok,

konseling, dan juga melalui social skills training yang dengan cara melakukan

latihan (training) dapat membantu mengurangi perasaan terisolir siswa.

Sehubungan dengan permasalahan di atas yaitu pentingnya mengambil

bagian/peran sosial dalam masyarakat atau lingkungan sehingga harus

memaksimalkan perkembangan diri untuk tidak terisolir dipandang perlu untuk

meneliti mengenai upaya mengurangi keterisoliran siswa. Dalam kesempatan ini

penulis memilih judul “Pengaruh Social Skills Training dalam Mengurangi

Perasaan Terisolir Siswa di Kelas XI SMA HKBP Sidorame Medan”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas diperoleh beberapa

identifikasi masalah antara lain:

1) Siswa sulit membina hubungan atau melakukan relasi dengan teman

sebaya

2) Siswa merasa tidak disenangi oleh teman sebaya

3) Sikap dan kebiasaan siswa kurang mengindahkan norma sosial

4) Siswa mengalami penolakan oleh kelompoknya

(16)

6

6

6) Siswa suka membuat gaduh di kelas

7) Siswa tidak mempunyai teman ataupun hanya berteman dengan teman

tertentu saja

8) Konsep diri siswa yang salah, sehingga menyebabkan rasa percaya diri

kurang.

9) Menganggap diri lebih rendah dari teman-teman

10)Belum mendapatkan pelayanan yang optimal dari guru bimbingan dan

konseling (guru BK), misalnya memperoleh Social Skills Training.

1.3Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, tidak semua diteliti karena

keterbatasan kemampuan, tenaga dan biaya yang dimiliki peniliti. Selanjutnya

masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh Social Skills Training dalam

mengurangi perasaan terisolir siswa.

1.4Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini:

- Apakah social skills training dapat mengurangi perasaan terisolir siswa di

kelas XI SMA HKBP Sidorame Medan?

1.5Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengurangi perasaan terisolir siswa

setelah dilakukannya social skills training pada siswa kelas XI SMA HKBP

(17)

7

7

1.6Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dilakukan:

1.6.1 Manfaat Teoritis

Dapat memberikan sumbangan untuk pengembangan ilmu bimbingan

konseling terkhusus berkaitan dengan social skills training dalam

mengurangi perasaan siswa terisolir.

1.6.2 Manfaat Praktis

1) Bagi siswa, dapat meningkatkan perasaan tidak terisolir

2) Bagi guru BK, melatih mengembangkan keterampilan Social Skills

Training

3) Bagi sekolah, penelitian ini dijadikan dasar untuk mengadakan social skills

training pada guru

4) Bagi peneliti lainnya, sebagai bahan masukan dan sumber referensi

(18)

44 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil

kesimpulan, yaitu Social skills training dapat mengurangi perasaan siswa

terisolir, hal ini tampak dari rata-rata hasil pre-test dan post-test, yaitu 46,91 >

37,16 dengan selisih 12,75. Dari hasil uji hipotesis diperoleh z hitung < z tabel yaitu

-3,061 < 1,96, sehingga Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan

dari pemberian social skills training terhadap pengurangan perasaan terisolir

siswa.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka disarankan hal berikut

yaitu:

1) Guru BK, dapat meningkatkan program-program pembinaan siswa

terisolir melalui social skills training.

2) Kepala Sekolah, bersedia memfasilitasi setiap kegiatan maupun program

yang dilaksanakan.

3) Siswa diharapkan bersedia mengikuti program-program peningkatan

keterampilan sosial agar tidak terisolir melalui social skills training.

4) Peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan dan sumber referensi bagi

peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian terkait dengan

(19)

45

DAFTAR PUSTAKA

Ali. Moh &Asrori. Moh. (2008). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi aksara.

Depdiknas. (2003). Undang Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003

tentang Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

Febriansyah. (2011). Teknik Pengumpulan Data Secara Sosiometri. http://blog-febriansyah.blogspot.com/2011/11/teknik-pengumpulan-data-secara.html, Maret 05, 2014

Gunadi, dkk. (2013). Memahami Remaja dan Pergumulannya. Bandung: Visi Anugerah Indonesia

Gunarsa, Singgih, D. (1980). Psikologi untuk membimbing. Konseling dan

Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hakim, Thrusan. (2002). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara

Hurlock, Elisabeth. (1980). Psikologi Perkembangan (edisi 5). Jakarta: Erlangga

Kartono, Kartini dan Gulo, Dali. (2000). Kamus Psikologi. Bandung: Pioner Jaya.

Mappiare, Andi. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional

---. (1988). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional

Milfayetty, Sri. (2011). Assesmen Teknik Non Tes dalam Bimbingan Konseling. Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan: Percetakan Unimed

Nastiti, dkk. (2001). The Implementation Of Group Guidance Service With

Playing Techniques To Handle The Isolated Students Viii – A Class Smp Negeri 1 Kunjang Kediri (Jurnal BK Unesa Vol. 04 Nomer 01 Tahun

2001. Pp 99-108)

Nurjanah, Siti. (2011). Pengaruh Terapi Generalis dan Latihan Keterampilan

Sosial terhadap Pencapaian Identitas Diri Remaja Panti Asuhan di Kabupaten Banyumas. Depok. Universitas Indonesia. Tesis tidak

dipublikasikan

Pinilih, Sambodo S. (2012). Pengaruh Social Skills Training (SST) terhadap

Keterampilan Soialisasi dan Sosia Anxiety pada Remaja Tuna Rungu di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kabupaten Wonosobo. Depok: Universitas

(20)

46

Ramdhani, N. (2002). Pelatihan Keterampilan Sosial pada Mahasiswa yang Sulit

Bergaul. http://lib-ugm.acid/data/pubdata/ketsos pdf, Maret 05, 2014

Santrock, John W. 2003. Perkembangan Remaja (Adolescence): Adelar,Shinto B dan Saragih, Sherly. Jakarta: Erlangga

Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Bandung

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sunarya, Yaya (2005). Beberapa Karakteristik Siswa Terisolir (Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan vol. 1-3)

Wartini, dkk. (2013). Karakteristik Belajar Siswa Terisolir (Jurnal Ilmiah Konseling vol. 2)

Winkel. W. S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia

Gambar

Tabel 2.1 Indikator dan Materi Pelatihan Social Skills Training...................        20

Referensi

Dokumen terkait

menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “ Pengaruh Disiplin Dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI SMA Swasta

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Passing Bawah Menggunakan Media Tembok Dan Berpasangan Dalam Permainan Bola Voli Pada Siswa Kelas XI SMA Swasta Nasrani 3 Medan Tahun Ajaran

Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Apakah ada hubungannya layanan penempatan dan penyaluran dengan hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA Swasta

Indah Cahya Sagala. Hubungan Motivasi Berprestasi dan Manajemen Waktu dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Swasta Raksana Medan Tahun Ajaran 2012/2013. Jurusan

Lingkungan belajar dalam keluarga yang kurang mendukung yang berpengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMA Swasta Parulian 2 Medan Tahun

Meningkatkan Hasil Belajar Lempar Cakram Melalui Penerapan Gaya Mengajar Resiprokal Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Swasta Budi Murni 3 Medan Tahun Ajaran

NELLI RAMBE, NIM: 1113351020, Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Dalam Mengurangi Stereotip Antar Kelas Pada Siswa Kelas XI SMA Al-Hidayah Medan

i ABSTRAK Muhammad Waldi Caniago : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Servis Atas Bola Voli Melalui Variasi Pembelajaran Pada Siswa Kelas XI SMA Swasta Mulia Medan Tahun Ajaran