PENGARUH SOCIAL SKILLS TRAINING DALAM MENGURANGI PERASAAN TERISOLIR SISWA DI KELAS XI SMA SWASTA
HKBP SIDORAME MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Oleh :
NOVA ROTUA HUTAGALUNG NIM : 110 3151 046
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENGARUH SOCIAL SKILLS TRAINING DALAM MENGURANGI PERASAAN TERISOLIR SISWA DI KELAS XI SMA SWASTA
HKBP SIDORAME MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Oleh :
NOVA ROTUA HUTAGALUNG NIM : 110 3151 046
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENGARUH SOCIAL SKILLS TRAINING DALAM MENGURANGI PERASAAN TERISOLIR SISWA DI KELAS XI SMA SWASTA
HKBP SIDORAME MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
NOVA ROTUA HUTAGALUNG NIM : 110 3151 046
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PERSEMBAHAN
Selain KAU tiada yang lain, ada padaku di surga
Selain KAU tiada yang lain, yang ku ingini di bumi
Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku
Dan bagianku tetaplah ALLAH selama-lamanya.
“Tuhan aku bersyukur karena seumur hidupku aku
belum melihat apa pun yang lebih kuinginkan
selain diri-Mu.
”
Apa yang tampak lemah bagi dunia dapat Kau pakai luar biasa. Aku yang tak berarti
telah Kau pilih untuk menyatakan anug’rahMu yang luar biasa.
Ketika Kristus memanggil seseorang, Ia memintanya untuk datang
dan mati. - Bonhoeffer
Slogan pengikut Kristus adalah mati setiap hari. (1 Korintus 15:31)
Sepertinya Yesus sengaja memilih prestasi rohani yang lebih dramatis
dan luar biasa untuk memperjelas satu hal: sebaik apa pun
perbuatanku, apa pun prestasi yang ku raih bagi kerajaan Allah, bukan
itu yang menjadikan ku pengikut yang sejati.
RIWAYAT HIDUP
1. Biodata Pribadi
a. Nama : Nova Rotua Hutagalung
b. Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 22 Nopember 1992
c. Agama : Kristen Protestan
d. Jumlah Saudara : 4 Orang
e. Nama Ayah : J Hutagalung
f. Nama Ibu : B Panjaitan
g. Perkerjaan Orang Tua : Guru
h. Alamat Orang Tua : Tebing Tinggi
2. Riwayat Pendidikan
a. Sekolah Dasar : SD Negeri No 163089 Tebing Tinggi
Tahun 1998-2004
b. SLTP : SMP Negeri 2 Tebing Tinggi
Tahun 2004-2007
c. SMA : SMA Negeri 3 Tebing Tinggi
Tahun 2007-2010
d. Perguruan Tinggi : Bimbingan Konseling S-1 UNIMED
i
ABSTRAK
Nova Rotua Hutagalung. Nim. 1103151046. Pengaruh Social Skills Training dalam Mengurangi Perasaan Terisolir Siswa Kelas XI SMA HKBP Sidorame Medan Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Program Studi Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana social skills training dapat mengurangi perasaan terisolir siswa di kelas XI SMA Swasta HKBP Sidorame. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian pre-test and post-test one group design. Subjek dalam penelitian ini adalah 12 siswa kelas XI SMA Swasta HKBP Sidorame yang teridentifikasi memiliki skor terisolasi tinggi.
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner siswa terisolir dan sosiometri. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik non parametrik dengan uji wilcoxon signed rank test. Setelah diadakan analisis data dengan uji tanda, N=12 maka dapat diketahui zhitung = -3,061, Ztabel 1,96
dalam ketetapan α sebesar 5% adalah 0,05, harga -3,061< 1,96. Dengan demikian Ho ditolak. Artinya setelah diberi layanan social skills training, siswa yang sebelumnya mempunyai skor keterisolasian tinggi menjadi skor keterisoalsiannya menjadi sedang dan rendah. Jadi hipotesis penelitian “pengaruh social skills
training dalam mengurangi perasaan terisolir siswa di kelas XI SMA Swasta
HKBP Sidorame” dapat diterima. Implementasi hasil penelitian bahwa guru BK dapat menggunakan social skills training untuk membantu siswa terisolir.
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator dan Materi Pelatihan Social Skills Training... 20
Tabel 2.2 Komponen Keterampilan melalui role play ... 21
Tabel 3.1 Pemberian Skor Ke-terisolir-an ... 30
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Ke-terisolir-an ... 30
Tabel 4.1 Hasil Pre –Test ... 36
Tabel 4.2 Skoring Pre-test Angket Pada Subjek Penelitian ... 36
Tabel 4.3Hasil Post – Test (Setelah Diberi Social Skills Training) ... 37
Tabel 4.4 Deskripsi Data Pre-test dan Post-test ... 38
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Format Angket Sosiometri ... 47
Lampiran 2 Angket Uji Coba ... 48
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Layanan dan Materi ... 50
Lampiran 4 Sebaran Data Uji Coba ... 68
Lampiran 5 Hasil Validitas dan Realibilitas Dengan Ms.Exel ... 69
Lampiran 6 Angket Terisolir ... 71
Lampiran 7 Pre – Test Keterisoliran ... 72
Lampiran 8 Post – Test Keterisoliran ... 73
Lampiran 9 Penghitungan Uji Validitas Angket ... 74
Lampiran 10 Penghitungan Uji Reliabilitas Angket ... 76
Lampiran 11 Penghitungan Kategori/Rentang Keterisoliran ... 78
Lampiran 12 Pre – Test Sosiometri ... 79
Lampiran 13 Post – Test Sosiometri ... 84
1
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara
masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan
sosial – emosional. Melihat masa remaja sangat potensial dan dapat berkembang
ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk
pendidikan, bimbingan, maupun pendampingan sangat diperlukan untuk
mengarahkan perkembangan potensi remaja tersebut agar berkembang ke arah
positif dan produktif sesuai dengan kebutuhan perkembangan sosial remaja.
Pada tahun awal-awal remaja, penyesuaian diri dengan kelompok penting bagi
remaja laki-laki maupun perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan
identitas diri, seperti yang dijelaskan oleh Erikson dalam Hurlock (1980:208)
identitas yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa, apa
peranannya dalam masyarakat, apakah dia seorang anak atau seorang dewasa,
apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau agama atau
nasionalnya membuat beberapa orang merendahkannya. Secara keseluruhan
apakah berhasil atau gagal.
Kekhasan dalam perkembangan fase remaja dibandingkan dengan fase
perkembangan lainnya membawa konsekuensi pada kebutuhan yang khas pula
pada remaja. Menurut Garrison (Mappiare, 1982:125) setidaknya ada tujuh
kebutuhan yang khas pada remaja, yaitu 1) Kebutuhan akan kasih sayang, 2)
Kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima oleh kelompok, 3) Kebutuhan untuk
2
2
dari orang lain, 6) Kebutuhan untuk dihargai, dan 7) Kebutuhan untuk
memperoleh falsafah hidup.
Maslow menegaskan bahwa setiap orang harus berkembang sepenuh
kemampuan yang dimilikinya. Kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan,
mengembangkan, dan menggunakan kemampuannya secara penuh merupakan hal
yang harus dipahami oleh setiap remaja untuk mencapai tingkat perkembangan
yang sesuai dengan kebutuhan remaja dan yang menjadi hal terpenting adalah
bagaimana remaja itu sendiri mampu mengaktualisasikan dirinya. Oleh karena itu,
setiap remaja dituntut untuk mampu mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan
kebutuhan perkembangannya. Hal ini menjadi sangat penting manakala anak
sudah menginjak remaja, sebab pada masa remaja individu sudah memasuki dunia
pergaulan yang lebih luas, pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan
sangat menentukan, seperti teman sebaya.
Pemenuhan kebutuhan siswa untuk saling bergaul sesama teman, guru
merupakan salah satu kebutuhan siswa untuk bersosialisasi. Dalam masalah ini,
sekolah adalah suatu lembaga yang dianggap penting dalam memainkan perannya
sebagai tempat belajar bagi siswa, bergaul dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Dengan demikian sekolah tidak hanya berperan sebagai transformer (penyalur –
penulis) ilmu pengetahuan, tetapi sekolah juga berperan dalam mengembangkan
potensi diri siswa untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas UU RI No. 20 Tahun 2003).
Tampak bahwa sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang
3
3
tidak hanya mendidik siswa dalam aspek kognitif saja, tetapi juga
mengembangkan aspek– aspek lainnya, termasuk aspek sosial. Kenyataan yang
ditemui di sekolah ada siswa yang terisolir dari teman dalam belajar, siswa
terisolir menjauhkan diri dan sulit bergaul dengan yang lain.
Kualitas kemampuan dalam bersosialisasi merupakan prestasi yang harus
dicapai oleh siswa di sekolah. Selanjutnya jika dilihat dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sunarya (2005:10) dapat diketahui bahwa dalam tahap pertama
(pengolahan hasil sosiometri) diperoleh gambaran dari 294 orang siswa sebanyak
67 orang (22,79%) mendapat status sebagai siswa terisolir dan 35 orang (44,8%)
siswa laki-laki dan 37 orang atau 55,2% adalah perempuan. Sedangkan untuk
siswa populer dari 35 orang terdapat 20 orang (57,1%) siswa laki-laki dan 15
orang (42,9%) adalah siswa perempuan. Terkait dengan perolehan hasil penelitian
Sunarya (2005) di atas, menunjukkan bahwa pada kelompok siswa terisolir, siswa
perempuan lebih banyak jumlahnya. Adapun pada kelompok populer siswa
laki-laki lebih banyak jumlahnya. Secara keseluruhan terkait dengan masalah bagi
siswa yang terisolir yang terjadi adalah permasalahan relasi (hubungan sosial
psikologis) dalam hal mengaktualisasikan dirinya.
Sehubungan dengan penelitian Sunarya (2005:10) di atas juga menjelaskan
bahwa para siswa terisolir merasa bahwa mereka susah bergaul, tidak akrab
dengan teman, merasa tidak ada orang yang dapat dijadikan tempat mengeluh dan
sebagainya. Artinya bahwa siswa terisolir memang mempunyai masalah dalam
membina hubungan atau melakukan relasi dengan teman yang lain. Para siswa
terisolir-pun punya perasaan tidak disukai oleh teman yang lain, walaupun tidak
4
4
Persepsi/pandangan terhadap aspek diri yang terbentuk karena pengalaman masa
lalu dan interaksi dengan orang lain sangat mempengaruhi perasaan terisolir
tersebut.
Dari hasil penelitian Sunarya (2005:10) di atas dapat disimpulkan bahwa
banyak siswa terisolir tidak mampu mengaktualisasikan dirinya dalam hal
perannya sebagai makhluk sosial yang selanjutnya akan mempengaruhi kehidupan
sosial siswa dimasa yang akan datang. Karena pada hakekatnya setiap remaja
akan sangat memerlukan orang-orang disekitarnya untuk membangun pribadinya
menjadi lebih baik. Mendukung hasil dari penelitian di atas peneliti juga telah
melakukan observasi dan wawancara kepada guru BK SMA HKBP Sidorame,
bahwasanya guru BK menemui masalah yaitu mengenai adanya hubungan sosial
individu dalam kelompok yang kurang baik yang dicurigai teridentifikasi
terisolasi yakni mengalami penolakan oleh kelompoknya, siswa tersebut
menunjukkan ciri-ciri seperti ada anak yang suka menyendiri di kelas ketika jam
istirahat, ada anak yang suka membuat gaduh di kelas, tidak mempunyai teman
ataupun hanya berteman dengan teman tertentu saja, ketika pembagian kelompok
sering tidak dapat kelompok.
Keterisoliran atau penolakan lingkungan ini justru semakin berdampak buruk
bagi siswa, seperti Jaringan sosial dan kualitas hubungan mereka dengan
lingkungan menjadi rendah, padahal kedua kondisi ini merupakan media yang
paling dibutuhkan remaja untuk mengembangkan diri. Remaja juga menjadi lebih
suka bergaul dengan teman yang memiliki karakteristik yang sama dengan
mereka. Seolah-olah seperti “lingkaran setan”, hal ini akan membuat anak tetap
5
5
semakin parah yang pada akhirnya akan membuat mereka semakin dijauhi oleh
lingkungan.
Keterisoliran itu dimungkinkan akan menjadi karakter, apabila tidak diberi
bimbingan dengan baik khususnya oleh lingkungan yang paling dekat dengan
anak, yaitu keluarga, sekolah dan teman bermain. Siswa membutuhkan bantuan
untuk mengurangi perasaan terisolir tersebut melalui bimbingan kelompok,
konseling, dan juga melalui social skills training yang dengan cara melakukan
latihan (training) dapat membantu mengurangi perasaan terisolir siswa.
Sehubungan dengan permasalahan di atas yaitu pentingnya mengambil
bagian/peran sosial dalam masyarakat atau lingkungan sehingga harus
memaksimalkan perkembangan diri untuk tidak terisolir dipandang perlu untuk
meneliti mengenai upaya mengurangi keterisoliran siswa. Dalam kesempatan ini
penulis memilih judul “Pengaruh Social Skills Training dalam Mengurangi
Perasaan Terisolir Siswa di Kelas XI SMA HKBP Sidorame Medan”.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas diperoleh beberapa
identifikasi masalah antara lain:
1) Siswa sulit membina hubungan atau melakukan relasi dengan teman
sebaya
2) Siswa merasa tidak disenangi oleh teman sebaya
3) Sikap dan kebiasaan siswa kurang mengindahkan norma sosial
4) Siswa mengalami penolakan oleh kelompoknya
6
6
6) Siswa suka membuat gaduh di kelas
7) Siswa tidak mempunyai teman ataupun hanya berteman dengan teman
tertentu saja
8) Konsep diri siswa yang salah, sehingga menyebabkan rasa percaya diri
kurang.
9) Menganggap diri lebih rendah dari teman-teman
10)Belum mendapatkan pelayanan yang optimal dari guru bimbingan dan
konseling (guru BK), misalnya memperoleh Social Skills Training.
1.3Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, tidak semua diteliti karena
keterbatasan kemampuan, tenaga dan biaya yang dimiliki peniliti. Selanjutnya
masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh Social Skills Training dalam
mengurangi perasaan terisolir siswa.
1.4Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini:
- Apakah social skills training dapat mengurangi perasaan terisolir siswa di
kelas XI SMA HKBP Sidorame Medan?
1.5Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengurangi perasaan terisolir siswa
setelah dilakukannya social skills training pada siswa kelas XI SMA HKBP
7
7
1.6Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini dilakukan:
1.6.1 Manfaat Teoritis
Dapat memberikan sumbangan untuk pengembangan ilmu bimbingan
konseling terkhusus berkaitan dengan social skills training dalam
mengurangi perasaan siswa terisolir.
1.6.2 Manfaat Praktis
1) Bagi siswa, dapat meningkatkan perasaan tidak terisolir
2) Bagi guru BK, melatih mengembangkan keterampilan Social Skills
Training
3) Bagi sekolah, penelitian ini dijadikan dasar untuk mengadakan social skills
training pada guru
4) Bagi peneliti lainnya, sebagai bahan masukan dan sumber referensi
44 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan, yaitu Social skills training dapat mengurangi perasaan siswa
terisolir, hal ini tampak dari rata-rata hasil pre-test dan post-test, yaitu 46,91 >
37,16 dengan selisih 12,75. Dari hasil uji hipotesis diperoleh z hitung < z tabel yaitu
-3,061 < 1,96, sehingga Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan
dari pemberian social skills training terhadap pengurangan perasaan terisolir
siswa.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka disarankan hal berikut
yaitu:
1) Guru BK, dapat meningkatkan program-program pembinaan siswa
terisolir melalui social skills training.
2) Kepala Sekolah, bersedia memfasilitasi setiap kegiatan maupun program
yang dilaksanakan.
3) Siswa diharapkan bersedia mengikuti program-program peningkatan
keterampilan sosial agar tidak terisolir melalui social skills training.
4) Peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan dan sumber referensi bagi
peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian terkait dengan
45
DAFTAR PUSTAKA
Ali. Moh &Asrori. Moh. (2008). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi aksara.
Depdiknas. (2003). Undang Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003
tentang Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas
Febriansyah. (2011). Teknik Pengumpulan Data Secara Sosiometri. http://blog-febriansyah.blogspot.com/2011/11/teknik-pengumpulan-data-secara.html, Maret 05, 2014
Gunadi, dkk. (2013). Memahami Remaja dan Pergumulannya. Bandung: Visi Anugerah Indonesia
Gunarsa, Singgih, D. (1980). Psikologi untuk membimbing. Konseling dan
Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hakim, Thrusan. (2002). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara
Hurlock, Elisabeth. (1980). Psikologi Perkembangan (edisi 5). Jakarta: Erlangga
Kartono, Kartini dan Gulo, Dali. (2000). Kamus Psikologi. Bandung: Pioner Jaya.
Mappiare, Andi. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional
---. (1988). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional
Milfayetty, Sri. (2011). Assesmen Teknik Non Tes dalam Bimbingan Konseling. Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan: Percetakan Unimed
Nastiti, dkk. (2001). The Implementation Of Group Guidance Service With
Playing Techniques To Handle The Isolated Students Viii – A Class Smp Negeri 1 Kunjang Kediri (Jurnal BK Unesa Vol. 04 Nomer 01 Tahun
2001. Pp 99-108)
Nurjanah, Siti. (2011). Pengaruh Terapi Generalis dan Latihan Keterampilan
Sosial terhadap Pencapaian Identitas Diri Remaja Panti Asuhan di Kabupaten Banyumas. Depok. Universitas Indonesia. Tesis tidak
dipublikasikan
Pinilih, Sambodo S. (2012). Pengaruh Social Skills Training (SST) terhadap
Keterampilan Soialisasi dan Sosia Anxiety pada Remaja Tuna Rungu di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kabupaten Wonosobo. Depok: Universitas
46
Ramdhani, N. (2002). Pelatihan Keterampilan Sosial pada Mahasiswa yang Sulit
Bergaul. http://lib-ugm.acid/data/pubdata/ketsos pdf, Maret 05, 2014
Santrock, John W. 2003. Perkembangan Remaja (Adolescence): Adelar,Shinto B dan Saragih, Sherly. Jakarta: Erlangga
Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Bandung
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sunarya, Yaya (2005). Beberapa Karakteristik Siswa Terisolir (Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan vol. 1-3)
Wartini, dkk. (2013). Karakteristik Belajar Siswa Terisolir (Jurnal Ilmiah Konseling vol. 2)
Winkel. W. S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia