• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPINI MASYARAKAT TENTANG TAYANGAN MATA LELAKI DI TRANS 7 (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Mata Lelaki Di Trans 7).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "OPINI MASYARAKAT TENTANG TAYANGAN MATA LELAKI DI TRANS 7 (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Mata Lelaki Di Trans 7)."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

Mata Lelaki Di Trans 7)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sar jana Ilmu Komunikasi pada Fisip UPN “Veteran” J awa Timur

Oleh :

Rahmadani Pr astyo

0643310411

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Mata Lelaki Di Tr ans 7

)

Disusun Oleh :

Rahmadani Prastyo 0643310411

Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi, oleh :

Pembimbing Utama

Dr s. Kusnarto, M.Si NIP. 195808011984021001

Mengetahui

Dekan

(3)

Mata Lelaki di Tr ans 7)

Disusun Oleh :

RAHMADANI PRASTYO

0643310411

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal : 18 J uli 2013

Pembimbing Utama Tim Penguji :

1. Ketua

Dr s. Kusnarto, M.Si J uwito, S.Sos, M.Si

NIP. 195808011984021001 NPT. 3 6704 95 00361

2. Sekr etaris

Dra. Herlina Suksmawati, M.Si NIP. 19641225 199609 2001

3. Anggota

Dr s. Kusnarto, M.Si NIP. 195808011984021001

Mengetahui Dekan

(4)

KATA PENGANTAR

Segala Puji milik Allah. Kita memuji, memohon pertolongan , meminta

petunjuk, dan mengharap ampunan dari-Nya. Kita juga berlindung kepada Allah

dari kejahatan diri kita dan buruknya amalan kita. Serta salam, rahmat, dan

berkah-Nya kupanjatkan kepadamu wahai Rasulullah saw.

Alhamdulillah, Saya dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Opini

Masyarakat Sur abaya Tentang Tayangan Acara Mata Lelaki Di Tr ans 7”

Meski jauh dari sempurna tetapi akhirnya dapat berjalan dengan baik meskipun

banyak cobaan yang saya lalui. Sungguh skripsi ini tidak akan bisa disuguhkan

seandainya saya tidak dibantu dengan segenap insan yang selalu memberi

dukungan kepada saya baik materi maupun spirit, maka sungguh dengan hati yang

ikhlas insya Allah saya berterimakasih untuk semua yang membantu, untuk

Keluarga saya, Ibu saya Ndarini yang berdoa agar anaknya bisa mencapai gelar

sarjana tanpa berputus asa selalu memberikan segala yang terbaik untuk saya,

terimakasih atas kesabaran Ibu selama ini, lalu Kakak saya Deni beserta

keluarganya yang selalu saya repotkan dan juga tak pernah menyerah

mengusahakan dalam meraih apa yang saya inginkan. Kepada sahabat – sahabat

saya yang senantiasa menasehati saya dalam kebaikan, kesabaran dan menuntun

saya dalam kebenaran, Radima, Machrus yg sama – sama berjuang menyelesaikan

kuliah ini, Ardi atas segala dukungannya, Mochie, Momo dan ke empat anak –

anaknya yg membuat saya selalu tersenyum, dan sahabat lainya yang juga

(5)

Terimakasih juga takkan lengkap bila tidak saya tujukan kepada semua

Ustadz – Ustadz Masjid Al - Hikmah, Gayung Sari IV Surabaya yang membantu

saya belajar sebagai seorang Muslim yang kaffah. Linda yang mengawali apa

yang saya lakukan. Semua pihak - pihak yang membantu saya dalam mengerjakan

skripsi saya ini, sungguh takkan selesai jika tanpa bantuan mereka semua yang

tidak bias saya sebutkan satu persatu.

Juga takkan lupa saya ucapkan terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya

kepada :

1. Dra. Ec. Hj Suparwati, Msi. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Politik

UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Juwito, S.Sos, Msi. Selaku Kepala jurusan Ilmu Komunikasi

3. Drs. Kusnarto, Msi. Selaku dosen pembimbing atas petunjuk dan

bimbingannya dalam menyelesaikan apa yang saya kerjakan ini.

4. Semua Dosen – Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, beserta staff TU.

Saya harap apa yang terulis dalam skripsi ini bisa mengantarkan pembaca

khususnya Mahasiswa ke sesuatu yang lebih bermanfaat dan mendidik dan juga

saran ataupun kritik membangun untuk tulisan ini. Akhirnya, segala puji bagi

Allah, Illah semesta alam, love you in Allah.

Surabaya, Mei 2013

(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRAKSI ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Pengertian Komunikasi ... 11

2.2.2. Fungsi Komunikasi ... 12

2.2.3. Proses Komunikasi Bermedia ... 13

2.2.4. Media Massa ... 14

2.2.5. Peran Media Massa ... 15

2.2.6. Media Televisi ... 17

2.2.7. Dampak Media Televisi ... 19

2.2.8. Format Acara Televisi ... 19

(7)

2.2.12. Teori S-O-R ... 28

2.3. Kerangka Berfikir ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian ... 34

3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 34

3.2.1. Opini ... 34

3.2.2. Pengukuran Variabel ... 36

3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 37

3.3.1. Populasi ... 37

3.3.2. Sampel... 38

3.3.3. Teknik Penarikan Sampel ... 38

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.5. Metode Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 41

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data ... 44

4.2.1. Identitas Responden ... 44

4.2.2. Informasi Tentang Media... 46

(8)

5.2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 72

(9)

LELAKI DI TRANS 7 (Studi Deskr iptif Opini Masyar akat Sur abaya Tentang Tayangan Mata Lelaki Di Tr ans 7)

Salah satu kebutuhan yang cukup penting dan esensial bagi manusia adalah kebutuhan akan informasi. Pada akhir tahun 2012 terdapat salah satu reality show di Trans 7 yakni Mata Lelaki. Mata Lelaki merupakan salah satu program reality show di Trans 7 yang membahas gaya hidup terkini, update dan menarik. Mata Lelaki mendapatkan teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pada tanggal 11 Oktober 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui opini masyarakat tentang tayangan Mata Lelaki Di Trans 7.

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang berusia lebih dari 21 tahun dan metode penarikan sampel yang digunakan adalah non probability sampling. Dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang sampel nya secara sengaja atau sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Pengumpulan data untuk penelitian disini menggunakan dua pendekatan yaitu data primer dan data sekunder. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi.

Berdasarkan analisis dan pembahasan pengujian didapatkan responden di Surabaya memberikan opini yang mengarahkan jawaban ke arah negatif karena responden merasa bahwa acara Mata Lelaki dari keseluruhan acara terlalu mengarah ke hal - hal yang tabu untuk di perbincangkan di depan umum, dan masih banyak yang perlu diperhatikan dalam penyajian dan penayangannya.

Kata Kunci : Opini, Reality Show, Mata Lelaki

One needs a fairly important and essential for human beings is the need for information. At the end of 2012 there is one reality show in the Mata Lelaki Trans 7. Mata Lelaki is one of the reality show program on Trans 7, which discusses current lifestyle, updates and interesting. Mata Lelaki get a reprimand from the Indonesian Broadcasting Commission (KPI) on October 11, 2012. The purpose of this study was to determine public opinion on impressions Mata Lelaki Trans 7.

The population in this study is people in Surabaya over the age of 21 years and the sampling method used was non-probability sampling. With purposive sampling technique sampling his samples intentionally or samples taken because there are certain considerations. Data collection for the study here using two approaches, namely primary data and secondary data. Methods of data analysis in this study using frequency tables.

Based on the analysis and discussion of testing in Surabaya respondents obtained an opinion that direct answer in the negative direction because the respondents felt that the show Mata Lelaki of the whole event too leads are taboo for the talk in public, and still more that needs to be considered in the presentation and broadcast.

(10)

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu kebutuhan yang cukup penting dan esensial bagi manusia

adalah kebutuhan akan informasi. Informasi saat ini telah menjadi hal yang

sangat penting dalam masyarakat yang semakin maju dan berkembang.

Setiap orang, badan, dan organisasi berhak untuk memperoleh informasi

untuk dapat berkembang dan berinteraksi dengan lingkungannya. Informasi

sangatlah berharga bagi manusia karena informasi adalah salah satu

kebutuhan bagi manusia untuk bisa mengetahui, memahami, dan mengerti

hal-hal yang ada dan terjadi disekitarnya. Dan masyarakat akan memasuki

suatu peradaban informasi, maka peranan dan posisi informasi menjadi

sangat penting.

Informasi diperoleh melalui media untuk memenuhi kebutuhannya

serta untuk mengetahui dengan jelas segala hal yang terjadi didunia atau

disekelilingnya. Maka hadirlah sarana komunikasi yang lebih dikenal sebagai

media massa, Perkembangan media massa akhir ini sangat pesat. Media

massa menyajikan berbagai realitas kehidupan dalam bentuk informasi

kepada masyarakat. Munculnya kesadaran tentang arti dan nilai dari

informasi membuat masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari informasi

(11)

Seiring dengan perkembangan waktu, zaman komunikasi massa

seperti sekarang ini juga mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Dengan adanya kemajuan teknologi saat ini serta ditunjang dengan rasa

keingintahuan masyarakat yang sangat besar terhadap sebuah informasi

terbaru, sekarang ini komunikasi massa dirasa sangat penting bagi

masyarakat. Dengan mereka mengetahui apa yang terjadi di sekitarnya,

secara tidak langsung memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk

dijadikan sebuah bahan pembicaraan sehingga interaksi yang terjadi di

masyarakat berjalan secara terus - menerus.

Komunikasi dalam kaitannya dengan masyarakat luas dapat diartikan

sebagai komuniaksi massa, komunikasi massa adalah komunikasi melalui

media massa modern. Dan media massa ini adalah surat kabar, film, radio

dan televisi. Jadi yang diartikan komunikasi massa ialah penyebaran pesan

dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak,

yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan. Pembaca

surat kabar, pendengar radio, penonton televisi dan film, tidak tampak oleh si

komunikator. Dengan demikian, maka jelas bahwa komunikasi massa atau

komunikasi melalui media massa sifatnya “satu arah” (one way trafic). Begitu pesan disebarkan oleh komunikator, tidak diketahuinya apakah pesan

itu diterima, dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan (Effendy, 2004:50).

Media menampilkan diri sendiri dengan peranan yang diharapkan,

dinamika masyarakat akan terbentuk, media adalah pesan. Jenis media massa

(12)

misalnya media cetak, (2) pendengaran (audio) semata-mata (radio, tape recorder), verbal vokal dan (3) pada pendengaran dan penglihatan (televisi, film, video) yang bersifat ferbal visual vokal (Liliweri, 2001).

Perkembangan teknologi dan informasi dari waktu ke waktu

melahirkan inspirasi yang luar biasa dengan ditandai munculnya televisi,

radio, satelit dan lainnya. Seiring dengan berputarnya waktu dan

perkembangan teknologi yang semakin berkembang dan sampai pada tahap

yang modern seperti yang terjadi pada saat ini. Pada saat situasi seperti ini

salah satu pihak yang dapat memberikan informasi secara global adalah

televisi. Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audio visual merupakan

medium paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian secara

luas, hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya perkembangan jaringan

televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil

(Wibowo, 2007:17).

Saat ini televisi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari

kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih

lama di depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang

digunakan untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau pasangan

mereka. Bagi banyak orang televisi adalah teman. televisi menjadi

cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat menjadi candu

(Morrisan, 2004:41).

(13)

menontonnya. Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki

televisi dan keunggulan yang lain adalah televisi tersaji dalam bentuk audio visual, dengan kata lain televisi adalah perpaduan antara radio dan film, ini menjadi daya tarik kuat televisi. Selain mempunyai unsur kata-kata sound effect, juga mempunyai unsur visual berupa gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada pemirsa. Sehingga seolah-olah

khalayak berada di tempat peristiwa yang disiarkan oleh pemancar televisi

itu (Effendy, 2000:177).

Media massa, khususnya televisi saat ini telah mengalami

perkembangan pesat di berbagai negara. Era siaran televisi diawali oleh

stasiun pemerintah, yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI), secara tidak

langsung telah mendorong munculnya televisi swasta. Diawali oleh Rajawali

Citra Televisi Indonesia (RCTI) dan Surya Citra Televisi (SCTV), TV, TV

One, METRO-TV, TRANS TV, Global TV dan Trans 7 saat ini mulai

tumbuh dan berkembang, baik yang nasional maupun yang lokal (Kuswandi,

1996:37). Ada juga stasiun televisi lokal di beberapa daerah, misalnya Riau

TV, JTV, Batu TV dan masih banyak lagi. Perkembangan tersebut sangat

membantu masuknya arus informasi bagi masyarakat.

Sebuah acara dalam penayangannya, terdapat aturan-aturan yang

membatasi tayangan untuk disiarkan secara bebas. Ada beberapa aturan

terhadap program-program acara yang akan ditayangkan ke stasiun TV

dengan memperhatikan kategori tayangan seperti bimbingan orang tua

(14)

disesuaikan dengan jam pemirsanya yang sedang aktif menonton televisi,

seperti jam tayang pemirsa anak-anak dan remaja yang aktif menonton pada

pukul 1 siang hingga pukul 9 malam serta tayangan jam orang dewasa

menonton pada pukul 10 malam (http://elib.unikom.ac.id/

files/disk1/456/jbptunikompp-gdl-luthfanhad-22797 -5-unikom_l-i.pdf).

Salah satu acara televisi saat ini kategori dewasa adalah Mata Lelaki

di Trans 7. Mata Lelaki adalah sebuah program dewasa, yang tayang setiap

hari Selasa pukul 00.15 WIB. Ini adalah sebuah persepsi sebagian laki-laki,

mengenai segala hal yang menjadi trend, segala hal yang ada disekitar

laki-laki, dan segala hal tentang wanita. Sebuah persepsi tentang keseksian

seorang wanita, dan segala hal yang mengelilinginya. Persepsi ini akan

diambil dari data riset, yang telah dilakukan oleh berbagai lembaga, dan

mudah diakses oleh banyak orang (http://www.trans7.co.id/

frontend/home/view/359).

Acara Mata Lelaki disini banyak digemari karena memberikan

informasi bagaimana laki-laki menghargai sekitarnya, menghargai wanita,

dan menghargai dirinya sendiri. Ini adalah bagaimana laki-laki memandang

wanita. Berangkat dari sebuah mitos, yang kemudian dicari data risetnya,

dan kemudian ditelaah dan diambil kesimpulan akhirnya

(http://www.trans7.co.id/frontend/home/view/359).

Namun Mata Lelaki dalam penayangannya juga sering mendapatkan

protes dari masyarakat seperti hal nya aduan yang disampaikan oleh salah

(15)

oleh Ayu Rahayu (http://kpi.go.id/index.php/lihat-aduan/view-terlalu seperti wanita penggoda / nakal.Karena ada acara ini...anak saya yg menginjak remaja bahkan yg masi umur 10tahun, malam hari terbangun , bahkan tidak tertidur untuk melihat acara tv ini. yg lebih parah lagi, suami jg ikut nonton. Bagaimana mau memberi contoh yg baik kalo org tuanya jg menonton???saya sebagai istri menasehati dgn baik, malah akhirnya kami sekeluarga bertengkar.tolong ditindak lanjuti KPID, supaya tiap keluarga tidak hancur oleh acara TV tsb. Anak2 jg masi kecil, belom saatnya mengetahui acara dewasa

Aduan dari masyarakat tersebut juga berdampak pada teguran Komisi

Penyiaran Indonesia kepada acara Mata Lelaki”. Pada 4 September 2012

pukul 00.14 WIB terdapat pelanggaran yakni berupa penayangan adegan

eksploitasi tubuh bagian dada dan paha host dan beberapa model wanita

pada program secara close up. Jenis pelanggaran ini dapat dikategorikan

sebagai pelanggaran atas pelarangan adegan seksual serta norma kesopanan

dan kesusilaan. KPI Pusat memutuskan bahwa tindakan penayangan tersebut

telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia

tahun 2012 Pasal 9 dan Pasal 16 serta Standar Program Siaran Pasal 9 dan

Pasal 18 huruf h.

Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) Pasal 9 yang berbunyi “Lembaga penyiaran wajib menghormati nilai dan norma kesopanan dan kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat”

Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) Pasal 16 yang berbunyi “Lembaga penyiaran wajib tunduk pada ketentuan pelarangan dan/atau pembatasan program siaran bermuatan seksual

(16)

khalayak baik terkait agama, suku,budaya, usia, dan/atau latar belakang ekonomi.

Standar Program Siaran Pasal 18 huruf h Program siaran yang

memuat adegan seksual dilarang mengeksploitasi dan/atau

menampilkan bagian-bagian tubuh tertentu, seperti: paha, pantat, payudara, secara close up dan/atau medium shot;

Teguran mengenai penayangan adegan eksploitasi tubuh bagian dada

dan paha host dan beberapa model wanita pada program secara close up

sejalan dengan keadaan di masyarakat saat ini dimana banyak pelecehan

seksual yang disebabkan wanita yang menggunakan pakaian yang tidak

terbuka dan tidak sopan. rok mini dan baju seksi itu yang mendorong

terjadinya pemerkosaan. Pelaku perkosaan semakin mudah melakukan

tindakannya, karena mereka tinggal melepas separuh baju dan

mengangkatkan rok yang dikenakan para perempuan

(

http://sosbud.kompasiana.com/2013/01/29/pemerkosaan-yang-disebabkan-rok-mini-dan-baju-seksi-523983.html).

Disisi lain program acara “Mata Lelaki” dapat memberikan informasi

mengenai dunia malam seperti halnya gaya hidup yang sedang berkembang

saat ini, atau bagaimana cara menghargai perempuan. Program acara “Mata

Lelaki” merupakan salah satu acara yang sudah memenuhi standar jam

tayang dari televisi. Acara berlangsung pada dini hari, sesuai dengan

segmentasi audiens yang dituju, yakni orang dewasa. Penempatan waktu jam

tayang program acara ini dirasa sudah tepat karena biasanya pada jam

tersebut anak-anak sudah tidur terlelap, dan tinggal orang dewasa yang masih

bangun untuk melihat program acara tersebut. Menurut pasal 21 ayat 1

(17)

tentang pedoman perilaku penyiaran menyatakan bahwa : klasifikasi untuk

siaran dewasa yaitu khalayak diatas 18 tahun. Santrock (2002;23) juga

berpendapat bahwa individu yang berusia 18-30 tahun layak dijadikan

sebagai populasi dalam penelitian ini karena usia tersebut sebagai awal tahap

kedewasaan, yaitu periode perkembangan dan masa pembentukan

kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karier dan memiliki

rasa ingin tahu yang besar tentang suatu hal.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini mengambil judul

"opini masyarakat tentang tayangan Mata Lelaki di Trans 7 (studi deskriptif

opini masyarakat di Surabaya tentang tayangan Mata Lelaki di Trans 7"

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah

dalam penelitan ini adalah "Bagaimanakah opini masyarakat tentang

tayangan Mata Lelaki di Trans 7?"

1.3. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitan ini adalah " Untuk mengetahui opini

masyarakat tentang tayangan MataLelaki di Trans 7"

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap agar penelitian ini dapat

(18)

1.Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak

stasiun TV dalam mengembangkan dan meningkatkan program acara

televisi khususnya acara yang mengangkat tema dewasa.

2.Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan

(19)

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Heri Kristanto (2005) dengan judul Opini

masyarakat terhadap kinerja layanan pemerintah di bidang Polkam, Ekuin dan

Kesra. Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

penilaian masyarakat terhadap kinerja layanan pemerintah dibidang Polhukam,

Perekonomian dan Kesra. Hasil dalam penelitian ini adalah responden merespon

positif tindakan KPK mengusut berbagai kasus koperasi belakangan ini.

Perbedaan penelitian yang dilakukan Heri Kristanto (2005) dengan penelitian saat

ini adalah metode penelitian yang dilakukan Heri Kristanto (2005) menggunakan

objek layanan pemerintah di bidang polhukam sedangkan pada penelitian

menggunakan acara di televisi.

Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Drs H Darmani (1997) dengan judul

”Pendapat Umum Pra Pemilu 1997 di Kotamadya Pontianak” tujuan penelitian

Drs H Darmani (1997) adalah untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat ang

dijadikan sasaran penelitian khususnya di wilayah Kotamdaya Pontianak. Hasil

yang didapat yakni partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemilu menunjukan

indikasi yang cukup baik. Perbedaan penelitian yang dilakukan Drs H Darmani

(1997) dengan penelitian ini adalah dalam penelitian Drs H Darmani (1997)

menggunakan objek pemilun sedangkan pada penelitian menggunakan acara di

(20)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Komunikasi

Secara Etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal

dari bahasa latin communicaty ,dan perkataan ini berasal dari kata communis, perkataan communis tersebut dalam pembahasan kita ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan partai komunis yang sering dijumpai dalam kegiatan politik.

Arti communis disini adalah sama, dan arti sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. (Effendy, 2004:4)

Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu

pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa

komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu

sesuatu kepada orang lain. Jadi yang terlibat dalam komunikasi itu adalah

manusia, Karena itu, komunikasi yang dimaksud disini adalah komunikasi

manusia atau dalam bahasa asing human communication ,yang sering kali disebut pula komunikasi sosial atau social comunication. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antar manusia dinamakan komunikasi sosial atau

komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada manusia-manusia yang

bermasyarakat terjadinya komunikasi. Masyarakat terbentuk dari paling sedikit

dua orang yang saling berhubungan dengan komunikasi sebagai penjalinnya.

Robinson Crusoe, yang hidup menyendiri disebuah pulau terpencil, tidak hidup

bermasyarakat karena dia hidup sendirian. Oleh karena itu dia tidak

(21)

Jadi teknik berkomunikasi yang menjadi pokok permasalahan dalam

pembahasan ini adalah komunikasi antara seseorang dengan orang lain,

komunikasi manusia atau komunikasi sosial yang sebagaimana ditegaskan di atas

, mengandung makna “proses penyampaian suatu pernyataan dari seseorang

kepada orang lain”. (Effendy, 2004:4)

Dalam pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu,

ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media baik

media massa seperti surat kabar, radio, televisi atau film maupun non media

massa misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster, spanduk, dan

sebagainya.

Jadi komunikasi dalam pengertian paradigmatis bersifat internasional,

mengandung tujuan karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana

kadar perencanaan itu, bergantung kepada pesan yang akan dikomunikasikan dan

pada komunikan yang menjadi sasaran (Effendy, 2004).

2.2.2. Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan

bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri,

untuk kelangsungan hidup, untuk memperolah kebahagiaan, terhindar dari

tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur,

dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita

berkerjasama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan

tinggi, RT, RW, desa, kota dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan

(22)

Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa diartikan

akan “tersesat”, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu

lingkungan sosial (Mulyana, 2001:5). Komunikasilah yang memungkinkan

individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai

panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi pula yang

memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk

mengatasi situasi-situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri

dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum,

berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab,

karena cara-cara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga

dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi.

2.2.3. Pr oses Komunikasi Bermedia

Komunikasi bermedia adalah komunikasi menggunakan saluran atau

sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya,

dan atau banyak jumlahnya. Komunikasi bermedia disebut juga komunikasi

secara tidak langsung dan sebagai konsekuensinya arus balik pun tidak terjadi

pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator tidak mengetahui tanggapan

komunikan pada saat ia berkomunikasi. Oleh sebab itu, dalam melancarkan

komunikasi dengan menggunakan media, komunikator harus lebih matang dalam

perencanaan dan persiapannyasehingga ia merasa pasti bahwa komunikasinya itu

akan berhasil. Dalam hubungan ini ia harus memperhitungkan berbagai faktor. Ia

harus mengetahui sifat komunikan yang akan dituju dan memahami

(23)

bisa hanya seorang saja, dapat juga sekelompok kecil orang,bisa pula sejumlah

orang yang amat banyak (Effendy, 2004).

2.2.4. Media Massa

Komunikasi massa merupakan proses komunikasi melalui media massa

modern, dengan kata lain komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana

komunikator secara profesional menggunakan media massa dalam menyebarkan

pesannya untuk mempengaruhi khalayak banyak. Komunikasi massa menyiarkan

informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam pada jumlah

banyak dengan menggunakan media (Effendi, 2003:79-80).

Media massa merupakan sumber kekuatan sebagai alat kontrol manajemen

dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti

kekuatan atau sumber daya yang lain. Media merupakan lokasi (atau forum) yang

semakin berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat,

baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Media seringkali berperan

sebagai wahana pengembangan kebudayaan bukan saja dalam pengertian

pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian

pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. Media telah

menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran

dan citra realitas sosial tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif.

Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan

berita dan hiburan (Mc. Quail, 2002:3).

Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media

(24)

merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai

lapisan sosial, terutama di masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti

halnya pers, radio, televisi, film, dan lain-lain, tidak terlepas kaitannya dengan

perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi

jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi

jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat (Sugiharti, 2000:3).

Media komunikasi massa bersifat tidak langsung dan oleh karenanya

perencanaan, pengolahan, dan penyampaian pesan baik itu bersifat informasi,

edukasi, persuasi, dan hiburan kepada khalayak dibuat sedemikian rupa sehingga

mencapai sasaran yang dikehendaki. Komunikasi massa bersifat satu arah (one way traffic). Begitu pesan disebarkan komunikator, tidak diketahuinya apakah

pesan itu diterima, dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan

(Effendi, 2003:314). Media massa yang digunakan sebagai sumber berita tentang

manfaat khusus dalam penelitian ini yaitu media cetak berupa majalah yang

menginformasikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kursus yang ada

di masyarakat.

2.2.5. Peran Media Massa

Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa.

Dalam menjalankan paradigmanya, peran media massa adalah (Bungin, 2006:85) :

1. Sebagai institusi pencerahan, yaitu perannya sebagai media edukasi. Media

massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas,

(25)

2. Selain itu media massa juga menjadi media informasi, yaitu media yang setiap

saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang

terbuka, jujur dan benar disampaikan media massa kepada masyarakat, maka

masyarakat akan menjadi masyarakat yang kaya dengan informasi, masyarakat

yang terbuka dengan informasi, sebaliknya pula masyarakat akan menjadi

masyarakat informatif, masyarakat yang dapat menyampaikan informasi

dengan jujur kepada media massa. Selain itu, informasi yang banyak dimiliki

oleh masyarakat, menjadikan masyarakat sebagai masyarakat dunia yang

dapat berpartisipasi dengan berbagai kemampuannya.

3. Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media

massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi

corong kebudayaan, katalisator perkembangan kebudayaan. Sebagai agent of

change yang dimaksud adalah juga mendorong agar perkembangan budaya itu

bermanfaat bagi manusia bermoral dan masyarakat sakinah. Dengan demikian

media masa juga berperan untuk mencegah berkembangnya budaya-budaya

yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakatnya.

Dalam penelitian ini, media massa yang digunakan adalah media

elektronik berperan sebagai media edukasi dan media informasi bagi masyarakat

sebagai khalayak. Artinya media massa berperan sebagai media yang setiap saat

mendidik masyarakat khususnya para pembaca supaya lebih cerdas dan terbuka

pikirannya akan berbagai informasi seperti halnya informasi tentang

(26)

2.2.6. Media Televisi

Televisi terdiri dari istilah tele yang berarti jauh dan Visi yang berarti

penglihatan. Jadi televisi adalah perpaduan antara unsur radio (broadcast) dan unsur-unsur film (moving picture). Televisi mempunyai daya tarik yang disebabkan adanya unsur-unsur kata-kata, musik, sound effect dan memiliki unsur visual berupa gambar. (Effendy,2000:177).

Menurut Sastro (1992:23) menyatakan bahwa dari beberapa media massa

yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir

kehadirannya. Meskipun demikian televisi dinilai sebagai media massa yang

paling efektif saat ini dan banyak menarik simpatik kalangan masyarakat luas

karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan oleh sifat

audio visualnya yang tidak lain penayangannya mempunyai jangkauan yang relatif tidak terbatas dengan modal audio visual yang dimiliki siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesannya karena itulah televisi sangat

bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap, perilaku dan sekaligus perubahan

pola berpikir, pengaruh televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat

kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan.

Sedangkan Kuswandi (1996:21-23) berpendapat bahwa munculnya media

televisi dalam kehidupan manusia, memang menghadirkan suatu peradaban,

khususnya dalam proses komunikasi dan informasi setiap media massa jelas

melarikan satu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya

(27)

media televisi sedemikian besar sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum

muncul televisi, berubah total sama sekali. Pengaruh daripada televisi lebih kuat

dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio

televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi

yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi telah

menjadi cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan

komunikasi yang semakin berkembang pesat. Kehadiran televisi menembus ruang

dan jarak geografis pemirsa.

Televisi sebagai media yang dapat dilihat (visible) dan dapat didengar (audible) yang membedakan dengan media elektronik lain seperti radio, televisi mempunyai sifat-sifat langsung, simultan, intim, dan nyata (Mulyana, 2001:169).

Keunggulan inilah yang menyebabkan televisi mempunyai kapasitas lebih sebagai

media komunikasi massa yang berfungsi untuk memberikan hiburan, pendidikan

dan informasi kepada masyarakat.

Televisi memiliki sifat sebagai berikut:

1. Langsung

Televisi bersifat langsung, sehingga suatu pesan yang akan disampaikan kepada

penonton tidak mengalami proses yang berbelit-belit seperti halnya dengan

menggunakan bahan tercetak. Suatu berita dapat disampaikan kepada public

dengan cepat, bahkan pada saat peristiwa tersebut sedang berlangsung.

2. Tidak mengenal jarak

Televisi tidak mengenal jarak dan rintangan. Peristiwa disuatu kota dinegara

yang satu dapat ditonton dengan baik dinegara lain, tanpa mengenal rintangan

(28)

3. Memiliki daya tarik yang kuat

Televisi mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur-unsur kata, musik,

sound serta unsur visual berupa gambar.

2.2.7. Dampak Media Televisi

Menurut Kuswandi (1996 : 98), ada tiga dampak yang ditimbulkan dari

acara televisi terhadap pemirsa yaitu:

1. Dampak Kognitif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap

dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan

bagi pemirsa. Contoh: acara kuis

2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada tragedi aktual yang

ditayangkan televisi. Contoh: model pakaian, model rambut hingga istilah dan

gaya bertutur sang bintang secara verbal.

3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah

ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa

sehari-hari. Contoh: sinetron di televisi.

2.2.8. Format Acara Televisi

Setiap hari masyarakat Indonesia dapat melihat berbagai macam program

acara yang ditawarkan oleh stasiun televisi. Program acara yang bagus dapat

menaikkan rating dari televisi tersebut. Program acara yang bagus dapat terlihat

dari format acaranya. Menurut Jonathan Bignel (2004:307), format acara adalah

(29)

bentuk dan tema utama program. Definisi lainnya menyebutkan bahwa format

acara televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi

yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi

dalam berbagai kreteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa

acara tersebut.

Format acara televisi menurut Naratama (2004:64) dibagi menjadi tiga

bagian seperti yang tampak pada gambar dibawa ini:

Gambar di atas menunjukkan bahwa format acara televisi dibagi

berdasarkan drama fiksi, non drama dan berita.

1. Fiksi (Drama)

Format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi

kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang.

Format yang digunakan merupakan intepretasi kisah kehidupan yang

(30)

Adega-adegan tersebut akan menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan

fiksi atau imajinasi khayalan para kreatornya

2. Nonfiksi (Nondrama)

Format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan

imajinasi kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menjadi dunia

khayalan. Nondrama bukanlah suatu runtutan certita fiksi dari setiap

pelakunya. Untuk itu format-format program acara nondrama merupakan

sebuah runtutan pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang

dipenuhi dengan aksi, gaya dan musik

3. Berita dan Olahraga

Format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atau

kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyrakat

sehari-hari. Format ini memerlukan nilai-nilai faktual yang disajikan dengan

ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang

independent.

2.2.9. Pemir sa Sebagai Khalayak

Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai

sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton dan pemirsa

sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan,

khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang

besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta mempunyai kelemahan

dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat

(31)

perbedaan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, serta memiliki kerangka acuan

dan lapangan pengalaman yang berbeda.

Berdasarkan pengelompokkan tersebut, maka sejumlah acara diperuntukan

untuk kelompok tertentu sebagai sasaran (target group), disamping khalayak keseluruhan sebagai sasarannya atau khalayak sasaran (target audience). Contoh acara untuk khalayak sasaran adalah warta berita, sandiwara, film seri, musik dan

lain-lain. Sedangkan untuk kelompok sasaran adalah acara untuk anak-anak,

remaja, mahasiswa, ABRI, pemeluk agama Islam, dan lain-lain

(Effendy, 1993 : 20). Disini yang termasuk khalayak sasaran (target audience) adalah masyarakat yang menonton acara “Debat Reguler”. Komunikasi bisa

dikatakan efektif apabila penonton terpikat perhatiannya, tertarik terus minatnya,

mengerti, tergerak hatinya, dan melakukan kegiatan yang diinginkan pembawa

acara sekaligus moderator.

Menurut Winarsa (2005:73-74) Kontroversi lain dalam studi mengenai

khalayak berkaitan dengan apakah khalayak begitu pasif dan dapat dengan mudah

dipengaruhi secara langsung oleh media ataukah relatif aktif dalam menyusun

kualitasnya sendiri. Tegangan ini berkaitan dengan tingkat pengaruh media

terhadap khalayak, dan berhubungan dengan tegangan komunitas massa. Sebagai

besar teori-teori massa cenderung memasukkannya ke dalam konsepsi khalayak

dalam konsepsi khlayak yang pasif, meskipuntidak semua teori khlayak pasif

dapat disebut sebagai masyarakat massa. Demikian pula sebagian besar teori-teori

(32)

sebagian besar teori khalayak aktif mengakui keabsahan gagasan komunitas,

teori-teori tersebut tidak semuanya secara langsung menjadikannya sebagai pedoman.

Riset terhadap khalayak merupakan hal yang sangat perlu dilakukan.

Tujuannya agar pesan yang disampaikan dapat mengena pada sasaran target

sasaaran yang kita tuju. Karena itu, riset-riset tentang khalayak ini bukan hanya

dilakukan oleh praktisi public relation saja, tetapi oleh praktisi yang lain seperti jurnalistik, broadcasting, pemasar dan sebagainya. Dalam bidang pemasaran misalnya, studi tentang khalayak ini salah satunya bertujuan untuk mengetahui

perilaku konsimen guna menentukan segmentasi pasar (market

segmentation)(Kriyantono, 2006 : 330-331).

Tulisan ini menjelaskan salah satu studi khalayak, yaitu profil khalayak

(audience profile). Riset ini sangat penting untuk memberikan informasi tentang

karakteristik khalayak. Seorang komunikator harus membuat pesan yang sesuai

dengan karakteristik khalayaknya, sehingga pesan tersebut dapat efektif diterima

khalayak

Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai

sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton, dan pemirsa

sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan,

khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang

besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonim, serta mempunyai kelemahan

dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat

(33)

Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi.

Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik

minatnya, mengerti dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator. Pada

dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal yaitu (Effendy, 1990:84).:

1. Heterogen (aneka ragam) yakni pemirsa teIevisi adalah massa, sejumlah orang

sangat banyak, yang sifatnya heterogen terpencar-pencar diberbagai tempat.

Selain itu pemirsa televisi dapat ciibedakan pula menurut janis kelamin, umur,

tingkat pendidikan, klan taraf kehidupan, klan kebudayaan.

2. Pribadi yakni untuk dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa, maka isi

pesan yang disampaikan melalui televisi bersifat pribadi dalam arti sesuai

dengan situasi pemirsa saat itu.

3. Aktif yakni pemirsa bersifat aktif, mereka aktif, seperti apabila mereka

menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi mereka berpikir

aktif, aktif melakukan interprestasi. Mereka bertanya-tanya pada dirinya

apakah yang diucapkan oleh seorang.penyiar televisi benar atau tidak.

4. Selektif yakni pemirsa sifatnya selektif. Ia memilih program televisi yang

disukai

2.2.10.Acara Mata Lelaki

Mata Lelaki adalah sebuah program dewasa, yang tayang setiap hari

Selasa pukul 00.15 WIB. Ini adalah sebuah persepsi sebagian laki-laki, mengenai

segala hal yang menjadi trend, segala hal yang ada disekitar laki-laki, dan segala

(34)

hal yang mengelilinginya. Persepsi ini akan diambil dari data riset, yang telah

dilakukan oleh berbagai lembaga, dan mudah diakses oleh banyak orang.

Hasil akhir dari program ini adalah, bagaimana laki-laki menghargai

sekitarnya, menghargai wanita, dan menghargai dirinya sendiri. Ini adalah

bagaimana laki-laki memandang wanita. Berangkat dari sebuah mitos, yang

kemudian dicari data risetnya, dan kemudian ditelaah dan diambil kesimpulan

akhirnya. Mata Lelaki akan selalu memberikan closing statement, sebagai kesimpulan pada akhir tema.

2.2.11.Opini

Opini adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan, tanggapan yang disusun

melalui interpretasi personal yang diturunkan dan turut membentuk citra. Setiap

opini merefleksikan organisasi yang kompleks yang terdiri tas tiga komponen -

kepercayaan, nilai, dan pengharapan. (Rahmat, 2006:10). Menurut Kasali

(2003,19) Opini dapat dinyatakan secara aktif maupun pasif. Opini dapat

dinyatakan secara verbal, terbuka dengan kata-kata yang dapat ditaksirkan secara

jelas, ataupun melalui pilihan-pilihan kata yang sangat halus dan tidak secara

langsung dapat diartikan (konotatif). Opini dapat pula dinyatakan melalui

perilaku, bahasa tubuh, raut muka, simbol-simbol tertulis, pakaian yang

dikenakan, dan oleh tanda-tanda lain yang tak terbilang jumlahnya, melalui

referensi, nilai-nilai, pandangan, sikap, dan kesetiaan.

Opini menggabungkan kepercayaan, nilai dan pengharapan, biasanya

tanggapan terhadap suatu objek tersendiri. Tanggapan demikian umumnya bukan

(35)

dalam sistem koheren kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang pantas.

(Rahmat, 2006:16).

Asal mula opini tentang kebanyakan masalah terletak dalam perselisihan

atau perbantahan yang memiliki potensi untuk berkembang menjadi isu yang akan

menangkap perhatian banyak orang. Opini adalah cara individu

menginterpretasikan informasi yang diperoleh berdasarkan pada pemahaman

individu itu sendiri sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan, individu menyadari

adanya kehadiran suatu stimulus, namun individu itu menginterpretasikan

stimulus tersebut, dalam definisi ini mengandung makna yaitu :

1. Opini itu tergantung pada sensasi-sensasi yang didasarkan pada informasi

sensori dasar. Yang dimaksud dengan informasi dasar adalah informasi yang

sesungguhnya terjadi sampai pada alat indera kita. Untuk membuat sesuatu

agar lebih bermakna diperlukan adanya keterlibatan aktif dan aktifitas indrawi

yang berhubungan pengamatan interpretasi.

2. Sensori-sensori itu membutuhkan interpretasi agar persepsi dapat terjadi.

Menurut Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu

Pengantar (2001 : 171), pada dasarnya opini atau cara pandang atau opini manusia

terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Opini terhadap objek

Opini tiap orang dalam menilai suatu objek atau lingkungan fisik tidak

selalu sama. Terkadang dalam mengopinikan lingkungan fisik, seseorang dapat

melakukan kekeliruan, sebab terkadang indera seseorang menipu diri orang

(36)

a.Kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang, seperti keadaan cuaca yang

membuat orang melihat fatamorgana, pembiasan cahaya seperti dalam peristiwa

ketika seseorang melihat bahwa tongkat yang dimasukkan ke dalam air terlihat

bengkok padahal sebenarnya tongkat tersebut lurus. Hal inilah yang disebut

dengan ilusi.

b.Latar belakang pengalaman yang berbeda antara seseorang dengan orang lain.

c.Budaya yang berbeda

d.Suasana psikologis yang berbeda juga membuat perbedaan persepsi seseorang

dengan orang lain dalam mempersepsi suatu objek

2. Opini terhadap manusia atau persepsi sosial

Opini sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan

kejadian-kejadian yang dialami seseorang dalam lingkungan orang tersebut.

Menurut Brehm dan Kassin opini sosial adalah penilaian-penilaian yang terjadi

dalam upaya manusia memahami orang lain. Opini sosial merupakan sumber

penting dalam pola interaksi antar manusia, karena opini sosial seseorang

menentukan hubungan seseorang dengan orang lain.

Opini sendiri tidak memiliki tingkatan atau strata namun mempunyai arah

(Effendy, 2004) yakni antara lain :

1. Opini positif, jika opini yang ditampilkan secara eksplisit dan implisit

mendukung objek opini (individu memberikan pernyataan setuju)

2. Opini netral, apabila opini yang ditampilkan tidak memihak atau jika individu

memberikan pernyataan ragu-ragu

(37)

menolak atau mencela objek opini individu memberikan pernyataan tidak

setuju.

2.2.12.Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini,

berasal dari kajian psikologi. Tidak mengherankan apabila kemudian menjadi

salah satu teori komunikasi, sebab obyek material dari psikologi dan ilmu

komunikasi adalah sarana, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen

komponen; sikap. opini, prilaku, kognisi dan konasi (Effendy, 2003:115).

Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap

stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan

kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori ini menjelaskan

tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari

komunikasi. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu

dari rangsangan tertentu (Sendjaja, 1999:71). Dengan demikian, besar kecilnya

pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi

dan penyajian stimulus. Unsur-unsur dalam model ini adalah :

a. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan

lambang.

b. Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan di saat menerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator di terima sebagai

(38)

komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan

memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang.

Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap

pesan yang disampaikan oleh komunikator.

c. Efek(response), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu: sikap afektif,kognitif, dan

konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya

komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan

pengetahuan bagi komunikan (Effendi, 2003:118)

Suatu stimulus dalam situasi tertentu dapat berupa objek dalam

lingkungan, suatu pola penginderaan atau pengalaman atau kombinasi dari

ketiganya. Sifat khas stimulus adalah konsep yang komplek, yang berbeda dari

satu situasi dengan situasi yang lain dan akan mempengaruhi pemahaman kita

tentang fenomena yang dijelaskan. Sedangkan organisme yang menjadi perantara

stimulus dan respon merupakan konsep kotak hitam yang hanya diamati dalam

artian perilaku yang dihasilkan. Karena itu kita hanya mengamati perilaku

eksternal dan menganggapnya sebagai manifestasi dari keadaan internal

organisme tersebut. Sedangkan R merupakan response tertentu terhadap peristiwa/

stimulus. Menurut Stimulus–Response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi

khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan

(39)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut :

Gambar 2.1.: Model Teori S-O-R (Effendy, 2003:255)

Menurut gambar dari model di atas menunjukkan bahwa stimulus atau

pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mungkin diterima

atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan

menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan memperhatikan.

Perhatian disini menandakan kemauan responden untuk menerima stimulus dari

luar. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah

disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk

mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi

(Effendy, 2003:56).

Stimulus

Organisme :

Perhatian

Pengertian

Penerimaan

(40)

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan muncul dari adanya

proses berfikir dan pemahaman individu terhadap obyek, dengan adanya proses

tersebut maka menimbulkan kesadaran individu terhadap obyek. Proses berfikir

tersebut menunjuk pada kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan

lambang, sebagai pengganti obyek dan peristiwa (Rakhmat,1999:68). Pada tahap

ini individu akan membuka memorinya, sesuai dengan pengalamannya terhadap

obyek, lalu ia memberi makna pada menara tersebut dengan nama Eiffel Tower.

Pada tahap ini, ia sadar terhadap obyek yang dihadapinya tersebut. Dan pada

tahap terakhir, ia menyimpan kedalam ingatannya dan dijadikan pengetahuan.

Proses selanjutnya, timbulah perasaan suka atau tidak suka terhadap obyek.

Individu akan menyeleksi atau memilih, dan dari pilihan tersebut diyakininya.

Setelah itu ia akan membeli atau menggunakan sebagai hasil dari keputusannya

(Effendy,1993:256).

Demikian pula dengan informasi dalam tayangan reality show yang ditayangkan di televisi. Setelah menerima stimulus atau pesan yang berupa

informasi atau pesan tersebut maka dengan perhatian, pengertian, dan penerimaan

dari berlangsungnya proses komunikasi, komunikan memberikan efek yang

terakhir dari informasi yang disampaikan. Kemampuan komunikan dalam

memahami informasi dalam tayangan Mata Lelaki yang ditayangkan di televisi

(41)

2.3. Kerangka Berpikir

Dengan informasi manusia dapat memperluas pandangan dan

wawasannya, serta dapat lebih meningkatkan kedudukan dan peranannya dalam

masyarakat. Untuk mengetahui lebih jelas segala hal yang terjadi didunia atau

disekelilingnya, manusia sangat membutuhkan kehadiran media utnuk memenuhi

kebutuhannya. Maka hadirlah sarana komunikasi yang lebih dikenal sebagai

media massa.

Keberadaan media massa pada saat ini telah menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari, adapun media massa yang

dimaksudkan disini adalah televisi. Menonton televisi bagi pemirsa merupakan

suatu kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kebutuhan

tersebut bisa berupa kebutuhan akan informasi, pendidikan dan hiburan.

Mata Lelaki adalah sebuah program dewasa, yang tayang setiap hari

Selasa pukul 00.15 WIB. Ini adalah sebuah persepsi sebagian laki-laki, mengenai

segala hal yang menjadi trend, segala hal yang ada disekitar laki-laki, dan segala

hal tentang wanita. Berdasarkan teguran Komisi Penyiaran Indonesia kepada

acara Mata Lelaki” terdapat pelanggaran yakni berupa penayangan adegan

eksploitasi tubuh bagian dada dan paha host dan beberapa model wanita pada

program secara close up namun disisi lain acara mata lelaki dapat menambah

(42)

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengetahui opini individu yang

telah berusia minmal 21 tahun dengan asumsi bahwa pada usia tersebut telah

memiliki kematangan emosional sehingga dapat memberikan interpretasi terhadap

suatu permasalahan yang terjadi di masyarakat dan juga acara tersebut untuk pria

dewasa, khususnya berkaitan dengan permasalahan yang terjadi. Peneliti berusaha

mengetahui hal tersebut diatas melaui opini seseorang terhadap objek disebabkan

karena kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang, latar belakang

pengetahuan (frame of reference) yang berbeda. budaya dan psikologis individu

yang berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini :

Gambar 2.2.

Kerangka Berpikir Penelitian Tentang Opini Masyarakat Sur abaya Tentang Pr ogram Mata Lelaki di Trans 7

(43)

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan tujuan

melukiskan secara sistematis fakta dan karakteristik populasi secara faktual dan

cermat (Rakhmat, 2005:22). Peneliti akan menjabarkan dan menginterpretasikan

data hasil penelitian secara sistematis mengenai opini pemirsa dalam menonton

program acara mata lelaki di Trans 7.

3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang tidak perlu mencari atau

menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis, tetapi akan

menggambarkan secara sistematis tentang bagaimana opini pemirsa dalam

menonton program acara mata lelaki di Trans 7.

3.2.1. Opini

Opini adalah salah satu interaksi dan pemikiran manusia tentang suatu hal

yang kemudian mengetahui apakah pemirsa mempunyai opini masyarakat tentang

program acara Mata Lelaki. Dalam kaitannya dengan proses komunikasi terdapat

efek dan salah satunya ialah opini atau pendapat. Opini juga dapat diekspresikan

sebagai salah satu pernyataan sikap dalam kata-kata yang digolongkan menjadi

pendapat positif (pernyataan yang mendukung), netral, dan pendapat negatif

(pernyataan yang tidak mendukung). Opini dalam penelitian ini adalah salah satu

(44)

tidak memiliki tingkatan atau strata namun mempunyai arah (Effendy, 1990)

yakni antara lain :

1. Opini positif, jika opini yang ditampilkan secara eksplisit dan implisit

mendukung objek opini (individu memberikan pernyataan setuju)

2. Opini netral, apabila opini yang ditampilkan tidak memihak atau jika individu

memberikan pernyataan ragu-ragu

3. Opini negatif, jika opini yang ditampilkan secara eksplisit dan implisit

menolak atau mencela objek opini )individu memberikan pernyataan tidak

setuju.

Pengukuran dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner

mengenai topik, narasumber dan presenter pada tayangan Mata Lelaki di Trans 7.

1. Topik

Topik merupakan tema atau inti acara yang diangkat oleh program acara Mata

Lelaki di Trans 7

2. Presenter

Seseorang yang bertugas untuk membawakan acara Mata Lelaki di Trans 7

agar program acara berjalan dengan baik

3. Adegan dalam program acara

Penayangan gambar atau shooting kamera yang ditampilkan dalam program acara

Penulis dalam penelitian ini ingin masyarakat khususnya Pria yang

berusia minimal 21 tahun yang mengemukakan pendapatnya dalam bentuk respon

(45)

1. Jika jawaban kuesioner setuju terhadap tayangan Mata Lelaki di Trans 7, maka

opini pemirsa adalah "Opini Positif artinya responden menyatakan setuju dengan penyangan acara Mata Lelaki di Trans 7

2. Jika jawaban kuesioner ragu - ragu terhadap penayangan acara Mata Lelaki di

Trans 7, maka opini pemirsa adalah "Opini Netral" artinya responden menyatakan antara setuju dan tidak setuju (netral) terhadap penayangan acara

Mata Lelaki di Trans 7

3. Jika jawaban kuesioner tidak setuju terhadap penayangan acara Mata Lelaki di

Trans 7, maka opini pemirsa adalah "Opini Negatif, artinya responden menyatakan antara tidak setuju terhadap penayangan acara Mata Lelaki di

Trans 7

3.2.2. Pengukuran Variabel

Pernyataan – pernyataan yg diajukan dalam kuesioner menggunakan skala

Likert, menurut Sugiyono skala likert dalam pilihan jawabannya dapat terdiri dari

3 pilihan, 4 pilihan atau lebih. Cara pengukuran yaitu dengan mengetahui jawaban

atas pertanyaan-pertanyaan mengenai obyek pene1itian. Dalam pengukuran opini

ini, responden diminta untuk menyatakan kesetujuan atau tidaknya tentang

tayangan Mata Lelaki di Trans 7. lsi pernyataan untuk menyatakan persetujuannya

tersebut terbagi dalam tiga macam kategori jawaban, yaitu "Setuju (S)",

"Ragu-Ragu (R)", dan "Tidak Setuju (TS)".

Opini pemirsa dikatakan :

1. Positif, jika pemirsa memberikan yang menyatakan setuju terhadap topik,

(46)

Trans 7

2. Netral, jika pemirsa memberikan jawaban ragu - ragu mengarah ke positif

atau negativ terhadap topik, presenter, dan adegan acara yang ada pada acara

Mata Lelaki di Trans 7

3. Negatif, jika pemirsa memberikan pernyataan tidak setuju terhadap topik,

prersenter dan adegan acara yang ada pada acara Mata Lelaki di Trans 7

Untuk mengetahui pengkategorian jawaban responden maka diberikan

batasan-batasan dalam menentukan lebar interval dari pertanyaan yang akan

dijawab yaitu positif, netral dan negatif dengan menggunakan rumus :

n

Pada penelitian ini terdapat 12 pertanyaan. Dengan demikian

pengkategorian jawaban responden untuk keseluruhan pertanyaan adalah sebagai

berikut :

Jadi batasan skor dalam lebar interval positif, netral, dan negatif yaitu :

Kategori penilaian negatif bila jumlah skor antara 12-19

Kategori penilaian netral bila jumlah skor antara 20 – 27

Kategori penilaian positif bila jumlah skor antara 28 – 36

3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

(47)

untuk dipelajari (Sugiyono, 203:55). Populasi dalam penelitian ini adalah

masyarakat laki-laki di Surabaya berusia 21-50 tahun yang berjumlah 1.167.841

orang karena acara ini memang bertunjuan untuk memuaskan kebutuhan kaum

laki - laki.

3.3.2. Sampel

Berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sampel maka

digunakan rumus Yamane yaitu sebagai berikut :

1

d = Presisi (derajat ketelitian 10%).

1 = angka konstan

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode non

probability sampling dengan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan

sampel berdasarkan kriteria tertentu (Sugiyono, 2009:122). Sampel dalam

penelitian ini adalah sebagian dari masyarakat Surabaya yang memiliki

karakteristik antara lain :

1. Berusia 21-50 tahun karena usia 21 dipilih karena dianggap responden sudah

(48)

dewasa sedangkan usia 50 tahun dipilih karena rata – rata yang menonton

juga ada dikisaran umur 50 tahun

2. Berdomisili di Surabaya karena penelitian ini dilakukan di Surabaya

3. Pernah menonton acara Mata Lelaki di Trans 7 minimal 2 kali karena

diasumsikan dengan minimal dua kali menonton responden dapat menilai

opini dalam menonton acara mata lelaki di Trans 7.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sumber-sumber,

yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung langsung dari responden.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara pada responden

dengan berdasarkan kuisioner yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang

terutup dan yang terbuka.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak dapat langsung diperoleh dari lapangan.

Data sekunder dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi kedua, seperti

perpustakaan,pusat pengelolahan data, pusat penelitian, dan lain sebagainya.

Data sekunder ini akan digunakan sebagai data penunjang untuk melakukan

analisis

3.5. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang

digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara

(49)

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk

mendiskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari:

mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk

selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan. Data

yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :

% 100

× =

N F

P

Keterangan :

P : Persentase Responden

F : Frekuensi Responden

N : Jumlah Responden

Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh apa yang diinginkan

peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Gambaran Umum Sur abaya

Nama "Surabaya" muncul di era Majapahit awal. Itu lokal diyakini berasal

namanya dari kata Sura atau Suro (hiu) dan Baya atau Boyo (buaya), dua makhluk

yang dalam mitos lokal, berperang satu sama lain untuk mendapatkan gelar "yang

terkuat dan paling kuat hewan "di daerah sesuai dengan nubuatan Jayabaya.

Sumber bersejarah lainnya menjelaskan bahwa simbol Sura (hiu) dan Baya

(buaya) sebenarnya untuk discribe acara heroik terjadi di Ujung Galuh (nama

masa lalu Surabaya), yang merupakan pertempuran antara pasukan yang dipimpin

oleh raden widjaja dan tentara pasukan Tar Tar pada 31 Mei 1293. Tanggal yang

kemudian diperingati sebagai hari jadi kota.

Surabaya terletak di Northen Coast Provinsi Jawa Timur. Secara geografis,

terletak di 9'-7 ° 7 ° Lintang Selatan dan 112 ° 36'-112 ° 57 'Bujur Timur.

Perbatasan Surabaya kota dengan Selat Madura di utara dan timur, Kabupaten

Sidoarjo di selatan, dan Kabupaten Gresik di barat. Wilayah Surabaya terutama

dataran rendah, dengan ketinggian antara 3 sampai 6 ms di atas permukaan laut

kecuali di selatan, ada 2 landai perbukitan ketinggian antara 25 - 50 ms di atas

permukaan laut. Di Surabaya, ada muara sungai Kalimas, salah satu dari dua

fraksi Sungai Brantas. Secara administratif, Surabaya dibagi menjadi 163

Gambar

Gambar di atas menunjukkan bahwa format acara televisi dibagi
Gambar 2.1.: Model Teori S-O-R (Effendy, 2003:255)
Gambar 2.2.
Tabel 4.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dalam penelitian opini ibu rumah tangga Surabaya pasca pemberitaan ”Lelaki Tolak Poligami” di harian Surya adalah positif, artinya pembaca berita “Lelaki Tolak

Berdasarkan tabel 9 di atas bahwa sebanyak 66 orang atau 66% responden menjawab setuju dengan pertanyaan yang diajukan oleh penulis karena masyarakat yang menonton

menjawab sangat tidak setuju yaitu hanya 3 responden saja atau sebesar 3 %. Banyaknya responden yang menyabab setuju dengan

Dari hasil pengujian didapatkan hasil sebagian besar masyrakat Surabaya memberikan opini yang mengarahkan jawaban ke arah positif karena karena responden merasa

Opini positif pada berita kejahatan pada tayangan patroli memberikan banyak manfaat di masyarakat seperti pada berita kejahatan memberikan tips atau saran untuk mencegah dan

Dari teori diatas, maka masyarakat Surabaya memperoleh pesan dari media massa elektronik, yang mana disini adalah televisi yang menayangkan acara “Ethnic Runaway”

Opini positif pada berita kejahatan pada tayangan patroli memberikan banyak manfaat di masyarakat seperti pada berita kejahatan memberikan tips atau saran untuk mencegah dan

Dari hasil pengujian didapatkan hasil sebagian besar masyrakat Surabaya memberikan opini yang mengarahkan jawaban ke arah positif karena karena responden merasa