• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM MEMPELAJARI KITAB SAFINATUN NAJAH DI PONDOK PESANTREN ZUMROTUT THOLIBIN MOJO ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM MEMPELAJARI KITAB SAFINATUN NAJAH DI PONDOK PESANTREN ZUMROTUT THOLIBIN MOJO ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015 SKRIPSI"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM

MEMPELAJARI KITAB SAFINATUN NAJAH DI PONDOK

PESANTREN ZUMROTUT THOLIBIN MOJO ANDONG

KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

NUR LAELI FARHATI NIM 111 11 195

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 eksemplar Hal : Naskah skripsi

Saudara Nur Laeli Farhati

Kepada:

Yth. Rektor IAIN Salatiga Di Salatiga

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama : Nur Laeli Farhati

NIM : 111 11 195

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul :IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM

MEMPELAJARI KITAB SAFINATUN NAJAH DI PONDOK PESANTREN ZUMROTUT THOLIBIN MOJO ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015 Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 9 Agustus 2015 Pembimbing

(4)

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jl. Tentara Pelajar 02 Telp.(0298) 323706 Fax.323433 Salatiga 50721 Website : www.iainsalatiga.ac.id Email : administrasi@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM MEMPELAJARI KITAB SAFINATUN NAJAH DI PONDOK PESANTREN ZUMROTUT THOLIBIN MOJO ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015

DISUSUN OLEH NUR LAELI FARHATI NIM : 111 11 195

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada tanggal 29 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susuanan Panitia Ujian

Ketua Penguji : Suwardi, M.Pd __________________ Sekretaris Penguji : Dr. H. Miftahuddin, M.Pd _________________ Penguji I : Drs. Abdur Syukur, M.Si. __________________ Penguji II : M. Farid Abdullah, S. PdI. S.Hum __________________

Salatiga, 29 Agustus 2015 Dekan IAIN Salatiga

Suwardi, M.Pd.

(5)

PERNYATAAN KEASL

IAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nur Laeli Farhati

NIM : 111 11 195

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi ini saya tulis benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 9 Agustus 2015 Penulis

(6)

MOTTO

Allah memudahkan jalannya menuju Surga…….” (HR. Muslim)

ِا ْع

Artinya: “Seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak dapat bermanfaat , selain jika mau mengagungkan ilmu itu sendiri,

(7)

PERSEMBAHAN

Orang tuaku dan Keluarga besarku

(8)

KATA PENGANTAR

Asslamu‟alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Jurusan Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

(9)

5. Para dosen pengajar di lingkungan IAIN Salatiga, yang telah membekali pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 6. Keluarga besar penulis, atas segala motivasi, dukungan, dan doa restu kepada

penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Berbagai pihak yang secara langsung dan tidak langsung yang telah membantu baik moral maupun materiil dalam penyusunan skripsi ini yang tidak penulis sebutkan satu persatu.

Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridha Allah SWT.

Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Bergas, 9 Agustus 2015 Penulis

(10)

ABSTRAK

Laeli Farhati, Nur. 2015. Implementasi Metode Sorogan Dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. H. Miftahuddin, M. Ag.

Kata kunci: Metode sorogan Kitab Safinatun Najah dan pondok pesantren. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana implementasi metode sorogan dalam memahami Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin dan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode sorogan di Pondok Pesantren tersebut. Pertanyaan utama yang ingin dijawab pada penelitian ini adalah, (1) Bagaimana Implementasi metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali? (2) Apa kelebihan dan kekurangan dari implementasi metode sorogan Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Andong Kabupaten Boyolali?.

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan pendekatan yang digunakan penulis adalah kualitatif diskriptif. Dalam penelitian ini penulis melalukan perencanaan, pelaksanan, pengumpulan data, analisis, penafsiran data dan pada akhirnya penulis melaporkan hasil penelitiannya.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN LOGO ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Penegasan Istilah ... 7

F. Metode Penelitian ... 8

G. Sistematika Penelitian ... 18

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Metode Sorogan Kitab Safinatun Najah .... 19

1. Pengertian Metode Sorogan ... 19

2. Dasar Metode Sorogan ... 22

3. Teknik Metode Sorogan ... 23

4. Kitab Safinatun Najah ... 26

B. Tinjauan Pondok Pesantren ... 32

1. Pengertian Pondok Pesantren ... 32

(12)

3. Jenis-jenis Pondok Pesantren ... 42

4. Metode Pembelajaran Pondok Pesantren ... 44

5. Tujuan dan Fungsi Pondok Pesantren ... 47

BAB III : PAPARAN DAN TEMUAN DATA PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin ... 49

1. Profil Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin ... 49

2. Sejarah Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin ... 50

3. Keadaan Pondok Pesantren dan Letak Geografis ... 52

4. Stuktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Putri ... 53

5. Program Kegiatan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin .. 55

6. Kalender Pendidikan Madrasah dan Pondok Pesantren .... 55

7. Peraturan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Putri ... 55

8. Jadwal Pembelajaran Sorogan dan Bandongan ... 57

9. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Putri ... 60

10.Keadaan Ustadz dan Santri ... 63

B. Temuan Data Penelitian ... 64

1. Implementasi Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali ... 64

2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali ... 74

BAB IV : PEMBAHASAN A. Implementasi Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali ... 79

(13)

2. Metode Pembelajaran Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin ... 81 3. Implementasi Metode Sorogan dalam Mempelajari

Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin ... 87 B. Kelebihan dan Kekurangan Metode Sorogan dalam

Mempelajari Kitab Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin ... 90 1. Kelebihan Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab

Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin ... 91 2. Kekurangan Metode Sorogan dalam Mempelajari Kitab

Safinatun Najah di PP. Zumrotut Tholibin ... 93

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 96 B. Saran-saran ... 97 DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman TABEL 1.1 Profil Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin ... 49 TABEL 1.2 Struktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren Zumrotut

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Program Kegiatan PP. Zumrotut Tholibin 2014-2015

Lampiran 2. Kalender Tarbiyah Maddin dan Pondok Pesantren Dirosiyyah 1435/1436 // 2014-2015

Lampiran 3. Daftar Asatidz Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Dirosiyyah 1435/1436 // 2014-2015

Lampiran 4. Pedoman Wawancara

Lampiran 5. Catatan Transkip Wawancara Lampiran 6. Foto-foto

Lampiran 7. Surat Keterangan Penelitian Lampiran 8. SKK

(16)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani. Menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia, dan alam semesta. Potensi jasmaniah manusia adalah yang berkenaan dengan seluruh organ-organ fisik manusia. Sedangkan potensi rohaniah itu meliputi kekuatan yang terdapat didalam batin manusia, yakni, akal, kalbu, nafsu, roh dan fitrah (Daulay, 2004: 31).

(17)

Sejarah perkembangan pondok pesantren telah melahirkan peran sekaligus kontribusi penting dalam sejarah pembangunan Indonesia. Sebelum kolonial Belanda datang ke Indonesia, pesantren merupakan suatu lembaga yang berfungsi menyebarkan agama Islam dan mengadakan perubahan-perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik, sebagaimana tercermin dalam berbagai pengaruh pesantren terhadap kegiatan politik raja dan pangeran di Jawa ( Barizi, 2011: 41).

Pondok pesantren merupakan salah satu sub sistem pendidikan di Indonesia yang bergerak dan berusaha serta arah perkembangannya harus berada dalam ruang lingkup tujuan pendidikan nasional. Tujuan pandidikan nasional pada prinsipnya adalah membentuk manusia pembangunan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ber- Pancasila, sehat rohani dan jasmani, memiliki ilmu pengetahuan dan ketrampilan, dapat mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab, dan menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangakan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur (Arifin, 1995: 258).

(18)

Indonesia, kemudian diikuti dengan tugas dakwah menyebarkan agama Islam dan sebagai benteng pertahanan umat dalam bidang akhlaq (Departemen Agama, 2013: 9). Hal ini sejalan dengan Firman Allah, dalam Surat At-Taubah ayat 122, yang berbunyi:

َمَو

اوُهَّقَفَ تَيِل ٌةَفِئاَط ْمُهْ نِم ٍةَقْرِف ِّلُك ْنِم َرَفَ ن َلْوَلَ ف ًةَّفاَك اوُرِفْنَ يِل َنوُنِمْؤُمْلا َناَك ا

َنوُرَذْحَي ْمُهَّلَعَل ْمِهْيَلِإ اوُعَجَراَذِإ ْمُهَمْوَ ق اوُرِذْنُ يِلَو ِنيِّدلا يِف

Artinya: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang mu‟min itu pergi semuanya (medan perang). Mengapatidak pergi dari tiap-tiap golongandiantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.

Pembelajaran yang diterapkan di pondok pesantren terdiri dari materi agama yang langsung digali dari kitab-kitab klasik yang berbahasa Arab yang mencangkup beberapa macam ilmu pengetahuan keislaman seperti, Nahwu, Hadist, Tafsir, Tauhid, Fiqih, Ushul Fiqh Tasawuf dan Tarikh. Pengajaran ilmu-ilmu ini diberikan jenjang-jenjang kelas. Santri pada awalnya diajarkan pengetahuan-pengetahuan dasar dan berlanjut sampai pada pengetahuan yang lebih tinngi (Muhtarom, 2005:118).

Kaitannya dengan pembelajaran, pondok pesantren memiliki beberapa metode pembelajaran yang digunakan seperti sorogan, bandongan, weton, ceramah, perdebatan, diskusi dan hafalan. Biasanya

(19)

bahkan kadang-kadang diragukan oleh kalangan pondok pesantren keraguan mereka cukup beralasan, disamping salah dengan sistem pengajarannya, lagi pula sering terjadi hubungan yang tidak sesuai dengan pengajaran kitab-kitab kuning (Arifin, 1995 : 259).

Dalam berbagai metode yang diterapkan pada pondok pesantren tersebut penulis membidik salah satu metode yaitu metode sorogan, yang dalam hal ini penulis merasa metode sorogan merupakan metode tradisional yang masih diterapkan sampai saat ini dalam pembelajaran kitap kuning di pondok pesantren.

Metode sorogan merupakan metode dengan seorang santri menghadap kiai dengan membawa kitab yang akandiajarkannya. Kiai membacakan kitab kalimat demi kalimat kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Jawa. Santri menyimak dan ngesahi kitab-kitabnya sendiri lalu kiai menyuruh santri untuk mengulang apa yang disampaikan kiai agar mendapatkan pengesahan (Muhtarom, 2005: 178). Metode ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan metode pendidikan tradisional, sebab sistem atau metode ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaataan disiplin santri tetapi metode ini diakui paling intensif, karena dilakukan seorang demi seorang dan ada kesempatan untuk bertanya langsung.

(20)

pesantren yang masih menerapakan metode sorogandalam mengkaji kitab kuning sampai saat ini. Salah satunya dalam mempelajari kitab Safinatun Najah, karena kitab ini dikaji untuk santri pemula sehingga diharapkan dengan metode sorogan santri pada tingkat selanjutnya dapat memahami kitab yang lain dengan baik.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Implementasi Metode Sorogan Dalam Mempelajari Kitab Safinatun Najah Di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin MojoAndong Kabupaten Boyolali Tahun 2015”

B. Fokus Penelitian

Untuk membatasi permasalahan yang akan diteliti maka peneliti memfokuskan penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali?

2. Apa kekurangan dan kelebihan dari implementasi metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali?

(21)

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui implementasi metode sorogan dalam mempelajari Kitab Safinatun Najah di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali.

2. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari implementasi metode sorogan dalam mempelajari Kitab SafinatunNajah di Pondok Pesantren Zumrotut TholibinMojo Andong Kabupaten Boyolali. D.Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini dibagi menjadi dua sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritik

Memberikan informasi maupun sumbangan pemikiran bagi pihak lain pihak lain untuk mengkaji lebih lanjut metode sorogan dan menambah khasanah keilmuan Pendidikan Agama Islam di masa akan datang.

2. Kegunaan Praktis

(22)

E.Penegasan Istilah

Untuk memudahkan dalam memahami judul penelitian ini, maka penulis perlu memberikan penegasan dan penjelasan sebagai berikut: 1. Implementasi

Implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, inovasi, dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai sikap (Susilo, 2007:174).

2. Metode

Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Bisa juga diartikan dengan cara kerja yang bersitem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Departemen Pendidikan, 2003:740).

3. Sorogan

(23)

4. Mempelajari

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempelajari adalah sesuatu yang didalami dengan bersungguh-sungguh (Departemen Pendidikan, 2007: 17).

5. Safinatun Najah

Safinatun Najah adalah sebuah kitab ringkas mengenai dasar-dasarilmu fikih menurut mazhab Syafi'i.Kitab ini ditujukan bagi pelajar dan pemula sehingga hanya berisikesimpulan hukum fikih saja tanpa menyertakan dalil dan dasar pengambilan dalil dalam penetapan hukum. Kitab ini ditulis oleh Salim bin Sumair al-Hadhrami seorang ulama asal Yaman yang wafat di Jakarta pada abad ke-13 H. Kitab ini populer di kalangan pondok-pondok pesantren danmasuk sebagai salah satu materi kurikulum dasarnya (id.wikipedia.org diunduh 13 November 2014).

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode sorogan adalah metode yang dilaksanakan santri dalam proses pembelajaran di pondok pesantren yang bersifat individual. Dan metode ini merupakan salah satu metode yang masih diterapkan pada santri pemula di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali dalam proses pembelajaran.

F. Metode Penelitian

(24)

yang diharapkan. Metode ini diperlukan agar hasil penelitian dapat diperoleh secara optimal.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2003:90).Penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus di lapangan.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan instrumen utama pengambil data.Peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya peneliti menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena peneliti menjadi segalanya dalam proses penelitian. Namun, instrumen penelitian di sini dimaksudkan sebagai alat pengumpul dataseperti tes pada penelitian kualitatif (Moleong, 2009:168).

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin. Jln. PesantrenNo. 04 Karang Joho, Mojo, Kecamatan

(25)

Pemilihan lokasi tersebut karena, di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali salah satu pondok pesantren yang masih menerapkan metode sorogan dalam pembelajaran sesuai dengan tema yang sedang penulis teliti.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik. (Moleong, 2009 : 157)

Jenis-jenis data diatas digolongkan menjadi dua yaitu sumber data primer dan sekunder.Sumber data primer adalah sumber data yang dikumpulkan langsung dari informan utama yaitu, Ibu Hj. Sutijah selaku pengasuh Pondok Pesantren putri Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolali.

Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang mendukung penelitian seperti dari santri, pengurus, ustadz, danjuga bahan-bahan pustaka dan dokumentasi lapangan.

5. Prosedur Pengumpulan Data

(26)

a. Interview/wawancara

Menurut Esterberg (2002) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2014 : 317).

Sedangkan menurutDudung Abdurrahman (2003: 10) wawancara adalah suatu metode penelitian yang meliputi pengumpulan data melalui interaksi verbal langsung anatara pewawancara dengan responden, pengumpulan data ini dilakukan dengan bertanya, namun dalam pelaksanaanya, ada 2 (dua) cara dilakukan yaitu secara lisan dan mengunakan tulisan.

Dengan metode ini peneliti dapat memperoleh keterangan tentang data yang dibutuhkan secara lebih luas.Selanjutnya data yang diperoleh bisa disaring dan dipergunakan sesuai kebutuhan.

Dalam penelitian ini jenis wawancara yang dilakukan adalah pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara. Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar materi yang dirumuskan dan tidak perlu ditanyakan secara berurutan (Moleong, 2009:187)

(27)

b. Metode Observasi

Agar data-data sesuai dengan kenyataan dan tujuan yang diharapkan, maka perlu digunakan tekhnik pengumpulan data yaitu observasi. Observasi merupakan suatu pengamatan, meliputikegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh panca indra (Arikunto 1997: 133). Sedangkan menurut Hadi (1994 : 136), observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.

Adapun jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemeran serta sebagai pengamat. Di sini peneliti tidak sepenuhnya menjadi pemeran serta, hanya sebagai anggota pura-pura dan tidak melebur dalam arti sesungguhnya (Moleong, 2009:177).

Metode ini dilakukan penulis dengan mengamati ustadz yang menggunakan metode sorogan dalam proses belajar dan mengajar. Dalam hal ini penulis akan mengamati langsung agar mendapatkan data yang lebih akurat.

c. Dokumentasi

(28)

buku administrasi yang lain dan sebagainya (Arikunto, 1997: 135).

Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang struktur organisasi, atau keadaan yang berkaitan yang sesuai dengan keadaan dilapangan, baik melalui buku, papan monografi atau yang lainnya.

6. Analisis Data

Analisis data menurut Bogdan (1980), adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit, menyusun ke dalam suatu pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2014 : 334).

(29)

menyederhanakan seluruh data yang terkumpul, menyajikannya dalam suatu susunan yang sistematis, kemudian mengolah dan menafsirkan atau memaknai (Imam danTobroni, 2003: 134).

Metode analisis data yang penulis gunakan adalah metode analisis data kualitatif, yaitu data yang berbentuk uraian kemudian penulis tafsirkan untuk mendapatkan makna yang terkandung. Dengan menggunakan metode ini tidaklah dimaksudkan untuk memperoleh penelitian yang baru akan tetapi hanya mendapatkan kejelasan atau penjelasan suatu pengertian tertentu dari penelaahan obyek penelitian. Metode yang digunakan untuk membahas sekaligus sebagai kerangka pikir pada penelitian adalah sebagai berikut :

a. Reduksi Data

(30)

b. Menyusun Kategorisasi

Kategorisasi merupakan upaya memilih-milih setiap satuan kedalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan (Moleong, 2009: 288). Penulis kemudian mengklasifikasikan atau mengolah berdasarkan katagori masing-masing menurut fokus masalahnya.

c. Sintesisasi

Mensintesiskan merupakan mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori lainnya (Moleong, 2009: 289). Penulis melakukan penanganan suatu objek tertentu dengan cara menggabung-gabungkan pengertian yang satu dengan yang lainnya, sehingga menghasilkan pengertian yang baru. Dengan demikian sintesis dilakukan dengan pendekatan deskriptif. 7. Pengecekan Keabsahan Data

(31)

8. Tahap-tahap Penelitian a. Penelitian Pendahuluan

Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan topik penelitian, kemudian menyusun kerangka atau bahan untuk memulai penelitian.

b. Pengembangan desain

Setelah data-data dari buku terkumpul, barulah penulis melaksanakan observasi ke lapangan untuk mencocokkan hasil temuan pustaka dengan realita di lapangan.

c. Penelitian lapangan

Penulis melakukan penelitian di lapangan, dan mengambil data-data yang dibutuhkan dalam penelitian, kemudian data tersebut dianalis dan dilaporkan.

G.Sistematika Penelitian

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan untuk mendapatkan suatu karya ilmiah yang baik, maka diperlukan suatu cara penulisan yang baik sehingga isi dari hasil penelitian tidak melenceng dari apa yang sudah direncanakan dan ditetapkan dalam batasan masalah yang di teliti.Oleh karena itu, perlu adanya sistematika penulisan yang baik dan terarah yang terdiri dari lima pembahasan sebagai berikut :

(32)

pendahuluan ini dimaksudkan sebagai kerangka acuan dalam penulisan skripsi, sehingga dapat dijelaskan secara sistematika sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

Babkedua,membahas tentang sub bab yaitu: pertama tinjauan tentang pondok pesantren. Kedua, tinjauan tentang metode sorogankitab Safinatun Najah.

Bab ketiga,marupakan pembahasan tentang gambaran umum PP. Zumrotut Tholibin Mojo Andong Kabupaten Boyolalimeliputi profil PP.Zumrotut Tholibin, sejarah PP.Zumrotut Tholibindan keadaan dan letak geografis PP.Zumrotut Tholibin, Struktur organisasi kepengurusan PP.Zumrotut Tholibin putri, program kegiatan PP.Zumrotut Tholibin, kalender pendidikan PP.Zumrotut Tholibin, peraturan PP.Zumrotut Tholibin putri, jadwal pembelajaran sorogan dan bandongan PP. Zumrotut Tholibin putri, sarana dan prasarana PP. Zumrotut Tholibin putri, keadaan ustadz dan santri PP.Zumrotut Tholibin putri,dan temuan data penelitian.

(33)
(34)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Tinjauan tentang Metode Sorogan Kitab Safinatun Najah 1. Pengertian Metode Sorogan

Menurut Arifin, dalam buku Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, istilah metode secara bahasa sering diartikan “cara”. Kata “metode” berasal dari dua perkataan, meta dan hodos

berarti jalan atau cara. Metode berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan (Gunawan, 2014: 225).

Dalam bahasa Arab metode disebut thariqatyang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi metode adalah sebuah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan pembelajaran dengan peserta didik, pada saat berlangsung proses pembelajaran secara efektif dan efisien juga untuk mencapai tujuan yang ditentukan (Gunawan, 2014: 255-257).

Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar (Arief, 2002: 109) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih dan mengaplikasikan sebuah metode pengajaran: a. Tujuan yang hendak dicapai.

b. Kemampuan guru. c. Anak didik.

(35)

e. Fasilitas yang tersedia.

f.Kebaikan dan kekurangan sebuah metode.

Metode dalam pengajaran dipilih dan digunakan atas dasar tujuan dan bahan pengajaran.Peranan metode sebagai alat untuk menjelaskan bahan pembelajaran agar sampai kepada tujuan pengajaran.Metode pengajaran dipilih sesuai karakteristik peserta didik, situasi dan waktu berlangsungnya pengajaran serta sarana prasarana yang ada, agar pengajaran dapat efaktif dan efisien.

Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa Jawa), yang berarti

menyodorkan atau menyerahkan (Depag, 2003: 38). Sorogan artinya seorang santri menghadap kiai dengan dengan membawa kitab yang akan diajarkannya (Muhtarom, 2005: 178). Sedangkan menurut Muhaimin, metode sorogan adalah semacam sistem metode Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang santri aktif memilih kitab, biasanya kitab kuning, yang akan dibaca, kemudian membaca dan menerjemahkannya dihadapan kiai, sementara itu kiai mendengarkan bacaan santri itu dan mengkoreksi bacaan atau terjemahnya jika diperluan ( 2007: 68-69 ).

Lebih lanjut Zamkhsyari Dhofier, menjelaskan bahwa metode sorogan ialah seorang santri mendatangi kiai atau ustadz yang akan

(36)

sepersis mungkin seperti yang dilakukan kiai atau ustadznya. Sistem penerjemahan dibuat sedemikian rupa sehingga para santri diharapkan mengetahui baik arti maupun fungsi kata dalam suatu kalimat bahasa Arab. Dengan demikian para santri dapat belajar tata bahasa Arab langsung dari kitab-kitab tersebut ( 2011:53 ).

Dalam sejarah Islam metode sorogan lebih dikenal dengan sistem pendidikan “kuttai” sementara di dunia barat dikenal dengan metode tutorship dan mentorship. Pada prakteknya si santri diajari dan dibimbing bagaimana cara membacanya, menghafalnya atau lebih jauh lagi menerjemahkan atau menafsirkannya. Sistem penerjemahan dibuat sedemikian rupa sehingga diharapkan santri memahami sruktur kalimat dan artinya. Sebagai contoh dalam penerjemah bahasa Jawa, kata “utawi” digunakan untuk menunjukkan bahwa perkataan tersebut adalah mubtada, sedangkan kata “ iku” digunakan untuk menunjukkan bahwa perkataan tersebut

adalah khabar. Sedangkan kata “wis” untuk menunjukkan bahwa kalimat itu adalah fiil madhi( Arief, 2002: 150-153 ).

(37)

pihak seorang santri harus selalu siap untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kiai atau santri yang lain ( Nasir 2005: 112-113).

Oleh karena itu inti dari metode ini adalah berlangsungnya proses belajar mengajar (PBM) secara face to face, antara guru dan murid.

2. Dasar Metode Sorogan

Metode sorogan didasari atas peristiwa yang terjadi ketika Rasuluallah saw. atau pun Nabi Saw.- Nabi Saw. lainnya menerima ajaran dari Allah Swt. melalui malaikat Jibril mereka langsung bertemu satu persatu, yaitu antara malaikat Jibril dan para Nabi Saw. Saw tersebut. Sehingga pantaslah Rasulullah saw bersabda:

َنَسْحَاَف ِيّبَر يِنَبَدَا

يِبْيِدْأَت

ثيدحا (

)

Artinya : “Tuhanku telah mendidiku, sehingga menjadikan baik pendidikanku”(HR. Ibnu Taimiyyah)

Berdasarkan kepada Hadis diatas, bahwa Rasulullah Saw.secara langsung telah mendapat bimbingan dari Allah Swt. dan kemudian praktek pendidikan seperti ini dilakukan oleh beliau bersama para sahabatnya dalam menyampaikan wahyu kepada mereka ( Arief, 151: 2002).

(38)

3. Teknik Metode Sorogan

Sorogan dilaksanakan dengan cara seorang santri menghadap

kiai dengan membawa kitab yang akan diajarkannya. Kiai membacakan kitab kalimat demi kalimat.Kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Jawa. Santri menyimak dan ngesahi kitabnya sendiri lalu kiai menyuruh santri untuk mengulang apa yang telah disampaikan kiai agar mendapatkan pengesahan ( Muhtarom, 2005: 178). Sistem sorogan ini termasuk penerapan sistem pembelajaran dengan pendekatan individual. Seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya ( Depag, 2003: 38).

Menurut Zamakhsyari Dhofier (2011: 54-55) metode sorogan merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan metode pendidikan pesantren, sebab metode sorogan menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi guru pembimbing dan murid.Metode sorogan terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita sebagai alim.Metode ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai, dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa Arab.

(39)

cara membacanya saja akan tetapi dapat dievaluasi juga perkembangan kemampuannya (Depag, 2003: 39).

a. Tahap Persiapan

Ada beberapa hal yang perlu di persiapkan sebelum kegiatan pembelajaran dengan metode sorogan dilakukan, baik oleh kiai atau ustadz maupun santri (Astuti, 2007: 48) sebagai berikut:

1) Penentuan mata pelajaran, kitab, bab atau bagian yang berisi jenis materi sesuai tingkatan dan sesuai dengan mata pelajaran.

2) Menentukan waktu, hari, jam, tempat kegiatan pembelajaran untuk setiap minggu, sebulan dan dalam waktu semester oleh penanggung jawab program, tutor, nara sumber teknis, dan santri.

3) Santri dengan bimbingan ustad atau kiai memilih kitab tertentu yang akan dipelajarinya.

4) Pendataan nama-nama santriyang berada dibawah bimbingan ustad atau kiai untuk tingkat dan mata pelajaran tertentu. Hal ini untuk mendata tingkat aktivitas dan perkembangan kemampuan santri waktu berikutnya.

(40)

b. Tahap Pelaksanaan

Adapun langkah-langkah pelaksanaan metode sorogan dalam buku Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pertumbuhan dan Perkembangannya (2003: 38) sebagai berikut: 1) Seorang santri yang mendapat giliran menyorogkan kitabnya menghadap langsung secara tatap muka kepada kiai atau ustadz pengampu kitab tersebut.

2) Kiai atau ustadz tersebut membacakan teks dalam kitab dengan huruf Arab yang dipelajari.

3) Santri dengan tekun mendengarkan dan mencatat apa yang dibacakan kiai atau ustadznya dan mencocokannya dengan kitab yang dibawanya.

4) Santri kemudian menirukan kembali apa yang telah disampaikan oleh kiai atau ustadznya.

Pelaksanaan metode sorogan menurut H. Aboebakar Aceh yang dituliskan dalam bukuMencari Tipologi Format Pendidikan Ideal karya Ridlwan Nasir (2005: 111) sebagai berikut:

(41)

kitab-kitab arab yang gundul tidak berbaris itu, menterjemahkan dan memberikan keterangan yang perlu, maka dipersilahkan salah seorang murid membaca kembali matan, lafadz yang telah diterangkannya itu. Dengan demikian murid-murid itu terlatih dalam pimpinan gurunya tidak saja dalam mengartikan naskah-naskah Arab itu, tetapi juga dalam membaca bahasa Arab itu dengan menggunakan pengetahuan ilmu bahasanya atau nahwu.Demikian ini dilakukan bergilir-gilir dari pagi hingga petang, yang diikuti oleh murid-murid yang berkepentingan sampai kitab ini tamat dibacanya.”

c. Evaluasi

Sebuah pengajaran pastinya memiliki evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan dan pengajaran yang telah dilaksanakan dan untuk mengetahui apakah seorang peserta didik sudah layak untuk terjun ke masyarakat atau melanjutkan ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi (Muhtarom, 2005: 182).

Untuk mengevaluasi kemampuan santri menurut Astuti (2007: 51) dalam pembelajaran dengan menggunakan metode sorogan, biasanya dilakukan dengan kegiatan berikut:

(42)

sementara kiai/ustadz yang sudah “mumpuni” menyimak

sambil mengkoreksi dan mengevaluasi bacaan serta penampilan seorang santri.

2) Jika materi pembelajaran yang dipelajari dalam tatap muka dianggap telah dikuasaidengan baik oleh santri, kegiatan pembelajaran dapat dimulai dengan materi bab, bagian, topik baru tanpa terlebih dahulu meminta santri untuk menjelaskan isi materi bab, bagian, topik yang dipelajari dalam pertemuan yang lalu. Dengan demikian, kegiatan evaluasi dapat dilakukan sewaktu-waktu, jika menuntut kiai atau ustadz diperlukan untuk mengecek materi-materi yang telah dipelajari beberapa pertemuan yang lampau.

4. Kitab Safinatun Najah

a. Sekilas Kitab Safinatun Najah

(43)

satu materi kurikulum dasarnya (https: //id.m.wikipedia.org diunduh desember 2014).

Kitab Safinah memiliki nama lengkap "Safinatun Najah Fiima Yajibu `ala Abdi Ii Maulah" (perahu keselamatan di dalam mempelajari kewajiban seorang hamba kepada Tu-hannya). Kitab ini walaupun kecil bentuknya akan tetapi sa-ngatlah besar manfaatnya. Di setiap kampung, kota dan negara hampir semua orang mempelajari dan bahkan menghafalkannya, baik secara individu maupun kolektif. Di berbagai negara, kitab ini dapat diperoleh dengan mudah di berbagai lembaga pendidikan. Karena baik para santri maupun para ulama sangatlah gemar mempelajarinya dengan teliti dan seksama

)kmnu-itb.weebly.com diunduh 30 juni 2015). Hal ini terjadi karena beberapa faktor, di antaranya:

1) Kitab ini mencakup pokok-pokok agama dimulai dengan bab dasar-dasar syari'at, kemudian bab bersuci, bab shalat, bab zakat dan bab puasa yang lengkap dengan keterangannya.

(44)

3) Kitab ini ditulis oleh seorang ulama yang terkemuka dalam berbagai bidang ilmu keagamaan, terutama fiqh dan tasawwuf. Yang sangat menarik, orang lebih mengenal nama kitabnya dari pada nama penulisnya. Hal yang demikian itu mungkin saja berkat keikhlasan dan ketulusan penulis.

4) Kitab ini menjadi acuan para ulama dalam memberikan pengetahuan dasar agama bagi para pemula. Di Hadramaut Yaman, Madinah, Mekkah dan kota lainnya.

5) Kitab ini membicarakan hal-hal yang selalu menjadi ke-butuhan seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari, sehingga semua orang merasa perlu untuk mempelajarinya. 6) Kitab Safinah ini dengan izin Allah SWT. dan atas

(45)

7) Kitab ini juga telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa asing seperti Indonesia, Melayu, Sunda, India, Cina, dan lainnya.

b. Biografi Penulis

Penulis Kitab Safinatun Najah adalah seorang ulama besar yang sangat terkemuka yaitu Syekh Salim bin Abdullah bin Saad bin Sumair Al Hadhrami. Beliau adalah seorang ahli fiqh dan tasawuf yang bermdzhab Syafi'i.Selain itu, beliau adalah seorang pendidik yang dikenal sangat ikhlas dan penyabar, seorang qodhi yang adil dan zuhud kepada dunia, bahkan beliau juga seorang politikus dan pengamat militer negara-negara Islam.Beliau dilahirkan di desa Dziasbuh, yaitu sebuah desa di daerah Hadramaut Yaman, yang dikenal sebagai pusat lahirnya para ulama besar dalam berbagai bidang ilmu keagamaan.

(46)

Ilmu-ilmu tersebut beliau pelajari dari para ulama besar yang sangat terkemuka pada abad ke-13 H di daerah Hadhramaut, Yaman (http://www.ummulqura.sch.id diunduh 17 desember 2014). c. Isi Kitab Safinatun Najah

Dalam buku Kitab Matan Safinatun Najah karya Salim bin Smeer Al Hadhrami,isi Kitab Safinnatun Najahsebagai berikut: 1) Membahas tentang aqidah yang mencakup rukun iman,

rukun Islam, makna Lafal Laa Ilaaha Illallah dan tanda-tanda baligh.

2) Mengenai thoharoh (bersuci) yang mencakup cara berwudlu, tayamum, istinja‟, beberapa hal yang mewajibkan mandi, fardhu-fardhu mandi, syarat-syarat wudhu, larangan bagi orang yang junub, macam-macam najis, haid dan nifas. 3) Membahas tentang shalat yang mencakup rukun-rukun

shalat, waktu-waktu shalat, batalnya shalat, shalat qosar maupun jamak dan tentang khutbah.

4) Membahas tentang mengurus mayat yang mencakup cara memandikan mayat, mengkafani mayat, menyalati mayat, mengubur mayat dan alasasan digalinya mayat.

(47)

6) Membahas tentang puasa yang mencakup wajibnya puasa,batalnya puasa, syarat sahnya puasa, dan rukun puasa, wajibnya kafarat dan macam-macam Ifthar.

B.Tinjauan Pondok Pesantren 1. Pengertian Pondok Pesantren

Pondok pesantren merupakan dua kata yang memiliki arti satu paduan makna yang secara umum telah diketahui bahwa pondok pesantren adalah suatu tempat yang berupa asrama dan madrasah yang digunakan untuk mempelajari, mengkaji, dan mendalami ilmu-ilmu agama Islam. Namun sebenarnya dua kata tersebut memiliki arti sendiri-sendiri ( Siddiqoh, 2011:32).

Menurut Zamakhsyari Dhofier istilah pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para santri atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu, atau barangkali berasal dari kata Arab, funduq, yang artinya hotel atau asrama (2011: 41).

Pesantren menurut istilah beberapa para ahli pada mulanya lebih dikenal di Pulau Jawa karena pengaruh pendidikan Jawa kuno, yang dikenal dengan sistem pendidikan asrama yakni kiai dan santri hidup bersama (Haryanto, 2012: 39).

(48)

bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau sarjana ahli kitab suci agama Hindu.Kata hastri berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan (Dhofier, 2011: 41).

Pengajaran di pondok pesantren mencakup ilmu-ilmu keislaman yang disampaikan kepada santri melalui metode dan teknik yang khas yang diajarkan oleh kiai dan dibantu oleh ustad (Halim, dkk 2005: 247).Dan menurut Haryanto (2012: 40) kegiatan dalam pondok pesantren mencakup “Tri Darma Pondok Pesantren” yaitu:

a. Keimanan ketaqwaan kepada Allah SWT. b. Pengembangan keilmuan yang bermanfaat.

c. Pengabdian terhadap agama, masyarakat dan negara.

Pondok pesantren pada dasarnya adalah lembaga pendidikan Islam yang dilaksanakandengan sistem asrama (pondok). Kiai (encik, ajengan atau tuan guru sebagai tokoh ulama), dan masjid atau musola sebagai pusat lembaganya (Haryanto, 2012: 39).Seperti halnya menurut Zubaedi pondok pesantren merupakan asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar ilmu-ilmu keagamaan dibawah bimbingan seorang guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai (2007: 16).

(49)

Sebuah lembaga pendidikan dapat disebut sebagai pondok pesantren apabila didalamnya terdapat sedikitnya lima unsur, yaitu: a. Kiai

Kiai merupakan unsur paling penting dari sebuah pondok pesantren.Karena kiai merupakan seorang pendiri dari pondok pesantren.Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pondok pesantren semata-mata tergantung kepada kemampuan pribadi kiainya.

Figur kiai menjadi sosok kunci bagi santri di pondok pesantren tradisional menurut Sartono Kartodirjo, sebagaimana dikutip, oleh Sukamto dalam buku karya Muhtarom (2005: 55) sebagai berikut:

“Kiai- kiai pondok pesantren, dulu dan sekarang dapat membentuk kehidupan sosial, kultural dan keagamaan warga muslim. Pengaruh kiai sendiri terhadap kehidupan santri tidak terbatas pada saat santri masih dipondok pesantren, melainkan pengaruh itu tetap berlaku dalam kurun waktu yang panjang bahkan seumur hidup.“

(50)

1) Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat, umpamanya “Kyai Garuda Kencana”

dipakai untuk sebutan Kereta Emas yang ada di Keraton Yogyakarta.

2) Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya. 3) Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada orang ahli

agama Islam yang memiliki atau yang menjadi pemimpin pesantren dan mengajarkan kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya. Selain gelar kiai, dia juga sering disebuat seorang alim (orang yang dalam pengetahuan Islamnya). b. Santri

Santri adalah seseorang yang berada di pondok pesantren untuk mempelajari kitab-kitab yang membahas Islam secara dalam dibawah bimbingan kiai.Setelah selesai belajar di pondok pesantren diharapkan dapat menjadi orang pandai yang dapat mengajarkan kitab-kitab para ulama salaf kepada masyarakat dan dapat memimpin masyarakat dalam kegiatan keagamaan (Mas‟ud, 2005: 218).

Menurut Iskandar Engku dan Siti Zubaidah ( 2014: 118 ) santri merupakan unsur pokok dari suatu pesantren yang biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu:

(51)

yang paling lama tinggal dipesantren biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang tanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga memikul tanggung jawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah.

2) Santri kalong, yaitu santri-santri yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren, dan biasanya mereka tidak menetap dalam pesantren. Mereka pulang kerumah masing-masing setiap selesai mengikuti pelajaran di pesantren. Menurut Dhofier (2011 : 89-90) seorang santri pergi dan menetap di podok pesantren karena berbagai alasan:

1) Ia ingin mempelajari kitab- kitab lain yang membahas Islam secara lebih mendalam dibawah bimbingan kiai yang memimpin pesantren.

2) Ia ingin memperoleh pengalaman kehidupan pondok pesantren, baik dalam bidang pengajaran, keorganisasian maupun hubungan dengan pesantren-pesantren terkenal. 3) Ia ingin memusatkan studinya di pondok pesantren tanpa

(52)

Berdasarkan penjelasan diatas santri adalah peserta didik yang menuntut ilmu di pondok pesantren yang berperan aktif dalam perkembangan dan kemajuan sebuah pondok pesantren. c. Pondok / Asrama

Pondok atau asrama merupakan ciri khas tradisi pesantren, dimana pondok atau asrama sebagai tempat tinggalnya santri. Pondok merupakan tempat tinggal sekaligus tempat beribadah yang dibangun disekeliling rumah guru atau kiai untuk santri yang berasal dari daerah yang sangat jauh sebagai tempat tinggal selama belajar di pondok pesantren ( Saerozi, 2013: 26).

Menurut Zamakhsyari Dhofier (2011: 82-83) ada tiga alasan utama mengapa pondok pesantren harus menyediakan asrama atau pondok bagi para santri:

1) Kemasyhuran seorang kiai dan kedalaman pengetahuannya tentang islam menarik santri-santri dari tempat-tempat yang jauh untuk berdatangan. Untuk dapat menggali ilmu dari kiai tersebut secara teratur dan dalam waktu yang lama, para santri harus meninggalkan kampung halaman dan menetap di dekat kediaman kiai dalam waktu yang lama.

(53)

untuk dapat menampung santri-santri. Dengan demikian perlu ada asrama khusus bagi para santri.

3) Ada sikap timbal balik antara kiai dan santri, di mana para santri menganggap kiainya seolah-olah sebagai bapaknya sendiri sedangkan kiai menganggap para santri sebagai titipan Tuhan yang harus senantiasa dilindungi. Sikap timbale balik ini menimbulkan keakraban dan kebutuhan untuk saling berdekatan terus-menerus. Sikap ini juga menimbulkan perasaan tanggung jawab di pihak kiai untuk dapat menyediakan tempat tinggal bagi para santri. Di samping itu, dari pihak santri tumbuh perasaan pengabdian kepada kiainya, sehingga para kiai memperoleh imbalan dari para santri sebagai sumber tenaga bagi kepentingan pesantren dan keluarga kiai.

4) Disinalah kiai dan santrinya bertempat tinggal. Adanya pondok sebagai tempat tinggal bersama kiai dan para santri, mereka memanfaatkan dalam rangka bekerjasamamemenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, hal ini merupakan pembeda dengan lembaga pendidikan lainnya.

d. Pengajaran Kitab Islam Klasik

(54)

berbagai macam ilmu pengetahuan ilmu agama Islam dan bahasa Arab. Pelajaran dimulai dengan kitab-kitab yang sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab tentang berbagai ilmu yang mendalam.Tingkatan suatu pesantren dan pengajarannya, biasanya diketahui dari jenis kitab-kitab yang diajarkan (Zubaidah, 2014: 120).

Pengajaran kitab klasik yang ada didalam pondok pesantren merupakan pengajaran yang ada sejak dulu dan masih dibudidayakan hingga saat ini terutama karangan ulama yang menganut faham Syafi‟i merupakan satu-satunya pengajaran formal yang masih diberikan dalam lingkungan pesantren sampai saat ini (Dhofier, 2011:86-87).Kurikulum yang ada di pondok pesantren berbeda-beda, sesuai dengan kondisi daerah, kemauan santri, dan kompetensi keilmuan kiainya.Oleh karena itu dalam tradisi pesantren, adalah lazim jika terjadi perpindahan santri.Selain untuk maksud tabarrukan pada kiai tertentu, perpindahan itu juga untuk memenuhi keperluan spesialisasi ilmu dan menambah wibawa diri santri (Saerozi, 2013: 36).

Dalam buku Repoduksi Ulama di Era Globalisasi (Muhtarom, 2005: 117) dituliskan bahwa kitab-kitab klasik yang diajarkan di pondok-pondok pesantren mencakup beberapa macam bidang ilmu pengetahuan keislaman antara lain:

(55)

2) Fikih ( hukum Islam) 3) Usul fikih

4) Hadis 5) Tafsir

6) Tauhid (Teologi Islam) 7) Tasawuf (Sufisme)

8) Tarikh (Sejarah Islam) dan balaqoh ( retorik)

Kitab-kitab tersebut meliputi teks yang sangat pendek sampai teks yang terdiri dari jilid-jilid tebal mengenai hadist, tafsir, fiqh, usul fiqh dan tasawuf. Kesemuanya dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok tingkatan, yaitu: kitab dasar, kitab tingkat menengah, kitab tingkat tinggi (Dhofier, 2011: 87).

Kitab-kitab Islam klasik merupakan suatu karangan-karangan ulama‟-ulama‟ pada abad terdahulu yang masih dikaji dipondok-pondok pesantren hingga saat ini.Dan dalam mengkaji kitab tersebut melalui tingkatan dasar, menengah dan tingkatan tinggi.

e. Masjid

(56)

atau surau merupakan sarana yang pokok dan mutlak bagi perkembangan masyarakat Islam ( Zubaidah, 2014:112).

Masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dari pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktik sembahyang lima waktu, khutbah, dan sembayang jum‟at, dan mengajarkan kitab -kitab Islam klasik. Para kiai selalu mengajar santri-santrinya dimasjid dan menganggap masjid sebagai tempat yang paling tepat untuk menanakan disiplin para santri dalam mengajarkan kewajiban sembahyang lima waktu, memperoleh pengetahuan agama dan kewajiban agama yang lain (Dhofier, 2011: 85-86).

Menurut Moh Roqib (2009: 17) pertimbangan masjid dipilih sebagai alternatif tempat pendidikan karena sebagai berikut:

1) Masjid merupakan tempat yang paling steril dari bau-bau kemusrikan dengan tempat yang memiliki nilai ubudiyahyang tinggi dibanding yang lain. Nilai ibadah akan

berlipat karena mencari ilmu dalam konsepsi Islam adalah wajib.

(57)

3) Didalam masjid ada proses interaksi iman, ilmu dan amal (ibadah) dan juga menolak dikotomi ilmu dan sikap materialistik.

4) Mampu memperkuat tali persaudaraan, persatuan dan cinta kasih antar sesama.

5) Memperteguh integritas kepribadian kesabaran, keberanian untuk ber-amar ma‟ruf nahi mungkar.

3. Jenis-jenis Pondok Pesantren

Dari tingkat konsistensi dengan sistem lama dan keterpengaruhan oleh sistem modern, secara garis besar pondok pesantren dikatagorikan menjadi tiga bentuk:

a. Pondok pesantren salaf

Podok pesantren salafmenurut Zamaksyari Dhofier adalah pendidikan Islam yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik (salaf) sebagai inti pendidikan.Sedangakan sistem madrasi diadopsi untuk memudahkan metode sorogan maupun bandongan (Muhtarom, 2005: 263). Pondok pesantren yang

menyelenggarakan pembelajaran dengan pendekatan tradisional bagaimana yang telah berlangsung sejak awal pertumbuhannya. Pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam dilakukan secara individual atau kelompok dengan konsentrasi pada kitab-kitab klasik, berbahasa Arab (Depag, 2003: 29).

(58)

Tipe pondok pesantren khalaf adalahtipe pondok pesantren yang mempergunakan sistem madrasi dan sering disebut sebagai pondok pesantren modern.Pondok pesantren menggunakan sistem madrasi, bukan berarti meninggalakan sistem salaf. Hanya saja pondok pesantren khalaf disebut dengan lembaga pendidikan Islam modern lantaran memasukkan pelajaran sekuler atau karena proses pendidikannya menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Kiai yang memimpin bersikap lebih terbuka dan demokrasis dari pada yang dijumpai di pondok salaf(Muhtarom, 2005: 264).

c. Pondok pesantren terpadu

Menurut Ronald Lukens Bull menegaskan bahwa tipe pondok pesantren terpadu adalah tipe yang memadukan sistem salaf dengan sistem khalaf.Pemahaman dari istilah iniadalah pondok pesantren tersebut mengajarkan kitab kuning sebagai inti pendidikan dan menggunakan metode sorogan, bandongan, atau waton.Kemudian dipadu dengan sistem madrasah yang

memasukkan pelajaran umum (Muhtarom, 2005: 264). 4. Metode Pembelajaran di Pondok Pesantren

Berikut ini beberapa metode pembelajaranyang digunakan di pondok pesantren sebagai berikut:

(59)

Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa Jawa), yang berarti

menyodorkan atau menyerahkan (Depag, 2003: 38). Sorogan artinya seorang santri menghadap kiai dengan dengan membawa kitab yang akan diajarkannya (Muhtarom, 2005: 178).

Metode ini berlansung dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya. Sistem ini terbukti sangat efektif karena memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai, dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri dalam menguasai materi pembelajaran (Depag, 2003: 38).

Menurut Zamakhsyari Dhofier (2011: 54-55) metode sorogan merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan

metode pendidikan pesantren, sebab metode sorogan menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi guru pembimbing dan murid.

b. Bandongan atau Wetonan

Wetonan, istilah weton ini berasal dari kata wektu (bahasa

Jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertantu, yaitu sebelum dan atau sesudah melakukan shalat fardlu. Istilah wetonan ini di Jawa Barat disebut dengan bandongan (Depag, 2003: 40).

(60)

yang dibacakan kiai dari sebuah kitab. Kiai membaca, menerjemahkan, menerangkan dan sering kali mengulas teks-teks kitab berbahasa Arab tanpa harakat (gundul). Dalam penerjemahannya kiai atau ustadz dapat menggunakan berbagai bahasa yang menjadi bahasa utama para santrinya (Depag, 2003:40).

Berikut ini syarat-syarat penggunaan metode bandongan agar metode bandongan dalam buku Pengatar Ilmu dalam Metodologi Islam karya Armai Arief (2002: 156) :

1) Metode ini hanya cocok diberikan pada siswa yang sudah mengikuti sistem sorogan.

2) Murid yang diajarkan sekurang-kurangnya lima orang. 3) Tenaga guru yang mengajar sedikit, sedangkan murid

banyak.

4) Bahan yang diajarkan terlalu banyak, sedangkan alokasi waktu sedikit.

c. Musyawarah atau Bahtsul Masa‟il

(61)

beratkan pada kemampuan perseorangan di dalam menganalisis dan memecahkan suatu persoalan dengan argument logika yang mengacu pada kitab-kitab tertentu (Depag, 2003: 43).

Dalam menggunakan metode Musyawarah atau Bahtsul masa‟il biasanya para kiai atau ustad mempertimbangkan

ketentuan-ketentuan berikut:

1) Peserta musyawarah adalah para santri yang berada pada tingkat menengah atau tinggi.

2) Peserta musyawarah tidak memiliki perbedaan kemampuan mencolok. Ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mengurangi kegagalan musyawarah.

3) Tidak ada persoalan (materi) yang dimusyawarahkan biasanya ditentukan terlebih dahulu oleh kiai atau ustadz pada pertemuan sebelumnya.

4) Pada beberapa pesantren yang memiliki santri tingkat tinggi, musyawarah dapat dilakukan secara terjadwal sebagai latihan untuk para santri (Depag, 2003: 44).

d. Metode Hafalan

(62)

dihadapan kiai atau ustadz secara periodik tergantung kepada petunjuk kiai atau ustadz yang bersangkutan(Depag, 2003: 46). e. Metode Demonstrasi

Menurut Syaiful Bahri dan Aswan (2010: 90), metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.

Metode demontrasi dilakukan dengan cara memperagakan atau mempraktekan suatu ketrampilan dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan secara perseorangan maupun kelompok dibawah petunjuk atau bimbingan kiai atau ustadz (Depag, 2003:47).

5. Tujuan dan Fungsi Pondok Pesantren

(63)

Sedangkan menurut Arifin (1995: 12) bahwa tujuan didirikannya pendidikan pondok pesantren pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu:

a. Tujuan Khusus yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kiai yang bersangkutan serta mengamalkan dalam masyarakat.

(64)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A.Gambaran UmumPondok Pesantren Zumrotut Tholibin

Untuk mengetahui gambaran umum Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin diperlukan penjabaran yang cukup luas agar gambaran umum lembaga ini dapat mudah dipahami dengan jelas. Diantara hal-hal yang dapat dijabarkan dari gambaran umum Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin meliputi: sejarah berdirinya, letak geografis pondok pesantren, keadaan pendidik dan keadaan peserta didik serta sarana dan prasarana. 1. Profil Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Mojo Andong Boyolali

Tabel 1.1

Profil Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Nama Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Alamat Jl. Pesantren No. 04 Karang Joho Mojo

Andong Boyolali Kode Pos 57384 Nomer Statistik 042330916004

Akta Notaris No. 31 R. Soegondo Notodisoeryo Ska. Tgl. 18 Des. Th. 1975

Tahun Berdiri 1906

Nama Pendiri KH. Zuhdi Bin Hasan Mermo Sasaran

Pelayanan

Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah, Madrasah Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah

Sumber: Dokumen P.P ZMT

(65)

Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin berdiri pada tahun 1906 M (ada yang mengatakan tahun 1922 M. Sebab Ponpes Lirboyo berdiri tahun 1910 M oleh KH.Abdul Karim) oleh dua ulama' yang telah mendalami ilmu-ilmu hukum agama, yaitu KH.Zuhdi dari Purwodadi Grobogan dan KH.Muhsin dari Kacangan.Kedua ulama' tersebut pernah nyantri di Ponpes Lirboyo Kediri dan Tebuireng Jombang Jatim.Setelah memperdalam ilmu agama di berbagai pesantren, kedua ulama' tersebut pulang ke kampung halaman dan Kiai Zuhdi muda disuruh membantu perjuangan Kiai Muhsin di Kacangan.Mereka berdua atas izin orangtua dan dukungan masyarakat sekitar akhirnya mendirikan masjid. Setelah masjid berdiri kurang lebih dua tahun kemudian mereka membangun sebuah pondok kecil yang akhirnya diberi nama Zumrotut Tholibin" yang mempunyai arti "kumpulan para siswa/santri". Masyarakat banyak mengenal dengan sebutan "Pondok Kacangan" karena letaknya di DesaKacangan. Sebelum mendirikan masjid dan pondok pesantren, Kiai Zuhdi sudah dikenal oleh masyarakat tentang budi pekertinya, ilmunya, sopan santunnya terhadap masyarakat.Kemudian, Kiai Zuhdi mengadakan pengajian-pengajian di rumah mertua dengan pengunjung muda-mudi, anak-anak, maupun orang tua

(66)

pesantren.Kemudian dibentuk sistem pengajaran seperti yang telah Beliau alami di pesantren waktu beliau mondok. Pada umumnya kiai tinggal bersama santrinya dalam satu kompleks.Rumah kiai berdekatan dengan pondok dan masjid.Pelajaran yang diberikan oleh beliau adalah fasholatan, al-Qur'an, tajwid, tafsir, ilmu kalam, fiqih, ushul fiqih.Metode yang lazim dilakukan adalah sorogan, bandungan,muhawarohdan masjlis ta'lim.Dalam sejarah, kiai Zuhdi mengajar santri kurang lebih 40 tahun, yaitu dari tahun 1906 sampai beliau wafat pada tahun 1946.Sedang kyai Muhsin mengajar kurang lebih 43 tahun, dari tahun 1906 sampai beliau wafat tahun 1949 yang kemudian diganti oleh anak menantunya dari Kalioso yang bernama kiai Qulyubi.

(67)

Madiun,dll.

Setelah beliau wafat pada tahun 1977, tak berapa lama santri ponpes Zumrotut Tholibin mulai surut.Padahal ustadz-ustadz (kyai-kyai) setelah beliau wafat bertambah banyak.Diantaranya adalah KH. Ali Muhammad, KH. Ali Hasan, K. Ali Mukhtar, K. Zainal 'Abidin, K. Nashokha, KH. Muslim Choiri, KH. Muhammad Salman, KH. Salman Markum, dan KH.Sirojuddin.

Pada tahun 2005 dimulai pembangunan ponpes dan sekolah umum sebagai basis pendidikan formal. Alhamdulillah pada tahun 2006 bangunan untuk Madrasah Tsanawiyah Ma‟arif dan

Madrasah Aliyah Al Azhar (http://ponpeszumro.tripod.com.html di unduh 11 juli 2015).

3. Keadaan Pondok Pesantren dan Letak Geografis

Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin terletak di Jalan Pesantren No. 04 dusun Karangjoho RT. 19 RW. 07 Kelurahan Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Mengenai batas-batas wilayahnya dapat dilihat sebagai berikut :

a. Sebelah barat berbatasan dengan desa Bandung. b. Sebelah timur berbatasan dengan desa Senggrong. c. Sebelah utara berbatasan dengan desa Kacangan. d. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Gondangrawe.

(68)

dikarenakan lokasi pasar Kacangan yang sangat dekat. Masyarakat sekitarpun sangat mendukung keberadaan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin dengan salah satu buktinya adalah banyaknya anak-anak sekitar Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin diminta untuk mengikuti kegiatan ataupun proses belajar mengajar yang berada di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin seperti santri lainya (Observasi 6 juni 2015).

4. Struktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin

Secara administrasi stuktur organisasi kepengurusan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Tahun Ajaran : 2014/2015 M sebagai berikut:

Tabel. 1.2

STRUKTUR ORGANISASI KEPENGURUSAN PONDOK PESANTREN ZUMROTUT THOLIBIN PUTRI

TAHUN 2014-2015

K.H. Suparman Abdur Rahman As Sayuthiy K.H. Mahmud Bulqin

K. Nasuha Mu‟thiy

Ny Hj Siti Sutijah Towaf Musalim Ny Hj Siti Munawaroh Thowaf Ny Hj Kis Muntofiah Muntolib Ny Hj Malikah Towaf

(69)

S

5. Progam Kegiatan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin

Program kegiatan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin terperinci atas kegiatan harian, mingguan, bulanan, tahunan yang sudah terperinci dengan baik, seperti dalam lampiran 1.

6. Kalender Pendidikan Madrasah Diniyah dan Pondok Pesantren

Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin

II 1 Rais Tanfidziyyah Drs. KH. Muslim Khoiri 2 Dewan

Tanfidziyyah

Ny. Hj. Siti Sutijah Thowaf Muslim

III Departemen 2 Sekretaris Siti Nafiah 3 Bendahara Siti fathonah

Laelatul

4 Keamanan Siti Muslikhatu Aulia Alfu Nur Laela 5 Kegiatan Siti Munawaroh

Nur azizah

6 Humas Siti Ahsani

Wiwik Asmawati 7 Sarpras Annisa Khotimatul 8 Kebersihan Wulan Wahyu Wijayanti

Siti Dian Ningrum 9 Koperasi Gusik Kusumawati

(70)

Dalam menjalankan pendidikan dipondok pesantren maupun diniyah pengurus sudah merencanakan kalender pendidikan agar dalam kegiatan dapat berjalan dengan baik dan efisien, seperti dalam lampiran 2.

7. Peraturan Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin Putri

a. Tata-tata Tertip Santri Putri

1) Setiap santri wajib menjaga nama baik pondok pesantren, madrasah dan keluarga dalem.

2) Setiap santri wajib mengikuti semua kegiatan pondok pesantren dan madrasah diniyyah.

3) Setiap santri harus memiliki Kartu Tanda Santri (KTS). 4) Setiap santri harus menerima saran dan teguran dari

Masyayikh, Asatidz dan pengurus pondok pesantren, baik tertulis / tidak tertulis.

5) Setiap santri, apabila ada keperluan bertugas dari pondok, bepergian dan pulang harus meminta izin dari Masyayikh, Asatidz dan pengurus pondok pesantren.

6) Setiap santri yang ingin pulang dan kembali ke pondok pesantren harus dijemput dan diantar oleh orang tua / wali santri.

(71)

belajar-mengajar di pondok pesantren dan madrasah diniyyah.

8) Setiap santri, apabila melanggar tata tertib pondok pesantren harus menerima saran, teguran dan sanksi-sanksi yang telah diberikan.

b. Sanksi - sanksi

1) Kesalahan I : Diberi saran, teguran dan peringatan. 2) Kesalahan II : Diberi teguran dan sanksi yang sesuai

dengan kesalahan yang telah dilakukan.

3) Kesalahan III : Disidang oleh pengurus pondok pesantren dan membuat surat pernyataan.

4) Kesalahan IV : Panggilan kepada orang tua / wali santri. 5) KesalahanV : Dipulangkan / disekors dari pondok

pesantren.

8. Jadwal Pembelajaran Sorogan dan Bandongan a. Pembelajaran Sorogan setelah Mahrib

1) Kelas Al Ibtidaiyyah Awwal Kitab :Qiro‟ati

Ustadzah :Ibu Nyai Hj. Siti Sutijah Thowaf Muslim Al makan :Ndalem

Koordinator : Mbak Siti achsani 2) Kelas Al Ibtidaiyyah Tsaniyah

Kitab : Al Qur‟an Kelompok : 1

(72)

Al makan : Pendopo Ndalem Koordinator : Mbak Siti Nafi‟ah

Kitab : Al Qur‟an Kelompok : 2

Ustadz : Ust. Ali Ma‟shum Al makan : Pendopo Ndalem Koordinator : Mbak Nur Azizah Kitab : Al Qur‟an

Kelompok : 3

Ustadz : Ust. Annajmuts Tsaqib Al makan : Aula Darus Sholikhah Koordinator : Mbak Siti Muslihatun

3) Kelas Al ibtidaiyyah Tsalisah Kitab : Al Qur‟an Kelompok : 1

Ustadz : Ust. Syaifiddin Iskandar Al makan : Aula Darus Sholikhah Koordinator : Mbak Prih Setyaningsih

Kitab : Al Qur‟an Kelompok : 2

Ustadz : Ust.Rozi

Al makam : Aula Darus Sholikhah Koordinator : Mbak Amidah

Kitab : Al Quran Kelompok : 3

Ustadz : Usdt. Istadi

Al makan : Aula Darus Sholekhah Koordinasi : Mbak Aulia Alfu N L b. Pembelajaran Sorogan setelah Subuh

1) Kelas Al Ibtidaiyyah awwal

Kitab : Safinatun Najah

Gambar

Tabel 1.1 Profil Pondok Pesantren Zumrotut Tholibin
Tabel. 1.2

Referensi

Dokumen terkait

(4) Dalam Implementasi Pendidikan Kewirausahaan di Pondok Pesantren Sabilun Najah Seputih Raman, pengasuh Pondok Pesantren Sabilun Najah Seputih Raman, (kyai)

Implementasi Metode Sorogan Modified Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning Di Pesantren Luhur Sabilusalam Ciputat.. Pesantren

Skripsi dengan judul “ Implementasi Pembelajaran Kitab Kuning melalui Metode Sorogan untuk Meningkatkan Mahir Baca dan Pemahaman Santri di Pondok.. Pesantren Salafiy yah

Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan judul “Efektivitas Metode Sorogan dalam Pembelajaraan Qowa‟id di Pondok Pesantren Putri Al- Hidayah Kroya Cilacap” adalah

1. Metode Pembelajaran Kitab Kuning pada pondok pesantren yang biasa digunakan adalah metode klasikal, bandongan, sorogan, diskusi, hafalan, tanya jawab, ceramah,

Abstrak: Dalam Kajian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keberhasilan seorang santri dalam pembelajaran baca kitab kuning di pondok pesantren yang menggunakan metode

Metode pengajian Kitab Kuning yang diterapkan di Pesantren Salafiyah Darul Muttaqin Mannanti adalah Metode Sorogan atau Metode Wetonan yakni para santri mengajukan

1106 | Implementasi Ilmu Tajwid Pada Pembelajaran Al-Qur'an Bittartil Pondok Putri Darut Tauhid Pesantren Zainul Hasan Genggong Herwati, Faiz Safinatun Najah dibagi menjadi tiga