• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat Epistaksis Ppt(1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat Epistaksis Ppt(1)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

Epistaksis

Epistaksis

Oleh: Oleh: Dryan Ariapratita Dryan Ariapratita Pembimbing: Pembimbing: Dr. Gunawan Kurnaedi Sp.THT-KL Dr. Gunawan Kurnaedi Sp.THT-KL Dr. Elananda Mahendra Sp. THT-KL Dr. Elananda Mahendra Sp. THT-KL

(2)

• Anatomi hidung dibagi menjadi 3 bagian :Anatomi hidung dibagi menjadi 3 bagian : • • ExternaExterna • • SkeletalSkeletal • • InternaInterna •

• Vaskularisasi hidungVaskularisasi hidung •

• Persarafan hidungPersarafan hidung

  natomi

(3)

• Anatomi hidung dibagi menjadi 3 bagian :Anatomi hidung dibagi menjadi 3 bagian : • • ExternaExterna • • SkeletalSkeletal • • InternaInterna •

• Vaskularisasi hidungVaskularisasi hidung •

• Persarafan hidungPersarafan hidung

  natomi

(4)

  natomi

(5)

  natomi

(6)

  natomi

(7)
(8)
(9)

• Hidung mempunyai 3 fungsi dan 1 refleks : • Fungsi respirasi • Fungsi penghidu • Fungsi fonetik • Refleks Nasal

Fisiologi

(10)

• Fungsi respirasi

• Udara yang dihirup akan mengalami humidifikasi oleh palut lendir.

Suhu udara yang melalui hidung diatur sehingga berkisar 370C.

• Fungsi pengatur suhu ini dimungkinkan oleh banyaknya pembuluh

darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas.

• Partikel debu, virus, bakteri, dan jamur yang terhirup bersama udara

akan disaring di hidung oleh:

 – rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi,  – silia, palut lendir.

 – Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan

partikel-partikel yang besar akan dikeluarkan dengan reflex bersin.

(11)

• Fungsi Penghidu

• Hidung bekerja sebagai indra penghidu dan pencecap dengan

adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum.

• Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi

dengan palut lendir atau bila menarik napas dengan kuat.

• Fungsi hidung untuk membantu indra pencecap adalah untuk

membedakan rasa manis yang berasal dari berbagai macam bahan.

(12)
(13)

• Fungsi Fonetik

• Hidung bekerja sebagai indra penghidu dan pencecap

dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas

septum.

• Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara

difusi dengan palut lendir atau bila menarik napas dengan kuat.

• Fungsi hidung untuk membantu indra pencecap adalah

untuk membedakan rasa manis yang berasal dari berbagai macam bahan.

(14)

• Refleks Nasal

• Mukosa hidung merupakan reseptor reflex

yang berhubungan dengan saluran

cerna,kardiovaskuler dan pernapasan.

• Iritasi mukosa hidung akan menyebabkan

reflex bersin dan napas berhenti. Rangsang bau tertentu akan menyebabkan sekresi

kelenjar liur, lambung, dan pancreas.

(15)

• Epistaksis adalah gejala dari suatu kelainan

yang hampir 90% dapat berhenti sendiri.

• Epistaksis adalah perdarahan spontan yang

berasal dari dalam hidung.

• Dapat terjadi pada semua umur dan

puncaknya pada anak-anak dan orang tua.

• Penting sekali mencari asal perdarahan dan

menghentikannya, disamping perlu juga menemukan dan mengobati penyebabnya.

(16)

• perdarahan hidung diawali oleh pecahnya

pembuluh darah di dalam selaput mukosa hidung.

• 80 % perdarahan berasal dari pembuluh darah

Pleksus Kiesselbach (area Little).

• Pleksus Kiesselbach terletak di septum nasi

bagian anterior, di belakang persambungan mukokutaneus tempat pembuluh darah yang kaya anastomosis.

• Epistaksis dapat ditimbulkan oleh

sebab-sebab lokal dan umum atau kelainan sistemik.

(17)

• Lokal

• Trauma

 – Mengorek hidung,benturan ringan, bersin

atau mengeluarkan ingus teralalu keras.

 – Adanya benda asing atau trauma

pembedahan

 – Spina septum yang tajam

 – Pipa nasogastric dan pipa nasotrakea  – Trauma hidung

(18)
(19)

• Infeksi Lokal

 – Rhinitis / sinusitis

 – Infalamasi meningkatkan permeabilitas

pe,buluh darah sehingga memudahkan terjadinya perdarahan hidung setempat.

(20)

• Neoplasma  – Biasanya sedikit dan intermiten  – Mukus bernoda darah  – Hemangioma  – Angiofibroma

Etiologi

(21)

• Kelainan kongenital • Perdarahan telangiektasis heriditer (hereditary hemorrhagic telangiectasia/Osler's disease).

• kelainan bentuk pembuluh

darah dimana terjadi pelebaran kapiler yang bersifat rapuh sehingga memudah kan terjadinya perdarahan.

(22)

Pengaruh lingkungan

 –

Kelembapan udara menyebabkan

iritasi mukosa

 –

Sering terjadi pada udara yang

kering

(23)

Deviasi septum

 –

Terjadi peralihan posisi dari septum

nasi dari letaknya berada di garis

medial tubuh.

 –

Menyebabkan tubulensi udara yang

dapat menyebabkan krusta.

 –

Pembuluh darah mengalami ruptur

(24)

Sistemik

Kelainan darah

 –

Trombositopenia

 –

Hemofilia

 –

Leukemia

Etiologi

(25)

Penyakit kardiovaskuler 

 –

Hipertensi

 –

 Arteriosklerosis

 –

Sirosis hepatis

 –

Diabetes mellitus

Etiologi

(26)

Infeksi Akut

 –

Demam berdarah

 –

Gangguan hormonal

 –

 Alkoholisme

(27)

Terdapat dua sumber perdarahan :

Epistaksis Anterior 

Epistaksis Posterior 

(28)

• Epsitaksis Anterior 

 – Berasal dari pleksus

kisselbach

 – Sering dijumpai pada

anak-anak

 – Dapat berasal dari

arteri ethmoid anterior   – Perdarahan dapat berhenti sendiri  – Perdarahan dapat dikendalikan dengan

Patofisiologi

(29)

• Epistaksis Posterior 

 – Berasal dari arteri

sphenopalatina dan arteri ethmoid posterior.  – Cenderung lebih berat  – Jarang berhenti sendiri  – Menyebabkan anemia  – Hipovolemi dan syok  – Banyak pada penyakit kardiovaskular 

Patofisiologi

(30)

• Perdarahan berasal dari bagian depan dan

belakang hidung.

• Kebanyakan timbul sekunder trauma :

mengorek hidung menahun, pengeringan mukosa hidung berlebihan

• Riwayat pengobatan : aspirin ( penghambat

fungsi trombosis )

• Riwayat alkohol : mengubah fungsi

pembekuan secara bermakna

(31)

•  Alat  – alat pemeriksaan : lampu kepala,

speculum hidung, dan alat penghisap dan pinset bayonet, kapas, kain kassa.

• Dengan spekulum hidung dibuka dan dengan alat pengisap dibersihkan semua

kotoran dalam hidung baik cairan, sekret maupun darah yang sudah membeku; sesudah dibersihkan semua lapangan dalam hidung diobservasi untuk mencari tempat dan faktor-faktor penyebab perdarahan.

• Setelah hidung dibersihkan, dimasukkan kapas yang dibasahi dengan larutan

anestesi lokal yaitu larutan pantokain 2% atau larutan lidokain 2% yang ditetesi larutan adrenalin 1/1000 ke dalam hidung untuk menghilangkan rasa sakit dan membuat vasokontriksi pembuluh darah sehingga perdarahan dapat berhenti untuk .Sesudah 10 sampai 15 menit kapas dalam hidung dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.

(32)

• Rhinoskopi anterior :

 – Pemeriksaan harus

dilakukan dengan cara teratur dari

anterior ke posterior.

 – Vestibulum, mukosa

hidung dan septum nasi, dinding lateral hidung dan konkha inferior harus

diperiksa dengan cermat.

(33)

• Rhinoskopi posterior   – Indikasi untuk  – Epistaksis berulang  – Sekret hidung kronik  – Untuk menyingkirkan diagnosis neoplasma

• Pengukuran tekanan darah

 – Untuk menyingkirkan

diagnosis hipertensi

 – Hipertensi dapat

menyebabkan epistaksis hebat dan berulang

(34)

Rontgen sinus dan

CT-Scan atau MRI

 – Untuk mengenali

neoplasma dan infeksi

(35)

• Endoskopi hidung  – Untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lainnya

Pemeriksaan

(36)

• Skrining terhadap koagulopati  – Protombin serum  – Tromboplastin parsial  – Jumlah platelet  – Waktu perdarahan • Riwayat penyakit  – Riwayat penyakit untuk mendasari epistaksis

Pemeriksaan

(37)

• Penanganan pertama pada epistaksis :

• Kompresi hidung dan menutup lubang hidung • Dengan kassa yang direndam topical

dekongestan

• 5  – 20 menit.

• Miringkan kepala kedepan ( mencegah ke

bagian posterior faring ) mencegah mual dan obstruksi jalan nafas

• Oxymetazoline spray untuk menghentikan

darah pada 65 %

(38)
(39)

• Epistaksis yang tidak hilang dengan

penekanan dan pemberian topical membutuhkan tindakan kauterisasi

• Kauterasi kimia / elektrikal pada satu sisi

septum

•  Apabila masih berlanjut diperlukan

pemasangan anterior nasal pack / tampon hidung anterior.

• Pasang selama 1  – 3 hari sebelum dilepas.

(40)

• Pemansangan anteriornasal packing /

tampon hidung anterior harus

dilakukan dengan hati-hati dan dengan teknik khusus. Forceps bayonet dan speculum nasal digunakan untuk melipat lembaran kasa sedalam mungkin pada kavum nasi. Setiap lipatan harus di tekan sebelum

lembaran baru tambahkan diatasnya. Setalah cavun nasi tersisi dengan kasa, ujung kasa dapat ditempelkan diatas lubang hidung dan di ganti berkala.

•  Atau bisa juga menggunakan spons (

Merocel atau Doyle sponge ) tampon dilepas setelah 3  – 5 hari.

(41)

• Komplikasi anterior nasal packing :

 – Hematoma septum

 – Abses dari trauma packing  – Sinusitis

 – Singkop neurogenic selama pemasangan  – Nekrosis jaringan karena penekanan

tampon

(42)

• Posterior nasal pack

• Posterior nasal packing atau tampon

posterior dilakukan dengan memasukkan kateter melalui salah satu lubang

hidungatau keduanya ke nasofaring dan keluar melalui mulut. Tampon kasa di kaitkan diujung kateter lalu ditempatkan di nasofaring posterior, lalu kateter ditarik dari hidung sehingga tampon kasa dapat berada di belakang koana dan menutupi aliran

rogga hidung posterior serta memberikan efek penekanan pada sumber perdarahan. Prosedur ini memerlukan keterampilan khusus dan biasanya dilakukan oleh dokter spesialis.

• Semua pasien dengan tampon posterior ini

harus dilakukan monitoring di rumah sakit.

(43)

• Beragam sistem balon efektif dalam

menangani perdarah posterior dan

menimbulkan komplikasi yang lebih sedikit di bandingkan dengan prosedur packing. Konsepnya tetap sama, dengan

memasukkan udara atau cairan kedalam balon, balon akan mengembang dan

memberikan penekanan pada dinding lateral hidung dan septum. Tipe terbaru dari balon nasal adalah double balloon, gabungan dari balon dan Merocel yang mempunyai

kemampuan untuk tetap berada di

tempatnya setelah balon mengempis dan dilepas. Beberapa balon nasal dapat

memberikan jalur pernafasan melalui lubang yang ada di tengahnya.

• Sama seperti anterior nasal packing ,

nekrosis jaringan dapat terjadi pada

pemasangan posterior nasal packing yang salah maupun pada pemasangan balon yang dikembangkan berlebihan.

(44)

• Epistaksis anterior yang gagal pada

kausterisasi ataupun packing  jarang terjadi, tetapi intervensi bedah terkadang dibutuhkan.

• Embolisasi pada arteri etmoidalis anterior dan

posterior jarang dilakukan karena adanya resiko kanulasi dari arteri karotis interna yangmana meningkatkan resiko terjadinya

stroke, atau pada arteri ophtalmika yangmana meningkatkan resiko terjadinya kebutaan.

(45)

• Kebanyakan otolaringologis melakukan ligasi eksternal dari arteri ethmoidalis anterior dan posterior melalui insisi kecil di medial alis mata dan melakukan kauter bipolar atau mengklem pembuluh darah sebelum

pembuluh darah tersebut keluar dari foramen etmoidalis anterior dan posterior. Dengan begitu resiko stroke dan kebutaan dapat di minimalisir.

• Ketika epistaksis telah terkontrol, perawatan rutin

mukosa hidung penting untuk diperhatikan agar

menghindari rekurensi. Pemberian gel topical, lotion, dan salep dapat melembabkan mukosa dan

mempercepat penyembuhan.

(46)

• Dapat terjadi langsung akibat epistaksis sendiri atau akibat usaha

penanggulangannya.

•  Akibat pemasangan tampon anterior dapat timbul sinusitis (karena

ostium sinus tersumbat), air mata yang berdarah (bloody tears)

karena darah mengalir secara retrograd melalui duktus nasolakrimalis dan septikemia.

•  Akibat pemasangan tampon posterior dapat timbul otitis media,

haemotympanum, serta laserasi palatum mole dan sudut bibit bila benang yang dikeluarkan melalui mulut terlalu kencang ditarik.

• Sebagai akibat perdarahan hebat dapat terjadi syok dan anemia.

• Tekanan darah yang turun mendadak dapat menimbulkan iskemia

otak, insufisiensi koroner dan infark miokard dan akhirnya kematian. Harus segera dilakukan pemberian infus atau transfusi darah.

(47)

• Termasuk perdarahan yang bukan berasal

dari hidung tetapi darah mengalir keluar dari hidung seperti hemoptisis, varises oesofagus yang berdarah, perdarahan di basis cranii

yang kemudian darah mengalir melalui sinus sphenoid ataupun tuba eustachius.

(48)

•  Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya epistaksis

antara lain:

 – Gunakan semprotan hidung atau tetes larutan garam, yang keduanya

dapat dibeli, pada kedua lubang hidung dua sampai tiga kali sehari. Untuk membuat tetes larutan ini dapat mencampur 1 sendok the garam ke dalam secangkir gelas, didihkan selama 20 menit lalu biarkan sampai hangat kuku.

 – Gunakan alat untuk melembabkan udara di rumah.

 – Gunakan gel hidung larut air di hidung, oleskan dengan cotton bud . Jangan

masukkan cotton bud melebihi 0,5 – 0,6cm ke dalam hidung.  – Hindari meniup melalui hidung terlalu keras.

 – Bersin melalui mulut.

 – Hindari memasukkan benda keras ke dalam hidung, termasuk jari.

 – Batasi penggunaan obat –obatan yang dapat meningkatkan perdarahan

seperti aspirin atau ibuprofen.

 – Konsultasi ke dokter bila alergi tidak lagi bisa ditangani dengan obat alergi

biasa.

 – Berhentilah merokok. Merokok menyebabkan hidung menjadi kering dan

menyebabkan iritasi.

(49)

• Sembilan puluh persen kasus

epistaksis anterior dapat berhenti sendiri. Pada pasien hipertensi dengan/tanpa

arteriosklerosis, biasanya perdarahan hebat, sering kambuh dan prognosisnya buruk.

(50)

• Epistaksis (perdarahan dari hidung) adalah suatu gejala dan bukan

suatu penyakit, yang disebabkan oleh adanya suatu kondisi kelainan atau keadaan tertentu. Epistaksis bisa bersifat ringan sampai berat yang dapat berakibat fatal. Epistaksis disebabkan oleh banyak hal, namun dibagi dalam dua kelompok besar yaitu sebab lokal dan sebab sistemik. Epistaksis dibedakan menjadi dua berdasarkan lokasinya yaitu epistaksis anterior dan epistaksis posterior. Dalam memeriksa pasien dengan epistaksis harus dengan alat yang tepat dan dalam posisi yang memungkinkan pasien untuk tidak menelan darahnya sendiri.

• Prinsip penanganan epistaksis adalah menghentikan perdarahan,

mencegah komplikasi dan mencegah berulangnya epistaksis.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk memeriksa pasien dengan epistaksis antara lain dengan rinoskopi anterior dan posterior,

pemeriksaan tekanan darah, foto rontgen sinus atau dengan CT-Scan atau MRI, endoskopi, skrining koagulopati dan mencari tahu riwayat penyakit pasien.

(51)

• Tindakan-tindakan yang dilakukan pada epistaksis adalah:

 – Memencet hidung

 – Pemasangan tampon anterior dan posterior

 – Kauterisasi

 – Ligasi (pengikatan pembuluh darah)

 – Embolisasi

• Epsitaksis dapat dicegah dengan antara lain tidak

memasukkan benda keras ke dalam hidung seperti jari, tidak meniup melalui hidung dengan keras, bersin

melalui mulut, menghindari obat-obatan yang dapat meningkatkan perdarahan, dan terutam berhenti merokok.

Referensi

Dokumen terkait

Perawatan ini membutuhkan kerjasama dengan pasien, tim drg (anak dan bedah mulut), dan memerlukan penggunaan anestesi lokal sebagai kontrol rasa sakit selama

a. Tetesi satu persatu bahan makanan dengan 2-3 tetes larutan yodium dalam Kl/Lugol. Perhatikan dan catat perubahan warna pada bagian makanan yang ditetesi larutan yodium.

Pencabutan Gigi” Penelitian yang saya lakukan bertujuan untuk megetahui pengaruh larutan anestesi lokal Lidocaine cum Adrenaline 1:80.000 terhadap tekanan darah

Pemberian minyak daun mint dan minyak jintan adalah terapi yang efektif untuk menghilangkan rasa sakit dan rasa tidak nyaman serta peningkatan kualitas hidup pada

Lidokain adalah obat anestesi lokal kuat yang digunakan secara luas dengan. pemberian topikal dan

Pada penelitian yang dilakukan untuk membandingkan 2 metode untuk mengurangi nyeri in � ltrasi anestesi lokal yang berhubungan dengan larutan anestesinya, freshly

Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan serta memahami sepenuhnya apa yang akan dilakukan dan didapatkan pada penelitian yang berjudul Variasi Dosis Anestesi Lokal

Konsentrasi yg digunakan 0,75% atau 7,5 gram dlm 1 L injeksi 9,00 mg 5 Benzyl alcohol Anestesi lokal utk menurunkan rasa sakit saat penginjeksian qs mL 6 WFI Pembawa qs mL 7 Sodium