• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nelly Yulianti Lien 1 Kriswanto 2 ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nelly Yulianti Lien 1 Kriswanto 2 ABSTRAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG

MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAAT INITIAL PUBLIC

OFFERING (IPO) PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2013

Nelly Yulianti Lien 1 Kriswanto 2

ABSTRAK

Berkembangnya bisnis di Indonesia memacu banyak perusahaan melakukan Initial Public Offering (IPO) dengan tujuan ingin mendapatkan dana dari para investor. Fenomena yang sering terjadi di pasar saham adalah underpricing. Underpricing terjadi ketika penentuan harga saham IPO lebih rendah dibandingkan closing price hari pertama di pasar sekunder. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah variable faktor internal yang terdiri dari Price to Book Value (PBV), Price Earnings Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Ukuran Perusahaan (Size), dan Umur Perusahaan (Age) berpengaruh signifikan terhadap underpricing saat initial public offering. Sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini sebanyak 78 perusahaan yang IPO di BEI periode 2010-2013. Metode penelitian adalah menggunakan uji statistik t, uji statistik F dan koefisien determinasi (R2). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi tingkat underpricing secara signifikan adalah PBV, PER, DER, dan Size. Kata Kunci : IPO (Initial Public Offering), Underpricing, PBV, PER, DER, Size

ABSTRACT

Business development in Indonesia stimulate many companies conduct Initial Public Offering (IPO) with objective for obtain funds from investor. The phenomenon that often occurs in the stock market is underpricing. Underpricing occurs when the pricing of IPO shares is lower than the closing price on the first day at secondary market. The purpose of this research is to determine whether the internal factors variable which consists of Price to Book Value (PBV), Price Earnings Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Size, and Age significantly influence underpricing of Initial Public Offering. Samples that fulfill the criteria in this research were 78 listed companies on Indonesia Stock Exchange period 2010-2013. Research methods are the t test statistical, F test statistical and coefficient of determination (R2). Statistical test analysis showed that the variables that significantly influence underpricing are PBV, PER, DER and Size.

(2)

PENDAHULUAN

Ekonomi di Indonesia berkembang pesat seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi yang pada akhirnya tercipta persaingan bisnis yang ketat. Dikarenakan oleh hal ini, perusahaan maupun pelaku bisnis dituntut untuk tetap bertahan, tumbuh, serta berkembang agar dapat tetap eksis di rana bisnis. Pada umumnya, perusahaan akan banyak melakukan ekspansi dalam rangka perluasan usaha sehingga dibutuhkan dana atau modal tambahan yang cukup besar. Untuk itu, perusahaan penerbitan saham di pasar modal merupakan salah satu alternative guna untuk memperoleh dana atau modal tambahan. Tidak hanya untuk perusahaan saja, namun bagi investor, pasar modal merupakan salah satu alternative untuk menanamkan modal mereka dengan tujuan akan mendapat return dari modal yang ditanamnya.

Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini cukup signifikan dan banyak perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga para investor juga dapat memilih akan menginvestasikan uangnya, hal ini tentunya memerlukan strategi tertentu untuk membeli saham yang kiranya akan menguntungkan dan saham-saham yang dijual pada pasar perdana dapat menjadi pilihan untuk berinvestasi. Kegiatan perusahaan untuk menjual sahamnya kepada publik melalui pasar modal melalui pasar perdana untuk pertama kalinya disebut sebagai penawaran umum perdana atau yang dikenal sebagai Initial Public Offering (IPO).

Melalui kegiatan IPO diharapkan akan berakibat pada membaiknya prospek perusahaan yang terjadi karena ekspansi yang akan dilakukan. Membaiknya prospek perusahaan ini akan menyebabkan harga saham yang ditawarkan menjadi lebih tinggi. Selain itu, melalui kegiatan go public dapat menaikkan modal perusahaan serta menciptakan suatu pasar public dimana pendiri dan pemegang saham lain akan mengkonversi sebagian besar saham mereka dalam bentuk tunai dengan segera pada suatu saat dimasa depan, kegiatan ini juga meningkatkan publikasi yang memainkan peran pelengkap bagi sebagian perusahaan.

Transaksi penawaran umum perdana atau IPO dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk pertama kalinya dilaksanakan di pasar perdana (primary market) dengan tujuan agar perusahaan mendapatkan dana sebesar saham yang ditawarkan, lalu kemudian diperjualbelikan di pasar sekunder (secondary market) atau bursa efek yang bertujuan untuk menyelenggarakan perdagangan saham yang sudah ada di tangan investor, sehingga investor yang ingin menjual dan atau membeli sejumlah saham dapat terlaksana.

Permasalahan yang dihadapi perusahaan ketika melakukan penawaran saham perdana di pasar modal adalah penentuan besarnya harga penawaran perdana. Di satu pihak perusahaan ingin menerapkan harga jual tinggi agar memperoleh penerimaan dari hasil penawaran (proceeds) yang tinggi pula, di sisi lain, harga saham yang mahal mempengaruhi minat investor untuk membeli saham tersebut, harga yang tinggi menyebabkan minat investor untuk membeli saham tersebut menjadi rendah dan besar kemungkinan saham yang ditawarkan menjadi kurang menarik karena investor ingin mendapatkan initial return dari selisih antara harga saham di pasar sekunder dengan pembelian saham di pasar perdana tersebut, sehingga kondisi ini tidak menguntungkan bagi emiten, karena emiten telah mengorbankan return yang seharusnya didapat. Adanya initial return mengindikasikan terjadi fenomena underpricing di pasar perdana.

Topik seputar penawaran umum perdana (initial public offering) menjadi bahan diskusi yang hangat menjelang tutup tahun 2010. Publik disuguhkan oleh polemik Krakatau Steel Tbk (KRAS), sebagian mempersoalkan harga IPO saham produsen baja terlalu rendah. Saham yang saat IPO dilepas dengan harga Rp 850 dalam waktu singkat naik menjadi Rp 1.270. Namun, kondisi bertolak belakang justru dialami oleh PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang go public pada tahun 2011 dan melakukan penawaran perdana dengan harga Rp 750 saat memasuki Bursa Efek Indonesia harga perlembar saham turun menjadi Rp 600. Dua kondisi yang berbeda ini menggambarkan bahwa IPO tidak hanya diukur pada saat penjualan di pasar perdana, tetapi juga ditentukan oleh performance saham ketika masuk di pasar sekunder (m-okezone.com).

Penelitian tentang tingkat underpricing dan harga saham dihubungkan dengan informasi pada prospektus merupakan hal yang menarik bagi peneliti keuangan untuk mengevaluasi perilaku investor dalam pembuatan keputusan investasi di pasar modal. Riset-riset sebelumnya terhadap initial return atau underpricing telah banyak dilakukan baik di bursa saham luar negeri maupun Indonesia, seperti penelitian Kim, Kish (2002), Charles Suryadi (2004), Stevanny (2005), Sandra Dewi Hendrajaya (2005), Sri Retno Handayani (2008), Yuan Tian (2012), Humaira Enika (2013), Indita (2013), Mahesh, Melyawaty (2013) dan Rani Wulandari Lestari (2013). Meskipun studi tentang underpricing telah banyak dilakukan, namun penelitian di bidang ini masih dianggap menarik untuk diteliti karena adanya inkonsistensi hasil penelitian.

(3)

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas dan untuk menghindari pembahasan yang lebih luas, maka penelitian dibatasi dengan hanya menggunakan pengaruh internal perusahaan yang terdiri dari Price to Book Value (PBV), Price Earnings Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Ukuran Perusahaan (Size), dan Umur Perusahaan (Age)dalam mengukur tingkat underpricing pada perusahaan yang go public tahun 2010 hingga 2013 di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Price to Book Value (PBV), Price Earnings Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Ukuran Perusahaan (Size), dan Umur Perusahaan (Age), terhadap tingkat underpricing pada saat Initial Public Offering.

Manfaat yang diharapkan:

1. Bagi calon Emiten atau Perusahaan.

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan IPO, yaitu dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing.

2. Bagi para Investor dan calon Investor.

Penelitian ini dapat dijadikan referensi bahwa sebelum mengambil keputusan investasi, investor harus memperhatikan faktor-faktor yang mencerminkan nilai dan kondisi perusahaan pada saat IPO.

3. Bagi Akademisi atau Pembaca.

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan secara teoritis juga pengalaman praktis dalam mengembangkan penelitian lebih lanjut.

4. Bagi Peneliti.

Penelitian ini dapat dijadikan referensi, menambah pengetahuan dan juga untuk mengembangkan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek Price to Book Value (PBV), Price Earnings Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Ukuran Perusahaan (Size), dan Umur Perusahaan (Age) terhadap tingkat underpricing pada saat Initial Public Offering.

Karakteristik dari penelitian ini terdiri dari:

1. Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan analisis komparatif yang berfokus pada studi pustaka untuk mendukung penelitian dengan menguraikan teori yang berkaitan dengan judul penelitian ini dan pengumpulan data laporan keuangan dan annual report perusahaan go public serta factbook yang telah dipublikasikan.

2. Dimensi waktu penelitian adalah berdasarkan urutan waktu atau time series dari periode 2010 sampai dengan periode 2013.

3. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari situs resmi bursa efek Indonesia yakni www.idx.co.id, Indonesia Capital Market Directory (ICMD), Factbook maupun website resmi perusahaan terkait periode 2010-2013.

4. Analisis data dilakukan dengan model analisis regresi, pengujian secara parsial (uji t), pengujian secara simultan (uji F) dan analisis koefisien determinasi (R2)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Data sekunder berupa laporan keuangan tahunan dan laporan tahunan perusahaan (annual report) dari perusahaan di Bursa Efek Indonesia yang melakukan initial public offering (IPO) pada tahun 2010 sampai tahun 2013.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Indonesia yang melaksanakan initial

public offering pada tahun 2010 hingga tahun 2013, yang berjumlah sebanyak 100 perusahaan. Dari

populasi tersebut dipilih 78 perusahaan sebagai sampel penelitian. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu sample yang ditarik dengan

(4)

menggunakan pertimbangan atau kriteria. Adapun kriteria yang ditetapkan peneliti untuk menentukan sampel dalam penelitian ini yaitu:

1. Sampel merupakan perusahaan yang melakukan initial public offering pada tahun 2010 hingga tahun 2013.

2. Sampel merupakan perusahaan yang mengalami underpricing pada saat pelaksanaan initial

public offering pada tahun 2010 hingga tahun 2013.

3. Sampel merupakan perusahaan yang memiliki data initial public offering dan laporan keuangan tahunan yang lengkap dan dapat diandalkan kebenarannya.

Berdasarkan penentuan sampel yang telah dilakukan, diperoleh ringkasan jumlah sampel perusahaan yang diperoleh sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Penelitian

Keterangan Jumlah

Perusahaan Perusahaan yang melakukan initial public offering pada

tahun 2010 hingga 2013 100

Sampel yang dikeluarkan karena perusahaan mengalami

overpricing (15)

Sampel yang dikeluarkan karena perusahaan tidak

mengalami underpricing maupun overpricing (3) Sampel yang dikeluarkan karena perusahaan tidak memiliki

laporan keuangan tahunan dan data IPO yang lengkap (4)

Jumlah sampel yang mendukung penelitian 78

Statistik Deskriptif

Dalam penelitian ini, statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran keseluruhan data berdasarkan nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum masing-masing variabel. Berikut disajikan hasil uji statistik deskriptif atas data variabel-variabel penelitian ini:

Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

UnderPricing (Y) 78 .011 .700 .25827 .225936 PBV (X1) 78 .19 6.35 2.0453 1.20408 PER (X2) 78 -43.69 207.30 32.8817 51.22125 EPS (X3) 78 -53.30 558.24 54.0164 85.60801 DER (X4) 78 .08 11.32 1.5553 1.92641 NPM (X5) 78 -1.04 5.15 .2554 .67208 SIZE (X6) 78 24.97 31.40 28.3224 1.33816 AGE (X7) 78 1 58 17.46 13.126 Valid N (listwise) 78

Berdasarkan hasil yang disajikan dalam tabel diatas dapat diketahui jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 78 sampel. Dari 78 sampel penelitian diketahui variabel underpricing memiliki nilai terendah sebesar 0.011 dan nilai tertinggi sebesar 0.700 dengan nilai rata-rata underpricing sebesar 0.25827 dan standar deviasi sebesar 0.225936.

Variabel PBV memiliki nilai terendah sebesar 0.19 dan nilai tertinggi sebesar 6.35 dengan nilai rata-rata PBV sebesar 2.0453 dan standar deviasi sebesar 1.20408.

Variabel PER memiliki nilai terendah sebesar -43.69 dan nilai tertinggi sebesar 207.30 dengan nilai rata-rata PER sebesar 207.30 dan standar deviasi sebesar 51.22125.

Variabel EPS memiliki nilai terendah sebesar -53.30 dan nilai tertinggi sebesar 558.24dengan nilai rata-rata EPS sebesar 54.0164 dan standar deviasi sebesar 85.60801.

Variabel DER memiliki nilai terendah sebesar 0.08 dan nilai tertinggi sebesar 11.32 dengan nilai rata-rata DER sebesar 1.5553 dan standar deviasi sebesar 1.92641.

(5)

Variabel NPM memiliki nilai terendah sebesar -1.04 dan nilai tertinggi sebesar 5.15 dengan nilai rata-rata NPM sebesar 0.2554 dan standar deviasi sebesar 0.67208.

Variabel SIZE memiliki nilai terendah sebesar 24.97 dan nilai tertinggi sebesar 31.40 dengan nilai rata-rata SIZE sebesar 28.3224 dan standar deviasi sebesar 1.33816.

Variabel AGE memiliki nilai terendah sebesar 1 dan nilai tertinggi sebesar 58 dengan nilai rata-rata AGE sebesar 17.46 dan standar deviasi sebesar 13.126.

Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memastikan bahwa antara variabel independen dengan variabel dependen memiliki distribusi normal atau tidak. Metode yang dapat digunakan untuk menguji normalitas variabel adalah metode statistik Kolmogorov-Smirnov dan metode analisis grafik.

Tabel 4.2

Hasil Uji Metode Statistik Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 78

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation .18106307

Most Extreme Differences

Absolute .072

Positive .072

Negative -.065

Kolmogorov-Smirnov Z .635

Asymp. Sig. (2-tailed) .814

Gambar 4.1 Grafik Normal P-Plot

Berdasarkan hasil uji statistik Kolmogorov-Smirnov pada tabel diatas, memperlihatkan bahwa seluruh variabel yang digunakan berdistribusi normal dengan nilai Asymp. Sig (2 tailed) > 0.05. Begitu pula dengan grafik pada gambar 4.1 yang menunjukkan hasil pola titik-titik data menyebar disekitar garis diagonal dan tidak berpencar jauh mengikuti arah garis diagonal tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak untuk diteliti lebih lanjut.

(6)

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik harusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya (tidak terjadi multikolinearitas). Dalam pengujian ini, multikolinearitas dapat ditentukan berdasarkan nilai dari tolerance value dan Variance Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Bila tolerance value kurang dari 0.01 dan VIF lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinearitas (Tolerance < 0.01, VIF > 10).

2. Bila tolerance value lebih dari 0.01 dan VIF kurang dari 10, maka tidak terjadi multikolinearitas (Tolerance > 0.01, VIF < 10).

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas yang ditampilkan dalam tabel 4.3, diketahui bahwa seluruh variabel bebas perusahaan Indonesia, yaitu variabel Price to Book Value (PBV), Price

Earnings Ratio (PER), Earnings Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin

(NPM), Ukuran Perusahaan (Size), dan Umur Perusahaan (Age) memiliki nilai tolerance > 0.01 dan nilai VIF < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearlitas diantara seluruh variabel independen.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara residual satu pengamatan ke pengamatan lain pada model regresi. Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dapat dilakukan melalui pengujian nilai Durbin-Watson dengan ketentuan (Ghozali, 2012):

1. Angka DW < -2 menunjukkan adanya autokorelasi positif.

2. Angka DW di antara -2 hingga +2 menunjukkan tidak terdapat autokorelasi. 3. Angka DW > +2 menunjukkan adanya autokorelasi negatif.

Tabel 4.4 Hasil Uji Durbin-Watson

Model Durbin-Watson

1 1.817

Berdasarkan hasil uji pada tabel 4.4 diatas, diperoleh nilai Durbin-Watson untuk variabel yang diuji adalah sebesar 1.817 yang terletak diantara -2 sampai +2 (-2 < 1.817 > +2). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi penelitian ini.

Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain pada model regresi. Dalam penelitian ini, uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser dan metode grafik. Ketentuan dalam uji Glejser:

1. Nilai signifikansi (Sig.) > 0.05, tidak ada gejala heterokedastisitas. 2. Nilai signifikansi (Sig.) < 0.05, ada gejala heterokedastisitas.

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1 PBV (X1) .780 1.281 PER (X2) .862 1.161 EPS (X3) .834 1.199 DER (X4) .741 1.349 NPM (X5) .831 1.203 SIZE (X6) .675 1.482 AGE (X7) .931 1.074

(7)

Sedangkan dalam metode grafik ketentuannya adalah sebagai berikut:

1. Tidak ada gejala heteroskedastisitas apabila tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.

2. Ada gejala heteroskedastisitas apabila ada pola tertentu yang jelas, seperti titik-titik membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit).

Tabel 4.5 Hasil Uji Glejser

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .359 .576 .624 .538 PBV (X1) -.022 .022 -.200 -1.021 .316 PER (X2) .000 .001 -.056 -.296 .769 EPS (X3) .000 .000 -.240 -1.079 .290 DER (X4) -.009 .013 -.150 -.684 .499 NPM (X5) .044 .069 .131 .632 .532 SIZE (X6) .003 .021 .036 .164 .871 AGE (X7) -.001 .002 -.080 -.426 .674

a. Dependent Variable: ABS_RES1

Gambar 4.2 Grafik Scatterplot

Pada tabel 4.5, uji Glejser menunjukan bahwa semua nilai sig > 0.05 yang dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, hal ini didukung oleh metode grafik pada gambar 4.2 diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 sumbu Y, serta tidak membentuk suatu pola tertentu.

Analisis Regresi Linear Berganda Uji Statistik t

Uji statistik t atau uji signifikan parameter individual digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini level signifikan yang digunakan sebesar 5% atau α = 0,05.

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

• H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan • Ha : Terdapat pengaruh signifikan

(8)

Dasar pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:

• Jika, signifikansi nilai t > α , maka H0 diterima • Jika, signifikansi nilai t < α , maka Ha diterima

Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik t

Persamaan regresi yang dapat diturunkan dari hasil analisis yang disajikan dalam tabel 4.5 adalah sebagai berikut:

 1.954  0.074  0.001  0.000  0.030  0.014  0.057 !  0.002#$

Hasil uji atas uji statistik t adalah sebagai berikut:

1. Pada uji statistik t untuk variabel Price to Book Value (PBV), diperoleh nilai t variabel sebesar -3.639 dengan nilai signifikan sebesar 0.001 < 0.05, sehingga Ha1 diterima.

2. Pada uji statistik t untuk variabel Price Earnings Ratio (PER), diperoleh nilai t variabel sebesar 2.733 dengan nilai signifikan sebesar 0.008 < 0.05, sehingga Ha2 diterima.

3. Pada uji statistik t untuk variabel Earnings Per Share (EPS), diperoleh nilai t variabel sebesar 0.643 dengan nilai signifikan sebesar 0.522 > 0.05, sehingga H03 diterima.

4. Pada uji statistik t untuk variabel Debt to Equity Ratio (DER), diperoleh nilai t variabel sebesar 2.269 dengan nilai signifikan sebesar 0.026 < 0.05, sehingga Ha4 diterima.

5. Pada uji statistik t untuk variabel Net Profit Margin (NPM), diperoleh nilai t variabel sebesar 0.384 dengan nilai signifikan sebesar 0.702 > 0.05, sehingga H05 diterima.

6. Pada uji statistik t untuk variabel Ukuran Perusahaan (Size), diperoleh nilai t variabel sebesar -2.896 dengan nilai signifikan sebesar 0.005 < 0.05, sehingga Ha6 diterima.

7. Pada uji statistik t untuk variabel Umur Perusahaan (Age), diperoleh nilai t variabel sebesar -0.991 dengan nilai signifikan sebesar 0.325 > 0.05, sehingga H07 diterima.

Uji Statistik F

Uji statistik F atau uji kelayakan model digunakan untuk menguji apakah semua variabel independen secara bersama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat ataukah tidak. Dalam penelitian ini level signifikan yang digunakan sebesar 5% atau α = 0,05.

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

• H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan • Ha : Terdapat pengaruh signifikan

Dasar pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:

• Jika, signifikansi nilai F > α , maka H0 diterima • Jika, signifikansi nilai F < α , maka Ha diterima

Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik F

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 1.406 7 .201 5.571 .000b

Residual 2.524 70 .036

Total 3.931 77

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1.954 .532 3.671 .000 PBV (X1) -.074 .020 -.395 -3.639 .001 PER (X2) .001 .000 .282 2.733 .008 EPS (X3) .000 .000 .067 .643 .522 DER (X4) .030 .013 .252 2.269 .026 NPM (X5) .014 .035 .040 .384 .702 SIZE (X6) -.057 .020 -.338 -2.896 .005 AGE (X7) -.002 .002 -.098 -.991 .325

(9)

Dari hasil pengujian statistik F untuk untuk variabel Price to Book Value (PBV), Price

Earnings Ratio (PER), Earnings Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin

(NPM), Ukuran Perusahaan (Size), dan Umur Perusahaan (Age) sebesar 5.571 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 < α (α = 0,05). Maka Ha diterima dengan kesimpulan bahwa variabel

independen yang terdiri dari PBV (Price to Book Value), PER (Price Earnings Ratio), EPS (Earnings

Per Share), DER (Debt to Equity Ratio), NPM (Net Profit Margin), Size (Ukuran Perusahaan), dan Age (Umur Perusahaan) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu Underpricing.

Koefisien Determinasi (R2)

Pada dasarnya koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi yang diajukan dalam menerangkan variasi dari variabel independen. Dasar pengambilan keputusan dalam penelitian ini merujuk pada Ghozali (2009) adalah sebagai berikut:

• Jika nilai R2 semakin mendekati 0 artinya kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.

• Jika nilai R2 semakin mendekati 1 artinya kemampuan variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Tabel 4.8

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan hasil pengujian diatas diperoleh nilai R² adalah sebesar 0.358, nilai ini lebih mendekati angka 0 dan nilai adjusted R square sebesar 0.294 yang menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel independen yaitu Price to Book Value (PBV), Price Earnings Ratio (PER), Earnings

Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Ukuran Perusahaan (Size),

dan Umur Perusahaan (Age) dalam menjelaskan variasi variabel dependen yaitu Underpricing sebesar 29.4%. Dan sisanya 70.6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Price to Book Value (PBV), Price Earnings Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), dan

Ukuran Perusahaan (Size) berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat

initial public offering (IPO).

2. Earnings Per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), dan Umur Perusahaan (Age) tidak

berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat initial public offering (IPO). 3. Price to Book Value (PBV), Price Earnings Ratio (PER), Earnings Per Share (EPS), Debt to

Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Ukuran Perusahaan (Size), dan Umur

Perusahaan (Age) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada saat initial public offering (IPO).

Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi investor yang akan melakukan investasi harus mempertimbangkan faktor internal perusahaan yang akan menjadi tempat investasi, agar dapat menjamin return dan keberlangsungan investasi.

2. Bagi perusahaan yang akan melaksanakan initial public offering harus melihat faktor internal perusahaan juga, karena akan menjadi faktor pertimbangan para investor dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi di perusahaan. Perusahaan juga harus menyediakan informasi yang lengkap dan dapat diakses dengan mudah untuk meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan.

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

(10)

3. Perusahaan dan investor juga harus melihat faktor diluar faktor yang tidak diteliti dalam penelitian ini, yang mungkin mempunyai pengaruh terhadap tingkat underpricing pada saat

initial public offering (IPO).

4. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk tidak menggabungkan sektor industri yang akan diteliti dan menggunakan faktor dari eksternal perusahaan.

REFERENSI

Agusyana, Y. & Islandscript. 2011. Olah data skripsi dan penelitian dengan SPSS. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Balfas, Hamud M. (2012). Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Tatanusa.

Byung-Ju Kim, Richard J. Kish and Geraldo M. Vasconcellos, 2002, “Cumulative Returns from the

Korean IPO Market.” Review of Pacific Basin Financial Markets and Policies (7:1), 43-75.

Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Keempat, Penerbit Universitas Diponegoro.

Gitman, Lawrence J. 2009. Principles of Managerial Finance (12th ed.). United States: Pearson Education Inc.

http://www.idx.co.id http://finance.yahoo.com

Humaira Enika. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Price Earning Ratio, Dan Financial Leverage

Terhadap Underpricing. Padang: UNP

Indita Azisia Risqi & Puji Harto. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing

Ketika Initial Public Offering (IPO) Di Bursa Efek Indonesia. Diponegoro Journal Of

Accounting. Vol 2, No.3.

Jogiyanto, Hartono. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: BPFE Mahesh, Melyawaty. 2013. Analysis of Factors Influencing Underpricing Level During The Initial

Public Offering: A Study Of Select Companies Going Public In Bombay Stock Exchange.

Mishkin, Frederic S. 2007. The Economic of Money, Banking and Financial Markets (8th ed.). United States: Pearson Education Inc.

Ritter, Jay R. 1998. Initial Public Offerings. Reprinted (with modifications) in Contemporary Finance

Digest Vol. 2, No. 1 (Spring 1998), pp. 5-30

Sandra Dewi Hendrajaya. 2005. Analisis Konsistensi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Underpricing Saham Sektor Keuangan dan Manufaktur. Semarang.

Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. P.T Elexmedia Komputindo Jakarta.

Sri Retno Handayani. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing pada

Penawaran Umum Perdana. Semarang.

Stevanny. 2005. Analisis Pengaruh Pemilihan Metode Akuntansi dan Faktor-Faktor Lain Terhadap

Tingkat Underpricing Saham Perdana. Semarang.

Suryadi, Charles. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran

Perdana (IPO) dan Kinerja Return Saham Setelah IPO. Semarang.

Tian, Yuan. 2012. An Examination Factors Influencing Under-Pricing Of IPOs On The London Stock

Exchange. Saint Mary’s University.

Trisnaningsih, S. 2005. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing

pada perusahaan yang go public di bursa efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan

Gambar

Tabel 3.1  Jumlah Sampel Penelitian
Gambar 4.2  Grafik Scatterplot

Referensi

Dokumen terkait

Dalam bisnis modern ,kebutuhan akan teknologi informasi sangat mendukung untuk meningkatkan kinerja perusahaan.Dengan adanya kebutuhan informasi yang semakin

Dalam kegiatan refleksi pada siklus II ini adalah menganilisis hasil penilaian dari proses kegiatan belajar mengajar tentang keterampilan berpidato dengan menggunakan

Dilakukan analisa prediksi parameter kekuatan geser tanah tak jenuh air dengan menggunakan metode tidak langsung ( indirect method ) menggunakan Soil-water Characteristic Curve (

This study was conducted to identify vocabulary profile of students’ textbook in the Management and Global Business Strategy Course at Management Program, the Faculty of

Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang

P3 Benda koleksi dalam Museum memberikan pesan pendidikan bagi pengunjung P4 Benda koleksi dalam Museum memotivasi keingintahuan saya untuk belajar hal-hal baru P5

Oleh karena itu, tekanan gas tersebut akan lebih kecil daripada tekanan gas ideal karena pada gas ideal dianggap tidak terjadi gaya tarik menarik antar molekulb. Makin besar jumlah

Seperti yang telah disebutkan, negara bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara serta merealisasikan kesejahteraan dan perkembangan