• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOLONI BAKTERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOLONI BAKTERI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAMATAN MORFOLOGI KOLONI MIKROBA PENGAMATAN MORFOLOGI KOLONI MIKROBA

LAPORAN PRAKTIKUM LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi

Yang Dibimbing Oleh Dr. Endang Suarsini, M. Ked Yang Dibimbing Oleh Dr. Endang Suarsini, M. Ked

Disusun oleh Kelompok 1 Offering A: Disusun oleh Kelompok 1 Offering A: 1.

1. Amalia Amalia Nur Nur Latifah Latifah /16034160600/1603416060011 2.

2. Farida Sulviana Dewi Farida Sulviana Dewi /16034160604/1603416060466 3.

3. Hikmah Hikmah Buroidah Buroidah /16034160603/1603416060311 4.

4. I I Wayan Wayan Agung Agung K K / / 160341606071603416060700 5.

5.  Naimmatus Sholikah  Naimmatus Sholikah /16034160600/1603416060033

UNIVERSITAS NEGERI MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Februari 2018 Februari 2018

(2)

A. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mempelajari morfologi koloni bakteri.

B. DASAR TEORI

Mikroorganisme adalah makhluk hidup berukuran sangat kecil yang hanya  bisa diamati dengan mikroskop. Menurut klasifikasi makhluk hidup,

mikroorganisme dapat digolongkan ke dalam 5 kerajaan, yaitu Protista, Fungi, Monera, Virus dan Prion (Fardiaz,Srikandi.1992). Pada praktikum kali ini, mikroorganisme yang diamati yaitu bakteri.

Bakteri adalah sel prokariotik yang sangat kecil, berdiameter antara 0.2 - 3.0 mm, sedangkan yang berbentuk batang berukuran 0.5-15 mm. Tiga bentuk dasar  bakteri, yaitu bulat atau kokus (jamak = koki), batang atau basilus (jamak =

basili) dan spiral. Pada umumnya bakteri berbentuk kokus bisa tersusun membentuk pasangan (diplokoki), empat sel (tetrad), delapan sel (sarcina), rantai (streptokoki), dan bergerombol seperti anggur (stafilokoki). Bakteri  berbentuk batang juga bisa menyusun diri membentuk pasangan (diplobasili), atau rantai (streptobasili). Bakteri berbentuk spiral bisa berupa batang pendek, seperti koma dan disebut vibrio, ada yang membentuk heliks ( spirila) dan ada yang bergerak dengan cara merentang ( flexing ) dan bergoyang (wiggling )yang disebut  spirokhet   (Fardiaz,Srikandi.1992). Berikut ini merupakan gambar yang menunjukkn bentuk dan susunan bakteri.

Gambar 1. Bentuk dan Susunan Bakteri Sumber: Fardiaz,Srikandi.1992

(3)

Bakteri dapat ditumbuhkan dalam suatu medium agar dan akan membentuk  penampakan berupa koloni. Koloni sel bakteri merupakan sekelompok masa sel

yang dapat dilihat dengan mata langsung. Semua sel dalam koloni itu sama dan dianggap semua sel itu merupakan keturunan (progeny) satu mikroorganisme dan karena itu mewakili sebagai biakan murni (Kusnandi, 2009).

Penampakan koloni bakteri dalam media lempeng agar menunjukkan bentuk dan ukuran koloni yang khas, dapat dilihat dari bentuk keseluruhan penampakan koloni, tepi dan permukaan koloni. Koloni bakteri dapat berbentuk bulat, tak  beraturan dengan permukaan cembung, cekung atau datar serta tepi koloni rata atau bergelombang dsb. Pada medium agar miring penampakan koloni bakteri ada yang serupa benang (filamen), menyebar, serupa akar dan sebagainya (Kusnandi, 2009). Berikut ini merupakan bentuk dari koloni bakteri.

Gambar 2. Penampakan Koloni Bakteri Sumber: Kusnandi, 2009

(4)

C. ALAT BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: 1. Inkubator

2. Loupe/ Colony counter

3. Dua buah media lempeng Na steril

D. LANGKAH KERJA

E. LANGKAH KERJ

F. G.

Membawa satu pasang cawan petri berisi media lempeng ke tempat yang diminati untuk dilakukan penelitian antara lain tempat sampah O5 lantai 3, sekretariat BDM Al-Hikmah, di atas Hp Lila, Nabila dan Naelly, kamar mandi O5 lantai 3, rak sepatu Kultur Jaringan Hewan O5 lantai 3 dan balkon O5 lantai 2.

Mengusap benda menggunakan kapas steril kemudian membuka tutup cawan

Meratakan hasil usapan di permukaan media itu secara zig-zag kemudia menutup cawan petri kembali.

Membawa cawan petri yang sudah diberi perlakuan ke laboratorium untuk dilakukan inkubasi.

Membagi satu pasang cawan petri berisi media lempeng lainnya menjadi 4 kwadran. Mengusap ibu jari secara rata di permukaan media pada kwadran 1 kemudian menutup cawan.

Mencuci tangan menggunakan sabun, mengusap telunjuk secara rata di  permukaan media pada kwadran 2, kemudian menutup cawan.

Mencuci tangan menggunakan alkohol 70%, mengusap jari tengah secara rata di permukaan media pada kwadran 3, kemudian menutup cawan.

(5)

Membiarkan biakan sampai berumur 1x24 jam, kemudian melakukan  pengamatan terhadap koloni mikroba yang tumbuh pada media lempeng

tersebut.

Mengamati koloni bakteri yang tumbuh yang ditandai dengan bentuk seperti lendir, tetesan mentega, dan tetesan sari buah.

Menghitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh.

Membandingkan hasil pengamatan seperti pada gambar 5.2 yang tersedia pada  buku petunjuk praktikum.

Memilih dua jenis koloni yang menarik perhatian untuk diamati sifat-sifatnya. Melakukan pengamatan morfologi koloni meliputi warna, bentuk, tepi, elevasi (kenaikan permukaan koloni), kepekaan, mengkilat atau suram dan diameter koloni.

Menyusun hasil pengamatan dalam bentuk tabel seperti pada tabel 1 yang tersedia pada buku petunjuk praktikum dan bisa mengacu pada gambar 2.2.

(6)

E. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Jumlah Bakteri (dari Jari Tangan) pada Masing-Masing Kuadran

Kuadran Jumlah Koloni

Kuadran I 97

Kuadran II 208

Kuadran III 41

Kuadran IV 0

Tabel 2. Morfologi Koloni Bakteri

 No Ciri Morfologi Koloni 1 Koloni 2

1 Warna Koloni Putih Putih

2 Bentuk Koloni Bundar Bentuk L

3 Tipe Koloni Berombak Licin

4 Elevasi Koloni Cembung Datar

5 Mengkilat/Suram Mengkilat Suram

6 Diameter Koloni 0,1 cm 0,5 cm

7 Kepekatan Koloni Tidak Pekat Pekat

8 Jumlah Koloni 1 4

9 Jumlah Keseluruhan 113

10 Asal Bakteri Tempat Sampah Gedung O5

Lantai 3 F. ANALISIS DATA

1. Koloni Bakteri Tangkapan dari Udara

Koloni bakteri ditangkap dari udara dengan cara membuka tutup cawan petri yang sudah terdapat media di dalamnya, usahakan cawan tidak menyentuh benda tertentu. Kemudian dibiarkan terbuka selama sepuluh menit di tempat-tempat yang ingin diketahui adanya bakteri. Setelah sepuluh menit cawan ditutup kemudian diinkubasi di dalam incubator selama 1 x 24 jam pada suhu 37oC. Setelah inkubasi selesai cawan petri dikeluarkan dan koloni bakteri yang tumbuh dihitung menggunakan colony counter. Pada data pertama, koloni bakteri yang  berkembang adalah sebanyak 113 koloni yang diambil di tempat sampah gedung

O5 lantai 3. Pada data kedua, jumlah koloni yang berkembang adalah sebanyak 265 koloni yang diambil dari Sekretariat BDM Al-Hikmah. Pada data ketiga,  jumlah koloni yang berkembang adalah sebanyak 17 koloni yang diambil dari alat komunikasi handphone. Pada data keempat, jumlah koloni yang  berkembang adalah sebanyak 131 koloni yang diambil dari kamar mandi O5 lantai 3. Pada data kelima, jumlah koloni yang berkembang adalah sebanyak 264 koloni yang diambil dari rak sepatu KJH O5. Pada data kedua, jumlah koloni yang berkembang adalah sebanyak 84 koloni yang diambil dari balkon O5 lantai 2. Berdasarkan data diatas didapat kesimpulan sementara yaitu semua tempat

(7)

terdapat bakteri dan tempat yang paling banyak terdapat bakteri adalah sekretariat BDM Al-Hikmah. Banyak sedikitnya bakteri yang terdapat pada suatu tempat bergantung pada kebersihan tempat tersebut. Berikut ini merupakan histogram yang menunjukkan distribusi bakteri pada beberapa tempat tersebut.

Grafik 1. Distribusi Bakteri di Beberapa Tempat

Setelah dilakukan penghitungan koloni bakteri kemudian dilanjutkan dengan identifikasi dua koloni bakteri tangkapan yaitu koloni pertama dengan ciri berwarna putih, mengkilat, dan tidak pekat, berbentuk keriput, tepi  berombak, elevasinya cembung, memiliki diameter 0,1 cm, dan hanya ditemukan satu koloni saja. Pada identifikasi koloni kedua didapatkan ciri yaitu berwarna putih, pekat, dan suram, memiliki tepi licin, elevasinya datar,  berdiameter 0,5 cm , dan ditemukan 4 koloni. Berdasarkan hal tersebut kemungkinan dua koloni bakteri tersebut berbeda jenisnya. Setelah diamati cirinya koloni bakteri tersebut ditanam pada media agar dan diinkubasi selama 1x24 jam kemudian diamati pertumbuhannya ternyata pertumbuhan  bakteri tidak sesuai literatur karena diduga terjadi kontaminasi.

2. Koloni Bakteri dari Jari Tangan

Koloni bakteri dari jari tangan dengan cara membuka tutup cawan petri yang sudah terdapat media di dalamnya, usahakan cawan tidak menyentuh  benda selain jari tangan. Kemudian membagi cawan petri menjadi 4 kuadran. Setiap kuadran diberikan perlakuan berbeda, kuadran I menggunakan jari yang belum dicuci, kuadran II menggunakan jari yang sudah dicuci dengan sabun, kuadran III menggunakan jari yang sudah diberi alkohol, kuadran IV tidak diberi perlakuan apapun. Setelah itu cawab ditutup kemudian diinkubasi di dalam incubator selama 1 x 24 jam pada suhu 37 oC. Setelah inkubasi

0 50 100 150 200 250 300 Handphone Balkon O5 lantai 2 Tempat sampah O5 lantai 3 Kamar Mandai Rak Sepatu KJH Sekretariat BDM    J    u    m     l   a     h   K    o     l   o   n    i Tempat Pengambilan

SEBARAN KOLONI BAKTERI DI WILAYAH UM

(8)

selesai cawan petri dikeluarkan dan koloni bakteri yang tumbuh dihitung menggunakan colony counter. Pada data pertama, koloni bakteri yang  berkembang adalah sebanyak 97 koloni. Pada data kedua, jumlah koloni yang  berkembang adalah sebanyak 208 koloni. Pada data ketiga, jumlah koloni yang berkembang adalah sebanyak 41 koloni. Pada data keempat, jumlah koloni yang berkembang adalah sebanyak 0 koloni. Berdasarkan data diatas didapat kesimpulan sementara yaitu pada semua jari tangan terdapat bakteri dan jari tangan yang paling banyak terdapat bakteri adalah pada jari tangan yang sudah dicuci dengan sabun. Banyak sedikitnya bakteri yang terdapat  pada jari tangan bergantung pada perlakuan yang diberikan pada jari tangan

tersebut. Berikut ini merupakan histogram yang menunjukkan jumlah bakteri  pada masing-masing kuadran tersebut.

Grafik 2. Jumlah Bakteri di Masing-Masing Kuadran

G. PEMBAHASAN

1. Koloni Bakteri dari Udara

Koloni bakteri dapat ditemukan di berbagai tempat. Pada pengamatan koloni bakteri yang diamati di berbagai tempat, ditemukan bahwa pada Sekretariat BDM UM paling banyak ditemukan bakteri yaitu 265 bakteri. Sedangkan pada empat tempat lainnya yang berbeda, pada rak sepatu KJH O5 Lantai 3 sebanyak 264 bakteri, di kamar mandi O5 Lantai 3sebanyak 131  bakteri, pada tempat sampah O5 Lantai 3 sebanyak 113 bakteri, pada balkon O5

0 50 100 150 200 250

Kuadran I Kuadran II Kuadran III Kuadran IV

   J    u    m     l   a     h   K    o     l   o   n    i Kuadran

(9)

Lantai 2 sebanyak 84 dan pada handphone Lila, Nabila, dan Naelly ditemukan sebanyak 17 bakteri.

Dari pengamatan kelompok kami, koloni bakteri yang diinokulasi dari tempat sampah O5 Lantai 3 memiliki beragam bentuk dan warna. Dari beberapa koloni bakteri yang berbeda, kelompok kami memilih dua koloni bakteri yang ciri morfologinya paling jelas dan tampak untuk diamati. Koloni yang pertama memiliki ciri morfologi yaitu warna tubuh berwarna putih, bentuk koloni keriput, tepi koloni berombak, elevasi koloni cembung, tubuh mengkilat, diameter koloni 0,1 cm, dan koloni tidak pekat, sedangkan koloni kedua memiliki ciri morfologi yaitu warna tubuhnya sama-sama putih, bentuk koloni  bentuk L, tepi koloni licin, elevasi koloni datar, tubuh suram, diameter koloni 0,5 cm. Dari proses isolasi ini dapat diketahui bahwa kedua koloni bakteri ini  bukan spesies yang sama.

Medium pertumbuhan (disingkat medium) adalah tempat untuk menumbuhkan mikroba. Mikroba memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi dan untuk bahan pembangun sel, untuk sintesa protoplasma dan bagian-bagian sel lain. Setiap mikroba mempunyai sifat fisiologi tertentu, sehingga memerlukan nutrisi tertentu pula (Ika dkk, 2016). Pada praktikum kali ini, medium yang digunakan yaitu medium agar karena standar untuk semua  bakteri.

Di lingkungan banyak sekali bakteri yang bercampur ( mix culture). Dalam praktikum kali ini karena lebih menggunakan teknik aseptik, maka  bakteri pada mix culture yang terisolasi dipindah untuk diinokulasi menjadi  biakan murni pada lempeng agar. Setelah biakan murni tumbuh, lalu diinkubasikan di inkubator. Namun, isolat murni tidak diletakkan dalam inkubator lebih dari 1x24 jam karena tidak meninjau pertumbuhan yang terus-menerus. Dari hasil isolasi, maka dapat ditinjau bahwa sebenarnya bentuk koloni  bakteri yang pertama berbentuk tasbih dan koloni bakteri yang kedua sebenarnya  berbentuk pedang. Namun karena terkena kontaminasi dari faktor luar yaitu lingkungan dan personal hygiene yang belum sesuai teknik aseptik maka biakan murni terkena kontaminasi. Prosedur teknik aseptik pada pengamatan biakan

(10)

murni harus memenuhi persyaratan salah satunya yaitu praktikan harus bekerja secara cepat dan tepat agar meminimalkan pemaparan kontaminasi pada biakan murni (Basslrl, 2005). Isi nutrien biakan murni dibuat miring untuk memperluas  permukaan agar dapat ditanami lebih banyak bakteri.

Karena isolat murni dibiakkan dalam medium padat dan diletakkan dalam kondisi miring agar biakan semakin banyak, maka sifat koloni pada agar miring yaitu berkisar pada bentuk dan koloni koloni. Bentuk koloni pada agar-agar miring beraneka ragam seperti serupa batang, berduri, serupa tasbih, titik-titik, serupa pedang dan serupa akar (Dwidjoseputro, 1989) seperti yang

ditampilkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Bentuk Koloni Bakteri pada Koloni Agar Miring

 Namun, secara praktis, koloni amatan kelompok kami mengalami kontaminasi. Aktivitas memindahkan bakteri dari medium yang lama ke m edium yang baru membutuhkan ketelitian yang tinggi. Terlebih dahulu diusahakan agar semua alat yang ada hubungannya dengan medium dan inokulasi benar-benar steril untuk menghindari kontaminasi yaitu masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam pemindahan dengan kawat inokulasi, ujung kawat inokulasi sebaiknya dari platina atau dari nikrom. Ujung boleh lurus atau berupa kolongan. Setelah pengambilan inokulum (sampel bakteri) selesai, mulut tabung dipanasi kembali kemudian disumbat seperti semula untuk menjaga dari kontaminasi.

(11)

Untuk pengamatan jumlah koloni bakteri pada jari tangan , praktikan membaginya menjadi 4 kuadran dengan perlakuan sebagai berikut :

Kuadran I : Mengusap ibu jari secara merata pada permukaan media.

Kuadran II : Mengusap jari telunjuk secara merata pada permukaan media setelah mencuci tangan dengan sabun.

Kuadran III : Mengusap jari tengah secara merata pada permukaan media setelah mencuci tangan dengan menggunakan alkohol 70%.

Kuadran IV : Mengosongkan permukaan media sebagai kontrol.

Setelah diberi perlakuan tersebut selanjutnya cawan petri diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oCelcius. Hal ini bertujuan untuk membiakkan bakteri agar  berkembang biak secara optimal. Perlakukan ini sesuai dengan teori diatas dimana perkembang biakkan bakteri dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu suhu, kelembaban dan cahaya. Suhu diatur pada suhu badan karena bakteri yang akan diamati berupa bakteri mesofil dimana ia tumbuh pada suhu 15o

 – 

40o  Celcius. Kelembaban pada inkubator telah disesuaikan dengan kelembaban optimum sehingga bakteri mesofil dapat tumbuh dengan optimum. Selain itu,  pencahayaan pada inkubator menggunakan bola lampu karena cahaya yang

dihasilkan tidak mengandung sinar ultraviolet yang dapat merusak bakteri.

Setelah diinkubasi selama 24 jam, terlihat bakteri pada cawan petri sudah membentuk koloni. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembiakan telah  berhasil.

Pada kuadran I, praktikan menemukan ada 97 koloni bakteri. Jumlah bakteri ini menunjukkan bahwa tangan praktikan meskipun tidak terlihat kotor tetapi terdapat bakteri dalam jumlah yang sedang dibandingkan dengan jumlah dari kelima percobaan praktikan yang lainnya. Hal ini terjadi karena tanpa disengaja  praktikan menggosok- gosokkan tangannya pada tangga besi yang telah dipegang oleh banyak orang dan sedikit berdebu pada saat itu. Dari percobaan yang telah dilakukan masing- masing kelompok dari kelompok 1-6 menghasilkan jumlah bakteri yang berbeda- beda yaitu 97 ekor, 97 ekor, 127

(12)

ekor, 431 ekor, 377 ekor, dan 20 ekor. Jumlah bakteri yang paling banyak pada kelompok 4 dan paling sedikit pada kelompok 6. Perbedaan jumlah bakteri yang ditemukan disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu tingkat kebersihan tangan praktikan sebelum melakukan percobaan. Tangan yang kotor akan menghasilkan bakteri dalam jumlah yang banyak.

Pada kuadran II, jumlah bakteri kelompok kami yang tadinya berjumlah 97 ekor naik menjadi 208 ekor. Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang ada  bahwa sabun adalah suatu bahan yang digunakan untuk membersihkan kulit baik dari kotoran maupun bakteri. Sabun yang dapat membunuh bakteri dikenal dengan sabun antiseptik (Anton, 2008). Sabun antiseptik atau disebut juga dengan sabun obat mengandung asam lemak yang bersenyawa dengan alkali dan ditambah dengan zat kimia atau bahan obat. Sabun ini berguna untuk mencegah, mengurangi ataupun menghilangkan penyakit atau gejala penyakit pada kulit (Lubis, 2003). Pada kelompok kami jumlah bakteri yang ditemukan pada kuadran II lebih banyak dibandingkan dengan kuadran I. Salah satu kemungkinan yang menyebabkan hal itu adalah kurang lama dan kurang meratanya pencucian tangan dengan sabun sehingga bakteri masih ada yang menempel pada tangan tersebut. Dari data hasil percobaan kelompok 2-5 menunjukkan bahwa jumlah koloni bakteri pada kuadran II semakin berkurang dari kuadran I.

Pada kuadran III, jumlah bakteri kelompok kami mengalami penurunan dari 208 ekor menjadi 41 ekor,dan 4 kelompok lainnya juga mengalami penurunan yang drastis. Hasil percobaan tersebut sesuai dengan teori yang ada. Hal ini disebabkan karena tangan yang diberi alkohol 70% memiliki lebih sedikit  bakteri dibandingkan tangan yang hanya dicuci dengan sabun. Alkohol merupakan zat yang efektif dan dapat diandalkan untuk sterilisasi dan disinfeksi. Hal ini didukung oleh pernyataan Zaldi (2009) bahwa alkohol mendenaturasikan protein dengan jalan dehidrasi dan juga merupakan pelarut lemak, sehingga membrane sel bakteri akan rusak dan enzim-enzim akan dinonaktifkan oleh alkohol. Dalam praktikum ini, alkohol yang digunakan tidak murni, melainkan hanya berkadar 70%. Konsentrasi alkohol ini cocok untuk menjadi disinfektan. Sesuai dengan pernyataan lain oleh Zaldi bahwa etanol

(13)

murni kurang daya bunuhnya terhadap mikroba. Akan tetapi dari data keenam kelompok yang dihasilkan ada satu kelompok yang jumlah bakterinya mengalami kenaikan yaitu dari 15 ekor menjadi 30 ekor. Salah satu faktor yang mengakibatkan hal itu terjadi yaitu kurang meratanya pemberian alkohol pada tangan sehingga masih ada bakteri yang melekat.

Pada kuadran IV kelompok kami dan 4 kelompok lainnya tidak menemukan  bakteri pada permukaan media tersebut. Hal ini terjadi karena pada kuadran IV

dikosongkan atau sebagai kontrol, akan tetapi ada 1 data dari kelompok 3 yang menemukan 2 bakteri di permukaan media pada kuadran IV. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh pengusapan jari pada kuadran I dan II yang melebihi batas  permukaan daerah masing- masing sehingga mengenai daerah kuadran IV.

H. KESIMPULAN

Koloni bakteri dapat ditemukan di berbagai tempat. Pengamatan morfologi koloni bakteri meliputi warna, bentuk, tepi, elevasi (kenaikan  permukaan koloni), kepekaan koloni, mengkilat atau suram dan diameter koloni. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, walaupun pengambilan sampel  bakteri dari tempat yang sama atau dari satu tempat akan diperoleh koloni  bakteri dengan morfologi yang berbeda dan bervariasi, hal ini disebabkan karena

di lingkungan banyak sekali bakteri yang bercampur ( mix culture). Berdasarkan hasil isolasi, awalnya bentuk bakteri dapat diidentifikasi berdasarkan morfologi yang dirujuk berdasarkan buku panduan praktikum, namun karena terkena kontaminasi dari faktor luar yaitu lingkungan dan  personal hygiene yang belum sesuai maka biakan murni terkena kontaminasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anton. 2008. Proses Aseptik Dalam Laboratorium. Bali: Udayana Press. Basslrl, E. 2005. Microbiology. ebassiri@sas.upenn.edu.

Fardiaz,Srikandi.1992.  Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta

(14)

Ika, P,. Hidayat. 2016. Mikrobiologi Dasar : Diktat Kuliah.

Lubis. 2003. Desinfektan Dalam Teknik Aseptik . Jakarta: Gagas Media.

Kusnandi, 2009.  Dasar-Dasar Bakteriologi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Zaldi. 2009.  Faktor Lingkungan Abiotik dan Biotik yang Mempengaruhi  Mikroba. Pontianak: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Gambar

Gambar 1. Bentuk dan Susunan Bakteri Sumber: Fardiaz,Srikandi.1992
Gambar 2. Penampakan Koloni  Bakteri Sumber: Kusnandi, 2009
Tabel 2. Morfologi Koloni Bakteri
Grafik 1. Distribusi Bakteri di Beberapa Tempat
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : Berdasarkan data hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan bahwa pada air yang digunakan untuk mencuci alat makan ditemukan adanya bakteri coliform dan bakteri

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh konsumsi kismis merah terhadap penurunan jumlah koloni bakteri pada saliva dimana kismis

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tongue scraper dapat mengurangi indeks tongue coating dan terdapat perbedaan terhadap jumlah koloni bakteri

Hasil pengamatan terhadap bentuk morfologi koloni bakteri kitinolitik maka didapat seluruh isolat berbentuk bulat, hampir semua isolat memiliki bentuk tepian koloni

Oleh karena itu,perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kepadatan bakteri yang ada pada telapak tangan mahasiswa sebelum dan setelah mencuci tangan.Penelitian

Berdasarkan penjelasan diatas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik tipe pola sulur ujung jari tangan, jumlah sulur ujung jari tangan

1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat cemaran bakteri pada bawang putih giling yang

Koloni yang nampak berlendir dan melekat menunjukkan adanya reaksi positif yang menunjukkan bakteri tersebut tergolong Gram Negatif G-, dan sebaliknya yang tidak berlendir dan terlepas