Mata Lelaki Di Trans 7)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sar jana Ilmu Komunikasi pada Fisip UPN “Veteran” J awa Timur
Oleh :
Rahmadani Pr astyo
0643310411
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Mata Lelaki Di Tr ans 7
)Disusun Oleh :
Rahmadani Prastyo 0643310411
Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi, oleh :
Pembimbing Utama
Dr s. Kusnarto, M.Si NIP. 195808011984021001
Mengetahui
Dekan
Mata Lelaki di Tr ans 7)
Disusun Oleh :
RAHMADANI PRASTYO
0643310411
Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal : 18 J uli 2013
Pembimbing Utama Tim Penguji :
1. Ketua
Dr s. Kusnarto, M.Si J uwito, S.Sos, M.Si
NIP. 195808011984021001 NPT. 3 6704 95 00361
2. Sekr etaris
Dra. Herlina Suksmawati, M.Si NIP. 19641225 199609 2001
3. Anggota
Dr s. Kusnarto, M.Si NIP. 195808011984021001
Mengetahui Dekan
KATA PENGANTAR
Segala Puji milik Allah. Kita memuji, memohon pertolongan , meminta
petunjuk, dan mengharap ampunan dari-Nya. Kita juga berlindung kepada Allah
dari kejahatan diri kita dan buruknya amalan kita. Serta salam, rahmat, dan
berkah-Nya kupanjatkan kepadamu wahai Rasulullah saw.
Alhamdulillah, Saya dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Opini
Masyarakat Sur abaya Tentang Tayangan Acara Mata Lelaki Di Tr ans 7”
Meski jauh dari sempurna tetapi akhirnya dapat berjalan dengan baik meskipun
banyak cobaan yang saya lalui. Sungguh skripsi ini tidak akan bisa disuguhkan
seandainya saya tidak dibantu dengan segenap insan yang selalu memberi
dukungan kepada saya baik materi maupun spirit, maka sungguh dengan hati yang
ikhlas insya Allah saya berterimakasih untuk semua yang membantu, untuk
Keluarga saya, Ibu saya Ndarini yang berdoa agar anaknya bisa mencapai gelar
sarjana tanpa berputus asa selalu memberikan segala yang terbaik untuk saya,
terimakasih atas kesabaran Ibu selama ini, lalu Kakak saya Deni beserta
keluarganya yang selalu saya repotkan dan juga tak pernah menyerah
mengusahakan dalam meraih apa yang saya inginkan. Kepada sahabat – sahabat
saya yang senantiasa menasehati saya dalam kebaikan, kesabaran dan menuntun
saya dalam kebenaran, Radima, Machrus yg sama – sama berjuang menyelesaikan
kuliah ini, Ardi atas segala dukungannya, Mochie, Momo dan ke empat anak –
anaknya yg membuat saya selalu tersenyum, dan sahabat lainya yang juga
Terimakasih juga takkan lengkap bila tidak saya tujukan kepada semua
Ustadz – Ustadz Masjid Al - Hikmah, Gayung Sari IV Surabaya yang membantu
saya belajar sebagai seorang Muslim yang kaffah. Linda yang mengawali apa
yang saya lakukan. Semua pihak - pihak yang membantu saya dalam mengerjakan
skripsi saya ini, sungguh takkan selesai jika tanpa bantuan mereka semua yang
tidak bias saya sebutkan satu persatu.
Juga takkan lupa saya ucapkan terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya
kepada :
1. Dra. Ec. Hj Suparwati, Msi. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Politik
UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Juwito, S.Sos, Msi. Selaku Kepala jurusan Ilmu Komunikasi
3. Drs. Kusnarto, Msi. Selaku dosen pembimbing atas petunjuk dan
bimbingannya dalam menyelesaikan apa yang saya kerjakan ini.
4. Semua Dosen – Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, beserta staff TU.
Saya harap apa yang terulis dalam skripsi ini bisa mengantarkan pembaca
khususnya Mahasiswa ke sesuatu yang lebih bermanfaat dan mendidik dan juga
saran ataupun kritik membangun untuk tulisan ini. Akhirnya, segala puji bagi
Allah, Illah semesta alam, love you in Allah.
Surabaya, Mei 2013
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
ABSTRAKSI ... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 10
2.2. Landasan Teori ... 11
2.2.1. Pengertian Komunikasi ... 11
2.2.2. Fungsi Komunikasi ... 12
2.2.3. Proses Komunikasi Bermedia ... 13
2.2.4. Media Massa ... 14
2.2.5. Peran Media Massa ... 15
2.2.6. Media Televisi ... 17
2.2.7. Dampak Media Televisi ... 19
2.2.8. Format Acara Televisi ... 19
2.2.12. Teori S-O-R ... 28
2.3. Kerangka Berfikir ... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian ... 34
3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 34
3.2.1. Opini ... 34
3.2.2. Pengukuran Variabel ... 36
3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 37
3.3.1. Populasi ... 37
3.3.2. Sampel... 38
3.3.3. Teknik Penarikan Sampel ... 38
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.5. Metode Analisis Data ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 41
4.2. Penyajian Data dan Analisis Data ... 44
4.2.1. Identitas Responden ... 44
4.2.2. Informasi Tentang Media... 46
5.2. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 70
LAMPIRAN ... 72
LELAKI DI TRANS 7 (Studi Deskr iptif Opini Masyar akat Sur abaya Tentang Tayangan Mata Lelaki Di Tr ans 7)
Salah satu kebutuhan yang cukup penting dan esensial bagi manusia adalah kebutuhan akan informasi. Pada akhir tahun 2012 terdapat salah satu reality show di Trans 7 yakni Mata Lelaki. Mata Lelaki merupakan salah satu program reality show di Trans 7 yang membahas gaya hidup terkini, update dan menarik. Mata Lelaki mendapatkan teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pada tanggal 11 Oktober 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui opini masyarakat tentang tayangan Mata Lelaki Di Trans 7.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang berusia lebih dari 21 tahun dan metode penarikan sampel yang digunakan adalah non probability sampling. Dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang sampel nya secara sengaja atau sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Pengumpulan data untuk penelitian disini menggunakan dua pendekatan yaitu data primer dan data sekunder. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi.
Berdasarkan analisis dan pembahasan pengujian didapatkan responden di Surabaya memberikan opini yang mengarahkan jawaban ke arah negatif karena responden merasa bahwa acara Mata Lelaki dari keseluruhan acara terlalu mengarah ke hal - hal yang tabu untuk di perbincangkan di depan umum, dan masih banyak yang perlu diperhatikan dalam penyajian dan penayangannya.
Kata Kunci : Opini, Reality Show, Mata Lelaki
One needs a fairly important and essential for human beings is the need for information. At the end of 2012 there is one reality show in the Mata Lelaki Trans 7. Mata Lelaki is one of the reality show program on Trans 7, which discusses current lifestyle, updates and interesting. Mata Lelaki get a reprimand from the Indonesian Broadcasting Commission (KPI) on October 11, 2012. The purpose of this study was to determine public opinion on impressions Mata Lelaki Trans 7.
The population in this study is people in Surabaya over the age of 21 years and the sampling method used was non-probability sampling. With purposive sampling technique sampling his samples intentionally or samples taken because there are certain considerations. Data collection for the study here using two approaches, namely primary data and secondary data. Methods of data analysis in this study using frequency tables.
Based on the analysis and discussion of testing in Surabaya respondents obtained an opinion that direct answer in the negative direction because the respondents felt that the show Mata Lelaki of the whole event too leads are taboo for the talk in public, and still more that needs to be considered in the presentation and broadcast.
1.1. Latar Belakang Masalah
Salah satu kebutuhan yang cukup penting dan esensial bagi manusia
adalah kebutuhan akan informasi. Informasi saat ini telah menjadi hal yang
sangat penting dalam masyarakat yang semakin maju dan berkembang.
Setiap orang, badan, dan organisasi berhak untuk memperoleh informasi
untuk dapat berkembang dan berinteraksi dengan lingkungannya. Informasi
sangatlah berharga bagi manusia karena informasi adalah salah satu
kebutuhan bagi manusia untuk bisa mengetahui, memahami, dan mengerti
hal-hal yang ada dan terjadi disekitarnya. Dan masyarakat akan memasuki
suatu peradaban informasi, maka peranan dan posisi informasi menjadi
sangat penting.
Informasi diperoleh melalui media untuk memenuhi kebutuhannya
serta untuk mengetahui dengan jelas segala hal yang terjadi didunia atau
disekelilingnya. Maka hadirlah sarana komunikasi yang lebih dikenal sebagai
media massa, Perkembangan media massa akhir ini sangat pesat. Media
massa menyajikan berbagai realitas kehidupan dalam bentuk informasi
kepada masyarakat. Munculnya kesadaran tentang arti dan nilai dari
informasi membuat masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari informasi
Seiring dengan perkembangan waktu, zaman komunikasi massa
seperti sekarang ini juga mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Dengan adanya kemajuan teknologi saat ini serta ditunjang dengan rasa
keingintahuan masyarakat yang sangat besar terhadap sebuah informasi
terbaru, sekarang ini komunikasi massa dirasa sangat penting bagi
masyarakat. Dengan mereka mengetahui apa yang terjadi di sekitarnya,
secara tidak langsung memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk
dijadikan sebuah bahan pembicaraan sehingga interaksi yang terjadi di
masyarakat berjalan secara terus - menerus.
Komunikasi dalam kaitannya dengan masyarakat luas dapat diartikan
sebagai komuniaksi massa, komunikasi massa adalah komunikasi melalui
media massa modern. Dan media massa ini adalah surat kabar, film, radio
dan televisi. Jadi yang diartikan komunikasi massa ialah penyebaran pesan
dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak,
yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan. Pembaca
surat kabar, pendengar radio, penonton televisi dan film, tidak tampak oleh si
komunikator. Dengan demikian, maka jelas bahwa komunikasi massa atau
komunikasi melalui media massa sifatnya “satu arah” (one way trafic). Begitu pesan disebarkan oleh komunikator, tidak diketahuinya apakah pesan
itu diterima, dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan (Effendy, 2004:50).
Media menampilkan diri sendiri dengan peranan yang diharapkan,
dinamika masyarakat akan terbentuk, media adalah pesan. Jenis media massa
misalnya media cetak, (2) pendengaran (audio) semata-mata (radio, tape recorder), verbal vokal dan (3) pada pendengaran dan penglihatan (televisi, film, video) yang bersifat ferbal visual vokal (Liliweri, 2001).
Perkembangan teknologi dan informasi dari waktu ke waktu
melahirkan inspirasi yang luar biasa dengan ditandai munculnya televisi,
radio, satelit dan lainnya. Seiring dengan berputarnya waktu dan
perkembangan teknologi yang semakin berkembang dan sampai pada tahap
yang modern seperti yang terjadi pada saat ini. Pada saat situasi seperti ini
salah satu pihak yang dapat memberikan informasi secara global adalah
televisi. Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audio visual merupakan
medium paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian secara
luas, hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya perkembangan jaringan
televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil
(Wibowo, 2007:17).
Saat ini televisi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih
lama di depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang
digunakan untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau pasangan
mereka. Bagi banyak orang televisi adalah teman. televisi menjadi
cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat menjadi candu
(Morrisan, 2004:41).
menontonnya. Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki
televisi dan keunggulan yang lain adalah televisi tersaji dalam bentuk audio visual, dengan kata lain televisi adalah perpaduan antara radio dan film, ini menjadi daya tarik kuat televisi. Selain mempunyai unsur kata-kata sound effect, juga mempunyai unsur visual berupa gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada pemirsa. Sehingga seolah-olah
khalayak berada di tempat peristiwa yang disiarkan oleh pemancar televisi
itu (Effendy, 2000:177).
Media massa, khususnya televisi saat ini telah mengalami
perkembangan pesat di berbagai negara. Era siaran televisi diawali oleh
stasiun pemerintah, yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI), secara tidak
langsung telah mendorong munculnya televisi swasta. Diawali oleh Rajawali
Citra Televisi Indonesia (RCTI) dan Surya Citra Televisi (SCTV), TV, TV
One, METRO-TV, TRANS TV, Global TV dan Trans 7 saat ini mulai
tumbuh dan berkembang, baik yang nasional maupun yang lokal (Kuswandi,
1996:37). Ada juga stasiun televisi lokal di beberapa daerah, misalnya Riau
TV, JTV, Batu TV dan masih banyak lagi. Perkembangan tersebut sangat
membantu masuknya arus informasi bagi masyarakat.
Sebuah acara dalam penayangannya, terdapat aturan-aturan yang
membatasi tayangan untuk disiarkan secara bebas. Ada beberapa aturan
terhadap program-program acara yang akan ditayangkan ke stasiun TV
dengan memperhatikan kategori tayangan seperti bimbingan orang tua
disesuaikan dengan jam pemirsanya yang sedang aktif menonton televisi,
seperti jam tayang pemirsa anak-anak dan remaja yang aktif menonton pada
pukul 1 siang hingga pukul 9 malam serta tayangan jam orang dewasa
menonton pada pukul 10 malam (http://elib.unikom.ac.id/
files/disk1/456/jbptunikompp-gdl-luthfanhad-22797 -5-unikom_l-i.pdf).
Salah satu acara televisi saat ini kategori dewasa adalah Mata Lelaki
di Trans 7. Mata Lelaki adalah sebuah program dewasa, yang tayang setiap
hari Selasa pukul 00.15 WIB. Ini adalah sebuah persepsi sebagian laki-laki,
mengenai segala hal yang menjadi trend, segala hal yang ada disekitar
laki-laki, dan segala hal tentang wanita. Sebuah persepsi tentang keseksian
seorang wanita, dan segala hal yang mengelilinginya. Persepsi ini akan
diambil dari data riset, yang telah dilakukan oleh berbagai lembaga, dan
mudah diakses oleh banyak orang (http://www.trans7.co.id/
frontend/home/view/359).
Acara Mata Lelaki disini banyak digemari karena memberikan
informasi bagaimana laki-laki menghargai sekitarnya, menghargai wanita,
dan menghargai dirinya sendiri. Ini adalah bagaimana laki-laki memandang
wanita. Berangkat dari sebuah mitos, yang kemudian dicari data risetnya,
dan kemudian ditelaah dan diambil kesimpulan akhirnya
(http://www.trans7.co.id/frontend/home/view/359).
Namun Mata Lelaki dalam penayangannya juga sering mendapatkan
protes dari masyarakat seperti hal nya aduan yang disampaikan oleh salah
oleh Ayu Rahayu (http://kpi.go.id/index.php/lihat-aduan/view-terlalu seperti wanita penggoda / nakal.Karena ada acara ini...anak saya yg menginjak remaja bahkan yg masi umur 10tahun, malam hari terbangun , bahkan tidak tertidur untuk melihat acara tv ini. yg lebih parah lagi, suami jg ikut nonton. Bagaimana mau memberi contoh yg baik kalo org tuanya jg menonton???saya sebagai istri menasehati dgn baik, malah akhirnya kami sekeluarga bertengkar.tolong ditindak lanjuti KPID, supaya tiap keluarga tidak hancur oleh acara TV tsb. Anak2 jg masi kecil, belom saatnya mengetahui acara dewasa
Aduan dari masyarakat tersebut juga berdampak pada teguran Komisi
Penyiaran Indonesia kepada acara Mata Lelaki”. Pada 4 September 2012
pukul 00.14 WIB terdapat pelanggaran yakni berupa penayangan adegan
eksploitasi tubuh bagian dada dan paha host dan beberapa model wanita
pada program secara close up. Jenis pelanggaran ini dapat dikategorikan
sebagai pelanggaran atas pelarangan adegan seksual serta norma kesopanan
dan kesusilaan. KPI Pusat memutuskan bahwa tindakan penayangan tersebut
telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia
tahun 2012 Pasal 9 dan Pasal 16 serta Standar Program Siaran Pasal 9 dan
Pasal 18 huruf h.
Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) Pasal 9 yang berbunyi “Lembaga penyiaran wajib menghormati nilai dan norma kesopanan dan kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat”
Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) Pasal 16 yang berbunyi “Lembaga penyiaran wajib tunduk pada ketentuan pelarangan dan/atau pembatasan program siaran bermuatan seksual
khalayak baik terkait agama, suku,budaya, usia, dan/atau latar belakang ekonomi.
Standar Program Siaran Pasal 18 huruf h Program siaran yang
memuat adegan seksual dilarang mengeksploitasi dan/atau
menampilkan bagian-bagian tubuh tertentu, seperti: paha, pantat, payudara, secara close up dan/atau medium shot;
Teguran mengenai penayangan adegan eksploitasi tubuh bagian dada
dan paha host dan beberapa model wanita pada program secara close up
sejalan dengan keadaan di masyarakat saat ini dimana banyak pelecehan
seksual yang disebabkan wanita yang menggunakan pakaian yang tidak
terbuka dan tidak sopan. rok mini dan baju seksi itu yang mendorong
terjadinya pemerkosaan. Pelaku perkosaan semakin mudah melakukan
tindakannya, karena mereka tinggal melepas separuh baju dan
mengangkatkan rok yang dikenakan para perempuan
(
http://sosbud.kompasiana.com/2013/01/29/pemerkosaan-yang-disebabkan-rok-mini-dan-baju-seksi-523983.html).
Disisi lain program acara “Mata Lelaki” dapat memberikan informasi
mengenai dunia malam seperti halnya gaya hidup yang sedang berkembang
saat ini, atau bagaimana cara menghargai perempuan. Program acara “Mata
Lelaki” merupakan salah satu acara yang sudah memenuhi standar jam
tayang dari televisi. Acara berlangsung pada dini hari, sesuai dengan
segmentasi audiens yang dituju, yakni orang dewasa. Penempatan waktu jam
tayang program acara ini dirasa sudah tepat karena biasanya pada jam
tersebut anak-anak sudah tidur terlelap, dan tinggal orang dewasa yang masih
bangun untuk melihat program acara tersebut. Menurut pasal 21 ayat 1
tentang pedoman perilaku penyiaran menyatakan bahwa : klasifikasi untuk
siaran dewasa yaitu khalayak diatas 18 tahun. Santrock (2002;23) juga
berpendapat bahwa individu yang berusia 18-30 tahun layak dijadikan
sebagai populasi dalam penelitian ini karena usia tersebut sebagai awal tahap
kedewasaan, yaitu periode perkembangan dan masa pembentukan
kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karier dan memiliki
rasa ingin tahu yang besar tentang suatu hal.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini mengambil judul
"opini masyarakat tentang tayangan Mata Lelaki di Trans 7 (studi deskriptif
opini masyarakat di Surabaya tentang tayangan Mata Lelaki di Trans 7"
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah
dalam penelitan ini adalah "Bagaimanakah opini masyarakat tentang
tayangan Mata Lelaki di Trans 7?"
1.3. Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitan ini adalah " Untuk mengetahui opini
masyarakat tentang tayangan MataLelaki di Trans 7"
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap agar penelitian ini dapat
1.Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak
stasiun TV dalam mengembangkan dan meningkatkan program acara
televisi khususnya acara yang mengangkat tema dewasa.
2.Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Heri Kristanto (2005) dengan judul Opini
masyarakat terhadap kinerja layanan pemerintah di bidang Polkam, Ekuin dan
Kesra. Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
penilaian masyarakat terhadap kinerja layanan pemerintah dibidang Polhukam,
Perekonomian dan Kesra. Hasil dalam penelitian ini adalah responden merespon
positif tindakan KPK mengusut berbagai kasus koperasi belakangan ini.
Perbedaan penelitian yang dilakukan Heri Kristanto (2005) dengan penelitian saat
ini adalah metode penelitian yang dilakukan Heri Kristanto (2005) menggunakan
objek layanan pemerintah di bidang polhukam sedangkan pada penelitian
menggunakan acara di televisi.
Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Drs H Darmani (1997) dengan judul
”Pendapat Umum Pra Pemilu 1997 di Kotamadya Pontianak” tujuan penelitian
Drs H Darmani (1997) adalah untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat ang
dijadikan sasaran penelitian khususnya di wilayah Kotamdaya Pontianak. Hasil
yang didapat yakni partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemilu menunjukan
indikasi yang cukup baik. Perbedaan penelitian yang dilakukan Drs H Darmani
(1997) dengan penelitian ini adalah dalam penelitian Drs H Darmani (1997)
menggunakan objek pemilun sedangkan pada penelitian menggunakan acara di
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Komunikasi
Secara Etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal
dari bahasa latin communicaty ,dan perkataan ini berasal dari kata communis, perkataan communis tersebut dalam pembahasan kita ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan partai komunis yang sering dijumpai dalam kegiatan politik.
Arti communis disini adalah sama, dan arti sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. (Effendy, 2004:4)
Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa
komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu
sesuatu kepada orang lain. Jadi yang terlibat dalam komunikasi itu adalah
manusia, Karena itu, komunikasi yang dimaksud disini adalah komunikasi
manusia atau dalam bahasa asing human communication ,yang sering kali disebut pula komunikasi sosial atau social comunication. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antar manusia dinamakan komunikasi sosial atau
komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada manusia-manusia yang
bermasyarakat terjadinya komunikasi. Masyarakat terbentuk dari paling sedikit
dua orang yang saling berhubungan dengan komunikasi sebagai penjalinnya.
Robinson Crusoe, yang hidup menyendiri disebuah pulau terpencil, tidak hidup
bermasyarakat karena dia hidup sendirian. Oleh karena itu dia tidak
Jadi teknik berkomunikasi yang menjadi pokok permasalahan dalam
pembahasan ini adalah komunikasi antara seseorang dengan orang lain,
komunikasi manusia atau komunikasi sosial yang sebagaimana ditegaskan di atas
, mengandung makna “proses penyampaian suatu pernyataan dari seseorang
kepada orang lain”. (Effendy, 2004:4)
Dalam pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu,
ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media baik
media massa seperti surat kabar, radio, televisi atau film maupun non media
massa misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster, spanduk, dan
sebagainya.
Jadi komunikasi dalam pengertian paradigmatis bersifat internasional,
mengandung tujuan karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana
kadar perencanaan itu, bergantung kepada pesan yang akan dikomunikasikan dan
pada komunikan yang menjadi sasaran (Effendy, 2004).
2.2.2. Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan
bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri,
untuk kelangsungan hidup, untuk memperolah kebahagiaan, terhindar dari
tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur,
dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita
berkerjasama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan
tinggi, RT, RW, desa, kota dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan
Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa diartikan
akan “tersesat”, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu
lingkungan sosial (Mulyana, 2001:5). Komunikasilah yang memungkinkan
individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai
panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi pula yang
memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk
mengatasi situasi-situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri
dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum,
berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab,
karena cara-cara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga
dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi.
2.2.3. Pr oses Komunikasi Bermedia
Komunikasi bermedia adalah komunikasi menggunakan saluran atau
sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya,
dan atau banyak jumlahnya. Komunikasi bermedia disebut juga komunikasi
secara tidak langsung dan sebagai konsekuensinya arus balik pun tidak terjadi
pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator tidak mengetahui tanggapan
komunikan pada saat ia berkomunikasi. Oleh sebab itu, dalam melancarkan
komunikasi dengan menggunakan media, komunikator harus lebih matang dalam
perencanaan dan persiapannyasehingga ia merasa pasti bahwa komunikasinya itu
akan berhasil. Dalam hubungan ini ia harus memperhitungkan berbagai faktor. Ia
harus mengetahui sifat komunikan yang akan dituju dan memahami
bisa hanya seorang saja, dapat juga sekelompok kecil orang,bisa pula sejumlah
orang yang amat banyak (Effendy, 2004).
2.2.4. Media Massa
Komunikasi massa merupakan proses komunikasi melalui media massa
modern, dengan kata lain komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana
komunikator secara profesional menggunakan media massa dalam menyebarkan
pesannya untuk mempengaruhi khalayak banyak. Komunikasi massa menyiarkan
informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam pada jumlah
banyak dengan menggunakan media (Effendi, 2003:79-80).
Media massa merupakan sumber kekuatan sebagai alat kontrol manajemen
dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti
kekuatan atau sumber daya yang lain. Media merupakan lokasi (atau forum) yang
semakin berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat,
baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Media seringkali berperan
sebagai wahana pengembangan kebudayaan bukan saja dalam pengertian
pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian
pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. Media telah
menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran
dan citra realitas sosial tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif.
Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan
berita dan hiburan (Mc. Quail, 2002:3).
Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media
merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai
lapisan sosial, terutama di masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti
halnya pers, radio, televisi, film, dan lain-lain, tidak terlepas kaitannya dengan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi
jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi
jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat (Sugiharti, 2000:3).
Media komunikasi massa bersifat tidak langsung dan oleh karenanya
perencanaan, pengolahan, dan penyampaian pesan baik itu bersifat informasi,
edukasi, persuasi, dan hiburan kepada khalayak dibuat sedemikian rupa sehingga
mencapai sasaran yang dikehendaki. Komunikasi massa bersifat satu arah (one way traffic). Begitu pesan disebarkan komunikator, tidak diketahuinya apakah
pesan itu diterima, dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan
(Effendi, 2003:314). Media massa yang digunakan sebagai sumber berita tentang
manfaat khusus dalam penelitian ini yaitu media cetak berupa majalah yang
menginformasikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kursus yang ada
di masyarakat.
2.2.5. Peran Media Massa
Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa.
Dalam menjalankan paradigmanya, peran media massa adalah (Bungin, 2006:85) :
1. Sebagai institusi pencerahan, yaitu perannya sebagai media edukasi. Media
massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas,
2. Selain itu media massa juga menjadi media informasi, yaitu media yang setiap
saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang
terbuka, jujur dan benar disampaikan media massa kepada masyarakat, maka
masyarakat akan menjadi masyarakat yang kaya dengan informasi, masyarakat
yang terbuka dengan informasi, sebaliknya pula masyarakat akan menjadi
masyarakat informatif, masyarakat yang dapat menyampaikan informasi
dengan jujur kepada media massa. Selain itu, informasi yang banyak dimiliki
oleh masyarakat, menjadikan masyarakat sebagai masyarakat dunia yang
dapat berpartisipasi dengan berbagai kemampuannya.
3. Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media
massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi
corong kebudayaan, katalisator perkembangan kebudayaan. Sebagai agent of
change yang dimaksud adalah juga mendorong agar perkembangan budaya itu
bermanfaat bagi manusia bermoral dan masyarakat sakinah. Dengan demikian
media masa juga berperan untuk mencegah berkembangnya budaya-budaya
yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakatnya.
Dalam penelitian ini, media massa yang digunakan adalah media
elektronik berperan sebagai media edukasi dan media informasi bagi masyarakat
sebagai khalayak. Artinya media massa berperan sebagai media yang setiap saat
mendidik masyarakat khususnya para pembaca supaya lebih cerdas dan terbuka
pikirannya akan berbagai informasi seperti halnya informasi tentang
2.2.6. Media Televisi
Televisi terdiri dari istilah tele yang berarti jauh dan Visi yang berarti
penglihatan. Jadi televisi adalah perpaduan antara unsur radio (broadcast) dan unsur-unsur film (moving picture). Televisi mempunyai daya tarik yang disebabkan adanya unsur-unsur kata-kata, musik, sound effect dan memiliki unsur visual berupa gambar. (Effendy,2000:177).
Menurut Sastro (1992:23) menyatakan bahwa dari beberapa media massa
yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir
kehadirannya. Meskipun demikian televisi dinilai sebagai media massa yang
paling efektif saat ini dan banyak menarik simpatik kalangan masyarakat luas
karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan oleh sifat
audio visualnya yang tidak lain penayangannya mempunyai jangkauan yang relatif tidak terbatas dengan modal audio visual yang dimiliki siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesannya karena itulah televisi sangat
bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap, perilaku dan sekaligus perubahan
pola berpikir, pengaruh televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat
kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan.
Sedangkan Kuswandi (1996:21-23) berpendapat bahwa munculnya media
televisi dalam kehidupan manusia, memang menghadirkan suatu peradaban,
khususnya dalam proses komunikasi dan informasi setiap media massa jelas
melarikan satu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya
media televisi sedemikian besar sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum
muncul televisi, berubah total sama sekali. Pengaruh daripada televisi lebih kuat
dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio
televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi
yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi telah
menjadi cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan
komunikasi yang semakin berkembang pesat. Kehadiran televisi menembus ruang
dan jarak geografis pemirsa.
Televisi sebagai media yang dapat dilihat (visible) dan dapat didengar (audible) yang membedakan dengan media elektronik lain seperti radio, televisi mempunyai sifat-sifat langsung, simultan, intim, dan nyata (Mulyana, 2001:169).
Keunggulan inilah yang menyebabkan televisi mempunyai kapasitas lebih sebagai
media komunikasi massa yang berfungsi untuk memberikan hiburan, pendidikan
dan informasi kepada masyarakat.
Televisi memiliki sifat sebagai berikut:
1. Langsung
Televisi bersifat langsung, sehingga suatu pesan yang akan disampaikan kepada
penonton tidak mengalami proses yang berbelit-belit seperti halnya dengan
menggunakan bahan tercetak. Suatu berita dapat disampaikan kepada public
dengan cepat, bahkan pada saat peristiwa tersebut sedang berlangsung.
2. Tidak mengenal jarak
Televisi tidak mengenal jarak dan rintangan. Peristiwa disuatu kota dinegara
yang satu dapat ditonton dengan baik dinegara lain, tanpa mengenal rintangan
3. Memiliki daya tarik yang kuat
Televisi mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur-unsur kata, musik,
sound serta unsur visual berupa gambar.
2.2.7. Dampak Media Televisi
Menurut Kuswandi (1996 : 98), ada tiga dampak yang ditimbulkan dari
acara televisi terhadap pemirsa yaitu:
1. Dampak Kognitif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap
dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan
bagi pemirsa. Contoh: acara kuis
2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada tragedi aktual yang
ditayangkan televisi. Contoh: model pakaian, model rambut hingga istilah dan
gaya bertutur sang bintang secara verbal.
3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah
ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa
sehari-hari. Contoh: sinetron di televisi.
2.2.8. Format Acara Televisi
Setiap hari masyarakat Indonesia dapat melihat berbagai macam program
acara yang ditawarkan oleh stasiun televisi. Program acara yang bagus dapat
menaikkan rating dari televisi tersebut. Program acara yang bagus dapat terlihat
dari format acaranya. Menurut Jonathan Bignel (2004:307), format acara adalah
bentuk dan tema utama program. Definisi lainnya menyebutkan bahwa format
acara televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi
yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi
dalam berbagai kreteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa
acara tersebut.
Format acara televisi menurut Naratama (2004:64) dibagi menjadi tiga
bagian seperti yang tampak pada gambar dibawa ini:
Gambar di atas menunjukkan bahwa format acara televisi dibagi
berdasarkan drama fiksi, non drama dan berita.
1. Fiksi (Drama)
Format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi
kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang.
Format yang digunakan merupakan intepretasi kisah kehidupan yang
Adega-adegan tersebut akan menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan
fiksi atau imajinasi khayalan para kreatornya
2. Nonfiksi (Nondrama)
Format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan
imajinasi kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menjadi dunia
khayalan. Nondrama bukanlah suatu runtutan certita fiksi dari setiap
pelakunya. Untuk itu format-format program acara nondrama merupakan
sebuah runtutan pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang
dipenuhi dengan aksi, gaya dan musik
3. Berita dan Olahraga
Format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atau
kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyrakat
sehari-hari. Format ini memerlukan nilai-nilai faktual yang disajikan dengan
ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang
independent.
2.2.9. Pemir sa Sebagai Khalayak
Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai
sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton dan pemirsa
sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan,
khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang
besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta mempunyai kelemahan
dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat
perbedaan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, serta memiliki kerangka acuan
dan lapangan pengalaman yang berbeda.
Berdasarkan pengelompokkan tersebut, maka sejumlah acara diperuntukan
untuk kelompok tertentu sebagai sasaran (target group), disamping khalayak keseluruhan sebagai sasarannya atau khalayak sasaran (target audience). Contoh acara untuk khalayak sasaran adalah warta berita, sandiwara, film seri, musik dan
lain-lain. Sedangkan untuk kelompok sasaran adalah acara untuk anak-anak,
remaja, mahasiswa, ABRI, pemeluk agama Islam, dan lain-lain
(Effendy, 1993 : 20). Disini yang termasuk khalayak sasaran (target audience) adalah masyarakat yang menonton acara “Debat Reguler”. Komunikasi bisa
dikatakan efektif apabila penonton terpikat perhatiannya, tertarik terus minatnya,
mengerti, tergerak hatinya, dan melakukan kegiatan yang diinginkan pembawa
acara sekaligus moderator.
Menurut Winarsa (2005:73-74) Kontroversi lain dalam studi mengenai
khalayak berkaitan dengan apakah khalayak begitu pasif dan dapat dengan mudah
dipengaruhi secara langsung oleh media ataukah relatif aktif dalam menyusun
kualitasnya sendiri. Tegangan ini berkaitan dengan tingkat pengaruh media
terhadap khalayak, dan berhubungan dengan tegangan komunitas massa. Sebagai
besar teori-teori massa cenderung memasukkannya ke dalam konsepsi khalayak
dalam konsepsi khlayak yang pasif, meskipuntidak semua teori khlayak pasif
dapat disebut sebagai masyarakat massa. Demikian pula sebagian besar teori-teori
sebagian besar teori khalayak aktif mengakui keabsahan gagasan komunitas,
teori-teori tersebut tidak semuanya secara langsung menjadikannya sebagai pedoman.
Riset terhadap khalayak merupakan hal yang sangat perlu dilakukan.
Tujuannya agar pesan yang disampaikan dapat mengena pada sasaran target
sasaaran yang kita tuju. Karena itu, riset-riset tentang khalayak ini bukan hanya
dilakukan oleh praktisi public relation saja, tetapi oleh praktisi yang lain seperti jurnalistik, broadcasting, pemasar dan sebagainya. Dalam bidang pemasaran misalnya, studi tentang khalayak ini salah satunya bertujuan untuk mengetahui
perilaku konsimen guna menentukan segmentasi pasar (market
segmentation)(Kriyantono, 2006 : 330-331).
Tulisan ini menjelaskan salah satu studi khalayak, yaitu profil khalayak
(audience profile). Riset ini sangat penting untuk memberikan informasi tentang
karakteristik khalayak. Seorang komunikator harus membuat pesan yang sesuai
dengan karakteristik khalayaknya, sehingga pesan tersebut dapat efektif diterima
khalayak
Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai
sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton, dan pemirsa
sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan,
khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang
besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonim, serta mempunyai kelemahan
dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat
Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi.
Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik
minatnya, mengerti dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator. Pada
dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal yaitu (Effendy, 1990:84).:
1. Heterogen (aneka ragam) yakni pemirsa teIevisi adalah massa, sejumlah orang
sangat banyak, yang sifatnya heterogen terpencar-pencar diberbagai tempat.
Selain itu pemirsa televisi dapat ciibedakan pula menurut janis kelamin, umur,
tingkat pendidikan, klan taraf kehidupan, klan kebudayaan.
2. Pribadi yakni untuk dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa, maka isi
pesan yang disampaikan melalui televisi bersifat pribadi dalam arti sesuai
dengan situasi pemirsa saat itu.
3. Aktif yakni pemirsa bersifat aktif, mereka aktif, seperti apabila mereka
menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi mereka berpikir
aktif, aktif melakukan interprestasi. Mereka bertanya-tanya pada dirinya
apakah yang diucapkan oleh seorang.penyiar televisi benar atau tidak.
4. Selektif yakni pemirsa sifatnya selektif. Ia memilih program televisi yang
disukai
2.2.10.Acara Mata Lelaki
Mata Lelaki adalah sebuah program dewasa, yang tayang setiap hari
Selasa pukul 00.15 WIB. Ini adalah sebuah persepsi sebagian laki-laki, mengenai
segala hal yang menjadi trend, segala hal yang ada disekitar laki-laki, dan segala
hal yang mengelilinginya. Persepsi ini akan diambil dari data riset, yang telah
dilakukan oleh berbagai lembaga, dan mudah diakses oleh banyak orang.
Hasil akhir dari program ini adalah, bagaimana laki-laki menghargai
sekitarnya, menghargai wanita, dan menghargai dirinya sendiri. Ini adalah
bagaimana laki-laki memandang wanita. Berangkat dari sebuah mitos, yang
kemudian dicari data risetnya, dan kemudian ditelaah dan diambil kesimpulan
akhirnya. Mata Lelaki akan selalu memberikan closing statement, sebagai kesimpulan pada akhir tema.
2.2.11.Opini
Opini adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan, tanggapan yang disusun
melalui interpretasi personal yang diturunkan dan turut membentuk citra. Setiap
opini merefleksikan organisasi yang kompleks yang terdiri tas tiga komponen -
kepercayaan, nilai, dan pengharapan. (Rahmat, 2006:10). Menurut Kasali
(2003,19) Opini dapat dinyatakan secara aktif maupun pasif. Opini dapat
dinyatakan secara verbal, terbuka dengan kata-kata yang dapat ditaksirkan secara
jelas, ataupun melalui pilihan-pilihan kata yang sangat halus dan tidak secara
langsung dapat diartikan (konotatif). Opini dapat pula dinyatakan melalui
perilaku, bahasa tubuh, raut muka, simbol-simbol tertulis, pakaian yang
dikenakan, dan oleh tanda-tanda lain yang tak terbilang jumlahnya, melalui
referensi, nilai-nilai, pandangan, sikap, dan kesetiaan.
Opini menggabungkan kepercayaan, nilai dan pengharapan, biasanya
tanggapan terhadap suatu objek tersendiri. Tanggapan demikian umumnya bukan
dalam sistem koheren kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang pantas.
(Rahmat, 2006:16).
Asal mula opini tentang kebanyakan masalah terletak dalam perselisihan
atau perbantahan yang memiliki potensi untuk berkembang menjadi isu yang akan
menangkap perhatian banyak orang. Opini adalah cara individu
menginterpretasikan informasi yang diperoleh berdasarkan pada pemahaman
individu itu sendiri sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan, individu menyadari
adanya kehadiran suatu stimulus, namun individu itu menginterpretasikan
stimulus tersebut, dalam definisi ini mengandung makna yaitu :
1. Opini itu tergantung pada sensasi-sensasi yang didasarkan pada informasi
sensori dasar. Yang dimaksud dengan informasi dasar adalah informasi yang
sesungguhnya terjadi sampai pada alat indera kita. Untuk membuat sesuatu
agar lebih bermakna diperlukan adanya keterlibatan aktif dan aktifitas indrawi
yang berhubungan pengamatan interpretasi.
2. Sensori-sensori itu membutuhkan interpretasi agar persepsi dapat terjadi.
Menurut Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar (2001 : 171), pada dasarnya opini atau cara pandang atau opini manusia
terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Opini terhadap objek
Opini tiap orang dalam menilai suatu objek atau lingkungan fisik tidak
selalu sama. Terkadang dalam mengopinikan lingkungan fisik, seseorang dapat
melakukan kekeliruan, sebab terkadang indera seseorang menipu diri orang
a.Kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang, seperti keadaan cuaca yang
membuat orang melihat fatamorgana, pembiasan cahaya seperti dalam peristiwa
ketika seseorang melihat bahwa tongkat yang dimasukkan ke dalam air terlihat
bengkok padahal sebenarnya tongkat tersebut lurus. Hal inilah yang disebut
dengan ilusi.
b.Latar belakang pengalaman yang berbeda antara seseorang dengan orang lain.
c.Budaya yang berbeda
d.Suasana psikologis yang berbeda juga membuat perbedaan persepsi seseorang
dengan orang lain dalam mempersepsi suatu objek
2. Opini terhadap manusia atau persepsi sosial
Opini sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan
kejadian-kejadian yang dialami seseorang dalam lingkungan orang tersebut.
Menurut Brehm dan Kassin opini sosial adalah penilaian-penilaian yang terjadi
dalam upaya manusia memahami orang lain. Opini sosial merupakan sumber
penting dalam pola interaksi antar manusia, karena opini sosial seseorang
menentukan hubungan seseorang dengan orang lain.
Opini sendiri tidak memiliki tingkatan atau strata namun mempunyai arah
(Effendy, 2004) yakni antara lain :
1. Opini positif, jika opini yang ditampilkan secara eksplisit dan implisit
mendukung objek opini (individu memberikan pernyataan setuju)
2. Opini netral, apabila opini yang ditampilkan tidak memihak atau jika individu
memberikan pernyataan ragu-ragu
menolak atau mencela objek opini individu memberikan pernyataan tidak
setuju.
2.2.12.Teori S-O-R
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini,
berasal dari kajian psikologi. Tidak mengherankan apabila kemudian menjadi
salah satu teori komunikasi, sebab obyek material dari psikologi dan ilmu
komunikasi adalah sarana, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen
komponen; sikap. opini, prilaku, kognisi dan konasi (Effendy, 2003:115).
Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori ini menjelaskan
tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari
komunikasi. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu
dari rangsangan tertentu (Sendjaja, 1999:71). Dengan demikian, besar kecilnya
pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi
dan penyajian stimulus. Unsur-unsur dalam model ini adalah :
a. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan
lambang.
b. Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan di saat menerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator di terima sebagai
komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan
memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang.
Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap
pesan yang disampaikan oleh komunikator.
c. Efek(response), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu: sikap afektif,kognitif, dan
konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya
komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan
pengetahuan bagi komunikan (Effendi, 2003:118)
Suatu stimulus dalam situasi tertentu dapat berupa objek dalam
lingkungan, suatu pola penginderaan atau pengalaman atau kombinasi dari
ketiganya. Sifat khas stimulus adalah konsep yang komplek, yang berbeda dari
satu situasi dengan situasi yang lain dan akan mempengaruhi pemahaman kita
tentang fenomena yang dijelaskan. Sedangkan organisme yang menjadi perantara
stimulus dan respon merupakan konsep kotak hitam yang hanya diamati dalam
artian perilaku yang dihasilkan. Karena itu kita hanya mengamati perilaku
eksternal dan menganggapnya sebagai manifestasi dari keadaan internal
organisme tersebut. Sedangkan R merupakan response tertentu terhadap peristiwa/
stimulus. Menurut Stimulus–Response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut :
Gambar 2.1.: Model Teori S-O-R (Effendy, 2003:255)
Menurut gambar dari model di atas menunjukkan bahwa stimulus atau
pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mungkin diterima
atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan
menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan memperhatikan.
Perhatian disini menandakan kemauan responden untuk menerima stimulus dari
luar. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah
disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk
mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi
(Effendy, 2003:56).
Stimulus
Organisme :
•
Perhatian
•
Pengertian
•
Penerimaan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan muncul dari adanya
proses berfikir dan pemahaman individu terhadap obyek, dengan adanya proses
tersebut maka menimbulkan kesadaran individu terhadap obyek. Proses berfikir
tersebut menunjuk pada kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan
lambang, sebagai pengganti obyek dan peristiwa (Rakhmat,1999:68). Pada tahap
ini individu akan membuka memorinya, sesuai dengan pengalamannya terhadap
obyek, lalu ia memberi makna pada menara tersebut dengan nama Eiffel Tower.
Pada tahap ini, ia sadar terhadap obyek yang dihadapinya tersebut. Dan pada
tahap terakhir, ia menyimpan kedalam ingatannya dan dijadikan pengetahuan.
Proses selanjutnya, timbulah perasaan suka atau tidak suka terhadap obyek.
Individu akan menyeleksi atau memilih, dan dari pilihan tersebut diyakininya.
Setelah itu ia akan membeli atau menggunakan sebagai hasil dari keputusannya
(Effendy,1993:256).
Demikian pula dengan informasi dalam tayangan reality show yang ditayangkan di televisi. Setelah menerima stimulus atau pesan yang berupa
informasi atau pesan tersebut maka dengan perhatian, pengertian, dan penerimaan
dari berlangsungnya proses komunikasi, komunikan memberikan efek yang
terakhir dari informasi yang disampaikan. Kemampuan komunikan dalam
memahami informasi dalam tayangan Mata Lelaki yang ditayangkan di televisi
2.3. Kerangka Berpikir
Dengan informasi manusia dapat memperluas pandangan dan
wawasannya, serta dapat lebih meningkatkan kedudukan dan peranannya dalam
masyarakat. Untuk mengetahui lebih jelas segala hal yang terjadi didunia atau
disekelilingnya, manusia sangat membutuhkan kehadiran media utnuk memenuhi
kebutuhannya. Maka hadirlah sarana komunikasi yang lebih dikenal sebagai
media massa.
Keberadaan media massa pada saat ini telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari, adapun media massa yang
dimaksudkan disini adalah televisi. Menonton televisi bagi pemirsa merupakan
suatu kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kebutuhan
tersebut bisa berupa kebutuhan akan informasi, pendidikan dan hiburan.
Mata Lelaki adalah sebuah program dewasa, yang tayang setiap hari
Selasa pukul 00.15 WIB. Ini adalah sebuah persepsi sebagian laki-laki, mengenai
segala hal yang menjadi trend, segala hal yang ada disekitar laki-laki, dan segala
hal tentang wanita. Berdasarkan teguran Komisi Penyiaran Indonesia kepada
acara Mata Lelaki” terdapat pelanggaran yakni berupa penayangan adegan
eksploitasi tubuh bagian dada dan paha host dan beberapa model wanita pada
program secara close up namun disisi lain acara mata lelaki dapat menambah
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengetahui opini individu yang
telah berusia minmal 21 tahun dengan asumsi bahwa pada usia tersebut telah
memiliki kematangan emosional sehingga dapat memberikan interpretasi terhadap
suatu permasalahan yang terjadi di masyarakat dan juga acara tersebut untuk pria
dewasa, khususnya berkaitan dengan permasalahan yang terjadi. Peneliti berusaha
mengetahui hal tersebut diatas melaui opini seseorang terhadap objek disebabkan
karena kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang, latar belakang
pengetahuan (frame of reference) yang berbeda. budaya dan psikologis individu
yang berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini :
Gambar 2.2.
Kerangka Berpikir Penelitian Tentang Opini Masyarakat Sur abaya Tentang Pr ogram Mata Lelaki di Trans 7
3.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan tujuan
melukiskan secara sistematis fakta dan karakteristik populasi secara faktual dan
cermat (Rakhmat, 2005:22). Peneliti akan menjabarkan dan menginterpretasikan
data hasil penelitian secara sistematis mengenai opini pemirsa dalam menonton
program acara mata lelaki di Trans 7.
3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang tidak perlu mencari atau
menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis, tetapi akan
menggambarkan secara sistematis tentang bagaimana opini pemirsa dalam
menonton program acara mata lelaki di Trans 7.
3.2.1. Opini
Opini adalah salah satu interaksi dan pemikiran manusia tentang suatu hal
yang kemudian mengetahui apakah pemirsa mempunyai opini masyarakat tentang
program acara Mata Lelaki. Dalam kaitannya dengan proses komunikasi terdapat
efek dan salah satunya ialah opini atau pendapat. Opini juga dapat diekspresikan
sebagai salah satu pernyataan sikap dalam kata-kata yang digolongkan menjadi
pendapat positif (pernyataan yang mendukung), netral, dan pendapat negatif
(pernyataan yang tidak mendukung). Opini dalam penelitian ini adalah salah satu
tidak memiliki tingkatan atau strata namun mempunyai arah (Effendy, 1990)
yakni antara lain :
1. Opini positif, jika opini yang ditampilkan secara eksplisit dan implisit
mendukung objek opini (individu memberikan pernyataan setuju)
2. Opini netral, apabila opini yang ditampilkan tidak memihak atau jika individu
memberikan pernyataan ragu-ragu
3. Opini negatif, jika opini yang ditampilkan secara eksplisit dan implisit
menolak atau mencela objek opini )individu memberikan pernyataan tidak
setuju.
Pengukuran dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner
mengenai topik, narasumber dan presenter pada tayangan Mata Lelaki di Trans 7.
1. Topik
Topik merupakan tema atau inti acara yang diangkat oleh program acara Mata
Lelaki di Trans 7
2. Presenter
Seseorang yang bertugas untuk membawakan acara Mata Lelaki di Trans 7
agar program acara berjalan dengan baik
3. Adegan dalam program acara
Penayangan gambar atau shooting kamera yang ditampilkan dalam program acara
Penulis dalam penelitian ini ingin masyarakat khususnya Pria yang
berusia minimal 21 tahun yang mengemukakan pendapatnya dalam bentuk respon
1. Jika jawaban kuesioner setuju terhadap tayangan Mata Lelaki di Trans 7, maka
opini pemirsa adalah "Opini Positif artinya responden menyatakan setuju dengan penyangan acara Mata Lelaki di Trans 7
2. Jika jawaban kuesioner ragu - ragu terhadap penayangan acara Mata Lelaki di
Trans 7, maka opini pemirsa adalah "Opini Netral" artinya responden menyatakan antara setuju dan tidak setuju (netral) terhadap penayangan acara
Mata Lelaki di Trans 7
3. Jika jawaban kuesioner tidak setuju terhadap penayangan acara Mata Lelaki di
Trans 7, maka opini pemirsa adalah "Opini Negatif, artinya responden menyatakan antara tidak setuju terhadap penayangan acara Mata Lelaki di
Trans 7
3.2.2. Pengukuran Variabel
Pernyataan – pernyataan yg diajukan dalam kuesioner menggunakan skala
Likert, menurut Sugiyono skala likert dalam pilihan jawabannya dapat terdiri dari
3 pilihan, 4 pilihan atau lebih. Cara pengukuran yaitu dengan mengetahui jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan mengenai obyek pene1itian. Dalam pengukuran opini
ini, responden diminta untuk menyatakan kesetujuan atau tidaknya tentang
tayangan Mata Lelaki di Trans 7. lsi pernyataan untuk menyatakan persetujuannya
tersebut terbagi dalam tiga macam kategori jawaban, yaitu "Setuju (S)",
"Ragu-Ragu (R)", dan "Tidak Setuju (TS)".
Opini pemirsa dikatakan :
1. Positif, jika pemirsa memberikan yang menyatakan setuju terhadap topik,
Trans 7
2. Netral, jika pemirsa memberikan jawaban ragu - ragu mengarah ke positif
atau negativ terhadap topik, presenter, dan adegan acara yang ada pada acara
Mata Lelaki di Trans 7
3. Negatif, jika pemirsa memberikan pernyataan tidak setuju terhadap topik,
prersenter dan adegan acara yang ada pada acara Mata Lelaki di Trans 7
Untuk mengetahui pengkategorian jawaban responden maka diberikan
batasan-batasan dalam menentukan lebar interval dari pertanyaan yang akan
dijawab yaitu positif, netral dan negatif dengan menggunakan rumus :
n
Pada penelitian ini terdapat 12 pertanyaan. Dengan demikian
pengkategorian jawaban responden untuk keseluruhan pertanyaan adalah sebagai
berikut :
Jadi batasan skor dalam lebar interval positif, netral, dan negatif yaitu :
Kategori penilaian negatif bila jumlah skor antara 12-19
Kategori penilaian netral bila jumlah skor antara 20 – 27
Kategori penilaian positif bila jumlah skor antara 28 – 36
3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
untuk dipelajari (Sugiyono, 203:55). Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat laki-laki di Surabaya berusia 21-50 tahun yang berjumlah 1.167.841
orang karena acara ini memang bertunjuan untuk memuaskan kebutuhan kaum
laki - laki.
3.3.2. Sampel
Berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sampel maka
digunakan rumus Yamane yaitu sebagai berikut :
1
d = Presisi (derajat ketelitian 10%).
1 = angka konstan
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode non
probability sampling dengan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan
sampel berdasarkan kriteria tertentu (Sugiyono, 2009:122). Sampel dalam
penelitian ini adalah sebagian dari masyarakat Surabaya yang memiliki
karakteristik antara lain :
1. Berusia 21-50 tahun karena usia 21 dipilih karena dianggap responden sudah
dewasa sedangkan usia 50 tahun dipilih karena rata – rata yang menonton
juga ada dikisaran umur 50 tahun
2. Berdomisili di Surabaya karena penelitian ini dilakukan di Surabaya
3. Pernah menonton acara Mata Lelaki di Trans 7 minimal 2 kali karena
diasumsikan dengan minimal dua kali menonton responden dapat menilai
opini dalam menonton acara mata lelaki di Trans 7.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sumber-sumber,
yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung langsung dari responden.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara pada responden
dengan berdasarkan kuisioner yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang
terutup dan yang terbuka.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak dapat langsung diperoleh dari lapangan.
Data sekunder dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi kedua, seperti
perpustakaan,pusat pengelolahan data, pusat penelitian, dan lain sebagainya.
Data sekunder ini akan digunakan sebagai data penunjang untuk melakukan
analisis
3.5. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang
digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara
Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk
mendiskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari:
mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk
selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan. Data
yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :
% 100
× =
N F
P
Keterangan :
P : Persentase Responden
F : Frekuensi Responden
N : Jumlah Responden
Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh apa yang diinginkan
peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Gambaran Umum Sur abaya
Nama "Surabaya" muncul di era Majapahit awal. Itu lokal diyakini berasal
namanya dari kata Sura atau Suro (hiu) dan Baya atau Boyo (buaya), dua makhluk
yang dalam mitos lokal, berperang satu sama lain untuk mendapatkan gelar "yang
terkuat dan paling kuat hewan "di daerah sesuai dengan nubuatan Jayabaya.
Sumber bersejarah lainnya menjelaskan bahwa simbol Sura (hiu) dan Baya
(buaya) sebenarnya untuk discribe acara heroik terjadi di Ujung Galuh (nama
masa lalu Surabaya), yang merupakan pertempuran antara pasukan yang dipimpin
oleh raden widjaja dan tentara pasukan Tar Tar pada 31 Mei 1293. Tanggal yang
kemudian diperingati sebagai hari jadi kota.
Surabaya terletak di Northen Coast Provinsi Jawa Timur. Secara geografis,
terletak di 9'-7 ° 7 ° Lintang Selatan dan 112 ° 36'-112 ° 57 'Bujur Timur.
Perbatasan Surabaya kota dengan Selat Madura di utara dan timur, Kabupaten
Sidoarjo di selatan, dan Kabupaten Gresik di barat. Wilayah Surabaya terutama
dataran rendah, dengan ketinggian antara 3 sampai 6 ms di atas permukaan laut
kecuali di selatan, ada 2 landai perbukitan ketinggian antara 25 - 50 ms di atas
permukaan laut. Di Surabaya, ada muara sungai Kalimas, salah satu dari dua
fraksi Sungai Brantas. Secara administratif, Surabaya dibagi menjadi 163