• Tidak ada hasil yang ditemukan

P E M E R I N T A H P R O V I N S I B A N T E N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "P E M E R I N T A H P R O V I N S I B A N T E N"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

P E M E R I N T A H P R O V I N S I B A N T E N

Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Provinsi Banten

Tahun 2014 I. Latar Belakang:

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta keragaman daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah yang sejalan dengan upaya penciptaan pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab serta mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif dan efisien sesuai dengan prinsip tata pemerintahan yang baik, maka Kepala Daerah wajib melaporkan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Sejalan dengan hal tersebut, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat, Kepala Daerah wajib menginformasikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada masyarakat, yang secara teknis penyampaiannya diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7A Tahun 2007 tentang Tatacara Penyampaian Informasi dan Tanggapan atau Saran dari Masyarakat atas Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah khususnya dalam Pasal 2, Pasal 3 Ayat 1 dan Pasal 4.

II. Maksud dan Tujuan A. Maksud:

- Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Tahun 2014 merupakan informasi kepada masyarakat tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah melalui media cetak dan/atau media elektronik sebagai bentuk pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah selama Tahun 2014.

B. Tujuan:

- Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah selama

Tahun 2014 untuk mendapatkan umpan balik (feed back) dari masyarakat berupa tanggapan atau saran secara lisan dan/atau tertulis dengan tertib dan bertanggungjawab sesuai dengan peraturan perundang undangan sebagai bahan masukan perbaikan penyelenggaraan pemerintahan dan/atau peningkatan kinerja Pemerintahan Daerah.

(2)

III. Ruang lingkup: 1. Substansi/Materi:

Muatan ILPPD merupakan ringkasan dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah meliputi : a. Urusan Desentralisasi, yang berupa penyelenggaraan urusan wajib dan urusan pilihan;

b. Tugas Pembantuan, yang meliputi tugas pembantuan yang diterima dan tugas pembantuan yang diberikan.

c. Tugas Umum Pemerintahan, yang berupa kebijakan dan kegiatan serta realisasi pelaksanaan kegiatan, serta berbagai permasalahan dan solusinya.

2. Wilayah:

ILPPD yang diinformasikan adalah penyelenggaraan pemerintahan daerah di wilayah Provinsi Banten. 3. Waktu:

ILPPD yang diinformasikan adalah Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah selama tahun 2014. IV. Gambaran Umum Daerah

A. Kondisi Geografis

Pada awalnya Provinsi Banten tergabung dengan Provinsi Jawa Barat, yang kemudian dimekarkan dengan berdasarkan kepada Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000, tentang Pembentukan Provinsi Banten. Sebelumnya Provinsi Banten hanya memiliki 4 Kabupaten yakni Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Serang, serta 2 Kota, yakni Kota Tangerang dan Kota Cilegon

.

Kemudian terjadi pemekaran wilayah dimana Kabupaten Serang menjadi Kabupaten Serang dan Kota Serang. Kemudian Kabupaten Tangerang menjadi Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Sehingga Provinsi Banten memiliki 4 Kabupaten dan 4 Kota.

Secara geografis, Provinsi Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa dan Berjarak 90 Km dari Provinsi DKI Jakarta, serta memiliki Luas wilayah sebesar 8.651,20 Km². Dan secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 5°7’50” - 7°1’11” Lintang Selatan dan 105°1’11” - 106°7’12” Bujur Timur. Ekosistem Wilayah Provinsi Banten secara garis besar terdiri atas :

1. Lingkungan Pantai Utara yang merupakan ekosistem sawah irigasi teknis dan setengah teknis, kawasan pemukiman dan industri.

2. Kawasan Banten Bagian Tengah berupa irigasi terbatas dan kebun campur, sebagian berupa pemukiman pedesaan, mem-punyai ketersediaan air yang cukup dan dengan kuantitas yang stabil. 3. Kawasan Banten sekitar Gunung Halimun – Kendeng hingga Malingping, Leuwidamar, Bayah berupa

pegunungan yang relatif sulit untuk di akses, namun menyimpan potensi sumber daya alam.

4. Banten Bagian Barat (Saketi, Daerah Aliran Sungai atau DAS Cidano dan lereng kompleks Gunung Karang – Aseupan dan Pulosari sampai Pantai DAS Ciliman – Pandeglang dan Serang bagian Barat) yang kaya akan potensi air, merupakan kawasan pertanian yang masih perlu ditingkatkan (intensifikasi).

5. Ujung Kulon sebagai Taman Nasional Konservasi Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus).

6. DAS Cibaliung - Malingping, merupakan cekungan yang kaya air tetapi belum dimanfaatkan secara efektif dan produktif. Sekelilingnya berupa bukit-bukit bergelombang dengan rona lingkungan kebun campur dan talun.

(3)

Provinsi Banten berbatasan langsung dengan Provinsi DKI Jakarta dan Jawa barat di sebelah Timur. Sedangkan di sebelah Utara Berbatasan langsung dengan Laut Jawa, di sebelah Selatan Berbatasan dengan Samudera Hindia dan di sebelah Barat Berbatasan Langsung dengan Selat Sunda.

Berdasarkan kondisi tersebut diatas, maka Provinsi Banten menjadi akses penghubung darat antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera, hingga memunculkan wacana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) yang menghubungkan kedua Pulau Tersebut. Selain itu juga, dua wilayah di Provinsi Banten di posisikan sebagai penyangga bagi Provinsi DKI Jakarta, yakni Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.

B. Wilayah Administrasi Provinsi Banten

Wilayah administrasi Provinsi Banten dari terbanyak hingga terendah terbagi atas Kabupaten Pandeglang dengan 35 Kecamatan, 13 Kelurahan dan 326 Desa. Menyusul kemudian Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kota Tangerang, Kota Cilegon, Kota Tangerang Selatan. Sedangkan Kota Serang adalah Kota dengan jumlah Kecamatan terkecil yakni 6 Kecamatan, 66 Kelurahan dan 0 Desa.

No. Kabupaten/Kota Ibukota Kecamatan Kelurahan Desa

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Kabupaten Pandeglang Pandeglang 35 13 326

2 Kabupaten Lebak Rangkasbitung 28 5 340

3 Kabupaten Tangerang Tigaraksa 29 28 246

4 Kabupaten Serang Baros 29 0 326

5 Kota Cilegon Cilegon 8 43 0

6 Kota Tangerang Tangerang 13 104 0

7 Kota Serang Serang 6 66 0

8 Kota Tangerang Selatan Ciputat 7 54 0

Jumlah 155 313 1,238

C. Gambaran Umum Demografis

Provinsi Banten memiliki jumlah penduduk yang cukup signifikan, dengan jumlah kelahiran yang cukup tinggi. Sebaran penduduk yang tidak merata dengan aktivitas yang tidak terkontrol mampu menstimulan konflik-konflik di masyarakat, baik konflik vertikal maupun Horisontal.

Oleh karena itu, hal ini menjadi salah satu faktor yang harus menjadi pertimbangan utama di dalam penyusunan setiap program dengan tujuan menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkompeten. Jumlah penduduk Provinsi Banten berdasarkan hasil rekapitulasi dari data Kabupaten dan Kota se-Provinsi Banten yang dilakukan oleh Biro Pemerintahan Setda se-Provinsi Banten pada Semester II Tahun 2014 adalah 10,016,587 jiwa.

NO KABUPATEN/KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

Kabupaten 1 Pandeglang 591,150 548,690 1,139,840 2 Lebak 599,681 566,417 1,166,098 3 Tangerang 1,299,445 1,221,091 2,520,536 4 Serang 721,662 680,353 1,402,015 Kota 5 Tangerang 797,481 769,419 1,566,900 6 Cilegon 199,046 188,751 387,797 7 Serang 316,241 297,533 613,774 8 Tangerang Selatan 620,833 598,794 1,219,627 JUMLAH 5,145,539 4,871,048 10,016,587

(4)

Persebaran penduduk di Banten tidak merata, karena masih terkonsentrasi di wilayah Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Dengan luas wilayah kurang dari 14 persen dari seluruh luas wilayah Provinsi Banten, ketiga wilayah tersebut pada tahun 2014. Akibatnya tingkat kepadatan penduduk antar wilayah di Banten menjadi sangat tidak merata. Tercatat, Kota Tangerang merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan tertinggi, mencapai 12.147 jiwa per km2. Sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Lebak yaitu dengan tingkat kepadatan penduduk hanya 359 jiwa per km2. Berarti, Kota Tangerang hampir 34 kali lebih padat bila dibandingkan dengan Kabupaten Lebak.

D. Indikator Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Banten

Pembangunan manusia merupakan sebuah proses perubahan kualitas manusia menuju kehidupan yang lebih baik. Kemajuan manusia secara umum dapat ditunjukkan dengan melihat perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencerminkan kemajuan pada tiga dimensi pokok pembangunan manusia yaitu bidang Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi.

Capaian pembangunan manusia di Provinsi Banten selama Periode 2011 – 2013 secara keseluruhan mengalami peningkatan, walaupun lambat. Hal ini terlihat bukan hanya dari angka IPM yang meningkat tidak terlalu tinggi jika di bandingkan dengan IPM pada tahun 2011 ke tahun 2012. Begitu juga dapat dilihat dari penurunan reduksi shortfall, dari 1,87 pada tahun 2012 menjadi 1,45 pada tahun 2013. Implikasi dari membesar atau menurunnya reduksi shortfall ini adalah salah satu indikator menuju IPM ideal (IPM = 100). IPM Provinsi Banten pada tahun 2013 sendiri baru mencapai 71,90 atau jarak dari IPM ideal masih kurang 28,10 persen.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Reduksi Shartfall

Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten 2011-2013. Kabupaten/Kota

Regency/Municipality

IPM / HDI Reduksi Shortfall / ShortfallReduction

2011 2012 2013 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Kabupaten / Regency 1. Pandeglang 68,77 69,22 69,64 1,54 1,43 1,36 2. Lebak 67,98 68,43 68,82 0,95 1,41 1,25 3. Tangerang 72,05 72,36 72,82 1,02 1,10 1,66 4. Serang 69,33 69,83 70,25 2,09 1,64 1,38 Kota / Municipality 5. Tangerang 75,44 75,72 76,05 1,12 1,13 1,34 6. Cilegon 75,60 75,89 76,31 1,23 1,21 1,75 7. Serang 71,45 72,30 73,12 2,86 2,98 2,95 8. Tangerang Selatan 76,01 76,61 77,13 2,56 2,52 2,21 Provinsi Banten 70,95 71,49 71,90 1,56 1,87 1,45

Sumber : Banten Dalam Angka 2014

Jika diamati secara spasial, capaian dari proses pembangunan manusia di seluruh wilayah Banten selama periode 2011-2013 sudah berlangsung dengan baik, dalam arti angka IPM seluruh Kabupaten/Kota terus mengalami peningkatan.

(5)

Namun demikian, beberapa daerah mengalami perlambatan bahkan penurunan reduksi shortfall, yaitu Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, Kota Serang dan Kota Tangerang selatan.

Selain itu kesenjangan IPM pada tahun 2013 ini menjadi titik tertinggi kesenjangan dari tahun-tahun sebelumnya, dimana jarak antara IPM Terendah (Kabupaten Lebak) dan Tertinggi (Kota Tangerang Selatan) mencapai 8,31 point, padahal sebelumnya 8,18 point (Tahun 2012) dan 8,03 point (Tahun 2011).

Program Pengentasan Kemiskinan Provinsi Banten selama periode 2011-2014 secara umum dapat dikatakan berjalan sukses. Hal ini diketahui dari menurunnya angka kemiskinan selama periode tersebut baik persentase maupun nominal.

Pada bulan Maret 2014 presentase penduduk miskin di Provinsi Banten sebanyak 5,35 persen dari jumlah penduduk seluruhnya, mengalami penurunan dari bulan september 2013 (5,89 persen) dan dari bulan Maret 2013 (5,74 persen). Daerah perkotaan Provinsi Banten memiliki persentase penduduk miskin yang lebih besar jika di bandingkan dengan daerah pedesaan. Pada bulan Maret 2014 persentase penduduk miskin di daerah perkotaan sebesar 6,67 persen, sedangkan di daerah pedesaan sebanyak 4,73 persen.

Dilihat menurut Kabupaten/Kota, program pengentasan kemiskinan di Banten sepertinya belum seratus persen berhasil, karena sesungguhnya masih terjadi disparitas pengentasan kemiskinan. Dimana, Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak selalu menjadi daerah dengan persentase penduduk miskin tertinggi di banten, dimana pada tahun 2013 masing-masing mencapai 10,25 persen dan 9,50 persen dari jumlah penduduk Provinsi Banten. Sedangkan presentase terendah adalah Kota Tangerang Selatan yang hanya 1,75 persen.

Komponen pendidikan pada tahun 2013 mengalami peningkatan. Peningkatan indeks pendidikan diakibatkan oleh peningkatan dua komponen penyusunnya, yaitu indeks melek huruf dan indeks rata-rata lama sekolah. Angka Melek Huruf tahun 2013 sebesar 96,87 persen meningkat 0,36 persen dibandingkan tahun 2012, sedangkan Rata-rata Lama Sekolah pada tahun 2013 dengan tahun 2012 tidak mengalami peningkatan atau penurunan yakni 8,61 persen.

Komponen kesehatan mengalami peningkatan sebagai dampak dari meningkatnya Angka Harapan Hidup (AHH). Angka Harapan Hidup pada tahun 2013 mencapai 65,47 tahun, meningkat 0,24 tahun dibandingkan tahun 2012 yaitu 65,23 tahun. Peningkatan Angka Harapan Hidup mengindikasikan adanya peningkatan akses masyarakat Jawa Barat terhadap sarana dan fasilitas kesehatan.

Secara keseluruhan untuk tahun 2013, pola pencapaian IPM di Provinsi Banten tidak jauh berbeda dengan tahun 2012. IPM tertinggi masih di tempati Kota Tangerang Selatan sebesar 77,13 persen, sedangkan yang terendah juga masih di tempati oleh Kabupaten Lebak yaitu 68,82 persen. Namun, secara keseluruhan Provinsi Banten Mengalami peningkatan IPM dari tahun sebelumnya.

Salah satu faktor yang paling menentukan dalam proses pembangunan di suatu wilayah yaitu tenaga kerja. Semakin besar jumlah tenaga kerja, lebih-lebih apabila disertai dengan keahlian yang cukup memadai, akan semakin pesat pula perkembangan pembangunan di wilayah tersebut.

(6)

E. Gambaran Perekonomian Daerah a. Potensi Unggulan Daerah

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011, tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Banten Tahun 2010 – 2030, di gambarkan sektor unggulan yang di kembangkan di masing-masing wilayah Pengembangan adalah sebagai berikut :

Sektor Unggulan Daerah

No Kawasan Kegiatan Utama

1 1. Kabupaten Pandeglang

2. Pariwisata, Industri Manufaktur, Perikanan, Jasa, Pertambangan, Agribisnis, Agrowisata, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Industri Pengolahan, Industri Kerajinan, Pertambangan Mineral. 2 3. Kabupaten Lebak Pariwisata, Perikanan, Jasa, Pertambangan, Agribisnis, Agrowisata,

Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Bisnis Kelautan, Industri Pengolahan, Agro Industri, Perikanan Tangkap, Industri Kerajinan dan Pertambangan Mineral

3 4. Kabupaten Tangerang

5. Pariwisata, Industri Manufaktur, Perikanan, Perdagangan, Jasa, Perkebunan, Peternakan, Bisnis Kelautan, Industri Pengolahan, dan Perikanan Tangkap

4 6. Kabupaten Serang 7. Pariwisata, Industri Manufaktur, Perikanan, Perdagangan, Jasa, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, Bisnis Kelautan, Industri Pengolahan, Perikanan Tangkap, Industri Kerajinan dan Pertambangan Mineral.

5 8. Kota Tangerang 9. Pariwisata, Industri Manufaktur, Perikanan, Perdagangan, Peternakan, Jasa, Industri Pengolahan, dan Industri Kerajinan.

6 10. Kota Cilegon 11. Pariwisata, Industri Manufaktur, Perikanan, Perikanan Tangkap, Kehutanan, Perdagangan, Jasa, Pertambangan, Perkebunan, Peternakan, Bisnis Kelautan, Industri Pengolahan dan Pertambangan Mineral.

7 12. Kota Serang 13. Pariwisata, Perikanan, Perikanan Tangkap, Perdagangan, Jasa, Peternakan dan Industri Kerajinan.

8 14. Kota Tangerang Selatan

15. Industri Manufaktur, Perikanan, Perdagangan, Jasa, Agro Wisata, Peternakan dan Industri Pengolahan.

b. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada Tahun 2014 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal ini didukung dengan meningkatnya permintaan Domestik dan Nasional serta mulai pulihnya ekonomi global. Laju pertumbuhan ini dapat dilihat dengan peningkatan perkapita Provinsi Banten pada tahun 2012 dengan 8,95 persen menjadi 11,17 persen pada tahun 2013.

(7)

Laju Pertumbuhan PDRB Per-Kapita Provinsi Banten Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota (Persen)

Tahun 2011-2013 Kabupaten/Kota 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 (1) (2) (3) (4) Kabupaten 1. Pandeglang 9,62 10,82 10,04 2. Lebak 8,88 9,18 10,94 3. Tangerang 9,02 8,41 11,65 4. Serang 11,22 9,85 13,39 Kota 5. Tangerang 9,74 7,94 10,07 6. Cilegon 8,64 9,73 12,00 7. Serang 9,84 9,56 11,10 8. Tangerang Selatan 9,92 9,40 10,40 Jumlah (8 Kabupaten/Kota) 9,57 8,95 11,17

Sumber : Banten Dalam Angka 2014

Dalam tabel terlihat jelas peningkatan yang cukup signifikan terkait laju pertumbuhan PDRB perkapita di Provinsi Banten, walaupun sempat jatuh dari tahun 2011 ke tahun 2012. Namun dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian Nasional maka terjadi lonjakan PDRB ke tahun 2013.

Hal ini dapat dilihat pula melalui PDRB Provinsi Banten Atas Dasar Harga Berlaku, dimana terjadinya peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2011 hingga 2013.

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten (Miliar Rupiah) Tahun 2011-2013

Kabupaten/Kota 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 (1) (2) (3) (4) Kabupaten 1. Pandeglang 9 595,52 10 716,03 11 893,99 2. Lebak 9 312,03 10 274,08 11 509,42 3. Tangerang 39 357,07 44 148,61 50 939,88 4. Serang 14 268,34 15 827,75 18 111,26 Kota 5. Tangerang 64 124,22 71 003,84 80 116,00 6. Cilegon 34 636,36 38 728,01 44 164,66 7. Serang 6 350,67 7 106,55 8 058,14 8. Tangerang Selatan 13 232,23 14 995,08 17 136,97 Jumlah (8 Kabupaten/Kota) 190 876,45 212 799,94 241 930,32

Sumber : Banten Dalam Angka 2014

Selain di dasarkan kepada kondisi Sumber Daya Alam yang dimiliki, pembangunan lapangan usaha juga menjadi hal mendasar di dalam peningkatan PDRB di sebuah wilayah. Kecenderungan lapangan usaha yang mendominasi di dalam sektor perekonomian terletak pada sektor Industri Pengolahan dan Perdagangan, Hotel dan Restoran yang menyumbangkan Rp. 51,341,92 Milyar dan Rp. 23,114,77 Milyar persen. Sedangkan penyumbang terendah terdapat pada sektor Pertambangan dan Penggalian.

(8)

PDRB Provinsi Banten Tahun 2011-2014

Lapangan Usaha

ADHB

(milyar rupiah) (milyar rupiah) ADHK

2011 2012 20131) 20142) 2011 2012 20131) 20142)

Pertanian, Peternakan,

Kehutanan & Perikanan 15.275,57 6.674,11 9.511,70 1.382,44 6.910,21 7.187,99 7.734,69 7.969,47 Pertambangan & Galian 202,15 228,06 250,87 282,14 100,44 107,36 110,77 113,98 Industri Pengolahan 91.675,16 7.799,41 1.490,33 9.858,83 47.034,18 48.517,64 50.429,36 51.341,92 Listrik, Gas & Air Bersih 6.975,86 8.142,22 9.215,87 1.328,30 3.442,17 3.661,16 3.808,07 4.073,01 Konstruksi 6.852,95 7.913,62 9.115,33 1.099,61 2.594,27 2.842,27 3.117,52 3.544,14 Perdagangan, hotel &

Restoran

35.563,2

5 40.957,99 47.485,57 54.131,71 18.051,20 20.087,54 21.675,52 23.114,77 Pengangkutan & Komunikasi 17.638,08 20.150,70 22.981,03 27.364,59 8.454,16 9.331,13 10.052,73 11.075,84 Keuangan, Real Estate &

Jasa Perusahaan 7.361,39 8.301,12 9.571,66 10.954,60 3.488,60 3.762,24 4.082,69 4.384,19 Jasa-jasa 10.836,88 12.977,12 14.946,13 17.701,02 4.122,94 4.475,04 4.853,28 5.398,32 PDRB 192.381,29 213.144,35 244.568,49 274.103,25 94.198,17 99.972,37 105.864,63 111.015,64

Sumber : BPS, Banten Dalam Angka 2014 Catatan : ¹) Angka Perbaikan

²) Angka Sementara

Jika dilihat pada tabel diatas, nominal PDRB pada tahun 2014 mencapai Rp 111,015,64 Milyar yang disumbangkan oleh setiap sektornya. Sektor penyumbang tertinggi adalah Sektor Industri Pengolahan Rp. 51,341,92 Milyar, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Rp. 23,114,77 Milyar. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi memberikan sumbangan terhadap pertambahan PDRB konstan sebesar Rp. 11,075,84 Milyar, sedikit di atas sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Rp 7,969,47 milyar.

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Provinsi Banten 2011-2014

LPE Provinsi Banten setiap tahunnya terus mengalami peningkatan dan penurunan (fluktuasi). Pada tahun 2011 LPE Provinsi Banten mencapai 6,38 Persen yang kemudian menurun pada tahun 2012 mencapai 6,13 Persen. Akan tetapi pada tahun 2013 LPE Provinsi Banten mengalami peningkatan yang cukup signifikan hingga mencapai angka 5,89 persen, yang kemudian kembali menurun drastis hingga mencapai 4,87 Persen pada tahun 2014 turun dari tahun sebelumnya.

Sejalan dengan fenomena penurunan LPE Provinsi Banten juga terjadi pada skala Nasional, dimana pada Tahun 2011 mencapai 6,49 Persen yang menurun pada tahun-tahun setelahnya yakni 6,26 Persen pada Tahun 2012 kemudian kembali menurun pada Tahun 2013 yakni 5,73 Persen dan penurunan terendah terjadi pada Tahun 2014 hingga mencapai 5,06 Persen.

Begitu pula dengan tahun-tahun sebelumnya dari tahun 2007-2014, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Provinsi Banten dan Laju Pertumbuhan Ekkonomi (LPE) Nasional terus mengalami pasang surut, hingga LPE yang terendah terjadi pada Tahun 2009.

(9)

V. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten 2012-2017

Arah Kebijakan Umum Pemerintahan Daerah (Visi, Misi, Strategi, Kebijakan dan Prioritas Daerah)

Arah kebijakan umum Pemerintah Provinsi Banten sebagaimana yang tertuang dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Banten Tahun 2012-2017, diarahkan untuk pencapaian visi dan misi daerah berupa:

VISI:

"Bersatu Mewujudkan Rakyat Banten Sejahtera Berlandaskan Iman dan Taqwa “

Misi:

1. Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Wilayah Mendukung Pengembangan Wilayah dan Kawasan yang Berwawasan Lingkungan,

2. Pemantapan Iklim Investasi yang Kondusif untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat,

3. Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia yang Religius, Cerdas dan Berdaya Saing dalam Kerangka Penguatan NKRI,

4. Penguatan Semangat Kebersamaan Antar-Pelaku Pembangunan dan Sinergitas Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Selaras, Serasi dan Seimbang,

5. Peningkatan Mutu dan Kinerja Pemerintahan Daerah yang Berwibawa Menuju Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih.

Upaya pencapaian visi dan misi tersebut dilakukan melalui 160 strategi serta 152 kebijakan dengan 34 sasaran pokok pembangunan yang terdiri atas 26 Urusan Wajib dan 8 Urusan Pilihan.

VI. Penyelenggaraan Urusan Desentralisasi

A. Penyelenggaraan Urusan Wajib dan Urusan Pilihan Pemerintahan Daerah

Pemerintah Provinsi Banten pada Tahun 2014 telah melaksanakan 33 urusan, yaitu 24 Urusan Wajib dan 8 Urusan Pilihan. Pelasanaan Urusan Wajib dilakukan melalui 78 Program dengan 937 Kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai tugas pokok dan fungsinya.

Sedangkan Urusan Pilihan dilaksanakan sebanyak 8 Urusan Pilihan melalui 20 Program dan 110 Kegiatan yang dilaksanakan oleh beberapa SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Penyelenggaraan desentralisasi melalui melaksanakan 25 urusan wajib dan 8 urusan pilihan, dengan 78 program 937 kegiatan yang dilaksanakan oleh 42 SKPD. Alokasi anggaran sebesar Rp. 7,872,703,765,441,-

B. Penyelenggaraan Tugas Pembantuan

Dasar hukum pelaksanaan tugas pembantuan adalah Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pemerintah.

Dimaksud dengan Tugas Pembantuan adalah Penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan/atau desa, dari Pemerintah Provinsi kepada Kabupaten/Kota dan/atau Desa serta dari Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Sedangkan yang di maksud dengan Dekonsenterasi adalah Pelimpahan Wewenang dari Pemerintah Kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada Instansi Vertikal di wilayah tertentu.

(10)

Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang ditugaskan dari Pemerintah Pusat tersebut, Kepala Daerah bertugas untuk melakukan sinkronisasi dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan Daerah, penyiapan Perangkat Daerah yang akan melaksanakan program dan kegiatan Tugas Pembantuan, serta koordinasi, pengendalian, pembinaan, pengawasan, dan pelaporan.

Selama tahun 2014, Pemerintah Provinsi Banten telah melaksanakan Tugas Pembantuan dalam 5 (lima) fungsi yaitu : 1. Fungsi Pelayanan Umum; 2. Fungsi Ekonomi; 3. Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum; 4. Fungsi Pendidikan; 5. Fungsi Perlindungan Sosial; 6. Fungsi Pariwisata dan Budaya.

Keenam fungsi di atas, diselenggarakan oleh 10 (sepuluh) SKPD. Total program dan kegiatan yang terselenggara adalah sebanyak 26 program dengan 50 kegiatan, dengan total anggaran penyelenggaraan sebesar Rp 209,603,564,000,- (Dua Ratus Sembilan Milyar Enam Ratus Tiga Juta Lima Ratus Enam Puluh Empat Ribu Rupiah) dengan Realisasi sebesar Rp. 201,227,474,332,- (Dua Ratus Satu Milyar Dua Ratus Dua Puluh Tujuh Juta Empat Ratus Tujuh Puluh Empat Tiga Ratus Tiga Puluh Dua Rupiah) dan sisa anggaran sebesar Rp. 8,376,089,668,- (Delapan Milyar Tiga Ratus Tujuh Puluh Enam Juta Delapan Puluh Sembilan Ribu Enam Ratus Enam Puluh Delapan Rupiah) atau capaian sebesar 96,00 Persen.

C. Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan

Dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat, Pemerintah Provinsi Banten berupaya menyelenggarakan tugas umum pemerintahan secara optimal. Tugas tersebut terfokus kepada kebutuhan masyarakat akan sebuah pemerintahan yang mampu menegakkan hukum dan menciptakan ketertiban serta mensejahterakan masyarakat. Pelaporan penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 meliputi tugas umum sebagai berikut:

1. Kerjasama Antar Daerah;

2. Kerjasama Daerah dengan Pihak Ketiga; 3. Koordinasi dengan Pihak Vertikal di Daerah; 4. Pembinaan Batas Wilayah;

5. Pencegahan dan Penanggulangan Bencana;

6. Pengelolaan Kawasan Khusus yang Menjadi Kewenangan Daerah; 7. Penyelenggaraan Ketentraman dan Ketertiban Umum;

8. Tugas-tugas Umum Pemerintahan Lainnya yang dilaksanakan oleh Daerah.

Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Provinsi Banten telah melaksanakan kegiatan yaitu penyelenggaraan kerjasama antar daerah, kerjasama daerah dengan pihak ketiga, koordinasi dengan pihak vertikal di daerah, pembinaan wilayah perbatasan, pencegahan dan penanggulangan bencana, pengelolaan kawasan khusus serta penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum.

(11)

D. Penghargaan yang diterima Provinsi Banten

Berkaitan dengan prestasi dan apresiasi, pada Tahun 2014 Pemerintah Provinsi Banten telah mendapatkan berbagai penghargaan atas prestasi yang dicapai, antara lain:

No. Penghargaan/Kategori Pemberi

1. Penghargaan Anugrah Pangripta Nusantara Kementerian PPN

2. Penghargaan Anugrah K3 Kementerian Tenaga Kerja

3. Penghargaan SIDA Kemenristek

4. Penghargaan Terbaik Ke 4 Implementasi Undang-Undang No.

14 Tahun 2008 Pemerintah Pusat

Demikian Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Provinsi Banten Tahun 2014, yang merupakan bentuk pertanggungjawaban dari serangkaian pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan sosial kemasyarakatan melalui perencanaan dan pelaksanaan dalam rangka mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran pembangunan daerah.

Referensi

Dokumen terkait

yang berlaras pelog saih lima. Kedua jenis Semara Pagulingan tersebut secara fisik lebih kecil dari barungan Gong Kebyar jika dilihat dari ukuran instrumen gangsa

Terdapat 10 karya yang telah dibuat menggunakan teknik digital painting yang kemudian digabungkan dengan kain organdi sebagai gaun yang digunakan pada karakter wanita

diberikan terapi musik dengan rata – rata intensitas nyeri persalinan pada ibu inpartu kala I pada kelompok intervensi (kelompok yang diberi perlakuan) berada pada skala

Dari optimasi Program linier dengan menggunakan Lingo setelah didapat jumlah produk Phonska yang dikirim, dapat ditentukan berapa jumlah truk yang harus dialokasikan

Banyak diantara kita mengira bahwa penyebab dari bencana ini timbul akibat dari ketidakseimbangan diantara ekosistem yang ada (Rahim dalam Suja’i, 2004). Batang

2.5 Pengaruh Pajanan Debu Kayu Terhadap Kerja Mukosiliar Hidung Bekerja dalam lingkungan yang dipenuhi oleh debu kayu menyebabkan terhirupnya debu ke saluran nafas

3 Siswa dengan bimbingan guru baik dalam membuat kesimpulan tentang gabungan bangun datar yang membentuk balok.. 4 Siswa dengan bimbingan guru membuat sangat baik

Seorang wanita, usia 50 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan kaki tidak dapat berjalan sejak 3 minggu yang lalu. Riwayat sebelumnya pasien sering keputihan berbau