• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres Definisi Stres - ZULHIKMAH ANA BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres Definisi Stres - ZULHIKMAH ANA BAB II"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stres

Definisi Stres

Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang (Handoko, 2003: 200). Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.

Sebagai hasilnya, pada diri para perawat berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Stres dapat juga membantu atau fungsional, tetapi juga dapat berperan salah atau merusak prestasi kerja. Secara sederhana hal ini berarti bahwa stress mempunyai potensi untuk mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar tingkat stres yang dialami oleh karyawan tersebut (Handoko, 2003: 201-202).

(2)

Jadi, stres dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi positif dan negatif tergantung dari sudut pandang mana seseorang atau perawat tersebut dapat mengatasi tiap kondisi yang menekannya untuk dapat dijadikan acuan sebagai tantangan kerja yang akan memberikan hasil yang baik atau sebaliknya.

Stres akan muncul apabila ada tuntutan-tuntutan pada seseorang yang dirasakan menantang, menekan, membebani atau melebihi daya penyesuaian yang dimiliki individu. Akibat dari stres adalah produktivitas kerja menjadi turun (Kirkcaldy, 2000). Stres sendiri dapat dikelompokan menjadi dua tipe yaitu eutress dan distress. Eutress adalah perasaan-perasaan yang menyenangkan (positif) individu, yang dialami karena mendapatkan penghargaan atau mendapat pujian atas dasar prestasi kerjanya yang memuaskan. Tipe stres yang kedua disebut sebagai distress, yaitu perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan (negatif) individu dan dapat menyebabkan prestasi kerjanya menurun.

Masalah-masalah tentang stres pada dasarnya sering dikaitkan dengan pengertian stres yang terjadi di lingkungan pekerjaan, yaitu dalam proses interaksi antara seorang perawat dengan aspek-aspek pekerjaannya. Di dalam membicarakan stres kerja ini perlu terlebih dahulu mengerti pengertian stres secara umum.

(3)

sangat diinginkannya dan hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting.

Luthans (dalam Yulianti, 2002:10) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologi, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda. Masalah stres kerja didalam organisasi atau perusahaan menjadi gejala yang penting untuk diamati sejak timbulnya tuntutan untuk efisien didalam pekerjaan.

Baron dan Greenberg (dalam Margiati, 1999), mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi dapa situasi dimana tujuan individu mendapatkan halangan dan bisa tidak bisa mengatasinya.

(4)

Ada tiga faktor yang mempengaruhi stres, yaitu (Luthan, 2002): a) Lingkungan

b) Organisasi c) Individu

2.1.1 Faktor-Faktor yang mempengaruhi stres

Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stressors. Meskipun stres dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan mengalami stres karena kombinasi stressors. Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stres yaitu :

a) Faktor Lingkungan

Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan.

(5)

b) Faktor Organisasi

Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan organizational leadership. Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut :

(1) Role Demands

Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.

(2) Interpersonal Demands

Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya akan dapat menyeba bkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.

(3) Organizational Structure

(6)

keputusan atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi

(4) Organizational Leadership

Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins, 2001:316) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja. Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur tingginya tingkat stres. Pengertian dari tingkat stres itu sendiri adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting (Robbins, 2001:563).

c) Faktor Individu

(7)

ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya.

Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stres yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.

2.1.2 Stres Kerja

Dale dan Staudohar (1982), menyatakan stres kerja merupakan suatu tekanan yang dirasakan oleh seseorang yang mempengaruhi emosi, proses pikiran dan kondisi fisik seseorang di mana tekanan ini disebabkan oleh lingkungan pekerjaan di mana individu tersebut berada.

Kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stresors. Stres dikatakan positif dan merupakan suatu peluang bila stres tersebut merangsang mereka untuk meningkatkan usahanya untuk memperoleh hasil yang maksimal. Stres dikatakan negatif bila stres memberikan hasil yang menurun pada produktifitas karyawan. Akibatnya ada konsekuensi yang konstruktif maupun destruktif bagi badan usaha maupun karyawan.

(8)

2.1.3 Dampak Stres

Jika individu mengalami stres, maka individu menunjukan gejala-gejala baik secara fisik, psikis maupun gejala-gejala yang tampak dalam perilaku gejala ini dapat dikatakan juga sebagai akibat dari stres yang sedang dialami.

Durbin (Robbins,2003: 582) mengemukakan bahwa individu yang sedang mengalami stres akan menunjukan gejala-gejala sebagai berikut: a) Fisiologis : perubahan kimiawi tubuh

b) Psikologis : ketegangan, merasa bosan, cemas, lelah dan tidak berdaya c) Perilaku : ceroboh, sering menggerak-gerakan kaki, perubahan pola

makan dan tidak, kecanduan rokok, dan mudah panik Eekenrade (Feldman, 1993) jika individu dapat mengatasi stress yang dialaminya saat ini dengan baik, maka stres yang akan dating akan lebih mudah diatasi. Sebaliknya jika individu tidak dapat mengatasi stesnya, maka dapat menimbulkan penyakit fisik maupun psikis.

2.1.4 Manajemen Stres

Stres tidak dapat dihindari. Namun demikian, dengan memahami stressor dan stress itu sendiri, kita dapat meminimalkan stress yang tidak diperlukan. Childre (2001) mengemukakan metode yang dapat digunakan untuk mengelola stress, yaitu metode freeze-frame yang mempunyai lima langkah sebagai berikut:

a. Kenali perasaan penuh tekanan.

(9)

c. Ingatlah selalu suatu persoalan yang positif dan menyenangkan atau saat-saat dalam hidup yang membangkitkan perasaan positif serta berusahalah untuk mengulanginya lagi.

d. Menggunakan intuisi, pikiran yang sehat dan kesungguhan, tanyakan pada diri sendiri respon apa yang lebih efisien terhadap situasi yang dapat meminimalkan ketegangan yang timbul.

e. Dengarkan apa yang dikatakan hati sebagai jawaban.

(10)

2.2 Peran

Definisi Peran

Newstrom dan Devis (1993) menjelaskan arti peran sebagai suatu pola tindakan yang diharapkan oleh individu untuk dapat melakukan kegiatan-kegiatan. Pola tindakan ini senagai tanggapan terhadap harapan-harapan orang lain dan harapan diri sendiri atas jabatan yang didudukinya dalam suatu system unit social tertentu.

Orang memiliki kemampuan untuk menggeser peran mereka secara cepat ketika mereka mengakui bahwa situasi dan permintaannya jelas menuntut perubahan besar. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Katz dan Kahn (1978) menjelaskan bahwa peran yang yang dimainkan oleh individu adalah sumber stres, terutama apabila terjadi ketidakjelasan peran (role ambiquity), konflik dalam menjalankan peran (role conflict) atau beban peran yang lebih maupun terlalu sedikit(role overload-underload).

1.1 Konflik Peran(Role Conflict)

Perusahaan yang mempunyai struktur organisasi yang kurang jelas, yaitu seperti perusahaan yang tidak mempunyai garis-garis haluan yang jelas, aturan main, visi dan misi yang sering kali tidak dikomunikasikan pada seluruh karyawan. Konflik peran juga dihadapkan pada pekerja wanita terutama yang sudah menikah, serta ketidakjelasan pekerjaan yang diberikan perusahaan pada karyawan.

(11)

mendapatkan bahwa patuh pada persyaratan satu peran menyebabkan kesulutan untuk mematuhi persyaratan dari suatu peran lain.

Role conflict atau konflik peran didefinisikan oleh Brief et al (dalam Andraeni, 2003) sebagai “the incongruity of expectations

associated whit a role”. Jadi konflik peran adalah adanya ketidakcocokan antara harapan-harapan yang berkaitan dngan suatu peran. Secara lebih spesifik, Leigh et al (dalam Andraeni, 2003) menyatakan bahwa “Role

conflict is the result of an employee facing the inconsistent Expectations of various parlies of personal needs, values, etc. Artinya, konflik peran merupakan hasil dari ketidakkonsistenan harapan-harapan berbagai pihak atau persepsi adanya ketidakcocokan antara tuntutan peran dengan kebutuhan, nilai-nilai individu. Sebagai akibatnya seseorang yang mengalami konflik peran akan berada dalam suasana terombang-ambing, terjepit, dan serba salah.

1.2 Ketidakjelasan Peran(Role Ambiguity)

(12)

jumlah informasi yang dimiliki seseorang dengan yang dibutuhkanya untuk dapat melaksanakan perannya dengan tepat, Brief et al (dalam Andraeni, 2003).

1.3 Beban Peran Lebih Maupun Sedikit(Role Overload-Underload)

Role overload yaitu suatu kondisi dimana karyawan memiliki terlalu banyak pekerjaaan yang harus diselesaikan dan berada dibawah tekanan waktu yang ketat (deadline).

Role underload yaitu suatu kondisi dimana karyawan tidak memiliki pekerjaan yang bisa dilakukan, sehingga karyawan tersebut merasa tidak berharga karena tidak bisa mengerjakan sesuatu.

Selain dari hal-hal di atas, adanya tuntutan tugas dalam membuat perencanaan, pengambilan keputusan, memiliki tanggung jawab dari tugas-tugas manajerial, struktur dan iklim organisasi, dan perasaan yang menghinggapi karyawan dimana terkadang karyawan merasa perubahan yang dipaksakan dari atasan semata-mata hanya untuk kepentingan perusahaan semata.

2.3Kepribadian

Definisi Kepribadian

(13)

Terjadinya interaksi psikofisik mengarahkan tingkah laku manusia. Maksud dinamis pada pengertian tersebut adalah perilaku mungkin saja berubah-ubah melalui proses pembelajaran atau melalui pengalaman-pengalaman, reward, punishment, pendidikan.

Dalam bahasa latin asal kata personaliti dari persona (topeng), sedangkan dalam ilmu psikolog menurut, Gordon W.Allport (dalam Staphen Robbins, 2003) , suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikifisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. Interaksi psikofisik mengarahkan tingkah laku manusia.

Kepribadian adalah ciri, karakteristik, gaya atau sifat-sifat yang memang khas dikaitkan dengan diri kita. Dapat dikatakan bahwa kepribadian itu bersumber dari bentukan-bentukan yang kita terima dari lingkungan, misalnya bentukan dari keluarga pada masa kecil kita dan juga bawaan-bawaan yang dibawa sejak lahir. Jadi yang disebut kepribadian itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis, kejiwaan dan juga yang bersifat fisik.

(14)

Friedman dan Rosenman membedakan tipe kepribadian menjadi dua, yaitu (Robbins, 2003:101):

1.1 Tipe Kepribadian A

Seseorang dengan kepribadian tipe A secara agresif terlibat dalam pergumulan yang kronis dan tak henti-hentinya untuk mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan jika perlu melawan upaya-upaya lain atau dari orang lain yang menetang

Ciri-ciri orang yang memiliki tipe kepribadian A: a) Selalu bergerak, berjalan dan makan secara cepat

b) Merasa tidak sabar dengan nilai di mana kebanyakan kejadian terjadi. c) Berjuang untuk berpikir atau melakukan dua hal atau lebih secara

terus-menerus.

d) Tidak dapat mengatasi waktu untuk santai.

e) Terobsesi dengan jumlah, mengukur sukses dari segi berapa banyak yang mereka peroleh.

(15)

tidak jarang mengambil keputusan yang salh karena mereka membuatnya terlalu cepat. Tipe A juga jarang kreatif. Karena kesetiaan mereka pada kuantitas dan kecepatan, mereka mengandalkan pengalaman masa lalu bila mereka menghadapi masalah.

1.2 Tipe Kepribadian B

Kontras dengan kepribadian tipe A adalah tipe B, yang persis sebaliknya. Orang tipe B jarang didorong oleh keinginan untuk memperoleh jumlah barang yang semakin meningkat atau partisipasi dalam rangkaian peristiwa yang terus bertumbuh dalam jumlah waktu yang terus menerus menurun.

Ciri-ciri dari orang tipe B (Robbins, 2003:101):

a. Tidak pernah merasa tertekan dengan perasaan terburu-buru karena keterbatasan waktu, dengan ketidaksabaran yang selalu menyertai. b. Merasa tidak perlu memperlihatkan atau mendiskusikan keberhasilan

mereka kecuali dalam keadaan terpaksa, karena adanya permintaan dari situasi yang ada.

c. Bermain untuk bersenang-senang dan bersantai dibandingkan memperlihatkan superioritas mereka dengan pengorbanan yang seperti apapun.

(16)

2.3.1 Faktor-faktor Pembentuk Kepribadian

1.1 Keturunan

Faktor keturunan (biologis) berpengaruh langsung dalam pembentukan kepribadian seseorang. Beberapa faktor biologis yang penting seperti system syaraf, watak, seksual dan kelainan biologis, seperti penyakit-penyakit tertentu.

1.2 Lingkingan fisik (geografis)

Meliputi iklim dan bentuk muka bumi atau topografi setempat, serta sumber-sumber alam. Faktor lingkungan fisik (geografis) ini mempengaruhi lahirnya budaya yang berbeda pada masing-masing masyarakat.

1.3 Lingkungan sosial

a) Faktor keluarga, dimulai sejak bayi yaitu berhubungan dengan orang tua dan saaudaranya.

b) Lingkungan masyarakat yang beraneka ragam. Suatu warna yang harus ditegaskan dapat saja dianggap tidak perlu oleh anggota masyarakat lainnya.

1.4 Kebudayaan yang berbeda-beda

(17)

kebanggaan tergantung pada bagaimana keberhasilan kita. Keberhasilan atau kegagalan tidak tergantung pada mengembangkan kapasitas-kapasitas produksi sampai pada tingkat yang sangat penuh, juga tidak pada integrasi, pengetahuan atau ketrampilan-ketrampilan, melainkan pada bagaimana baiknya kita memproyeksikan diri kita pada orang lain (Fromm, 1968).

2.4 Pengalaman Kerja

Definisi Pengalaman Kerja

Selain pendidikan formal yang harus dimiliki individu juga perlu memiliki pengalaman kerja, serta mampu beradaptasi dengan lingkungannya dalam organnisasi, untuk meniti suatu karir dan mengembangkan potensi dirinya.

Pengalaman adalah barang apa yang telah dirasai, diketahui, dikerjakan dan sebagainya. Kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu (Poerwadarminta, 1984).

(18)

Pengalaman kerja yang dimiliki oleh pekerja dalam organisasi yang berbeda-beda, sehingga hal ini disebabkan setiap pekerja mempunyai pengalaman dari pekerjaan yang berbeda-beda yang telah diselesaikan berulang-ulang dalam menempuh perjalanan karirnya.

Pengalaman (senioritas) yaitu promosi yang didasarkan pada lamanya pengalaman kerja karyawan. Pertimbangan promosi adalah pengalaman kerja seseorang, orang yang terlama bekerja dalam perusahaan mendapat prioritas utama dalam tindakan promosi (Hasibuan, 2000:1080). Dengan pengalaman, seseorang akan dapat mengembangkan kemampuannya sehingga karyawan tetap betah bekerja pada perusahaan dengan harapan suatu waktu ia akan dipromosikan. Kelemahannya pegawai yang kemampuannya terbatas karena sudah lama bekerja tetap dipromosikan. Dengan demikian perusahaan akan dipimpin oleh orang yang berkemampuan rendah, sehingga perkembangan perusahaan dapat disangsikan.

Menurut pendapat Siagan (2002: 52) menyatakan pengalaman kerja menunjukan beberapa lama agar supaya pegawai bekerja dengan baik. Disamping itu pengalaman kerja meliputi banyaknya jennis pekerjaan atau jabatan yang pernah diduduki oleh seseorang dan lamanya mereka bekerja pada masing-masing pekerjaan atau jabatan tersebut.

(19)

akan dipertimbangkan lebih dahulu dalam hal promosi, pemindahan hal ini berkaitan erat dengan apa yang disebut senioritas.

Oleh karena itu pengalaman kerja yang didapat seseorang akan meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaan. Pekerja yang mempunyai kemampuan tinggi akan memungkinkan mampu mempetahankan dan mengembangkan karir yang telah diraihnya.

Tetapi banyak organisasi yang tidak hanya memberi kuasa kepada pegawainya untuk mengembangkan karirnya. Organisasi masih melakukan bentuk perencanaan karir melalui kebijakan-kabijakan dalam bentuk peraturan yang mengikat pegawai. Padahal pengalaman kerja seorang pegawai mempunyai kredit nilai dalam pengembangan karir. Orang yang pengalaman merupakan pegawai yang siap pakai.

Berdasarkan definisi diatas pengalaman kerja adalah menunjukan lamanya dalam melaksanakan, mengatasi suatu pekerjaan dari beragam pekerjaan bahkan berulang-ulang dalam perjalanan hidup.

2.5 Kerangka Pemikiran

(20)

Orang memiliki kemampuan untuk menggeser peran mereka secara cepat ketika mereka bahwa siatuasi dan permintaannya jelas menutut perubahan besar.

Kepribadian adalah organisasi dinamik dari sistem-sistem psikologis dalam individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungannya Gondon W. Allport (dalam Stephen Robbins, 2003). Karyawan yang memiliki tipe kepribadian adalah karyawan yang dianggap paling berhubungan dengan stres, sehingga perlu adannya manajemen stres.

Pengalaman kerja adalah sebagai ukuran tentang lama waktu atau masa kerjanya yang telah ditempuh seseorang dalam memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakannya dengan baik (Ranupandojao, 1984)

Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang dilakukan Eddy M Sutanto (2006). Penelitian ini penting untuk dilakukan, dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh peran, tipe kepribadian, pengalaman kerja terhadap tingkat stres perawat.

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran Peran (X1):

-Konflik peran

-Ketidakjelasan peran -Beban peran

Tipe Kepribadian (X2)

Pengalaman Kerja (X3)

(21)

2.6 Hipotesis

Berdasarkan permasalahan dan teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti mengambil hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Peran berpengaruh signifikan terhadap stres perawat.

2. Tipe kepribadian berpengaruh signifikan terhadap stres perawat. 3. Pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap stres perawat.

Gambar

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Rekan- rekan disekitar saya yang pertama Febriansyah Ramadhan yang telah membantu saya dalam memahami perkara yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, yang

3. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan air bagi wilayah pengembangan Pelabuhanratu di masa mendatang, maka alternatif penanggulangannya adalah pembangunan waduk di Sub Das Citepus,

Berdasarkan analisis regresi faktor abiotik terhadap keanekaragaman, kemerataan dan kekayaan jenis Collembola pada perkebunan apel didapatkan hasil bahwa faktor abiotik

Karena itu seharusnya terdapat suatu rentang garis lurus antara produk pendidikan Akidah Akhlak dengan sikap patuh dan tertib terhadap norma atau nilai-nilai moral untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) konstruk kinerja sekolah yang dikembangkan berdasarkan penilaian peserta didik (customer), memiliki empat dimensi, yaitu:

v Pada bulan Januari 2014, data SNPK mencatat 95 insiden konflik main hakim sendiri yang mengakibatkan empat orang tewas, 116 cedera, dan dua bangunan rusak. Insiden konflik

Bila suatu reaksi dilakukan dalam sistem terisolasi (tersekat) mengalami perubahan yang mengakibatkan terjadinya penurunan energi potensial partikel-partikelnya, maka