BAB 100 KEADAAN JANG MENDJADI TUJUAN
§ 1161. Organisasi Negara Kesatuan
a. Pembagian daerah dan djumlah angkatan/tingkatan.
Rentjana struktur organisasi negara kita pada hakekatnja harus ditudjukan kepada pembangunan masjarakat penjelesaian revolusi na besaran mempertjepat revolusi nasional, dan merealisir sosialisme ala Indonesia.
Pertanjaan jang timbul didalam penentuan tingkattingkat ini ia lah sampai dimana rakjat Indonesia seluruhnja, tanpa ketjuali dapat diikutsertakan dalam pembangunan semesta berentjana setjara efek tif dan produktif, tanpa meninggalkan kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Madura terlampau ketjil daerah/wilajah kekuasaannja dan terlampau rendah pula potensi pembangunannja (dalam rangka pembangunan se mesta), maka walaupun pemerintahan desa itu paling baik menggam barkan kepribadian bangsa Indonesia, desa tidak akan efektif dan produktif djika didjadikan suatu tingkat otonom. Oleh beberapa ka langan sementara dikemukakan pendapat bahwa lebih efisien dan le bih produktif kiranja djika diantara desadesa itu diadakan suatu ga bungan, sehingga gabungan tersebut mempunjai daerah jang tjukup luas serta potensi jang tjukup tinggi untuk didjadikan unit pemba ngunan dan untuk memenuhi sjarat daerah otonom.
Seperti diketahui kordinasi daripada desadesa sekarang ini ialah ketjamatan, kordinasi mana telah berdjalan puluhan tahun, (sedjak zaman kolonial Belanda), sehingga diantara desadesa disuatu ketja matan terutama di Djawa dan Madura dapat diharapkan kerdjasama jang baik dilapangan pembangunan semesta jang akan datang. Maka dari itu tidak meleset kiranja djika ketjamatan atau daerah jang kira kira sebesar ketjamatan didjadikan tingkat otonom jang terendah.
Lain halnja dengan daerah ketjamatan diluar Djawa, dimana pen duduknja djauh lebih sedikit dan wilajahnja djauh lebih luas jang seringsering menjamai wilajah kabupaten di Djawa. Daerahdaerah diluar Djawa baru dapat dipersamakan dengan jang ada di Djawa djika penduduknja dikemudian hari dengan djalan transmigrasi telah bertambah banjak. Berhubung dengan itu maka pembentukan daerah otonom jang terendah diluar Djawa hendaknja didasarkan pada ke adaan setempat, dengan mengingat luas wilajah dan djumlah pendu duk, sehingga besar kemungkinan marga dapat didjadikan daerah otonom jang terendah.
Menurut kenjataan jang sekarang ini Kabupaten dan Kota Besar merupakan tingkat II, ketjuali Djakarta jang kedudukannja setingkat dengan propinsi karena fungsinja sebagai Ibu Kota dan karena djum lah penduduknja jang sangat besar. Diakui atau tidak, kabupaten kabupaten itu sebenarnja adalah kreasi djaman feodal, sehingga de
Selandjutnja daerah otonom diatasnja dianggap kurang manfaat
nja sehingga tingkat I sekarang ini tjukup didjadikan daerah admi mstratif dengan dipimpin oleh seorang wakil Pemerintah Pusat/Gu bernur.
Jang masih perlu dipikirkan ialah kedudukan kotakota besar dan Ibu Kota, sedangkan kotakota ketjil, dengan tidak mendjumpai ke sukaran akan dapat dipersamakan dengan daerah otonom jang teren dah. Sebaiknja ialah djika kepada kotakota besar ini diberikan ke dudukan setingkat dengan „keresidenan” (otonom tingkat atas) dengan pengertian bahwa is sekaligus berfungsi djuga sebagai otonom jang terendah, karena dibawahnja tidak ada daerah otonom lagi (seperti Djakarta sekarang jang berfungsi tingkat I dan II).
Daerah Ibu Kota hendaknja diatur setjara chusus, karena kedu dukannja sebagai ibu kota menghendaki sjaratsjarat lain dan chas dibandingkan dengan kotakota lain.
TJATATAN.
Desa hendaknja dipakai sebagai kesatuan jang mendjadi pen dukung demokrasi fungsionil.
Desa tidak perlu didjadikan daerah swatantra tingkat III, de ngan pertimbangan :
Undangundang Dasar tidak mengharuskan mengadakan daerah tingkat III.
Kerumah tanggaan desa didasarkan pada penghidupan asli pen duduk.
Perumah tanggaan desa kompleks sekali, meliputi hampir segala soal.
Susunan pemerintahan desa seluruh Indonesia beraneka warna sifatnja dan sukar diseragamkan.
Susunan pemerintahan desa tidak zakelijk, tetapi berdasar gotongrojong, gugur gunung dan lainlain.
Rakjat dipedalaman sukar sekali mentjari keuangah. Apa jang akan dikerdjakan dipetjahkan bersama dengan mendapat sambut tidak mungkin akan dapat diselenggarakan dengan sebaikbaiknia. Berhubung dengan itu maka dekonsentrasi dan desentralisasi, jaitu penjerahan urusan kepada daerah. adalah djalan satusatunja untuk mendjamin agar penjelenggaraannja berdjalan lebih lantjar.
Faktor kepentingan rakjat didaerah, sudah selajaknja lebih tepat djika diurus oleh Daerah itu sendiri. karena disamping lebih dekat djuga lebih memahami keinginan rakjat setempat. mendorong lebih banjak urusanurusan jang hamru didekonsentrasikn dan didesentralisa sikan. Dengan semakin banjaknja urusanurusan jang diberikan hak. penjelenggaraannja kepada daerah, semakin luas otonami jang dimi liki oleh Daerah.
Konsekwensi daripada pendesentralisasian ini ialah Daerah lebih banjak. memerlukan tambahan .tenagatenaga tehnis dan pimpinan, perbelandjaan, peralatan dan sebagainja. Menurut pengataman diwak tu belakangan ini karena kerasnja tuntutantuntutan daerah penje rahan urusanurusan itu dari Pusat kedaerah tidak seimbang dan se djalan dengan kekuatan persiapan dan kemampuan Daerah. Oleh ka rena itu maka akibatnja ialah banjak urusanurusan jang menurut perundangundangannja sudah harus dilakukan oleh Daerah masih tetap dipegang oleh Pusat, karena Daerah tidak sanggup menerima nja dan jang sudah terlandjur diserahkan kepada Daerah terbengkalai, karena kurangnja persiapan, perbelandjaan dan tenagatenaga tehnis.
1. Kordinasi.
Dengan mengadakan kordinasi dimaksudkan agar dapat ditjapai efisiensi jang lebih tinggi. Kordinasi hanja dapat berdjalan dengan sempurna, djika jang diatur tidak hanja tugasnja tetapi hendaknja djuga wewenangnja. Tugas kordinasi tanpa pemberian wewenang ada lah sematamata tergantung dari kebidjaksanaan orang jang harus mendjalankan kordinasi itu.
Sedangkan djika wewenangnja telah diatur dalam peraturan/ Undangundang, maka ada keharusan jang mesti ditaati oleh jang di kordinir terhadap kordinatornja. Salah satu kekurangan dari pada Negara kita ialah djustru soal kordinasi ini, baik ditingkat Pemerin tah Pusat maupun di Daerah.
Karena itu perlu sekali diperhatikan dengan sebaikbaiknja. Untuk Pemerintah Pusat disarankan agar kordinasi didjalankan oleh Menteri Pertama/Wakil Menteri Pertama dengan disertai pem bentukan aparatur jang lengkap guna pelaksanaannja.
Untuk kordinasi ini sudah sewadjarnja djika dilakukan oleh Ke pala Daerah dan djika perlu menambah aparaturnja jang telah ada. 2. Efisiensi.
Salah satu.sebab daripada kurangnja efisiensi ialah adanja dja watan/dinasdinas kembar atau penjelenggaraan beberapa urusan jang dapat dilakukan oleh satu djawatan/dinas.
Doublures ini tidak sadja membingungkan rakjat, akan tetapi djuga mengakibatkan pemborosan tenaga dan keuangan.
Oleh karena itu maka perlu sekali diadakan penindjauan kembali dari pada tugastugas Departemen/djawatan/dinas agar efisiensi dapat ter tjapai.
Kordinasi jang baik akan dapat membantu banjak penertiban dalam doublures ini dan dalam usaha mentjari tjara bekerdja serta sebagian tugas jang seefisienefisiennja.
Lain hal jang perlu dikemukakan dalam hubungan efisiensi ini ialah pentingnja suatu rentjana bersama sehingga djawatan/dinasdi nas dapat sating membantu didaiam pelaksanaannja.
Untuk menudju kearah tertjapainja masjarakat jang adil dan mak mur, faktor utama ialah adanja Pemerintah jang bersifat :
1. Stabil.
2. Mentjerminkan kehendak rakjat dan mengabdi kepada rakjat. 3. Revolusioner.
Ad 1. Pemerintahan jang stabil memberi iklim dan suasana politik jang favourable untuk pembangunan.
Dengan Undangundang Dasar 1945 kita sekarang dapat bekerdja sesuai dengan dasar dan tudjuan Revolusi. Landasan idiil dan landasan strukturil untuk bekerdja sesuai dengan dasar dan tudjuan Revolusi itu, terdapat dalam Undangundang Dasar 1945.
Landasan idiil jaitu Pantjasila dan landasan strukturil jaitu Pe merintahan jang stabil. Keduaduanja terdapatlah setjara togas dalam lam semangat Demokrasi Terpimpin, dalam semangat membina ma sjarakat adil dan makmur, D.P.R. harus mendjadi tempat melahirkan fikiranfikiran, ideide, konsepsikonsepsi jang berguna dan bersedja rah bagi Rakjat.
ad 2. Pemerintah Pusat harus mentjerminkan kehendak rakjat.
Kedaulatan rakjat jang tertinggi dipegang oleh Madjelis Permu
sjawaratan Rakjat sebagai pendjelmaan seluruh Rakjat Indonesia (Ver tretungsorgan des Willens des Staatsvolkes).
Madjelis Permusjawaratan Rakjat ini menetapkan garisgaris besar hatuan Negara.
Untuk sementara berlaku garisgaris besar haluan Negara jang ditentukan oleh Penetapan Presiden No. 1/1969, jakni Manifesto Po litik, sampai Madjelis Permusjawaratan Rakjat menentukan lain di kemudian hari.
Pemerintah Pusat harus mengabdi kepada rakjat. Apabila da hulu dizaman koloniial Pemerintah adalah alat jang menguntungkan imperialisme dan menguntungkan si investant dan importir luar negeri serta menghisap rakjat, kini Pemerintah kita harus bersipat nasional dan bertudjuan mengabdi kepada rakjat, agar keadilan dan kemakmuran dapat segera dirasakan oleh segenap rakjat setjara merata.
ad. 3. Pemerintah Pusat harus bersifat revolusioner. kekuasaan (abus de pouvoir) Pemerintah Pusat harus mengambil tindakan jang tepat, tjepat dan tegas.
b. Badanbadan Pemerintah Agung dan DewanDewan Pemerintah Pusat.
Mengenai Badanbadan Pemerintah Agung dan Dewandewan Pemerintah Pusat ada satu hal jang perlu diperhatikan, jakni bahwa Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara, Dewan Pertimbangan Agung Sementara dan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong, ke tigatiganja merupakan Badan dan Dewan sementara. Djadi sebetul nja kita masih berada dalam masa perali.han.
Perlu segera dibentuk Undangundang pelaksanaan pasa 12 ajat (1) pasal 16 ajat (1) dan pasal 19 ajat (1) Undangundang Dasar jang masingmasing mengatur susunan Madjelis Permusjawaratan Rakjat, Dewan Pertimbangan Agung dan Dewan Perwakilan Rakjat.
Dewan Pertimbangan Agung :
Presiden merangkap Ketua Dewan Pertimbangan Agung tidak sesuai dengan maksud Undangundang Dasar 1945 pasal 16 ; bahwa Dewan Pertimbangan Agung berkewadjiban memberikan djawaban atas pertanjaan Presiden.
mulamula sama dengan Amerika, kepala Pemerintah : pre siden dibantu menterimenteri.
istilah kabinet baru masuk resmi dalam konstitusi R.I.S., kemudian eiterima oleh Undangundang Dasar Sementara sampai sekarang.
istilah kabinet digunakan bagi kantor Presiden.
Seharusnja:
menurut Undangundang Dasar sebutan kabinet tidak ada pemerintah itu : Presiden dan menteri pembantu.
dalam bahasa asingnja disebut Presidental Government.
Perkabaan „kabinet kerdja” pada flap konsideran kami pan dang sebagai gewoontelijke gedachten gang sadja dari sek retariat.
Menurut pasal 4 Undangundang Dasar, pemerintah lebih tepat disebut Presiden Republik Indonesia.
Keputusan Presiden No. 21/1960 hanja menetapkan susunan baru dari Kabinet Kerdja, dan tidak mengatur lingkpngan pekerdjaan tanggungdjawab serta hubungan dan kedudukan dari. Menterimen teri. Djumlah dari Departemendepartemen dapat dilihat daripada Keputusan Presiden tersebut.
Perlu setjara konkrit ditetapkan DepartemenDepartemen jang termasuk bidang masingmasing Menteri Inti, dan perlu djuga ditetap kan lingkungan pekerdjaan jang tidak merupakan Departemen, akan tetapi ditugaskan kepad'a seorang Menteri Intl atau Menteri.
Lingkungan pekerdjaan masingmasing Departemen hendaknja di tetapkan dengan lengkap, dan djanganlah.hanja ditetapkan tugastugas pokok sadja. Penetapan dengan lengkap adalah perlu untuk mentje gah keadaankeadaan jang tidak baik, seperti :
(1). simpang siurnja pekerdjaan,
(2). tidak adanja ketegasan mengenai wewenang dan kewadjiban, (3). kurangnja dajaguna,
(4). timbulnja doublures.
Ketegasan mengenai wewenang dan kewadjiban DepartemenDe partemen adalah djuga panting untuk chalajak ramai. Dalam suatu Negara demokrasi rakjat berhak mengetahui dan mengikuti djalannja Pemerintahan, dan Pemerintah adalah abdi. utama dari rakjat.
Agar tertjapai keseragarnan dalam susunan DepartemenDeparte men, sejogjanja diatur agar supaja setiap Departemen terdiri dari:
a) Pusat Departemen,
d. Susunan Departemen harus diatur sesederhanasederhananja de
1. Menteri Perdagangan jang mengurus kesedjahteraan dagang dalam negeri.
Pusat Departemen hendaknja terbagi dalam Urusan Umum dan Urusan chusus.
Urusan chusus mengurus halhal jang chusus mengenai Departe men.
Menurut keperluan dibentuk Biro, Bagian, dan Seksi.
Perlu djuga ditetapkan, bahwa susunan vertikal dari suatu Dja watan hanja boleh diadakan, apabila tugas jang akan diberikan kepada susunan vertikal itu tidak dapat diserahkan kepada instansi jang telah ada, misalnja kepada Kepala Daerah atau kepada susunan vertikal dari Djawatan lain. Hal ini panting untuk mentjegah doublures.
Sejogjanja ditetapkan djuga, bahwa Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah mengatur namanama jang dipergunakan dalam susun an Departemen misalnja „Djawatan”, tidak dipergunakan oleh Daerah Otonomi.
e. Hubungan satu dengan lain.
Kurang lantjarnja djalan aparatur Negara dalam zaman jang lampau antara lain disebabkan karena kurang adanja kordinasi.
Untuk mentjapai efisiensi kerdja dalam Pemerintahan hendaknja ditentukan bahwa kordinasi merupakan salah suatu tugas dari Men teri Pertama. Menteri Pertama dapat menjerahkan tugas ini kepada Wakil Menteri Pertama, jang untuk ini harus diberi aparatur tersen diri.
f. Halhal lain jang dianggap perlu. 1. Soal Kepegawaian.
Tentang Kepegawaian pada umumnja, tenaga pegawai merupa kan salah satu potensi jang menentukan pula untuk berhasil baik atau tidaknja pelaksanaan rentjana pembangunan.
Berhubung dengan itu perlu seluruh pegawai diikut sertakan da lam pembangunan.
Sifat mengabdi kepada rakjat perlu distimulir pada pegawai dan pemimpin.
Untuk memperbaiki management, baik sekali apabila tidak ha nja dalam sektorpartikelir, akan tetapi dalam sektor Pemerintahpun para pemimpin mengikuti latihanlatihan.
Untuk meninggikan mutu dari pada petugaspetugas Pemerintah, Lembaga Administrasi Negara, jang berdiri langsung dibawah Per dana Menteri, menjelenggarakan berbagai latihan sebagai berikut:
e. Latihan Djawatan Pengawasan Keuangan (bagi para petugas Ke uangan Negara).
f. Latihan Djabatan Hubungan Masjarakat (bagi para petugas Hu bungan Masjarakat).
Latihanlatihan tersebut sebaiknja diperluas dan diperbanjak. Untuk melaksanakan tugasnja Lembaga Administrasi Negara :me meriukan biaja sekurangkurangnja Rp. 100.000.000,—.
Hal lain, jang terasa masih kurang dalam kepegawaian, ialah kurang terpeliharanja human relations, hubungan baik antara pemim pin dan pegawai bawahannja. Sebagai salah satu faktor jang memupuk kegembiraan kerdja, maka seal ini tidak boleh diabaikan.
Salah satu kelemahan kita dalam menghadapi pembangunan, ia lah soal kekurangan tenaga ahli. Faktor ini harus mendapat perhatian sepenuhnja dengan sungguhsungguh.
Inventarisasi dari semua tenaga ahli jang ada belum didjalankan oleh Pemerintah, sehingga sukar diperoleh angkaangka. Maka dari itu perlu sekali diadakan segera pendaftaran tenaga ahli, agar mereka dapat ditempatkan setjara rasionil.
Djuga perlu segera diadakan peraturan mengenai wadjib kerdja sardjana, agar. supaja setiap lulusan Perguruan Tinggi diberi kesem patan/kewadjiban untuk mengamalkan ilmu mereka dengan berbakti kepada Negara untuk sedikitsedikitnja selama 3 tahun.
2. Arsip Nasional:
Salah satu badan jang perlu diperhatikan lebih banjak dalam rangka penjempurnaan administrasi Negara adalah Arsip Nasional. Arsip Nasional mempunjai tugas dua matjam, jakni :
(a) Tugas administratif :
(1). menjelenggarakan organisasi kearsipan di Indonesia dengan Ar sip Nasional sebagai pusat dan Arsiparsip Swatantra sebagai ba hagian mutlak.
(2). Menampung, menjimpan, memelihara arsiparsip tua jang berasal dari semua instansi Pemerintah Pusat/Daerah sedemikian, sehing ga dapat dipertanggungdjawabkan serba arsipteknis.
(3). Menjediakan arsiparsip tua tersebut dalam sub (2) sedemikian rupa sehingga arsiparsip tua itu berdasarkan peraturanperatur an tertentu dapat dipergunakan oleh instansiinstansi Pemerintah dan Swasta untuk keperluankeperluan administratif.
(b) Tugas ilmiah:
melaksanakan tugas administratif dengan kesadaran, bahwa arsi valia tersebut adalah bahandasar untuk penjelidikan ilmiah di lapangan ilmuilmu (social sciences).
Kesukarankesukaran jang dialanii oleh arsip Nasional dalam penunaian tugastugasnja ialah :
(1) kedudukan jang terpentjil sebagai bahagian tidak organis dari pada Departemen P.P. &. K.
(3) tidak adanja kader tenaga ahii kearsipan.
(4) tidak adanja suatu Undangundang Kearsipan (Arohiefwet).
(5). Dalam rentjana pertama untuk arsip nasional perlu disediakan biaja Rp. 79.500.000,
§ 1163. Pemerintah Daerah
Pemerintahan/Daerah merupakan schakel/djembatan jang pen ting antara Pemerintah Pusat dan rakjat; dalam pembangunan semesta berentjana.
a. Otonomi.
Sesuai dengan ketentuan pasal 18 Undangundang Dasar 1945, urusanurusan jang kini termasuk wewenang pemerintah pusat, lam bat laun harus beralih mendjadi wewenang Pemerintah Daerah. Pem berian hakhak kepada Daerah untuk mengurus dan mengatur rumah tangganja sendiri (seperti jang lazim disebut dekonsentrasi dan de sentralisasi) bermaksud untuk mengisi otonomi dari pada daerahda erah. Dengan penjerahan hakhak itu diharapkan agar djalannja urus anurusan jang tadinja dipegang oleh Pemerintah Pusat akan berdjalan lebih lantjar setelah diserahkan kepada Daerah, karena Daerah dianggap lebih mengetahui dan lebih tepat mengurus kepentinganke pentingan rakjat di Daerah itu sendiri daripada Pusat. Pengisian oto nomi ini (dekonsentrasi dan desentralisasi) hendaknja didjalankan setjara aktip oleh Pemerintah Pusat dengan mengingat kemampuan dan kesanggupan Daerah. Ini berarti bahwa baik Pusat maupun daerah setjara aktip harus mengadakan persiapanpersiapan lebih dahulu, baik dibidang personil/tenagatenaga tehnispimpinan, maupun dibidang perbelandjaan ataupun peralatan. Penjerahan hakhak setjara integral
Oleh karena sistim "sluitpos" ini ternjata tidak memuaskan Daerah daerah dan menimbulkan peibagai kesulitan, keniudian diganti dengan sistim perimbangan Keuangan. Sistim perimbangan keuangan ini, se bagai sistim merupakan perbaikan dari pada sistim "sluitpos", karena penjerahanpenjerahan urusan kepada Daerah akan. dapat seimbang dengan penjerahanpenjerahan sumber pembiajaannja.
Kekurangannja ialah
2. penjerahan padjakpadjak negara kepada daerah tidak berdjalan lantjar, karena Daerah belum mempunjai personil/tenaga teknis dan peralatan termasuk kantor/ruangan, sehingga kebanjakan da ri pada padjakpadjak itu masih tetap dipungut oleh Pusat dengan menjerahkan 90% dari pada hasilnja kepada Daerah.
3. penerimaan uang bagian dari padjak Negara (menurut prosentase jang telah ditetapkan) seringsering sangat terlambat, karena per hitungan jang dilakukan oleh Inspeksi Keuangan Daerah (Dja watan Pusat) kurang lantjar djalannja.
4. penetapan prosentase bagian Padjak Negara untuk daerah jang kurang sesuai dengan kebutuhan daerah.
Selain daripada itu keuangan Daerah akan dapat lebih baik dan akan memberi kemampuan kepada Daerah jang lebih besar untuk mem bangun djika
1. Pusat menstimulir/membantu berdirinja perusahaan di Daerah dengan djalan memberikan bantuan teknis dan mempermudah pindjamanpindjaman uang jang diperlukan untuk modal perusa haanperusahaan itu.
2. Pusat menjeraakan anggaran devisen jang diperlukan Daerah un tuk pembelian alatalat/bahanbahan jang harus didatangkan dari tuk daerah perlu dibangun suatu Pemerintahan jang stabil, menurut bentuk, susunan serta tugas dan wewenangnja, jang dapat mendjamin
2. Harus mentjerminkan kehendak Rakjat. Segala perbuatan dan langkahlangkahnja adalah sematamata untuk kepentingan rakjat. Terdiri dari orangorang jang mewakili rakjat atau dapat mewa kili rakjat.
d: Alatalat perlengkapan Daerah.
Menurut perundangundangan jang kini berlaku (Penpres No. 6 dan Undangundang No. 1 tahun 1957) alatalat perlengkapan Daerah terdiri dari :
1. Dewan Perwakilan Rakjat Daerah. 2. Kepala Daerah/wakil Kepala Daerah. 3. Badan Pemerintah Harian.
Untuk dapat menjempurnakan ini semuanja, perlu diselesaikan halhal seperti berikut :
pala Daerah, Sekertariat daerah dan sekertariat Pemenintahan Umum/Pamong Pradja jang kini. masih merupakan dua biro jang
terpisah, harus segera disatukan ; pelaksanaan Undangundang No. 6 akan mempermudah penjatuan ini.
e Pengawasan atas Pemerintah Daerah.
Pengawasan jang dilakukan oleh Pemerintah Pusat terhadap Pemerintah Daerah bersifat meneliti dan menilai keputusankeputus an dan peraturanperaturan jang dikeluarkan oleh Daerah. Penjem
purnaan tugas ini dapat dilakukan dengan djalan:
1. menambah tenagatenaga baik didaerah maupun di Pusat jang mempunjai pendidikan hokum, terutama hukum administratif dan hukum pemerintahan dan jang berpengalaman serta paham da lam bidang „perundangundangan daerah” dan „perundang undangan Pusat”.
2. penjeragaman undangundang pembentukan daerah,
3. penjeragaman peraturanperaturan daerah mengenai mated jang sama dilapangan pemerintah kedaerahan (jang bersifat sosial ekonomis dan umum.)
4. penjeragaman dalam bahasa perundangundangan (wetstaal) da lam peraturan daerah (penggunaan istilahistilah resmi jang seragam dalam penjusunan/perumusan peraturan,peraturan dae rah).
f. Halhal lain jang dianggap perlu :
Dengan mendjalankan pemilihan D.P.R.D. bersamaan dengan D.P.R. akan dapat dilakukan penghematan jang tidak sedikit.
§ 1164. Pemerintah Desa
a. Aparatur Pemerintah Desa (Dewandewan, Pamong Desa).
Sistim pemerintah Desa sekarang ini jang telah berdjalan ber abadabad dan jang merupakan manifestasi jang terbaik bagi kepri badian bangsa Indonesia perlu dipertahankan, dipupuk dan di dina misir, agar dapat menjesuaikan diri dengan tugas pelaksanaan pem bangunan semesta berentjana. Penggabungan desadesa mendjadi suatu unit pembangunan jang lebih besar, tidak hanja.al:an menambah potensi desa untuk dapat mentbiajai rumah tangganja sendiri, tetapi akan dapat djuga menambah efisiensi dalam bidang personil Peme rintah Desa. Perlu dibentuk madjelis/dewan desa jang terdiri dari orang orang jang berpengaruh sebagai penasehat kepala desa.
b. Tenagatenaga/pegawaipegawai untuk pertaaian, perikanan, ke chewanan, pendidikan, kesehatan dll.
Djika untuk tiaptiap desa diadakan pegawaipegawai chusus maka pembajaran gadjinja sadja tidak akan dapat dipikul oleh desa itu sendiri, djua tidak oleh Pemerintahan diatasnja. Oleh karena itu dalam taraf pertama dianggap tjukup djika tenagatenaga jang dibu tuhkan itu ditempatkan diketjamatan untuk melajani beberapa desa sekaligus didalam lingkungan ketjamatan. Pemberian kursuskursus terhadap tenagatenaga jang sudah ada baik diketjamatan, maupun di desadesa tentang pertanian, kechewanan, kesehatan dll, jang di sesuaikan dengan keperluan setempat, akan dapat mengurangi beban pembeajaan gadjinja.
c. Institutinstitut pembantu Pemerintah Desa (R.K./R.T.).
Pembentukan Rukun Kampung dan Rukun Tetangga jang tugas nja harus diperintji lebih dahulu harus dilakukan dengan sangat ber hatihati dan bidjaksana, sebab menurut pengalaman, sifat pembantu an jang diharapkan dari R.K./R.T. terhadap Pemerintah Desa ini ka dangkadang malahan berkembang mendjadi persaingan terhadap ke dudukan para pegawai desa, jang tentunja tidak menguntungkan ma sjarakat desa itu sendiri.
d. Halhal lain jang dianggap perlu.
Oleh karena telah diketahui bahwa pemerintahan desa jang sudah dengan demikian dapat dibangkitkan dan diperbesar swadaja Rakjat Desa dan mempertinggi hidup kebudajaannja.
Untuk menjempurnakannja, pembangunan masjarakat desa dilak sanakan setjara masal dan integral, ditudjukan kepada pembangunan jang berdjumlah I.k. 50.000 buah diseluruh Indonesia dan harus men tjakup semua segisegi kehidupan dan penghidupan masjarakat desa, sehingga terdjamin perkembangan jang seiaras. wai/petugas PMD dengan stafnja jang ketjil jang mempunjai pendi dikan menengah dan telah dilatih untuk tugas pekerdjaannja. Pega wai/petugas PMD tersebut merupakan "spit" atau motor dari segala kegiatan pembangunan masjarakat desa. Sangat diandjurkan untuk memobilisasi pemuda lulusan Sekolah Landjutan Atas jang belum mendapat kesempatan bekerdja (menganggur) untuk dipekerdjakan dalam rangka PMD dengan terlebih dahulu dilatih setjukupnja agar dapat menunaikan tugas kewadjibannja dengan baik dan sempurna. Kepalakepala desa dalam daerah PMD harus merupakan pimpinan dan koordinator dari segala pembangunan masjarakat desa.
Tugas dan kewadjiban PMD haruslah meliputi seluruh bidang ke hidupan dan penghidupan masjarakat.
b. Tjaratjara mempertinggi perekonomian desa.
Pemindahan penduduk (transmigrasi) setjara besarbesaran ada lah salah satu djalan jang tepat.
Kegiatan PMD dalam segi ini haruslah membangkitkan perhatian Rakjat untuk bertransmigrasi kedaerahdaerah jang masih kosong atau jang tipis penduduknja.
Perlu pula ditanam semangat pelopor (pioniersgeest) pada rakjat desa jang mau ditransmigrasikan agar tabah dan ulet menghadapi se
Tjara berpikir dan bekerdja Rakjat didesa haruslah dirobah dan disesuaikan dengan perkembangan pembangunan dewasa ini. Rakjat didesa harus dapat mengikuti perobahan dan perkembangan kemadju an jang begitu pesat dewasa ini. Rakjat desa haruslah disiapkan setjara mental untuk dapat menerima perobahan dan perkembangan masjara kat, djadi Rakjat desa harus pula dapat digerakkan untuk menerima tjaratjara baru dalam pertanian, pengolahan tanah, pemakaian pupuk, penjaringan bibit (selectie), pemberantasan hama, penggunaan peng airan setjara efisien dan lainlainnja. Dengan tjara demikian, maka te kanan perekonomian pada Rakjat dapat dikurangi dan dengan itu akan pula memperbesar penghasilan dan ini berarti memperbesar daja be linja.
Adat kebiasaan jang bersifat memboroskan tenaga dan uang harus ditjegah dan disalurkan kearah pekerdjaan jang kreatif dan ber manfaat.
Pemerintah membimbing dan membantu rakjat terutama dengan modal dan fasilitet kearah berkembangnja kegiatankegiatan tersebut. c. Pembangunan perlengkapanperlengkapan desa:
Agar segala kegiatan dari penduduk desa untuk membangun de sanja, maupun perlengkapanperlengkapannja dapat diwudjudkan, maka hendaknja kepada desa itu diberi pula sumbersumber keuang an jang tertentu misalnja, padjak pasar, padjak, (urusan djalan), iuran sekolah dan lainlainnja.
Pengerahan tenaga rakjat haruslah didahului dengan musjawa rah seluruh rakjat setjara langsung, baik mengenal pilihan objeknja, maupun pelaksanaan pekerdjaannja dan biajabiajanja.
Harus ditimbulkan semangat berkompetisi antara satu desa de ngan jang lainnja didalam kegiatan pembangunan masjarakat desa.
Pimpinan dan kaderkader didesa setjara bergilir menindjau ke adaan pembangunan sesuatu desa jang sudah madju, agar ditjontoh didesanja sendiri.
d. Pembiajaan pembangunan masjarakat desa :
Untuk setiap desa diperlukan biaja ratarata sebesar Rp. 5.000.— berupa bantuan(keuangan, bahan dan lainlainnja) setahun, untuk 50.000 desa diperlukan biaja 50.000 X Rp. 5000.— ialah Rp. 250.000. 000,— setahun. Untuk 8 tahun ialah 8 X Rp. 250.000.000,— ialah Rp.
2.000.000.000,— (dua miljard rupiah). Hukum Agraria Nasional akan memakai sebagai dasar : Pantja sila dan pengchususannja dalam pasal 33 Undangundang Dasar Berta Manifesto Politik Republik Indonesia, dan amanat Pemba ngunan Presiden.
air bangsa Indonesia dan merupakan kekajaan nasional. Hubung an antara Bangsa Indonesia dan bumi serta air tersebut meru pakan hubungan jang bersifat abadi.
Atas dasar ketentuan tersebut mana bumi dan air, termasuk ke kajaan alam jang terkandung didalamnja itu, pada tingkatan jang tertinggi dikuasai oleh Negara. Adapun hak menguasai daripada Negara itu bukan berarti memiliki, tetapi hak jang memberi we wenang untuk :
(1). mengatur dan menjelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi dan air tersebut ; dipergunakan untuk mentjapai sebesarbesarnja kemakmuran rakjat dan masjarakat jang adil dan makmur.
(e). Hak menguasai daripada Negara tersebut pelaksanaannja dapat dikuasakan kepada Daerahdaerah Swatantra dan masjarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.
(f). Hak ulajat dan hakhak jang serupa itu dari masjarakat hukum adat, sepandjang menurut kenjataannja masih ada. Pelaksanaan nja harus sedemikian rupa hingga sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara jang berdasarkan atas persatuan Bangsa, menudju kearah tertjapainja masjarakat jang adil dan anakmur. Dengan demikian maka pada azasnja halt ulajat diakui, tetapi di beri tempat jang sewadjarnja dalam alam bernegara dewasa ini. (g). Orangorang baik sandhi maupun bersamasama dengan orangorang
lain, termasuk badanbadan hukum, hanja dapat mempunjai hak atas permukaan bumi, jang disebut tanah.
Atas dasar hak menguasai dari Negara diadakanlah matjamma tjam hak alas tanah sebagai jang dimaksudkan itu, jaitu :
(1) hak milik, jang sifatnja turun,temurun, sebagai halt jang terkuat dan terpenuh jang dapat dipunjaioleh orang atas tanah. Hak milik mempunjai fungsi sosial.
(2) hak gunausaha, jaitu hak untuk untuk mengusahakan tanah Negara, dalam djangka waktu 30/40 tahun (dengan kemung kinan untuk diperpandjang dengan paling lama 30 tahun) guna perusahaan pertanian perikanan dan peternakan besar. (3) hak gunabangunan, jaitu hak untuk mendirikan dan mem
(4) hak pakai, jaitu hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasdl dari tanah Negara atau tanah milik orang lain, jang memberi wewenang dan kewadjiban jang ditentukan dalam keputusan pemberiannja.
(5) hakhak lain jang tidak termasuk hakhak tersebut diatas, jang akan ditentukan lebih landjut dengan Undangundang.
Hakhak tersebut diatas memberi wewenang untuk memperguna kan tanah jang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang jang ada diatasnja, sekedar diperlukan untuk kepen tingan jang langsung berhubung dengan penggunaan tanah itu, dalam batasbatas menurut Undangundang atau peraturanper aturan lainnja.
Karena hak atas tanah hanja memberi hak atas permukaan bumi sadja — dengan perluasan tersebut — dengan sendirinja tidak meliputi kekajaan alam jang terkandung dalam tubuh bumi jang ada dibawahnja. Pengambilan kekajaan alam dalam bumi dan air diatur dalam perundangundangan pertambangan dan perikanan. (h) Semua hak atas tanah selain memberi wewenang sebagai jang ter
sebut diatas memberi pula kewadjiban pads jang mempunjai untuk memakai dan mempergunakan tanah jang bersangkutan sesuai de ngan keadaannja dan sifat haknja, hingga bermanfaatbagi keba hagiaan serta kesedjahteraan jang mempunjai dan bagi masjara kat dan Negara. Dalam hubungan ini maka memelihara tanah, ter masuk menambah kesuburannja serta mentjegah kerusakannja, adalah kewadjiban tiaptiap orang, badan hukum atau instansi jang mempunjai hubungan hukum dengan tanah itu. Dengan perkataan lain semua hak atas tanah mempunjai fungsi sosial.
(i) Pada azasnja orangorang jang mempunjai hakhak atas tanah jang merupakan tanah pertanian wadjib mengusahakan tanah itu sendiri.
Tanah pertanian adalah untuk rakjat tarsi.
(j) Hanja warga negara Indonesia jang dapat mempunjai hubungan jang sepenuhnja dengan bumi dan air. Malta ditentukan, bahwa hanja warga negara Indonesia sadja jang, dapat mempunjai hak
milik atas tanah.
orang lain jang melampaui batas. Segala usaha bersama dalam lapangan agraria harus didasarkan atas kepentingan bersama da lam rangka kepentingan nasional. Akan ditjegah adanja organi sasiorganisasi dalam lapangan agraria jang bersifat monopoli swasta. Akan diadakan usaha untuk memadjukan kepastian dan djaminan sosial, termasuk bidang perburuhan, dalam usaha di lapangan agraria.
(1) Dalam bidang landreform dimuat pula ketentuan dalam Undang undang Pokok Agraria, bahwa untuk mentjapai tudjuan sebagai jang disebut dalam no. d (pembentukan masjarakat jang adil dan makmur) dengan atau atas kuasa Undangundang dapat diadakan pembatasan luas maksimum dan/atau minimum tanah jang boleh dipunjai seseorang, baik sendiri maupun bersamasama dengan orang lain, dengan sesuatu hak tersebut dalam no. g diatas. Pe laksanaan daripada ketentuan ini akan diatur dalam Undangun dang Landreform.
(m) Jang menjangkut bidang landuse planning dimuat pula ketentu an, bahwa oleh Pemerintah harus dibuat suatu rentjana umum (national planning) mengenai persediaan, peruntukan dan peng gunaan bumi dan air serta kekajaan alam jang terkandung dida lamnja :
(1) untuk keperluan pusatpusat kehidupan masjarakat dan lain lainnja ;
(2) untuk keperluan peribadatan dan keperluankeperluan sutji lainnja ;
(3) untuk keperluan Negara ;
(4) untuk keperluan produksi dan lainlain usaha kesedjahteraan. Berdasarkan rentjana umum itu Pemerintah Daerah Swatantra mengatur persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi dan air untuk daerahnia, sesuai dengan keadaan daerah masingmasing (regional dan city planning).
(n) Untuk keperluan peribadatan dan keperluan sutji lainnja seba gai jang dimaksud diatas dapat diberikan tanah oleh Pemerintah dengan hak pakai. Sedang perwakafan tanahtanah dengan hak gunausaha dan hak gunabangunan akan diatur dengan Peratur an Pemerintah, dengan mengindahkan ketentuanketentuan hu kum alam jang bersangkutan.
(o) Lebih landjut mengenai hak milik, hak gunausaha dan hak guna bangunan ditentukan, bahwa. hakhak itu dapat dipertahankan terhadap siapapun djuga (mempunjai sifat kebendaan).
Hak hak tersebut dapat beralih kepada fihak lain. Pula dapat di djadikan djaminan hutang, dengan dibebani hak tanggungan jang dapat dipertahankan terhadap siapapun.
nja bertudjuan mendjamin kepastian hukum (Pendaftaran Tanah ini sekaligus akan bermanfaat pula bagi keperluan fiskal). Pen daftaran Tanah itu akan diselenggarakan dengan mengingat pada kebutuhan Negara dan masjarakat, kebutuhan lalulintas, sosial ekonomi dan kemungkinankemungkinannja dalam bidang per sonil dan materil. Oleh karena itu maka akan didahulukan penje lenggaraannja dikotakota, untuk lambatlaun meningkat pada kadaster jang meliputi seluruh wilajah Negara.
(p) Subjek daripada hak milik ialah orangorang warganegara Indo nesia (lihat (j). Untuk mentjegah bertumpuknja tanah jang luas ditangan seseorang, maka akan diadakan pembatasan luas mak simum (lihat) (1). Adapun jang dapat mendjadi subjek hak guna usaha dan hak gunabangunan ialah :
Warganegara Indonesia, orang asing jang berkediaman di Indo nesia dan badanbadan hukum jang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Oleh karena hakhak ini djangka waktu berlakunja terbatas (fihat (g), maka subjeknja tidak perlu terbatas pada golongan warganegara Indonesia sadja. sung selama tanah itu dipergunakan untuk keperluan tersebut. Djjika jang mempunjai orang asing atau badan hukum ketjuali
badan hukum jang dimungkinlcan oleh Pemerintah, (lihat (j) akan mendjadi hak gunabangunan, dengan diangka waktu 30 tahun. Hak erfpacht guna perusahaan kebun besar mendjadi hak guna usaha, jang berlangsung selama sisa waktu hak erfpacht tersebut, . tetapi selamalamanja 30 tahun.
Hak opstal dan hak erfpacht untuk perumahan mendjadi hak gu na bangunan, jang berlangsung selama sisa hak opstal dan hak erfpacht tersebut, tetapi selamalamanja 30 tahun.
Hak eigendom agrarisch, hak milik (adat) dan hakhak lain jang serupa dengan itu akan dikonversi mendjadi hak milik.
Hak vruchtgebruik, gogolan, bengkok, magersari dan lain seba gainja jang berupa hak memakai tanah orang lain akan dikon versi mendjadi hak pakai, jang memberi wewenang dan kewa djibankewadjiban sebagai jang dipunjai oleh pemegang haknja pada mulai berlakunja Undangundang Pokok Agraria, sepandjang tidak bertentangan dengan djiwa dan ketentuanketentuan un dangundang itu.
2. Prinsip2 Landreform.
(a) Luas maximum pemililan dan penguasaan tanah. .
(2) Luas maxintum penguasaan/penjewaan tanah untuk Djawa (Madura/Bali Lombok) hendaknja ditetapkan sebesar 15 (li ma belas) ha, djainlah ini adalah 50% diatas djumiah pemi likan tanah).
Untuk luar Djawa angka iui mendjadi 20 (dua puluh) ha. (pembulatan kebawah dari 22½ ha.).
(b) Luas minimum pemilikan dan penguasaan tanah.
Untuk mentjegah ,,versplintering pemilikan tanah, sebagai aki bat hukum waris jang tnasih berlaku, maka perlu ditetapkan batas
Jang perlu diatur selandjutnja ialah hubungan antara pemilik dan penggarapnja, sehingga enthousiasme para penggarap dja ngan sampai merosot atau hilang sama sekali dan karenanja me njebabkan kurang berhasilnja landreform.
Karena diduga bahwa presentase jang akan ditetapkan itu tidak akan dapat dipersatnakan bagi semua tempattempat dan daerah, maka dianggap perlu mongadakan research lebilt dahulu.
Selain daripada itu adanja ,,standaardcontracten" atau tjara tjara lain jang bersifat melindungi para penggarap sebagai pihak jang Iemah, akan dapat lebih mendjamin suksesnja landreform. (d) Pembukaan tanah baru.
Berliubung dengan banjaknja djunilah petani jang masih memer lukan tanah sedangkan persediaan tanah sangat terbatas sekali, inaka bersamaan dengan landreform diandjurkan adanja pembu kaan tanah baru setjara besarbesaran didaerah luar Djawa agar dengan demikian djalannja landreform dapat diperlantjar.
Tjatatan:
Ketentuan luas maksimum dan minimum tersebut hanja untuk tanah pertanian.
b. Research.
(a) Undangundang Pokok Agraria dalam hubuugamrja dengan pem bangunan ekovomi Negara oleh Sdr. Drs. Soerjadi.
(b) Undangundang Pokok, Agraria dalam hubungannja dengan pem bangunan masjarakat desa oleh Sdr. Dr. Ir. Kampto Oetomo.
(c) Undangundang Pokok Agraria dalam hubungannja dengan masa. lah Kredit oleh Sdr. Sudiharto Sastromidjojo
Hasil Seminar Agraria tersebut adalah :
(a) (1) Perlu diadakan rentjana Landreform dan untuk dibentuk : (a). Daerah landreform jang berupa pembukaan tanah harus
(b) (1) Peranan raakjat dalam usaha landreform adalah penting seka li. Ikut serta rakjat bahkan merupakan sjarat mutlak
(c) (1) Untuk memadjukan sektor pertanian desa diperlukan bantuan modal melalui Pemerintah.
(d) (1) Pembentukan daerah Swatantra tingkat III dipandang seba gai sjarat penting untuk mengikut sertakan rakjat dalam pembangunan ekonomi negara dan masjarakat desa.
(3) Hendaknja masjarakat desa diberi bagian tanggungdjawab dan penghasilan dari kehutanan demi lcepentingan pemeliharaan hutan sebagai pelindung tanah. .
(e) (1) Organisasi Pembangunan Masjarakat Desa dapat digunakan sebagai badan penjalur dan koordinasi dalam usahausaha per baikan masjarakat desa seperti Landreform dan sebagainja. (2) Untuk mempersiapkan Seminarseminar jang akan datang perlu
dibentuk komite permanen jang terdiri atas para praktisi, ahli dan wakil golongan fungsionil.
(3) Komite diberi tugas mengumpulkan bahanbahan guna ke perluan tersebut.
(f) Landreform supaja didjadikau program urgensi dalam Rentjana Pembangunan Nasional. perlu dan panting sekali diadakan penjelidikan jang seksama, baik setjara integraal maupun setjara lokaal.
Dalam tahun 1956 Universitas Gadjah Mada memelopori usaha kearah itu dengan mengadakan penjelidikan setjara integraal dan bea
Sementara itu dirasa perlu untuk mengadakan penjelidikan se tjara lokal dan dalam tahun 1957 direntjanakan persiapanpersiapan untuk melaksanakan penjelidikan itu. Berhubung dengan terbatasnja tenaga jang ada pads Kementerian sandhi, maka diminta dan didapat kan kesediaan dari fakultas Pertanian Bogor untuk pada waktunja menugaskan mahasiswamahasiswanja jang bertingkat doktoral untuk mengadakan penjelidikanpenjelidikan lokal itu.
Disamping penjelidikan tentang lembagalembaga hukum jang bar hubungan dengan tanah, maka direntjanakan penjelidikanpenjelidik an dengan maksud sebagai berikut :
(a) menjelami perubahanperubahan adat mengenai tanah pada umum nja antara lain :
(1) Dalam hubungan warga masjarakat hukum dengan bukan anggauta, baik warganegara asli maupun bukan jang terwu djud dalam gadai, sewa dan lain sebagainja ;
(b) menjelami kehendak warga masjarakat hukum akan kepastian halt mengenai tanahnja, lepas dari ikatan hukum dari masjarakat hu kum itu dan menjelidiki usaha apakah jang harus didjalankan untuk mewudjudkan keinginan itu ;
(c) menjelami kemungkinan adanja kepastian hak atas tanah bagi tiap warga negara asli jang mendjadi penduduk dari sesuatu masja rakat hukum, baik setjara perseorangan maupun setjara bersama sama dan djalan manakah jang harus ditempuh untuk memudah kan terlaksananja tjitatjita itu ;
(d) mempeladjari masalah perkreditan jang berhubungan dengan ta nah.
Sedjak pertengahan tahun 1957 berangsurangsur diselenggara kan penjelidikan sebagai dimaksudkan itu, baik oleh pedjabatpedjabat Kementerian Agraria, maupun oleh mahasiswamahasiswa Fakultas Pertanian Bogor.
Oleh Kementerian tentang :
(1) masalah perkreditan dan keadaan sosial ekonomis jang berhu bungan dengan tanah didaerah Kewedanaan Tjiparaj, Kabupaten Bandung (Djuli/Agustus 1957) ;
(2) masalah persewaan tanah untuk tanaman tebu (Djanuari/Pebruari 1958)
(3) pembentukan desa dan perkembangannja didaerah bekas tanah patikelir (Bekasi, April 1958) ;
(4) masalah tanah kambang (aangeslibde grond), tanah pengonan (weite plaatsen) didaerah Indramaju (Mei 1958) ;
Guna pelaksanaan Iandreform Pemerintah harus mengeluarkan uang jang tidak sedikit, sedangkan keadaan keuangan Negara mungkin tidak mengizinkan. Walaupun demikian, mengingat pentingnja land reform ini dalam hubungan pembangunan semesta, maka tindakan jang tegas sangat diharapkan.
Sebagai pedoman dikemukakan halhal seperti dibawah ini :
1. ganti kerugian kepada pemilik tanah jang diambil tanahnja hen daknja ditetapkan sepantasnja/seketjil mungkin.
2. pembajaran ganti kerugian ini sebagian dilalcukan setjara tunai dan sebagian sebagai obligasi.
3. petani jang mendapat tanah bar( dengan harga jang sepantasnja/ seketjii mungkin, membajar dengan tjara angsuran jang terpikul olehnja kepada Pemerintah berupa natura/hasiibuminja. (bibit, pupuk dll.) jang diperlukan untuk menggarap tanahnja, maka perlu disediakan kredit, baik melalui „padicentra” ataupun dengan djalan lain.
§ 1167. Penjebaran Tenaga Pembangunan (transmigrasi)
Djawatan Transmigrasi perlu mengetahui rentjanarentjana pem bangunan dari departemen lain untuk mempersiapkan tenagatenaga jang diperlukan. Tenagatenaga pembangunan ini, disamping digerak kan untuk perkebunan, persawahan atau perindustrian, dapat pula di gerakkan untuk memelihara djalandjalan jang bare dibuka itu.
Dengan tjara menjebar tenaga pembangunan seperti jang dise butkan diatas, penjelesaian proses asimilasi akan lebih dipertjepat.
Bimbingan dan pendidikan hanja diperlukan sekedar mempersiap kan para transmigran untuk pekerdjaan pionir didaerahdaerah jang sedang dibuka.
Penduduk jang pindah setjara perseorangan ataupun setjara rom bongan spontan patut didorong dan diberikan bantuan. Baik dalam pemberangkatannja maupun dalam modal sekedarnja untuk memulai pembukaan tanah. Perusahaan produksi swasta jang memerlukan te naga pembangunanpun patut dibantu, bark untuk mendapatkan tenaga, pemberangkatan, dll.nja. Dengan tjara pemindahan penduduk ini, di hubungkan dengan rangka pembangunan semesta berentjana, maka pembiajaan jang diperlukan oleb Djawatan Transmigrasi terbatas pada menggerakkan, menampung dan memberangkatkan tenagatenaga pem bangunan, sedang projekprojek jang diibangun dimana diperlukan te nagatenaga pembangunan, perumahan, makanan, dll.nja ditanggung oleh departemendepartemen/djawatandawatan jang bersangkutan.
Untuk transmigrasi dalam bidang pertanian oleh Djawatan Trans migrasi diperlukan biaja sekurangkurangnja Rp. 3000,— setiap djiwa (transmigran) guna ongkos penampungan, pengangkutan (kereta api, bis dan kapal) dan perumahan, serta administrasi. Perongkosan ini tentunja sudah tidak seimbang lagi dengan kenaikan perongkosan pengangkutan, pembangunan perumahan dll nja. Berapa djumlah te naga pembangunan jang harus ditransmigrasikan tergantung pada ba njaknja dan besar ketjilnja projek jang mau dikerdjakan.
Untuk memindahkan sekurangkurangnja 250.000 transmigran di sektor pertanian keluar Djawa, disediakan biaja Rp. 1.000.000.000,— mulai permulaan Rentjana I dan selesai pada achir Rentjana pertama. § 1168. Koperasi
a. Pendidikan/Bimbingan tentang persediaan mental untuk pemba ngunan Koperasi.
mikian rupa sehingga gerakan serta penjelenggaraannja benarbenar
Sekalipun telah tertjatat kemadjuan jang menggembirakan, baik dalam djumlah gerakan koperasinja maupun dalam djumlah perpu taran wangnja, namun kemadjuan tersebut belum seluruhnja memu askan,.karena gerakan koperasi jang mestinja bersifat masal beluni lagi, meliputi,seluruh penduduk, terutama didesadesa. Disamping itu
but diatas, Djawatan koperasi harus pula. mengadakan pendidikan, la tihan bagi para pegawai/petugasnja sendiri agar pengetahuan teknis perkoperasian para pegawai/petugas tersebut dapat dipertinggi. Kur suskursus jang telah ada harus dipergiat dan diperbanjak agar dapat lebih banjak menghasilkan pegawai/petugas teknis djawatan koperasi.
Karena gerak koperasi meliputi pula seluruh bidang penghidupan dan kehidupan masjarakat, maka segenap instansi Pemerintah harus ikut serta dan segenap alatalat Pemerintah perlu dikerahkan dalam memberikan bimbingan kepada gerakan koperasi menurut bidangnja masingmasing. Djawatan Pertanian — misalnja wadjib memberi kan bantuan teknis dan bantuanbantuan lainnja kepada Koperasi Per tanian didalam usahanja untuk mendapatkan kernadjuan jang sepesat pesatnja, sedang Djawatan Koperasi didalam bidang teknis perkope rasian. Dengan tjara kerdjasama jang demikian pertumbuhan gerakan koperasi akan lebih pesat madjunja. Kemudian perlu ditegaskan bahwa koperasi harus tetap bersikap sukarela.
b. Organisasi Koperasi.
Pemerintah bersamasama rakjat mengusahakan membangun dan menumbuhkan koperasi dilapangan usaha jang menguasai hadjat hi dup orang banjak terutama didesadesa jang merupakan basis pereko nomian rakjat. Haruslah diusahakan agar disetiap desa dibentuk kope rasidkoperasi produksi, pembelian alatalat dan bahanbahan produksi, pengangkutan bahanbahan pokok kebutuhan seharihari, kredit, lum bung, pendjualan, pembibitan, simpan pindjam dan konsumsi, kera djinan tangan, dll.nja. Dalam usahausaha tersebut Pemerintah harus memberikan bimbingan dan petundjuk teknis agar tertjapai perkem bangan jang sempurna dari gerakan koperasi.
Disamping memberikan bimbingan kepada organisasi koperasi, Pe merintah harus pula mengawasi dan mendjaga agar koperasi baik dad lain anggaran dasar maupun dalam penjelenggaraannja tidak melang gar azas koperasi; menjesuaikan fungsi dan gerakan koperasi pada politik umum perekonomian Pemerintah.
Pemerintah harus mengawasi dan mentjegah agar gerakan kope
Tingkat Propinsi : Indukinduk koperasi.
Tingkat Nasional : Djawatan Koperasi Pusat/Dewan Koperasi In donesia.
Susunan (struktuur) organisasi koperasi jang diandjurkan diatas ialah untuk koperasi desa (anekausaha), organisasi koperasi produksi dan organisasi sedjenis (Schema no. 2).
Susunan (struktuur) organisasi simpanpindjam diandjurkan un tuk diatur seperti berikut :
Tingkat Desa : simpanpindjam.
Tingkat Ketjamatan/Kewedanan : Bank Koperasi Tingkat H. Tingkat Kabupaten/Keresidenan : Bank Koperasi Tingkat I. Tingkat Propinsi : Inspeksi Bank Koperasi.
Tingkat Nasional : Bank Koperasi Indonesia. (schema no. 3).
Struktuur organisasi koperasi desa diandjurkan supaja diatur se perti schema terlampir (Schema no. 4).
Penjaluran bahanbahan jang diperlukan oieh koperasikoperasi hendaknja diatur sedemikian rupa sehingga koperasikoperasi primer (desa) dapat membelinja langsung dari PTPT Negara. Demikian pula bahanbahan hasil koperasi disalurkan pendjualannja setjara langsung kepada PTPT Negara. Untuk mempermudah dan memperlantjar dja lannja pendjualan/pembelian Djawatan Koperasi hendaknjaj dapat mendjadi perantara. Pada dasarnja, modal koperasi diperoleh dari para anggotanja sendi.ri, berupa Wang pangkal, iuran, simpan wadjib, hasil pendjualan, dll.nja. Sekalipun demikian, hendaknja Pemerintah mem berikan pula kredit sebagai pelengkap dari modal koperasi. Bantuan berupa kredit tersebut sebaiknja disalurkan melalui. Bankbank kope rasi.
e. Biaja :
Untuk memperkembangkan koperasi sebagai alat melaksanakan ekonomi terpimpin, chusus dalam bidang distribusi dan produksi dise diakan biaja Rp. 500.000.000,—.
Pelaksanaannja mulai awal Rentjana pertama dan selesai dalam waktu 3 tahun.
§ 1169. Pengerahan Tenaga Rakjat
a. Persiapan Mental.
1. Oleh karena dalam pelaksanaan pembangunan semesta berentjana, diturut sertakan seluruh tenaga rakjat, maka sebagai persiapan mental rakjat'perld diberi penerangan seluasluasnja mengenai projekprojek jang akan dibangun. Penerangan ini hendaknja di lakukan setjara populer sehingga dimengerti dan dipahami mania atnja oleh rakjat sehingga dapat diinsjafi bahwa pengerahan tena ga rakjat dari rakjat untuk rakjat. Dalam bidang penerangan ini akan lebih menarik perhatian kiranja, 'apabila disamping bahasa
persatuan (bahasa Indonesia) djuga digunakan bahasa daerah da lam bukubuku ketjil/pamflet. Tidak dilupakan djuga penerangan setjara visueel, film dan sandiwara. Djuga" penerangan melalui or
ganisasiorganisasi, partaipartai, perkumpulanperkumpulan, RK RK/RTRT dan sekolahsekolah akan lebih mempertjepat persiap an mental ini. Jang perlu diperhatikan didalam penerangan itu ia lah manfaat demi kepentingannja sendiri, djika Objek itu terse lenggara dengan bank dan dapat diselesaikan dalam waktu jang se singkatsingkatnja.
Persiapan mental ini baru dapat dinjatakan mentjapai tudjuannja, djika dengan djalan penerangan itu, rakjat dari segala lapisan dan golongan ditiaptiap tempat entusias dan dengan ichias bersedia turut serta didalam pelaksanaan usaha pembangunan.
2. Demonstrasidemonstrasi kerdja jang menarik, kemudian disusul dengan latihan kerdja jang praktis berdasarkan gotongrojong akan lebih mempertjepat parsiapan mental untuk menggerakkan tenaga rakjat.
3. Semangat gotongrojong jang memang mendjadi kepribadian Bangsa Indonesia perlu dikembangkan dan dipupuk sebagai sistim be
kerdja jang tetap disegala kegiatan pembangunan, baik jang di lakukan atas inisiatif Pemerintah, maupunoleh masjarakat sendiri. Tjara memupuknja ialah antara lain dengan memberi tjontohtjon toh bekerdja setjara gotongrojong dan berholopis kuntul baris dengan memilih bidang pekerdjaan sedeniikian rupa, sehingga faedahnja segera dirasakan oleh mereka jang bersangkutan.
b. Organisasi pengerahan tenaga rakjat.
1. Brigadebrigade Pembangunan adalah reguregu jang terdiri dari orangorang jang karena kcinsafan dan kesadaran, bersedia setiap waktu dikirim kemana sadja oleh Pemerintah, sebagai tambahan tenaga kerdja didaerahdaerah jang djumlah penduduknja demiki an ketji!lnja sehingga sangat memerlukan bantuan tenaga dari luar daerah.
2. Apakah gerakan pionir itu ?
Gerakan pionir adalah gerakan dikalangan anakanak sekolah, jang merupakan pelopor didalam kegiatankegiatan sosial jang dapat dikerdjakan oleh anakanak itu sambil bermain (snelenderwijs), misalnja kegiatan dalam memberantas hama tikus, menanam pe karanganpekarangan jang kosong dengan tanamantanaman jang berguna dan jang bersifat menambah produksi, mengandjurkan pemeliharaan kebersihan ditempattempat umum dan dirumahru mah, mengumpulkan bahanbahan pembangunan seperti batu dan pasir untuk pembangunan atau perbaikan rumahrumah/gedung sekolah d.1.1.
3. Sistim kompetisi hendaknja merupakan sistim kerdja jang tetap/ kontinu, agar tertjapai hasilguna jang sebesarbesarnja. Tjaranja ialah dengan perlombaanperlombaan prestasikerdja dan diberi hadiah, baik jang bersifat materiil dan/atau jang bersifat moril, seperti suratsurat penghargaan, pandjipandji d.1.1
4. Kadervorming dikalangan penduduk dengan tjara seleksi menurut prestasikerdja, akan menjediakan/menjiapkan tenagatenaga pim kepada pemudapemuda dan pemimpinpemimpin kearah aktifita jang lebih besar. .
c. Penggerak tenaga rakjat chusus dibidangbidang pangan.
10. pemberantasan hama (tikus, belalang, babi hutan, kera, tupai dll.) ; 11. penanaman kapas dipekaranganpekarangan ;
12. penanaman kembali hutanhutan jang gundul ;
13. mengaktifkan kembali pertenunan dikalangan rakjat dengan me njediakan bahanbahan baku jang diperlukan. rentjanaan sampai kepada pelaksanaan. Berhubung dengan ini sebaiknja djika tiaptiap unsur jang memungkinkan adanja perasaan dan/atau asosiasi pikiran dengan pengalaman pengalaman jang kurang ena'k dimasa lampau dihilangkan.
Pemakaian istilah pengerahan tenaga rakjat dalam hal ini oleh sementara orang telah diasosiasikan dengan kerdja paksa, baik didjaman Belanda maupun didjaman pendudukan Djepang. Hal ini akan sulit sekali dihilangkan dari alam pikiran rakjat selama istilah itu masih dipakai. Oleh karena itu sebaiknja djika istilah pengerahan tenaga rakjat ditukar dengan istilahpenggerak tenaga rakjat, jang psychologis lebih dapat diterima. Dengan demikian nama Departemen Pengerahan Tenaga Rakjat djuga perlu diobah mendjadi Departemen Penggerak Tenaga Rakjat, dengan singkatan jang sama, jaitu Departemen Petera.
2. Ketjuali faktorfaktor tersebut diatas didalam menggerakkan te naga rakjat untuk mengerdjakan setiap projek perlu :
(a) diadakan musjawarah lebih dahulu dengan pihakpihak jang ber kepentingan.
(b) diikut sertakan sebanjak mungkin golongangolongan karya se suai dengan kemampuan sumbangan terhadap projek itu ;
(c) diadakan kordinasi antara instansiinstansi jang bersangkutan ; (d) tenaga diorganisir jang baik dan ditjari tjara bekerdja jang baik ; (e) diadakan balasdjasa, bank jang bersifat materil dan/atau moril
§ 1170. Perundang•undangan, Kependjaraan dan Kepolisian
a. Azasazas untuk pembina hukum nasional.
Untuk membina hukum nasional pertamatama perlu dihilangkan dahulu rintanganrintangan akibat zaman kolonial. Rintanganrintangan itu adalah:
1. adanja beberapa golongan hukum (Inlanders, Vreemde Ooster lingen, Europeanen) dengan berbagaiwaardering jang tidak sama
(discriminatie).
2. masih terdapatnja sisa kelandjutan dari adanja beberapa golongan kaulanegara (Nederlanders, Inheemse onderdanenniet Naderlan ders, Uitheemse onderdanenniet Nederlanders).
3. adanja orangorang jang serempak mempunjai kewarganegaraan lain dalam djumlah besar.
4. adanja dualisme dalam hakhak tanah (eigendom, hak milik) sesuai dengan pemetjahan orangorang dalam golongan hukum.
Tindakan kearah menghilangkan rintanganrintangan itu .sudah dimulai antara lain dengan :
(a). Perdjandjian Dwikewarganegaraan antara R.I. dan R.R.T.,
(b). direntjanakannja agraria reform,
(c). direntjanakannja bentuk baru untuk badanbadan hukum Negara. Semua usaha itu adalah menudju kearah homogenita rakjat Indo nesia. memberi tempat bagi kebhinekaan keperluan hukum masingmasing. Prof. Mr. Dr. Soepomo, dalam bukunja ,;Babbab tentang Hukum Adat, halaman 14 mengutarakan :
„...meskipun.politik kolonial jang tak bidjaksana, jang me nudju kepada unifikasi itu telah ditolak, namun Pemerintah Indonesia dengan senang hall menjokong gerakan kearah sistim hukum jang berkesatuan, djikalau ini diperlukan oleh kenjata
Tentang azasazas pembinaan hukum nasional dapat diptarakan faham jang masih hidup dalam adat, akan tetapi tidak boleh bertentangan dengan dasar Negara (Tjontoh: sanksi adat di Bali terhadap wanita dui kasta jang lebih tinggi jang kawin dengan Aria kasta jang lebih rendah jang bertentangan de ngan dasar Negara tidak boleh berlangsung),
(b). harus diadakan sanksisanksi terhadap tindaktindak pidana jang merintangi tertjapainja tudjuan revolusi untuk. men tjapaimasjarakat adil dan makmur.
(3). Dalam hu'kum publik mitsalnja dalam peraturanperaturan. jang mengatur pengendalian harga, harus njata adanja azasazas: a) demokrasi terpimpin,
b) ekonomi terpimpin.
Didalam hukum publik lainnja, dalam, peraturanperaturan hu
kum administratif dan tatanegara harus njata adanja:
dapat dimengerti oleh rakjat, sehingga rakjat merasa dilindungi oleh hukum.
b). Swapradjasfeer,
Rantjangan Undangundang tentang Susunan Peradilan dan atjaranja sedang dipersiapkan dan sudah sampai pada tarap penjelesai an.
Semua peraturan hendaknja dirumuskan setjara sederhana dan terang, sehingga dapat dirasakan dan dimengerti oleh rakjat dan hen daknja beruratberakar pada bumi Indonesia, sehingga dekat pada rakjat (unsurunsur merasakan, mengertikan dan mendekatkan hu kum pada rakjat).
Sesuai dengan azasazas dan unsurunsur tersebut diatas maka lambang bagi hukum tidak lagi akan berupa Vreuwe Justitia dengan timbangan, akan tetapi berupa pohon beringin dengan perkataan „Pengajoman” dibawahnja. Lambang ini telah disetudjui oleh P.J.M. Prtsiden dan telah diperintahkan untuk segera ditetapkan.
b. Perentjajnaan usahausaha penjempurnaan perundangundangan. Perundangundangan R.I. sekarang masih bersifat tidak seragam, karena masingmasing Departemen mengurus perundangundangan nja sendiri. Usaha untuk memusatkan perundangundangan dalam satu Departemen sukar sekali. Untuk mengatasi ketidak seragaman tersebut, harus diberikan garisgaris tertentu kepada pedjabatpedja bat perantjang undangundang dan lainlain peraturan dimasingma sing Departemen.
Selain dari ketidakseragaman, tjiri buruk lainnja daripada per undangundangan kits adalah kurangnja overzichtelijkheid, terutama mengenai perundangundangan kolonial dari zaman Hindia Belanda.
Selain daripada itu perundangundangan jang berasal dari zaman Hindia Belanda tersebut ditudjukan kepada exploitasi dari rakjat kita dan menguntungkan kaum pendjadjah, sehingga harus ditindjau kembali dengan segera.
Ditambah pula peraturanperaturan Hindia Belanda tersebut tertulis dalam bahasa Belanda, sehingga rakjat tidak dapat mengerti nja.
Untuk mengatasi kesulitankesuii.tan tersebut perlu :
1. diteliti peraturanperaturan Hindia Belanda mans jang masih perlu berlaku, dan selebihnja supaja oleh Pemerintah dinjatakan tidak berlaku lagi.
2. diterdjemahkan peraturanperaturan jang ditulis dalam bahasa Be landa itu, selama peraturanperaturan itu belum diganti oleh per aturanperaturan nasional. Kedua pekerdjaan ini sudah ditugaskan kepada Lembaga Pembinaan Hukum Nasional. Demikian djuga meneliti, suatu peraturan :
(a) bertentangan atauetidaknja peraturan lain,
(b) bersesuaian atau tidaknja dengan peraturan lain.