• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemasaran Relasional Dalam Pembelian Secara Online Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada Mahasiswa Di Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemasaran Relasional Dalam Pembelian Secara Online Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada Mahasiswa Di Medan"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan reduplikasi dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan dalam kurun waktu berbeda meskipun dengan variabel penelitian yang tidak persis sama. Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Hersh, et al (2014) melakukan penelitian dengan Judul “The Impact of Customer Relationship Marketing on Customer Satisfaction of The Arab Bank Services”. Metode pengumpulan data dengan menggunakan observasi, kuesioner, wawancara dan jumlah responden sebagai sampel 151 responden yang menjadi

nasabah pada Bank – Bank Saudi Arabia dan Yordania.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil menunjukkan bahwa kepercayaan, pemenuhan janji, ikatan sosial, komunikasi,

empati, dan komitmen berpengaruh secara serempak terhadap kepuasan pada bank – Bank Arab. Namun pada Bank Arab Saudi, kepercayaan menjadi variabel dominan

yang mempengaruhi kepuasan nasabah.

Park dan Kim (2006) melakukan penelitian dengan Judul “The Effect of

Information Satisfaction and Relational Benefit on Consumers Online Site Commitments”. Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, dan jumlah responden sebagai sampel 1.278 orang konsumen di Korea yang telah

(2)

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa site awareness, quality of product information, quality of service information dan security perception berpengaruh signifikan terhadap relational benefit pada konsumen yang berbelanja secara online.

Parsa dan Sadeghi (2008) melakukan penelitian dengan judul “Effect Of Relationship Marketing On Word Of Mouth In Life Assurance With The Approach Of Trust And Commitment: Case Study Of Karafarin Insurance Agents In Mashhad”. Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan studi kepustakaan,

dan jumlah responden sebagai sampel 183 orang. Metode analisis data yang digunakan adalah Path Analysis.

Bahwa secara parsial variabel kepercayaan dan komitmen berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan, kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan berpengaruh signifikan tehadap peningkatan pembelian produk asuransi

jiwa Karafarin Mashhad.

Risnewati (2007), melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Pemasaran

Relasional Dalam Meningkatkan Kepuasan Nasabah Tabungan BritAma Pada PT.

Bank Rakyat Indonesia (BRI),Tbk Cabang Iskandar Muda Medan”. Jumlah populasi

dalam penelitian ini sebanyak 17.901 nasabah dengan dan jumlah sampel adalah

sebanyak 100 nasabah.

Hasil penelitian menunjukkan secara serempak variabel pemasaran relasional

yang terdiri dari: memahami harapan nasabah dan kerjasama dengan nasabah berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan nasabah tabungan BritAma BRI Cabang Iskandar Muda Medan. dan secara parsial kerjasama dengan nasabah

(3)

Cabang Iskandar Muda Medan sedangkan harapan nasabah berpengaruh namun tidak

signifikan.

Sinaga (2014), melakukan penelitian dengan judul ” Analisis Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Manfaat Pemasaran Relasional Terhadap Keputusan Pembelian Barang dan Jasa Secara Online Pada Karyawan Kantor Besar PT.Inalum, Kuala Tanjung”. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 185 orang karyawan yang

telah melakukan pembelian secara online lebih dari dua kali dengan dan jumlah sampel adalah sebanyak 65 orang karyawan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1. Kesadaran situs, kualitas informasi produk, kualitas informasi jasa, dan persepsi keamanan secara serempak berpengaruh

positif dan signifikan terhadap manfaat pemasaran relasional secara online. Dan secara parsial variabel kesadaran situs paling dominan berpengaruh terhadap manfaat pemasaran relasional secara online, dan 2. Manfaat pemasaran relasional secara

online berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian secara online.

Situmorang, dkk (2016), melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Pemasaran Relasional dalam Pembelian Secara Online Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada Mahasiswa Magister Ilmu Manajemen Universitas Sumatera Utara”.

Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 134 orang mahasiswa yang telah melakukan pembelian secara online dengan dan jumlah sampel adalah sebanyak 100

orang mahasiswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1. Komitmen, Empati, Timbal Balik dan Kepercayaan secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan

(4)

paling dominan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan dalam pembelian secara

online, dan 2. Variabel Empati tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian secara online.

Syarif (2008) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemasaran Relasional Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada Asuransi Jiwa Bersama (AJB)

Bumiputera 1912 Cabang Medan”. Metode pengumpulan data dengan menggunakan

kuesioner, dan jumlah responden sebagai sampel 98 orang. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak variabel komitmen, empati, timbal balik, dan kepercayaan berpengaruh sangat signifikan terhadap

kepuasan pelanggan Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 Cabang Medan, dan secara parsial hanya variabel kepercayaan yang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 di Cabang

Medan.

Wijayanti (2013) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh relationship marketing terhadap kepuasan pelanggan pada asuransi jiwa bersama (AJB) Bumiputra 1912 cabang Purworejo”. Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, dan jumlah responden sebagai sampel 100 orang. Metode

analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 16 diketahui

(5)

Yulisetiarini (2016) melakukan penelitian dengan judul “The Effect of Relationship Marketing towards Customer Satisfaction and Customer Loyalty on Franchised Retailed in East Java”. Metode pengumpulan data dengan menggunakan pendekatan studi empiris dan kuesioner. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

pemasaran relasional tehadap kepuasan pelanggan. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pemasaran relasional terhadap loyalitas pelanggan. Terdapat

pengaruh bahwa kepuasan pelanggan akan meningkatkan loyalitas pelanggan. Tabel 2.1

Bahwa site a wareness, quality of product information, quality of service information dan security perception berpengaruh signifikan

(6)

No Nama secara online, dan 2. Manfaat pemasaran relasional secara

dan 2. Variabel empati tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan

(7)

No Nama

1912 Cabang Medan, dan secara parsial hanya variabel

yang terdiri dari Ikatan, empati, timbal balik, berpengaruh secara

(8)

2.2 Teori Tentang Pemasaran Relasional 2.2.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan bagian yang sangat penting untuk berkembangnya suatu

perusahaan, sebab dari kegiatan pemasaran diharapkan akan dihasilkan laba sebagai penunjang operasional perusahaan. Bidang ini berhubungan secara langsung dengan konsumen sehingga harus memiliki strategi dan langkah kerja yang tepat untuk

mendapatkan konsumen sesuai dengan yang diharapkan.

Marketing, more than any other business function. the simplest definition is this one: Marketing is managing profitable customer relationships. The twofold goal of marketing is to attract new customers by promising superior value and keep and grow current customers by delivering satisfaction. Hence, we define marketing as the process by which companies create value for customers and build strong customer relationships in order to capture value from customers in return. (Kotler and Armstrong, 2008).

Menurut Kotler dan Armstrong (2008) bahwa pemasaran lebih dari fungsi

bisnis lainnya. Dalam arti yang paling sederhana, pemasaran adalah mengelola hubungan pelanggan yang saling menguntungkan. Dua tujuan utama dari pemasaran itu sendiri adalah untuk menarik pelanggan baru yang mempunyai nilai lebih,

menjaga dan mempertahankan pelanggan lama dengan memberikan kepuasan. Oleh karena itu, definisi pemasaran yaitu proses dimana perusahaan menciptakan nilai

bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan untuk menangkap nilai tersebut sebagai imbalan.

Untuk memahami pengertian pemasaran, perlu dipahami terlebih dahulu

(9)

kepuasan, pertukaran, transaksi dan hubungan, serta pasar. Pemahaman ini perlu

sebab kata-kata tersebut memiliki pengertian khusus sesuai dengan kebutuhan pemasaran. Gambar 2.1 memperlihatkan hubungan antara konsep konsep tersebut.

Sumber : Simamora (2005)

Gambar 2.1. Konsep Inti Pemasaran

Penjelasan dari Gambar 2.1 adalah sebagai berikut : a. Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan

Konsep paling mendasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan.

Kebutuhan adalah perasaan kekurangan. Menurut Abraham Maslow, kebutuhan memiliki lima tingkatan, mulai dari yang terendah sampai tertinggi.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah : kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan terhadap penghargaan atau

kebanggaan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan atau mengekspresikan diri. Keinginan adalah hasrat terhadap sesuatu untuk memenuhi kebutuhan. Keinginan dipengaruhi oleh latarbelakang budaya dan karakteristik individu

(10)

sumber daya yang ada. Keinginan yang disertai daya beli yang cukup

dinamakan permintaan. b. Pasar

Pasar adalah sekumpulan pembeli aktual dan pembeli potensial terhadap suatu produk. Ada beberapa ketentuan untuk menyatakan bahwa sekumpulan orang adalah pasar, yaitu :

1. Memiliki kebutuhan dan keinginan terhadap produk tertentu. 2. Memiliki kemampuan untuk membeli produk tersebut.

3. Memiliki kemauan untuk membelanjakan uangnya. 4. Memiliki kesempatan membeli produk tersebut.

c. Nilai dan Kepuasan

Nilai dari suatu produk adalah manfaat total produk. Nilai tersebut dapat dihitung, baik dengan uang maupun dengan produk lain. Oleh sebab

banyaknya pilihan, namun sumber daya terbatas, seseorang akan memilih produk yang memberikan kepuasan total optimal. Kepuasan adalah pernyataan

perasaan setelah membandingkan harapan terhadap produk sebelum membeli dan kenyataan yang dialami setelah menggunakan atau mengkonsumsi produk. d. Pertukaran, Transaksi, dan Kemitraan

Pertukaran adalah tindakan untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan dengan menawarkan sesuatu yang bernilai sebagai imbalannya. Transaksi

adalah kelanjutan dari pertukaran. Kalau pertukaran merupakan proses untuk memperoleh produk dengan menawarkan produk dan nilai, maka transaksi berisikan transfer nilai antara suatu pihak dan pihak lain. Banyak perusahaan

(11)

selalu bernegosiasi setiap kali akan melakukan transaksi, akan tetapi transaksi

dibangun berlandaskan kemitraan yang saling menguntungkan. e. Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk memiliki konteks yang luas, karena apa saja yang bisa ditawarkan ke dalam pasar, yang

dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dapat dikategorikan sebagai produk.

2.2.2 Pengertian Pemasaran Relasional

Pemasaran relasional merupakan suatu strategi pemasaran dalam memilih dan

mengelola pelanggan untuk mengoptimalkan nilai dalam jangka panjang. Pemasaran relasional juga merupakan suatu desain strategi untuk memahami, mengantisipasi perilaku pelanggan, dan mengembangkan hubungan yang lebih kuat dengan

pelanggan. Pemasaran relasional mengintegrasikan, menganalisis, menyebarkan informasi tentang pelanggan, penjualan, dan efektivitas pemasaran untuk

memberikan pelayanan yang lebih profesional dan personal kepada pelanggan. Customer relationship management is the overall process of building and maintaining profitable customer relationships by delivering superior customer value and satisfaction. It deals with all aspects of acquiring, keeping, and growing customers (Kotler and Armstrong (2008).

Pemasaran relasional berarti keseluruhan proses membangun dan memelihara hubungan pelanggan yang menguntungkan dengan menghantarkan nilai dan kepuasan pelanggan yang unggul. Proses ini berhubungan dengan semua aspek untuk

(12)

Pemasaran relasional (relationship marketing) sangat relevan untuk dibahas

dalam pemasaran jasa, mengingat keterlibatan dan interaksi antara pelanggan dan pemberi jasa begitu tinggi pada sebagian besar bisnis jasa. Pendekatan pemasaran

yang hanya berorientasi transaksi (transactional marketing) dengan sasaran penjualan yang tinggi dalam jangka pendek menjadi kurang mendukung pada praktek bisnis jasa. Pemasaran relational menekankan pada usaha menarik dan

mempertahankan pelanggan melalui peningkatan hubungan perusahaan dengan pelanggannya (Lupiyoadi, 2006).

Pemasaran relasional dalam area pemasaran jasa diartikan sebagai menarik, memelihara, dan meningkatkan hubungan dengan pelanggan. Dari definisi

tersebut, menarik pelanggan baru harus dipandang hanya sebagai langkah antara dalam proses pemasaran. Menguatkan hubungan, merubah pelanggan yang acuh menjadi loyal, dan melayani pelanggan sebagai klien harus menjadi pertimbangan

bagi kegiatan pemasaran.

Pada dasarnya pemasaran relasional adalah suatu alternatif strategi

terhadap pendekatan bauran pemasaran trasional sebagai suatu cara memperoleh keunggulan kompetatif yang berkesinambungan (sustainable competitive advantage SCA) dan cara terbaik untuk mempertahankan pelanggan dalam jangka panjang.

Pemasaran relasional merupakan upaya pangenalan kepada setiap pelanggan secara lebih dekat, menciptakan komunikasi dua arah dengan konsumen,

dan mengelola hubungan yang saling antara pelanggan dan konsumen.

Menurut Lupiyoadi (2006), “relationship marketing adalah cara usaha pemasaran pada pelanggan yang meningkatkan pertumbuhan jangka panjang

(13)

suatu asset dimana bila ditangani dan dilayani dengan baik akan memberikan

pendapatan dan pertumbuhan jangka panjang bagi suatu perusahaan. Tujuan perusahaan (baik dalam bentuk laba, volume penjualan, pangsa pasar, pertumbuhan,

misi sosial, maupun tujuan lainnya) dicapai melalui upaya memuaskan dan mempertahankan pelanggan. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan tidak semata-mata hanya menekankan pada aspek transaksi, namun justru lebih berfokus

pada aspek relasional. Pemasaran Relasional merupakan bagian dari pemasaran holistik yang meliputi pemasaran internal, pemasaran kinerja, pemasaran terintegrasi

dan pemasaran hubungan (relasional).”

Menurut Tjiptono (2016) , “Transaction marketing lebih berorientasi pada transaksi penjualan jangka pendek, sedangkan relationship marketing lebih menekankan pentingnya jalinan kerja sama yang saling menguntungkan dengan

pelanggan dalam jangka panjang“. Chan (2003) mendefinisikan relationship

marketing sebagai “Pengenalan setiap pelanggan secara lebih dekat dengan menciptakan komunikasi dua arah dengan mengelola suatu hubungan yang saling

menguntungkan antara pelanggan dan perusahaan”.

2.2.3 Konsep Pemasaran Relasional

Relationship marketing mensyaratkan suatu perusahaan agar menjalin komunikasi tetap dengan pelanggan untuk memastikan tujuan tercapai, dan memadukan proses relationship marketing kedalam rencana strategi sehingga

memungkinkan perusahaan mengelola sumber daya dengan baik dan memenuhi kebutuhan konsumen di masa mendatang. Hubungan yang hangat bisa mencairkan kebekuan. Hubungan itu harus didasarkan oleh prinsip-prinsip ketulusan dan

(14)

semata-mata karena perintah kerja atau hanya untuk mencarai keuntungan sesemata-mata. Bila

pemasar berdiri dipihak pelanggan dan memandang masalah yang dihadapi pelanggan juga sebagai masalahnya lalu berusaha memecahkan secara

bersama-sama, maka hubungan jangka panjang ini akan dirasakan oleh kedua belah pihak. Relationship marketing adalah konsep yang sangat penting untuk menarik dan mempertahankan pelanggan dalam sebuah organisasi. Dalam dunia bisnis

modern, fokus pemasaran mencerminkan pergerakan perubahan dari pemasaran transaksional ke relationship marketing. Membangun, memelihara, dan selalu

meningkatkan hubungan pelanggan merupakan aspek penting dari bisnis. Konsep relationship marketing secara luas dipahami, baik itu secara akademis dan

profesional dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan hubungan yang kuat dan menjadikan pelanggan yang acuh tak acuh menjadi loyal.

Ada beberapa konsep Inti Pemasaran relasional, diantaranya menurut

Lupiyoadi (2006) adalah sebagai berikut : a. Horizon/Orientasi jangka panjang.

Merupakan ciri utama pemasaran relasional. Keberhasilan pemasaran relasional diukur dari seberapa lama pelanggan terjaga dalam hubungan dengan perusahaan. Dengan demikian pemasaran relasional juga menyangkut nilai

estimasi mengenai nilai sepanjang hidup konsumen. b. Komitmen dan pemenuhan janji.

Untuk dapat menjalin hubungan jangka panjang, pemasaran relasional menekankan upaya pemeliharaan sikap percaya atau kepercayaan, komitmen, dengan menjaga integritas masing-masing melalui pemenuhan janji atau timbal

(15)

c. Pangsa Konsumen bukan Pangsa Pasar.

Pemasaran relasional tidak lagi terkonsentrasi pada pencapaian pangsa pasar melainkan pada upaya untuk mempertahankan pelanggan.

d. Nilai Sepanjang Hidup Pelanggan.

Perusahaan perlu mengidentifikasi pelanggan yang berpotensi menjalin hubungan jangka panjang dan kemudian menghitung nilai hidup pelanggan

(Customer Lifetime ValueCLV) agar menguntungkan perusahaan. e. Dialog Dua Arah.

Untuk mencapai hubungan yang diinginkan, maka diperlukan komunikasi dua arah.

f. Kustomisasi.

Pemasaran Relasional memberikan pemahaman yang lebih baik akan tuntutan dan keinginan konsumen, sehingga memungkinkan penyediaan

produk yang sesuai dengan spesifikasi pelanggan.

Sementara konsep relationship marketing berbeda dengan konsep

pemasaran transaksional, dimana konsep “market based transactional‖ menekankan

pada bagaimana pemasar dapat menciptakan penjualan berikutnya, sedangkan konsep relationship marketing meletakan perhatian pada penjualan yang telah terjadi

dan saling berkelanjutan (on going relationship).

Pemasaran relasional (relationship marketing) sangat relevan untuk

(16)

rekrutmen dan pemeliharaan (mempertahankan) pelanggan melalui peningkatan

hubungan perusahaan dengan pelanggannya.

Tabel 2.2

Perbedaan antara Transaction Marketing dan Relationship Marketing

Sisi Pembeda Transaction Marketing Relationship Marketing

Fokus Kepada penjualan Kepada memperhatikan konsumen

Orientasi Karakteristik Produk Nilai/manfaat dari produk

Waktu Jangka pendek Jangka panjang

Pelayanan Jasa Kecil & kurang diperhatikan Pelayanan pada pelanggan tinggi

Komitmen pada

pelanggan Terbatas pada konsumen Tinggi terhadap konsumen Kontak pada pelanggan

(interaktif) Dengan konsumen rendah Dengan konsumen tinggi Mutu/kualitas Hanya kepada produk Kepada semua bagian/orang Sumber : Christopher, et al (2000)

Tampak pada Tabel 2.2 yang menunjukkan perbedaan antara transactional marketing dengan relationship marketing. Yang bermakna bahwa untuk para pemasar yang hanya berorientasi hanya pada penjualan kebanyakan menggunakan

transactional marketing yang sifatnya jangka pendek tapi tidak terjadi hubungan secara khusus dengan para pelanggan, beda dengan relationship marketing yang berorientasi pada pelanggan, menciptakan hubungan jangka panjang dan pelayanan yang memuaskan.

Transactional Marketing hanyalah pendekatan pemasaran tradisional yang berkonsentrasi hanya pada transaksi individu. Transactional marketing lebih banyak berfokus pada penjualan, mendorong penjualan melalui pemasaran massal dan

(17)

meraih pangsa pasar dengan hanya harga dan loyalitas pelanggan bukan merupakan

faktor utama.

Tidak seperti relationship marketing yang mengembangkan dan memperkuat hubungan dengan pelanggan calon pelanggan saat ini. Hal ini lebih terfokus pada penyediaan produk dan layanan bernilai kepada pelanggan daripada hanya berfokus pada penjualan. Ini berbeda dari skema pemasaran lainnya karena bertujuan untuk

menghargai hubungan jangka panjang dan kontribusi pelanggan terhadap perusahaan. Penekanan utama akan berada di retensi pelanggan yang sudah ada

untuk manfaat jangka panjang dari perusahaan, bukan untuk menarik pelanggan baru setiap hari. Hal ini memberikan organisasi keuntungan kompetitif atas para

pesaingnya.

Perusahaan perlu melakukan pendekatan relationship marketing yang terbaik untuk membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan, dan kemudian

menarik pelanggan yang baru. Proses ini berlangsung membangun dan menciptakan nilai-nilai baru dengan pelanggan individu, dan berbagi manfaat seumur hidup

dengan mereka dan itu sangat penting bagi perusahaan karena relationship marketing menciptakan rasa loyalitas pelanggan dan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Loyalitas pelanggan, terutama untuk usaha kecil adalah kunci untuk

kelangsungan hidup perusahaan.

Menurut Ford (2003) Relationship Marketing bisa berkembang melalui tiga cara

yaitu:

1. Interaction customer relationship, dimulai dari kontak pertama antara sebuah kelompok dengan kelompok lain, di mana interaksi tersebut merupakan

(18)

2. Coordinating activities, interaksi antara dua perusahaan yang berbeda membutuhkan koordinasi aktivitas yang membantu terjalinnya hubungan yang alami.

3. Adaptions, inti utama dari bisnis yang dilakukan oleh perusahaan adalah menciptakan kepuasan bersama. Tidak ada hubungan yang dilakukan tanpa melalui adaptasi karena adaptasi dapat menciptakan kondisi yang

menguntungkan.

2.2.4 Dimensi Pemasaran Relasional

Menurut Tandjung (2004) dimensi pemasaran relasional terdiri dari : 1. Komitmen

Menurut Tandjung (2004) komitmen adalah ketergantungan antara kedua belah pihak yang cukup kuat sehingga hubungan keduanya dapat bertahan lama. Komitmen adalah dimensi dari suatu pemasaran relasional yang membagi dua pihak

yaitu konsumen dan supplier untuk bertindak dalam suatu aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Yau, 2008). Komitmen dapat menjadi kontrol sosial yang

efektif di masyarakat, sekaligus memberikan kontribusi untuk menghilangkan keraguan, menciptakan kepercayaan dan membentuk hubungan yang erat. Dimensi komitmen diterapkan pada relationship marketing orientation untuk mengembangkan dan meningkatkan loyalitas pelanggan.

Menurut Barnes (2003), komitmen adalah suatu keadaan psikologis yang

secara global mewakili pengalaman ketergantungan pada suatu hubungan. Komitmen meringkas pengalaman ketergantungan sebelumnya dan mengarahkan reaksi pada situasi baru. Komitmen merupakan orientasi jangka panjang dalam suatu hubungan,

(19)

menghadapi tingkat persaingan yang tinggi, hal ini mengimplikasikan bahwa

kemampuan perusahaan untuk menciptakan hubungan yang tahan lama dengan pelanggan tidak hanya ditentukan oleh aksi perusahaan itu sendiri, melainkan juga

oleh aksi para pesaingnya. Perusahaan yang dapat dengan sukses membuat dirinya berbeda dari pesaing mungkin memiliki kesempatan yang lebih baik untuk menciptakan hubungan daripada perusahaan yang tidak dapat melakukannya.

Dari dua pengertian di atas, komitmen dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan perusahaan atau organisasi untuk menciptakan kepercayaan pelanggan

pada perusahaan, dan usaha untuk membangun hubungan yang erat dengan pelanggan. Di dalam konsep bauran pemasaran, konsep komitmen dikenal dengan

sebutan komitmen pelanggan, yaitu sebuah sistem yang dapat diciptakan perusahaan dalam rangka mempertahankan hubungan dengan pelanggan atau calon pelanggan.

Proses komitmen pelanggan dimulai dengan penciptaan kesadaran pelanggan

terhadap produk atau jasa yang ditawarkan yang kemudian tumbuh menjadi ikatan yang berkelanjutan sebagai dasar dari hubungan antara perusahaan dengan

pelanggan, bahkan dapat diperluas ke pelanggan lainnya. Pada dasarnya komitmen pelanggan merupakan suatu proses dimana pemasar berusaha membangun atau mempertahankan kepercayaan pelanggannya sehingga satu sama lain saling

menguntungkan dalam hubungan tersebut. 2. Empati

Menurut Tandjung (2004) empati adalah memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan pelanggan, dimana suatu perusahaan diharapkan

(20)

pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi

pelanggan. Menurut Kotler (2005) empati adalah kesediaan untuk peduli, memberikan perhatian pribadi kepada pelanggan. Empati adalah suatu dimensi dari

pemasaran relasional yang digunakan untuk melihat situasi dari perspektif atau sudut pandang lain. Hal ini diartikan dengan memahami berbagai keinginan dan tujuan orang lain. Ini termasuk kemampuan masing-masing individu untuk melihat situasi

dari sudut pandang yang lain dalam artian kognitif. Pengertian kognitif sendiri menurut Peter dan Olson adalah proses mental yang lebih tinggi yang terdiri dari :

a. Pengertian.

Pengertian dalam hal ini berarti menginterpretasikan atau menetapkan arti aspek

khusus lingkungan seseorang. b. Penilaian

Penilaian yaitu menetapkan apakah suatu aspek lingkungan atau perilaku pribadi

seseorang adalah baik atau buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan.

c. Perencanaan

Perencanaan yaitu menetapkan bagaimana memecahkan suatu permasalahan atau mencapai suatu tujuan.

d. Penetapan

Penetapan yaitu membandingkan alternatif pemecahan suatu masalah dari sudut

pandang sifat yang relevan, dan mencari alternatif terbaik. e. Berfikir

Berfikir yaitu aktivitas kognitif yang muncul di sepanjang aktivitas di atas. Dari

(21)

kemampuan seseorang untuk menginterpretasikan, memberi makna, dan

memahami aspek utama pengalaman pribadi mereka. 3. Timbal Balik

Menurut Tandjung (2004) timbal balik mencerminkan bahwa dalam hubungan jangka panjang haruslah saling memberi dan menerima. Artinya, baik penjual maupun pelanggan sama-sama menguntungkan. Menurut Tjiptono (2016) yang

mengemukakan bahwa timbal balik adalah komponen relasi bisnis yang merefleksikan kesediaan masing-masing pihak untuk saling membantu atau

membalas kebaikan yang dilakukan salah satu pihak.

Timbal balik adalah suatu dimensi dari pemasaran relasional yang

menyebabkan salah satu pihak memberikan timbal balik atau mengembalikan atas apa yang telah didapat atau sepadan dengan yang diterimanya. Timbal balik mengindikasikan adanya suatu kerjasama atau hubungan dengan pihak lain. Jadi ciri

dari suatu pemasaran relasional, salah satunya adalah adanya timbal balik. Hal ini mencerminkan bahwa antara perusahaan dan pelanggan memiliki kewajiban yang

sama. Perusahaan berkewajiban memberikan pelayanan yang sesuai dengan apa yang ditawarkan dan kesesuaian antara harga dan pelayanan. Sebaliknya pelanggan wajib membayar apa yang telah diterimanya. Variabel timbal balik meliputi kesesuaian

harga dengan kualitas, usaha memberikan kompensasi atas kerusakan atau pelayanan yang buruk, dan kesesuaian produk dengan apa yang ditawarkan

4. Kepercayaan

Menurut Tandjung (2004) kepercayaan dapat diartikan sebagai keyakinan suatu pihak terhadap pihak lain atau terhadap suatu hubungan (relationship). Dalam

(22)

pemasaran relasional untuk menentukan sejauhmana apa yang dirasakan suatu pihak

atas integritas dan janji yang ditawarkan pihak lain.

Menurut Tjiptono (2016) kepercayaan merupakan faktor paling penting dalam

setiap relasi. Kepercayaan bisa diartikan sebagai kesediaan untuk mengandalkan kemampuan, integritas dan motivasi pihak lain untuk bertindak dalam rangka memuaskan kebutuhan dan kepentingan seseorang sebagaimana disepakati. Menurut

Garbarino dan Johnson pengertian kepercayaan dalam pemasaran jasa lebih menekankan pada sikap individu yang mengacu pada keyakinan konsumen atas

kualitas dan keandalan jasa yang diterimanya.

Sedangkan menurut Mowen dan Minor (2002), kepercayaan pelanggan adalah

semua pengetahuan yang dimiliki oleh pelanggan dan semua kesimpulan yang dibuat pelanggan tentang objek, atribut, dan manfaatnya. Objek dapat berupa produk, orang, perusahaan, dan segala sesuatu dimana seseorang memiliki kepercayaan dan sikap.

Atribut adalah karakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki atau tidak dimiliki oleh objek.

Dalam penelitian Yau (2008) dinyatakan bahwa filosofi pemasaran saat ini beralih dari pemasaran transaksional menjadi pemasaran relasional, dan telah menetapkan 4 (empat) variabel atau faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran

relasional untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu : 1. Pertalian

(23)

2. Empati

Empati adalah sebuah pendekatan dengan memahami pelanggan secara baik melalui kemampuan untuk menangkap atau memahami sudut pandang

orang lain. 3. Timbal Balik

Timbal balik adalah salah satu dimensi relationship marketing yang menyebabkan salah satu pihak memberikan atau mengembalikan atas apa yang telah di dapat atau memberikan sepadan dengan yang diterimanya.

4. Kepercayaan

Kepercayaan dalam pemesaran jasa lebih menekankan pada sikap individu

yang mengacu pada keyakinan konsumen atas kualitas dan keandalan jasa yang diterimanya

2.2.5 Manfaat Pemasaran Relasional

Relationship marketing aims to build long-term mutually satisfying relations with key parties customers, suppliers, distributors—in order to earn and retain their

long-term preference and business (Kotler and Armstrong, 2008).

Menurut Kotler dan Armstrong (2008) bahwa tujuan utama dari pemasaran relasional adalah untuk membangun hubungan kepuasan jangka panjang dengan

pihak –pihak penting seperti pelanggan, pemasok, distributor. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan dan mempertahankan preferensi dan bisnis jangka panjang

perusahaan.

(24)

and its products. Thus, the aim of customer relationship management is to create not only customer satisfaction but also customer delight (Kotler and Armstrong, 2008).

Menurut Kotler dan Armstrong (2008) bahwa pemasaran relasional yang baik

akan menciptakan pelanggan yang bahagia. Setelah pelanggan bahagia maka pelanggan akan menjadi loyal dan berbicara positif kepada orang lain tentang perusahaan dan produk – produknya. Dengan demikian, tujuan dari pemasaran

relasional adalah tidak sekedar membuat pelanggan puas namun juga membuat pelanggan bahagia. Oleh karena itu, memberikan nilai jangka panjang kepada

pelanggan dan ukuran keberhasilannya ialah kepuasan pelanggan jangka panjang. Park dan Kim (2006) menyatakan bahwa “Manfaat pemasaran relasional

(relational marketing benefit) sebagai manfaat yang diterima konsumen dari

hubungan jangka panjang di atas dan di antara kinerja jasa inti”.

Sedangkan Thurau (2002) mendefinisikan “Relational marketing benefit sebagai hubungan kedua belah pihak yang harus menguntungkan untuk melanjutkan hubungan jangka panjang”. Menurut Thurau (2002) bahwa untuk konsumen,

keuntungan dapat difokuskan pada jasa inti (core service) atau pada relational marketing benefit itu sendiri. Sedangkan keuntungan pada perusahaan adalah memelihara loyalitas konsumen dalam jangka panjang. Bagian penting dari

relational marketing benefit adalah mengurangi kekhawatiran, meningkatkan kepercayaan, dan percaya diri dari pengalaman konsumen.

(25)

1. Confidence benefits adalah manfaat yang mengacu pada persepsi dari mengurangi kekhawatiran dan kenyamanan dalam mengetahui apa yang diharapkan dalam service encounter (pergulatan pelayanan).

2. Social benefits adalah mengenai bagian emosional dari relation dan dikarakteristikkan dengan penghargaan pribadi konsumen dari mahasiswa, konsumen memiliki pengenalan dengan mahasiswa dan penciptaan

persahabatan antara konsumen dengan mahasiswa.

3. Special treatment benefit adalah yang menjalin relational dengan konsumen dalam menerima harga yang murah, pelayanan yang cepat atau pelayanan tambahan secara individual.

2.2.5.1Manfaat Pemasaran Relasional pada Online Shopping

Manfaat pemasaran relasional pada online shopping adalah dalam hal menghemat waktu konsumen untuk membeli produk atau pelayanan yang

diinginkan, mengurangi usaha untuk membeli produk atau jasa yang diinginkan, dapat membeli produk yang diinginkan yang sulit dibeli di toko lainnya dan

menerima pelayanan yang kredibel (Park dan Kim, 2006). Kebutuhan relasional dari konsumen online adalah konsumen menginginkan pengalaman yang memuaskan dalam setiap transaksi. Konsumen cenderung untuk mengerti sehingga konsumen

melakukan pembelian ulang dari sumber yang sama, yang dapat menghemat waktu, dan mengurangi risiko (Park dan Kim, 2006).

2.2.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manfaat Pemasaran Relasional pada Online Shopping

Menurut Kim dan Park (2006), ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi

(26)

1. Site Awareness

Website atau disebut juga situs adalah kumpulan halaman web yang terkumpul dalam satu domain, halaman pertama dari sebuah website ibarat sampul

sebuah buku dan dinamakan halaman muka (home page), dan halaman muka dari sebuah situs web umumnya berupa file index, html, php, dan lain sebagainya.

Site awareness adalah sebagai persepsi konsumen mengenai pembelian secara online yang didasarkan pada informasi eksternal seperti periklanan dan komunikasi dari mulut ke mulut, ini ditetapkan sebagai kemampuan pembeli untuk

mengenali bahwa situs adalah salah satu kategori pelayanan. Konstruksi ini mengidentifikasi persepsi pilihan konsumen tentang toko online dan diasumsikan akan berdampak dalam pilihan konsumen pada sebuah perusahaan saat atribut jasa sulit dievaluasi. Perusahaan menggunakan website untuk menjual produk dan jasa yang secara langsung diperuntukkan bagi konsumen.

2. Quality of product information

Quality of product information adalah persepsi konsumen pada kualitas informasi tentang produk yang ditawarkan oleh sebuah website. Produk shopping adalah produk konsumen yang dalam proses memilih dan membeli ditandai dengan perbandingan kesesuaian mutu, harga dan gaya. Konsumen menggunakan internet

tidak hanya untuk membeli produk online, tetapi juga untuk membandingkan harga dan fitur produk. Setelah penjualan, fasilitas jasa akan diterima oleh konsumen jika

membeli produk dari toko online.

3. Quality of service information

Konsumen mungkin dapat menghemat pencarian informasi dan biaya

(27)

dapat memuaskan kebutuhan informasinya. Quality of service information adalah persepsi konsumen akan kualitas sebuah informasi tentang jasa yang ditawarkan website. Bila service quality tinggi, hubungan konsumen akan tinggi pada perusahaan, dan apabila service quality rendah maka hubungan konsumen akan lebih rendah pada perusahaan.

4. Security Perception

Security Perception adalah persepsi konsumen tetntang kemampuan pengontrolan dari toko online dan penjagaan keamanan transaksi data. Persepsi tentang risiko pada konsumen online shopping terutama dikaitkan pada aspek privasi dan keamanan pada informasi pribadi, keamanan pada sistem transaksi online dan product quality.

Menurut Park dan Kim (2006), perception quality selain mempengaruhi evaluasi konsumen dari keseluruhan informasi jasa, jaminan keamanan juga berperan

penting dalam pembentukan kepercayaan dengan mengurangi perhatian konsumen tentang penyalahgunaan data pribadi dan transaksi data yang mudah rusak. Jadi jika

diterimanya level jaminan keamanan bertemu dengan harapan konsumen, seorang konsumen mungkin bersedia membuka informasi pribadinya dan mencoba untuk membeli dengan perasaan aman.

Menurut Kim dan Park (2006), memberikan keamanan di dalam penggunaan internet dapat juga diartikan sebagai melakukan operasional keamanan

untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu : a. Kerahasiaan/privasi

Hal tersebut berarti bahwa seorang pemakai (user) yang tidak memiliki

(28)

Tujuan tersebut dapat memastikan setiap orang bahwa pemakai lain tidak dapat

membaca e-mail mereka atau apapun yang dilakukan via internet. b. Integritas

Hal ini dapat mencegah pemakai (user) yang tidak berwenang untuk memperoleh akses atau agar pihak yang tidak berwenang tersebut tidak dapat menggunakan data dari internet.

c. Keaslian

Hal ini memberitahukan setiap orang bahwa keaslian data yang sebenarnya

dijamin.

d. Tidak dapat disangkal

Tujuan ini dapat berhasil di dalam mencegah setiap orang untuk berusaha menyangkal sebuah transaksi jika mereka sudah mengetahui bahwa transaksi sudah dilakukan. Hal ini dilakukan dengan mengirim e-mail kepada konsumen yang

menyatakan bahwa transaksi sudah berhasil dilakukan. Cara yang umum dilakukan untuk pembayaran online adalah transfer antar rekening, membayar langsung dengan

alat pembayaran yang sah (uang) secara tunai dan menggunakan kartu kredit (credit card), cek pribadi (personal check). Hal yang perlu diperhatikan dengan pembayaran melalui internet adalah mengenai keamanan, di mana data atau informasi yang

berhubungan dengan hal-hal sensitif semacam nomor kartu kredit dan password tidak boleh sampai dicuri oleh pihak – pihak yang tidak berhak karena dapat

disalahgunakan di kemudian hari.

(29)

Menurut Schiffman dan Kanuk (2004), “Keputusan pembelian adalah

pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan”.

Menurut Kotler dan Armstrong (2008), “Pada umumnya keputusan pembelian (purchase decision) konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian.

Faktor pertama adalah sikap orang lain. Jika seseorang yang mempunyai arti penting bagi Anda bahwa Anda seharusnya membeli mobil yang paling murah, maka

peluang Anda untuk membeli mobil yang lebih mahal berkurang. Faktor kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk

niat pembelian berdasarkan faktor – faktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat

produk yang diharapkan”.

2.3.2 Proses Keputusan Pembelian

Keputusan untuk membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan. Bentuk proses pengambilan

keputusan pembelian tersebut dapat digolongkan sebagai berikut (Engel, 2001) : 1. Fully Planned Purchase, baik produk dan merek sudah dipilih sebelumnya.

Biasanya terjadi ketika keterlibatan dengan produk tinggi (barang otomotif)

namun bisa juga terjadi dengan keterlibatan pembelian yang rendah (kebutuhan rumah tangga). Planned purchase dapat dialihkan dengan taktik marketing misalnya pengurangan harga, kupon, atau aktivitas promosi lainnya.

2. Partially Planned Purchase, bermaksud untuk membeli produk yang sudah ada tetapi pemilihan merek ditunda sampai saat pembelajaran. Keputusan akhir

(30)

3. Unplanned Purchase, baik produk dan merek dipilih di tempat pembelian. Konsumen sering memanfaatkan katalog dan produk pajangan sebagai pengganti daftar belanja. Dengan kata lain, sebuah pajangan dapat

mengingatkan seseorang akan kebutuhan dan memicu pembelian.

Proses keputusan pembelian bukan sekedar didasarkan pada berbagai faktor yang akan mempengaruhi pembeli, melainkan didasarkan pada peranan dalam

pembelian dan keputusan untuk membeli. Menurut Simamora (2005) bahwa dalam keputusan membeli terdapat 5 (lima) peran, yaitu :

1. Pemrakarsa (initiator)

Pemrakarsa adalah orang yang pertama kali menyarankan membeli suatu

produk atau jasa tertentu.

2. Pemberi pengaruh (influencer)

Pemberi pengaruh adalah orang yang pandangan/nasihatnya memberi bobot

dalam pengambilan keputusan akhir. 3. Pengambil keputusan (decider)

Pengambil keputusan adalah orang yang sangat menentukan sebagian atau keseluruhan keputusan pembelian, apakah membeli, apa yang dibeli, kapan hendak membeli, dengan cara bagaimana membeli, dan di mana akan membeli.

4. Pembeli (buyer)

Pembeli adalah orang yang melakukan pembelian nyata.

5. Pemakai (user)

Pemakai adalah orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk.

(31)

Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam

pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Proses pengambilan keputusan dalam hal ini menekankan bahwa proses pembelian dimulai jauh sebelum tindakan pembelian

aktual dan mempunyai konsekuensi yang panjang setelah pembelian.

Hal tersebut akan mendorong para pemasar untuk memusatkan perhatiannya pada proses membeli daripada keputusan membeli. Tugas seorang pemasar itu

sendiri adalah untuk memahami perilaku membeli pada setiap tahap dan pengaruh apa yang bekerja. Pemahaman ini akan memungkinkan pemasar menggunakan suatu

program yang efektif dan berarti bagi pasar sasaran.

Menurut Tjiptono (2016), ada 5 (lima) tahap yang dilalui konsumen dalam

proses pembelian, yaitu identifikasi kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan evaluasi purnabeli. Setiap konsumen melalui kelima tahap ini untuk setiap pembelian produk atau jasa yang dibelinya seperti yang

diilustrasikan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2: Tahap Proses Keputusan Pembelian 1. Identifikasi Kebutuhan

Proses pembelian diawali ketika seseorang mendapatkan stimulus (pikiran, tindakan atau motivasi) yang mendorong dirinya untuk mempertimbangkan

pembelian barang atau jasa tertentu. Stimulus bisa berupa hal-hal sebagai berikut :

Tahap Pra-Pembelian Tahap konsumsi Tahap Evaluasi

Sumber :Tjiptono (2016) Identifikasi

kebutuhan

Pencarian informasi

Evaluasi alternatif

Keputusan pembelian

(32)

a. Commercial cues, yaitu kejadian atau motivasi yang memberikan stimulus bagi konsumen untuk melakukan pembelian, sebagai hasil usaha promosi perusahaan. Contohnya, iklan paket wisata ke Amerika, Eropa, atau

Australia bisa mendorong konsumen potensial untuk mempertimbangkan pembeliannya.

b. Social cues, yaitu stimulus yang didapatkan dari kelompok referensi yang dijadikan panutan atau acuan oleh seseorang. Sebagai contoh, motivasi seseorang untuk melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi bisa dipicu

karena melihat teman-temannya sibuk mendaftar di beberapa universitas. c. Physical cues, yakni stimulus yang ditimbulkan karena rasa haus, lapar,

lelah, dan biological cues lainnya. Misalnya, seseorang yang sedang lapar mempertimbangkan untuk singgah di salah satu restoran siap saji terdekat. Stimulus mempengaruhi kebutuhan seseorang akan produk atau jasa

tertentu. Seseorang konsumen akan merasakan kebutuhan untuk membeli suatu produk atau jasa pada situasi shortage (kebutuhan yang timbul karena

konsumen tidak memiliki produk atau jasa tertentu) maupun unfulfilled desire (kebutuhan yang timbul karena ketidakpuasan pelanggan terhadap produk atau jasa saat ini).

2. Pencarian Informasi

Identifikasi masalah atau kebutuhan memerlukan solusi yang biasanya

berupa pembelian barang atau jasa. Sebelum memutuskan tipe produk, merek spesifik, dan pemasok yang akan dipilih, konsumen biasanya mengumpulkan berbagai informasi mengenai alternatif yang ada. Pencarian informasi bisa dilakukan

(33)

mengakses dan mengandalkan memorinya berkenaan dengan informasi-informasi

yang relevan menyangkut produk atau jasa yang sedang dipertimbangkan untuk dibeli. Sedangkan dalam pencarian eksternal proaktif), konsumen mengumpulkan

informasi-informasi baru melalui sumber-sumber lain selain pengalamannya sendiri, misalnya bertanya kepada teman, membaca Koran atau majalah.

Peter dan Donnelly (2007) mengelompokkan sumber informasi bagi

pelanggan ke dalam 5 (lima) kategori, yaitu :

a. Sumber internal, berupa pengalaman sebelumnya dalam menangani

kebutuhan serupa.

b. Sumber kelompok, yaitu pihak-pihak relevan lain (seperti teman,

keluarga, tetangga, dan rekan kerja) yang diyakini konsumen memiliki keahlian khusus dalam keputusan pembelian terkait.

c. Sumber pemasaran, berupa iklan, wiraniaga, dealer, kemasan, dan

pajangan.

d. Sumber publik, meliputi publisitas (seperti artikel koran tentang

produk) dan pemeringkatan independen terhadap produk (contohnya, laporan hasil riset produk dan Warta Konsumen).

e. Sumber eksperiensial, yaitu menangani, menilai, dan mungkin pula

mencoba produk atau jasa sewaktu berbelanja. 3. Evaluasi Alternatif

Setelah terkumpulnya berbagai alternatif solusi, kemudian mengevaluasi dan menyeleksinya untuk menentukan pilihan akhir. Proses evaluasi bisa sistematis (menggunakan serangkaian langkah formal), bisa pula non-sistematis (memilih

(34)

yang terjadi di dalam diri konsumen hingga sampai pada keputusan membeli?

Sebenarnya sulit untuk mengetahuinya sebab kebanyakan konsumen tidak melakukan proses tunggal.

Menurut Simamora (2005), proses evaluasi bisa dijelaskan dengan menggunakan asumsi-asumsi seperti berikut ini :

a. Pertama, diasumsikan bahwa konsumen melihat produk sebagai

sekumpulan atribut. Sebagai contoh, sekaleng susu instan merupakan sekumpulan atribut yang terdiri dari rasa, kandungan gizi, harga, ukuran

dan reputasi. Konsumen yang berbeda memiliki persepsi yang berbeda tentang atribut apa yang relevan.

b. Kedua, tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing. Konsumen memiliki penekanan yang berbeda-beda dalam menilai atribut apa yang paling penting. Konsumen

yang daya belinya terbatas, kemungkinan besar akan memperhatikan atribut harga sebagai yang utama.

c. Ketiga, konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang letak produk pada setiap atribut. Sejumlah kepercayaan mengenai merek tertentu disebut brand image. Misalnya, sejumlah kepercayaan mengenai susu Dancow Instant adalah rasa enak, harga terjangkau, mutu terjamin. d. Keempat, tingkat kepuasan konsumen terhadap produk akan beragam

(35)

Dengan kata lain, semakin besar ukuran televisi, maka kepuasannya juga

semakin besar.

e. Kelima, konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda

melalui prosedur evaluasi. 4. Keputusan Pembelian

Sejalan dengan evaluasi atas sejumlah alternatif, maka konsumen dapat

memutuskan apakah produk atau jasa akan dibeli atau diputuskan untuk tidak dibeli. Jika konsumen memutuskan untuk melakukan pembelian, maka langkah berikutnya

adalah melakukan evaluasi terhadap produk atau jasa tersebut setelah pembelian. 5. Evaluasi Purnabeli

Setelah pilihan dibuat dan produk atau jasa dibeli serta dikonsumsi, evaluasi purnabeli akan berlangsung. Dalam tahap ini, konsumen mungkin mengalami disonansi kognitif (keraguan menyangkut ketepatan keputusan pembelian). Pemasar

biasanya berusaha meminimumkan disonansi kognitif pelanggan dengan berbagai strategi, di antaranya melakukan kontak purnabeli dengan pelanggan, menyediakan

reassuring letters di kemasan produk, menyediakan garansi dan jaminan, dan memperkuat keputusan pelanggan melalui iklan perusahaan.

2.3.4 Perdagangan Elektronik (Electronic Commerce)

(36)

Perusahaan-perusahaan yang bergantung pada ecommerce baik sebagai pembeli atau penjual bergantung pada teknologi berbasis internet, dan aplikasi serta layanan e-commerce untuk menyelesaikan proses pemasaran, penemuan produk,

pemrosesan transaksi, dan proses layanan pelanggan serta produk (O’ Brien, 2005).

Menurut O’ Brien (2005), ada 3 (tiga) kategori dalam e-commerce, yaitu :

1. E-commerce Business-to-Consumer (B2C)

Dalam bentuk ini, perusahaan harus mengembangkan pasar elektronik yang menarik untuk menjual berbagai produk dan jasa ke para pelanggan. Agar

perusahaan e-commerce Business-to-Consumer (B2C) dapat berhasil dengan cara menciptakan usaha bisnis web yang menawarkan berbagai produk dan jasa yang menarik untuk para pelanggannya.

2. E-commerce Business-to-Business (B2B)

Kategori ini melibatkan pasar e-business dan hubungan pasar langsung antar

perusahaan. Aplikasi e-commerce Business-to-Business (B2B) meliputi katalog elektronik, jual-beli, dan pasar lelang yang menggunakan situs web serta portal internet untuk menyatukan para pembeli dan penjual, pertukaran data elektronik, dan transfer dana elektronik.

3. E-commerce Consumer-to-Consumer (C2C)

(37)

2.3.5 Pembelian Secara Online (Online Shopping)

Lee dan Lin (2005), “Online shopping adalah sebuah proses yang kompleks yang bisa dibagi ke dalam beberapa sub proses, seperti pencarian

informasi dan transaksi secara online”. Dengan menggunakan internet yang didasarkan pada lingkungan ecommerce memungkinkan konsumen untuk mencari informasi dan membeli produk atau jasa melalui interaksi langsung dengan toko

online.

Selanjutnya menurut Li dan Zhang (2006), terdapat 5 (lima) tahap proses

pembelian produk dan jasa pada online shopping, yaitu : konsumen yang potensial menyadari (awareness) untuk membeli kebutuhan akan barang dagangan atau jasa,

mereka pergi ke internet dan mencari informasi yang terkait. Pada saat aktif mencari, pada saat yang sama, konsumen yang potensial, ditarik untuk membeli dengan informasi tentang produk atau jasa yang dibutuhkan. Mereka lalu mengevaluasi

alternatif dan memilih satu yang terbaik yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan. Akhirnya, sebuah transaksi dihubungkan dan disediakan jasa penjualan

melalui pos.

Adapun atribut dari online shopping menurut Lohse dan Spiller (2015), mengkategorikan toko ke dalam 4 (empat) grup, yaitu :

1. Produk

Konsumen memperhatikan informasi tentang kuantitas, kualitas, dan variasi

produk dari nama merek atau reputasi dari toko. Toko online yang jumlah produknya sangat banyak ternyata kurang efektif dalam penjualan dibandingkan dengan toko

(38)

produknya sangat banyak. Sebagaimana pada kertas katalog, konsumen tidak bisa

berinteraksi langsung dengan produk (sebagai contoh, mereka tidak bisa menyentuh produk dan mencoba ukuran produk). Kebanyakan pemasar tidak memasukkan

gambaran yang lengkap tentang sebuah produk. 2. Jasa

Selain barang yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, terdapat juga produk jasa

yang mempengaruhi minat pembelian konsumen. Perusahaan memproduksi jasa sebagai suatu produk atau sebagai suatu pelengkap yang ditawarkan bersamaan

dengan barang untuk menarik konsumen. 3. Promosi

Penjualan dari banyaknya pengunjung toko, dipengaruhi oleh promosi. Promosi pada toko, termasuk di dalamnya adalah majalah dengan artikel produk terkait, dan lainnya. Iklan memiliki banyak bagian pada web.

4. Kenyamanan

Layout toko, fitur organisasi, dan mudah digunakan adalah bagian dari kenyamanan. Fitur kenyamanan juga mengelola harapan konsumen. Terkadang sulit untuk menentukan sebuah status proses pembelian secara online, seperti melakukan download sebuah data yang besar.

2.4 Teori Tentang Kepuasan Pelanggan 2.4.1 Pengertian Kepuasan Pelanggan

Kata kepuasan atau satisfaction berasal dari bahasa Latin “satis” (artinya

cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat). Secara sederhana

kepuasan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu

(39)

pelanggan lantas menjadi sesuatu yang kompleks. Bahkan, hingga saat ini belum

dicapai kesepakatan atau konsensus mengenai konsep kepuasan pelanggan, yakni apakah kepuasan merupakan respon emosional ataukah evaluasi kognitif (Tjiptono,

2016).

Kepuasan pelanggan merupakan suatu hal yang sangat berharga demi mempertahankan keberadaan pelanggan. Dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan

oleh perusahaan, pada akhirnya akan bermuara pada nilai yang akan diberikan oleh pelanggan mengenai kepuasan yang dirasakannya.

Customer satisfaction depends on the product’s perceived performance

relative to a buyer’s expectations. If the product’s performance falls short of

expectations, the customer is dissatisfied. If performance matches expectations, the customer is satisfied. If performance exceeds expectations, the customer is highly satisfied or delighted (Kotler and Armstrong (2008).

Kotler dan Armstrong (2008), “Kepuasan pelanggan tergantung dari kinerja produk yang dirasakan secara relatif sesuai dengan harapan pembeli. Jika

kinerja suatu produk dibawah dari harapan pelanggan maka pelanggan tidak puas. Jika kinerja produk sesuai dengan harapan pelanggan, maka pelanggan puas. Jika kinerja suatu produk melebihi dari harapan pelanggan, maka pelanggan sangat puas

atau senang.”

Menurut Mowen dan Minor (2002), kepuasan pelanggan adalah

keseluruhan sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang dan jasa setelah mereka memperoleh dan menggunakannya.

Dari beberapa pengertian mengenai kepuasan pelanggan di atas, maka

(40)

perbandingan antara layanan atau hasil yang diterima itu paling tidak harus sama

dengan harapan pelanggan atau bahkan melebihinya. Dalam era kompetisi bisnis yang ketat seperti sekarang ini, kepuasan pelanggan merupakan hal yang utama,

pelanggan diibaratkan seorang raja yang harus dilayani. Namun hal ini bukan berarti menyerahkan segala-galanya kepada pelanggan. Usaha memuaskan kebutuhan

pelanggan harus dilakukan secara menguntungkan atau bersifat “winwin situation”,

yaitu keadaan dimana kedua belah pihak merasa menang dan tidak ada yang dirugikan.

2.4.2 Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Menurut Tjiptono (2016), tidak ada satu pun ukuran tunggal terbaik mengenai

kepuasan pelanggan yang disepakati secara universal. Meskipun demikian, di tengah beragamnya cara mengukur kepuasan pelanggan, terdapat kesamaan paling tidak dalam enam konsep inti mengenai objek pengukuran sebagai berikut :

1. Kepuasan Pelanggan Keseluruhan (Overall Customer Satisfaction)

Cara yang paling sederhana untuk mengukur kepuasan pelanggan adalah

langsung menanyakan kepada pelanggan seberapa puas mereka dengan produk atau jasa spesifik tertentu. Biasanya, ada dua bagian dalam proses pengukurannya. Pertama, mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa

perusahaan yang bersangkutan. Kedua, menilai dan membandingkannya dengan tingkat kepuasan pelanggan keseluruhan terhadap produk atau jasa para pesaing.

2. Dimensi Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction Dimension)

Berbagai penelitian memilah kepuasan pelanggan ke dalam komponenkomponennya. Umumnya, proses semacam ini terdiri atas empat langkah.

(41)

meminta pelanggan menilai produk atau jasa perusahaan berdasarkan item-item

spesifik, seperti kecepatan layanan, fasilitas layanan, atau keramahan staf layanan pelanggan. Ketiga, meminta pelanggan menilai produk atau jasa pesaing berdasarkan

item-item spesifik yang sama, dan Keempat, meminta para pelanggan untuk menentukan dimensi-dimensi yang menurut mereka paling penting dalam menilai kepuasan pelanggan keseluruhan.

3. Konfirmasi Harapan (Confirmation of Expectations)

Dalam konsep ini, kepuasan tidak diukur langsung, namun disimpulkan

berdasarkan kesesuaian/ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual produk perusahaan pada sejumlah atribut atau dimensi penting.

4. Minat Pembelian Ulang (Repurchase Intent)

Kepuasan pelanggan diukur secara behavioral dengan jalan menanyakan apakah pelanggan akan berbelanja atau menggunakan jasa perusahaan lagi.

5. Kesediaan Untuk Merekomendasi (Willingness to Recommend)

Dalam kasus produk yang pembelian ulangnya relatif lama atau bahkan hanya

terjadi satu kali pembelian (seperti pembelian mobil, broker rumah, asuransi jiwa, tur keliling dunia, dan sebagainya), kesediaan pelanggan untuk merekomendasikan produk kepada teman atau keluarganya menjadi ukuran yang penting untuk dianalisis

dan ditindaklanjuti.

6. Ketidakpuasan Pelanggan (Customer Dissatisfaction)

(42)

2.4.3 Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Menurut Kotler (2005) ada empat metode yang dapat dipergunakan dalam mengukur kepuasan pelanggan, yaitu :

1. Sistem Keluhan dan Saran (Feedback and Suggestion Forms)

Setiap organisasi jasa yang berorientasi pada pelanggan wajib memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggannya untuk menyampaikan saran,

kritik, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang digunakan bisa berupa kotak saran yang diletakkan di tempat-tempat strategis (yang mudah diakses atau sering dilalui

pelanggan), kartu komentar (yang bisa diisi langsung maupun yang dikirim via pos kepada perusahaan), saluaran telepon khusus bebas pulsa, web site, dan lain-lain. Informasi-informasi yang diperoleh melalui metode ini dapat memberikan ide-ide baru dan masukan yang berharga kepada perusahaan, sehingga memungkinkannya untuk bereaksi dengan tanggap dan cepat untuk mengatasi masalah – masalah yang

timbul. Akan tetapi, karena metode ini bersifat pasif, maka sulit mendapatkan gambaran lengkap mengenai kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan.

2. Pembeli Misterius (Ghost Shopping)

Salah satu metode untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan

adalah dengan mempekerjakan beberapa orang ghost shoppers untuk berperan sebagai pelanggan potensial jasa perusahaan dan pesaing. Mereka diminta

melaporkan berbagai temuan penting berdasarkan pengalamannya mengenai kekuatan dan kelemahan jasa perusahaan dibandingkan para pesaing. Selain itu, para

(43)

permintaan spesifik pelanggan, menjawab pertanyaan pelanggan, dan menangani

setiap masalah/keluhan pelanggan.

3. Analisis Pelanggan Yang Hilang (Lost Customer Analysis)

Perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan/penyempurnaan

selanjutnya. Bukan hanya exit interview saja yang perlu, tetapi pemantauan customer

loss rate juga penting, di mana peningkatan customer loss rate menunjukkan kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggannya. Akan tetapi, kesulitan menerapkan metode adalah pada mengidentifikasi dan mengontak mantan pelanggan

yang bersedia memberikan masukan dan evaluasi terhadap kinerja perusahaan. 4. Survei Kepuasan Pelanggan (Customer Surveys)

Umumnya sebagian besar penelitian mengenai kepuasan pelanggan

menggunakan metode survei, baik via pos, telepon, e-mail, maupun wawancara langsung. Melalui survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik

langsung dari pelanggan dan juga memberikan sinyal positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap mereka.

2.5 Kerangka Konseptual

Kepuasan pelanggan merupakan suatu hal yang sangat berharga demi mempertahankan keberadaan pelanggan tersebut untuk tetap berjalannya suatu bisnis

atau usaha. Layanan yang diberikan kepada pelanggan akan memacu puas tidaknya seseorang pelanggan atas pelayanan yang diberikan.

Hubungan antara pemasaran relasional dengan kepuasan pelanggan didukung

(44)

mungkin tercapai, sekalipun hanya untuk sementara waktu, namun upaya perbaikan

atau penyempurnaan kepuasan dapat dilakukan dengan berbagai strategi. Adapun strategi yang dapat dipadukan untuk meraih dan meningkatkan kepuasan pelanggan,

diantaranya yaitu pemasaran relasional.

Menurut Tandjung (2004) pemasaran relasional merupakan suatu strategi pemasaran dalam memilih dan mengelola pelanggan untuk mengoptimalkan nilai

dalam jangka panjang. Pemasaran relasional yang terdiri dari komitmen, empati, timbal balik dan kepercayaan merupakan suatu desain strategi untuk memahami,

mengantisipasi perilaku pelanggan, dan mengembangkan hubungan yang lebih kuat dengan pelanggan. Pemasaran relasional mengintegrasikan, menganalisis,

menyebarkan informasi tentang pelanggan, penjualan, dan efektivitas pemasaran untuk memberikan pelayanan yang lebih profesional dan personal kepada pelanggan.

Menurut Tandjung (2004) komitmen merupakan kemampuan perusahaan untuk

menciptakan hubungan yang yang lebih kuat dengan pelanggan. Komitmen dapat menjadi kontrol sosial yang efektif di masyarakat, sekaligus memberikan kontribusi

untuk menghilangkan keraguan, menciptakan kepercayaan dan membentuk hubungan yang erat. Empati merupakan memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan

berupaya memahami keinginan pelanggan. Timbal balik mengindikasikan adanya suatu kerjasama atau hubungan dengan pihak lain. Jadi ciri dari suatu pemasaran

relasional, salah satunya adalah adanya timbal balik. Hal ini mencerminkan bahwa antara perusahaan dan pelanggan memiliki kewajiban yang sama. Perusahaan berkewajiban memberikan pelayanan yang sesuai dengan apa yang ditawarkan dan

(45)

yang telah diterimanya. Dalam konteks pemasaran relasional, kepercayaan

merupakan salah satu dimensi dari pemasaran relasional untuk menentukan sejauhmana apa yang dirasakan suatu pihak atas integritas dan janji yang ditawarkan

pihak lain. Dengan adanya pemasaran relasional yang dilakukan oleh perusahaan maka diharapkan akan tercipta kepuasan pelanggan.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Rangkuti (2002), dimana hubungan antara

pemasok, produsen, distributor dan pelanggan (sebagai pemakai akhir) merupakan hubungan vertikal yang terjadi pada pemasaran relasional. Hubungan dengan

pelanggan pada akhirnya akan meningkatkan kepuasan pelanggan. Berbelanja melalui internet semakin menjadi pilihan kerena konsumen tidak perlu ke luar

rumah, cukup duduk dihadapan komputer, browsing produk atau jasa yang diinginkan dan bertransaksi melalui internet banking. Dengan kehadiran situs - situs toko online membuat para konsumen tidak perlu lagi harus bepergian jauh antar kota

hanya untuk membeli produk dan jasa sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, sehingga konsumen akan dapat menghemat waktu dalam usaha mencari informasi

produk atau jasa, dan tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk memperoleh produk dan jasa yang diinginkannya.

Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai

(46)

Gambar 2.3: Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau

keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Hipotesis merupakan pernyataan penelitian tentang hubungan antara variabel – variabel dalam peneliatian, serta merupakan pernyataan yang paling spesifik (Sinulingga, 2014).

Berdasarkan kerangka konseptual dan perumusan masalah, maka dihipotesiskan sebagai berikut :

H1: Pemasaran relasional yang terdiri dari: komitmen, empati, timbal balik dan

kepercayaan dalam pembelian secara online berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap rendahnya kepuasan pelanggan pada Mahasiswa di Medan.

H1

H2

H3

H4

H5 Komitmen

(X1)

Kepuasan Pelanggan

(Y)

Kepercayaan (X4) Timbal Balik

(X3) Empati

(47)

H2: Komitmen dalam pembelian secara online berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap rendahnya kepuasan pelanggan pada Mahasiswa di Medan. H3: Empati dalam pembelian secara online berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap rendahnya kepuasan pelanggan pada Mahasiswa di Medan. H4: Timbal balik dalam pembelian secara online berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap rendahnya kepuasan pelanggan pada Mahasiswa di Medan.

H5: Kepercayaan dalam pembelian secara online berpengaruh secara positif dan

Gambar

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Transaction Marketing
Gambar 2.3: Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemasaran relasional yang terdiri dari financial benefit (manfaat keuangan),

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel pemasaran relasional yang terdiri dari manfaat keuangan, manfaat sosial, dan ikatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel pemasaran relasional yang terdiri dari manfaat keuangan, manfaat sosial, dan ikatan struktural terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel pemasaran relasional yang terdiri dari manfaat keuangan, manfaat sosial, dan ikatan struktural terhadap

Biaya yang sudah saya keluarkan sesuai dengan kualitas produk.. Biaya yang sudah saya keluarkan sesuai dengan pelayanan yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel pemasaran relasional yang terdiri dari manfaat keuangan, manfaat sosial, dan ikatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel pemasaran relasional yang terdiri dari manfaat keuangan, manfaat sosial, dan ikatan

berkala mengenai mutu komitmen yang telah diterapkan perusahaan kepada pelanggan. Perusahaan juga dapat melakukan survey kepuasan pelanggan secara periodik untuk