• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Ekonomi

Regional Jawa Tengah

Triwulan I 2014

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V (Jateng-DIY) Jl. Imam Bardjo SH No.4 Semarang

Telp. (024) 8310246, Fax. (024) 8417791 http://www.bi.go.id

(2)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI JAWA TENGAH

Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V, untuk menganalisis perkembangan ekonomi Jawa Tengah secara komprehensif. Isi kajian dalam buku ini mencakup perkembangan ekonomi makro, inflasi, moneter, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, dan prospek ekonomi Jawa Tengah. Penerbitan buku ini bertujuan untuk: (1) melaporkan kondisi perkembangan ekonomi dan keuangan di Jawa Tengah kepada Kantor Pusat Bank Indonesia sebagai masukan pengambilan kebijakan, dan (2) menyampaikan informasi kepada external stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V (Jateng-DIY)

Sutikno : Kepala Kantor Perwakilan

Marlison Hakim : Kepala Grup Sistem Pembayaran dan Manajemen Intern

Putra Nusantara S. : Kepala Divisi Akses Keuangan, UMKM, dan Komunitas

Eko Purwanto : Kepala Divisi Sistem Pembayaran

Salinan buku ini dapat diunduh dari laman Bank Indonesia dengan alamat

http://www.bi.go.id

(3)
(4)

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya ”Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan I 2014” dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya.

KATA PENGANTAR

i

Semarang, Mei 2014

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH V Ttd

Sutikno Direktur Eksekutif

(5)
(6)

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Grafik Daftar Suplemen

Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Jawa Tengah Ringkasan Umum

1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum 1.2. Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan

1.3. Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral 2. Perkembangan Inflasi Jawa Tengah 2.1. Inflasi Secara Umum

2.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok

2.2.1. Kelompok Bahan Makanan

2.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

2.2.3. Kelompok Transpor Komunikasi dan Jasa Keuangan

2.2.4. Kelompok Lainnya

2.3. Disagregasi Inflasi

2.3.1. Kelompok Volatile foods

2.3.2. Kelompok Administered Prices

2.3.3. Kelompok Inti

2.4. Inflasi Kota – Kota di Provinsi Jawa Tengah 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3.1. Kondisi Umum Perbankan Jawa Tengah 3.2. Perkembangan Bank Umum

3.2.1 Perkembangan Jaringan Kantor Bank

3.2.2 Perkembangan Penghimpunan DPK

3.2.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan

3.2.4. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum

3.2.5. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum

I iii v vii xi xiii 1 5 5 5 11 19 19 21 21 23 23 23 24 24 25 25 28 31 31 32 32 32 33 34 35

DAFTAR ISI

(7)

3.3. Perkembangan Perbankan Syariah

3.4. Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) 3.5. Perkembangan Perkasan

4. Perkembangan Keuangan Daerah 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah 5.1. Ketenagakerjaan

5.2. Pengangguran 5.3. Nilai Tukar Petani 5.4. Tingkat Kemiskinan

5.5. Indikator Pemerataan Pendapatan

6. Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 6.1. Pertumbuhan Ekonomi 6.2. Inflasi 36 37 38 41 45 45 46 47 48 49 51 51 54 daftar isi

iv

(8)

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 menurut Penggunaan

Tahun 2012 –2014 (%)

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 menurut Penggunaan

Tahun 2012 – 2014 (%)

Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 (%) Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 (%) Tabel 2.1. Tabel Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Triwulanan di Jawa Tengah

Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok

Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Tahunan dan Triwulanan Tw I - Kelompok Bahan Makanan Tabel 3.1. Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status Kepemilikan di Jawa Tengah Tabel 3.2. Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Jawa Tengah

Tabel 3.3. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Jawa Tengah Tabel 4.1. Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan I-2014

Tabel 5.1. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama,

Februari 2013 – Februari 2014 (juta orang)

Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan,

Februari 2013 – Februari 2014 (juta orang)

Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan,Februari 2013–Februari 2014 (jt org) Tabel 5.4. Garis Kemiskinan, Jumlah Menurut Daerah, 2010-September 2013 (Rupiah)

Tabel 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 menurut Penggunaan

dan Proyeksi Triwulan II 2014 (%)

Tabel 6.2. Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah (%)

5 6 11 11 21 21 22 32 36 37 41 45 46 46 49 52 53

DAFTAR TABEL

daftar tabel

v

(9)
(10)

Grafik 1.1. Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama Grafik 1.2. Perkembangan Penjualan Listrik Segmen Rumah Tangga di Jawa Tengah

Grafik 1.3. Pertumbuhan Tahunan Kredit Konsumsi Vs Konsumsi PDRB Tahunan di Jawa Tengah Grafik 1.4. Survei Tendensi Konsumen

Grafik 1.5. Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi Vs Konsumsi PDRB Tahunan di Jawa Tengah Grafik 1.6. Pertumbuhan Giro Pemerintah Vs Konsumsi Pemerintah di Jawa Tengah

Grafik 1.7. Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah Grafik 1.8. Perkembangan Pertumbuhan Impor Barang Modal Vs PMTDB Grafik 1.9. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah

Grafik 1.10. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Jawa Tengah Grafik 1.11. Perkembangan Nilai Ekspor Luar Negeri Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.12. Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.13. Perkembangan Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan Grafik 1.14. Pangsa Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan I 2014 Grafik 1.15. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.16. Perkembangan Volume Impor Provinsi Jawa Tengah Grafik 1.17. Pangsa Negara Asal Impor Jawa Tengah

Grafik 1.18. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Asal

Grafik 1.19. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Sektoral Provinsi Jawa Tengah Triwulan I

Tahun 2014 (%)

Grafik 1.20. Perkembangan Luas Tanam dan Panen Padi di Jawa Tengah Grafik 1.21. Perkembangan Produksi Padi di Jawa Tengah

Grafik 1.22. Perkembangan Industri Besar Jawa Tengah Grafik 1.23. Perkembangan Industri Kecil Jawa Tengah

Grafik 1.24. Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen Bisnis di Jawa Tengah Grafik 1.25. Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen Industri di Jawa Tengah Grafik 1.26. Perkembangan Impor Nonmigas Bahan Baku di Jawa Tengah Grafik 1.27. Perkembangan Impor Nonmigas Barang Modal di Jawa Tengah Grafik 1.28. Perkembangan Konsumsi Semen di Jawa Tengah

Grafik 1.29. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Jawa Tengah Grafik 1.30. Perkembangan Penjualan Listrik di Jawa Tengah

6 6 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 10 10 10 10 11 12 12 12 12 13 13 13 13 13 13 14

DAFTAR GRAFIK

(11)

Grafik 1.31. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Jawa Tengah Grafik 1.32. Perkembangan Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 1.33. Perkembangan Keyakinan Konsumen dan Pedagang Eceran Grafik 1.34. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara di Jawa Tengah Grafik 1.35. Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Jawa Tengah Grafik 2.1. Perbandingan Inflasi Bulanan Tahun Kalender 2010-2014

Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan Jawa Tengah dan Nasional Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi Jawa Tengah Grafik 2.4. Event Analysis Inflasi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 2.5. Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Bulanan

Grafik 2.7 Perkembangan Harga Komoditas Internasional dan Emas. Grafik 2.8. Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga Grafik 2.9. Indeks Ekspektasi Harga Pedagang Eceran

Grafik 2.10. Inflasi Kota di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 2.11. Inflasi Kota di Provinsi Jawa Tengah per Kelompok Grafik 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan Jawa Tengah Grafik 3.2. Pertumbuhan Tahunan Indikator Perbankan Jawa Tengah Grafik 3.3. Perkembangan DPK Perbankan Umum di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.4. Komposisi DPK Perbankan Umum Triwulan I 2014 di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.5. Perkembangan Kredit Sektor Utama Bank Umum Provinsi Jawa Tengah (Rp Triliun) Grafik 3.6. Pertumbuhan Kredit Perbankan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.7. Komposisi Kredit Perbankan Triwulan I 2014 di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.8. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Simpanan Jawa Tengah Grafik 3.9. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Pinjaman Jawa Tengah Grafik 3.10. Perkembangan Suku Bunga Sektor Utama Jawa Tengah Grafik 3.11. Perkembangan Kredit kepada UMKM

Grafik 3.12. NPL Kredit UMKM

Grafik 3.13. Perkembangan Kredit kepada UMKM Berdasar Penggunaan Grafik 3.14. NPL Kredit UMKM Berdasar Penggunaan

Grafik 3.15. Perkembangan Perputaran Kliring di Jawa Tengah

14 14 14 15 15 19 20 20 20 26 26 26 27 27 28 28 31 31 33 33 33 34 34 34 34 35 37 37 37 37 37 DAFT AR GR AFI K

DAFTAR GRAFIK

daftar grafik

viii

(12)

Grafik 3.16. Perkembangan Nilai RTGS Jawa Tengah Grafik 3.17. Perkembangan Volume RTGS Jawa Tengah

Grafik 3.18. Perkembangan Kegiatan Perkasan di Jawa Tengah 2012-2014 Grafik 3.19. Perkembangan Penarikan Uang Lusuh

Grafik 4.1. Pangsa Belanja Langsung dan Tidak Langsung

Grafik 4.2. Proporsi Realisasi Belanja Tidak Langsung Triwulan I 2014 Grafik 4.3. Proporsi Realisasi Belanja Langsung Tw I-2014

Grafik 4.4. Porsi Belanja Modal pada APBD Grafik 4.5. Proporsi Realisasi Pendapatan

Grafik 5.1. Indeks Hasil Survei Konsumen Mengenai Kondisi Saat Ini Triwulan I 2014 Grafik 5.2. Indeks Harga yang Diterima, Indeks Harga yang Dibayar dan Nilai Tukar Petani

Grafik 5.3. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa Tengah Tahun 2010-2013 (ribuan orang) Grafik 5.4. PDRB Per Kapita

Grafik 5.5. Indeks Gini Ratio

Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah

Grafik 6.2. Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha dan Situasi Bisnis Perusahaan Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Mendatang Grafik 6.4. Perkembangan Ekspektasi Konsumen Mendatang Grafik 6.5. Proyeksi Inflasi Tahunan Jawa Tengah

Grafik 6.6. Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Konsumen

38 38 39 39 41 42 42 42 42 46 47 48 49 50 52 52 53 53 56 56 DAFTAR GRAFIK

DAFTAR GRAFIK

daftar grafik

ix

(13)
(14)

Suplemen 1. Daya Saing Industri Jawa Tengah, ditengah Pergerakan Nilai Tukar Suplemen 2. Dampak Banjir di Jawa Tengah

Suplemen 3. Dampak El Nino dan Potensi Produksi Pangan di Jawa Tengah

16 29 57

DAFTAR SUPLEMEN

(15)
(16)

A. PDRB & Inflasi

Ekonomi Makro Regional *)

Produk Domestik Regional Bruto (%,yoy)

- Pertanian

- Pertambangan & Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas % Air Bersih - Bangunan

- Perdagangan

- Pengangkutan Dan Komunikasi - Keuangan, Persewaan & Jasa Usaha - Jasa - Jasa

Berdasarkan Permintaan

- Konsumsi Rumah Tangga - Konsumsi Swasta Nirlaba - Konsumsi Pemerintah - Investasi

- Eksport - Import

- Nilai Eksport Non Migas (USD Juta) - Volume Eksport Non Migas (Ribu Ton) - Nilai Eksport Non Migas (usd Juta) - Volume Eksport Non Migas (ribu Ton)

Indeks Harga Konsumen

Provinsi Jawa Tengah Kota Purwokerto Kota Surakarta Kota Semarang Kota Tegal INDIKATOR 2012 2012 2013 II III IV I II Eksport Import Kota Kudus Kota Cilacap

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

Provinsi Jawa Tengah Kota Purwokerto Kota Surakarta Kota Semarang Kota Tegal Kota Kudus Kota Cilacap III 6.6 1.8 7.7 5.8 5.2 7.6 9.4 8.2 9.7 9.3 4.7 7.9 6.6 6.2 2.3 4.8 1,266 819 1,379 989 129.34 130.43 122.91 131.05 132.12 4.59 4.24 4.40 4.85 3.75 6.0 3.9 8.7 5.6 5.5 7.9 7.8 7.2 10.4 3.4 4.5 6.0 0.1 9.3 10.2 2.8 1,231 500 1,139 746 131.46 132.88 123.44 133.67 134.36 4.49 4.70 3.19 5.09 3.49 6.3 9.3 4.5 3.5 8.5 5.4 7.7 7.6 9.5 7.4 5.0 1.7 -0.4 11.0 8.3 7.9 1,395 679 1,458 1,034 132.13 134.07 124.45 134.29 134.26 4.24 4.73 2.87 4.85 3.09 6.3 3.7 7.4 5.5 6.4 7.0 8.2 7.9 9.4 7.3 5.0 6.2 4.7 8.4 9.5 8.5 5,209 3,190 5,179 3,767 132.13 134.07 124.45 134.29 134.26 4.24 4.73 2.87 4.85 3.09 5.6 0.9 5.2 4.7 9.8 6.1 9.2 7.9 9.9 6.2 5.0 7.1 2.2 5.4 3.7 1.7 1,344 846 1,153 887 135.89 137.39 129.23 138.14 135.76 6.24 6.23 6.20 6.66 4.01 6.2 2.4 5.7 6.5 6.8 6.9 8.3 7.5 9.7 4.7 5.1 7.9 3.8 7.8 8.9 7.4 1,470 838 1,468 1,128 136.38 139.26 129.56 138.48 136.33 5.44 6.77 5.41 5.67 3.19 5.9 3.5 5.5 5.0 9.4 6.9 6.9 8.1 11.3 6.8 5.3 5.9 7.6 8.5 10.5 18.5 1,350 710 1,378 1,037 141.61 143.72 133.41 144.22 142.14 7.72 8.16 8.08 7.89 5.79 5.6 2.0 9.0 7.3 7.7 7.9 5.6 2.9 11.3 2.1 5.0 6.7 8.1 9.5 11.2 10.0 1,494 751 1,555 992 142.68 145.46 134.81 145.29 142.05 7.98 8.50 8.32 8.19 5.80 5.8 2.2 6.3 5.9 8.4 7.0 7.5 6.5 10.6 4.9 5.1 6.9 5.6 7.9 8.6 9.3 5,658 3,144 5,554 4,045 142.68 145.46 134.81 145.29 142.05 7.98 8.50 8.32 8.19 5.80 IV 2013

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Berdasarkan Sektor 2014 I 5.4 2.1 5.0 5.9 5.3 7.0 6.1 5.1 11.2 5.1 4.9 11.9 4.8 9.6 9.7 14.1 1,500 741 1,398 871 111.32 111.37 110.11 110.96 108.69 116.87 113.36 7.08 7.30 6.61 6.43 6.07 10.50 9.69

*Mulai tahun 2013, perhitungan IHK menggunakan SBH 2012

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAWA TENGAH

(17)

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAWA TENGAH

xiv

INDIKATOR

Perbankan **)

Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun)

- Giro - Tabungan - Deposito Kredit (Rp Triliun) - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi

Loan To Deposit Ratio (%) NPL Gross (%)

Sistem Pembayaran Transaksi RTGS (Rp Triliun)

- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar)

Transaksi Kliring

- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (lembar)

B. Perbankan dan Sistem Pembayaran

*Data Perbankan merupakan data bank umum yang ada di Jawa Tengah (Lokasi Bank Pelapor)

2012 2012 2013 II III IV I II III IV 2013 144.61 22.39 71.82 50.41 145.50 81.33 16.26 47.91 100.61 2.64 2,928 1,908 474 14,679 7.39 7.96 0.57 151.63 23.60 76.38 51.65 151.72 81.83 17.89 52.01 100.06 2.59 2,889 2,720 512 14,715 9.40 14.36 4.96 156.14 22.28 84.23 49.64 162.64 86.79 19.55 56.30 104.16 2.21 3,200 2,919 531 15,435 8.02 10.52 2.50 156.14 22.28 84.23 49.64 162.64 86.79 19.55 56.30 104.16 2.21 2,820 1,408 498 14,910 28.49 43.32 14.83 157.32 24.98 80.91 51.43 165.18 87.14 20.44 57.60 104.99 2.38 2,986 2,643 512 15,341 5.17 14.81 9.64 163.07 24.84 82.89 55.35 174.37 91.00 23.39 59.98 106.93 2.46 2,958 2,770 500 14,161 8.67 11.22 2.56 174.46 28.86 87.88 57.71 182.29 94.85 24.82 62.62 104.49 2.42 3,505 2,438 547 14,295 14.17 19.55 5.38 176.24 26.17 89.76 60.32 185.24 95.95 25.80 63.49 105.10 2.40 5,589 3,886 574 14,888 10.00 11.86 1.86 176.24 26.17 89.76 60.32 185.24 95.95 25.80 63.49 105.10 2.40 3,592 2,848 533 14,671 38.00 57.44 19.44

Transaksi Kas Titipan (Rp Triliun)

- Outflow - Inflow - Net Outflow 168.74 25.09 85.3 58.34 178.54 93.34 26.91 58.29 54.04 11.95 107.31 2.17 3,455 2,387 413 10590 6.27 15.47 9.20

Kredit UMKM (Rp Triliun)

-Modal Kerja -Investasi 52.96 11.76 52.96 11.76 51.40 10.90 50.12 10.78 46.08 8.50 44.63 7.97 44.63 7.97 41.98 7.49 42.69 7.54 2014 I

(18)

RINGKASAN

UMUM

(19)
(20)

Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan I 2014 tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya.

Ekonomi Jawa Tengah tumbuh melambat dari 5,6% (yoy) di triwulan IV 2013 menjadi 5,4% (yoy) pada triwulan I 2014. Namun, capaian ini masih lebih tinggi dibanding pertumbuhan Nasional 5,2% (yoy).

Faktor pendorong perlambatan ekonomi pada triwulan I 2014 adalah kegiatan ekspor dan konsumsi yang tumbuh moderat, lebih lambat dibanding triwulan sebelumnya. Perlambatan konsumsi terutama pada

konsumsi pemerintah. Kegiatan konsumsi rumah tangga sedikit melambat sementara konsumsi lembaga non profit meningkat sehingga konsumsi swasta tumbuh stabil dibanding triwulan sebelumnya. Sementara, investasi tumbuh cukup mengesankan, baik dalam bentuk investasi bangunan maupun non bangunan. Kondisi tersebut mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin berimbang. Kesinambungan konsumsi dapat dipenuhi dengan adanya investasi. Kegiatan ekspor juga tumbuh melambat khususnya ekspor luar negeri.

Dari sisi sektoral, kinerja sektor industri pengolahan yang melambat menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tidak dapat tumbuh setinggi periode sebelumnya. Industri migas

memberikan tekanan perlambatan yang cukup besar pada periode laporan. Sementara itu, sektor utama ekonomi Jawa Tengah lainnya, yaitu sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran masih dapat tumbuh baik, meningkat dibanding triwulan sebelumnya.

Di sisi perkembangan harga, inflasi Jawa Tengah pada triwulan I 2014 menurun. Inflasi tahunan Jawa

Tengah pada triwulan I 2014 menurun dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 7,99% (yoy) menjadi 7,08% (yoy). Pencapaian inflasi tersebut masih berada di bawah inflasi nasional yang sebesar 7,32% (yoy).

Penurunan inflasi di triwulan I 2014 dipengaruhi oleh koreksi harga yang terjadi pada beberapa kelompok pangan, terutama komoditas hortikultura. Bencana banjir yang terjadi pada awal tahun berdampak

relatif minimal pada harga-harga. Hal ini tidak terlepas dari upaya pemerintah dalam memitigasi dampak banjir melalui peran Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Namun demikian penguatan manajemen bencana perlu terus dilakukan. Di sisi lain, kelompok administered prices cenderung meningkat. terkait kenaikan harga elpiji 12 kg pada awal tahun 2014, dan pengenaan tarif surcharge angkutan udara. Sementara itu, peningkatan inflasi inti masih relatif terbatas. Hal ini menggambarkan bahwa permintaan secara agregat mulai meningkat namun terindikasi masih dapat direspons dengan baik oleh para pelaku usaha. Ekspektasi inflasi relatif masih dapat terjaga dan mampu meredam lonjakan inflasi inti.

Industri perbankan di Jawa Tengah pada triwulan I 2014 masih tumbuh cukup baik. Dana pihak ketiga di

Jawa Tengah tumbuh meningkat sementara aset perbankan dan kredit yang disalurkan masih tumbuh cukup tinggi meski melambat dibanding triwulan sebelumnya. Secara tahunan pada triwulan I 2014, total aset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit masing-masing tumbuh 14,89% (yoy), 15,29% (yoy), dan 16,45% (yoy). Seiring dengan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan DPK maka menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) turut meningkat pada triwulan laporan. Kualitas kredit yang disalurkan masih dapat dijaga jauh di bawah level indikatif lima persen. Kinerja perbankan yang masih cukup baik tersebut memberikan nilai tambah pada pertumbuhan ekonomi sektor keuangan, yang pada triwulan I 2014 mampu tumbuh 11,2% (yoy).

(21)

Melambatnya perekonomian Jawa Tengah triwulan I 2014 dibarengi dengan persentase realisasi belanja daerah

dan pendapatan triwulan I 2014 lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sesuai

siklusnya, realisasi belanja daerah pada triwulan I masih terbatas. Realisasi belanja daerah pada APBD triwulan I 2014 tercatat sebesar 13,11% dari anggaran atau lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 14,72%. Sejalan dengan ini persentase realisasi pendapatan daerah triwulan I 2014 juga tercatat lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Kondisi kesejahteraan masyarakat membaik. Angka pengangguran pada Februari 2014 menunjukkan

penurunan. Secara tahunan maupun dibanding Agustus 2013, jumlah penduduk usia produktif yang menganggur menurun. Masih meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah meski secara terbatas diduga sebagai indikasi masih terserapnya angkatan kerja daerah. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Konsumen yang menunjukkan ketersediaan lapangan kerja dalam tren meningkat. Namun di sisi lain, kualitas penduduk yang bekerja belum mengalami perbaikan. Penyerapan tenaga kerja sebagian besar masih didominasi oleh penduduk yang berpendidikan rendah (SD ke bawah).

Ke depan, ekonomi Jawa Tengah diperkirakan meningkat pada triwulan II 2014 dibanding triwulan

sebelumnya. Perkembangan berbagai indikator ekonomi terakhir mengindikasikan ekonomi Jawa Tengah tumbuh

meningkat pada triwulan II 2014, sebesar 5,8% (yoy).

Masih kuatnya keyakinan konsumen dan ekspektasi pelaku usaha yang diindikasikan meningkat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi ke depan. Berdasar survei kegiatan dunia usaha pengusaha

memperkirakan kondisi situasi bisnis perusahaan dan kegiatan dunia usaha lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Optimisme pelaku usaha juga didasari masih terjaganya kepercayaan konsumen dalam memandang perekonomian di tahun 2014. Konsumsi diperkirakan naik pada triwulan II 2014, sementara investasi diperkirakan tetap tumbuh tinggi meski tidak setinggi sebelumnya. Ekspor diperkirakan naik dibarengi dengan masih tingginya impor, sejalan dengan tingginya ketergantungan bahan baku impor. Membaiknya perekonomian negara tujuan utama ekspor menjadi penopang pertumbuhan ekspor. Secara sektoral perbaikan sektor industri pengolahan dan naiknya kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran diperkirakan menjadi pendorong perekonomian Jawa Tengah triwulan II 2014.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada 2014 diperkirakan tetap tumbuh tinggi.

Ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2014 diperkirakan 5,8% - 6,3% (yoy), dengan kecenderungan bias ke bawah. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan termoderasi di tahun 2014. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 pada kisaran 5,1 – 5,5%. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2014 yang masih diatas pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut ditopang oleh masih kuatnya konsumsi dan investasi yang tumbuh meningkat. Sementara ekspor diperkirakan membaik yang dibarengi dengan peningkatan impor yang lebih tajam.

ringkasan umum

2

(22)

Dari sisi sektoral, perekonomian tahun 2014 didukung oleh membaiknya kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran sejalan dengan naiknya kinerja sektor industri pengolahan. Di sisi lain, sektor pertanian

tumbuh tidak setinggi tahun 2013 terkait produksi tanaman bahan makanan khususnya padi yang diperkirakan tidak bisa setinggi tahun sebelumnya.

Di sisi perkembangan harga, inflasi tahunan Jawa Tengah di triwulan II 2014 diperkirakan meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan II tahun 2014, inflasi IHK Jawa Tengah diperkirakan sebesar 7,4%

(yoy). Sumber inflasi diperkirakan terkait pengaruh musiman diperkirakan mendorong inflasi lebih tinggi di triwulan berikutnya. Adanya pengaruh libur sekolah dan tahun ajaran baru di bulan Juni dapat mendorong inflasi triwulanan. Faktor musiman bulan Ramadhan di akhir Juni tahun ini juga menjadi sumber inflasi.

Untuk keseluruhan tahun 2014, inflasi diperkirakan akan menurun dibanding tahun sebelumnya. Dengan

mempertimbangkan sisi pasokan yang lebih baik, inflasi tahun 2014 diperkirakan dapat lebih rendah. Dengan hilangnya pengaruh kenaikan harga BBM di tahun 2013, inflasi diperkirakan kembali ke pola normal. Inflasi Jawa Tengah diperkirakan berada pada kisaran atas 4,5% - 5,5%

(23)
(24)

PERKEMBANGAN

EKONOMI MAKRO

REGIONAL

BAB

I

(25)
(26)

Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan I 2014 tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya.

Ekonomi Jawa Tengah tumbuh melambat dari 5,6% (yoy) menjadi 5,4% (yoy) pada triwulan I 2014. Namun, capaian ini masih lebih tinggi dibanding pertumbuhan Nasional 5,2% (yoy). Sementara secara triwulanan tumbuh 6,0% (qtq) atau lebih rendah dibanding rata-rata lima tahun terakhir pertumbuhan triwulanan pada triwulan I sebesar 6,5%.

Faktor pendorong perlambatan ekonomi pada triwulan I 2014 adalah kegiatan ekspor dan konsumsi yang tumbuh moderat, lebih lambat dibanding triwulan sebelumnya. Perlambatan konsumsi terutama pada

konsumsi pemerintah. Kegiatan konsumsi rumah tangga sedikit melambat sementara konsumsi lembaga non profit meningkat sehingga konsumsi swasta tumbuh stabil dibanding triwulan sebelumnya. Sementara investasi tumbuh cukup mengesankan, baik dalam bentuk investasi bangunan maupun non bangunan. Kondisi tersebut mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin berimbang. Kesinambungan konsumsi dapat dipenuhi dengan adanya investasi. Kegiatan ekspor juga tumbuh melambat khususnya ekspor luar negeri. Dari sisi sektoral, kinerja sektor industri pengolahan yang melambat menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tidak dapat tumbuh setinggi periode sebelumnya. Sementara itu, sektor utama ekonomi Jawa Tengah lainnya, yaitu sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran masih dapat tumbuh baik, meningkat dibanding triwulan sebelumnya.

Perlambatan ekonomi pada triwulan I 2014 berasal dari sektor industri pengolahan khususnya pengolahan migas. Sementara itu, kenaikan sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pertanian menjadi penahan perlambatan ekonomi.

Dari sisi penggunaan melemahnya konsumsi akibat konsumsi pemerintah, mendorong perlambatan di triwulan I 2014. Ekspor juga tumbuh melambat dibarengi dengan kenaikan impor. Masih naiknya investasi menjadi penopang perekonomian di sisi permintaan

1

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum

1.1

Perkembangan Ekonomi Jawa Tengah diambil dari Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan I tahun 2014 yang dikeluaran BPS Provinsi Jawa Tengah. Apabila terdapat perbedaan angka pertumbuhan tahunan yang tertera pada BRS periode saat ini dengan perhitungan ADHK rilis periode ini dengan periode sebelumnya, yang menjadi acuan dalam penulisan KER adalah angka PDRB ADHK berdasar BRS pada saat periode laporan. Hal ini dimungkinkan mengingat besaran PDRB tahun 2013 dan 2012 masih bersifat sementara.

1.

Perekonomian triwulan I 2014 melambat, didorong menurunnya kinerja industri

pengolahan

Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan

1.2

PENGGUNAAN 2012*

I II III IV 2012* I* II*

2013

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2012 –2014 (%)

Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah

Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa

III**

PDRB

*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

5.3 5.9 7.6 8.5 10.5 18.5 5.9 IV* 5.0 6.7 8.1 9.5 11.2 10.0 5.6 2013 4.5 6.0 0.1 9.3 10.2 2.8 6.0 5.0 1.7 -0.4 11.0 8.3 7.9 6.3 5.0 6.2 4.7 8.4 9.5 8.5 6.3 5.0 7.1 2.2 5.4 3.7 1.7 5.6 5.1 7.9 3.8 7.8 8.9 7.4 6.2 5.1 6.9 5.6 7.9 8.6 9.3 5.8 5.8 9.5 15.2 6.8 18.5 20.5 6.5 4.7 7.9 6.6 6.2 2.3 4.8 6.6 4.9 11.9 4.8 9.6 9.7 14.1 5.4 I** 2014

(27)

Konsumsi rumah tangga masih tumbuh pada level yang moderat, dengan kecenderungan yang melambat. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2014 tetap terjaga pada level 4,9% (yoy), sedikit

melambat dibanding triwulan sebelumnya 5,0% (yoy). Masih kuatnya konsumsi rumah tangga didukung oleh beberapa indikator diantaranya konsumen yang masih optimis dalam memandang perekonomian dengan tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan nonmakanan serta ketepatan waktu pembelian barang tahan lama yang meningkat (Grafik 1.1). Indikator lain yang memperlihatkan masih kuatnya konsumsi rumah tangga adalah naiknya pertumbuhan tahunan penjualan listrik segmen rumah tangga di triwulan I 2014 (Grafik 1.2). Sementara itu, beberapa indikator yang menunjukkan perlambatan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2014 diantaranya indeks pendapatan rumah tangga kini dari hasil Survei Tendensi Konsumen di Jawa Tengah yang cenderung menurun (Grafik 1.4), dan pertumbuhan kredit konsumsi yang melambat cukup tajam (Grafik 1.3). Kondisi tersebut didukung pula oleh turunnya impor barang konsumsi dari luar negeri (Grafik 1.5).

Kegiatan terkait Pemilu kembali mendorong konsumsi swasta nirlaba pada triwulan I 2014. Konsumsi

swasta nirlaba naik tajam dari 6,7% (yoy) menjadi 11,9% (yoy). Penyelenggaraan pemilihan umum legislatif (Pileg) memberikan dorongan pada konsumsi swasta nirlaba. Secara triwulanan konsumsi swasta nirlaba naik tajam sebesar 6,9% (qtq) bahkan lebih tinggi dibanding tahun 2009 pada saat penyelenggaraan Pemilu. Pada triwulan I 2009, konsumsi swasta nirlaba hanya tumbuh 1,3% (qtq).

PENGGUNAAN 2012*

I II III IV I* II*

2013

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2012 – 2014 (%)

Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah

Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa

III**

PDRB

*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

0.8 -3.2 -16.9 0.8 5.7 -0.6 6.9 0.9 0.9 7.1 2.9 0.4 5.0 1.3 2.2 3.1 0.5 3.6 0.2 -6.7 1.5 1.0 1.1 11.4 3.3 1.8 10.8 -3.3 0.8 1.9 -14.7 -4.3 1.1 -6.4 6.2 1.0 1.6 8.7 5.3 5.4 10.9 1.8 2.4 1.2 4.2 4.3 1.7 3.0 1.3 IV** 0.7 1.8 11.9 4.2 2.5 2.8 -3.6 2014 I** 0.7 6.9 -17.3 -4.2 -0.2 -2.9 6.0

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

125 120 115 110 105 100 95 90 85 2013 2012 I II III IV I II III 2011 I II III IV

Ketepatan Waktu pembelian barang tahan lama

Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan

IV

Penjualan Listrik Pertumbuhan tahunan - RHS Sumber : PT PLN Distribusi Jateng dan DIY

Perkembangan Penjualan Listrik Segmen Rumah Tangga di Jawa Tengah Grafik 1.2

JUTA KwH PERSEN YOY

Grafik 1.1 Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama

INDEKS 2014 I OPTIMIS PESIMIS 2013 2.600 2.400 2.200 2.000 1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 2013 2012 I II III IV I II III 15 10 5 0 -5 -10 -15 IV 2014 I

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

6

(28)

Sesuai polanya, konsumsi pemerintah melambat cukup dalam pada triwulan I 2014. Konsumsi pemerintah

tumbuh 4,8% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,1% (yoy). Hal ini tercermin dari naiknya giro sektor pemerintah di perbankan, menunjukkan minimnya penyairan di triwulan I 2014. Secara triwulanan konsumsi pemerintah terkontraksi sebesar 17,3% (qtq) atau lebih besar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Investasi naik, meneruskan tren kenaikan dari tahun 2013. Investasi yang dicerminkan dari PMTB naik tipis dari

9,5% (yoy) pada triwulan IV menjadi 9,6% (yoy). Investasi non-bangunan naik pada triwulan I 2014, sementara investasi bangunan terindikasi tetap tumbuh tinggi. Kenaikan investasi non-bangunan tercermin dari kenaikan nilai impor barang modal (Grafik 1.8). Hasil survei terhadap kondisi dunia usaha di Jawa Tengah mengindikasikan investasi masih tinggi khususnya di subsektor industri tekstil. Investasi dilakukan sejalan dengan masih terjaganya optimisme pelaku usaha dalam melihat perekonomian ke depan. Penyaluran kredit investasi juga masih tinggi pada triwulan I 2014 (Grafik 1.7). Kinerja sektor konstruksi yang mencerminkan investasi bangunan, tercatat tumbuh tinggi pada triwulan I 2014 sebesar 7,0% (yoy).

Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Survei Tendensi Konsumen Grafik 1.4 125 120 115 110 105 100 2013 2012 I II III IV I II III 2011 III IV IV

Pendapatan RT Kini Pengaruh Inflasi terhadap konsumsi INDEKS

Grafik 1.3 Pertumbuhan Tahunan Kredit Konsumsi Vs Konsumsi PDRB Tahunan di Jawa Tengah

Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 2013 2012 I II III IV I II III 2011 I II III IV

Kredit Konsumsi Konsumsi PRDB (-1) - RHS

7,5 7 6,5 6 5,5 5 4,5 IV 2014 I

PERSEN YOY PERSEN YOY

2014 I 16 14 12 10 8 6 4 2 0 -2 50 40 30 20 10 -(10) (20)

I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Pertumbuhan Giro Pemerintah

Vs Konsumsi Pemerintah di Jawa Tengah Grafik 1.6

Konsumsi Pemda - RHS Giro Sektor Pemerintahan

PERSEN YOY PERSEN YOY

Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi Vs Konsumsi PDRB Tahunan di Jawa Tengah Grafik 1.5

Vol Import Konsumsi PRDB Konsumsi - RHS PERSEN YOY 400 350 300 250 200 150 100 50 0 -50 -100 I II III IV 2008 2009 2010 2011 2012 2013

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

8 7,5 7 6,5 6 5,5 5 4,5 4 IV PERSEN YOY 2014 I I 2014

(29)

Realisasi penanaman modal mengkonfirmasi tetap tingginya kegiatan investasi di Jawa Tengah. Dilihat

dari realisasi penanaman modal, kenaikan investasi pada periode laporan didorong oleh realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN). Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) realisasi investasi dalam bentuk PMDN di triwulan I 2014 tercatat sebanyak 74 proyek dengan nilai sebesar Rp8.088 miliar (Grafik 1.10). Naik cukup besar dibanding triwulan sebelumnya, baik nilai maupun jumlah proyek. Sementara itu penanaman modal asing (PMA) di triwulan I 2014 juga tercatat cukup tinggi yaitu 60 proyek dengan nilai US$128 juta (Grafik 1.9).

Perdagangan Jawa Tengah pada triwulan I 2014 masih tercatat surplus. Net ekspor masih tercatat positif

meski tidak sebesar periode sebelumnya atau periode yang sama tahun sebelumnya. Kegiatan ekspor melambat namun dibarengi dengan naiknya impor. Melambatnya ekspor utamanya dari ekspor luar negeri sementara ekspor antar daerah stabil. Di sisi lain, impor baik luar negeri maupun antar daerah naik.

Ekspor pada triwulan I 2014 tetap dapat tumbuh tinggi, meski tidak setinggi triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan ekspor pada triwulan I 2014 tercatat 9,7% (yoy) atau melambat dari sebelumnya yang tumbuh 11,2% (yoy). Melemahnya ekspor akibat melambatnya ekspor luar negeri yang setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sangat tinggi. Sementara ekspor antar daerah stabil di kisaran yang cukup tinggi.

Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Perkembangan Pertumbuhan Impor Barang Modal Vs PMTDB Grafik 1.8

Import barang Modal - yoy PMTDB - RHS Impor Barang Modal - qtq

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah Grafik 1.7 Kredit Investasi PMTB - RHS 60 55 50 45 40 35 30 25 I II III IV 2011 2012 2013 I II III IV I II III IV 12 11 10 9 8 7 6 5 4

PERSEN YOY PERSEN YOY

2014 I 600 500 400 300 200 100 0 -1 -200 2008 2009 2010 2011 2012 2013 12 11 10 9 8 7 6 5 4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

PERSEN PERSEN

2014 I

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah

Perkembangan Realisasi

Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah Grafik 1.9

Proyek PMA Investasi PMA - RHS

90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 I II III IV 2011 2012 2013 I II III IV I II III IV 300 250 200 150 100 50 0

JUMLAH PROYEK JUTA US$

2014 I

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah

Perkembangan Realisasi

Penanaman Modal Dalam Negeri di Jawa Tengah Grafik 1.10 Proyek PMDN Investasi PMDN - RHS 2013 2012 I II III IV I II III 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 80 70 60 50 40 30 20 10 0 IV 2014 I

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

8

(30)

Pada periode laporan volume ekspor nonmigas luar negeri melambat, sementara dari sisi nilai masih naik. Pada periode laporan volume ekspor (Grafik 1.12) turun dari 10,57% (yoy) menjadi -12,40% (yoy). Volume

ekspor perabotan tercatat melambat pada periode berjalan. Pertumbuhan tahunan volume ekspor perabotan pada triwulan I 2014 tercatat -0,16% (yoy) setelah pada periode sebelumnya tumbuh 0,55% (yoy). Hal ini sejalan dengan cukup dalamnya perlambatan pertumbuhan industri barang kayu. Sementara itu, volume ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) masih tercatat naik. Komoditas pakaian, benang tenun, dan kain tekstil masih tercatat naik, sejalan dengan cukup baiknya kinerja industri pengolahan tekstil dan alas kaki.

Dilihat dari negara tujuannya ekspor ke hampir semua negara tujuan utama mengalami perlambatan, hanya ekspor ke Eropa yang tetap tumbuh naik. Volume ekspor ke Eropa naik dari 15,06% (yoy) di triwulan IV

2013 menjadi 18,33% (yoy). Sementara itu, volume ekspor ke Amerika Serikat yang merupakan negara tujuan terbesar ekspor Jawa Tengah turun 14,70% (yoy) setelah tumbuh 2,21% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Lebih jauh lagi, nilai ekspor Jawa Tengah ke Amerika Serikat pada periode laporan juga tercatat melambat dari 7,13% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 5,89% (yoy).

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jawa Tengah Grafik 1.11

Nilai Pertumbuhan Tahunan - RHS

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Provinsi Jawa Tengah Grafik 1.12

Volume Pertumbuhan Tahunan - RHS

1.600 1.500 1.400 1.300 1.200 1.200 1.000 900 I II III 2011 2012 2013 IV I II III IV I II 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 III IV

JUTA USD PERSEN

2014 I 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 0 I II III 2011 2012 IV I II III IV I II 300 250 200 150 100 50 0 -50 -100 2013 III IV

RIBU TON PERSEN

I 2014

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan Grafik 1.13 Lainnya Perancis Jepang Italia Belanda USA Belgia UK KorSel Jerman RRC 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 III IV I II I II III IV 2012 2013 JUTA USD USA 25% MALAYSIA 3% BELANDA 2% LAINNYA 39% HONGKONG 3% JEPANG 9% RRC 11% KOREA SELATAN 4% PERANCIS 1% JERMAN 6% BELGIA 2% ITALIA 2%

Sumber : Bank Indonesia

Pangsa Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan I 2014 Grafik 1.14

I

2014

(31)

Pertumbuhan impor pada triwulan I 2014 naik baik antar daerah maupun luar negeri. Baik nilai maupun

volume impor Jawa Tengah pada periode laporan mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. Nilai impor Jawa Tengah non migas (Grafik 1.15) naik dari 6,71% (yoy) di triwulan IV 2013 menjadi 21,30% (yoy). Sementara itu meski volume impor masih turun 1,87% (yoy), namun tidak sebesar periode sebelumnya yang turun 4,04% (yoy). Berdasar kelompoknya kenaikan volume terbesar terjadi pada kelompok barang modal. Pertumbuhan tahunan volume impor kelompok barang modal tercatat 15,73% (yoy) setelah sebelumnya tercatat -2,96% (yoy). Sementara impor bahan baku tercatat -2,30% (yoy) lebih baik dibanding sebelumnya yang tercatat -4,69% (yoy). Di sisi lain, impor barang konsumsi meneruskan tren penurunannya.

Impor untuk industri TPT naik. Berdasar SITC (Standard International Trade Classification) 2 digit, komoditas yang

berkontribusi besar terhadap naiknya impor adalah dari kelompok mesin khususnya mesin industri khusus. Mesin ini biasanya digunakan untuk industri TPT. Selanjutnya impor bahan baku TPT khususnya serat tekstil mengalami kenaikan tajam. Sementara di sisi lain, impor benang tenun, kain tekstil tumbuh melambat.

Berdasar negara asal, pertumbuhan impor dari hampir semua negara importir utama naik (Grafik 1.18). Impor dari Tiongkok meski masih tercatat turun 4,57% (yoy) namun penurunannya tidak sebesar periode sebelumnya turun 13,96% (yoy). Impor dari Eropa naik menjadi 113% (yoy) sementara impor dari Amerika Serikat masih tercatat tinggi sebesar 24,36% (yoy).

Sumber : Bank Indonesia

Nilai Pertumbuhan Tahunan - RHS

Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah Grafik 1.15

Volume Import Pertumbuhan Tahunan - RHS

Perkembangan Volume Impor Provinsi Jawa Tengah Grafik 1.16 1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 0 I II III 2011 2012 2013 IV I II III IV I II 40 30 20 10 0 -10 -20 III IV

JUTA USD PERSEN

IV 2014 1.200 1.000 800 600 400 200 0 I II III 2011 2012 2013 IV I II III IV I II III IV

JUTA USD PERSEN

IV 2014 70 60 50 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Nilai Impor

Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Asal Grafik 1.18

LAINNYA RRC EROPA AUSTRALIA ASEAN USA

TIONGKOK 41% USA 7% ASEAN 9% AUSTRALIA 6% EROPA 10%

Sumber : Bank Indonesia

Pangsa Negara Asal Impor Jawa Tengah Grafik 1.17 LAINNYA 27% 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 I II III IV I II III IV 2012 2013 JUTA USD I 2014

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

10

(32)

Pelemahan perekonomian pada triwulan I 2014 utamanya akibat melambatnya sektor industri pengolahan. Di sisi lain membaiknya kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta naiknya pertumbuhan

sektor pertanian menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2014. (Tabel 1.3).

Dilihat dari struktur ekonomi Jawa Tengah, output pada triwulan I 2014 masih didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), serta sektor

pertanian. (Grafik 1.19). Meski sektor industri pengolahan tumbuh melambat di triwulan I 2014, namun tetap menjadi sektor penyumbang terbesar pertumbuhan tahunan. Sektor kedua yang terbesar menyumbang pertumbuhan tahunan Jawa Tengah pada periode laporan adalah sektor PHR diikuti sektor pertanian.

Perkembangan Ekonomi Sisi SEKTORAL

1.3

Pertanian

Pertambangan Dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik,gas Dan Air Bersih Bangunan

Perdagangan,hotel & Restoran Pengangkutan Dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Js. Pers PDRB

LAPANGAN USAHA 2012*

* Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Jasa-jasa

II III IV* 2012* I* II*

2013

Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 (%)

III** IV** 1.8 7.7 5.8 5.2 7.6 9.4 8.2 9.7 9.3 6.6 3.9 8.7 5.6 5.5 7.9 7.8 7.2 10.4 3.4 6.0 9.3 4.5 3.5 8.5 5.4 7.7 7.6 9.5 7.4 6.3 3.7 7.4 5.5 6.4 7.0 8.2 7.9 9.4 7.3 6.3 0.9 5.2 4.7 9.8 6.1 9.2 7.9 9.9 6.2 5.6 2.4 5.7 6.5 6.8 6.9 8.3 7.5 9.7 4.7 6.2 3.5 5.5 5.0 9.4 6.9 6.9 8.1 11.3 6.8 5.9 2.0 9.0 7.3 7.7 7.9 5.6 2.9 11.3 2.1 5.6 2013* 2.2 6.3 5.9 8.4 7.0 7.5 6.5 10.6 4.9 5.8 2013 I** 2.1 5.0 5.9 5.3 7.0 6.1 5.1 11.2 5.1 5.4 Pertanian 49.1 -3.5 -0.2 -23.8 37.6 -2.1 Pertambangan Dan Penggalian 3.8

0.5 -0.6 -1.0 -0.2 0.6 1.8 0.0 6.9 Industri Pengolahan

Listrik,gas Dan Air Bersih Bangunan

Perdagangan,hotel & Restoran Pengangkutan Dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Js. Pers

PDRB

LAPANGAN USAHA 2012

* Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Jasa-jasa

I II III IV* I* II*

2013

Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 (%)

4.3 1.2 4.0 1.6 4.0 2.7 4.8 2.4 1.3 1.3 2.4 0.5 3.3 2.0 1.5 1.5 -0.1 1.5 -4.8 -0.6 4.5 1.4 1.8 2.7 1.2 5.1 -3.3 4.5 1.7 0.6 -0.4 1.2 0.9 2.2 -1.2 6.2 4.9 2.9 1.1 2.4 3.1 2.3 4.6 1.0 1.8 0.9 1.1 0.9 2.9 3.3 0.7 2.1 2.7 1.9 1.3 III** -24.9 -1.6 1.5 2.9 2.4 0.6 -2.3 1.1 0.4 -3.6 IV** 2014 37.7 0.7 0.4 -1.6 -1.2 1.6 3.0 2.1 1.7 6.0 I**

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Sumber Pangsa 0.5 1.4 1.9 0.4 10.2 22.3 32.6 17.8

Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Sektoral Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 (%)

Grafik 1.19

Jasa-jasa

Keuangan, Persewaan & Jasa Persh. Pengangkutan Dan Komunikasi Perdagangan, Hotel & Restoran Konstruksi

Listrik, Gas Dan Air Bersih Industri Pengolahan Pertambangan Dan Penggalian Pertanian

(33)

Sektor pertanian tumbuh meningkat. Pertumbuhan tahunan pertanian naik tipis dari 2,0% (yoy) pada triwulan

IV 2013 menjadi 2,1% (yoy). Secara triwulanan, sektor pertanian tumbuh 37,7% (qtq) atau lebih rendah dibanding rata-rata lima tahun terakhir sebesar 43,7%. Kenaikan utamanya didorong subsektor tanaman bahan makanan. Penanganan banjir yang relatif baik dapat meminimalkan dampak gagal panen. Selain itu, luas lahan yang terkena banjir hanya 4%. Tanam ulang sudah dilakukan dan berjalan cukup baik. Subsektor lain yang tumbuh meningkat adalah subsektor perternakan. Sementara, subsektor lainnya tumbuh melambat. Bahkan subsektor kehutanan pertumbuhannya turun.

Kinerja sektor industri pengolahan melambat dibanding triwulan sebelumnya, utamanya akibat

perlambatan industri migas. Sektor industri pengolahan melambat cukup dalam dari 7,3% (yoy) di triwulan IV 2013 menjadi 5,9% (yoy). Hal ini sejalan dengan kinerja industri pengolahan di Jawa yang melambat, khususnya di Jawa Barat dan Banten. Kinerja industri migas turun sehingga menarik ke bawah pertumbuhan sektor industri pengolahan. Sejalan dengan ini, industri pengolahan non migas sedikit melambat meski masih tumbuh tinggi.

Kinerja industri pengolahan nonmigas tumbuh sedikit melambat, meski demikian capaian tersebut masih

tergolong tinggi. Baik industri menengah dan besar serta industri mikro dan kecil sama-sama tumbuh melambat. Industri baik di Jawa Tengah maupun Indonesia berdasar survei industri besar serta survei industri kecil terindikasi tumbuh melambat (Grafik 1.22 dan Grafik 1.23).Dilihat dari subsektornya, subsektor industri barang kayu melambat cukup dalam sejalan dengan turunnya ekspor kayu olahan. Subsektor industri tekstil dan alas kaki sedikit melambat pada periode berjalan.

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah

Panen

Perkembangan Luas Tanam dan Panen Padi di Jawa Tengah Grafik 1.20

Tanam

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah

Produksi - RHS

Perkembangan Produksi Padi di Jawa Tengah Grafik 1.21 Luas Panen 2009 2010 2011 2012 2013 1.860 1.840 1.820 1.800 1.780 1.760 1.740 1.720 1.700 1.680 1.660 10.400 10.200 10.000 9.800 9.600 9.400 9.200 9.000 8.800 Ribu Ton

RIBU HEKTAR RIBU TON

400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2012 2013 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 HEKTAR 1 2 3 2014

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Perkembangan Industri Kecil Jawa Tengah Grafik 1.23

Pertumbuhan Jateng Tahunan Pertumbuhan Jateng Triwulan

Pertumbuhan Indo Triwulan

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Perkembangan Industri Besar Jawa Tengah Grafik 1.22 I II III IV 2011 2012 15 10 5 0 -5 -10 III IV I II 2013 III VI

Pertumbuhan Jateng Tahunan Pertumbuhan Jateng Triwulan

Pertumbuhan Indo Triwulan Pertumbuhan Indo Tahunan

2014 VI III IV 2012 25 20 15 10 5 0 -5 -10 I II 2013 I II III IV 2014 I

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

12

(34)

Di sisi lain, ekspor TPT masih naik pada periode laporan. Sementara itu industri makanan dan minuman olahan dapat tumbuh pada level yang tinggi sama dengan triwulan sebelumnya. Dari sisi penggunaan energi, konsumsi listrik masih naik tipis (Grafik 1.25). Pertumbuhan impor bahan baku dan barang modal pada triwulan I 2014 juga masih menunjukkan peningkatan (Grafik 1.26 dan Grafik 1.27).

Kinerja sektor bangunan tumbuh melambat meski masih pada level yang tinggi. Sektor bangunan tumbuh

tinggi sebesar 7,0% (yoy) namun melambat dibanding triwulan sebelumnya 7,9% (yoy). Secara triwulanan, sektor bangunan terkontraksi 1,2% (qtq). Perlambatan ini juga terkonfirmasi dari pertumbuhan tahunan konsumsi semen di Jawa Tengah yang melambat dibanding triwulan sebelumnya (Grafik 1.28).

Sumber : PLN (Persero) Distribusi Wil. Jateng&DIY diolah

600 400 200 0 III IV 2012 I II 15 10 5 0 -5 -10 -15 -20 III IV I II 2013

Bisnis Pertumbuhan Tahunan - RHS

Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen Bisnis di Jawa Tengah Grafik 1.24

JUTA KwH PERSEN YOY

Sumber : PLN (Persero) Distribusi Wil. Jateng&DIY, diolah

1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 0 III IV 2012 2013 I II 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 III I I II

Industri Pertumbuhan Tahunan - RHS

Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen Industri di Jawa Tengah Grafik 1.25

JUTA KwH PERSEN YOY

I 2014

IV 2014

Sumber : Bank Indonesia

Kredit Sektor INdustri Pertumbuhan Tahunan - RHS

Perkembangan Impor

Nonmigas Bahan Baku di Jawa Tengah Grafik 1.27

Import Bahan Baku yoy

Perkembangan Impor

Nonmigas Bahan Baku di Jawa Tengah Grafik 1.26 1.000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 70 60 50 40 30 20 10 0

JUTA USD PERSEN YOY

III IV I II I II III IV I II III IV I 2011 2012 2013 2014 100 80 60 40 20 0 -20 -40 -60 -80 -100

JUTA USD PERSEN YOY

III IV I II I II III IV I II III IV I 2011 2012 2013 2014 140 120 100 80 60 40 20 0

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Konsumsi Semen Pertumbuhan Tahunan - RHS

Perkembangan Konsumsi Semen di Jawa Tengah

Grafik 1.28

Sumber : Bank Indonesia

Sektor bangunan Pertumbuhan Tahunan - RHS

Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Jawa Tengah

Grafik 1.29 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 III IV 2012 I II 2013 I II 70 60 50 40 30 20 10 III IV

TRILIUN RP PERSEN YOY

2.200 2.000 1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 800 I II III IV 2010 2011 2012 2013 I II III IV I II III IV I II 30 25 20 15 10 5 0 -5 -10 -15 -20 III IV

RIBU TON PERSEN YOY

2014 I

(35)

Kinerja sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA) menurun pada triwulan I 2014. Pertumbuhan sektor LGA

melambat dari 7,7% (yoy) menjadi 5,3% (yoy). Berdasarkan subsektornya, subsektor listrik melambat sementara subsektor air bersih tumbuh meningkat.

Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) mulai naik pada triwulan I 2014. Setelah mengalami tren

perlambatan sejak awal tahun 2013, sektor PHR mulai naik pada periode laporan. Sektor PHR naik dari 5,6% (yoy) pada triwulan IV 2013 menjadi 6,1% (yoy). Sementara itu secara triwulanan kinerja sektor PHR tercatat sebesar 1,6% (qtq) atau lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tahunan pada semua subsektor mengalami peningkatan. Meningkatnya subsektor perdagangan besar dan eceran sejalan dengan masih kuatnya konsumsi rumah tangga (Grafik 1.33). Selain itu indeks penjualan eceran juga naik di triwulan I 2014.

Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami peningkatan yang cukup tajam. Sektor pengangkutan

dan komunikasi tumbuh sebesar 5,1% (yoy), setelah sebelumnya hanya tumbuh 2,9% (yoy). Peningkatan utamanya ditopang dari subsektor komunikasi khususnya pos dan telekomunikasi, hal ini sejalan dengan penyelenggaraan Pileg 2014. Sementara subsektor pengangkutan melambat tipis.

Sumber : PT. PLN Distribusi Jateng dan DIY, diolah

Penjualan Listrik Pertumbuhan Tahunan - RHS

Perkembangan Penjualan Listrik di Jawa Tengah

Grafik 1.30

Sumber : PT. PLN Distribusi Jateng dan DIY, diolah

2013

Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Jawa Tengah

Grafik 1.31

Pemerintah Industri Bisnis Rumah Tangga Sosial

30 25 20 15 10 5 0 I II III IV JUTA PELANGGAN 1.600 2.400 2.200 2.000 1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 0 III IV 2012 I II 2013 I II 15 10 5 0 -5 -10 -15 III I

JUTA KwH PERSEN YOY

IV 2014

I 2014

Sumber : Bank Indonesia, diolah

200 180 160 140 120 100 80 I II III 2011 2012 2013 IV I II III IV I OPTIMIS PESIMIS II III IV

Indeks Riil Penjualan Eceran

Perkembangan Keyakinan Konsumen dan Pedagang Eceran Grafik 1.33

IKK ITK

2014 IV

Sumber : Bank INdonesia, diolah

PHR - *RDB

Perkembangan Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1.32 Kegiatan Usaha - RHS 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 I II III IV 12 10 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 -8 -10 2008 2009 2010 2011 2012 2013 SBT PERSEN YOY

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2014

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

14

(36)

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sedikit melambat pada triwulan I 2014. Sektor ini tumbuh

sebesar 11,2% (yoy) pada triwulan I 2014 atau sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,3% (yoy). Perlambatan yang cukup besar terjadi pada subsektor sewa bangunan. Sementara subsektor bank, lembaga keuangan tanpa bank, jasa penunjang keuangan, serta jasa perusahaan masih naik dengan level bervariasi.

Sektor jasa-jasa mengalami peningkatan yang sangat tajam. Sektor jasa-jasa pada triwulan IV 2014 tumbuh

2,14% (yoy), naik menjadi 5,1% (yoy) di triwulan I 2014. Kenaikan terjadi baik di subsektor pemerintahan umum dan swasta.

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Bintang 1 Bintang 2 TOTAL Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 I II III 2011 2012 2013 IV I II III IV I II III IV

Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Jawa Tengah Grafik 1.35

Jumlah Wisman Pertumbuhan Tahunan - RHS

Perkembangan Jumlah

Wisatawan Mancanegara di Jawa Tengah Grafik 1.34 9 8 7 6 5 4 3 2 I II III 80 60 40 20 0 -20 -40 -60 -80 2011 2012 2013 IV I II III IV I II III IV

RIBU ORANG INDEKS

I 2014

2014 I

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

15

(37)

Suplemen 1. Daya Saing Industri Jawa Tengah, ditengah Pergerakan Nilai Tukar

Indeks kompetitif global Indonesia berdasar Global Competitiveness Report 2013–2014, naik ke peringkat ke-38 di tahun 2013 yang sebelumnya berada pada peringkat 50 di tahun 2012. Secara umum daya saing Indonesia sangat dipengaruhi oleh daya saing Jawa. Jawa secara khusus memiliki daya saing yang paling tinggi di Indonesia khususnya di bidang industri. Daya saing Jawa pada beberapa aspek di atas Nasional meski masih terbatas. Kondisi infrastruktur (jalan dan elektrifikasi) di Jawa dengan indeks pembangunan manusia juga relatif baik dibanding daerah lain. Namun demikian, ketergantungan teknologi, human capital, dan kapabilitas industrial masih belum memadai (Berdasar kajian Transformasi Perekonomian Indonesia yang disusun oleh BI).

Daya saing industri di Jawa masih cukup bersaing di tengah pergerakan nilai tukar. Kondisi ini didukung oleh daya saing komoditas unggulan yang cukup baik dengan Revealed Competitive Advantage (RCA) diatas 1. RCA di atas 1 dapat menggambarkan bahwa komoditas tersebut memiliki daya saing yang tinggi (kompetitif) di pasar global. Sementara untuk Jawa Tengah, komoditas yang memiliki RCA >1 diantaranya tekstil dan produk tekstil (TPT) serta kayu olahan. Berdasarkan hasil survei pada pelaku industri, mayoritas pelaku usaha menyatakan bahwa dalam kondisi ekonomi global saat ini yg belum menunjukkan perbaikan yg signifikan, pelemahan nilai tukar tidak berdampak secara signifikan terhadap kinerja ekspor. Pada tabel 2. dapat dilihat dampak kinerja komoditas unggulan Jawa Tengah akibat adanya depresiasi. Lebih lanjut, dengan ketergantungan impor yg masih tinggi, respon pelaku usaha terkait perkembangan nilai tukar dapat berupa kenaikan harga atau penyesuaian margin keuntungan sesuai dengan karakteristik industrinya. Sementara, apresiasi Rupiah yang terjadi belum mempengaruhi kinerja ekspor pelaku usaha. Pada grafik 2 dan 3 terlihat bahwa, ekspor manufaktur Jawa Tengah lebih banyak dipengaruhi oleh permintaan global.

Sumber : The Global Competitiveness Report 2013–2014, Wold Economic Forum, 2013

NEGARA SWISS SINGAPURA FINLANDIA JERMAN ---MALAYSIA ---TIONGKOK ---THAILAND INDONESIA 5,67 5,61 5,54 5,51 5,03 4,84 4,54 4,53 1 2 3 3 24 29 37 38 INDEKS

Tabel 1. Indeks Kompetitif Global 2013

Sumber : Transformasi Perekonomian Indo, BI, 2013

Daya Saing Jawa Grafik 1

JAWA INDONESIA JABAGBAR JAWA INDONESIA JABAGBAR

KETERGANTUNGAN TEKNOLOGI KAPABILITAS INDUSTRIAL HUMAN CAPITAL INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INSFRATUKTUR (JALAN) INSFRATUKTUR (ELEKTRIFIKASI)

JAWA INDONESIA JABAGBAR KETERGANTUNGAN TEKNOLOGI KAPABILITAS INDUSTRIAL HUMAN CAPITAL INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INSFRATUKTUR (ELEKTRIFIKASI) INSFRATUKTUR (JALAN) INSFRATUKTUR (JALAN) INSFRATUKTUR (ELEKTRIFIKASI) KETERGANTUNGAN TEKNOLOGI KAPABILITAS INDUSTRIAL HUMAN CAPITAL INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

16

(38)

Di sisi lain, industri pengolahan di Jawa dan khususnya Jawa Tengah masih menghadapi beberapa permasalahan struktural untuk meningkatkan kinerjanya, yaitu terkait aspek input, produktivitas, dan biaya, aspek pemasaran, dan aspek insentif.

Di aspek yg pertama, permasalahan struktural industri di Jawa terkait tingkat ketergantungan bahan baku pada impor luar negeri yang cukup besar sebagaimana terlihat pada grafik 4. Selain itu, kondisi infrastruktur, SDM, dan Research and Development, baik secara kualitas maupun kuantitas masih menjadi kendala.

Pada aspek yg kedua yaitu permasalahan pemasaran (Tabel 2) terdapat beberapa permasalahan yang mendasar. Permasalahan terkait dgn penurunan daya saing dan struktur industri yg mayoritas masuk kategori berteknologi rendah dan berbasis sumber daya alam (Grafik 5). Pada aspek insentif, insentif yang telah disediakan oleh pemerintah belum berjalan dengan baik. Pembiayaan perbankan juga masih terbatas yaitu masih sekitar 35%.

TPT Kayu olahan Mamin olahan

Sumber : Survei pelaku usaha

Tabel 2. Pengaruh Perubahan Nilai Tukar

PENJUALAN BIAYA PERUBAHAN HARGA MARGIN KEUNTUNGAN Berpengaruh Berpengaruh Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh Tidak Stabil Stabil Turun 60 40 20 0 -20 -40

IMF dan Bank Indonesia, diolah

Volume Manufaktur Jateng Vs Permintaan Dunia Grafik 2

Vol Manuf Jateng Vol Impor Int - RHS PERSEN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 2012 2013 2014 60 40 20 0 -20 -40

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Volume Manufaktur Jateng Vs Nilai Tukar Grafik 3

Nilai Tukar - RHS Vol Manuf Jateng MTM PERSEN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 2012 2013 2014 8 6 4 2 0 -2 -4 MTM PERSEN 15 10 5 0 -5 -10 -15

Sumber : BPS, survei industri manufaktur

Tingkat Ketergantungan Impor

Grafik 4

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Kelompok Komoditas Ekspor Jateng Grafik 5

High Technology Export Medium Technology Export

TEMBAKAU FURNITURE BARANG KAYU MINUMAN MAKANAN TEKSTIL PAKAIAN JADI 5.3 8.6 11.4 18.5 27.4 30.78 40.6 2011 2012 2013 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 JUTA USD

Low Technology Export Resources Based Export

(39)

INPUT, PRODUKTIVITAS & BIAYA

Keterangan Import Bahan Baku & Mesin Kurangnya infrastruktur

Kualitas dan produktifitas SDM yang belum sesuai kebutuhan Rendahnya R & D dan Inovasi

PEMASARAN

Turunnya RCA dan pertumbuhan komoditas unggulan Mayoritas Ekspor masih bernilai tambah rendah Kurangnya sertifikasi standarisasi

Quality dan sustainibality margin

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

18

Tabel 3. Permasalahan Input, Produktivitas dan Biaya Industri di Jawa

(40)

PERKEMBANGAN

INFLASI

JAWA TENGAH

BAB

II

(41)
(42)

Inflasi daerah di triwulan laporan mengalami penurunan karena terjaganya pasokan. Kondisi tersebut tercermin pada inflasi kelompok bahan makanan yang menurun cukup signifikan.

Berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan inflasi karena administered prices. Kondisi inflasi volatile foods membaik dan inti stabil.Kenaikan inflasi utamanya didorong dari kelompok adminitered prices

inflasi secara umum

2.1

2

Inflasi Jawa Tengah pada triwulan I 2014 menurun. Inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan I 2014 menurun

dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 7,99% (yoy) menjadi 7,08% (yoy). Pencapaian inflasi tersebut masih berada di bawah inflasi nasional yang sebesar 7,32% (yoy) (Grafik 2.2).

Secara triwulanan, inflasi di triwulan ini meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Inflasi triwulanan

Jawa Tengah meningkat dari 0,76% (qtq) menjadi 1,58% (qtq). Meski inflasi ini berada di atas inflasi nasional namun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya inflasi di triwulan laporan tercatat lebih rendah. Rendahnya pencapaian inflasi triwulanan di periode laporan disebabkan terjaganya pasokan bahan pangan. Masuknya masa panen padi diikuti dengan relatif tidak adanya hambatan impor hortikultura menyebabkan inflasi terjaga. Sumber inflasi terutama dari kenaikan harga elpiji 12 kg dan dampak banjir awal tahun.

Secara bulanan, pola inflasi bulanan selama triwulan I 2014 berada dalam tren menurun. Setelah inflasi

relatif rendah pada bulan Desember, inflasi meningkat di awal tahun 2014. Peningkatan tersebut didorong oleh inflasi dari komoditas bahan bakar rumah tangga karena kenaikan elpiji 12 kg. Pada bulan Februari, inflasi mulai menurun meski tertahan karena pengaruh banjir. Selanjutnya inflasi kembali menurun di bulan Maret karena pasokan dan distribusi yang cukup lancar (grafik 2.4.).

Pola kenaikan inflasi triwulanan pada triwulan I 2014 terjadi merata di seluruh kota di Jawa Tengah yang disurvei oleh BPS. Kenaikan inflasi triwulanan tertinggi terjadi di Kota Tegal diikuti Kota Surakarta. Dilihat dari

disparitas antar kota, pola inflasi kota-kota di Jawa Tengah memiliki disparitas yang cukup besar. Inflasi triwulanan tertinggi terjadi di Kota Kudus sebesar 2,21%, sementara terendah di Kota Purwokerto 0,41%. Adapun inflasi tahunan tertinggi juga di Kota Kudus sebesar 10,50% dan terendah di Kota Tegal 6,07%.

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

Perbandingan Inflasi bulanan Tahun Kalender 2011-2014 Grafik 2.1

2014 2012

2011 2013

Pada tahun 2014, BPS mengubah tahun dasar penghitungan inflasi dengan SBH 2012. Untuk itu dalam mengolah penghitungan inflasi, Bank Indonesia melakukan penyesuaian tahun dasar berdasarkan pendekatan perubahan inflasi bulanan.

2.

(43)

Pasokan bahan pangan relatif terjaga. Pasokan komoditas pangan di triwulan laporan diiringi dengan

permintaan yang relatif stabil mendorong inflasi di triwulan ini relatif lebih terjaga. Pasokan pangan terpenuhi sejalan dengan mulai masuknya masa panen di beberapa sentra produksi.

Berdasarkan disagregasi inflasi, tekanan inflasi berasal dari faktor non-fundamental. Tekanan inflasi dari faktor non-fundamental terutama dari komponen administered prices3 yang meningkat cukup tinggi terutama dari kenaikan harga elpiji 12 kg di awal tahun. Selain itu, inflasi inti juga meningkat meski dalam level moderat karena adanya penyesuaian upah tukang seiring naiknya Upah Minimum Provinsi (UMP). Faktor-faktor tersebut menjadi pendorong naiknya inflasi di triwulan ini.

Inflasi komponen volatile foods4 melanjutkan tren penurunan. Penurunan inflasi di komponen ini cukup signifikan dibanding triwulan sebelumnya maupun dilbandingkan dengan triwulan I tahun 2013. Ketersediaan pasokan pangan yang cukup diiringi dengan minimnya hambatan impor hortikultura ditengarai sebagai penopang rendahnya inflasi.

Inflasi core5 (inti) cenderung menunjukkan adanya tekanan meski dalam level yang moderat. Inflasi inti meningkat seiring dengan adanya penyesuaian harga jual beberapa produk yang dilakukan produsen di awal tahun. Selain itu, kenaikan beberapa harga bahan bangunan turut memberi andil dalam kenaikan harga di komponen inti tersebut. Sehingga di triwulan ini, inflasi inti meningkat dari 4,51% (yoy) di triwulan IV 2013 menjadi 4,83% (yoy) di triwulan I 2014.

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Perkembangan Inflasi Tahunan Jawa Tengah dan Nasional Grafik 2.2 Jateng (yoy) Jateng (qtq) Nas (yoy) Nas (qtq) 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 -1 8,4 I II III 2011 2012 2013 IV I II III IV I II III IV 6,24 5,90 7,32 7,08 2,85 2,43 1,58 1,51

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

5 4 3 2 1 0 -1 I II III 2011 2012 2013 IV I II III IV I II III IV

Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi Jawa Tengah

Grafik 2.3

Jateng (yoy)

Purwokerto Surakarta Semarang Tegal

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Event Analysis Inflasi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 2.4 I 2014 PERSEN PERSEN 2014 I 9 8 7 6 5 4 3 2 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 Pasca panen Ekspektasi Inflasi Mulai Naik Curah Hujan Tinggi BBM Naik 4.6 4.6 5.1 4.5 4.7 4.2 4.2 4.9 5.5 6.2 5.8 5.1 5.4 0,7 0.7 1.1 (0 0.1 (0. 0.4 1.1 0.8 0.9 (0, (0, 1,0 yoy mtm 2012 2013 7 8 8.2 3,4 8,3 1,1 7,7 (0, 1 2 3 4 5 2,5 3.0 3,5 4.0 4.4 0,4 0,3 0,2 0,1 0,4 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0 (0,5) (1,0) 9 10 11 12 7,8 0,2 8,1 0,3 7.9 0,3 BBM PERSEN PERSEN 1 2 3 Kenaikan TTL tahap akhir 2013 7,9 1,0 7.5 0,3 7.0 0,2 2014

Administered prices merupakan komponen barang yang harganya diatur atau ditetapkan oleh Pemerintah.

Komponen volatile foods merupakan kelompok barang-barang yang harganya cenderung bergejolak. Komponen volatile foods didominasi oleh komoditas pangan.

Core inflation (inflasi inti) merupakan komponen barang yang harganya cenderung dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Secara teoretis, kebijakan moneter ditujukan untuk mengendalikan inflasi inti.

3. 4. 5.

Bab 2. Perkembangan inflasi jawa tengah

20

Referensi

Dokumen terkait

9 Setahun terakhir (Agustus 2012 ― Agustus 2013), semua sektor mengalami penurunan jumlah pekerja, yaitu Sektor Pertanian yang mengalami penurunan jumlah pekerja sebesar 138

Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) di Jawa Tengah yang menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) cukup tinggi yakni mencapai 124,7, meningkat

Kenaikan harga Premium tersebut diperkirakan akan memicu kenaikan laju inflasi 2012 di Jawa Tengah lebih tinggi dari pada perkiraan sebelumnya (4,5% +1%) yang pada akhirnya akan

Sejalan dengan hal tersebut, jumlah penduduk miskin yang ada di perkotaan juga mengalami penurunan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, dari 1.837 ribu jiwa

Inflasi Jawa Tengah pada triwulan II 2014 naik dibandingkan dengan periode sebelumnya, namun masih lebih rendah dibanding akhir tahun 2013.. Berdasarkan disagregasi inflasi,

Jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2011, jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2012 mengalami penurunan terutama di Sektor Pertanian sebesar 312 ribu orang (5,80

Jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2012, jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2013 untuk sektor yang mengalami penurunan yaitu Sektor Pertanian turun sebesar 138 ribu

TPT Jawa Tengah ini masih lebih baik dibandingkan angka TPT nasional yang sebesar 5,33% Salah satu faktor yang turut mendorong penurunan jumlah pengangguran di